karakter siswa edit baru

24
Makalah Rancangan dan Evaluasi Pembelajaran Matematika KARAKTERISTIK SISWA Designing Effective Instruction: Learner Characteristics JERROLD E. KEMP, GARY R. MORRISON, STEVEN M. ROSS Dosen Pembina : Dr. Agung Lukito,M.Pd Prof. Dr. SITI M. AMIN, M.Pd Oleh: Moh.Syukron Maftuh 117785013 Dewi mandansari 117785020 Pendidikan Matematika 2011A

Upload: eko-ganda

Post on 27-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

karakter siswa

TRANSCRIPT

MakalahRancangan dan Evaluasi Pembelajaran Matematikakarakteristik siswaDesigning Effective Instruction:

Learner CharacteristicsJERROLD E. KEMP, GARY R. MORRISON, sTEVEN M. ROSSDosen Pembina :Dr. Agung Lukito,M.Pd Prof. Dr. SITI M. AMIN, M.Pd

Oleh:

Moh.Syukron Maftuh 117785013 Dewi mandansari 117785020 Pendidikan Matematika 2011AUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2012KARAKTERISTIK SISWA

(Learner Characteristics)

Mengapa memperhatikan karakteristik siswa ketika melakukan perencanaan merupakan hal yang penting?Manakah karakteristik-karakteristik yang paling bermanfaat, dan bagaimana cara memperoleh informasi tentang karakteristik tersebut?Dalam kelompok siswa khusus, karakteristik apakah yang sangat mempengaruhi perencanaan pengajaran? Apakah gaya belajar siswa, dan bagaimana cara memperoleh informasi tersebut?Andaikan, Anda tidak pernah mendengar tentang proses perencanaan pengajaran, dan Anda mulai memberikan kuliah pada pertemuan pertama. Anda telah bekerja keras untuk menyiapkan satuan pelajaran pendahuluan baru dengan tujuan agar siswa terkesan dengan pelajaran. Perkuliahan mencakup informasi rincian statistik dari hasil penelitian mutakhir dan penjelasan yang kompleks.Ketika kuliah sedang berlangsung, Anda merasakan adanya reaksi diantaranya: beberapa siswa mendengarkan dengan cermat dan membuat catatan dengan cepat; yang lain terlihat bingung; dan beberapa siswa tampak acuh tak acuh. Padahal, ini merupakan kesempatan langkah bagi mereka untuk memperoleh informasi penting itu. Apakah ada yang tidak sesuai?Dalam persiapan, mungkin, Anda telah sedikit mengabaikan sifat kelompok siswa, bakat dan tingkat kesiapan, tingkat motivasi, atau ciri lainnya yang berpengaruh terhadap ketertarikan dan keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Salah satu unsur penting dalam proses perancangan pengajaran yang telah disebutkan sebelumnya (Bab 1) adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siswa dari sebuah program yang sedang dikembangkan. Secara jelas, ukuran kesuksesan sebuah perencanaan pengajaran akan bergantung pada terlaksananya level pembelajaran oleh siswa-siswa yang terlibat. Populasi siswa, terdiri dari berbagai macam tipe siswa, dari level dasar hingga sekolah menengah dan perguruan tinggi dan di area pelatihan - industri, bisnis, kesehatan, pemerintahan atau militer. Oleh karena itu, pada awal perencanaan sangat penting memperhatikan karakteristik karakteristik, kemampuan kemampuan, dan pengalaman pengalaman siswa, baik sebagai kelompok maupun sebagai individu-individu. Setiap orang berbeda dalam berbagai hal, termasuk cara dimana mereka belajar. Beberapa perbedaan tersebut tampak dalam berbagai macam pengalaman yang diperlukan seseorang dalam belajar. Dan jika kompetensi suatu keterampilan yang ingin dicapai, perbedaan akan juga tampak pada jumlah waktu dan praktek yang seseorang perlukan. Untuk mengajar sebuah kelas akademik atau kelompok pelatihan, seorang perancang pengajaran harus memperoleh informasi tentang kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa. Informasi ini pasti mempengaruhi elemen tertentu dalam perencanaan, seperti pembahasan suatu topik (dan tingkat dimana topik diajarkan), pemilihan dan urutan tujuan, kedalaman pemberian topik, dan variasi kegiatan pembelajaran. Ketika mendesain sebuah rencana pengajaran, tentukan lebih awal tahap-tahap persiapan awal dimana karakteristik siswa atau peserta pelatihan akan mudah diidentifikasi. Kemudian tentukan bagaimana memperoleh informasi penting tersebut.A. INFORMASI AKADEMIK

Barangkali, rekaman akademik merupakan kategori informasi pribadi siswa yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan. Rekaman ini meliputi sebagai berikut. Nilai sekolah (school grade) atau tingkat pelatihan yang pernah diikuti dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari. Rata-rata nilai angka (point-grade average) atau nilai huruf (letter grades) studi akademik. Skor dari tes standar pencapaian kecerdasan (standardized achievement test of intelligence) dan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan matematika. Kursus/pelatihan khusus atau lanjut yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan studi utama atau area pelatihan.Sebagian besar informasi ini dapat diperoleh dari rekaman siswa pada arsip di kantor administrasi sekolah. Beberapa diantaranya tercantum dalam lamaran pekerjaan atau arsip pribadi (daftar riwayat hidup). Pertimbangan kerahasiaan dan etika perlu diingat ketika melihat rekaman siswa atau individu. Jika Anda memerlukan informasi khusus tentang siswa dan tidak tersedia, tes khusus dapat dilakukan dan diselenggarakan melalui sebuah lembaga khusus atau pribadi.

Yang erat hubungannya dengan informasi akademik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan, yang mungkin telah dikuasai siswa dan secara langsung berhubungan dengan isi materi atau keterampilan yang dipelajari. Mengumpulkan informasi keterampilan dan pengetahuan merupakan salah satu tujuan unsur pretesting dari proses perancangan pengajaran (lihat Bab 10) . Oleh karena itu, informasi yang diperoleh tentang karakteristik siswa dengan data yang ingin dicapai dari pretest memiliki hubungan yang dekat.B. KARAKTERISTIK SOSIAL DAN PERSONAL

Sebagai tambahan informasi akademik, diperlukan kesadaran terhadap karakteristik sosial dan personal siswa dari sebuah pogram yang direncanakan. Untuk merancang sebuah prosedur pengajaran, seorang instruktur (guru) perlu beberapa pengetahuan tentang siswa berikut ini.

Usia dan tingkat kedewasaan.

Motivasi dan sikap terhadap mata pelajaran.

Harapan dan cita-cita (jika sesuai).

Pekerjaan sekarang atau sebelumnya dan pengalaman kerja (jika ada). Bakat khusus.

Keterampilan mekanis.

Kemampuan bekerja dalam berbagai kondisi lingkungan gaduh, berada di luar ruangan selama cuaca buruk, tempat yang tinggi dari permukaan laut, dan sebagainya.Data penting tersebut dapat diperoleh melalui observasi, interviu, dan angket informal, serta melalui survei sikap yang telah dilaksanakan pada siswa. (Lihat Bab 10 untuk diskusi lebih lanjut tentang metode pengumpulan informasi ini). Jika kelompok khusus terdiri dari sebagian besar (significant percentage) populasi siswa, karakteristik sosial yang khas untuk setiap kelompok harus dipertimbangkan. C. KARAKTERISTIK SISWA NONKONVENSIONALDisamping pentingnya selama perencanaan untuk mengumpulkan dan menggunakan jenis informasi umum (seperti informasi akademik, pribadi dan sosial) tentang semua siswa, tetapi perhatian harus diberikan juga kepada karakteristik khusus dari individu-individu yang disini disebut sebagai siswa nonkonvensonal (nonconventional learners), yang memiliki kesiapan, perilaku, dan harapan yang mungkin tidak khas. Kelompok-kelompok ini meliputi individu-individu yang memiliki keberagaman budaya, siswa dengan ketidakmampuan, dan siswa dewasa.1. Siswa dengan keberagaman budaya

Kelompok siswa dapat meliputi anggota-anggota dari etnik budaya dengan latar belakang dan perilaku yang berbeda dari kebanyakan siswa. Selain itu, baik perancang pengajaran dan instruktur (guru), mungkin berbeda latar belakang etniknya dengan anggota dari suatu kelompok siswa. Untuk alasan ini, karakteristik siswa yang beragam secara budaya memerlukan perhatian khusus selama perencanaan.Salah satu masalah nyata yang mungkin adalah kekurangan dalam berbahasa nasional. Jika hal ini benar, remedial training dalam bahasa nasional (atau bahasa pengantar pembelajaran) harus disediakan sesuai kebutuhan. Perbedaan sosial dan budaya sebaiknya disadari karena akan mempengaruhi hal-hal seperti kemampuan bertanggung jawab terhadap pekerjaan individu atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif. Dalam beberapa budaya tertentu, seeorang yang secara otoritas diterima, seperti ayah dalam sebuah keluarga, mempengaruhi kebebasan dan kemampuan anak dalam mengambil keputusan. Apabila latar belakang pengalaman dalam kemampuan tersebut terbatas, sebuah hasil yang sederhana mungkin mempengaruhi kesiapan dan partisipasi siswa dalam sebuah program.Dalam perencanaan pengajaran untuk siswa dengan beragam budaya, perhatian sebaiknya juga ditujukan kepada pemilihan materi tanpa bias dan penyediaan sumber-sumber alternatif dan aktivitas-aktivitas untuk mendukung tujuan pengajaran.Untuk membangun kepercayaan diri siswa agar sukses, individu-individu dari latar belakang budaya yang beragam memerlukan prosedur yang lebih dari pengajaran rutin. Pertimbangan tersebut penting, baik untuk siswa program pelatihan akademik maupun kejuruan. Beberapa pertimbangan yang mungkin dilaksanakan dalam membantu siswa-siswa ini berhasil dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

Menyediakan insentif, seperti penghargaan individu, hadian uang, atau waktu bebas tugas, sebagai dorongan untuk terlibat dan melanjutkan pembelajaran. Menyediakan aktivitas-aktivitas kooperatif, karena sebagian kecil siswa memperoleh kepuasan dari kelompok proyek dan dari membimbing sesama.

Menggunakan media visual daripada verbal untuk menyajikan suatu topik.

Memberikan waktu yang lebih dari biasanya untuk belajar dan menyelesaikan tugas, dalam alasan yang wajar, dan memberikan kesempatan yang lebih untuk berlatih suatu keterampilan. Menyediakan kesempatan yang lebih bagi siswa untuk mengecek keberhasilan belajar dan kemajuan dalam proses pencapaian tujuan.Beberapa pertimbangan ini mungkin tampak sederhana, tetapi penting bagi siswa. Selain itu, pertimbangan-pertimbangan tersebut secara khusus berguna ketika menyiapkan pengajaran untuk siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda dari instrukturnya (guru).

Informasi tentang kemampuan siswa dalam kelompok etnik dapat diperoleh melalui prosedur tes, interviu, dan angket. Sebagai tambahan, pertimbangkan memperoleh bantuan dari konselor suatu organisasi atau komunitas yang telah secara langsung berpengalaman dalam bekerja dengan individu-individu dengan latar belakang budaya yang beragam.2. Siswa dengan ketidakmampuan Kategori siswa yang tidak mampu meliputi siswa dengan ketidakmampuan fisik dan siswa dengan ketidakmampuan dalam belajar seperti kehilangan pendengaran dan penglihatan, penurunan kemampuan berbicara, dan keterbelakangan mental ringan. Masing-masing tipe siswa cacat memiliki keterbatasan yang khas dan memerlukan pertimbangan khusus. Beberapa orang dengan ketidakmampuan fisik dapat berpatisipasi dalam kelas regular, sementara yang lain tidak. Analisis yang seksama terhadap ketidakmampuan individu sebaiknya meliputi observasi, interviu, dan tes.Siswa dengan ketidakmampuan memerlukan pelatihan khusus dan perhatian secara individu. Oleh karena itu, sebuah program pengajaran mungkin memerlukan modifikasi secara luas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan siswa-siswa tersebut. Spesialis (ahli) yang mampu bekerja dengan siswa-siswa tersebut sebaiknya merupakan bagian dari sebarang tim perencana pengajaran.3. Siswa dewasa

Sebuah faktor penting yang mengurangi homogenitas populasi siswa adalah peningkatan jumlah orang dewasa yang menjadi siswa dalam seting; kembali ke kampus; keterlibatan dalam program pendidikan komunitas orang dewasa; dan partisipasi dalam pelatihan kerja atau pelatihan ulang keterampilan baru dalam bisnis, industri, kesehatan, pelayanan pemerintah, dan militer.Bidang pendidikan orang dewasa, andragogy, telah dipalajari secara mendalam. Sejumlah generalisasi tentang orang dewasa dan akomodasinya dalam proses pendidikan telah disadari seperti tampak berikut. Orang dewasa mengikuti sebuah program pelatihan dengan tingkat motivasi belajar yang tinggi. Mereka menghargai sebuah program yang terstruktur secara sistematis dengan tujuan yang secara jelas terperinci. Orang dewasa ingin mengetahui bagaimana yang akan diajarkan akan bermanfaat bagi mereka. Mereka berharap materinya relevan dan mereka dengan cepat memahami kegunaan praktis dari konten. Bagi orang dewasa, waktu adalah pertimbangan penting. Mereka berharap kelas dimulai dan diakhiri sesuai dengan jadwal, dan mereka tidak suka menghabiskan waktu dengan percuma.

Orang dewasa menghargai instruktur yang menguasai pengetahuan tentang mata pelajaran dengan baik, dan menyajikannya dengan sempurna. Siswa secara cepat mengenali instruktur yang kurang siap.

Orang dewasa membawa pengalaman yang luas dari kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Pengalaman-pengalaman ini sebaiknya digunakan sebagai sumber utama dengan cara membantu siswa menghubungkan pengalaman mereka dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.

Kebanyakan orang dewasa mandiri. Ketika sebagian dari mereka kurang percaya diri, mereka akan memilih instruktur mereka sebagai fasilitator untuk membimbing dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoriter. Orang dewasa ingin terlibat dalam pengambilan keputusan. Mereka ingin bekerjasama dengan instruktur dalam penilaian tujuan dan kebutuhan, pemilihan aktivitas, dan penentuan keputusan evaluasi pembelajaran.

Orang dewasa mungkin sedikit fleksibel daripada siswa muda. Kebiasaan dan metode kerja mereka telah dikembangkan secara rutin. Mereka tidak suka ditempatkan dalam situasi yang mengejutkan. Sebelum mereka menerima sebuah cara berbeda dalam melakukan sesuatu, mereka ingin memahami keuntungannya terlebih dahulu. Orang dewasa menyukai kerjasama dalam kelompok dan sosial secara bersama-sama. Aktivitas kelompok kecil dan sebuah suasana yang memungkinkan interaksi selama waktu istirahat sangat penting.

Bagi orang dewasa, serta bagi siswa lain, kesamaan prinsip-prinsip pembelajaran dan perilaku manusia harus mendasari sebuah program pengajaran. Prinsip-prinsip ini akan dibahas pada Bab 8. Ada perbedaan-perbedaan dalam tingkat dan spesifikasi sesuai dengan bagaimana prinsip-prinsip tersebut akan diterapkan pada kelompok-kelompok tertentu selama perencanaan, ketika media dirancang, dan ketika kegiatan pengajaran dilaksanakan. Dengan peka dan tanggap terhadap karakteristik kelompok siswa khusus, seorang perancang dapat merencanakan program khusus yang efektif bagi mereka.D. GAYA BELAJAR

Beberapa siswa lebih menyukai metode tertentu dan menganggapnya lebih efektif daripada metode lainya. Sudah lama diketahui bahwa dibandingkan dengan mengikuti ceramah dan membaca bahan tertulis, sejumlah orang dapat belajar lebih baik dengan pendekatan visual, sementara yang lain dengan kegiatan jasmani dan mengotak-atik benda. Seperti saat ketika siswa sedang mencari rumus volume kubus dan balok, siswa akan lebih muda mencari rumus volume kubus dan balok dengan melihat langsung secara visual bendanya atau siswa berusaha memanipulasi objek-objek benda tersebut dari pada mengikuti pelajaran dengan ceramah atau membaca teks. Perhatikan contoh beriku :

Ketika siswa hanya mengikuti ceramah dari guru tentang mencari volume kubus dan volume balok tanpa memperlihatkan bentuknya secara visual hanya mengatakan

volume kubus adalah = sisi x sisi x sisi

volume balok adalah = panjang x lebar x tinggi

siswa akan merasa kebingungan, berbeda ketika siswa melihat langsung wujud bendanya secara visual siswa akan berusaha mencari dan memanipulasi objek-objek benda tersebut seperti

Lapis 3

Lapis 2

Lapis 1

3 x 3 = 9 kubus satuan3 x 3 = 9 kubus satuan

3 x 3 = 9 kubus satuanJumlah = 27 kubus satuan

t l p

Bagian alas tersusun atas = p x l balok satuan

Bagian tinggi tersusun atas= t balok satuan

Banyaknya balok yang menyusun gambar di atas = p x l x t balok satuan

Semuanya itu untuk mengenali gaya belajar unik seseorang dan ada manfaatnya dalam merencanakan pengajaran Ada tiga aspek gaya belajar yang dari kenyataanya serta penelitian dapat merupakan informasi yang bermanfaat untuk menetapkan kondisi belajar. Ketiga aspek ini adalah fungsi belahan otak, kondisi belajar, dan gaya belajar kognitif.1. Fungsi belahan otak manusiaotak manusia terbagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri, disebut hemisfer. Hemisfer kiri lebih efisien dalam menangani informasi secara nalar, runtut, dan analitis. Belahan ini cocok sekali dengan berbagai fungsi bahasa (membaca, berbicara, dan menafsirkan lambang tulisan)hemisfer kanan menafsirkan informasi secara menyeluruh. Belahan ini memberi perhatian kepada sintesis informasi, hubungan visual-ruang, dan pemecahan masalah. Hemisfer kanan dianggap belahan otak yang digunakan untuk bercipta yang dapat menghasilkan, umpamanya mengubah musik, merancang karya seni, atau merekayasa suatu bangunan.

Pada seseorang, satu hemisfer otak mungkin lebih kuat pengaruhnya daripada hemisfer yang lain. Misalnya, siswa yang hemisfer kananya dominan, mungkin perkembangan bahasa lebih lambat atau ia menghadapi kesulitan dalam membaca dan mengeja. Orang yang hemisfer kirinya lebih kuat pengaruhnya mungkin manjadi penemu atau orang yang berpikiran non-konvensional. Karena itu perlu ad perhatian khusus pada metode diagnostik yang dapat menunjukan kekuatan seseorang dibandingkan dengan orang lain yang berkaitan dengan dominasi homisfer otak. Dengan demikian, kita dapat lebih membantu mereka yang sebelah otaknya lebih kuat daripada yang lain 2. Kondisi Belajar

Banyak faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan di dalam kelas atau area belajar yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dan menyerap serta menyimpan informasi. Misalnya, kita semua mengetahui bahwa ada remaja yang dapat belajar baik dengan musik kencang pada volume penuh dari jarak dekat. Mereka merasa nyaman dengan latar belakang yang gaduh dan mengabaikannya ketika mereka berkonsentrasi. Oleh karena itu, bagaimana masing-masing orang merespon bunyi, adalah salah satu faktor dalam lingkungan belajar, mungkin perlu dipertimbangkan demi keberhasilan belajar orang tersebut.

Dunn dan dunn (1978) telah mendesain sebuah Learning Style Inventory untuk siswa usia sekolah dan sebuah instrumen untuk siswa dewasa. Angket ini berisi pernyataan yang akan direspon siswa (melalui penerimaan dan penolakan). Hasilnya adalah sebuah analisis tentang kondisi-kondisi dimana seseorang memilih untuk belajar. Penilaian dari pilihan individu mencakup bidang-bidang berikut.

1. Lingkungan fisik yang terdekat, berhubungan dengan suara, cahaya, tingkat suhu, dan pilihan atau susunan perabotan.

2. Emosional individu, berhubungan dengan motivasi, pengambilan tanggung jawab, dan ketekunan dalam penyelesaian sebuah tugas.

3. Kebutuhan sosiologis individu (bermasyarakat, berhubungan dengan menjadi self-oriented (menyendiri), peer and grup oriented (berkelompok dengan sejawat), adult oriented (berkelompok dengan orang dewasa), atau kombinasi dari orientasi-orientasi tersebut.

4. Kebutuhan fisik individu, berhubungan dengan pilihan perseptual, mobilitas, penggunaan waktu sehari-hari, atau bioritme (irama tubuh) untuk keefisienan fungsi.

Berikut adalah contoh item-item yang dapat dipilih siswa.

Saya belajar dengan baik ketika suasana sepi.Saya berkonsentrasi baik ketika saya merasa dingin/sejuk.Saya sangat suka membentuk sesuatu dengan tangan saya.Sangat sulit bagi saya untuk duduk di satu tempat dalam waktu yang lama.Saya belajar dengan baik ketika berada di meja atau bangku.Sesuatu yang saya ingat dengan baik adalah sesuatu yang saya baca.Saya dapat mengabaikan suara yang keras pada saat saya belajar.Saya suka belajar mandiri.Sesuatu yang saya ingat dengan baik adalah sesuatu yang saya dengar.Ketika saya bisa, saya mengerjakan PR saya saat sore hariKarena individu-individu secara personal memilih item yang lebih disukai dari daftar di Learning Style Inventory, mereka cenderung untuk memilih sebuah jawaban yang sesuai atau yang diharapkan. Hal ini merupakan salah satu kritik dari semacam menguji instrumen tes. Penulis mengklaim untuk mengatasi kekurangan ini dengan memasukkan lebih dari satu pernyataan yang berhubungan dengan suatu faktor, masing-masing dinyatakan dalam cara yang berbeda sehingga adanya bias dapat dihindari.

Melalui pemeriksaan profil individu dari siswa setelah melengkapi sebuah inventarisasi, (instruktur) guru, dalam konsultasi dengan siswa, dapat menawarkan saran dan membantu menciptakan sebuah lingkungan belajar yang layak. Hal ini dapat menjadi nilai khusus ketika siswa dilibatkan dalam sebuah program pembelajaran individu atau self-paced. 3. Gaya Belajar Kognitif

Pendekatan lain untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam belajar adalah menentukan gaya belajar kognitif orang tersebut. Individu-individu diklasifikasikan pada sebuah angka skala berdasarkan bagaimana mereka menerima dan memproses infomasi. Suatu gaya belajar kognitif siswa dapat didefinisikan menggunakan inventarisasi dan angket-angket. Felder dan Silverman (1988) telah mengembangkan satu set kategori umum analisis sebagai berikut.1. Bagaimana informasi diterima dengan baik. Visual melalui gambar-gambar, diagram-diagram, demonstrasi-demonstrasi. Auditori melalui kata-kata dan suara-suara.2. Tipe informasi yang diterima dengan lebih utama

Sensori (dari luar) penglihatan, suara-suara, sensasi-sensasi fisik. Intuitif (dari dalam) wawasan, dugaan-dugaan/firasat.3. Bagaimana informasi dikelola. Induktif dari fakta-fakta dan observasi untuk menyimpulkan prinsip-prinsip

Deduktif dari prinsip ke aplikasi kesimpulan dan konsekuensi-konsekuensi

4. Bagaimana informasi diproses

Secara aktif keterlibatan fisik atau diskusi

Secara reflektif instropeksi

5. Bagaimana perkembangan ke arah pemahaman terjadi Secara berurutan seperti seri atau langkah yang berhubungan

Secara global seperti lompatan-lompatan besar atau secara keseluruhan

Kolb Learning Style Inventory (Kolb, 1984, 1985) dan Myers-Briggs Type Indicator (Myers & McCaulley, 1985) adalah contoh-contoh dari inventarisasi penyekoran sendiri yang dapat membantu siswa dan guru mengidentifikasi gaya-gaya belajar. Siswa-siswa yang belajar secara individu dan mempunyai pilihan-pilihan, dapat mengadaptasi aktivitas dan sumber-sumber sesuai dengan keinganannya. Instruktur (guru) dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengatasi keberagaman gaya belajar kognitif. Berikut adalah beberapa teknik yang berguna untuk aplikasi umum (istilah-istilah dalam tanda kurung menunjuk pada kategori-kategori tingkah laku gaya belajar kognitif yang didaftar sebelumnya) seperti yang dikembangkan oleh Felder dan Silverman (1988).

Menghubungkan informasi yang sedang disajikan dengan sesuatu yang telah dan akan dipelajari (induktif/global)

Menyediakan informasi konkrit dan konsep abstrak yang seimbang (sensori/intuitif)

Menyeimbangkan materi yang menekankan metode pemecahan masalah praktis (sensing/aktif) dengan materi yang menekankan pemahaman mendasar (intuitif/reflektif) Menggunakan gambar, skema, dan sketsa sederhana seiring dengan informasi verbal (sensorik/aktif) Menyediakan demonstrasi (sensing/visual), hands-on activity (aktif), dan pembelajaran berbasis komputer (sensing-aktif) Menyediakan waktu jeda selama presentasi bagi siswa untuk berpikir tentang apa yang mereka telah sampaikan (reflektif). Tugaskan latihan rutin untuk memberikan latihan (sensing / aktif / berurutan). Menyediakan masalah terbuka dan latihan yang menuntut analisis dan sintesis (intuitif / reflektif / global). Memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sama dalam tugas dan kegiatan kelompok (aktif). Memberikan contoh-contoh konkret tentang bagaimana sebuah teori menggambarkan atau memprediksi kejadian (sensing / induktif) kemudian mengembangkan teori atau memformulasikan model (intuitif / induktif / berurutan); menunjukkan bagaimana teori dapat divalidasi dan menyimpulkan konsekuensinya (deduktif). Mengenali kegiatan atau solusi kreatif siswa (intuitif / global).E. KESIMPULAN

1. Rekaman akademik mengungkapkan tingkat dan kualitas sekolah atau pelatihan yang telah siswa terima.2. Melalui observasi, wawancara, dan angket, indikasi karakteristik personal dan sosial siswa dapat diperoleh.3. Siswa non konvensional meliputi keberagaman budaya, ketidakmampuan, dan siswa dewasa. Karakteristik khusus individu-individu tersebut sebaiknya dikenali dan dipertimbangkan selama perencanaan.4. Dengan menyadari gaya belajar individu, termasuk yang lebih suka kondisi belajar individu dan gaya belajar kognitif, perencanaan dapat mengembangkan metode pengajaran alternatif dan berbagai sumber belajar.

Jadi volume kubus dengan panjang rusuk s = s x s x s = s3

Jadi volume balok = p x l x t, dengan p = panjang; l = lebar; t = tinggi.