kebijakan fiskal terhadap stabilitas ekonomi(2) (1)

39
Page ii KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji syukur kehadirat Tuhan yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Kebijakan Fiskal terhadap Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi” dapat diselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat setinggi-tingginya dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Ucapan ini ditujukan kepada yang terhormat: 1. Ibu Dra. Suryati Rizal M.E. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi mikro dan makro. 2. Teman-teman yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk masalah-masalah sejenis. Amin.

Upload: nita-yurista

Post on 24-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

document universitas

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji syukur kehadirat Tuhan yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul Kebijakan Fiskal terhadap Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dapat diselesaikan dengan lancar.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat setinggi-tingginya dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Ucapan ini ditujukan kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Suryati Rizal M.E. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi mikro dan makro.2. Teman-teman yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menyempurnakan makalah ini.Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk masalah-masalah sejenis. Amin.

Depok, 26 April 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah21.3Tujuan2BAB II3LANDASAN TEORI32.1Pengertian kebijakan fiskal32.2Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian42.4Tujuan Kebijakan Fiskal72.5Pengaruh Kebiajakan fiskal terhadap perekonomian102.6Risiko kebijakan fiskal12BAB III15PEMBAHASAN153.1 Pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi153.2 Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar163.3 Politik Anggaran18BAB IV24PENUTUP244.1 Kesimpulan24DAFTAR PUSTAKA25

Kebijakan Fiskal Terhadap Stabilitas Pertumbuhan EkonomiPage iiBAB I PENDAHULUAN Latar BelakangKebijakan Fiskal memegang peranan yang cukup penting dalam menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi ke arah tingkat yang dikehendaki. Kebijakan fiskal umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah dalam menentukan besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang secara eksplisit digunakan untuk mempengaruhi perekonomian. Berbagai pilihan tersebut, dalam prakteknya diwujudkan melalui anggaran pemerintah, yang di Indonesia lebih dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Terdapat 3 sistem perekonomian yang diterapkan di berbagai negara, yaitu kapitalis, sosialis, dan campuran.Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem ekonomi campuran yakni sebuah sistem perekonomian dengan adanya peran pemerintah yang ikut serta menentukan cara-cara mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat. Dalam sistem perekonomian campuran tersebut, peranan pemerintah dalam bidang pengaturan perekonomian yaitu dalam melaksanakan kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Kedua kebijakan ini merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah dibidang ekonomi. Pada dasarnya sebagian besar upaya stabilisasi makro ekonomi berfokus pada pengendalian atau pemotongan anggaran belanja pemerintah dalam rangka mencapai keseimbangan neraca anggaran. Oleh karena itu, setiap upaya mobilisasi sumber daya untuk membiayai pembangunan publik yang penting hendaknya tidak hanya difokuskan pada sisi pengeluaran saja, tetapi juga pada sisi penerimaan pemerintah. Pinjaman dalam dan luar negeri dapat digunakan untuk menutupi keterbatasan tabungan negara. Dalam jangka panjang, salah satu potensi pendapatan yang tersedia bagi pemerintahan untuk membiayai segala usaha pembangunan adalah penggalakan pajak. Sebagai negara berkembang, Indonesia memang harus mengandalkan langkah-langkah kebijakan fiskal dalam rangka mengupayakan stabilisasi perekonomian nasional dan memobilisasikan sumber-sumber daya (keuangan) dalam negeri.Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas maka makalaha ini secara khusus membahas permasalahan sebagai berikut:1. Apa pengertian dari kebijakan fiskal ?2. Bagaimanakah peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian ?3. Apa saja macam-macam kebijakan fiskal ?4. Apa saja tujuan kebijakan fiskal ?5. Bagaimanakah pengaruh kebijakan fiskal terhadap perekonomian ?6. Apa saja risiko kebijakan fiskal?7. Bagaimana pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi?8. Bagaimana pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar?9. Bagaimana keterkaitan Pajak dengan Anggaran Tidak Berimbang dengan Anggaran Berimbang?TujuanBerdasarkan uraian diatas maka tujuan penulisan makalah ini untuk:1. Mengetahui pengertian dari kebijakan fiskal.2. Mengetahui peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian.3. Mengetahui macam macam kebijakan fiskal.4. Memahami tujuan kebijakan fiskal.5. Mengetahui dan memahami pengaruh kebijakan fiskal terhadap perekonomian.6. Mengetahui risiko kebijakan fiska7. Mengetahui pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi.8. Mengetahui pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar.9. Mengetahui keterkaitan Pajak dengan Anggaran Tidak Berimbang dengan Anggaran Berimbang

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Pengertian kebijakan fiskalKebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara.Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.Kebijakan Fiskal berbeda dengan kebijaka moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.Kebijakan Fiskal yang sering disebut politik fiskal atau fiscal policy biasa diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomia. Anggran belanja Negara terdiri dari penerimaan berupa haasil pungutan pajak dan pengeluaran yang dapat berupa government expenditure dan government transfer, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan memperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak memperbesar atau memperkecil government expenditure dan atau memperbesar atau memperkecil government transfer yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian .Menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya.Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.Contoh kebijakan fiskal yang dikelurkan oleh pemerintah: Kebijakan tentang penghasilan tidak kena pajak yang dinaikan 10% pada awal Januari yang tertuang dalam PP/UU APBN 2006 (Pajak ditanggung pemerintah). Subsidi BBM dan listrik Apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.2.2 Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomianPeranan kebijakanfiskaldalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan Negara dari tahun ke tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan Nasional. ini berarti bahwa peranan dari tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional lebih besar. Untuk Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan tindakan fiskal pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu dalam mempengaruhi jalannya perekonomian. Dengan demikian diharapkan bahwa dengan adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus deficit, dan sebagainya.Bagi Negara-negara yang sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. Dari bagian 1 kita telah mengetahui bahwa untuk meningkatnya tingkat hidup suatu masyarakat, kapasitas produksi nasional perlu ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan adanyacapital formation. Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi yang cukup besar untuk terwujudnyacapital formationyang dibutuhkan tersebut.Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan dengan lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar atau pun memperkecil pengeluaran pemerintah (G), penerimaan pajak (Tx) dan jumlah transfer oleh pemerintah (Tr). 2.3 Macam macam kebijakan fiskal.Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil otomatik (bentuk-bentuk sistem fiskal yang sedang berlaku yang secara otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan dalam kegiatan ekonomi) dan kebijakan fiskal diskresioner (langkah-langkah dalam bidang pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara khusus membuat perubahan ke atas sistem yang ada, yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi). Penstabil otomatik adalah sistem perpajakan yang progresif dan proporsional, kebijakan harga minimum, dan sistem asuransi pengangguran. Pajak progresif dan pajak proporsional, pajak ini biasanya digunakan dalam memungut pajak pendapatan individu dan praktekkan hampir disemua negara. Pada pendapatan yang sangat rendah pendapatan seseorang tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi semakin tinggi pendapatan, semakin besar pajak dikenakan ke atas tambahan pendapatan yang diperoleh. Dibeberapa negara sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk memungut pajak ke atas keuntungan perusahaan-perusahaan korporat, yaitu pajak yang harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan yang diperoleh.Jika ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam kebijakan anggaran yaitu:1. Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance) kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.2. Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach) kebijakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai ekonomi yang mantap.3. Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget) kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat dari berbagai program.Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Kebijakan Anggaran SeimbangKebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar dengan penerimaan.2. Kebijakan Anggaran DefisitKebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.3. Kebijakan Anggaran SurplusKebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun pengeluaran lebih kecil dari penerimaan.4. Kebijakan Anggaran DinamisKebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis). Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.2.4 Tujuan Kebijakan FiskalTujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur ekonomi perdagangan dan keungan. Maka semakin rumit pula cara penanggulangan infalsi. Kombinasi beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan dan penentuan harga.Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:1. Untuk meningkatkan laju investasi.Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan yang diperlukan diantaranya; control fisik langsung, peningkatan tariff pajak yang ada,penerapan pajak baru, surplus dari perusahaan Negara, pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan keuangan defisit.2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi tangunggan Negara secaraserentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikanperusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional.Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.5. Untuk menanggulangi inflasi.Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasionalKebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.2.5 Pengaruh Kebiajakan fiskal terhadap perekonomianPengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu :a. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBNb. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.APBN mempunyai dua kategori, kategori yang pertama yaitu, mencatat pengeluaran dan penerimaan yang terdiri dari beberapa pos utama diantaranya :

PENERIMAANPENGELUARAN

PAJAKPENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PEMBELIAN BARANG & JASA

PINJAMAN DARI BANK SENTRALPENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK GAJI PEGAWAI

PINJAMAN DARI MASYARAKAT DALAM NEGERIPENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK TRANSFER PAYMENT

PINJAMAN DARI LUAR NEGERI

Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan anggaran berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini kebijakan anggran dapat menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget), anggaran surplus (surplus budget).Kebijakan anggaran emplisit adalahkebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah atas barang dan jasa. Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional. Contohnyapemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut Menkeu Agus DW Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya untuk menciptakan ekspansi fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap terjaga pada level yang tinggi.Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif.. Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan peminjaman/hutang, dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus yang menggambarkan kelemahan dari anggaran defisit.Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.Anggaran surplus (Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.Cara kerja anggara surplus adalah kebalikan dari anggaran defisit, uang yang didapat pemerintah dari pendapatan pajak lebih banyak dari yang dibelanjakan, pemerintah memenfaatkan selisihnya untuk melunasi beberapa hutang pemerintah yang masih ada. Surplus anggaran akan menaikkan dana pinjaman, mengurangi suku bunga dan meningkatkan investasi. Investasi yang lebih tinggi seterusnya dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.2.6 Risiko kebijakan fiskalRisiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan oleh sesuatu di luar kendali pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal sangat perlu untuk empat tujuan strategis, yaitu : Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan kebijakan fiskal. Meningkatkan keterbukaan fiskal Meningkatkan tangung jawab fiskal Menciptakan kesinambungan fiskalRisiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :1. Resiko Ekonomi MakroDalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan penghitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua resiko utama, yakni inflasi dan harga minyak.a. Inflasi.Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar antara 3,5-5,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic Outlook per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah dari proyeksi tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah masih sejalan dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi telah menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih cukup tinggi.b. Harga Minyak.Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak dipasaran dunia.

2. Resiko Utang Dinamika Ekonomi MakroPengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya :a. Risiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama berasal dari utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan. b. Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.c. Risiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Sert yang ditimbulkan oleh aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada penurunan sorvereign credit rating.d. Risiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi penerapan strategi pengelolaan utang.3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah PusatKewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.4. Desentralisasi FiskalKebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik Kesatuan Indonesia. dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga berpotensi menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal dari desentralisasi fiskal diantaranya, bersumber dari kebijakan pemekaran daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsiDengan tetap mempertahankan asumsi bahwa pengeluaran investasi [I] dan pengeluaran pemerintah [G] bersifat otonomus, maka pajak akan memengaruhi pengeluaran konsumsi melalui pengaruhnya terhadap fungsi konsumsi.a. Pajak nominalPajak nominal, pertama kali memengaruhi pendapatan disposabel. Jika pendapatan adalah Y dan pajak nominal adalah T, maka pendapatan disponsabel:Yd = Y TFungsi konsumsi menurut model keynes adalah:C = Co + bYdDengan adanya pajak nominal, maka Yd = Y T, sehingga fungsi konsumsi menjadi:C = Co + bYd = Co + b [Y T] = Co + bY bT = Co + bT + bYBahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC. Artinya pajak nominal tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat perubahan pendapatan.Yang berubah adalah konsumsi otonomus, dimana pajak nominal menyebabkan konsumsi otonomus menjadi lebih kecil sebesar bT.

contoh soalMisalnya C1 = 100 + 0,8Yd dan pajak nominal (T) sebesar 25, maka pengaruhnya adalah sebagai berikut:C2= 100 + 0,8 (Y-25)= 100 20 + 0,8Y= 80 0,8Yb. Pajak proporsionalJika pajak penghasilan yangdikenakan adalah proporsional (t), maka pendapatan disposabel menjadi:

Yd = Y tY = Y (I t)

Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi:

C = Co + bYd = Co + b {Y(I t)} =Co + b Y btY = Co + [b-bt]Y

Teryata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau lebih kecil sebesar bt, sedangkan konsumsi otonomus tetap.

Contoh SoalFungsi konsumsi awal = 100 + 0,8Yd, bila pajak pendapatan sebesar 25%, maka Yd = (l-t)T.Fungsi konsumsi yang baru menjadi:C2 = 100 + 0,8(1-0,25)Y= 100 + 0,8(0,75)Y= 100 + 0,6 YPajak porposional telah menyebabkan MPC berubah menjadi 0,6 atau lebih kecil 0,2 dari MPC sebelum ada pajak porposional.3.2 Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar

Karena kebijakan fiskal bertujuan mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik, maka dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harus dipahami. Salah satu cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat pengaruh pajak terhadap output keseimbangan.

Contoh soalSeperti dengan yang sebelumnya, yaitu lebih baik menggunakan contoh kuantitatif. Asumsi yang digunakan adalah perekonomian tertutup dan pajak nominal. Fungsi konsumsi, C = 100 + 0,8Yd dan investasi bersifat otonomus, I = 150. Jika pengeluaran pemerintah, G = 250, maka kondisi keseimbangan ekonomi adalah:Y = C + I + G = 100 + 0,8Yd + 150 + 250 = 500 + 0,8Yd0,2 Y = 500 Y = 2500Bila ada pajak penghasilan nominal sebesar 100, maka Yd = Y 100, sehingga fungsi konsumsi C = 100 + 0,8Yd = 100 + 0,8(Y 100) = 20 + 0,8Y. Dengan demikian pengeluaran agregat menjadi AE = C + I + G = 20 + 0,8Y + 150 + 250 = 420 + 0,8YOutput keseimbangan:Y = AE = C + I + G = 420 + 0,8Y 0,2 Y= 420 Y = 2100Ternyata, adanya pajak nominal sebesar 100 telah menyebabkan output keseimbangan berkurang sebesar 2500 2100 = 400

Y = C + I + G = + bY + I + G = + + + bY = + bYSehingga kondisi keseimbangan:Y = Jika ada pajak nominal sebesar T, maka fungsi konsumsi menjadi C = + b(Y T), sehingga fungsi pengeluaran agregat menjadi AE = + bY bT. Dengan demikian fungsi keseimbangan menjadi:Y = AE = bT + bYY(l b) = bT Y = Sehingga hubungan antara perubahan pajak nominal () dengan perubahan pendapatan keseimbangan () adalah: Y = Pada contoh soal di atas, = 100, sehingga:Y = = -4003.3 Politik AnggaranDilihat dari perbandingan nilai penerimaan (T) dan pengeluaran (G), politik anggaran dapat dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran berimbang. Hasil yang dicapai dari kebijakan fiscal merupakan interaksi dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output keseimbangan. Anggaran tidak berimbang dapat dibedakan lagi menjadi anggaran defisit (deficit budget) dan anggaran surplus (surplus budget).a. Anggaran Defisit (Deficit Budget)Anggaran defisit adalah anggaran yang memang dirancang untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (T < G atau G > T). Politik anggaran defisit, biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulir pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Dengan asumsi kondisi awal anggaran pemerintah adalah anggaran berimbang (G=T), bila pemerintah menempuh anggaran defisit G >T, dimana G > 0. Karena G >T maka jika pemerintah menempuh politik anggaran defisit, pemerintah dianggap memilih kebijakan fiskal ekspansif.Y karena G=G/(1-b)Y karena T= T/(1-b)sehingga total pengaruhnya (karena G dan T) adalah

Y karena G=(G/(1-b)) + (T/(1-b))

Y karena T=(G/(1-b)) -( T/(1-b))

karena penyebutnya sama, yaitu (1-b) maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai

Y = G T/(1-b)

jika G >T, maka dapat dikatakan G =T+W, dimana W = G T, sehinggaY =(T+W-bT)/(1-b)Y =((1-b)/(1-b)) T + (W /(1-b))Y = T + (W /(1-b))Jadi bila politik anggaran adalah anggaran defisit, maka pengaruhnya terhadap pertambahan pendapatan lebih besar dibanding besarnya defisit pengeluaran yang direncanakan. Bila T=0; (W=G) atau Bila G=0; (W=T)Contoh soalC = 100 + 0,8YdI = 150G = 250 dan T = 250Kondisi keseimbangan awal:Y = C + I + GY = 100 + 0,8 (Y -250) + 150 + 250 = 500 + 0,8Y 200 = 300 0,8Y0,2 Y = 300Y = 1500Jika pemerintah menempuh anggaran defisit, di mana = 250, sementara T = 150, maka:Gl = 250 + 250 = 500Ydl = Y 250 150 = Y 400Sehingga fungsi konsumsi menjadi:C1 = 100 + 0,8Ydl= 100 + 0,8(Y 400)= 100 + 0,8Y 320= -220 + 0,8YY= C + I + G= -220 + 0,8Y + 150 + 500= 430 + 0,8Y0,2 Y = 430Y = 2150 atau = 2150 1500 = 650Angka 650 adalah = + W/(1-b) = 150 + 100/(1-0,8) = 150 + 500 = 650b. Anggaran Surplus (Surplus Budget)kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan penerimaan lebih besar dari pengeluaran (T > G atau G < T). Atau dapat juga dikatakan pemerintah menempuh politik anggaran surplus sering diidentikkan dengan kebijakan fiskal kontraktif. Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap ekspansi dan terus memanas (overheating). Melalui anggaran surplus pemerintah mengerem pengeluarannya untuk menurunkan tekanan permintaan atau mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak. Pengaruh anggaran surplus terhadap output keseimbangan adalah kebalikan dari pengaruh anggaran defisit.Contoh soalC = 100 + 0,8YdI = 150G = 250 dan T = 250Kondisi keseimbangan awal:Y = C + I + GY = 100 + 0,8 (Y -250) + 150 + 250 = 500 + 0,8Y 200 = 300 0,8Y0,2 Y = 300Y = 1500Jika pemerintah menempuh anggaran defisit, di mana = 150, sementara T = 250, maka:Gl = 250 + 150 = 400Ydl = Y 250 250 = Y 500Sehingga fungsi konsumsi menjadi:C1 = 100 + 0,8Ydl= 100 + 0,8(Y 500)= 100 + 0,8Y 400= -300 + 0,8YKondisi keseimbangan baru:Y= C + I + G= -300 + 0,8Y + 150 + 400= 250 + 0,8Y0,2 Y = 250Y = 1250 atau = 1250 1500 = -250Angka -250 adalah = W/(1-b) = 250 100/(1-0,8) = 250 500 = -250c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)Pemerintah dikatakan menempuh politik anggaran berimbang bila pengeluaran direncanakan akan sama dengan penerimaan (G = T dan atau = ). Tidak ada ketentuan pokok dalam kondisi ekonomi seperti apa politik anggaran berimbang ditempuh. Namun bila pemerintah memilih politik anggaran berimbang, dua hal utama yang ingin dicapai adalah peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.Contoh soalC = 100 + 0,8YdI = 150G = 250 dan T = 250Kondisi keseimbangan awal:Y = C + I + GY = 100 + 0,8 (Y -250) + 150 + 250 = 500 + 0,8Y 200 = 300 0,8Y0,2 Y = 300Y = 1500Jika pemerintah menempuh anggaran defisit, di mana = 150, sementara T = 150, maka:Gl = 250 + 150 = 400Ydl = Y 250 150 = Y 400Sehingga fungsi konsumsi menjadi:C1 = 100 + 0,8Ydl= 100 + 0,8(Y 400)= 100 + 0,8Y 320= -220 + 0,8YKondisi keseimbangan baru:Y= C + I + G= -220 + 0,8Y + 150 + 400= 330 + 0,8Y0,2 Y = 330Y = 1650 atau = 1650 1500 = 150Angka 150 adalah = =

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanKebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil otomatik dan kebijakan fiskal diskresioner. Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :Kebijakan Anggaran Seimbang, Kebijakan Anggaran Defisit, Kebijakan Anggaran Surplus, Kebijakan Anggaran Dinamis. Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu : bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN dan bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA

http://okapingit.blogspot.com/2013/07/kebijakan-fiskal.htmlRahardja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makroekonomi dan Mikroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.Subiyantoro, Heru dkk. 2004. Kebijakan Fiskal Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara.Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.