seminar akuntansi manajemen.docx
TRANSCRIPT
SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN
PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER
INTENTIONS KARYAWAN KOPERASI PERMITRA NTB
MATARAM
Oleh :
SYUKRON HADI
(A1C 008 047)
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
perusahaan yang mempunyai peranan penting bagi tercapainya tujuan perusahaan.
Sumber daya manusia merupakan pelaksana dalam perusahaan yang akan
mengelola dan memanfaatkan unsur-unsur seperti mesin, modal, bahan baku di
dalam perusahaan sehingga nantinya unsur-unsur tersebut dapat dimanfaatkan
secara efektif dan efisien. Sumber daya manusia menjadi unsur yang paling
penting dalam setiap aktivitas yang dilakukan di perusahaan. Mesin-mesin atau
modal yang ada di perusahaan tidak akan berguna tanpa peran aktif dari sumber
daya manusia yang mengelolanya.
Perhatian di bidang sumber daya manusia tidaklah boleh diabaikan karena pada bidang
tersebut merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja untuk
menciptakan sumber daya yang berkualitas. Sumber daya manusia dengan akal
pikirannya dapat mengelola dan mengendalikan dirinya sendiri, ia juga dapat
mengelola dan mengendalikan faktor-faktor produksi yang lain yaitu dana, bahan
baku, metode dan mesin. Panggabean (2004:12) menyatakan bahwa sumber daya
manusia dalam suatu organisasi perusahaan sangat penting karena mempunyai
peranan dalam keberlangsungan hidup organisasi perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber daya manusia dalam suatu perusahaan memegang
peranan penting dalam meningkatkan kemajuan dan kelangsungan hidup
organisasi.
Dalam perusahaan sumber daya manusianya adalah karyawan. Hasibuan
(2005:12) menjelaskan bahwa karyawan merupakan penjual jasa (pikiran dan
tenaganya). Dalam hal ini, karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan
yang diberikan pimpinan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan jika karyawan
mempunyai kewajiban memberikan tenaga serta pikirannya untuk kepentingan
perusahaan. Semua karyawan di perusahaan wajib mengembangkan potensinya
sesuai dengan tujuan perusahaan. Karyawan merupakan aset utama bagi perusahaan
karena tanpa adanya karyawan aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan
berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin
dicapai perusahaan. Karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang
diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian.
Setiap perusahaan dituntut untuk mengelola sumber daya manusia dengan
harapan berorientasi pada penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Sumber daya manusia yang handal yang dimiliki oleh perusahaan memberikan
keuntungan tersendiri. Hal ini dapat terlihat apabila sumber daya manusia tersebut
mampu melaksanakan berbagai tugas sesuai dengan job description. Semua
sumber daya manusia wajib untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Namun seringkali dalam perusahaan ada karyawan yang tidak mengerahkan
seluruh kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan karena
adanya keinginan untuk pindah ke perusahaan lain. Hal ini
menyebabkan tingkat turnover intentions (keluar masuknya) karyawan
dalam
lingkungan operasional perusahaan sering terjadi. Turnover intentions merupakan
kejadian yang seringkali terdapat di perusahaan. Seperti halnya perekrutan
karyawan yang terus berjalan, baik perekrutan karena faktor produktivitas
karyawan yang telah menurun disebabkan faktor umur maupun perekrutan
karyawan karena faktor pengunduran diri. Penggantian karyawan yang mengalami
produktivitas menurun karena faktor umur dapat diantisipasi oleh perusahaan
dnegan menyiapkan kader-kader muda potensial untuk menggantikan. Sedangkan
untuk karyawan bukan lagi faktor umur tetapi pengunduran diri maka tentu saja
menyulitkan bagi perusahaan karena berkaitan dengan implementasi program
kerja yang telah ditetapkan.
Pengaruh yang ditimbulkan dari adanya turnover tersebut akan
mempengaruhi berbagai aktivitas kerja yang terdapat pada perusahaan dan dapat
juga mempengaruhi prestasi kerja karyawan secara keseluruhan. Secara nyata
pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya turnover intentions adalah perusahaan
harus mengeluarkan biaya lagi dalam merekrut karyawan baru untuk
menggantikan karyawan yang meninggalkan perusahaan. Biaya yang dilakukan
biasanya adalah untuk memasang iklan lowongan kerja di media massa. Selain itu,
pengaruh yang juga ditimbulkan adalah kesinambungan operasional perusahaan
terancam karena dimungkinkan karyawan yang keluar kerja tidak mempunyai
wakil yang dapat menggantikan posisinya dan posisi yang ditinggalkan masih
menunggu karyawan baru.
Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk menghindari adanya
peningkatan aktivitas turnover intentions dengan pertimbangan biaya dan
kelangsungan operasional perusahaan. Secara garis besar, perpindahan kerja yang
dilakukan oleh beberapa individu yang terlibat dalam operasional perusahaan akan
menyebabkan terganggunya kelangsungan kerja.
Dalam beberapa kasus yang terjadi di lapangan menurut penulis dan sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Harnoto (2002:2) bahwa turnover intentions
karyawan bisa dilihat dari lima indikasi yaitu: absensi yang meningkat, mulai
malas bekerja, peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja, peningkatan
protes terhadap atasan, perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya. Untuk
itu, jika ingin menekan kemungkinan terjadinya turnover intentions maka harus
mampu menterjemahkan keinginan karyawan atas indikator-indikator tersebut
dengan mengupayakan agar karyawan memiliki kepuasan. Setiap bentuk
kesesuaian antara harapan karyawan atas pekerjaan, promosi, kompensasi yang di
dapat, hubungan dengan sesama rekan kerja, dan kondisi kerja yang mendukung
berarti mampu menekan kemungkinan terjadinya turnover intentions
karyawan.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja
yang tidak terpenuhi dalam lingkungan pekerjaan memungkinkan karyawan
rentan terhadap keinginan untuk keluar atau berpindah kerja. Kepuasan kerja
dapat mempengaruhi karyawan untuk menentukan pilihan apakah terus bekerja
atau keluar kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yohana dan Sherly (2008) yang dilakukan di
di PT. Sentra Media Komunika Surabaya menunjukkan turnover intentions
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di PT.
Sentra Media Komunika Surabaya. Tingkat turnover intentions karyawan
cenderung rendah, karena rata-rata karyawan cukup puas dan bahkan puas dengan
pekerjaannya. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunjoyo dan
Harsono (2003) di Kantor Akuntan Publik di Bandung, Surabaya, dan Jakarta
yang fokus penelitiannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi turnover
intentions menunjukkan bahwa hanya faktor kepuasan kerja saya yang
mempengaruhi turnover intentions sementara ketiga dimensi dalam
komitmen
organisasi yang terdiri dari afektif, continuance, dan normatif tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intentions Karyawan
KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM”. KOPERASI PERMITRA NTB
MATARAM merupakan koperasi yang sudah bergerak di berbagai bidang, antara
lain: Usaha Ritel, Perbengkelan, Rumah Makan, Simpan Pinjam, Perikanan, travel,
dll. Penelitian dilakukan di KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM karena
fenomena yang ada menunjukkan tiap tahun ada kenaikan jumlah karyawan yang
keluar dari perusahaan. Berikut ini disajikan data tentang keluar masuknya karyawan
di KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM.
Tabel 1.1.
Data Tentang Keluar Masuknya Karyawan di KOPERASI PERMITRA NTB
MATARAM
Tahun Jumlah karyawan awal
Jumlah karyawan yang
Jumlah karyawan yang
Jumlah karyawan akhir
tahun keluar masuk tahun
2009 235 35 15 215
2010 215 47 23 191
2011 191 42 39 188
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh secara simultan faktor-faktor kepuasan kerja yang terdiri
dari isi pekerjaan, promosi, kompensasi, rekan kerja, dan kondisi kerja terhadap
turnover intentions karyawan KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM?
2. Apakah ada pengaruh secara parsial faktor-faktor kepuasan kerja yang terdiri
dari isi pekerjaan, promosi, kompensasi, rekan kerja, dan kondisi kerja terhadap
turnover intentions karyawan KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM?
3. Dari kelima faktor kepuasan kerja yang terdiri dari isi pekerjaan, promosi,
kompensasi, rekan kerja, dan kondisi kerja, faktor mana yang berpengaruh
dominan terhadap turnover intentions karyawan KOPERASI PERMITRA
NTB MATARAM?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan faktor-faktor kepuasan kerja yang
terdiri dari komitmen organisasi, kepuasan kerja, peluang promosi, kepuasan
bayar, konflik peran dan ambiguitas peran terhadap turnover intentions
karyawan KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial faktor-faktor kepuasan kerja yang
terdiri dari komitmen organisasi, kepuasan kerja, peluang promosi, kepuasan
bayar, konflik peran dan ambiguitas peran terhadap turnover intentions
karyawan KOPERASI PERMITRA NTB MATARAM.
3. Untuk mengetahui faktor kepuasan kerja yang berpengaruh dominan
terhadap turnover intentions karyawan KOPERASI PERMITRA NTB
MATARAM.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja yang berakibat
adanya turnover intentions karyawan.
2. Bagi Universitas Mataram
Hasil penelitian ini bisa menambah kajian kepustakaan di Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia Universitas Mataram terutama
berkaitan dengan topik pengaruh faktor kepuasan terhadap turnover
intentions.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
dengan topik yang sama dengan penelitian yang ini.
4. Bagi penulis
Penelitian ini bisa membuka wawasan penulis mengenai keterkaitan antara teori
dan praktik di lapangan.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal ini terdiri atas 3 bagian yaitu:
Bab I : PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini menguraikan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai landasan
penelitian. Dalam tinjauan pustaka akan disampaikan mengenai teori kepuasan kerja
dan turnover intentions. Selain itu, dalam bagian ini juga disampaikan
mengenai kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bagian ini menguraikan tentang metode dan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam pelaksanaan penelitian. Di dalam bagian ini terdapat uraian tentang jenis
penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan teknik pengambilan sampel,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, aktivitas perusahaan dan
analisis atas data yang diperoleh dari penelitian untuk membuktikan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan atas uraian analisis dan pembahasan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Variabel dependen
Variabel dependen (terikat) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen (terikat) dalam
penelitian ini adalah keinginan berpindah Karyawan. Sesuai dengan Ajzen dan
Fishbein (1980) menyataan bahwa perilaku turnover merupakan faktor penentu
yang paling langsung dari perilaku yang sebenarnya, kita menggunakan variabel
dependen, turnover intentions, sebagai proxy untuk turnover yang sebenarnya.
Penelitian lain (lihat misalnya, Mobley et al, 1979;. Steel dan Ovalle, 1984; Miller
et al, 1979;. Arnold dan Feldman, 1982; Cotton dan Tuttle, 1986; Rasch dan
Harrell, 1990) juga melaporkan konsisten positif hubungan yang ada antara
turnover intentions dan perilaku turnover yang sebenarnya.
Keinginan Berpindah Kerja (turnover intention) Menurut Pasewark dan
Strawser (1996) keinginan berpindah kerja adalah keinginan karyawan untuk
mencari alternatif pekerjaan lain yang belum diwujudkan dalam bentuk tindakan
nyata. Cotton Tuttle (1986) mengindetifikasikan tiga katagori variabel yang
mempengaruhi perilaku keinginan berpindah karyawan, yaitu faktor eksternal
(peluang pekerjaan, tingkat pengangguran, union presence, dan sebagainya);
faktor terkait pekerjaan (kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan sebagainya);
faktor pribadi (tenure, gender, pendidikan, dan sebagainya)
Variabel bebas
Variabel bebas yang dipilih untuk dua alasan. Pertama, variabel yang
berhubungan dengan pekerjaan, yaitu, mereka menggambarkan secara langsung
antara pekerja individu dan organisasi (Muchinsky dan Morrow, 1980).
Sedangkan yang kedua, Quarles (1994b) mencatat bahwa manajemen tidak
memiliki kontrol langsung dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi, namun
ada faktor-faktor manajemen organisasi yang secara langsung dapat mengontrol
secara signifikan dan positif yang akan mempengaruhi kepuasan kerja dan
komitmen organisasi (Quarles, 1994b).
Variable bebas terdiri dari
a. Komitmen organisasi
Komitmen organisasi mengacu pada tingkat individu yang terlibat dalam,
dan mengidentifikasi dengan, organisasi tertentu (Steers, 1977). Porter et
al. (1974) mengidentifikasi tiga aspek organisasi. Komitmen: (1)
keyakinan yang kuat dalam, dan penerimaan, tujuan organisasi dan nilai-
nilai, (2) kemauan untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama
organisasi, dan (3) keinginan yang pasti untuk mempertahankan
keanggotaan organisasi. Seorang individu yang berkomitmen untuk suatu
organisasi akan lebih kecil kemungkinannya untuk menyatakan keinginan
untuk meninggalkan organisasi. Sejumlah penelitian telah menegaskan
bahwa komitmen organisasi memiliki dampak terbalik yang signifikan
pada omset (aktual atau dimaksudkan) untuk karyawan di berbagai jenis
organisasi (Abelsen, 1987; Michaels dan Spector, 1982; Williams dan
Hazer, 1986).
H1. Komitmen organisasi memiliki dampak negatif langsung terhadap
keinginan berpindah
b. Kepuasan kerja
Locke (1976) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan
emosional yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari pekerjaan
atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan sejauh mana
lingkungan kerja memenuhi atau memperkuat kebutuhan individu (Weiss
et al, 1967). Locke (1976) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan
keadaan emosional yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari
pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan sejauh
mana lingkungan kerja memenuhi atau memperkuat kebutuhan individu
(Weiss et al, 1967). Pengawasan, rekan kerja, kepuasan karir adalah
beberapa dari banyak aspek kepuasan kerja (Ironson et al., 1989).
Scarpello dan Campbell (1983) berpendapat bahwa aditif ukuran kepuasan
kerja, bagaimanapun, mungkin tidak ada yang lebih baik dalam
mengkomunikasikan kepuasan kerja aktual dari peringkat keseluruhan
kepuasan kerja. Akibatnya, dalam penelitian ini kita menganggap
kepuasan kerja sebagai langkah keseluruhan, daripada agregat dari aspek
individu dalam kepuasan kerja. Penelitian psikologi industri memvalidasi
hubungan terbalik antara kepuasan kerja dan turnover (Sorensen, 1990).
H2 a. Kepuasan kerja memiliki efek negatif langsung terhadap keinginan
berpindah
c. Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi
Porter et al. (1974) berpendapat bahwa kepuasan kurang stabil, namun
terbentuk lebih cepat daripada komitmen organisasi. Porter et al.
Komitmen dianggap sebagai penghubung global antara individu dan
organisasi, dengan kepuasan yang menjadi komponen komitmen. Stevens
et al. (1978) menjelaskan bahwa, melalui proses pertukaran individu
menilai manfaat dan biaya tetap dengan organisasi. Ketika manfaat lebih
besar daripada hasil biaya komitmen, menunjukkan bahwa kepuasan kerja
mungkin merupakan prediksi dari komitmen. Selain itu, setelah
menganalisis studi tentang komitmen organisasi dan kepuasan kerja,
Locke dan Latham (1990, p.250), menyimpulkan bahwa ", tampaknya
logis bahwa kepuasan akan mempengaruhi komitmen organisasi,
meskipun kepuasan tentu bukan penentu satu-satunya. " Gregson (1992)
meneliti pemesanan kausal dan pentingnya komitmen organisasi dan
pekerjaan kepuasan pada hubungan antara variabel independen berbagai
omset antara akuntansi profesional. Berdasarkan hasil analisis dari dua
data set menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), ia
menyimpulkan bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasi harus
dimasukkan dalam model yang memprediksi turnover. Gregson (1992)
menyimpulkan bahwa meskipun penelitian sebelumnya telah banyak
diperdebatkan, urutan sebab akibat antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi, studi mereka telah sepakat bahwa hal tersebut signifikan, ada
hubungan positif antara variabel. mengusulkan hubungan berikut antara
kepuasan kerja dan komitmen organisasi:
H2 b. Kepuasan kerja memiliki dampak positif langsung pada komitmen
organisasi.
d. Konflik peran dan ambiguitas peran
Peran adalah seperangkat harapan tentang perilaku orang yang memegang
posisi tertentu dalam suatu organisasi (Lee, 1996). Konflik peran terjadi
ketika ada ketidakcocokan antara satu kesatuan diharapkan dari tindakan
yang dirasakan oleh orang yang fokus dan mereka yang dipandang oleh
pengirim peran. Ambiguitas peran terjadi ketika satu kesatuan perilaku
yang diharapkan untuk peran tidak jelas (Katz dan Kahn, 1978). Mowday
et al. (1982) berpendapat bahwa proses psikologis menjelaskan korelasi
antara konflik peran, ambiguitas peran, dan komitmen organisasi yang
belum dipahami dengan baik. Sedangkan korelasi antara faktor-faktor
tersebut tidak dapat dipahami dengan tepat, Jackson, dan itu Schuler
(1985) meta analisis dari 96 studi tentang konflik peran dan ambiguitas
peran menyimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah berkorelasi
negatif dengan keduanya yaitu ambiguitas peran dan konflik peran. Selain
itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konflik peran dan
ambiguitas peran berhubungan dengan komitmen organisasi yang lebih
rendah (lihat misalnya, Baird, 1969; Organ dan Green, 1981; Podsakoff et
al, 1986). Couger et al. (1979) umumnya mengamati rendahnya kepuasan
sistem informasi profesional terhadap supervisor. Mengingat pengaruh
pengawas dapat menggunakan lebih dari faktor-faktor seperti konflik
peran dan ambiguitas peran, kepuasan yang rendah tersebut dapat
tercermin dalam komitmen organisasi. Kami kurang mengusulkan
hubungan antara peran konflik, peran ambiguitas dan komitmen
organisasi.
H3A. Konflik peran memiliki efek negatif langsung terhadap komitmen
organisasi.
H3B.Ambiguitas peran memiliki efek negatif langsung terhadap komitmen
organisasi.
Teori peran (Kahn et al., 1964) menunjukkan bahwa ambiguitas
peran akan meningkatkan probabilitas bahwa seseorang akan puas dengan
peran mereka. Schaubroeck et al. (1989) berpendapat bahwa ambiguitas
peran menghalangi peningkatan kinerja, dan karenanya membatasi
kemampuan individu untuk memperoleh penghargaan, berpotensi
mengurangi kepuasan kerja. Kami mengusulkan hubungan berikut antara
ambiguitas peran dan kepuasan kerja.
H3C. Ambiguitas peran memiliki efek, langsung negatif terhadap
kepuasan kerja.
e. Peluang promosi
Peluang promosi mengacu pada keberadaan jalur karir yang mengarah ke
serangkaian promosi dan posisi baru dalam organisasi saat ini (London,
1983; Rhodes dan Doering, 1983). Mowday et al. (1982) perhatikan
peluang promosi sebagai salah satu karakteristik yang mempengaruhi
respon afektif (berpengaruh) seperti kepuasan kerja. Lawler (1973)
menunjukkan bahwa masalah atau perhatian dalam promosi merupakan
faktor utama yang memberikan sumber ketidakpuasan bagi karyawan.
Super dan Minor (1987) melaporkan bahwa pengembangan karir dan
kepuasan dengan jalur karir secara signifikan mempengaruhi komitmen
individu dan kepuasan kerja. Quarles (1994a) juga menemukan bahwa
kepuasan dengan kesempatan promosi secara langsung mempengaruhi
kepuasan kerja untuk auditor internal di staf dan tingkat pengawasan.
H4. Kepuasan dengan peluang promosi memiliki efek, langsung positif
terhadap kepuasan kerja.
f. Kepuasan bayar
Membayar, secara umum, dapat dilihat sebagai hadiah atau hasil yang
diterima oleh karyawan (Lum et al., 1998). Untuk organisasi, gaji
merupakan bagian dari sistem sanksi yang digunakan untuk memotivasi
kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan (Mueller dan Harga, 1990).
Menurut teori ekuitas (Adams, 1965), membayar kepuasan / ketidakpuasan
yang dihasilkan dari proses persepsi dan perbandingan hasil / masukan
rasio seseorang ke beberapa sumber referensi. Dengan cara yang berbeda,
Lawler (1971) didefinisikan membayar kepuasan / ketidakpuasan sebagai
kesesuaian / ketidaksesuaian antara individu dengan apa yang mereka rasa
dibayar dan persepsi mereka tentang jumlah mereka harus dibayar. Lawler
(1971) menyatakan bahwa ketidakpuasan dengan gaji kemungkinan akan
mempengaruhi ketidakpuasan kerja. Menyelidiki turnover intention
perawat, Lum et al. (1998) menemukan bahwa pengaruh kepuasan gaji
pada turnover intentions dimediasi oleh kepuasan kerja, dan kepuasan gaji
dan kepuasan kerja yang positif berkorelasi.
H5. Kepuasan dengan gaji memiliki efek, langsung positif terhadap
kepuasan kerja.