makalah pengantar manajemen.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN
PEMBUATAN KEPUTUSAN
DOSEN PEMBIMBING :
MONIKA TIARAWATI, SE, M.M
DISUSUN OLEH :
NAMA : TAKDIR RIZKI AGUSTIAN
NIM : 118694256
KELAS : S11BB
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Pertama – tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Tak lupa pula salawat serta
salam kami hantarkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah merangkul
kita dari alam Jahiliyah menuju alam Islamiyah kini.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Ibu Monika
Tiarawati, SE, M.M yang senantiasa membimbing saya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Saya sebagai penulis mengangkat sebuah judul “PEMBUATAN KEPUTUSAN”
sebuah judul yang akan menjelaskan tentang langkah - langkah pembuatan keputusan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan perlu perbaikan.
Dengan semangat amar makruf dan upaya meningkatkan ilmu pengetahuan, saya senantiasa
mengharapkan kontribusi pemikiran dan saran perbaikan demi kelengkapan dan
kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat memberi manfaat dan hanya kepada Allah SWT
saya memohon agar meridhoi segala upaya kita bersama, amin ya rabbal ‘alamin.
Wassalam.
Surabaya , 2 November 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................
D. Metode Pengumpuan Data.........................................................................................
Bab II Pembuatan Keputusan
A. Pencarian Masalah dan Peluang...............................................................................
B. Model Rasional Pembuatan Keputusan....................................................................
C. Pengembangan Efektifitas Pembuatan Keputusan dan Pemecahan Masalah..........
Bab III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran – saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembuatan keputusan adalah fungsi mendasar dari manajemen, seperti halnya dengan
kepemimpinan dan komunikasi. Pembuatan keputusan adalah salah satu kemampuan utama
yang harus dikuasai setiap manajer. Hal ini disebabkan pembuatan keputusan sangat
diperlukan pada semua tahap kegiatan administrasi dan manajemen. Misalnya saja di saat
proses perencanaan berlangsung, berbagai proses pembuatan keputusan dilakukan untuk
memilih alternatif dan prioritasnya. Pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan,
mempertimbangkan kriteria, mengembangkan alternatif, membandingkan dan mengevaluasi
semua alternatif pemecahan, menilai risikonya, memilih alternatif terbaik dan
mengimplementasikan keputusan. Untuk memperlancar proses pengambil keputusan tersebut
kita harus mengetahui kunci pokok keberhasilan implementasi keputusan. Kunci kesuksesan
tersebut adalah komitmen, penyampaian hasil keputusan berupa pengumuman, jumlah dan
kualitas personalia yang akan melaksanakan keputusan, fasilitas yang mendukung
pelaksanaan keputusan, waktu pelaksanaan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan keputusan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul permasalahan yang merupakan titik
fokus akan penyelesaian makalah ini yang di rumuskan sebagai berikut :
Bagaimana cara pembuatan keputusan?
Bagaimana mengidentifikasi masalah dan peluang?
Bagaimana model rasional pembuatan keputusan ?
Bagaimana pengembangan efektifitas pembuatan keputusan?
Bagaimana pemecahan masalah dalam pembuatan keputusan?
C. Tujuan
Saya sebagai penulis mengangkat judul seperti diatas. Bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui pentingnya pembuatan sebuah keputusan dalam menjalankan suatu bisnis.
Selain itu pembaca juga dapat mengetahui bagaimana besarnya peranan manajer dalam
pembuatan keputusan dalam segala hal untuk dapat hasil yang baik di kemudian bagi
semua orang.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang saya gunakan dalam menyelasaikan masalah ini, sangatlah sederhana di
mana cara saya memecahkan rumusan masalah tersebut hanya berdasarkan pencarian data
dan informasi melalui beberapa referensi.
Kemudian saya melakukan kajian pustaka terhadap referensi tersebut dengan mengambil
inti sari yang berkaitan dengan rumusan masalah tersebut lalu saya susun secara sistematis
dalam tulisan ini.
Bab II Pembahasan
A. Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan
Mengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu atau
mengambil keuntungan dari suatu kesempatan.
Waktu dan Hubungan Manusia dalam Pembuatan Keputusan
• Waktu
Pembuatanan keputusan dipengaruhi oleh prestasi masa lampau, keadaan masa kini dan
harapan masa depan.
• Hubungan manusia
Pembuatan keputusan manajer juga dipengaruhi oleh keputusan orang lain yang mungkin
dapat bertentangan atau berinteraksi dengan kepuusan mereka.
1. Masalah dan Peluang
1.1. Masalah : situasi yang terjadi jika keadaan aktual tidak sesuai dengan keadaan yang
diinginkan.
Proses identifikasi masalah :
a. Deviasi dari pengalaman masa lampau
b. Deviasi dari rencana yang ditetapkan berarti proyeksi manajer tidak terpenuhi
c. Komplain dari orang lain (karyawan, konsumen, dsb)
d. Prestasi pesaing
2.2. Peluang : situasi yang terjadi ketika keadaan menawarkan peluan pada organisasi untuk
melampaui sasaran yang telah direncanakan.
Keputusan untuk Memutuskan
• Nilai ambang
Manajer melihat masalah tergantung pada nilai ambang untuk pengakuan adanya masalah,
dipengaruhi oleh :
- Pemahaman atas sasaran, rencana dan standar prestasi yang dapat diterima
- Nilai-nilai
- Latar belakang dan keahlian manajer
• Mementukan prioritas
Tidak semua masalah dapat diselesaikan oleh manajer, oleh karena itu diperlukan prioritas.
Sifat Keputusan Manajerial
1. Keputusan Terprogram
• Penyelesaian masalah rutin yang dapat ditangani dengan kebijakan, prosedur dan peraturan
tertulis atau tidak tertulis.
• Untuk menangani masalah yang terjadi berulang dan komponen elemennya dapat
ditentukan, diramalkan dan dianalisis.
2. Keputusan Tidak Terprogram
Penyelesaian spesifik yang diciptakan lewat proses tidak terstrukur unuk menangani masalah
non rutin
Kondisi Pembuatan Keputusan
a. Keyakinan
Manajer (decision maker) dalam pengambilan keputusan (decision making)-nya
didasarkan atas keyakinan bahwa “keputusan” (decision) inilah yang terbaik setelah
diperhitungkan dan dianalisis faktor-faktor internal dan eksternal serta dampak positif dan
negative dari keputusan tersebut.
b. Intuisi
Manajer dalam pengambilan keputusan didasarkan atas suara hati (intuisi)-nya, bersifat
ilham dan perasaan-perasaan (good feeling)-nya. Sasaran-sasaran, pengaruih, preferensi, dan
psikologis individu pengambil keputusan memegang peranan penting. Disini ilmu subjektif
sangat vital. Pengambilan keputusan secara intuitif ini sacara tidak sadar dipengaruhi oleh
pengetahuan masa lalu, latihan-latihan, dan latar belakang. Biasanya ia seorang aktivis,
dinamis, dan senantiasa bertanya tentang situasi-situasi dan ia menemukan pemecahan atas
problem-problem sulit. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi biasanya mengandalkan
naluri, perasaan pribadi, kemampuan mental, tetapi setiap situasi dihadapinya dengan sikap
realistis dan memutuskannya menurut perasaan saja.
c. Fakta-fakta
Pengambilan keputusan didasarkan atas hasil analisis data, informasi, dan fakta-fakta,
serta didukung oleh kemampuan imajinasi, pengalaman, perspektif yang tepat, dan daya pikir
untuk mengimplementasikan situasi dan kondisi masa depan. Dalam hal ini manajer jangan
menjadi robot analisis data informasi, dan fakta yang komplet. Keputusan (decision) yang
ditetapkan berdasarkan fakta-fakta ini relative baik, logis, rasional, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta bisa diterapkan pada setiap situasi dan kondisi.
d. Pengalaman
Manajer dalam pengambilan keputusannya didasarkan kepada pengalamannya dan
pengalaman pihak-pihak lain. Pengalaman sangat berharga, memberikan petunjuk-petunjuk
dan memberikan jawaban atas pertanyaan “apa yang harus dilakukan dalam situasi dan
kondisi ini?”
e. Kekuasaan
decision maker dalam pengambilan keputusan (decision maker) harus berpedoman atas
kekuasaan (autority) yang dimilikinya, supaya keputusan (decision) itu sah dan legal untuk
diberlakukan. Hal ini disebabkan autority merupakan dasar hukum untuk bertindak dfan
berbuat sesuatu.
2. Model Rasional Pembuatan Keputusan
Tahap 1 : Pengamatan situasi
• Definisi masalah
• Diagnosis penyebab
• Tentukan tujuan
Tahap 2 : Pengembangan alternatif
• Tentukan alternatif secara kreatif
• Jangan lakukan evaluasi terlebih dahulu
Tahap 3 : Evaluasi alternatif dan pilih alternatif yang terbaik
• Evaluasi alternatif
• Pilih alternatif terbaik
Tahap 4 : Implementasi keputusan dan monitor hasil
• Susun rencana implementasi
• Lakukan implementasi
• Monitor implementasi serta buat penyesuaian yang diperlukan
Model Rasional dalam Perspektif
1. Rasionalitas terbatas dan memadai (Helbert Simon)
Rasionalitas Terbatas : Merupakan konsep bahwa manajer mengambil keputusan paling logis
dengan kendala berupa keterbatasan informasi dan kemampuan.
Memadai : Teknik PK dimana manajer menerima keputusan memuaskan yang mereka
temukan pertama.
2. Heuristic (Tversky dan Kehneman)
Teknik PK yang dilakukan sesuai lini empiris dan dengan pedoman umum.
Teori – teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana
pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Kebijaksanaa, sebagai telah kita rumuskan di muka,
adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seseorang
aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan suatu masalah atau persoalan tertentu.
Secara tipikal pembuatan kebijaksanaan merupakan tindakan yang berpola, yang dilakukan
sepanjang waktu dan melibatkan banyak keputusan yang di antaranya ada yang
merupakankeputusan rutin, ada yang tidak rutin. Dalam praktek pembuat kebijaksanaan
sehari-hari amat jarang kita jumpai suatu kebijaksanaan yang hanya terdiri dari keputusan
tunggal. Dalamtulisan ini akan dibahas 3 (tiga) teori pengambilan keputusan yang dianggap
paling sering dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijaksanaan negara.
Teori-teori yang dimaksud ialah : teori Rasional komprehensif, teori Inkremental dan teori
Pengamatan terpadu.
Teori Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima
oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Pembuat keputusan dihadapkan pada.suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain.
2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas
dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kePentingannya.
3. Pelbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
4. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih
diteliti.
5. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya,
dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.
6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat
memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam berasal
dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′ 1959)’
Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu sebenarya tidaklah
berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas.
Lebih lanjut, pembuat keputusan kemungkinan juga sulit untuk memilah-milah secara tegas
antara nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini masyarakat. Asumsi penganjur
model rasionar bahwa antara fakta-fakta dan nilai-nilai dapat dengan mudah dibedakan,
bahkan dipisahkan, tidak pemah terbukti dalam kenyataan sehari-hari. Akhirnya, masih ada
masalah’ yang disebut ,,sunk_cost,,. Keputusan_-keputusan, kesepakatan-kesepakatan dan
investasi terdahulu dalam kebijaksanaan dan program-program yang ada sekarang
kemungkinan akan mencegah pembuat keputusan untuk membuat keputusan yang berbeda
sama sekali dari yang sudah ada.
Untuk konteks negara-negara sedang berkembang, menurut R’s. Milne (1972), mode
irasionar komprehensif ini jelas tidak akan muduh diterapkan. Sebabnya ialah:
informasi/datastatistik tidak memadai ; tidak memadainya perangkat teori yang siap pakai
untuk kondisi- kondisi negara sedang berkembang ; ekologi budaya di mana sistem
pembuatan keputusan itu beroperasi juga tidak mendukung birokrasi di negara sedang-
berkembang umumnya dikenal amat lemah dan tidak sanggup memasok unsur-unsur rasionar
dalam pengambilan keputusan.
Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori
pengambilankeputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan
(seperti daram teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang
lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam
mengambil kepurusan sehari-hari.
Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal
yang saling terpisah.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung
berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda
secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada
sekarang.
c. Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan
dievaluasi.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur.
Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan
menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari
masalah itu lebih dapat ditanggulangi.
e. Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji
bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya
akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu
adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
f. Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil
dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit
dalam mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk
menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
Kepurtusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk
dari saling memberi dan menerima dan saling percaya di antara pelbagai pihak yang terlibat
dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya majemuk paham
lnkremental ini secara politis lebih aman karena akan lebih gampang untuk mencapai
kesepakatan apabila masalatr-masalah yang diperdebatkan oleh pelbagai kelompok yang
terlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadap program-program yang sudah
ada daripada jika hal tersebut menyangkut isu-isu kebijaksanaan mengenai perubahan-
perubahan yang radikal yang memiliki sifat ” ambil semua atau tidak sama sekali. Karena
para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti khususnya yang
menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa datang, maka keputusan
yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan biaya yang ditimbulkan oleh
suasana ketidakpastian itu.
Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap
kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif, akan
tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental.
Misatnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusanpenganut model
inkremental akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu
mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-
kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan. Iebih lanjut” dengan
memusatkan perhatiannya pada kepentingan/tujuan jangka pendek dan hanya berusaha untuk
memperhatikan variasi yang terbatas dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada sekarang,
maka model inkremental cenderung mengabaikan peluang bagi perlunya pembaruan sosial
(social inovation) yang mendasar.
Oleh karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam
pembuatankeputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo,
sehingga merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu sendiri. Bagi
sarjana seperti Dror– yang pada dasarnya merupakan salah seorang penganjur teori rasional
yang terkemuka — model inkremental ini justru dianggapnya merupakan strategi yang tidak
cocok untuk diterapkan di negara-negara sedang berkembang, sebab di negara-negara ini
perubahan yang kecil-kecilan (inkremental) tidaklah memadai guna tercapainya hasil berupa
perbaikan-perbaikan besar-besaran.
PENDEKATAN SISTEM DALAM MEMECAHKAN MASALAH DAN
MEMBUAT KEPUTUSAN
1. A. PENDAHULUAN
Dalam mempersiapkan pemecahan masalah, manajer memandang perusahaan sebagai
suatu system dengan memahami lingkungan perusahaan dan mengidentifikasi
subsistem – subsistem dalam perusahaan. Dalam mendefenisikan masalah, manajer
bergerak dari tingkat system ke subsistem dan menganalisis bagian-bagiansistem
menurut suatu urutan tertentu.
Dalam memecahkan masalah manajer mengidentifikasi berbagai solusi alternative,
mengevaluaasinya, memilh yang terbaik, menerapkannya, dan membuat tindak lanjut
untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagaimana mestinya.
1. Maksud dan tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud membuka pemikiran para mahasiswa untuk lebih
tanggap dalam menghadapi sebuah permasalahan dan mampu menyelesaikan
permasalah tersebut, dan tentunya tulisan ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa
ketika memasuki dunia kerja nantinya.
2. Ruang lingkup
Pada makalah ini penulis hanya membahas bagaimana seorang manajer perusahaan
mengambil sebuah keputusan ketika terjadi sebuah permasalahan padaperusahaan
yang mereka pimpin. Oleh sebab itu, maka pada makalah ini berisikanpendekatan
system dalam pengambilan keputusan, struktur masalah, tahap pemecahanmasalah
serta faktor manusia yang mempengaruhi pemecahan masalah.
1. B. PEMECAHAN MASALAH
Dengan kenyataan tersebut, kita mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi yang
memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar
bisa. Jadi pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap masalah untuk
menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya. Pentingnya
pemecahan masalah bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada
konsekuensinya. Keputusan adalah pemilihan suatu strategi atau tindakan. Pengambilan
keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang manajer yakini akan memberikan
solusi terbaik atas masalah tersebut. Salah satu kunci pemecahan masalah adalah identifikasi
berbagai alternatif keputusan. Solusi bagi suatu masalah harus mendayagunakan sistem untuk
memenuhi tujuannya, seperti tercermin pada standar kinerja sistem. Standar ini
menggambarkan keadaan yang diharapkan, apa yang harus dicapai oleh sistem.
Selanjutnya manajer harus memiliki informasi yang terkini, Informasi itu menggambarkan
keadaan saat ini, apa yang sedang dicapai oleh sistem. Jika keadaan saat ini dan keadaan yang
diharapkan sama, tidak terdapat masalah dan manajer tidak mengambil tindakan. Jika kedua
keadaan itu berbeda, sejumlah masalah merupakan penyebabnya dan harus dipecahkan.
Perbedaan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan menggambarkan kriteria
solusi (solution criterion), atau apa yang diperlukan untu mengubah keadaan saat ini menjadi
keadaan yang diharapkan. Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat
digunakan umtuk mengevaluasi tiap alternatif. Evaluasi ini harus mempertimbangkan
berbagai kendala (constraints) yang mungkin, baik intern maupun extern / lingkungan.
1. Kendala intern dapat berupa sumber daya yang terbatas, seperti kurangnya bahan
baku, modal kerja, SDM yang kurang memenuhi syarat, dan lain lain.
2. Kendala lingkungan dapat berupa tekanan dari berbagai elemen lingkungan, seperti
pemerintah atau pesaing untuk bertindak menurut cara tertentu.
Gejala adalah kondisi yang dihasilkan oleh masalah. Sangat sering para manajer melihat
gejala dari pada masalah. Gejala menarik perhatian manajer melalui lingkaran umpan balik.
Namun gejala tidak mengungkapkan seluruhnya, bahwa suatu masalah adalah penyebab dari
suatu persoalan, atau penyebab dari suatu peluang.
1. C. PENDEKATAN SISTEM
Proses pemecahan masalah secara sistematis bermula dari John Dewey, seorang profesor
filosofi di Columbia University pada awal abad ini. Dalam bukunya tahun 1910, ia
mengidentifikasi tiga seri penilaian yang terlibat dalam memecahkan masalah suatu
kontroversi secara memadai yaitu:
1. Mengenali kontroversi
2. Menimbang klaim alternatif
3. Membentuk penilaian
Kerangka kerja yang dianjurkan untuk penggunaan komputer dikenal sebagai pendekatan
sistem . Serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa masalah
itu pertama-tama dipahami, solusi alternative dipertimbangkan, dan solusi yang dipilih
bekerja.
Serangkaian langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa maslah itu pertama-tama
dipahami ,solusi alternatif dipertimbangkan, dan solusi yang dipilih bekerja. Langkah-
langkahnya adalah sbb:
1. Usaha persiapan
mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan menyediakan orientasi sistem.
1. Usaha definisi
mencakup mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya.
1. Usaha solusi
mencakup mengidentifikasi berbagai solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih satu yang
tampak terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat menindaklanjuti untuk menyakinkan
bahwa masalah itu terpecahkan.
1. D. STRUKTUR MASALAH
Masalah terstruktur terdiri dari elemen-elemen dan hubungan-hubungan antar elemen yang
semuanya dipahami oleh pemecah masalah. Masalah tak terstruktur berisikan elemen-elemen
atau hubungan-hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah.
Sebenarnya dalam suatu organisasi sangat sedikit permasalahan yang sepenuhnya terstruktur
atau sepenuhnya tidak terstruktur. Sebagaian besar masalah adalah masalah semi-terstruktur,
yaitu manajer memiliki pemahaman yang kurang sempurna mengenai elemen-elemen dan
hubungannya. Masalah semi-terstruktur adalah masalah yang berisi sebagian elemen-elemen
atau hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah.
1. E. TAHAP PEMECAHAN MASALAH
Pentingnya pemecahan masalah bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi
pada konsekuensinya. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah Pengambilan
keputusan adalah tindakan memilih strategi/ aksi yang diyakini manajer akan memberikan
solusi terbaik atas masalah tersebut. Salah satunya kunci pemecahan masalah adalah
mengidentifikasikan berbagai alternatif keputusan.
Dalam memecahkan masalah kita berpegangan pada tiga jenis usaha yang harus dilakukan
oleh manajer yaitu usaha persiapan, usaha definisi, dan usaha solusi / pemecahan.
1. Usaha persiapan, mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan
menyediakan orientasi sistem.
2. Usaha definisi, mencakup mengidentifikasikan masalah untuk dipecahkan dan
kemudian memahaminya.
3. Usaha solusi, mencakup mengidentifikasikan berbagai solusi alternatif,
mengevaluasinya, memilih salah satu yang tampaknya terbaik, menerapkan solusi itu
dan membuat tindak lanjutnya untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan.
Sistem informasi berbasis komputer atau CBIS dapat digunakan sebagai system dukungan
(support systems) saat menerapkan pendekatan sistem.
1. Usaha persiapan
Tiga langkah persiapan tidak harus dilaksanakan secara berurutan, karena ketiganya bersama-
sama menghasilkan kerangka pikir yang diinginkan untuk mengenai masalah. Ketiga masalah
itu terdiri dari:
1) Memandang perusahaan sebagai suatu sistem
2) Mengenal sistem lingkungan
3) Mengidentifikasikan subsistem-subsistem perusahaan
1. Usaha definisi
Usaha definisi mencakup pertama-tama menyadari bahwa suatu masalah ada atau akan ada
(identifikasi masalah) dan kemudian cukup mempelajarinya untuk mencari solusi
(pemahaman masalah). Usaha definisi mencakup dua langkah yaitu :
1) Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem
2) Menganalisis bagian-bagian sistem dalam sustu urutan tertentu
1. Usaha pemecahan
Usaha pemecahan meliputi pertimbangan berbagai alternatif yang layak (feasible), pemilihan
alternatif terbaik, dan penerapannya.
1. F. UPAYA PERSIAPAN
2. Memendang perusahaan sebagai suatu sistem
Mampu melihat perusahaan anda sebagai suatu sistem.
1. Mengenal sistem lingkungan
Hubungan perusahaan dengan lingkungan juga penting.
1. Mengidentifikasi subsistem-subsistem perusahaan
Subsistem-subsistem utama perusahaan juga perlu diidentifikasi, dan subsistem tersebut dapat
mengambil beberapa bentuk.
1. G. UPAYA DEFINISI
Upaya definisi pertama-tama mencakup kesadaran bahwa suatu masalah ada atau tidak ada
(identifikasi masalah) dan kemudian cukup mempelajarinya untuk mencari solusi
(pemahaman masalah).
Upaya definisi mencakup dua langkah:
i. Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem
Ketika manajer berusaha memahami masalah, analis mulai dengan sistem yang menjadi
tanggung jawab manajer. Sistem itu dapat berupa perusahaan atau slah satu unitnya. Anais
kemudian bergerak menuruni hirarki sistem, tingkat demi tingkat.
ii. Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urutan tertentu.
Elemen satu = mengevaluasi standar.
1) Standar kinerja untuk suatu sistem biasanya dinyatakan dalam bentuk rencana,anggaran,
dan kuota.
2) Standar harus sah
3) Standar harus realistis
4) Standar harus dimengerti
5) Standar harus terukur
Elemen dua = membandingkan output sistem dengan standar
Setelah manajer puas dengan standar tersebut, ia kemudian mengevaluasi output Sistem
dengan membandingkannya dengan standar.
Elemen tiga = mengevaluasi manajemen
Suatu penilaian kritis dilakukan atas manajemen sistem dan struktur organisasi.
Elemen empat = mengevaluasi pengolahan informasi
Kebutuhan itu harus diidentifikasi dan suatu sistem informasi yang memadai harus dirancang
dan diterapakan.
Elemen lima = mengevaluasi input dan sumber daya input
Bila tingkat analisis sistem ini tercapai, sistem konseptual tidak lagi merupakan persoalan,
dan permasalahan ada pada sistem fisik.
Elemen enam = mengevaluasi proses transformasi
Prosedur dan praktek yang tidak efisien mungkin menyebabkan kesukaran dalam mengubah
input menjadi output.
Elemen tujuh = mengevaluasi sumber daya output
Elemen masalah (dalam hal ini, manajemen ) harus dimengerti segera setelah teridentifikasi.
Hakikat kekurangmampuan manajemen harus ditelusuri. Salah satu tugas yang paling pentign
dihadapi oleh manajer adalah definisi masalah.
1. H. FAKTOR-FAKTOR PRIBADI YANG MEMPENGARUHI PEMECAHAN
MASALAH
Tiap manajer memiliki gaya pemecahan masalah yang unik. Gaya mereka mempengaruhi
bagaimana mereka terlibat dalam memecahkan masalah, mengumpulkan informasi, dan
menggunakan informasi.
Merasakan masalah Ada tiga kategori dasar dalam hal gaya merasakan masalah (problem
sensing styles) mereka, yaitu :
1) Penghindar masalah (problem avoider) Manajer ini mengambil sikap positif dan
menganggap bahwa semua baik-baik saja.
2) Pemecah masalah (problem solver) Manajer ini tidak mencari masalah juga dan juga
tidak menghalanginya. Jika timbul masalah, masalah tersebut dipecahkan.
3) Pencari masalah (problem seeker) manajer ini menikmati pemecahan masalah dan
mencarinya.
Mengumpulkan informasi
Para manajer dapat menunjukkan salah satu dari dua gaya mengumpulkan informasi atau
sikap terhadap total volume informasi yang tersedia bagi mereka :
1) Gaya teratur (preceptive style) Manajer jenis ini mengikuti manajemen by exeption dan
menyaring segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan bidang minatnya.
2) Gaya menerima (receptive style) Manajer jenis ini ingin melihat semuanya, kemudian
menentukan apakah informasi tersebut bernilai baginya atau orang lain dalam organisasi.
Menggunakan informasi
Manajer juga cenderung lebih menyukai salah satu dari dua gaya menggunakan informasi
(information using style) :
1) Gaya sistematis (systematic style) Manajer memberi perhatian khusus untuk mengikuti
suatu metode yang telah ditetapkan.
2) Gaya intuitif (intuitive style) Manajer tidak lebih menyukai suatu metode tertentu tetapi
menyesuiakan dengan situas.
1. I. FAKTOR MANUSIA YANG MEMPENGARUHI PEMECAHAN MASALAH
Tiap manajer memiliki gaya pemecahan masalah yang unik. Gaya mereka mempengaruhi
bagaimana mereka terlibat dalam merasakan masalah, mengumpulkan informasi, dan
menggunakan informasi.
Merasakan masalah
Manajer dapat dibagi dalam tiga kategori dasar dalam hal gaya merasakan masalah
(problem solving styles) mereka, yaitu bagaimana mereka menghadapi masalah.
Penghindar masalah (problem avoider), manajer ini mengambil sikap positif dan
menganggap bahwa semua baik-baik saja. Ia berusaha menghalangi kemungkinan
masalah dengan mengabaikan informasi atau menghindarinya sepanjang perencanaan.
Pemecah masalah (problem solver), manajer ini tidak mencari masalah juga tidak
menghalanginya. Jika timbul suatu masalah, masalah tersebut dipecahkan.
Pencari masalah (problem seeker), manajer ini menikmati pemecahan masalah dan
mencarinya.
Mengumpulkan informasi
Para manajer dapat menunjukkan salah satu dari dua gaya mengumpulkan informasi
(information-gathering styles) atau sikap terhadap total volume informasi yang tersedia bagi
mereka.
Gaya teratur (preceptive style), manajer jenis ini mengikuti management by
exception dan menyaring segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan area
minatnya.
Gaya menerima (receptive style), manajer jenis ini ingin melihat semuanya,
kemudian menentukan apakah informasi tersebut bernilai baginya atau orang lain
dalam organisasi.
Menggunakan informasi
Manajer juga cenderung lebih menyukai salah satu dari dua gaya menggunakan informasi
(information-using styles), yaitu cara-cara menggunakan informasi untuk memecahkan suatu
masalah.
Gaya sistematik (systematic style), manajer memberi perhatian khusus untuk
mengikuti suatu metode yang telah ditetapkan, misalnya pendekatan sistem.
Gaya intuitif (intuitive style), manajer tidak lebih menyukai suatu metode tertentu
tetapi menyesuaikan pendekatan dengan situasi.
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah Pembuatan
Keputusan :
pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan
peranan penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan
menyangkut keputusan-keputusan sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat
manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang
akan dicapai, sumber daya-sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan
melaksanakna setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses peerenacanaan itu melibatkan
manajer dalam serangkaian situasi pembuatan keputusan. Kualitas keputusan-keputusan
manajer akan menentukan efektifitas rencana yang disusun.
1. Proses pemecahan masalah secara sistematis bermula dari John Dewey,
seorangprofesor filosofi di Columbia University pada awal abad ini. Dalam
bukunyatahun 1910, ia mengidentifikasi tiga seri penilaian yang terlibat
dalammemecahkan masalah suatu kontroversi secara memadai yaitu:
• Mengenali kontroversi
• Menimbang klaim alternative
• Membentuk penilaian
2. Pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap masalah
untukmenekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya.3.
Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang
manajeryakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.4. Tiap manajer
memiliki gaya pemecahan masalah yang unik. Gaya merekamempengaruhi
bagaimana mereka terlibat dalam merasakan masalah,mengumpulkan informasi, dan
menggunakan informasi.
DARTAR PUSTAKA
Gibson, Ivancevich, Donnely, (1997)Organisasi:Perilaku, Struktur, Proses,
Jakarta: Binarupa Aksara, (terjemahan)
Griffin, RW. Dan Ebert, RJ., Binis (1997) Jakarta:Prehallindo
Hani Handoko (1997) Manajemen, Yogyakarta:BPFE
Harold Koontz and Cyril O’Donnell (1984) Management, McGraw-HIII Book
Company
Terry.G.R. (1994). Prinsip-Prinsip Manajemen, McGraw-HIII
Book Company
Yukl.G. (1994). Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prenhallindo,
Jakarta. Edisi bahasa Indonesia
Mathis.R L,Jackson.J H (.2001) Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit,
Salembam Empat.