Download - BAB III Fix
BAB III
KAJIAN DATA
Pada model asuhan keperawatan profesional harus mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama : tenaga
perawat, sarana dan prasarana, dan metode pemberian asuha keperawatan, kemudian
komponen (money dana anggaran juga tidak dapat diabaikan.
Berdasarkan hasil interview dan observasi mulai tanggal 6 Mei – 9 Mei 2013 tehadap
penerapan manajemen keperawatan diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi di
dapatkan data sebagai berikut :
A. VISI, MISI, TUJUAN, FALSAFAH DAN MOTTO
1. Visi RSUD Ngudi WaluyoWlingi
“Menjadi rumah sakit dengan pelayanan prima, bermutu, terjangkau, dan sebagai
pusat rujukan”.
2. Misi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, cepat, tepat, akurat, dan
memuaskan pelanggan.
b. Mengembangkan pelayanan kesehatan spesialistik.
c. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang bermutu dan profesional dengan
komitmen tinggi.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan.
e. Menyediakan sarana, prasarana pelayanan kesehatan dan pendidikan yang
berkualitas.
f. Menjalin hubungan kerja yang harmonis dengan pelanggan.
g. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
3. Tujuan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
a Menjain hak masyarakatt untuk menerima setiap jenis layanan yang disediakan
Rumah Sakit
b Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
c Meningkatkan kualitas pelayan kesehatan yang diberikan oleh RS
d Memeberikan pelayanan kesehatan yang lebih intensif dan komprehensif
e Menciptakan kompetitif advantage RS dalam industri pelayanan kesehatan
f Membantu meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan RS dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat
g Meningkatnya peran RSUD dalam peningkatan pendidikan kesehatan
h Meningkatkan kompetensi sumber daya baik tenaga medis maupun para medis
dalam rangka peningkatan pelayanan
i Meningkatkan loyalitas dan komitmen sumber daya manusia yang dimiliki dalam
rangka peningkatan kesehatan yang diberikan
j Meningkatkan optimalisasi pencapain tujuan layanan yang diberikan RS
k Meningkatnya pelayanan publik secara efektif dan efisien
l Meningkatkan kinerja karyawan secara individu yang selanjutnya akan
memeberikan kinerja organisasi.
4. Falsafah RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Optimalisasi semua sumber daya yang ada melalui pendekatan pribadi dan institusi,
untuk memeberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
5. Motto RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Melayani sepenuh hati
6. Tujuan Keperawatan Ruang Dahlia II
1. Memberikan asuhan keperawatan yang paripurna kepada semua klien yang
memrlukan pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
kesehatan nasional
2. Melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan
4. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang selalu berubah sera menjamin
ketersediaan sumber
5. Meningkatkan citra keperawatan secara terus menerus
6. Memberikan kesempatan kepada semua perawat untuk mengembangkan
pengetahuan secara terus menerus.
7. Meningkatkan hubungan yang kondusif dengan profesi kesehatan lain.
7. Falsafah Ruang Dahlia II
1. Perawat ruang Dahlia II meyakinkan bahwa semua pasien harus mendapat
perawatan yang sama yang bersifat individual meliputi bio, psiko, sosio, dan
spiritual.
2. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa tujuan pelayanan keperawatan adalah
membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
3. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua staf keperawatan harus bekerja
sesuai dengan standart asuhan keperawatan
4. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua staf keperawatan harus bekerja
sesuai dengan etika keperawatan,
5. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua staf keperawatan harus
memotivasi keluarga pasien untuk dapat melakukan keperawatan mandiri dan
tidak tergantung dengan orang lain.
6. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua pasien mendapat perawatan yang
berkesinambungan secara professional yang dapat dipertanggungjawabkan
melalui dokumentasi yang baik dan akurat.
7. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa pendidikan berkelanjutan adalah
komponen penting untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.
B. PROFIL DAN GAMBARAN UMUM RUANG DAHLIA II
Ruang perawatan Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Merupakan Instalasi
Rawat Inap (IRNA) yang memberikan pelayanan pada klien dengan kasus penyakit
dalam. Deskriptif Ruangan Dahlia II Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di ruang Dahlia II RSUD “Ngudi
Waluyo” Wlingi dengan uraian sebagai berikut :
Kapasitas ruang Dahlia II adalah 45 tempat tidur. Penghitungan BOR hanya
menggunakan kapasitas 38 tempat tidur, sedang untuk penghitungan jumlah jam
perawatan dan kebutuhan perawat berdasarkan jumlah total pasien yang ada.
Ruang Dahlia berbentuk persegi empat, dengan nurse station terletak ditengah.
Ruang Karu menjadi satu dengan ruang administrasi berada di depan nurse station. Di
samping Ners Station terdapat kamar perawat dan dapur.
Kamar NU (Non Menular Utara)
Terdiri dari 1 kamar yang berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien, dan 3
kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam ruangan.
Kamar NS (Non Menular Selatan)
Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien,
dan 3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dalam keadaan rusak dan 1 kamar
mandi dalam ruangan ditambah dengan 2 tabung oksigen.
Kamar Intermediate
Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien,
3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam ruangan
ditambah dengan 1 tabung oksigen.
Kamar Kelas 3
Terdiri dari 4 kamar masing-masing tiap kamar terdapat 5 tempat tidur, 5 meja dan
almari pasien, dan tiap ruangan terdapat 4-5 kursi penunggu, dan dilengkapi 1
wastafel ditiap kamar tetapi ruang KM 2 dan KM 3 kondisi wastafel rusak, serta 2
KM pada setiap ruangan tetapi hanya 1 yang berfungsi.
Kamar Isolasi
Terdiri dari 1 kamar berisi 1 tempat tidur, 1 meja pasien, dan dilengkapi 1 wastafel
dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.
Kamar TB Paru
Terdiri dari 2 kamar masing-masing berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien
dan 4 kursi penunggu pada ruang KP 2, masing-masing dilengkapi dengan 1 wastafel
tetapi dalam kedaan rusak dan 1 kamar mandi serta masing-masing kamar tersedia 1
tabung oksigen.
Kamar DM Ulkus
Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, dan 1 kursi
penunggu berada didepan kamar pasien serta dilengkapi 1 wastafel, 1 kamar mandi
dan 1 tabung oksigen.
Kamar SARS (HIV/AIDS)
Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, serta dilengkapi
1 wastafel, dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.
a. Metode Keperawatan Di Ruang Dahlia II
Metode keperawatan yang diterapkan di Ruang Dahlia II adalah model MAKP
Tim modifikasi.. Pengelompokan struktur tugas pada setiap shift jaga terlihat pada
gambar 1.1 dibawah ini.
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”)
Gambar 2.2 Metode Tim (Modifikasi)
Kepala Ruang
Ketua Tim I Ketua Tim II Ketua Tim III
Anggota Anggota Anggota
Pasien /Klien Pasien/KlienWAKIL KEPALA RUANGAN
Z. Susilandari,AMK
Pasien/Klien
Pasien/Klien
C. PENGUMPULAN DATA
1. Sumber Daya Manusia (M1 - Man)
1) Mahasiswa
Kajian teori
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar merupakan rumah sakit umum tipe B non
pendidikan. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi menjalin kerjasama dibidang pendidikan
dengan Universitas Brawijaya Malang untuk program pendidikan dokter spesialis
(PPDS), dokter muda, Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), dan Profesi Ners.
Selain itu RSUD Ngudi Waluyo Wlingi juga bekerjasama dengan Universitas Swasta
salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Malang untuk Profesi Ners dan DIII
Keperawatan.
Kajian data
IRNA Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar sering digunakan sebagai
lahan praktik untuk mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan perawat IRNA Dahlia
II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar, terakhir mahasiswa praktik di ruangan tersebut
adalah Poltekes Kemenkes Maluku sebanyak 4 orang mulai tanggal 1 sampai 12 mei
2013, STIKES Bhakti Mulia Pare-Kediri sebanyak 3 orang praktek di ruang Dahlia II
dimulai pada tanggal 29 April sampai 12 Mei 2013. Pada tahun 2013 ini, mahasiswa
Program Pendidikan Profesi UMM diterima kembali untuk praktik Manajemen
Keperawatan yang dilaksanakan selama 3 minggu dan sebanyak 9 orang, dengan nama-
nama sebagai berikut :
FAUJAN TEKENG
KHARISMA RUKMANA
DWI SETIANI S
PUTRI ROOSDIANA MEI
NIKENINGTYAS DK
ANISA NOORRAHMI
NONA KURNIAWATI URAN
NURHASNA LAITUPA
ARIS
Analisa
IRNA Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar sering digunakan sebagai
lahan praktik untuk mahasiswa untuk mempelajari berbagai macam penyakit dalam dan
menerapkan teori-teori yang didapatkan dari bangku perkuliahan dengan dibimbing oleh
perawat yang ada di IRNA Dahlia II.
Berdasarkan hasil analisis kami selama melaksanakan praktek managemen
diruang Dahlia II mahasiswa yang melaksanakan praktek disana selalu ada seperti dari
mahasiswa DIII keperawatan UMM yag berjumlah 4 orang, mahasiswa Bhakti Mulya
yang berjumlah 4 orang, mahasiswa UNITRI yang berjumlah 4 orang, dan mahasiswa
STIKES Patria Husada yang berjumlah 4 orang. Dengan adanya praktek mahasiswa
setidaknya dapat membantu mengatasi dari kurangnya ketenagaan diruang Dahlia II
sehingga dapat meningkatkan kinerja pelayanan keperawatan yang lebih optimal kepada
pasien.
2) Ketenagaan
a. Struktur Organisasi
Kajian Teori
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang disebut
Human Resource Development mempunyai tiga program yaitu
1. Trainning, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan kepada pekerjaan saat
ini
2. Education, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan pada pekerjaan yang
akan datang.
3. Development, yaitu aktifitas di mana proses belajar tidak diarahkan untuk
pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga profesional di rumah sakit bahwa pelatihan, kursus, dan lokakarya
yang diperlukan untuk para medis adalah :
1. Etika komunikasi
2. Komunikasi terapeutik dalam perawatan
3. Perawatan Stroke
4. Manajemen keperawatan
5. Kardiologi Dasar
6. Keperawatan Klien Kritis
7. PPGD
8. Pencegahan penyakit nosokomial
Kajian Data
Ruang Dahlia II dipimpin oleh penanggung jawab selaku pengganti sementara
kepala ruangan sebelum SK turun dan dibantu oleh 3 orang ketua tim dan 11 orang
perawat pelaksana, dibantu oleh 1 orang administrasi, 1 ahli gizi, dan pekarya 2.
Sebagian besar perawat mengatakan bahwa struktur organisasi yang ada sesuai
dengan kemapuan perawat. Adapun struktur organisasinya adalah :
Kor. Ketertiba
n & kebersiha
n
Nanik Zuliati
Kor. Ketertiba
n & kebersiha
n
Nanik Zuliati
Gambar 2.3 Sruktur Organisasi Ruang Dahlia II
KEPALA RUANGAN
-
KEPALA RUANGAN
-
Kor. Mutu ASKEP
S.Raharjo, S.Kep,Ns
Kor. Mutu ASKEP
S.Raharjo, S.Kep,Ns
Kor. Obat ICU
Kanthi, Amd.Kep
Kor. Obat ICU
Kanthi, Amd.Kep
Kor. ALMED
Agus Wahyudi, Amd.Kep
Kor. ALMED
Agus Wahyudi, Amd.Kep
Kor. PKMRS
Agus Tri.W S.Kep, Ns
Kor. PKMRS
Agus Tri.W S.Kep, Ns
Kor. Inventaris
Wiwit Wiji Utami
Kor. Inventaris
Wiwit Wiji Utami
Kor. PIN
Iswahyuni, Amd.Kep
Kor. PIN
Iswahyuni, Amd.Kep
Kor. Data & laporan
Z.Susilandari
Amd.Kep
Kor. Data & laporan
Z.Susilandari
Amd.Kep
ADMINISTRASI
Lilik Suryatin
ADMINISTRASI
Lilik Suryatin
WAKIL KEPALA RUANGAN
Z. Susilandari,AMK
Pasien/Klien
WAKIL KEPALA RUANGAN
Z. Susilandari,AMK
Pasien/Klien
b. Jumlah Tenaga Diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Kajian Teori
Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan/rumah sakit, ditetapkan
berdasarkan derajat ketergantungan klien. Jumlah ini ditetapkan dengan
mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan klien dalam satu
bulan. Berdasarkan ini dapat diketahui rata-rata jumlah klien berdasarkan derajat
ketergantungan (minimal, parsial, total).
Kajian Data
a) Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat Ruangan Dahlia II didapatkan
jumlah tenaga perawat di Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi-Blitar saat ini terlihat pada tabel :
Tabel 2.2 Pola Ketenagaan di Ruang Dahlia Menurut Keputusan Direktur RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi 2013
No Nama Pendidikan Golongan/Masa kerja
JenisKetenagaan
Pelatihan yang diikuti
1. Z. Susilandari,AMK DIII Kep III c PNS Kalab TB- HIV 2011CST, formasi 2008
2. Ns.Agus Triwibawa,S.Kep
S1 Kep III c PNS BCLS 2011
3. Siti Mudawaroh, AMK
DIII Kep III c PNS PPDG 2012Diabetes Melitus
4. Mardji, AMK DIII Kep III a PNS PPGD 2012
5. Kanthi, AMK DIII Kep III b PNS PPGD 2012
6. Ns. Nah Purwati,S.Kep
S1 Kep III c PNS BCLS 2011
7. Ns. Sumber,S.Kep S1 Kep III b PNS Diabetes Melitus 2012
8. Wiwit Srihandayani, AMK
DIII Kep III a PNS PPGD 2012Diabetes Melitus
9. Ali Asrori, AMK DIII Kep III a PNS PPGD 2012
10. Nanang Yudhi P, AMK
DIII Kep III a PNS PPGD 2012
11. Iswahyuni, AMK DIII Kep II d PNS
12. Agus Wahyudi, AMK DIII Kep II d PNS PPGD 2012
13. Ajieb. AMK DIII Kep II d PNS PPGD 2012
14. Nur Abidin, AMK DIII Kep III a PNS PPDG 2012Stroke
15. Lilis Suryani, AMK DIII Kep II c MG
16. Wiwit Dwi Astutik, AMK
DIII Kep II c MG PPGD 2012
17. Didik Harianto, AMK DIII Kep III b PNS
18. Lilik Suryatin SMA II b Adm
19. Nanik Y SMA II b Pekarya
20. Wiwik Wiji Utami SMA Pekarya
21. Nita Puspitasari SMA II b Pekarya
Tenaga Kontrak dan Magang22 Lilik Setiawati, AMK DIII Kep MG
23 Ludra Pungki Setiawan, AMK
DIII Kep MG
24 Hendris DIII Kep Kontrak
25 Dina DIII Kep Kontrak
26 Rizky SI Kep Kontrak
27 Yulfa Mulya SI Kep Kontrak
Tabel 2.6 Pelatihan yang di Ikuti 2 tahun terakhir di Ruang Dahlia II
NO Jenis pelatihan Jumlah tenaga
1. Diklat PPGD 10
2. Diklat pelatihan TB-HIV 1
3. Diklat pelatihan Diabetes Melitus 3
4. Diklat Pelatihan stroke 1
5. Diklat BCLS 2
Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan pelatihan yang
diikuti di ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi berjumlah 17 orang, dengan
perincian sebagai berikut:
1) Tenaga Perawat
Tabel 2.3 Tenaga Perawat Ruang Dahlia II
No Kualifikasai Jumlah Jenis Prosentasi1 S1 Keperawatan 5 PNS = 3
orang23,80%
2 D3 Keperawatan 16 PNS = 12 orangKontrak Non PNS = 6
76,19%
Jumlah 21 - 100%
2) Tenaga Medis
Tabel 2.4 Tenaga Medis Ruang Dahlia II
No Kualifikasi Jumlah Prosentasi1 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 12,5%2 Dokter Spesialis Paru 1 12,5%3 Dokter Spesialis Syaraf 1 12,5%4 Dokter Umum 3 37,5%5 PPDS 1 12,5%6 Dokter Muda 1 12,5%Total 8 100%
b) Non-Keperawatan
Tabel 2.5 Tenaga non medis Ruang Dahlia II
No Kualifikasi Jumlah Prosentasi1 Administrasi 1 25%2 Pekarya 2 50%3 Ahli Gizi 1 25%
Total 4 100%
Analisis
Menurut data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat dan non
perawat di ruang Dahlia II dengan tingkat pendidikan S1 bertambah menjadi 5 orang,
DIII berjumlah 16 orang. SMA 4 orang, adapun tenaga medis yang lain seperti dokter
muda sampai dengan dokter spesialis berjumlah sebanyak 8 orang, dan untuk dokter
spesialis yang lain biasanya dibutuhkan pada saat konsul saja. Sedangkan pelatihan
yang diikuti tenaga perawat di ruang Dahlia II masih harus ditambah dan ditingkatkan
lagi khususnya tentang pelatihan yang berkaitan dengan keperawatan medikal (penyakit
dalam) karena belum terjadi peningkatan jumlah tenaga perawat yang mengikuti
pelatihan.
c. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Kajian Teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat perencanaan
untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada
suatu unit dan tiap shiftnya. Untuk keperluan itu beberapa ahli telah mengembangkan
beberapa formula. Formula tersebut juga dapat digunakan untuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.
Formula tersebut antara lain adalah :
a) Menurut DEPKES (2002)
Kebutuhan tenaga perawat diunit perawatan kritis menggunakan formula :
Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Jml hr mgg dlm 1 thn x cuti + hr besar
Jumlah hari kerja efektif
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan diperkirakan
25% dari jam pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25%
100
jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
Kajian Data
Minimal = 0
Parsial = 35x4jam/24jam = 140jam
Total = 1 x 7jam/24jam = 7jam
Jumlah tenaga yang dibutuhkan
Jumlah jam perawatan diruangan/hari
Jam efektif perawat
147 = 21
7
Loss Day
Jumlah hari minggu dlm 1 thn + cuti+hari besar x jumlah perawat yg dibutuhkan
Jumlah hari kerja efektif
52+12+14 x21 = 78x21 = 6
286 286
Non nursing Job
Jumlah tenaga perawat + Loss Day x25
100
27+ 6 x 25 = 8
100
X jml prwt yg diperlukan
Faktor Koreksi
6+8 =14
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 27 + 14 = 41
Ditambah 1 karu dan 1 wakaru = 43
Analisis
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah kebutuhan perawat perhari di
rungan Dahlia II idealnya adalah 43 orang perhari, ditambah 1 karu dan 1 wakaru
jadi 43 orang perhari. Sedangkan saat ini perawat yang ada di ruangan Dahlia II
perhari ada 21 orang, dimana kebutuhan perawat di ruang Dahlia II masih kurang 25
orang perharinya.
2. Sarana Dan Prasarana (M2-Material)
a. Lokasi Ruangan Dahlia II
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada Ruang
Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dengan penjelasan sebagai berikut : Ruang
Dahlia II berbentuk persegi empat, dengan nurse station terletak ditengah. Ruang
Karu menjadi satu dengan ruang administrasi berada di depan nurse station. Di
samping Ners Station terdapat kamar perawat dan dapur.
Kamar NU (Non Menular Utara)
Terdiri dari 1 kamar yang berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien, dan 3
kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam ruangan.
Kamar NS (Non Menular Selatan)
Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari
pasien, dan 3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dalam keadaan rusak dan
1 kamar mandi dalam ruangan ditambah dengan 2 tabung oksigen.
Kamar Intermediate
Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari
pasien, 3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam
ruangan ditambah dengan 1 tabung oksigen.
Kamar Kelas 3
Terdiri dari 4 kamar masing-masing tiap kamar terdapat 5 tempat tidur, 5 meja
dan almari pasien, dan tiap ruangan terdapat 4-5 kursi penunggu, dan dilengkapi 1
wastafel ditiap kamar tetapi ruang KM 2 dan KM 3 kondisi wastafel rusak, serta 2
KM pada setiap ruangan tetapi hanya 1 yang berfungsi.
Kamar Isolasi
Terdiri dari 1 kamar berisi 1 tempat tidur, 1 meja pasien, dan dilengkapi 1
wastafel dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.
Kamar TB Paru
Terdiri dari 2 kamar masing-masing berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari
pasien dan 4 kursi penunggu pada ruang KP 2, masing-masing dilengkapi dengan
1 wastafel tetapi dalam kedaan rusak dan 1 kamar mandi serta masing-masing
kamar tersedia 1 tabung oksigen.
Kamar DM Ulkus
Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, dan 1 kursi
penunggu berada didepan kamar pasien serta dilengkapi 1 wastafel, 1 kamar
mandi dan 1 tabung oksigen.
Kamar SARS (HIV/AIDS)
Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, serta
dilengkapi 1 wastafel, dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.
b. Denah Ruangan Dahlia II
Gambar 2.1 Denah Ruangan Dahlia II
c. Peralatan dan Fasilitas
Kajian Teori
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain
dengan melihat fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan tempat tidurnya,
yaitu dengan membandingkan jumlah tempat tidur RS per 100.000 penduduk. Secara
umum, ratio ideal adalah sebesar 75 tempat tidur per 100.000 penduduk. Selain ratio
tersebut, perkembangan rumah sakit juga dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan
fasilitasnya.
Kajian data
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi-Blitar tentang fasilitas/alat/bahan yang tersedia, dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 2.7
Peralatan dan Bahan yang Tersedia di ruangan Dahlia II
No Nama Barang Jumlah Kondisi Standart Prosentasi
Baik Rusak
1 Eskap 1 - 1 15 7%
2 Urinal 12 12 - 15 80%
3 Tensi Meter 4 3 1 2 200%
4 Stetoskop 4 2 2 2 200%
5 Tromol 3 2 1 2 150%
8 Section Pump 2 2 - 1 200%
9 Rawat Luka Set 1 1 - 2 50%
10 Masker 0ksigen 5 - 5 2 250%
12 Kursi roda 2 2 - 2 100%
13 Kereta Dorong 2 2 - 2 100%
14 Irigator set - - - 2 0
15 Glass Spuit 150/200 cc - - - 1 0
18 Cucing 6 3 3 15 40%
21 Ambubag 1 1 - 2 50%
22 Troly rawat luka 4 4 - 1 400%
24 Bengkok 9 2 7 8 112,5%
25 Bak instrument besar 3 - 3 2 150%
26 Bak Instrumen sedang 2 2 - 2 100%
28 Kurentang 2 2 - 2 100%
29 Tempat Kurentang 1 1 - 2 50%
30 Timbangan BB 1 1 - 2 50%
33 ECG 1 1 - 1 100%
34 Termometer 10 3 7 28 30%
35 Tong Spatel 3 2 2 5 60%
36 Almari Obat 25 laci 2 2 - 1 200%
37 Gunting Verband 2 1 1 2 100%
39 Gunting vasia 1 1 - 2 50%
40 Matras Decubitus 1 1 - 1 100%
41 Standart Infus 43 43 - 28 154%
42 Reflek hammer - - - 1 0
43 Pispot 10 10 - 15 67%
44 Pinset Chirurgi 2 2 - 2 100%
45 Pinset anatomis 1 1 - 2 100%
46 Tempat tidur fungsional 45 45 - 28 160%
47 Kereta oksigen 3 3 - 1 300%
48 Almari instrumen 1 1 - 1 100%
49 Tempat sampah pasien 9 9 - 28 32%
50 Tempat sampah Tertutup 4 4 - 4 100%
Jumlah 196 - 34 234
Rata-Rata = 1 62 x 100% = 69%
234
Fasilitas untuk Petugas Kesehatan
Ruang administrasi berada dibagian depan ruangan nurse station
Ruang dapur dan kamar mandi/WC perawat berada disebelah nursing station
Wastafel terdiri dari 1 buah dengan keadaan baik diruang nursing station
Loker perawat terdiri dari 1 lemari dengan keadaan baik berada menjadi satu
dengan ruang ganti perawat.
Nurse station berada didepan ruang administrasi
Ruang kepala perawat menjadi satu dengan nurse station
Ruang dokter menjadi satu dengan nurse station
Ruang obat dan peralatan medis menjadi 1 dengan nurse station.
Gudang berada dibelakang nurse station
Tabel 2.8
Inventaris Alat TenunNo Nama Barang Jumlah Kondisi Standart Prosentasi
Baik Layak Rusak
1 Sprei 134 70 50 14 140 84%
2 Selimut Tebal 1 - 1 - 8 113%
3 Selimut Lorek 34 30 4 - 100 89%
4 Sarung Bantal 136 67 60 9 168 105%
6 Sarung O2 13 10 3 - 10 90%
7 Taplak meja
Pasien
4 - 4 - 84 5%
8 Taplak meja
Petugas
4 2 2 - 6 83%
9 Steek Laken 36 25 8 3 48 38%
10 Waslap 113 100 6 7 140 64%
11 Skort Petugas 24 1 23 - 18 67%
Jumlah 499 305 161 33 722
Rata-Rata : 466 x 100 % = 64,5%
722
Table 2.9
Alat Pencatatan dan Pelaporan
No Jenis Barang Jumlah Standart Prosentase
1 Formulir Pengkajian awal 28 28 100%
2 Formulir Rencana Keperawatan 140 140 100%
3 Formulir Catatan Perkembangan Pasien 280 280 100%
4 Formulir Observasi 280 280 100%
5 Formulir Resume Keperawatan 28 28 100%
6 Formulir Catatan Pengobatan 280 280 100%
7 Formulir Medic Lengkap 28 28 100%
8 Formulir Laboraturium Lengkap 15 84 18%
9 Formulir Rontgen 95 46 207%
10 Formulir Permintaan Darah 50 28 179%
11 Formulir Keterangan Kematian 50 5 1000%
12 Resep Umum 50 84 71%
13 Resep Askes 4 bendel 10 bendel 40%
14 Resep jamkesmas 16 bendel 10 bendel 160%
15 Resep Alat 6 Bendel 10 bendel 60%
16 Formulir Permintaan Obat 28 28 100%
17 Formulir Konsul 74 140 53%
18 Formulir Permintaan Makanan 28 28 100%
19 Buku Ekspedisi 1 10 10%
20 Buku Register Pasien 1 4 25%
21 Whiteboard 3 1 300%
22 Staples 5 2 250%
23 Pensil - 5 0
24 Pensil merah Biru - 2 0
25 Spidol Boardmaker 2 6 33%
26 Buku Folio 20 4 500%
Jumlah 1512 1571
Rata-Rata = 1512 x 100% = 96 %
1571
Analisis
Secara garis besar alat medic/keperawatan dan alat tenun yang tersedia di
ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi masih banyak yang belum memenuhi
standart untuk alat medic dengan prosentase 62% dan untuk alat tenun masih banyak
yang belum memenuhi standart dengan prosentase 64,5% sedangkan untuk alat
pencatatan dan pelaporan yang ada di ruang Dahlia II sudah memenuhi standart
dengan prosentase 96%.
Berdasarkan analisa kami adanya penambahan alat medic berupa thermometer
dan adanya penyediaan 9 botol disenfektan thermometer, sehingga dapat mencegah
terjadinya angka infeksi nosokomial.
Adapun pedoman Standar/Protap yang digunakan untuk pelayanan
keperawatan di Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.10 SOP RSUD Ngudi Wluyo Wlingi
NO STANDART PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) TINDAKAN
KEPERAWATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
SPO membersihkan vulva
SPO memberikan obat oral
SPO pemberian oksigen nasal/sungkup
SPO pemasangan Infus
SPO memindahkan/memasukan darah(transfusi)
SPO perawatan pasien menghadapi sakaratul maut
SPO memandikan pasien ditempat tidur
SPO menghitung denyut nadi
SPO menghitung pernafasan
SPO mengukur suhu
SPO memberikan obat melalui suntikan
SPO Membersihkan Mulut
SPO Mengganti Alat Tenun
SPO Menyisir Rambut
SPO Menyuapi Pasien
SPO Menjaga Keselamatan Pasien Di Tempat Tidur
SPO Mengukur Tekanan Darah
SPO Memberi Penyuluhan Secara Individu
SPO Perawatan Luka Lembab
SPO Melakukan Bilasan Lambung
SPO Memberikan Kompres Dingin
SPO Melaksanakan Program Orientasi Kepada Pasien
SPO Melakukan Komunikasi Langsung / Lisan
SPO Mengganti Balutan Luka
SPO Memasang Kateter Kandung Kemih
SPO Perawatan Kateter Urin
SPO Melakukan Tindakan Fisioterapi Dada
SPO Melakukan Defibrilation Dan Kardioversi
SPO Persiapan Peritonial Diatisis
SPO Pemasangangan Nasogastric Tube (Ngt)
SPO Endotrachea Tube
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
SPO Pemberian Dopamin
SPO Sarung Tangan
SPO Cuci Tangan
SPO Menerima Pasien Sebelum Pembedahan
SPO Melaksanakan Orientasi Pada Pasien Pre Operasi
SPO Fiksasi Ditempat Tidur
SPO Memasang Jas Operasi
SPO Mengawasi Tingkat Kesadaran
SPO Menutup Luka Pembedahan
SPO Bilasan Lambung
SPO Skin Test
SPO Pemasangan Ekg 12 Lead
SPO Menyiapkan Darah Untuk Pemeriksaan
SPO Menyiapkan Urine Untuk Pemeriksaan Laboratorium
SPO Menyiapkan Pasien Untuk Tindakan Pembedahan Akut
SPO Merawat Luka Bakar
SPO Pembidaian / Gips
SPO Shock Anafilaktik
SPO Dc Shock
SPO Kanulasi Vena Infus
SPO Perawatan Tracheostomie
SPO Perawatan Luka Operasi
SPO Tranfusi Darah
SPO Latihan Nafas Dalam dan Batuk Terkontrol
SPO Pemasangan NGT
SPO ROM
SPO Perawatan Luka Gangren
SPO Memberikan Suntikan Subkutan
SPO Memberikan Terapi Intra Muskular
SPO Memberikan terapi Intra Vena
SPO Memberikan Terapi Intracutan
SPO Mengatur Tetesan Infus
SPO Merawat Luka Modern
SPO Pemasangan Infus
SPO Pemasangan Kateter Pasien Pria
67
68
SPO Pemasangan Kateter Wanita
SPO Perawatan Luka Dekubitus
Sumber:standart prosedur operasional(spo) tindakan keperawatan Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar
Analisis
Dari hasil kajian protap / standart di ruang Dahlia II secara umum untuk SOP diruang
Dahlia sudah ada, namun tidak spesifik untuk ruang Dahlia II, SOP untuk semua
ruangan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Setelah kami melaksanakan praktek managemen diruang Dahlia II, kami sudah
melengkapi beberapa SPO yang masih kurang, yang berjumlah 15 SPO terbaru yang
ditambahkan dari sebelumnya, sehingga diharapkan perawat dapat meningkatkan
kinerjanya sesuai dengan standar SPO yang ada.
3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
Kajian Teori
a. Penerapan MPKP
Setelah dilakukan Role Play dengan model asuhan keperawatan yang
digunakan di ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi saat ini dengan model
tim. Penerapan MPKP mencapai 80% di dasari dengan hasil evaluasi dengan
parameter dibawah.
Tabel 13
Hasil observasi metode Tim di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
1) Penanggung jawab Ruangan (Karu)
No Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan dengan Metode Tim
Observasi KeteranganYa Tidak
1. Membagi staf kedalam beberapa tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja
2. Membuat jadwal dinas pagi, sore, malam setiap shift ada ketua timnya
Pada shift siang dan malam tidak ada ketua tim hanya ada kepala jaga saja.
3. Membagi pasien kepada masing-masing tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja
4. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas ketua tim dan pelaksana
5. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf kep. untuk mencapai kinerja yang optimal
6. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan kep. dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang
7. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim pada jaga malam S/M/HL
Karena ketua tim hanya ada pagi hari
8. Berperan sebagai konsultan JUMLAH 6 2
PROSENTASE (%) 80 20
Hasil dari observasi setelah dilakukan Role play selama kurang lebih 10
hari, terdapat kemajuan dalam proses penerpan MPKP dengan menggunakkan
metode tim diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, didasari dari hasil
observasi di atas menunjukkan kemajuan 20% setelah dilakukannya role play
dengan asumsi bahwa penanggung jawab telah membagi staf kedalam beberapa
tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja serta melakukan tindakan sesuai
peran masing-masing.
2) Ketua Tim
No Tugas Ketua Tim yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan dengan
metode tim
Observasi KeteranganYa Tidak
1. Bertugas pada pagi, sore dan malam hari
Ketua tim hanya ada pada shift pagi saja, untuk shift siang dan malam hanya ada kepala jaga.
2. Bersama pelaksana menerima operan tugas jaga dari jaga sebelumnya
3. Bersama pelaksana melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi klien segera setelah operan
4. Bersama pelaksana melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas, dilakukan setelah operan
5. Melakukan pre conference dengan semua pelaksana yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6. Membagi klien/tugas pada anggota tim sesuai kemampuan dan beban kerja
7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa dan perencanaan keperawatan semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
8. Memonitor dan membimbing tugas pelaksana
9. Membantu tugas anggota tim untuk kelancaran pelaksanaan asuhan klien
10. Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang dilakukan oleh anggota tim yang ada dibawah tanggungjawabnya
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap klien sesuai dengan tujuan yang ada dalam perencanaan askep di rekam keperawatan
12. Melaksanakan post conference setiap akhir dinas dan menerima lapoan akhir tugas jaga dari anggota tim untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13. Mendampingi anggota tim dalam operan tugas jaga kepada tim yang tugas berikutnya
14. Memperkenalkan anggota tim yang ada dalam satu grup/yang akan merawat selama klien dirawat pada klien/kel. Baru
15. Mendelegasikan tugas kepada tim lain pada S/M/HL
Karena ketua tim hanya ada pagi hari, dan untuk shift lainnya hanya ada kepala jaga.
16. Melaksanakan pendelegasian tugas PJ Ruang pagi hari bila tidak bertugas
17. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
JUMLAH 15 2PROSENTASE 85 15
Setelah dilakukan Role Play dan evaluasi pelaksanaan role play Ketua
Tim ruangan dengan menggunakkan metode tim diruang Dahlia II RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi didapatkan kemajuan 10% dengan asumsi pelaksanaan
supervise, post conference dan pendelegasian secara observasi langsung telah
dilaksanakan dengan baik dengan kata lain mengalami peningkatan 10%.
3) Anggota Tim
No Tugas anggota tim yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan
dengan metode tim
Observasi KeteranganYa Tidak
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada kepala anggota yang jaga berikutnya
2. Melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera setelah operan
3. Melakukan doa pada awal dan akhir dinas
4. Mengikuti preconfeence yang diadakan oleh ketua tim
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada dibukti rekam keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatn
7. Melakukan konsultasi tentang masalah klien/klg kepada ketua tim
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada di bukti rekam keperawatan
9. Menerima keluhan klien/klg dan berusaha mengatasinya
10. Melengkapi catatan askep pada semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya
11. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada di bukti rekam keperawatan
12. Mengikuti post conference 13. Bila ketua tim tidak ada, wajib
mengenalkan anggota tim yang ada dalam satu grup yang akan memberikan askep pada jaga berikutnya kepada klien/klg
14. Berkoordinasi dengan ketua tim/dokter/tim kesht lain bila ada masalah klien pada S/M/HL
15. Melaksanakan tugas lain sesaui uraian tugas anggota tim
JUMLAH 15 -PROSENTASE 100%
Hasil observasi setelah dilaksanakan role play yang dilakukan Tim
Manajemen Profesi Ners UMM di dapatkan peningkatan 20% dalam
melaksanakan tugas dan peran seluruh anggota tim dimana setelah dilakukan role
play, baik dari pree conference, middle, ataupun post conference terlaksana setiap
hari nya. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan anggota tim sudah
sangat baik didasari oleh observasi secara langsung dalam menjalankan peran
sebagai anggota tim.
b. Timbang Terima/Overan
Kajian Teori
Timbang terima (overan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Overan
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna, overan dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan.
Setelah dilakukan evaluasi oleh Tim Manajemen profesi Ners UMM,
pelaksanaan timbang terima/ overran belum mengalami kemajuan, dengan
parameter di bawah:
Kajian Data
Tabel 2.22 Istrumen Timbang terima di Ruangan Dahlia II Tahun 2013
No Pernyataan JawabanYa Tidak
1 Overan dilaksanakan setiap pergantian shif √2 Prinsip overan terutama pada semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan overan khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum atau dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut
√
3 Katim menyampaikan overan pada katim berikutnya mengenai hal yang perlu disampaikan dalam overan, meliputi
Jumlah pasien Identitas pasien dan diagnosa medis Data subyektif dan obyektif Masalah keperawatan yang masih muncul Tindak lanjut intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanankan Interfensi kolaboratif dan dependen Rencana umum dan persiapan yang belum dilakukan
√
√√√
√
√√
√
4 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan √5 Kepala ruangan membuka acara overan √6 Perawat yang melakukan overran dapat melakukan
klarifikasi tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioverkan
√
7 Penyampaian yang jelas, singkat, dan padat √8 Perawat yang melakukan overan mengkaji secara penuh
terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah atau belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan
√
9 Lama overan untuk setiap pasien tidak lebih 5 menit kecuali pada kondisi khusus yang memerlukan keterangan yang rumit
√
10 Pelaporan untuk overan dituliskan secara langsung pada format overan yang di tandatangani oleh Katim yang jaga saat itu dan Katim berikutnya di ketahui oleh kepala ruangan.
√
Total 14 3
Presentase 82,35 17,6
Analisis
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan timbang terima baik
sebelum dilakukan role play ataupun setelah dilakukan role play dari Tim Manajemen
Profesi Ners UMM perawat di ruangan Dahlia II tidak mengalami peningkatan dengan
persentase 82,35%. Teknik pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, timbang
terima masih dilakukan secara bersama antar katim terutama pada pergantian shift pagi
ke shift siang, padahal idealnya di lakukan secara terpisah antara katim satu dengan katim
lainnya dan langsung di hadapan pasien dengan durasi waktu tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi yang khusus. Hasil observasi pencapaian persentase timbang terima/
overan ini terhambat oleh kurang nya pemberian kewenangan Tim Manajemen sebagai
leader saat timbang terima dilakukan, dengan demikian presentase dalam timbang terima
ini belum mengalami kemajuan. Dalam mengatasi masalah tersebut, salah satu
pertimbangan yang seharusnya diberikan oleh perawat di Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo
Blitar ini adalah pelimpahan wewenang Tim Manajemen sebagai leader dalam
pelaksanaan overran sehingga dalam pelaksanaan overran yang uptodate bisa diterima
dengan baik.
c. Ronde Keperawatan
Setelah dilakukan role play dalam pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Dahlia
II RSUD Ngudi Waluyo Blitar, didapatkan hasil evaluasi Ronde Keperawatan mengalami
peningkatan dengan parameter sebagai berikut:
Hasil Evaluasi setelah dilakukan Role play.
Tabel 2.22 Istrumen Ronde Keperawatan di Ruangan Dahlia II Tahun 2013
No ASPEK YANG DINILAIJawaban
KETYa Tidak
A. PERSIAPAN
1. Menentukan jadwal ronde keperawatan
2. Memilih pasien yang akan dipakai ronde
3. Membuat kontrak dengan inform consent
untuk pasien
4. Mencari sumber atau literature
5. Menyiapkan data mengenai kondisi pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan
6. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai
jumlah peserta ronde
7. Menyiapkan alat yang diperlukan
8. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde
keperawatan sehingga mudah dilihat dan
didengar oleh peserta
B. PELAKSANAAN
9. Membuka kegiatan ronde dengan
mengucapkan salam
10. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, tujuan
ronde keperawatan (tidak didepan pasien)
11. Menjelaskan hasil yang diharapkan dari hasil
ronde
12. Menjelaskan tentang pasien oleh perawat
pelaksana yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
13. Mengajak peserta menuju ruang pasien
14. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan
berdiskusi pada peserta yang lain,
keluarga/pasien
C. EVALUASI
15. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
16. Membuat rencana tindakan lanjut setelah
kegiatan ronde keperawatan
17. Menutup kegiatan ronde keperawatan
Total nilai 17
Presentas 100%
Rata-rata
Analisis
Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan Role play dalam pelaksanaan Ronde
Keperawatan pada kasus Ny.S, hasil yang signifikan didapatkan 100% dalam
keberhasilan pelaksanaan Ronde Keperawatan, namun dalam pelaksanaan role play
Ronde Keperawatan ini terdapat beberapa hambatan yakni Tim dari Farmasi dan Dokter
tidak mengikuti jalannya pelaksanaan Ronde Keperawatan, hal ini yang menjadi salah
satu hambatan yang mempunyai dampak yang signifikan dalam keberhasilan
pelaksanaan Ronde Keperawatan, akan tetapi beberapa rangkaian yang telah di tetapkan
dalam prosedur pelaksanaan Ronde Keperawatan ini telah terlaksana dengan baik.
d. Sentralisasi Obat
Hasil evaluasi setelah dilakukan Role Play dari Tim Manajemen Keperawatan
Profesi Ners UMM di dapatkan bahwasannya dalam pelaksanaan sentralisasi obat
yang dilaksanakan di ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Hasil Evaluasi Data
Tabel 2.25 pengolaaan Sentralisasi Obat di ruang Dahlia II tahun 2013
No Pernyataan Jawaban Ya Tidak
1 Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara opresional dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk
√
2 Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
√
3 Penerimaan ObatObat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah terima obat.
√
Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaaan (bila perlu) dalam kartu 34ontrol; dan diketahiu (ditanda tangani) oleh keluarga atau klien dalam buku masuk obat, keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/bilamana obat tersebut akan abis
√
Klien atau keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu kendali sedian obat.
√
Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat.
√
4 Pembagian ObatObat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat
√
Obat-obatan yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang terncana dalam buku daftar pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi di instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada
√
klien.Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan effek samping. Usahakan tempat atau wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
Sedian obat yang ada selanjutnga dicek tiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang 35ontro habis akan didokumentasikan pada keluarga dan kemudian dimintakan kepada dokter penanggung jawab pasien.
√
5 Penambahan obat baruBilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosiis atau perubahan route pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat
√
Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga
√
6 Obat disebut khusus apabila, sediaan memiliki harga yang cukup mahal menggunakan route pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya di berikan dalam waktu tertentu saja.
√
Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat pelaksana
√
Informasi yang diberikan pada klien atau keluarga : nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjuk pada keluarga setelah pemberian.
Usahakan terdapat saksi keluarga saat pemberian obat pada pasien
√
Total 14 2Presentase 85% 15%Rata-rata
Analisis
Hasil evaluasi setelah dilakukan role play dalam pelaksanaan sentralisasi obat
mengalami peningkatan 10% dengan parameter di atas, bahwasannya pelaksanaan
sentralisasi obat yang dilakukan di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
telah mengalami peningkatan dimana pemberian informasi tentang nama, kegunaan,
efek samping obat dilakukan oleh perawat pelaksana kepada keluarga pasien.
Dengan peningkatan 10% masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai standart
pelayanan sentralisasi obat yang optimal.
e. Discharge Plaining
Kajian teori
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Tujuan Discharge Planning Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan,
meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah
kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan
menurunkan beban perawatan pada keluarga.
Kajian Data
Tabel 2.26 Rekapitulasi Istrumen Penilaian Discharge Plaining
Di Ruang Dahlia II tahun 2013
No Daftar Pertanyaan Jawaban KetYa Tidak
1 Nomor Register √ -2 Nama Pasein √ -3 Jenis Kelamin √ -4 Tanggal MRS √ -5 Tangggal KRS √ -6 Diangnosa MRS √ -7 Diangnosa KRS √8 Keadaan waktu Pulang √ -9 Tempat dan tanggal 36control setelah
pulang- √
10 Tindakan keperawatn di rumah √11 Aturan diet atau nutrisi √12 Obat-obatan yang harus diminum, jumlah
dan aturan minum√ -
13 Aktifitas istrahat √14 Yang harus dibawa pulang √ -15 Leaflet Discharge Planning √16 Leaflet Penyakit Pasien √
Jumlah 15 1Prosentase 92,3% 6,7%
Analisis
Seteelah dilakukan tindakan bermain peran selama 2 minggu praktek di ruang
dahlia 2, dari hasil sebelum ronde didapatkan 92, 3 % tindakan discarge planing yang
suda dilaksanakan sedangkan sebelum dilakukan discarge planing sebanyak 56,25%
discharge planning sudah cukup sesuai dengan SOP, sedangkan sebelum bermain
peran data discharge planing yang belum dilaksanakan sesuai SOP adalah 43,75%
dan setelah dilakukan bermain peran adalah 6,7 %.
Maka dapat di simpulakan setelah dilakukan bermain peran MAKP di ruangan
dahlia 2 terjadi peningkatan discharge planing pada pasien yang sesuai SOP sebesar
92,3%.
Kami menyarankan untuk discharge planing berikutnya agar perawat membuat
jadwal kunjungan ulang ke Rumah sakit atau kontrol, terutama buat penyakit-
penyakit yang kronis agar tindakan keperewatan dan kolaboratif dapat berjalan
secara komprehensif untuk kesembuhan dan kesejahtraan kesehatan pasien demi
mengurangi penyakit itu sendiri atau komplikasi lanjut.
a) Penerimaan Pasien Baru
Kajian Teori
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien
baru pada suatu rungan dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.
Tahap penerimaan pasien baru :
Menyiapkan kelengkapan administrasi
Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
Menyiapkan format penerimaan pasien baru
Menyiapkan format pengkajian
Menyiapkan informed consent sentralisasi obat
Menyiapkan nursing kit
Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung
Kajian Data
Tabel 2.27 Rekapitulasi penerimaan pasien baru di Ruangan Dahlia tahun 2013
No. Aspek yang DinilaiJawaban
KeteranganYa Tidak
Tahap Persiapan1. Karu memberitahu Katim ada pasien baru √2. Katim menyiapkan hal-hal yang diperlukan
dalam penerimaan pasien baru, diantaranya lembar pasien masuk rumah sakit, lembar pengkajian, lembar inform consent, status pasien, nursing kit, lembar tata tertib pasien, lembar kepuasan pasien
√
3 Karu meminta bantuan Katim untuk mempersiapkan tempat tidur pasien baru
√
4 Karu menanyakan kembali kepada Katim tentang kelengkapan untuk menerima pasien baru
√
5 Katim menyebutkan hal-hal yang telah dipersiapkan
√
6 Katim membawa buku pedoman pasien baru ketika menemui pasien dan keluarga
√ belum tersedia buku pedoman orientasi pasien baru
Tahap Pelaksanaan7 Karu dengan katim menyambut pasien dan
keluarga dengan memberi salam serta memperkenalkan diri katim pada klien dan keluarga
√
8 Katim menunjukkan atau orientasi tempat dan fasilitas yang ada di ruangan kemudian perawat pelaksana mengisi lembar pasien masuk serta menjelaskan mengenai beberapa hal yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru
√
9 Ditempat tidur pasien katim melakukan anamnessa dengan bantuan perawat pelaksana
√
10 Katim, pasien dan keluarga menandatangani lembar penerimaan pasien baru
√
Total 9 1Presentase 90% 10%Rata-rata 90,5%
Analisis
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa prosentase pelaksanaan penerimaan
pasien baru sesuai dengan SOP adalah sebesar 90 % dan 10 % belum terlaksan.
Maka dapat disimpulkan penerimaan pasien baru di runag dahlia 2 setelah dilakukan
bermain peran selama 2 minggu didapatkan hasil, terjadi perubahan dalam
penerimaan pasien baru dengan katagori baik, dingan data awal tindakan yang
dilakukan dalam penerimaan pasien baru sesui SOP adalah 50 % dan setelah bermain
peran menjadi 90 %.
Saran buat tindakan lanjut di runagan agar membuat buku panduan penerimaan
pasien baru agar terencana sesuai SOP penerimaan pasien baru atau dapat
mensosialisasikan ke perawatan ruangan pada saat preconfrens di ruangan.
f. Supervisi
Kajian teori
Supervisi klinis adalah proses formal dukungan dan pembelajaran profesional
yang memungkinkan praktisi individu untuk mengembangkan pengetahuan dan
kompetensi, mengasumsikan tanggungjawab untuk praktek mereka sendiri dan
meningkatkan perlindungan dan keamanan perawatan konsumen pada situasi klinik
yang kompleks (DH, 1993).
Tujuan Supervisi Klinis
Memotivasi perawat
Melakukan perawatan yang berpusat pada klien dan berfokus pada standar
perlindungan klien.
Memperbaiki pemberian pelayanan melalui penggunaan sistem evaluasi
Peluang pembelajaran baru
Memperbaiki penerimaan dan pengurangan staf
Memperbaiki efektifitas dan efisiensi
Kajian data
Tabel 2.28 Rekapitulasi Supervisi di Ruangan Dahlia tahun 2013
No Daftar Pertanyaan Jawaban Ket
Ya Tidak
1 Memotivasi perawat √
2 Melakukan perawatan yang berpusat pada
klien dan berfokus pada standar
perlindungan klien
√
3 Memperbaiki pemberian pelayanan melalui
penggunaan system evaluasi
√
4 Peluang pembelajaran baru √
5 Memperbaiki penerimaan dan pengurangan
staf
√
6 Memperbaiki efektifitas dan efisiensi √
Jumlah 6
Prosentase 100%
Analisa
Setelah dilakukan bermain peran MAKP tentang supervisi di ruanagn dahlia 2
didapatkan hasil supervisi suda sangat berjan bagus dengan prosentasi hasil 100 %.
Saran buat tindakan lanjut untuk membuat SOP supervisi secara komprehensif di
mulai dari karu mensupervisi katim 1,2,dan 3 selanjutnya para masing-masing katim
mensupervisi tindakan perawata pelaksana di ruangan.
Dokumentasi
Kajian Teori
Pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan stadart asuhan
keperawatan. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan
informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.
Tujuan Dokumentasi
Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses keperawatan)
Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
Mendokumentasikan he (health education) melalui kegiatan perencanaan pulang
Mendokumentasikan timbang terima (pergantian shift)
Mendokumentasikan kegiatan supervise
Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan.
Kajian Data
Dari hasil wawancara yang dilakukan, model dokumentasi keperawatan yang
digunakan di ruang dahlia II RSUD Ngudi waluyo Wlingi adalah model dokumentasi
SOR (Source Oriented Report). Dokumentasi keperawatan yang dilakukan pada
pengkajian belum spesifik pada sistem head to toe, namun telah dilengkapi dengan
format diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi
menggunakan SOAP. Standar Asuhan Keperawatan untuk 10 penyakit terbesar
sudah ada tetapi masih menggunakan referensi tahun 2010 dan belum menggunakan
standar asuhan keperawatan NANDA, NIC, NOC serta sistem pendokumentasian
masih dilakukan secara manual (belum ada komputerisasi). Belum adanya pelatihan
tentang pendokumentasian keperawatan bagi perawat yang ada diruang Dahlia II.
Berdasarkan wawancara, perawat mau mempelajari Nanda, NIC,NOC apabila ada
pelatihan serta ada buku panduan yang diberikan.
Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status klien yang telah dirawat lebih dari 3
hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia II, data didapatkan dari RM yang
berada di Medical Record. Hasil studi dokumentasi seperti pada tabel berikut:
Beberapa SAK yang sudah ada belum direvisi dan belum mengacu pada
NANDA 2012-2013 serta belum menggunakan NOC dan NIC.
Tabel 2.15 Daftar 10 kasus terbanyak dalam 1 bulan terakhir dari bulan Maret 2013
NO MACAM PENYAKIT JUMLAH
1. GASTRITIS 25
2. OF 25
3. DIABETES MELITUS 21
4. HIPERTENSI 20
5. CVA 19
6. GE 15
7. DYSPNEA 14
8. TB PARU 13
9. HEMATOMESIS MELENA 12
10. HF 12
LAIN-LAIN 68
Total 244
Sumber : buku laporan bulanan Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar
Tabel 2.30
Hasil Penilaian Instrument Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar (Instrumen A)
NoAspek yang
dinilaiHasil (%)
Standart (%)
Keterangan
1.Pengkajian
Keperawatan80 100%
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
Data dikelompokan (bio-psikososial-spritual). Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
2. Diagnosa Keperawatan
80 100% Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
Diagnosa yang diangkat hanya yang prioritas Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES Merumuskan diagnosa keperawatan
aktual/potensial
3.Perencanaan Keperawatan
80 100%
Berdasarkan Dx. Keperawatan Disusun menurut urutan prioritas Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci, dan jelas dan atau melibatkan pasien/keluarga
Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga
Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
4.Tindakan
Keperawatan 85 100%
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
tingkas dan jelas
5.Evaluasi
Keperawatan80 100%
Evaluasi mengacu pada tujuan Hasil evaluasi dicatat
6.Catatan Asuhan
keperawatan80 100%
Menulis pada format yang baku Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
yang baku dan benar Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan tanggal dan jam dilakukannya tindakan
Total 485Rata - rata 79.9
Sumber: Status klien Ruang Dahlia II( Instrumen terlampir)
Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status
klien yang telah dirawat lebih dari 3 hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia
II, didapatkan bahwa pendokumentasian yang ada diruang dahlia II sudah ada
peningkatan dengan prosentasi awal 76,6 % menjadi 79,9 %, terjadi sedikit
peningkatan dari segi pengkajian, impementasi dan evaluasi, namun dari segi
dagnosa keperawatan dan intervensi tidak mengalami perubahan.
Hal ini di karenakan ada beberapa kekurangan yaitu pengkajian belum
dilakukan sevara biopsikospritual dan lembaran pengkajian kurang mendukung
serta diagnosa yang tidak diperbaharui karena tidak ada buku standar diagnosa
diruanagan.
Kami menyarankan agar dilakukan suatu standar pendokumentasian secara
umum di semua ruangan, misalnya menggunakan NANDA NIC NOC dan lembar
pengkajian head to too di ganti menggunakan contreng agar memudahkan kinerja
perawata di ruangan.
4. Keuangan (M4-Money)
Biaya perawatan pasien rawat inap ruang Dahlia II sebagian besar dari
jamkesmas, askes, jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya.
Tabel 4.1 Daftar Fasilitas Dan Tarip Unit Rawat InapNO Uraian Jenis Pelayanan Tarif (Rp)
Kelas I Kelas II Kelas III
A. Tarif ruangan 89.000 89.000 89.000
B. Tarif konsultasi
1. Konsultasi dokter
spesialis
20.000 10.000 75.000
2. Konsultasi gizi 10.000 8.000 5.000
C. Tarif pertindakan
pelayanan/perawatan
7.900 s/d
354.130
7.000 s/d
285.00
6.600 s/d
233.100
D. Tarif tindakan operatif bedah
Operasi kecil tanpa general
anastesi
631.500 s/d
664.000
501.700 s/d
534.000
371.750 s/d
404.500
Operasi kecil dengan general
anastesi
631.500 s/d
664.000
501.700 s/d
534.000
371.750 s/d
404.500
Operasi sedang 1.302.000 s/d
1.565.600
1.115.000 s/d
1.395.600
962.000 s/d
1.225.600
Operasi khusus 3.000.000 s/d
3.314.000
2.400.000 s/d
2.804.000
1.980.000 s/d
2.294.000
Tabel 4.2 Tarif Tindakan Keperawatan Kelas 2
NO TINDAKAN BBA JRS JP TOTAL
1. Af. Cateter 5700 3300 5200
2. Af. Infus 2300 1700 3000
3. Af. NGT 5700 3300 5200
4. AF. Tampon 1000 7000 6200
5. Ambil Darah 5800 2200 9700
6. Angkat Jahitan 7000 3500 9000
7. Antropinisasi 9000 65.000 96.000
8. Blast Pungtie 7500 7500 22.100
9. Citostatika 6300 3200 11.700
10. CPAP 4600 70.400 65.000
11. EKG 3000 20.000 19.200
12. EKG Monitor 1000 29.000 27.000
13. Ekstra Putih telur - 1300 500
14. ETT 12.900 13.100 22.000
15. Gastrik Cooling 5200 24.800 40.500
16. GDA Stik 4000 6000 9000
17. Injeksi < 6 2300 2700 9750
18. Injeksi > 6 5000 5700 13.950
19. Jasa Gizi - - 1500
20. Jaspel - - 20.000
21. Jasa Sarana - 20.000 -
22. Konseling HIV - 2000 7000
23. Konsul Gizi - - 8000
24. Lavement 6700 6300 11.000
25. Pasang infus dewasa 5500 5500 13.500
26. Pasang infus pump 13.000 35.000 42.000
27. Pasang lingkar abd - - - 27.500
28. Pasang NGT 12.500 14.500 35.250
29. Pasang o2 5500 4500 8000
30. Pasang sonde 6800 9000 14.000
31. Pasang sonde anak 6800 9000 19.000
32. Pasang syring pum 13.000 35.000 42.000
33. Pasang tampon 15.000 9200 21.500
34. Pemasangan o2 5500 4500 6000
35. Penyuluhuan KIE 1500 2000 5000
36. Plebotomi 10.000 7000 55.500
37. Pungsi/ acites 7000 35.000 110.500
38. Pungsi diag logistik 2300 27.000 12.000
39. Pungsi pleura 20.000 35.000 230.000
40. Rawat cateter 1000 7000 6500
41. RJ 12.200 13.800 12.000
42. RJ besar 9000 27.800 32.000
43. Kamar 20.000 -
44. Visite 20.000 -
45. Makan 15.000 -
46. Jasa gizi 1500 -
47. Makan pasien - 15.000 -
48. Makan per porsi - 1500 -
49. Mandikan pasien 3000 5500 9000
50. Masukan makanan
lewat sonde
6800 9000 35.100
51. Motong kuku 1000 3000 5000
52. Merawat mata 2800 4200 6000
53. Nebulaizer 8700 11.300 22.100
54. O2 ½ tab 35.700 - -
55. O2 ¼ tab 17.850 - -
56. O2 per jam 27.500 - -
57. Observasi - 10.400 9000
58. Oksigen 71.390 - -
59. Oksigen full 71.390 - -
60. Oral hygine 2400 6600 8000
61. Pasang cateter 7500 14.500 19.000
62. Pasang dam buts 12.600 7400 12.000
63. Pasang infus
anak/bayi
5500 5500 18.000
64. Rawat luka > 40 % 69.500 43.500 77.000
65. Rawat luka < 10 % 12.500 7500 17.000
66. Rawat luka > 10-20
%
17.500 9500 18.000
67. Rawat luka > 20-40 % 34.000 39.000 68.000
68. Rawat luka ganggren 17.300 33.700 11.700
69. Rawat luka kecil 7500 3500 11.700
60. Rawat luka sedang 7700 8000 13.400
61. Rectal tounce 9000 5600 13.000
62. Resusitasi 4600 70.400 65.000
63. Rjp 4000 73.000 100.000
64. Skiren 10.500 1000 11.700
65. Skiren kepala 10.500 1000 10.000
66. Stron uap + suction 7000 19.000 23.000
67. Suction 1400 15.000 12.000
68. Tranfusi 10.000 7000 22.500
69. TTV - 3000 9500
70. Treadmel - 137.000 118.000
71. Visite - - 20.000
72. Vulva Hiygine 7.100 7900 13.000
Tabel 4.3 Tarif Tindakan Keperawatan Kelas 3
NO TINDAKAN BBA JRS JP TOTAL
1. Af. Cateter 5700 3300 4000
2. Af. Infus 2300 1700 2600
3. Af. NGT 5700 3300 4000
4. AF. Tampon 1000 7000 4800
5. Ambil Darah 5800 2200 7500
6. Angkat Jahitan 7000 3500 6500
7. Antropinisasi 9000 65.000 73.950
8. Blast Pungtie 7500 7500 16.900
9. Citostatika 6300 3200 9750
10. CPAP 4600 70.400 5000
11. EKG 3000 20.000 15.600
12. EKG Monitor 1000 29.000 20.000
13. Ekstra Putih telur - 1300 500
14. ETT 12.900 13.100 17.000
15. Gastrik Cooling 5200 24.800 30.000
16. GDA Stik 4000 6000 7000
17. Injeksi < 6 2300 2700 7500
18. Injeksi > 6 5000 5700 10.000
19. Jasa Gizi - - 1500
20. Jaspel - - 10.000
21. Jasa Sarana - 8500 -
22. Konseling HIV - 2000 5000
23. Konsul Gizi - - 5000
24. Lavement 6700 6300 86.000
25. Pasang infus dewasa 25.500 5500 10.500
26. Pasang infus pump 13.000 35.000 32.000
27. Pasang lingkar abd - - - 27.500
28. Pasang NGT 12.500 14.500 27.000
29. Pasang o2 5500 4500 6000
30. Pasang sonde 6800 9000 11.000
31. Pasang sonde anak 6800 9000 14.000
32. Pasang syring pum 13.000 35.000 32.000
33. Pasang tampon 15.000 9200 16.300
34. Pemasangan o2 4500 4500 6000
35. Penyuluhuan KIE 1500 2000 4000
36. Plebotomi 10.000 7000 42.000
37. Pungsi/ acites 7000 35.000 84.000
38. Pungsi diag logistik 2300 27.000 7000
39. Pungsi pleura 20.000 35.000 178.100
40. Rawat cateter 1000 7000 5000
41. RJ 12.200 13.800 1000
42. RJ besar 9000 27.800 24.500
43. Kamar 20.000 -
44. Visite 20.000 -
45. Makan 15.000 -
46. Jasa gizi 1500 -
47. Makan pasien - 12.000 -
48. Makan per porsi - 4000 -
49. Mandikan pasien 3000 5500 7000
50. Masukan makanan lewat sonde
6800 9000 10.500
51. Motong kuku 1000 3000 4000
52. Merawat mata 2800 4200 4600
53. Nebulaizer 8700 11.300 16.900
54. O2 ½ tab 35.700 - -
55. O2 ¼ tab 17.850 - -
56. O2 per jam 27.500 - -
57. Observasi - 10.400 7000
58. Oksigen 71.390 - -
59. Oksigen full 71.390 - -
60. Oral hygine 2400 6600 6000
61. Pasang cateter 7500 14.500 14.600
62. Pasang dam buts 12.600 7400 10.000
63. Pasang infus anak/bayi
5500 5500 14.000
64. Rawat luka > 40 % 69.500 43.500 52.000
65. Rawat luka < 10 % 12.500 7500 10.000
66. Rawat luka >10-20 % 17.500 9500 12.000
67. Rawat luka > 20-40 % 34.000 39.000 35.000
68. Rawat luka ganggren 17.300 33.700 3400
69. Rawat luka kecil 7500 3500 6700
60. Rawat luka sedang 7700 8000 10.300
61. Rectal tounce 9000 5600 10.000
62. Resusitasi 4600 70.400 50.000
63. Rjp 4000 73.000 77.000
64. Skiren 10.500 1000 7500
65. Skiren kepala 10.500 1000 8000
66. Stron uap + suction 7000 19.000 17.000
67. Suction 1400 15.000 9400
68. Tranfusi 10.000 7000 16.500
69. TTV - 3000 91.000
70. Treadmel - 137.000 7000
71. Visite - - 10.000
72. Vulva Hiygine 7.100 7900 10.000
5. Pemasaran (M5-Marketing, termasuk mutu)
1. Efisiensi Ruang Rawat Inap (BOR,LOS,TOI,BTO)
Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan
yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.
a) BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukan tinggi rendahnya pemanfaatan
tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, bila
nilai ini mendekati 100 % berarti ideal. Standar untuk BOR dalam satu tahun
adalah: 75 - 85 % (menurut Barber Jhonson).
Rumus Menghitung BOR menurut Depkes
BOR = jumlah hari perawatan X 100 %
Jumlah TT X jml hari dalam satuan waktu
b) ALOS (Average Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya perawatan
setiap klien, Lama waktu rawat yang baik maksimum 12 hari, Standar untuk
rumah sakit dalam satu tahun adalah 3-12 hari (menurut Barber Jhonson)
c) TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh klien sampai
dengan diisi lagi. Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun
(menurut Barber Jhonson).
Rumus Menghitung TOI menurut Depkes
TOI = (jumlah TT X hari) – hari perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup/mati)
d) BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah
sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran
tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 30 pasien/TT
untuk rumah sakit dalam satu tahun (menurut Barber Jhonson), sedangkan
menurut Depkes RI 40-50 pasien.
Rumus Menghitung BTO menurut Depkes
BTO = jumlah pasien keluar (hidup/mati)
Jumlah TT
Tabel 2.28
Indikator Efisiensi Ruang (Standar Nasional Menurut Barber Johnson)
No Indikator Standar
1. BOR 75-85%
2. LOS 3-12 hari
3. TOI 1-3 hari
4. BTO 30 pasien
Sumber : Depkes RI
Makna daripada grafik Barber Johnson :
1. Makin dekat grafik percentage bed occupancy dengan Y ordinat, maka
percentage bed occupancy makin tinggi
2. Makin dekat grafik throughput (BTO) dengan titik sumbu, maka discharges
menunjukkan makin tinggi jumlahnya
3. Jika rata-rata turnover interval tetap, tetapi length of stay berkurang, maka
percentage bed occupancy akan menurun (Benjamin dan Perkins, 1961)
4. Bilamana turnover tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang
kurang baik, kurangnya permintaan (demand) akan tempat tidur atau kebutuhan
tempat tidur darurat (the level and pattern of emergency bed requirements).
Turninterval yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan
organisasi tanpa mempengaruhi length of stay
5. Bertambahnya length of stay disebabkan karena kelambanan administrasi
(administrative delays) di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien (patent scheduling) atau kebijaksanaan
dibidang medis
6. Pada grafik Barber Johnson, terdapat suatu daerah yang dibatasi garis :
a. Turnover interval = 1 hari
b. Turnover interval = 3 hari
c. Percentage bed occupancy minimal 75 %
d. LOS = 3 hari (pada titik paling bawah)
7. Menurut Barber Johnson grafik yang berada diluar daerah ini menunjukkan
bahwa pelayanan rawat inap di ruang tersebut tidak efisien
Disetiap ruangan/bangsal harus membuat grafik barber johnson dengan
cara:
1. Setiap pukul 24.00 hitung dan catat jumlah bed (TT) yang terisi, jumlahkan
dalam 1 bulan
2. Hailnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan, sehingga diperoleh
rata-rata TT terisi = O
3. Hitung dan catat pasien keluar (hidup + mati), jumlahnya = D
4. Hitung rata-rata TT yang siap pakai dalam 1 bulan = A
5. Hitung LOS = L dengan rumus
L = O X t
D
t = jumlah hari perhitungan (missal 30 atau 31 atau 365)
6. Hitung TOI dengan rumus
T = (A-O) X t
D
7. Hitung BOR dengan rumus
BOR = O X 100
TT
8. Hitung BTO dengan rumus
BTO = D
A
LOS = Length of stay = lamanya rerata pasien dirawat
TOI = Turn over interval = lamanya rerata TT kosong
BOR = Bed occupancy rate = prosentase TT terisi
BTO = Bed turn over rate = rerata jumlah pasien yang menggunakan TT.
Pasien dirawat yang keluar hidup dan mati dibagi TT yang siap pakai
9. Bila pertemuan keempat titik-titik tersebut berada di dalam kotak Barber
Johnson, berarti efisien dan sebaliknya
Kajian Data
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi sebagian besar berasal dari Jawa timur khususnya daerah Blitar,
tetapi ada sebagian yang berasal dari luar kabupaten, usia pelanggannya juga
bervariasi. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi merupakan Rumah sakit tipe B yang
memiliki sarana dan prasaranan yang menunjang serta bukan sebagai RS
pendidikan. Dilain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai tim
marketing secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan
jasa kesehatan. Perawat memeberikan pelayanan seoptimal mungkin dengan
memeberikan perawatan secara paripurna, sehingga pelayanan diruangan layak
untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan.
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan
yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Blitar pada Bulan Oktober 2012– Maret 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.29 Efisiensi Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Pada Bulan Oktober 2012 – Maret 2013
Barber Johnson
No IndikatorPencapaian Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb Mart1 Jumlah
Tempat tidur38 38 38 38 38 38
2 Jumlah Hari perawatan
1291 1034 1274 1265 1187 1197
3 Jumlah lama dirawat
1094 845 1058 1056 990 1008
4 Rata-rata tempat tidur terisi
- - - 40,81 42,40 38,61
5 Jumlah pasien keluar hidup dan mati
192 197 217 2211 203 247
6 Rata-rata tempat tidur kosong
- - - 2,81 4,40 1,8
7 BOR (standar 75-85%)
1,345%
1,007%
1,33%
131,7%
111,5%
101,6%
8 ALOS(standar 3-12 hari)
5,69 4,29 4,875 4,87 4,88 4,08
9 BOT(standar 30 pasien/tahun)
5,053 5,184 5,71 5,815 5,33 6,5
10 TOI(standar 1-3 hari)
0,303 0,088 1,45 1,4 0,66 0,07
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II tahun 2012-2013
Analisis
Berdasarkan teori BOR (Bed Occupancy Rate) bila nilai ini mendekati 100
% berarti ideal. Standar untuk BOR dalam satu tahun adalah: 75 - 85 % (menurut
Barber Jhonson) dan berdasarkan hasil pengkajian yang terlihat pada tabel 2.29
BOR di ruangan Dahlia II pada bulan januari 131,7 % berarti lebih dari ideal, dan
pada bulan februari 111,5%, maret 101,6% , sedangkan pada bulan oktober
1,345%, november 1,007%, desember 1,33% tidak memenuhi standar.
Berdasarkan teori ALOS standar untuk rumah sakit dalam satu tahun
adalah 3-12 hari (menurut Barber Jhonson) dan berdasarkan hasil pengkajian yang
terlihat pada tabel 2.29 ALOS di Ruang Dahlia pada bulan oktober 2012 s/d bulan
maret 2013 sudah memenuhi standar.
Berdasarkan teori TOI (Turn Over Interval) standar 1-3 hari untuk rumah
sakit dalam satu tahun (menurut Barber Jhonson) dan berdasarkan hasil
pengkajian yang terlihat pada tabel 2.29 TOI di Ruang Dahlia II pada bulan
desember dan januari sudah memenuhi standar, sedangkan pada bulan oktober,
november, februari dan maret tidak memenuhi standar.
Berdasarkan teori BTO (Bed Turn Over) standar 30 pasien/TT untuk
rumah sakit dalam satu tahun (menurut Barber Jhonson), sedangkan menurut
Depkes RI 40-50 pasien dan berdasarkan hasil pengkajian yang terlihat pada tabel
2.29 BTO di Ruang Dahlia II pada bulan oktober s/d bulan Maret (selama 6
bulan) total 34 pasien artinya melebihi dari standar yang ditentukan.
2. Mutu Pelayanan Keperawatan
a. Upaya pengendalian Inos
Kajian teori
Pengendalian infeksi nosokomial merupakana kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan denga tujuan untuk menurunkan
kejadian infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi sudah dilakukan sejak lama di AS sedangkan di
Indonesia baru mulai dilakukan pada tahun 1980an dan dianggap sebagai salah
satu managemen resiko dan kendali mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya pengendalian / pemberantasan infeksi nosokomial terutama
ditujukan pada penurunan laju infeksi (VAP, ISK, decubitus, MRSA, dll).
Untuk itu perlu disusun pedoman standar / kebijakan pengendalian infeksi
nosokomial, meliputi:
1. Penerapan standar precaution (cuci tangan dan penggunaan alat pelindung)
2. Isolasi precaution
3. Antiseptik dan aseptic
4. Desinfeksi dan sterilisasi
5. Edukasi
6. Antibiotik
7. Survelians
Tujuan pengendalian infeksi nosokomial ini terutama :
1. Melindungi pasien
2. Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung
3. Mencapai cost effective
Dampak yang dapat dirasakan apabila terjadi infeksi nosokomial adalah
sebagai berikut:
1. Bagi pasien
LOS lebih panjang
Cost / pembiayaan meningkat
Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya
GDR meningkat
2. Bagi staff: medis dan non medis
Beban kerja bertambah
Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan
Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek
Instrumen 2. 30 Penerapan standart precaution pada saat tindakan
No. Kegiatan Cuci tangan
Sarung tangan
Jubah/ Celemek
Masker/Google
Steril biasa
Perawatan umum
1. Tanpa luka Memandikan /
bedding√ √
Reposisi √ √2. Luka terbuka
Memandikan / bedding
√ √ K/P
Reposisi √ √ K/P3. Perawatan perianal √ √ √4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P5. Pemeriksaan fisik √ K/P6. Penggantian balutan
Luka operasi √ √ K/P K/P Luka decubitus √ √ K/P K/P Central line √ √ K/P K/P Arteri line √ √ K/P K/P Cateter intravena √ √ K/P K/P
Tindakan Khusus.
7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P10. Pasang NGT √ √ √ K/P11. Mengukur suhu axilia √ K/P12. Mengukur suhu rectal √ √13. Kismia √ √ K/P K/P14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/PPerawatan saluran nafas
15. Tubbing ventilator √ √ K/P16. Suction √ √ K/P √ K/P17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P18. Perawatan TT √ K/P √√19. PF dengan stethoscope √ K/P20. Resusitasi √ √ √ √√21. Airway management √ √ √Perawatan Vasculer
22. Pemasangan infuse √ Lebih baik
√ K/P K/P
23. Pengambilan darah vena √ Lebih baik
√ K/P K/P
24. Punksi arteri √ Lebih baik
√ K/P K/P
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √26. Penggantian botol infuse √27. Pelesapan dan penggantian
selang infuse√ √
28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √
29. Membuang sampah medis √ √ √30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P
Kajian Data
1. Penerapan standart precaution
Berdasarkan hasil observasi diruang dahlia II pada tanggal 8 Mei 2013,
didapatkan bahwa untuk penerapan standart precaution belum berjalan
secara optimal dan belum sesuai dengan standart DEPKES yang ada,
dimana setiap perawat yang akan melakukan tindakan wajib menggunakan
APD berupa handscoon, masker dan scoret. Selain itu perawat juga
diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan tetapi
pada kenyataannya hal tersebut belum dilaksanakan secara optimal.
2. Isolasi precaution
Berdasarkan hasil observasi diruang dahlia II pada tanggal 8 Mei 2013,
didapatkan bahwa untuk isolasi precaution belum dilakukan secara optimal,
sebagai contoh pada saat perawat memasuki ruangan pasien penyakit
menular seperti infeksi Pulmonary tuberkulosis perawat tidak menggunakan
masker N-95 sesuai dengan standart yang ada serta tidak menggunakan
APD secara lengkap, Adapun ruang isolasi sudah ada dan digunakan sesuai
dengan fungsinya masing-masing serta memenuhi standart mulai dari
pengaturan pencahayaan sampai dengan sirkulasinya.
3. Antiseptik dan Aseptik
Berdasarkan hasil observasi diruang dahlia II pada tanggal 8 Mei 2013,
didapatkan bahwa untuk prosedur Antiseptik dan aseptik sudah dilakukan
diantaranya perawat mencuci tangan dengan sabun tetapi untuk pencegahan
INOS perawat belum melakukan prosedur antiseptik dan aseptik secara
menyeluruh diantaranya pada saat melakukan tindakan dari satu pasien ke
pasien lainnya.
4. Desinfeksi dan sterilisasi
Untuk prosedur desinfeksi sudah dilakukan tetapi masih belum optimal
diantaranya penggunaan kapas alkohol pada saat injeksi sedangkan
sterilisasi alat tidak dilakukan diruangan tetapi ada ruang khusus untuk steril
alat.
5. Edukasi
Berdasarkan survei kepuasan pasien didapatkan bahwa 5,20% pasien
mengatakan bahwa perawat sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu
memberi penjelasan/edukasi tentang tindakan tersebut sehingga pasien
mengetahui tindakan apa yang diberikan oleh perawat dan efek samping
yang akan dialami oleh pasien, pasien juga diberikan informe consent jika
tindakan itu membutuhkan persetujuan klien atau keluarga.
6. Antibiotik
Prosedur pemberian antibiotik diruangan dahlia II yang diberikan pada
pasien sudah sesuai dengan protap yang ada, diantaranya pasien terlebih
dahulu dilakukan skin test untuk melihat apakah pasien alergi atau tidak
dengan obat yang diberikan.
7. Survailans
Berdasarkan wawancara dengan perawat yang ada diruangan dahlia II,
belum tersedia pedoman survailance infeksi khususnya diruangan.
b. Indikator Mutu
a. Instrumen A
Kajian Teori
Instrumen A digunakan untuk mengumpulkan data agar dapat menilai
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan pendokumentasian
yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan pendokumentasian yang
ditentukan dalam standart asuhan keperawatan.
Aspek yang dinilai dalam instrumen ini adalah: 1) Pengkajian keperawatan
2) Diagnosa keperawaatan, 3) Perencanaan keperawatan, 4) Tindakan
keperawatan, 5) Evaluasi keperawatan dan 6) Catatan asuhan keperawatan
Penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada klien menggunakan
standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standart adalah pernyataan deskriptif
mengenai tingkat penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau hasil
yang dapat dinilai. Standart pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif
mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan
keperawatan yang telah diberikan (Gillies, 1989). Dengan demikian standart
asuhan keperawatan dapat membuat pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah.
Standart praktik keperawatan telah dijabarkan PPNI (2000) yaitu mengacu
pada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Standart I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatankien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
1. Kriteria pengkajian keperawtan meliputi:
2. Mencatat data sesuai dengan pedoman pengkajian
3. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritul)
4. Data di kaji dari pasien masuk sampai pasien pulang
5. Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
Standart II: Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosa keperawatn mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial
Standart III: Perencanaan
1. Berdasarkan diagnosa keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan,
perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria
4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kaliamat perintah, terinci
dan jelas dan atau melibatkan pasien/keluarga
5. Rencana tindakan menggambarkan keterbilatan pasien/keluarga
6. Rencana tindakan menggamabrakan kerjasama dengan tim kesehatan lain
Standart IV: Tindakan
1. Tindakan dilaksanakan mengcu pada rencana keperawatan
2. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
3. Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas
Standart V: Evaluasi
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi dicatat
Standart VI: Catat Asuhan Keperawtan
1. Menulis pada format yang baku
2. Pencatatan dilakuakn sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
4. Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama
jelas,dan tanggal jam dilakukannya tindakan
5. Berkas catatan keperawtan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kajian Data
Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status klien yang telah dirawat lebih
dari 3 hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia II, data didapatkan dari RM
yang berada di Medical Record. Hasil studi dokumentasi seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2.30
Hasil Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Instrumen A)
Di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
NoAspek yang
dinilaiHasil (%)
Standart (%)
Keterangan
1.Pengkajian
Keperawatan75 100%
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
Data dikelompokan (bio-psikososial-spritual). Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
2.Diagnosa
Keperawatan80 100%
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
Diagnosa yang diangkat hanya yang prioritas Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES Merumuskan diagnosa keperawatan
aktual/potensial
3.Perencanaan Keperawatan
75 100%
Berdasarkan Dx. Keperawatan Disusun menurut urutan prioritas Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci, dan jelas dan atau melibatkan pasien/keluarga
Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga
Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
4.Tindakan
Keperawatan 70 100%
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
tingkas dan jelas
5.Evaluasi
Keperawatan80 100%
Evaluasi mengacu pada tujuan Hasil evaluasi dicatat
6.Catatan Asuhan
keperawatan80 100%
Menulis pada format yang baku Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
yang baku dan benar Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan tanggal dan jam dilakukannya tindakan
Total 460Rata - rata 76.6
Sumber: Status klien Ruang Dahlia II( Instrumen terlampir)
Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status
klien yang telah dirawat lebih dari 3 hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia
II, didapatkan bahwa pendokumentasian yang ada diruang dahlia II sudah cukup
baik dengan nilai rata-rata adalah 76,6 %.
b. Instrumen B
Kajian Teori
Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu
produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen, sehingga
mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk
yang sama. Pengertian produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara
barang dan jasa. Produk Rumah Sakit adalah jasa pelayanan kesehatan.
Model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan
barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian, sebagai berikut :
- Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada konsumen dengan cepat. Dalam pelayanan Rumah Sakit
adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat
pelayanan tenaga kesehatan, atau bila di dalam ruang perawatan maka waktu
jeda antara keluhan yang disampaiakan oleh pasien sampai tanggapan
pelayanan yang diberikan oleh perawat jaga.
- Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada konsumen dengan tepat. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah
penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan dalam hal mengatasi
masalah kesehatan yang dirasakan oleh pasien.
- Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada konsumen sehingga dipercaya yang mana pasien bebas dari bahaya
resiko dan keragu-raguan. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah kejelasan
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, memberikan
informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
- Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian,
dan memahami kebutuhan konsumen. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah
keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan
pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien
memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat
inap mendapat kunjungan keluarga / temannya.
- Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang
dapat langsung dirasakan oleh konsumen. Dalam pelayanan Rumah Sakit
adalah kelengkapan gedung/fasilitas rumah sakit, kebersihan ruangan
perawatan, ketersediaan alat-alat medis dan ketersediaan alat-alat penunjang
medis.
Kajian Data
Evaluasi mutu pelayanan keperawatan (kepuasan pasien) di Ruang Dahlia II
telah dilakukan dengan menggunakan Instrumen B yaitu mengevaluasi tentang
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan
angket kepada 20 klien yang memenuhi kriteria yaitu sudah rawat inap minimal
tiga hari, pernah bedrest dan dilakukan tindakan infus. Pada saat angket
dibagikan, klien telah diberikan penjelasan bagaimana cara mengisi angket, sesuai
dengan pengalaman klien selama dirawat di rumah sakit. Berdasarkan hasil
pengkajian pada hari selasa tanggal 7 mei 2013, didapatkan data kepuasan pasien
dari angket rumah sakit dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.31
Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Dahlia II
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
No PertanyaanJawaban
Sl % Sr % Kd % Jr % Tdk %1 Perawat
memperkenalkan diri2 1,04 2 1,76 5 7,93 0 0 11 28,9
2 Perawat memperhatikan saya dengan sepenuh hati
6 3,70 7 6,19 5 7,93 2 8,69 0 0
3 Bila saya memanggil perawat mereka segera datang
13 6,77 4 3,53 3 4,76 0 0 0 0
4 Informasi yang saya dapat dari seorang perawat dengan perawat lainnya sama
12 6,25 4 3,53 4 6,34 0 0 0 0
5 Alat-alat yang saya butuhkan antara lain pispot, urinal, alat mandi sudah siap jika saya perlukan
6 3,70 11 9,73 1 1,58 0 0 2 5,26
6 Penjelasan perawat membuat saya bersemangat menghadapi penyakit saya
14 7,29 3 2,65 3 4,76 0 0 1 2,63
7 Perawat yang merawat saya terlihat terampil
13 6,77 6 5,30 1 1,58 0 0 0 0
8 Perawat membantu saya dalam melakukan berbagai kegiatan antara lain kebersihan diri, latihan gerak, latihan nafas dalam
5 2,60 2 1,76 6 9,52 3 6,25 4 10,5
9 Saya mendapat informasi yang jelas dari perawat tentang kondisi kesehatan saya
10 5,20 5 4,42 1 1,58 1 3,12 3 7,89
10 Perawat menjawab pertanyaan saya dengan jelas
13 6,77 4 3,53 2 3,17 1 3,12 0 0
11 Perawat menjelaskan kepada saya tentang obat-obatan yang saya gunakan
8 4,16 4 3,53 3 4,76 2 8,69 3 7,89
12 Perawat mempunyai cukup waktu untuk mendengarkan keluhan saya
4 2,08 4 3,53 10 15,87 2 8,69 0 0
13 Perawat membantu saya dalam mengatasi kekhawatiran saya
10 5,20 7 6,19 1 1,58 0 0 2 5,26
14 Perawat membuat saya tenang dalam merawat saya selama di RS
9 4,68 9 7,96 2 3,17 0 0 0 0
15 Sebelum melakukan tindakan perawat terlebih dahulu memberi penjelasan tentang tindakan tersebut
10 5,20 5 4,42 1 1,58 2 8,69 2 5,26
16 Perawat memperlakukankeluarga saya dengan baik
11 5,72 8 7,07 1 1,58 0 0 0 0
17 Perawat memberi penjelasan tentang keadaan/ peraturan ruangan/RS
6 3,70 7 6,19 1 1,58 1 3,12 5 13,1
18 Perawat pelaksana (perawat yang bertanggungjawab tentang perawatan saya) ,merawat saya diruangan ini
5 2,60 10 8,84 1 1,58 3 6,25 1 2,63
19 Saya merasa berbagai tindakan perawat dapat mengatasi masalh saya
5 2,60 10 8,84 4 6,34 0 0 0 0
20 Perawat yang diruangan ini ramah
10 5,20 4 3,53 4 6,34 1 3,12 0 0
21 Saya mendapat penjelasan dari perawat tentang cara bagaimana saya menjaga kesehatan dirumah
5 2,60 3 2,65 3 4,76 5 15,6 4 10,5
22 Perawat menemui saya pada pagi/sore/malam hari
15 7,81 4 3,53 1 1,58 0 0 0 0
Jumlah 192 113 63 23 38 Sumber : Angket persepsi klien terhadap mutu askep dari 20 orang klien ( Instrumen terlampir)
Nilai = Jumlah Selalu+Sering X 100%
Jumlah selalu+Jumlah sering+Jumlah kadang2+Jumlah jarang+Jumlah tdk pernah
= (192+113) X 100%
429
= 71 %
Analisis
Berdasarkan data diatas mutu pelayanan keperawatan (kepuasan pasien) di
Ruang Dahlia II telah dilakukan pengkajian dengan menggunakan Instrumen B
dengan cara menyebarkan angket kepada 20 klien hasil yang didapatkan yang
terlihat pada tabel diatas tingkat kepuasan pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan di Ruang Dahlia II yaitu rata-rata 71%, hal ini dikarenakan tingkat
kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan di Ruang Dahlia II cukup
memuaskan dan pelayanan yang baik pada pasien sesuai dengan motto RS
melayani dengan hati. Tetapi pada hasil kuisioner yang dibagikan yang masih
perlu untuk dibenahi yaitu sikap perawat dalam merawat pasien terlebih dahulu
memperkenalkan diri karena sebanyak 11 dari 20 pasien atau 28,9% mengatakan
perawat tidak pernah memperkenalkan diri.
c. Instrumen C
Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
keperawatan. Observasi yang dilakukan adalah tindakan perawatan yang
dilakukan selama 2 hari. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan
hasil tindakan mencapai 100 %. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan
mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di
rumah sakit yang telah ditetapkan Depkes RI.
Kajian Data
Menurut peraturan observasi dengan menggunakan instrumen C dilakukan
sebanyak 5 kali, namun karena keterbatasan waktu maka observasi tindakan
keperawatan hanya dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 6 - 7 Mei 2013
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.32 Observasi Tindakan Keperawatan Ruang Dahlia II
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
No Perasat F Nilai % Keterangan
1 Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien
2 80 Alat tenun bersih yang diperlukan disusun
menurut urutan penggunaannya
Tempat tertutup untuk kain kotor
Ember berisi larutan desinfektan
Lap kerja sehelai kering dan sehelai basah
Perlak dibersihkan dengan larutan
desinfektan lalu dikeringkan dan digulung
ke tengah sejauh mungkin
Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan
dengan lap larutan desinfektan lalu
dikeringkan dengan lap kering
Alat tenun yang kotor dimasukkan ke
dalam tempat bertutup
2 Mengukur suhu badan
2 55 Tidak membawa 3 botol yang berisi larutan sabun, desinfektan dan air bersih
Termometer tidak dicelupkan dalam larutan 3 botol tsb.
Tidak membersihkan ketiak klien
Tidak membawa bengkok
Air raksa tidak diturunkan ke nol setelah selesai pengukuran
4 Melaksanakan komunikasi secara lansung/lisan
2 60 Tidak memperkenalkan diri
Tidak menciptakan situasi lingkungan yang nyaman
Tidak menyampaikan informasi secara lengkap
5 Memberikan 2 70 Perawat tidak memberikan penjelasan
obat oral pada klien
Perawat tidak menunggu obat ditelan habis
6 Memberikan obat suntikan
2 78 Tidak membawa kikir ampul
Tidak memberi penjelasan pada klien
Tidak memperhatikan prinsip aseptic
Tidak memposisikan jarum pada 90 derajat
7 Mengukur tekanan darah
2 91 Tidak memberi penjelasan
8 Mengukur cairan yang masuk dan keluar
2 88 Tidak memberikan penjelasan pada klien
Total 522
Rata-rata 65,25
Sumber: Hasil observasi mahasiswa dengan instrumen C (instrumen terlampir)
Analisis
Rentang kendali hasil evaluasi SAK, Ruang Dahlia II masuk dalam kategori
baik, rata-rata 70,95%. seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.34
Rentang Kendali Hasil Evaluasi SAK di Ruang Dahlia II
RuangInstrumen Rata-rata
A B C
Ruang Dahlia II 76.6 % 71 % 65,25% 70,95%
c. Pasien Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem imana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi ntuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Kejadian tidak diharapkan (adverse event ) adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatakan cedera pasien akibat melaksanakan auatu tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena
tidak dapat dicegah.
Kejadian nyaris cedera (near miss) adalah suatu kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi karena
keberuntungan, karena pencegahan atau peringanan.
Kesalahan medis (medical errors) adalah kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan media yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanankan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Data empirik membuktikan bahwa dalam sistem pelayanan kesehatan masalah-
masalah medical error ternyata sering terjadi dengan derajat yang beragam, mulai
dari yang ringan da tidak menimbulkan trauma hingga yang berat dan menyebabkan
kecacatan atau kematian pada pasien.
Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat
digunakan bersama dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan
meninggalkan rumah sakit. Indikator pasien safety bermanfaat untuk
menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama dirawat di rumah
sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan medik yang berpotensi
menimbulkan resiko disisi pasien. Dengan mendasarkan pada indikator pasien safety
ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah
timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien.
Indikador pasien safety terdiri atas 2 jenis yaitu indikator tingkat rumah sakit
dan indkator tingkat area pelayanan.
1) Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indikator) digunakan untuk
mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien
mendapatkan berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya
mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya
risiko pasca tindakan medik.
2) Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan
medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota).
Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk
komplikasi akibat tindakan medik.
Standart keselamatan pasien rumah sakit mengacu pada “Hospital Patient
Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Acreditation of Health
Organizations, Illinois USA tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perumahsakitan di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatn pasien.
5) Peran kepemimpinan dakam meningkatkan keselamatan pasien
6) Mendidik staf tentang keselamatn pasien
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
Terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien :
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamata pasien
2) Pimpin dan dukung staf anda
3) Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko
4) Kembangkan sistem pelaporan
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7) Cegah cedera melalui implemenasi sitem keselamatan pasien.
1) Kajian Data dan Analisis
(1)Angka Kejadian Dekubitus
Tabel 2.36 Angka Kejadian DekubitusDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Jumlah kejadian
Dekubitus4 1 4 0 10 6
2 Jumlah pasien berisiko terjadi dekubitus
61 44 67 72 96 102
Presentase 6,6%
2,27%
5,97% 0% 10,41%
5,88%
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II tahun 2013
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah kejadian dekubitus pada
bulan oktober 6,6%, November 2,27%, desember 5,9%, januari 0%, februari
10,4% dan Maret 5,88%. Berarti angka tertinggi kejadian dekubitus pada bulan
februari 2013.
(2) Angka Kejadian Kesalahan Pada Pemberian Obat Oleh Perawat
Tabel 2.37 Angka Kejadian Kesalahan Pada Pemberian Obat Oleh PerawatDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Salah pasien 0 0 0 0 0 0
2 Salah waktu 0 0 0 1 0 0
3 Salah cara 0 0 0 0 0 0
4 Salah dosis 0 0 0 0 0 0
5 Salah obat 0 0 0 1 0 0
6 Salah dokumentasi 0 0 0 0 0 0
Jumlah kesalahan 0 0 0 2 0 0
Presentase 0% 0% 0% 33 % 0% 0%
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian kesalahan
pada pemberian obat oleh perawat di ruang Dahlia II pada bulan Oktober 2012
sampai dengan bulan Maret 2013 yaitu terjadi 1 kasus pada bulan Januari dengan
presentase 33% dikarenakan terlambatnya pemberian obat dan kesalahan
pemberian obat.
(3)Angka Kejadian Pasien Jatuh
Tabel 2.38 Angka Kejadian Pasien JatuhDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Jumlah pasien jatuh 1 0 0 0 0 0
2 Jumlah pasien yang beresiko jatuh adalah pasien baru
73 13 122 131 114 151
Presentase 13% 0% 0% 0% 0% 0%
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian pasien
jatuh di ruang Dahlia II pada bulan oktober sampai dengan bulan maret 2013
hanya terjadi pada bulan oktober dengan presentase 13 %.
a. Infeksi Nosokomial
(1) Angka Kejadian Pasien Plebitis
Tabel 2.39 Angka Kejadian Pasien Plebitis Non InfeksiDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Jumlah phlebitis
non infeksi18 17 23 14 16 16
2 Jumlah pasien yang beresiko phlebitis adalah terpasang
infuse
Intern
Extern
Total 18 17 23 14 16 16
Sumber : Laporan Bulanan Ruang dahlia II Tahun 2013.
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah kejadian phlebitis non
infeksi di ruang Dahlia II pada bulan Oktober sebanyak 18, november sebanyak 17,
desember sebanyak 23, januari sebanyak 14, februari sebanyak 16 dan maret
sebanyak 16. Berarti angka tertinggi kejadian phlebitis non infeksi adalah pada bulan
Desember 2012 yaitu sebanyak 23 kasus.
(2) Infeksi Luka Operasi (ILO)
Tabel 2.40 Infeksi Luka OperasiDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Infeksi luka operasi 0 0 0 0 0 0
2 Total operasi bersh 0 0 0 0 0 0
Presentase 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013.
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah infeksi luka operasi di
ruang Dahlia II pada bulan oktober 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 adalah
0%.
(3) Pasien Terpasang Transfusi
Tabel 2.41 Total Pasien Terpasang TransfusiDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Reaksi transfuse 0 0 0 0 0 0
2 Terpasang Tranfusi 100 94 64 82 80 50
Presentase 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013.
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian reaksi
transfusi di ruang Dahlia II pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret 2013
adalah 0%.
(4) Infeksi Saluran Kemih
Tabel 2.42 Infeksi Saluran KemihDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013
No Variabel Tingkat Kejadian
Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Infeksi 0 0 1 0 0 0
2 Terpasang kateter 16 15 18 10 12 15
Presentase 0% 0% 5,56% 0% 0% 0%
Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013.
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian infeksi
saluran kemih di ruang Dahlia II pada bulan Oktober 2012 sampai bulan Maret
2013 pernah terjadi 1 kasus infeksi pada bulan Desember 2012 dengan presentase
5,56%.