kelompok 2 - seminar akuntansi pemerintah

26
  Kelompok 2 Kelas 8D Reguler STAN @2013 Seminar Akuntansi Pemerintah Meningkatnya kebutuhan informasi akuntansi yang semakin lengkap dan menunjang pengambilan keputusan kebijakan publik yang lebih baik menuntut perubahan pada basis akuntansi pemerintah yang digunakan. Akuntansi berbasis kas yang sebelumnya diterapkan dianggap sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga perpindahan kepada akuntansi berbasis akrual menjadi hal yang krusial. Fadli M. Nur (09) Monica Putri Selviani (14) Muwardhani Wahyu (15) Suwondo (26) Yulian Rio Pradika (30) ccrual Based- ccounting: International ccounting Issues and Practices

Upload: pradika179

Post on 08-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH

TRANSCRIPT

  • K e l o m p o k 2

    K e l a s 8 D R e g u l e r

    S T A N @ 2 0 1 3

    Seminar Akuntansi Pemerintah

    Meningkatnya kebutuhan informasi akuntansi yang

    semakin lengkap dan menunjang pengambilan

    keputusan kebijakan publik yang lebih baik menuntut

    perubahan pada basis akuntansi pemerintah yang

    digunakan. Akuntansi berbasis kas yang sebelumnya

    diterapkan dianggap sudah tidak lagi dapat memenuhi

    kebutuhan tersebut, sehingga perpindahan kepada

    akuntansi berbasis akrual menjadi hal yang krusial.

    Fadli M. Nur (09)

    Monica Putri Selviani (14)

    Muwardhani Wahyu (15)

    Suwondo (26)

    Yulian Rio Pradika (30)

    Accrual Based-Accounting: International Accounting Issues and Practices

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah terutama

    nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan paper berjudul

    Accrual Based-Accounting: International Accounting Issues and Practices ini dengan tepat

    pada waktunya. Shalawat tak lupa Tim Penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang

    telah memberikan pedoman hidup dan teladan kepada kita semua.

    Paper ini dibuat sebagai bentuk penugasan untuk mata kuliah Seminar Akuntansi

    Pemerintah di program studi Diploma IV Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada

    semester delapan. Dalam penyusunan paper ini Tim Penulis memperoleh bantuan baik secara

    langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, terutama kepada Bapak Budi Mulyana

    selaku Dosen Seminar Akuntansi Pemerintah atas bimbingannya, rekan-rekan di kelas 8D

    Reguler, serta dari pihak lain yang tidak dapat Tim Penulis sebutkan satu per satu, terima

    kasih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.

    Akhirnya, Tim Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

    paper ini. Oleh karena itu, Tim Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

    konstruktif dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan paper ini.

    Tangerang Selatan, November 2013

    Tim Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

    A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1

    B. TUJUAN ......................................................................................................... 1

    BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2

    A. TREN KE PENERAPAN AKUNTANSI AKRUAL ........................................ 2

    B. ISU TRANSISI PENERAPAN BASIS KAS MENUJU BASIS AKRUAL ...... 4

    C. KOMPARASI PENERAPAN BASIS AKUNTANSI DI NEGARA-NEGARA

    ANGGOTA OECD ......................................................................................... 7

    D. STUDI KASUS PENERAPAN AKUNTANSI AKRUAL DI NEGARA-

    NEGARA OECD ............................................................................................ 10

    BAB III SIMPULAN .................................................................................................... 21

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 22

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Meningkatnya kebutuhan informasi akuntansi yang semakin lengkap dan menunjang

    pengambilan keputusan kebijakan publik yang lebih baik menuntut perubahan pada basis

    akuntansi pemerintah yang digunakan. Akuntansi berbasis kas yang sebelumnya diterapkan

    dianggap sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga perpindahan kepada

    akuntansi berbasis akrual menjadi hal yang penting.

    Perpindahan penerapan akuntansi berbasis kas ke akuntansi berbasis akrual pada sektor

    publik dimulai pertama kali oleh Selandia Baru, yang kemudian diikuti oleh negara-negara

    anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tren reformasi

    pelayanan publik (salah satunya berupa konsep New Public Management) yang menyebar ke

    berbagai negara lain diluar anggota OECD menghadapkan negara-negara lainnya yang

    sedang melakukan reformasi pelayanan publik pada berbagai kebutuhan yang sebelumnya

    dihadapi oleh negara-negara anggota OECD, yang terlebih dahulu melakukan reformasi

    pelayanan publik. Perkembangan ekonomi dunia dan berbagai transisi di dalamnya membuat

    kebanyakan negara di dunia menjadikan negara-negara anggota OECD sebagai model bagi

    reformasi sistem manajemen belanja publik mereka.

    Selain itu, rekomendasi dari berbagai lembaga keuangan internasional juga ikut

    menyarankan para debiturnya yang pada umumnya negara-negara berkembang untuk

    menerapkan akuntansi berbasis akrual. International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga

    kreditur menyusun Government Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan

    kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam

    pembuatan laporan keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan sesuai

    dengan saat terjadinya arus sumber daya. Sehingga, basis akrual ini menyediakan estimasi

    yang lebih tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian secara makro.

    B. TUJUAN

    Paper ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

    1. untuk menjelaskan alasan terjadinya tren ke penerapan akuntansi akrual;

    2. untuk menjelaskan isu yang berkembang sehubungan dengan implementasi akuntansi

    akrual di negara-negara lain (sampel: di negara-negara anggota OECD);

    3. untuk menjelaskan komparasi penerapan basis akuntansi di negara-negara anggota

    OECD; dan

    4. untuk menjelaskan penerapan akuntansi akrual di negara lain melalui studi kasus di

    beberapa negara.

  • 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. TREN KE PENERAPAN AKUNTANSI AKRUAL

    Terdapat dua aliran utama basis akuntansi dalam hal penentuan kapan suatu transaksi

    atau kejadian dicatat dalam pembukuan suatu organisasi, yaitu basis kas dan basis akrual.

    Dalam basis kas, transaksi dicatat apabila terjadi aliran kas masuk maupun keluar, sehingga

    pendapatan atau beban akan dicatat apabila terdapat penerimaan kas atau pembayaran kas

    oleh suatu organisasi. Sementara dalam basis akrual, transaksi dicatat saat terjadinya, yaitu

    ketika pesanan dibuat, barang telah dikirim, atau pemberian jasa telah dilakukan tanpa

    menghiraukan kapan kas atas kejadian tersebut akan dicatat oleh suatu organisasi. Secara

    umum, basis kas diterapkan karena penerapannya yang mudah dan objektif meskipun

    terdapat kelemahan berupa tidak dapat disandingkannya hubungan antara beban yang terjadi

    dengan penerimaan atas beban yang terjadi tersebut. Basis akrual di satu sisi memberikan

    gambaran yang lebih akurat antara hubungan penerimaan dan biaya sehingga menghasilkan

    laporan keuangan yang lebih menggambarkan kinerja sebenarnya dari suatu organisasi

    meskipun memiliki kekurangan berupa kerumitan serta banyaknya asumsi yang harus diambil

    untuk penerapannya.

    Di sektor komersial, penerapan basis akrual dalam pencatatan kegiatannya sudah

    berlangsung sangat lama dan telah diterapkan di setiap perusahaan di seluruh dunia.

    Sementara di sektor publik, tren penerapan akuntansi berbasis akrual sudah dimulai pada

    tahun 70-an ketika Chile menerapkan basis akrual di pelaporan keuangannya yang kemudian

    diikuti Selandia Baru pada tahun 90-an (Tudor, 2006). Selandia Baru adalah contoh sukses

    dalam penerapan basis akrual baik dalam hal pelaporan keuangan maupun dalam hal

    penganggaran. Tidak seperti Selandia Baru yang melakukan perubahan basis dari kas menjadi

    akrual secara langsung, menyeluruh, dan komprehensif, banyak negara melakukan perubahan

    dari basis kas menuju basis akrual secara bertahap. Sebagai contoh, Amerika Serikat

    menerapkan basis akrual hanya di beberapa negara bagian saja pada awalnya (Carpenter dan

    Feroz, 2001 dalam Tudor, 2006). Amerika Serikat dan Australia telah menerapkan basis

    akrual di tingkat pusat sejak tahun 1997 sementara untuk tingkat lokal baru diterapkan sekitar

    tahun 2006. Kanada menerapkan basis akrual pada tahun 2001-2002. Inggris menerapkan

    basis akrual melalui tiga tahapan dalam rentang waktu antara 2001-2006. Reviu atas

    penerapan basis akrual dari beberapa negara di dunia akan disebutkan lebih lanjut dalam

    pembahasan selanjutnya.

    Penggunaan basis akrual tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan, di beberapa

    negara telah menggunakan basis akrual baik untuk penyusunan laporan keuangan maupun

    untuk penganggaran (misalnya, Selandia Baru, Australia, Inggeris). Di negara-negara anggota

    OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak diterima untuk pelaporan keuangan daripada

    untuk tujuan penganggaran. Dua alasan yang sering dikemukakan atas hal ini adalah sebagai

    berikut:

  • 3

    1. Penganggaran secara akrual dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran.

    Keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan kapan pengeluaran

    itu dilaporkan dalam anggaran. Hanya basis kas yang dapat memenuhi hal tersebut.

    2. Legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual karena kompleksitas

    dari konsep akrual itu sendiri.

    (OECD-PUMA/SBO, 2002/10 dalam Budi Mulyana)

    Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan

    keuangan dan tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah

    secara serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik

    (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislator

    (DPR/DPRD). Apabila anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah

    dan legislator hanya pada sumber daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan

    keuangan dihasilkan dari basis yang berbeda (pelaporan keuangan berbasis akrual sementara

    anggaran berbasis kas), risikonya adalah seakan-akan hanya latihan akuntansi saja (OECD-

    PUMA/SBO, 2002/10 dalam Budi Mulyana).

    Menurut studi yang dilakukan OECD pada tahun 1993, terdapat beberapa manfaat yang

    dapat diharapkan dari penerapan akuntansi berbasis akrual pada sektor publik, di antaranya:

    1. Menyediakan dan mencerminkan basis akuntabilitas kepada manajer instansi sektor

    publik;

    2. Mendukung tujuan instansi sektor pubik untuk memberikan pelayanan yang lebih

    kompetitif (lebih baik);

    3. Memfasilitasi pengelolaan sumber daya yang lebih efisien dan efektif; dan

    4. Memberikan fokus jangka panjang terhadap kebijakan yang diambil oleh manajemen

    sektor publik.

    GASAB dalam makalahnya menyebutkan beberapa keuntungan penerapan basis akrual

    dalam akuntansi pemerintahan, yaitu:

    1. Memberikan penilaian kinerja keuangan yang lebih baik karena semua beban dan

    pendapatan baik yang sudah berupa kas atau belum dimasukkan dalam perhitungan

    surplus/defisit

    2. Memberikan informasi mengenai aliran penerimaan untuk kemudian digunakan dalam

    hal pengelolaan beban utang baik jangka pendek maupun jangka panjang

    3. Memberikan informasi secara komprehensif tentang beban (expenses) yang membantu

    memberikan pemahaman tentang biaya atas suatu kebijakan sehingga dapat dilakukan

    perbandingan dengan kebijakan alternatif yang lain. Juga, bermanfaat dalam

    perhitungan subsidi, sehingga memastikan penerapan kebijakan yang terbaik melalui

    pemanfaatan aset secara optimal serta memberikan jaminan keberlanjutan atas suatu

    program

    4. Penghitungan likuiditas pemerintah yang lebih akurat

    5. Memberikan pengungkapan terhadap akun aset dan utang kontinjensi sehingga risiko

    terkait aset maupun utang kontinjensi tersebut dapat diketahui oleh pengguna laporan

    keuangan

    6. Menjembatani gap akuntansi basis kas dengan dimasukkannya accrued expenses and

    revenue.

  • 4

    Jon R. Blondal (2003) menyatakan bahwa beberapa tujuan penerapan basis akrual

    adalah:

    1. memberikan informasi biaya pemerintah menjadi lebih transparan misalnya

    perhitungan beban pensiun PNS yang diperhintungkan selama PNS tersebut bekerja

    dibandingkan dengan pengakuan yang tiba-tiba muncul ketika PNS tersebut pension

    2. meningkatan kualitas pengambilan kebijakan melalui penyediaan informasi yang lebih

    baik.

    Negara yang menerapkan basis akrual dalam pelaporan keuangannya adalah negara

    yang telah menerapkan manajemen sektor publik yang lebih baik yang mengharuskan

    manajer memfokuskan kebijakan kepada outcome dan output yang diperoleh tidak hanya

    sekedar realisasi kas atas kebijakan tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut para

    manajer perlu mengetahui berapa besar nilai biaya yang sebenarnya ditanggung organisasinya

    untuk dapat menghasilkan outcome dan output yang diharapkan.

    B. ISU TRANSISI PENERAPAN BASIS KAS MENUJU BASIS AKRUAL

    Basis kas telah lama diterapkan oleh pemerintah negara-negara anggota OCED dalam

    melakukan pencatatan atas kegiatan mereka. Namun, tren menunjukkan bahwa beberapa

    tahun belakangan ini sebagian besar negara-negara tersebut mulai beralih dari basis kas

    menuju kepada penerapan basis akrual.

    Tujuan beralihnya negara-negara tersebut kepada basis akrual adalah dalam rangka

    transparansi. Melalui penerapan basis akrual diharapkan pemerintah dapat mengetahui

    dengan lebih baik jumlah pendapatan yang sebenarnya menjadi haknya dan beban/biaya yang

    seharusnya mereka tanggung. Sejalan dengan tujuan tersebut, penerapan basis akrual

    diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pemerintah. Hal ini dapat

    terjadi dikarenakan informasi yang dihasilkan melalui penerapan basis akrual merupakan

    informasi yang lebih berkualitas dibandingakan dengan informasi yang diperoleh melalui

    basis kas. Cakupan informasi yang diperoleh melalui basis kas dipandang lebih sempit

    dikarenakan hanya mengakui terjadinya suatu kejadian ekonomi ketika kejadian tersebut

    melibatkan kas, baik arus kas keluar maupun arus kas masuk. Sementara basis akrual

    menghasilkan informasi dengan cakupan lebih luas dikarenakan setiap transaksi maupun

    kejadian ekonomi akan diakui meskipun tidak disertai adanya aliran kas.

    Sejumlah isu muncul seiring berjalannya proses transisi dari basis kas menuju basis

    akrual, dimana isu-isu ini akan menjadi kendala apaila tidak dihadapi dengan cermat. Berikut

    adalah isu-isu yang muncul seiring berjalannya proses transisi:

    1. Cakupan Penerapan Basis Akrual

    Pemerintah harus memutuskan sejauh mana basis akrual akan diterapkan, apakah hanya

    mencakup dalam hal pelaporan keuangan maupun juga akan diterapkan dalam hal

    penganggaran. Hal ini menjadi penting dikarenakan terdapat beberapa hambatan dalam

    penerapan anggaran yang berbasis akrual sebagaimana disebutkan oleh Blondal (2003), yaitu:

    a. Anggaran akrual diyakini berisiko dalam disiplin anggaran. Keputusan politis untuk

    membelanjakan uang sebaiknya ditandingkan dengan ketika belanja tersebut dilaporkan

    dalam anggaran. Hanya saja, basis kas yang dapat menyediakannya. Jika sebagian besar

  • 5

    proyek belanja modal, misalnya, dicatat dan dilaporkan pada beban penyusutan, akan

    berakibat meningkatkan pengeluaran untuk proyek tersebut.

    b. Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk mengadopsi penganggaran akrual.

    Resistensi ini seringkali sebagai akibat dari terlalu kompleknya penganggaran akrual.

    Dalam konteks ini, lembaga legislatif negara yang menerapkan penganggaran akrual

    pada umumnya akan memiliki peran yang lemah dalam proses penganggaran.

    Terdapat beberapa negara yang telah menerapkan basis akrual baik dalam hal pelaporan

    keuangan maupun penganggaran, diantaranya adalah Australia dan Selandia Baru. Sementara

    beberapa negara yang lain menerapkan penganggaran berbasis akrual secara parsial, sebagai

    contoh adalah Amerika Serikat dimana sebagaian akun dalam anggarannya menggunakan

    basis akrual yaitu beban bunga, dana pensiun, dan program garansi.

    2. Penyelarasan Akuntansi Akrual dan Penganggaran

    Banyak pihak berpendapat bahwa akuntansi (pelaporan) dan penganggaran sebaiknya

    menggunakan basis yang sama, sehingga anggaran dan realisasi kinerja pemerintah dapat

    dibandingkan secara jelas dan transparan. Pihak-pihak tersebut beralasan bahwa tanpa

    disertai penganggaran secara akrual, pelaporan/akuntansi secara akrual tidak akan

    memberikan keuntungan yang signifikan. Meskipun begitu, beberapa negara memutuskan

    untuk mengadopsi pelaporan secara akrual terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan

    penerapan penganggaran secara akrual. Sebagai contoh adalah Prancis yang telah

    mengadopsi akuntansi berbasis akrual akan tetapi belum berniat mengadopsi penganggaran

    secara akrual, berbeda dengan Australia dan Selandia Baru yang telah menerapkan keduanya.

    3. Proses Penerapan Basis Akrual

    Implementasi basis akrual dapat diterapkan melalui dua cara, yakni top down

    (mandatory) dan bottom up. Penerapan secara top down berarti semua entitas dalam lingkup

    pemerintahan wajib menerapkan basis akrual dalam rentang waktu yang pasti dan seragam.

    Sementara penerapan secara bottom up dilakukan dengan memilih beberapa entitas tertentu

    sebagai pilot project untuk meyakinkan bahwa basis akrual dapat dilaksanakan dengan baik.

    Budi Mulyana menyebutkan bahwa penerapan basis akrual dalam time frame yang

    pendek (1-3 tahun) akan berisiko menimbulkan reform fatigue yaitu hilangnya sense of

    urgent dan antusiasme dari para penyelenggara akuntansi khususnya karena merasa lelah

    dengan perubahan-perubahan yang terus menerus tanpa merasakan manfaatnya secara

    langsung. Maka menurutnya untuk mengatasi risiko tersebut disarankan agar penerapan basis

    akrual dilakukan secara bertahap dalam time frame medium (4-6 tahun), dengan cara sebagai

    berikut:

    a. terapkan dulu kepada beberapa entitas akuntansi tertentu di Pemerintah Pusat yang

    telah dianggap mapan dalam proses akuntansinya, sebagai pilot project;

    b. apabila pilot project ini berhasil, maka pengalaman praktek akuntansi akrual tersebut

    dapat ditransfer dan digunakan sebagai bahan sosialisasi kepada instansi-instansi

    pemerintah lainnya.

  • 6

    4. Klasifikasi anggaran dan bagan akun

    Bagan akun merupakan dasar pencatatan transaksi akuntansi dalam buku besar. Jika

    suatu negara menerapkan akuntansi berbasis akrual bersamaan dengan penganggaran secara

    akrual, maka bagan akun dan klasifikasi anggaran tersebut akan memiliki akun-akun yang

    serupa. Akan tetapi, apabila sebuah negara memutuskan untuk menerapkan basis akrual

    hanya untuk akuntansi/pelaporannya sementara penganggaran tetap menggunakan basis kas,

    maka akan terdapat perbedaan terhadap kedua jenis klasifikasi tersebut. Dalam kondisi

    tersebut, bagan akun harus dapat menghasilkan laporan baik menggunakan basis kas maupun

    akrual.

    5. Penyusun standar

    Independensi penyusun standar merupakan satu dasar yang penting. Pertemuan negara-

    negara anggota OECD beberapa waktu yang lalu menyoroti akan pentingnya independensi

    ini. Secara umum negara-negara tersebut memberikan respon diperlukannya sebuah badan

    yang independen dalam rangka penyusunan standar akuntansi pemerintah. Dimana badan

    tersebut bersifat professional yang di anggotai perwakilan-perwakilan baik dari dalam

    maupun luar pemerintahan.

    Badan ini akan memberikan usulan standar kepada menteri keuangan untuk kemudian

    disetujui. Namun, beberapa negara memiliki badan independen yang tidak hanya menyusun

    standar akuntansi pemerintah tapi juga standar akntansi sector privat. Sebagai contoh adalah

    Australia dan Selandia Baru.

    6. Kompetensi operator

    Akuntansi berbasis kas pada dasarnya lebih sederhana dibandingkan dengan akuntansi

    berbasis akrual, hal ini disebabkan karena dalam akuntansi berbasis kas hanya mencatat

    kegiatan-kegiatan yang melibatkan kas masuk maupun kas keluar. Sementara akuntansi

    berbasis akrual merupakan sistem akuntansi yang lebih rumit yang pada umumnya

    memerlukan judgement dan kemampuan akuntansi lebih baik.

    Pengalaman di dunia internasional menyebutkan bahwa kurangnya sumber daya dengan

    kompetensi yang memadai merupakan salah satu penyebab utama gagal atau kurang

    suksesnya penerapan akuntansi berbasis akrual. Penting bagi pemerintahan suatu negara

    untuk memastikan ketersedian dan kompetensi operator akuntansinya demi berjalan

    lancarnya transisi basis akuntansi. Operator di negara-negara yang sebelumnya menganut

    basis kas, pada umumnya hanya terbiasa dan ahli dalam basis tersebut, sehingga diperlukan

    pelatihan mengenai akuntansi pelaporan yang berbasis akrual untuk meningkatkan

    kompetensi mereka. Lebih jauh lagi pemerintah negara-negara tersebut perlu mempekerjakan

    akuntan yang memang ahli dalam bidang akuntansi berbasis akrual.

    7. Sistem yang memadai

    Secara teori, akuntansi berbasis kas dan akuntansi berbasis akrual dapat

    diimplementasikan baik secara manual maupun dengan menggunakan teknologi informasi

    berupa aplikasi akuntansi sebagaimana yang saat ini banyak digunakan pada sector privat.

    Namun dalam praktiknya, penggunaan teknologi akuntansi dirasa akan lebih baik dan efisien

    dibandingkan dengan implementasi secara manual.

  • 7

    Dengan adanya perubahan basis akuntansi yang digunakan secara otomatis pemerintah

    harus merubah aplikasi yang selama ini telah digunakan, yang mana aplikasi tersebut berbasis

    kas. Perubahan ini tentunya tidak mudah dan memerlukan persiapan yang memadai, terlebih

    pada suatu negara yang memiliki negara bagian ataupun provinsi dalam jumlah yang besar.

    8. Political will yang kuat

    Salah satu faktor paliang penting dalam proses transisi akuntansi berbasis kas menuju

    akuntansi berbasis akrual adalah dukungan dari para pemangku kepentingan, dalam hal ini

    pihal eksekutif dan legislatif. Di mana dukungan ini haruslah nyata dan tidak bersifat ambigu.

    Eksekutif selaku pihak yang menjalankan roda pemerintahan, harus betul-betul memahami

    alasan, tujuan, akibat dan rencana transisi basis akuntansi ini dengan baik. Sementara dari sisi

    legislative dukungan juga tidak kalah penting, dikarenakan pada akhirnya merekalah yang

    akan menyetujui, mengawasi, dan mengevaluasi program kinerja pemerintah melalui

    pelaporan akuntansi dan anggaran pemerintah.

    Salah satu contoh political will yang kuat dapat kita lihat pada negara Selandia Baru.

    Menurut Budi Mulyana, dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun

    birokrasi, adalah faktor kunci di dalam keberhasilan implementasi rezim manajemen

    keuangan baru di Selandia Baru.

    C. KOMPARASI PENERAPAN BASIS AKUNTANSI DI NEGARA-NEGARA

    ANGGOTA OECD

    Tahapan atau fase yang diterapkan oleh berbagai negara anggota OECD dalam

    melakukan transformasi akuntansi sektor publik dari basis kas ke basis akrual tidaklah sama.

    Langkah-langkah transformasi dan berbagai modifikasi dilakukan negara-negara tersebut

    dengan menyesuaikannya terhadap karakteristik dan kondisi kesiapan masing-masing. Secara

    ringkas, komparasi penerapan akuntansi berbasis akrual pada negara-negara anggota OECD

    dapat terlihat dari tabel berikut ini.

    No. Nama Negara

    Akuntansi Individual untuk

    Departemen/Lembaga

    Laporan Konsolidasian

    Akrual

    Penganggaran Akrual

    1 Amerika Serikat

    Sejak tahun anggaran 1998

    Sejak tahun anggaran 1998

    Beberapa

    2 Australia Sejak tahun anggaran 1995

    Sejak tahun anggaran 1997

    Sejak Tahun 2000

    3 Austria Tidak Tidak Akrual yang dimodifikasi

    4 Belgia Beberapa Tidak Akrual yang dimodifikasi

    5 Belanda Sejak tahun 1994 Sedang dikenalkan Untuk lembaga-lembaga sejak 1997. Sedang dikenalkan akrual penuh

    6 Republik Ceko

    Tidak Tidak Tidak, tapi akan dikenalkan akrual

  • 8

    yang dimodifikasi 7 Denmark Beberapa Beberapa Sedang dikenalkan

    penganggaran akrual penuh

    8 Finlandia Sejak tahun anggaran 1998

    Sejak tahun anggaran 1998

    Ya

    9 Yunani Beberapa Ya ESA 95 yang dimodifikasi

    10 Hungaria Laporan basis kas didukung dengan informasi akrual

    Tidak Tidak, tapi akan dikenakan akrual yang dimodifikasi

    11 Islandia Sejak tahun anggaran 1992

    Sejak tahun anggaran 1992

    Sejak tahun anggaran 1998

    12 Republik Irlandia

    Laporan basis kas, didukung dengan infomasi akrual

    Tidak Akrual yang dimodifikasi

    13 Republik Korea

    Sedang dikenalkan akrual penuh

    Tidak Sedang dikenalkan anggaran akrual penuh

    14 Jerman Laporan Kas, didukung dengan informasi akrual

    Tidak Dalam persiapan

    15 Italia Ya Ya Ya 16 Jepang Ya Dikenalkan Tidak 17 Inggris Sejak tahun anggaran

    2000 Sejak tahun anggaran 2006

    Sejak tahun 2002

    18 Luksemburg Tidak Tidak Ya 19 Kanada Sejak tahun anggaran

    2002 Sejak tahun anggaran 2002

    Ya

    20 Meksiko Tidak Tidak Tidak 21 Selandia Baru Sejak tahun anggaran

    1992 Sejak tahun anggaran 1992

    Sejak tahun anggaran 1995

    22 Norwegia Tidak Tidak Tidak 23 Perancis Sedang dikenalkan Beberapa, akrual

    penuh sedang dikenalkan

    Dimaksudkan untuk berpindah ke basis akrual modifikasian

    24 Polandia Beberapa Beberapa Tidak, tetapi akan dikenalkan akrual yang dimodifikasi

    25 Portugal Ya Tidak Sedang dikenalkan tambahan informasi akrual

    26 Republik Slovakia

    Tidak Tidak Tidak, tetapi akan dikenalkan akrual yang dimodifikasi

  • 9

    27 Spanyol Akrual yang dimodifikasi

    Akrual yang dimodifikasi

    Basis kas yang dimodifikasi

    28 Swedia Sejak 1994 Sejak 1994 Sedang dikenalkan akrual penuh

    29 Swiss Ya Tidak Sedang dikenalkan akrual penuh

    30 Turki Tidak Tidak Tidak

    Keterangan:

    ESA 95 (European System of Accounts 1995) mengamanatkan penggunaan akrual

    basis untuk penyusunan laporan keuangan. Negara-negara anggota EU diharuskan

    menyusun laporan dan prediksi keuangan pemerintah sesuai dengan ESA 95.

    Negara-negara yang masih menggunakan akuntansi basis kas, sebagian besar

    menggunakan basis akuntansi kas modifikasian.

    Adapun implementasi basis akuntansi untuk penganggaran di beberapa negara adalah

    sebagai berikut:

  • 10

    D. STUDI KASUS PENERAPAN AKUNTANSI AKRUAL DI NEGARA-NEGARA

    OECD

    Beberapa negara yang tergabung dalam OECD (Organisation for Economic Co-

    operation and Development) telah menerapkan basis akuntansi akrual dalam manajemen

    publik mereka. Penerapan basis akrual ini dilakukan secara bertahap dan merupakan bagian

    dari reformasi manajemen publik di beberapa negara tersebut. Pada paper ini akan disajikan

    studi kasus mengenai penerapan akuntansi akrual di negara Selandia Baru dan Amerika

    Serikat. Harapan kami adalah semoga Indonesia dapat belajar dari pengalaman kedua negara

    tersebut sehingga dapat lebih siap lagi dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual pada

    tahun 2015 mendatang.

  • 11

    1. Penerapan Akuntansi Akrual di Selandia Baru

    a. Latar Belakang

    Adaptasi basis akuntansi akrual di Selandia Baru terjadi sebagai akibat dari reformasi

    ekonomi besar-besaran yang dilakukan pemerintah setempat pada pertengahan akhir tahun

    1980-an hingga awal tahun 1990-an. Reformasi ini mengganti manajemen sektor publik yang

    semulan merupakan sistem berbasis kepatuhan pada aturan dan anggaran yang detail dan

    sangat membatasi, menjadi sistem berbasis performa dan akuntabilitas. Keberhasilan

    reformasi ini menuntut usaha yang setimpal pada kedua tingkat operasional dan stratejik

    manajemen keuangan publik dan perubahan besar-besaran pada sektor operasi manajemen

    sektor publik tersebut. Dampaknya adalah diperlukan sebuah sistem pembukuan baru yang

    mampu menyajikan informasi keuangan secara lebih informatif dan transparan guna

    mewujudkan manajemen sektor publik yang lebih baik, yaitu sistem akuntansi akrual.

    Adopsi sistem akuntansi akrual di Selandia Baru timbul sebagai akibat reformasi

    ekonomi sebagaimana dijelaskan di atas. Sejak reformasi ekonomi tersebut, Selandia Baru

    menjelma menjadi negara dengan perekonomian terpusat, nonkomunis, yang bersifat sangat

    terbuka kepada dunia. Di awal reformasi ekonomi ini privatisasi perusahaan-perusahaan

    publik (milik pemerintah) marak terjadi, begitu juga dengan deregulasi mata uang Selandia

    Baru dan pasar modal. Tekanan pada pemerintah pun menjadi semakin besar, dan

    transparansi menjadi harga pasti yang harus dijaga oleh pemerintah. Keadaan seperti ini

    mendorong pemerintah untuk mengubah basis penganggaran maupun basis akuntansi yang

    sebelumnya menggunakan basis kas, menjadi basis akrual.

    Di samping itu, Pemerintah Selandia Baru juga mengembangkan sistem manajemen

    keuangan yang terintegrasi dan komprehensif, yaitu:

    1) menerjemahkan strategi pemerintah ke dalam keputusan dan tindakan;

    2) menginformasikan pengambilan keputusan oleh pemerintah;

    3) mendorong sektor pemerintah untuk responsif dan efisien; dan

    4) secara konstan melaksanakan reformasi.

    Berdasarkan hal tersebut di atas, pola manajemen keuangan dalam struktur

    Pemerintahan Selandia Baru pasca reformasi keuangan adalah sebagai berikut.

  • 12

    b. Manfaat yang Diperoleh Selandia Baru Sejak Penerapan Budgeting dan

    Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

    Sesungguhnya sejak mengimplementasikan reformasi ini Selandia Baru memperoleh

    banyak manfaat terutama dari segi akuntabilitas dan statistik fiskal nasional. Fakta

    menunjukkan bahwa Selandia Baru menunjukkan penguatan ketahanan fiskal nasional. Di

    sisi penganggaran, Selandia Baru secara de facto menunjukkan penurunan tingkat utang kotor

    pemerintah yang semula adalah 65% dari pendapatan domestik bruto (1993) menjadi 23% di

    tahun 2005, sementara pada keseluruhan negara anggota OECD terjadi peningkatan rasio

    utang ini dari 66% menjadi 76% pada periode waktu yang sama. Selain itu, Selandia Baru

    juga melaporkan surplus anggaran hampir setiap tahun sejak awal tahun 1990 hingga tahun

    2005. Selandia Baru juga menikmati pertumbuhan ekonomi yang stabil dan terus meningkat

    di kisaran 3,3%. Mengenai masalah seberapa jauh kesuksesan ekonomi Selandia Baru

    dipengaruhi oleh reformasi ekonomi dan penggunaan basis akrual ini sesungguhnya sampai

    saat ini masih terus dikaji oleh para ahli ekonomi.

    c. Strategi Penerapan Basis Akrual pada Budgeting dan Financial Reporting

    Untuk menerapkan basis akrual, Selandia Baru menyiapkan peraturan perundang-

    undangannya secara bertahap dan dilakukan dalam beberapa fase. Fase-fase yang dilalui

    Selandia Baru dalam mengembangkan standar akuntansi pemerintah dengan basis akrual

    dapat dijabarkan sebagai berikut :

    1) Fase Tradisional dan Manajerialis (Traditional and Managerialist Phases)

    Sebelum tahun 1985 Selandia Baru menggunakan akuntansi berbasis kas. Pada saat itu

    pemerintah Selandia Baru masih menggunakan Undang-Undang Pelayanan Publik (Public

    Service Act) 1912 yang mengatur mengenai pengendalian terpusat dalam pembelanjaan.

    2) Fase Marketisasi (Marketisation Phase) 1986-1991

    Antara tahun 1986 s.d. 1991, Selandia Baru memasuki fase Marketisasi. Dalam fase ini

    diperkenalkan sejumlah aplikasi umum untuk sektor publik, termasuk kementerian pusat,

    pemerintah lokal, sektor kesehatan dan pendidikan, dan sejumlah badan pemerintah lainnya.

    Kantor Perbendaharaan kemudian memiliki ide tentang bagaimana anggaran Selandia Baru

    seharusnya. Ide ini berasal dari analisa politik yang dipengaruhi oleh pasar liberal. Ada

    beberapa UU yang dibuat pada fase ini yaitu :

    a) The State Owned Enterprises Act 1986

    b) The State Sector Act 1988

    c) The Public Finance Act 1989

    Peralihan kepada sistem apropriasi dan akuntansi berbasis akrual penuh (full accrual-

    based appropriations and accounting system) tentunya akan memungkinkan munculnya

    penggunaan aset pemerintah yang lebih baik. Pada tahun 1991, semua departemen

    menggunakan akuntansi, biaya, dan anggaran dengan basis akrual penuh.

    3) Fase Strategi Kolektif (Collective Strategy Phase) 1992-1996

    Pada tahun 1992, Selandia Baru menjadi negara pertama yang berhasil membuat

    laporan keuangan seluruh pemerintah (Crown) dengan basis akrual penuh. Informasi yang

    terdapat dalam laporan keuangan Crown melebihi sektor swasta, laporan ini meliputi laporan

    operasi dan pemisahan laporan posisi keuangan, arus kas, komitmen peminjaman, hutang

    kontijensi, pembelanjaan atau biaya yang terjadi dan belum terapropriasi (unappropriated

  • 13

    expenditure or costs incurred). Setiap laporan memiliki pembanding dari tahun lalu. Dalam

    laporan keuangan juga disertakan komentar dan bagan yang mengindikasikan tren dalam

    waktu.

    Keuntungan utama dari Laporan Keuangan Crown adalah dapat meningkatkan

    akuntabilitas kepada parlemen, memperluas jangkauan informasi untuk menilai posisi

    keuangan pemerintah, dan menyadarkan manajer akan kebutuhan untuk mengatur aset secara

    benar.

    Fase stratejik ini ditandai dengan adanya kulminasi dalam pembuatan kebijakan

    anggaran yang didiskusikan secara terbuka sebelum penetapan anggaran. Mulai tahun 1995,

    secara eksplisit kementerian, individual dan kolektif, diharapkan dapat menyatakan secara

    terbuka mengenai prioritas mereka dan mengintegrasikan kedalam strategi yang harus

    dijalankan oleh pelayanan publik dalam area utama misalnya kebijakan sosial (pertumbuhan

    ekonomi, pendidikan, jaminan sosial, perlindungan lingkungan). Kemudian strategi ini

    dikenal sebagai Strategic Result Area (SRA) yang akan dijalankan selama 3 s.d. 5 tahun.

    4) Fase Kapasitas Adaptif (The Adaptive Capacity Phase) 1997 s.d sekarang

    Sebuah laporan yang dibuat oleh Allen Shick (1996) memberikan evaluasi terhadap

    proses reformasi sistem akuntansi pemerintahan Selandia Baru. Laporan ini mengidentifikasi

    kebutuhan akan penguatan kapasitas stratejik dan merekomendasikan akuntabilitas yang

    meliputi tanggung jawab yang tidak hanya berdasarkan atas hasil yang spesifik tapi juga

    mengenai nilai akun, penilaian, dan kepemimpinan. Dalam fase ini terdapat 3 UU yang

    diterbitkan yaitu The Public Audit Act 2001, The Public Finance Act 2004 , dan The Crown

    Entities Act 2004.

    d. Implementasi Basis Akrual dan Kendala yang Dihadapi

    Bila departemen-departemen sudah sepenuhnya mengadopsi sistem akuntansi akrual,

    pemerintah akan dapat memfokuskan perhatiannya pada pelaporan keuangan konsolidasian.

    Penyusunan satu seri laporan keuangan baru untuk pemerintah dengan berbasis GAAP telah

    dikelola sebagai pekerjaan penting yang mencakup tujuh elemen berikut.

    1) Penetapan Kebijakan Akuntansi

    Pengadopsian GAAP memberi kontribusi besar untuk menyederhanakan proses

    perumusan kebijakan akuntansi. Dalam banyak hal penerapan pendekatan yang sama dengan

    sektor swasta (privat) dapat dilakukan tanpa kesulitan. Namun, dengan pendekatan ini tidak

    berarti dapat mengeliminasi semua isu-isu penting yang harus diselesaikan. Kebijakan

    akuntansi direviu secara ekstensif oleh para ahli akuntansi, kemudian diterbitkan draft

    publikasian, dan diberikan briefing kepada para CFO departemental dan tanggapan-

    tanggapan dari mereka dipertimbangkan.

    Isu-isu kritis/kendala yang dihadapi pemerintah Selandia Baru terkait dengan

    perumusan kebijakan akuntansi antara lain adalah sebagai berikut.

    a) Masalah Penilaian Aset

    Salah satu warisan dari sistem akuntansi kas yang lalu adalah tidak tersedianya

    informasi atas harga perolehan historis dari banyak aset. Masalah ini secara umum diatasi

    dengan menggunakan pendekatan net current value untuk penilaian aset. Apabila net

    realizable value tidak dapat diperoleh atau tidak tepat untuk digunakan, seperti untuk kasus

    infrastruktur dan aset tipe heritage, dapat digunakan konsep depreciated replacement cost.

  • 14

    Pendekatan ini untuk menjawab kritik dari sejumlah analis fiskal dan ekonom sektor publik

    bahwa informasi biaya historis sebagian besar sudah tidak relevan untuk kebutuhan mereka.

    Para pengguna laporan keuangan tersebut merasa nyaman dengan menggunakan pendekatan

    current value untuk menilai sebagian besar aset, sehingga neraca memberikan potret yang

    lebih wajar mengenai realitas ekonomi dari posisi keuangan. Pendekatan ini semakin

    didukung di dalam kerangka konseptual akuntansi yang dikembangkan terakhir di Selandia

    Baru dan Australia.

    b) Kriteria Pengakuan Pajak

    Masalah titik pengakuan yang tepat untuk pendapatan pajak dan pendapatan lain yang

    dapat dipaksakan memerlukan pertimbangan mendalam. Sebagian besar titik pengakuan dari

    perspektif ekonomi adalah pada waktu munculnya kewajiban dari para pembayar pajak

    (misalnya, ketika pendapatan yang dapat dikenakan pajak/taxable revenue diperoleh atau

    ketika konsumsi yang dapat dikenakan pajak/taxable consumption dinikmati oleh para

    pembayar pajak). Akan tetapi, informasi andal yang memadai seringkali tidak tersedia secara

    tepat waktu. Oleh karena itu, terutama untuk masalah pajak dalam jangka panjang, kadang-

    kadang diperlukan kompromi atas waktu pengakuan di kemudian hari ketika informasi andal

    telah tersedia.

    c) Pengakuan Bantuan/Subsidi

    Untuk pengakuan beban bantuan dan subsidi, pendekatan yang diambil adalah apabila

    pembayaran bantuan dan subsidi itu masih bersifat discretionary sampai pembayaran

    dilakukan, maka beban akan diakui ketika pembayaran dilakukan. Alternatif lainnya yaitu

    beban akan diakui ketika kriteria tertentu telah dipenuhi dan pemberitahuan telah

    disampaikan kepada pemerintah.

    2) Pengumpulan Informasi

    Peraturan yang mengharuskan disampaikannya informasi keuangan secara reguler,

    akurat, dan tepat waktu kepada Treasury merupakan persyaratan yang menjadi elemen

    kritikal dari rerangka manajemen. Namun demikian, karena departemen-departemen

    mengalami sejumlah biaya marjinal dalam penyajian informasi tanpa menerima manfaat

    langsung, pengumpulan informasi yang diperlukan menjadi isu kunci di dalam penyusunan

    laporan keuangan yang pertama di New Zealand.

    Dari sudut pandang Treasury, strategi implementasi adalah untuk meyakinkan bahwa

    departemen-departemen telah mendapat sosialisi atau pengetahuan yang cukup mengenai

    peraturan-peraturan sehingga mereka mampu melaksanakannya, bahwa hanya informasi yang

    diperlukan untuk agregasi laporan keuangan dan untuk monitoring anggaran yang diminta,

    dan bahwa departemen-departemen dan entitas Crown telah paham tentang informasi yang

    mana yang akan digunakan.

    3) Pengonsolidasin Informasi

    Pemahaman yang jelas mengenai kebijakan akuntansi oleh departemen-departemen dan

    keharusan untuk menyajikan data yang andal secara tepat waktu, membuat proses konsolidasi

    menjadi relatif mudah dengan proses akuntansi. Akan tetapi, awalnya terdapat kesulitan

    dalam proses pengumpulan data yang menyebabkan tekanan bagi tim konsolidasi laporan

    keuangan. Buku besar digunakan ketimbang spreadsheet untuk memproses konsolidasian

    karena buku besar memberikan jejak audit (audit trail) untuk banyak amandemen yang

    diharuskan sebagai bagian dari penyiapan laporan keuangan.

  • 15

    4) Memperoleh Keyakinan atas Informasi

    Keyakinan atas keandalan informasi diberikan dengan tiga cara, yaitu:

    a) Departemental chief executives dan chief financial officers diminta untuk

    menandatangani pernyataan tanggung jawab dengan skedul konsolidasi bahwa dengan

    pengetahuan terbaiknya mereka menyajikan laporan keuangan yang wajar.

    b) Tim Financial Manegement Assurance mereviu skedul konsolidasi dan draft laporan

    keuangan dengan hasil analisis yang memberikan beberapa ukuran kenyamanan.

    c) Audit penuh dilakukan oleh kantor audit yang memberikan keyakinan melalui opini

    terhadap laporan keuangan.

    5) Komentar dan Analisis

    Komentar dan analisis diberikan bersama dengan laporan keuangan. Sekarang,

    disediakan analisis yang lebih detil atas informasi keuangan yang dihasilkan, seperti tren dan

    informasi anggaran komparatif. Contoh komentar yang diberikan antara lain, ketika

    penyusunan laporan keuangan yang pertama kalinya yang menenujukkan posisi kekayaan

    bersih yang negatif; interpretasi yang diberikan secara hati-hati atas informasi yang baru

    dihasilkan dengan dasar akrual, komentar tentang manajemen risiko atas aset dan utang.

    6) Isu Penyajian dan Publikasi

    Isu-isu di dalam penyajian dan publikasi harus diperhatikan sungguh sungguh, intinya

    harus dilakukan upaya untuk meyakinkan bahwa kualitas informasi keuangan yang disajikan

    lebih baik dengan dokumen yang lebih baik. Penyajian informasi pada dasarnya harus tepat

    waktu dan akurat, untuk itu perlu ada deadlineyang pasti dan perbaikan -perbaikan sebelum

    dipublikasikan.

    7) Komunikasi dan Pemasaran

    Upaya komunikasi dan pemasaran dimaksudkan agar laporan keuangan dapat

    mendukung dihasilkannya output yang bagus dan pada gilirannya akan menghasilkan

    outcome yang bagus. Laporan keuangan di New Zealand disajikan berpasangan dengan

    informasi ekonomi, informasi yang baru dan lebih baik mengenai posisi keuangan dan

    kepemimpinan pemerintah, menginformasikan dan mendukung pengambilan keputusan oleh

    eksekutif dan meningkatkan kemampuan parlemen dan pihak lainnya untuk mengawasi

    pemerintah agar tetap bertanggung jawab.

    Strategi pemasaran diterapkan dengan memperluas informasi yang disediakan di dalam

    laporan keuangan, seperti informasi tentang kebijakan fiskal dan ekonomi pemerintah dengan

    interpretasi yang memadai sehingga meminimalkan kesalahan persepsi. Adapun pengguna

    utama dari laporan keuangan adalah parlemen, analis keuangan dan ekonomi, agen

    pemeringkat, publik dan media, dan kelompok yang memiliki kepentingan khusus.

    e. Faktor Kunci Keberhasilan Menerapkan Basis Akrual pada Penganggaran dan

    Pelaporan Akuntansi di Selandia Baru

    Setelah mendalami berbagai sumber dan literatur, kami menemukan beberapa faktor

    kunci yang mendukung keberhasilan Selandia Baru dalam menerapkan Pola Penganggaran

    dan Pelaporan Akuntansi yang berbasis full akrual. Faktor-faktor tersebut adalah antara lain

    berikut ini.

  • 16

    1) Komitmen pada Perubahan dan Dukungan dari Otoritas

    Dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun birokrasi, adalah

    faktor kunci di dalam keberhasilan implementasi rezim manajemen keuangan baru. Pada

    level stratejik, komponen -komponen di dalam perubahan (reformasi) diatur sedemikian rupa

    sehingga menghasilkan manfaat lebih awal baik untuk birokrasi maupun para menteri,

    merefleksikan perbedaan hasil dikaitkan dengan perbedaan elemen perubahan, dan

    mempertimbangkan isu-isu hubungan antara treasury dan lembaga-lembaga pemerintah

    lainnya. Di awal proses, birokrat sudah menerima output atau manfaat dari

    departemen/lembaga yang mereka jalankan tanpa harus mengacu pada persyaratan prosedur

    detil yang ekstensif sebagaimana diatur dalam aturan -aturan perbendaharaan (treasury) dan

    pedoman pelayanan publik.

    2) Manajemen Risiko dan Pola Sosialisasi yang Baik

    Manajemen risiko adalah elemen kunci dari implementasi reformasi. Hal ini akan

    dicapai secara bertahap selama proses reformasi. Sebagai contoh, kontrol input yang

    tersentralisasi akan dipertahankan sebelum suatu departemen berpindah pada rezim baru.

    Elemen lain dari manajemen risiko meliputi strategi komunikasi yang intensif, melalui

    sosialisasi/diklat, seminar, majalah, jurnal, artikel di koran, dsb. Upaya komunikasi ini sangat

    berhasil dalam menanamkan pemahaman umum mengenai kunci-kunci dasar dari reformasi

    kepada audiens secara luas. Di samping itu, dibentuk fungsi Financial Management

    Assurance di dalam Treasury untuk menjalankan peran audit internal stratejik, dan pelayanan

    konsultasi kepada departemen selama proses 18 reformasi.

    3) Desain Peraturan yang Jelas dan Tegas

    Desain peraturan juga merupakan kunci dari reformasi ini. Sebagai contoh adalah

    bagaimana pemerintah Selandia Baru meninggalkan peraturan-peraturan yang mengatur

    proses administrasi secara detil dengan ditetapkannya State Sector Act 1988 dan Public

    Finance Act 1989 yang memberikan sinyal yang kuat akan keseriusan hasrat pemerintah

    untuk melakukan reformasi secara permanen. Selain itu, berikut ini adalah beberapa undang-

    undang lain yang mendukung pelaksanaan akuntansi pemerintahan di Selandia Baru sejak

    awal proses reformasi:

    a) The State Owned Enterprises Act 1986 (SOE Act) merupakan undang-undang yang

    memberikan model awal dalam manajemen publik

    b) The Fiscal Responsibility Act 1994 (FRA). UU ini mensyaratkan pemerintah untuk

    menyatakan tujuan keuangan dan melaporkan perkembangannya untuk mencapai

    tujuan tersebut. FRA diharapkan dapat menyediakan informasi yang meliputi

    pernyataan kebijakan anggaran, laporan strategi fiskal dan perkiraan ekonomi-fiskal

    yang diupdate

    c) The Public Audit Act 2001, memberikan wewenang kepada auditor umum untuk

    bertindak sebagai petugas parlemen dan menentukan peraturan yang berkaitan dengan

    audit terhadap organisasi sektor publik

    d) The Public Finance Act 2004, UU ini merupakan amandemen dari UU Keuangan

    Publik 1989. Perubahan yang signifikan adalah terdapatnya kerangka kerja bagi

    legislatif dalam meminjam dan menggunakan uang negara

    4) Adanya Badan Akuntansi Profesional Pemerintah

  • 17

    Pemerintah Selandia Baru memiliki sebuah badan akuntansi profesional yang terdiri

    dari akuntan praktisi, akuntan korporat, dan akuntan sektor publik. The Institute of Chartered

    Accountans of New Zealand (kemudian menjadi The New Zealand Society of Accountants)

    tertarik dan mendukung proses reformasi yang berjalan di sana. Para anggota yang aktif telah

    mencurahkan waktu yang banyak untuk mengorganisasikan konvensi-konvensi dan

    memberikan dukungan maupun pelatihan.

    2. Penerapan Akuntansi Akrual di Amerika Serikat

    a. Latar Belakang

    Saat ini negara-negara yang telah mengadopsi akuntansi akrual sektor publik seperti

    Australia dan Selandia Baru digambarkan sebagai teladan dalam tanggung jawab fiskal, telah

    mencapai peringkat satu dan peringkat dua dari 34 negara utama dalam Sovereign Fiscal

    Responsibility Index, disiapkan pada tahun 2011 oleh Stanford University. Dalam studi yang

    sama, Amerika Serikat berada di peringkat 28. Kurangnya akuntabilitas telah lama menjadi

    akar penyebab permasalahan fiskal dalam pemerintah AS. Amerika Serikat tidak

    menggunakan dasar akrual untuk menghitung defisit anggaran tahunan dan utang nasional

    yang dihasilkan. FASB telah mengusulkan standar hibrida - akrual untuk digunakan dalam

    penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi tahunan AS, namun standar tersebut tidak

    mencakup penggunaan GAAP untuk melaporkan kewajiban pensiun federal dan kewajiban

    untuk Jaminan Sosial dan Medicare. Aktuaris telah memperkirakan kewajiban ini menjadi

    lebih dari $ 40 triliun jauh di atas utang Treasury saat ini beredar hampir $16,7 triliun, yang

    tunduk pada undang-undang batas utang.

    Perjalanan pemerintah Amerika Serikat menuju basis akuntansi akrual berlangsung

    selama 70 tahun. Berbentuk negara Federal, Amerika Serikat terdiri dari 50 negara bagian

    (state) dengan total 87.867 state dan local government. Struktur Standar Akuntansi di

    Pemerintah Amerika terbagi menjadi dua wilayah spesifik yaitu entitas pemerintah negara

    bagian dan lokal dan entitas pemerintah federal. Sebagaimana tergambar dalam diagram di

    bawah ini.

    Adapun latar belakang pemerintah Amerika Serikat berpindah ke akuntansi berbasis

    akrual antara lain :

  • 18

    1) Pada pemerintah negara bagian/lokal : tidak dapat digunakannya FASB yang

    merupakan pedoman akuntansi swasta di Amerika untuk digunakan dalam sektor

    publik menurut para dewan karena beberapa alasan, sehingga dibentuklah GASB yang

    akhirnya berusaha membuat standar dengan basis akrual

    2) Pada pemerintah federal : adanya Undang-Undang Chief Financial Officer ( CFO )

    pada tahun 1990 yang mengharuskan pemerintah Amerika Serikat beserta seluruh

    entitas yang menjadi komponennya untuk mengeluarkan laporan keuangan tahunan

    yang diaudit. Untuk itu Sekretariat Perbendaharaan, direktur Office ofManagement and

    Budget ( OMB ), dan Comptroller General ( Pengawas Keuangan Umum ) dari

    Government Accountability Office Government Accountability Office ( GAO )

    membentuk The Federal Accounting Standards Advisory Board ( FASAB )mengatur

    standar pembuatan laporan keuangan basis akrual. FASAB mengeluarkan Statement of

    Federal Financial Accounting Standards( SFFAS ).

    b. Strategi Penerapan Basis Akrual

    Penyusunan standar secara formal dimulai pada tahun 1933 dengan pendirian National

    Committee on Municipal Accounting ( NCMA ). Pada tahun 1948 NCMA berubah menjadi

    National Committee on Governmental Accounting. Selanjutnya komite tersebut bertemu

    secara ad-hoc untuk memutakhirkan standar akuntansi. Seluruh standar dan pemutakhiran

    atas standar dikodifikasikan dalam bentuk Governmental Accounting, Auditing and Financial

    Reporting (GAAFR atau lebih dikenal dengan sebutan the blue book). Edisi terakhir

    dikeluarkan oleh komite pada tahun 2005, namun bluebook ini tetap menjadi sumber tidak

    resmi yang penting bagi pegawai keuangan pemerintah. Pada tahun 1973, National Council

    on Governmental Accounting (NCGA) dibentuk untuk mengevaluasi model pelaporan

    keuangan yang telah ada. NCGA mengubah basis penetapan standar dari ad-hoc menjadi

    terstruktur.

    Pada tahun 1984 terbentuklah Governmental Accounting Standard Board (GASB) di

    bawah pengawasan Financial Accounting Foundation (FAF). GASB bertugas untuk

    menyusun dan memutakhirkan standar akuntansi untuk pemerintah negara bagian dan lokal

    sampai saat ini.

    c. Sejarah Standar Akuntansi Berbasis Akrual bagi Pemerintah Federal

    Sampai dengan tahun 1990, pada pemerintah federal yang bertanggungjawab atas

    pelaporan keuangan adalah the General Accounting Office (GAO, sekarang the Government

    Accountability Office), the United States Treasury, dan the Office of Management and

    Budget. Lalu pada tahun 1990, didirikanlah Federal Accounting Standards Advisory Board (

    FASAB ). FASAB dibentuk sebagai konsekuensi dari adanya undang-undang Chief Financial

    Officers Act yang mewajibkan pemerintah federal untuk menerbitkan laporan keuangan

    tahunan audited.

    d. Sejarah Standar Akuntansi Berbasis Akrual bagi Pemerintah Negara Bagian dan

    Lokal

    Pada awal pembentukannya, GASB melanjutkan proyek NCGA yang belum selesai

    yaitu, the Measurement Focus and Basis of Accounting (MFBA) dan the Financial Reporting

  • 19

    Model. Kedua proyek tersebut selesai dikerjakan oleh GASB setelah 15 tahun kemudian.

    Dengan demikian, pada waktu itu pelaporan keuangan pemerintah negara bagian dan lokal

    berdasarkan current financial resource flows measurement focus dan modified

    accrual basis of accounting dalam akuntansi dananya. Pada basis ini, pendapatan diakui

    ketika pendapatan itu dapat melikuidasi kewajiban lancar dan pengeluaran/belanja diakui

    ketika terlikuidasi dengan financial resources yang tersedia untuk dibelanjakan.

    Selama 15 tahun penyusunan model pelaporan keuangan pemerintah berbasis akrual,

    banyak proses telah dilalui dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Tahun

    1990, GASB menerbitkan GASB Statement No. 11, Measurement Focus and Basis

    of Accounting Governmental Fund Operating Statements. Standar ini hanya berfokus pada

    laporan operasional. Tahun 1992, GASB menerbitkan preliminary views document (PV),

    Implementation of GASB Statement No. 11, Measurement Focus and Basis of Accounting

    Governmental Fund Operating Statements, PV ini mengetengahkan isu penyajian neraca. PV

    ini dimaksudkan untuk meminta pandangan dari konstituen mengenai isu tersebut. Dari hasil

    PV tersebut, mayoritas responden lebih memilih untuk menunda pemberlakuan Statement

    11.Tahun 1993, setelah melalui due process, GASB menyimpulkan bahwa pemberlakuan

    GASB Statement No. 11 harus ditunda setidaknya sampai 2 tahun setelah diterbitkannya

    standar yang mengatur laporan neraca. Banyak pihak menganggap hal tersebut sebagai suatu

    kemunduran dalam usaha penyusunan standar yang mengatur mengenai basis akrual. Pada

    bulan Juni tahun 1999, setelah melalui due process melalui ED di tahun 1997, akhirnya

    GASB menerbitkan GASB Statement No. 34, Basic Financial Statements and

    Managements Discussion and Analysis for State and Local Governments. Penerbitan standar

    tersebut menandai keberhasilan GASB dalam usahanya menyusun standar pelaporan

    keuangan pemerintah berbasis akrual.

    e. Masalah Pelaksanaan Terkait dengan Adopsi Akrual

    Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah karena mereka menerapkan model akuntansi

    baru akrual cukup luas . Isu-isu implementasi paling menantang adalah aset modal, eliminasi,

    klasifikasi , dan MD & A (Management discussion and analysis).

    1) Aset Modal

    Pengintegrasian pencatatan aset modal membuat pemerintah perlu mempertimbangkan

    kembali mengenai batas kapitalisasi. Beberapa pemerintah memiliki ambang kapitalisasi

    serendah $ 50. State and Local Government (selain Enterprise Fund, Internal Service Fund,

    dan Pension Trust Fund) sebelum pelaksanaan Pernyataan 34 tidak perlu melaporkan

    penyusutan aset tetap dan aset infrastruktur. Karena kewajiban penyusutan aset, pemerintah

    tidak hanya harus mendokumentasikan saat aktiva tersebut diperoleh, tetapi juga menentukan

    masa manfaat aset tersebut. Entitas Pemerintah yang tidak memberikan informasi mengenai

    penyusutan dan aset infrastruktur ini dapat memperoleh opini adversed atau qualified atas

    audit LK mereka.

    2) Klasifikasi

    Keputusan menentukan klasifikasi yang tepat berdasarkan model pelaporan baru yang

    perlu dibuat termasuk menentukan apakah pendapatan pemerintah harus dilaporkan sebagai

    pendapatan program atau sebagai pendapatan umum. Aktiva bersih juga perlu

  • 20

    diklasifikasikan menjadi tiga kategori : aset modal , setelah dikurangi utang terkait; restricted

    net assets (dibagi antara pembatasan permanen dan sementara), dan nonrestricted.

    3) Eliminasi

    Entri eliminasi adalah tantangan baru hasil dari dua faktor yang sebelumnya

    diperkenalkan : penggunaan dua kolom dalam laporan keuangan pemerintah secara luas dan

    fokus pada informasi biaya pelayanan. Tidak semua kegiatan intra-entitas dan antar entitas

    dieliminasi. Sebuah contoh utama, dari transaksi intra-entitas yang tidak akan dihilangkan

    adalah transaksi pertukaran antara program dalam suatu kegiatan, misalnya biaya inspeksi.

    Jika transaksi itu dihilangkan, akan mengakibatkan biaya program layanan inspeksi dan

    pendapatan penyediaan inspeksi menjadi understated.

    4) MD & A

    MD & A dimaksudkan untuk membuat analisis faktual posisi keuangan pemerintah dan

    perubahan posisi keuangan untuk periode tersebut. MD & A diklasifikasikan sebagai RSI

    (Required Suplementary Information) dan kurangnya MD & A tidak mempengaruhi opini

    audito. MD & A tetap menjadi sumber informasi yang kredibel melalui profesionalisme

    pejabat keuanganyang mempersiapkan MD&A.

    f. Standar Akrual dalam Konteks Internasional

    Peran IPSASB dalam proses evolusi basis akuntansi menuju akrual di Amerika dapat

    diamati melalui timeline penyusunan standar. Baik GASB maupun FASAB menerbitkan

    standar akrual mereka pada 1990-an. Sebaliknya, IPSAS 1 tentang Penyajian Laporan

    Keuangan, belum diterbitkan hingga tahun 2000. Dalam banyak hal laporan keuangan

    pemerintah yang diusung oleh GASB dan FASAB secara substansial mirip dengan yang

    dikembangkan oleh IPSASB dan pendahulunya. Masing-masing membutuhkan Laporan

    keuangan disusun atas dasar akrual yang mencakup seluruh entitas pemerintah. Berikut

    adalah Komparasi Tujuan Pelaporan Keuangan GASB, FASAB, dan IPSASB.

  • 21

  • 22

    BAB III

    SIMPULAN

    Berikut ini adalah simpulan berdasarkan hasil pembahasan di atas:

    1. Meningkatnya kebutuhan informasi akuntansi yang semakin lengkap dan menunjang

    pengambilan keputusan kebijakan publik yang lebih baik menuntut perubahan pada

    basis akuntansi pemerintah yang digunakan. Akuntansi berbasis kas yang sebelumnya

    diterapkan dianggap sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga

    perpindahan kepada akuntansi berbasis akrual menjadi hal yang penting.

    3. Beberapa tujuan penerapan basis akrual adalah untuk memberikan informasi biaya

    pemerintah menjadi lebih transparan serta meningkatan kualitas pengambilan kebijakan

    melalui penyediaan informasi yang lebih baik.

    4. Dalam melakukan perpindahan dari akuntansi berbasis kas ke akuntansi berbasis akrual

    pada sektor publiknya, pemerintah perlu memerhatikan beberapa isu penting, antara

    lain Penyusunan kebijakan akuntansi, gap dengan standar akuntansi internasional,

    sinkronisasi antara akuntansi akrualdan anggaran, klasifikasi anggaran dan akun

    standar, neraca awal, proses keuangan yang terdesentralisasi/tidak terdesentralisasi, dan

    konsolidasi.

    5. Tahapan atau fase yang diterapkan oleh berbagai negara anggota OECD dalam

    melakukan transformasi akuntansi sektor publik dari basis kas ke basis akrual tidaklah

    sama. Langkah-langkah transformasi dan berbagai modifikasi dilakukan negara-negara

    tersebut dengan menyesuaikannya terhadap karakteristik dan kondisi kesiapan masing-

    masing.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    International Federation of Accountants (IFAC), International Public Sector Accounting

    Standards Board (IPSASB). 2006. Information Paper: The Road to Accrual

    Accountingin the United States of America.

    Blndal, Jn R. 2003. Accrual Accounting and Budgeting: Key Issues and Recent

    Developments. OECD Journal on Budgeting.

    Mulyana, Budi. Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-negara Lain: Tren di Negara-

    negara Anggota OECD.

    http://thehill.com/blogs/congress-blog/economy-a-budget/322139-why-we-need-accrual-

    accounting-in-washington