bab v edit (baru)
TRANSCRIPT
BAB V
KONDUKSI MANTAP DUA DIMENSI
1. Alternatif Pendekatan
Gambar 5.1 menunjukkan pengaruh-pengaruh penting suatu
sistem konduksi mantap dua-dimensi. Dengan dua permukaan di
isolasi dan permukaan lainnya dipertahankan pada temperatur yang
berbeda, T1 > T2, akan terjadi pemindahan panas dengan konduksi
dari permukaan satu ke permukaan dua.
Gambar 5.1 : Konduksi Dua-Dimensi
Sesuai dengan hukum Fourier, persamaan 1.1, fluk panas lokal dalam
benda padat adalah sebuah vektor yang selalu tegak lurus terhadap
garis temperatur konstan (isotherm).
Arah vektor fluk panas digambarkan oleh garis-garis aliran panas (heat
flow lines) pada gambar 5.1, dan vektor itu sendiri adalah hasil
komponen-komponen fluk panas dalam arah x dan y. komponen-
komponen ini telah dibahas sebelumnya di dalam bab 1. fasal
persamaan difusi panas.
Dengan mengingat kembali suatu analisa konduksi, dimana
ada d ua objek utama. Objek pertama adalah untuk menentukan
distribusi temperatur di dalam medium, yang mana menggambarkan
persoalan yang menghendaki penyelesaian T (x,y).
93
Objek ini secara umum dicapai dengan penyelesaian bentuk
persamaan panas yang ada. Untuk konduksi mantap dua-dimensi
tanpa pembangkitan panas dan Konduktivitas termal konstan, bentuk
ini adalah
..................................................... (5.1)
Objek kedua mengehendaki penyelesaian yang sederhana dari
persamaan di atas dalam bentuk T (x,y), yang mana untuk
menentukan komponen-komponen fluk panas qx dan qy dengan
menggunakan persamaan laju aliran panas.
Untuk meyelesaikan persamaan 5.1. dapat menggunakan
metoda analisa matematis, grafis, dan numerik atau beda-berhingga
(finite-difference). Karena sebagian besar maeri ini terlampau lanjut
untuk suatu kuliah pengantar, maka pembahasan yang disajikan disini
hanya ditekankan pada metoda analisa matematis dan grafis dari
suatu persoalan yang relatif sederhana.
2. Pendekatan Analisa Matematis
Tujuan analisa perpindahan panas adalah meramalkan laju
panas atau distribusi temperatur. Dalam sistem dua-dimensi tanpa
sumber panas, persamaan yang mengatur distribusi temperatur dalam
keadaan mantap adalah seperti persamaan 5.1, jika Konduktivitas
termalnya seragam.
Penyelesaian persamaan 5.1 akan menghasilkan T (x,y), temperatur
sebagai fungsi koordinat x dan y. Fluk panas dalam arah x dan y
kemudian dapat diperoleh dari hukum Fourier, masing-masing
......................................................... (5.2)
.......................................................... (5.3)
94
Penyelesaian analitik suatu soal konduksi panas harus
memenuhi persamaan konduksi panasnya maupun syarat-syarat batas
yang ditetapkan oleh kondisi-kondisi fisik.
Pendekatan secara klasik dalam penyelesaian persamaan Fourier
secara eksak adalah teknik pemisahan variabel. Di sini akan
digambarkan suatu pendekatan dengan mentrapkan pada sebuah soal
yang relatif sederhana.
Perhatikanlah sebuah pelat persegi-empat yang tipis yang ditunjukkan
gambar 5.2, tanpa sumber panas dan ketiga sisi pelat berada pada
temperatur tetap T1, sedangkan sisi atasnya mempunyai distribusi
temperatur tertentu. Distribusi temperatur ini dapat berupa temperatur
tetap pula, tetapi dapat berupa distribusi gelombang sinus.
Gambar 5.2 : Isotherm dan aliran panas pada pelat persegi-empat
Persamaan 5.1 adalah persamaan diferensial parsial linier
dan homogen yang dapat diintegrasikan dengan mengasumsikan
suatu penyelesaian hasil kali untuk T (x,y) dalam bentuk
T = XY .................................................................... (5.4)
dimana
X = X (x) sebuah fungsi dari x saja
Y = Y (y) sebuah fungsi dari y saja
Dengan mensubstitusikan persamaan 5.4 ke dalam persamaan 5.1
95
kita peroleh
............................................... (5.5)
Perhatikan bahwa bagian kiri dan bagian kanan persamaan 5.5 tidak
tergantung satu sama lain, karena x dan y ialah dua variabel yang
tidak saling tergantung. Hal ini berarti masing-masing bagian harus
sama dengan suatu konstanta, misalnya 2. Karena itu kita mempunyai
dua persamaan diferensial total
...................................................... (5.6)
...................................................... (5.7)
Bentuk penyelesaian dua persamaan di atas bergantung dari tanda 2 ;
kalau 2 = dan < 0 penyelesaiannya tidak dapat digunakan, karena
hasilnya tidak cocok dengan kondisi batas fungsi sinus.
Satu-satunya cara untuk menentukan bentuk yang benar ialah dengan
menerapkan kondisi batas pada soal itu.
Jadi penyelesaian umum persamaan 5.6 dan 5.7 2 > 0 adalah
X = C1 cos x + C2 sin x .................................... (5.8)
Y = C3 e -y + C4 ey ............................................... (5.9)
Dari persamaan 5.4, kita peroleh
T = XY
T = (C1 cosx + C2 sin x) (C3 e-y + C4 ey) ...... (5.10)
dimana C1, C2, C3 dan C4 adalah konstanta-konstanta yang harus
ditentukan harganya dari syarat-syarat batas.
Seperti ditunjukkan dalam gambar 5.2, syarat-syarat batas yang harus
dipenuhi adalah
T = T1 pada y = O
T = T1 pada x = O
T = T1 pada x = W
96
pada y = H
untuk mempermudah pengolahan aljabar, kita substitusikan variabel
baru = T – T1 pada syarat batas di atas.
= O pada y = O
= O pada x = O
= O pada x = W
pada y = H
Kondisi batas di atas bilamana pada pinggir atas pelat terdapat
distribusi temperatur gelombang sinus dimana Temperatur adalah
amplitudo fungsi sinus tersebut. Dengan menerapkan syarat-syarat
batas ini ke dalam persamaan 5.10, kita peroleh
O = (C1 cos x + C2 sin x) ( C3 + C4 ) (a)
O = C1 (C3e -y + C4 e y) (b)
O = (C1 cos W + C2sin W) (C3e -y + C4ey) (c)
(C1 cos x + C2sinx) (C3e-H + C4eH) (d)
Syarat pertama (pers. A) dapat dipenuhi hanya jika C3 = - C4
dan syarat kedua (per. b) jika C1 = 0
Dengan menggunakan syarat-syarat ini dalam syarat ketiga (pers. c),
kita peroleh
0 = C2 C4 sin W (ey – e -y)
untuk memenuhi syarat ini, sin W harus nol atau = n/W dimana n =
1,2,3,4,………..
Maka terdapat penyelesaian yang berlainan untuk tiap bilangan bulat n
dan masing-masing penyelesaia mempunyai konstan integrasi Cn
sendiri. Dengan menjumlahkan penyelesaiaan-penyelesaiaan ini kita
dapatkan deret tak berhingga.
97
........................ (5.11)
Sekarang kita terapkan syarat batas terakhir
.......................... (5.12)
persamaan diatas memerlukan Cn = 0 untuk 1, jadi penyelesaiannya
.............................................. (5.13)
............................................. (5.14)
Medan temperatur untuk soal ini (pers. 5.14) ditunjukkan pada gambar
5.2, dimana garis-garis aliran panas tegak lurus terhadap isoterm.
Bilamana pada sisi atas pelat merupakan distribusi temperatur tetap,
maka syarat-syarat batasnya adalah.
T = T1 pada y = O
T = T1 pada x = O
T = T1 pada x = W
T = T1 pada y = H
Untuk tiga syarat batas pertama dapat diselesaikan seperti cara
sebelumnya, seningga persamaan akhir yang diperoleh.
........................ (5.15)
Dengan menggunakan syarat batas terakhir, akan diperoleh
persamaan
98
......................(5.16)
Harga konstanta Cn dapat dicari berdasarkan deret Fourier dengan
menguraikan T2 – T1 untuk interval 0 < x < W
....... (5.17)
Kemudian dengan membandingkan persamaan 5.16 dan 5.17 kita
peroleh
Harga Cn yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
5.15, sehingga
....... (5.18)
3. Pendekatan Analisa Grafis
Metode analisa grafis secara cepat dapat menghasilkan
perkiraan distribusi temperatur yang cukup baik pada sistem dua
dimensi yang rumit. Tujuan penyelesaian grafis adalah membuat
jaringan terdiri dari garis-garis isoterm dan garis-garis aliran panas
konstan. Garis aliran panas analog dengan garis aliran didalam aliran
fluida potensial, yaitu menyingung arah aliran panas pada setiap
titiknya.
99
Akibatnya, panas tidak dapat mengalir memotong garis aliran panas
dan antara dua garis aliran panas mengalir sejumlah panas yang
konstan.
Isoterm analog dengan garis potensial konstan dan panas mengalir
tegak lurus pada isoterm. Jadi garis temperatur konstan dan grafis fluk
panas konstan berpotongan secara tegak lurus.
Gambar 5.3 : Konduksi dua-dimensi dalam saluran persegi-empat panjang.
Untuk memperoleh distribusi temperatur, terlebih dahulu
disiapkan model menurut skala dan kemudian digambar isoterm dan
garis-garis aliran panas secara coba-coba hingga terbentuk jaringan
bujur sangkar garis lengkung (curvilinear squares). Bentuk jaringan
bujur sangkar garis lengkung ini sebagaimana terlihat pada gambar
5.3b. Aliran panas melintasi bagian-bagian ini seperti ditunjukkan
gambar 5.3c. diberikan oleh hukum Fourier dengan mengandaikan
satu satuan kedalaman bahan.
Aliran panas ini sama untuk semua bagian dalam jaringan aliran
panas, dan aliran panas total ialah jumlah dari aliran panas dalam
100
semua jaringan. Jika bahan ini dibuat sedemikian rupa, sehingga x =
y, dimana
maka aliran panas akan sebanding dengan T yang melintasi sebuah
elemen tersebut. Oleh karena itu T yang melintasi sebuah elemen
manapun jalur aliran panas adalah
atau
Di mana N adalah jumlah tahap kenaikan temperatur antara kedua
batas yang bertemperatur T1 dan T2.
Laju total aliran panas dari batas yang bertemperatur T1 kebatas yang
bertemperatur T2 sama dengan jumlah aliran panas melalui semua
jalur karena tidak tergantung pada dimensi x dan y.
............................................................. (5.20)
dimana M adalah jumlah jalur aliran panas.
Jadi untuk menghitung perpindahan panas kita hanya perlu
membuat jaringan bujur sangkar garis lengkung pada model dan
menghitung banyaknya tambahan temperatur dan jalur aliran panas.
Namun kita harus hati-hati dan teliti dalam menggambarkannya
supaya x y dan garis-garisnya tegak lurus.
Dalam sistem dua-dimensi, di mana panas berpindah dari
sebuah permukaan yang bertemperatur T1 ke permukaan lain yang ber
temperatur T2, laju aliran panas satu satuan kedalaman hanya
101
bergantung pada beda temperatur (T1 – T2), Konduktivitas termal k dan
perbandingan M/N.
Perbandingan M/N ini tergantung pada bentuk sistem dan disebut
faktor bentuk konduksi (conduction shape factor).
Jadi laju perpindahan panas dapat ditulis.
q = k S T ............................................................. (5.21)
Harga faktor bentuk konduksi S untuk beberapa bentuk penting telah
dihitung dan ditabelkan seperti tabel 5.1.
Tabel 5.1 : Faktor Bentuk Konduksi (Conduction Shape Factor)
(di rangkum dari J.E, Sunderland dan K.R. Jonhson, Trans ASHRAE, 10 : 238-239, 1964)
102
* Suntuk dinding datar ialah A/t, dimana A untuk dinding-atas ialah A = aliran panas; untuk dinding-samping
A = b.L
4. Contoh Soal dan Latihan
a. Contoh-contoh Soal
103
1. Sebuah batangan yang sangat
panjang (arah z) katiga sisinya
dijaga pada temperatur tetap.
Distribusi temperatur melintasi sisi
atas berbentuk sinusoida. Dimensi
liniernya W=L 2 m dan ketiga
sisinya ialah To = 280 oK
Temperatur disepanjang
permukaan sebelah atas Tc = 320 OK. Tentukan temperatur pada
pusat batangan tersebut.
Penyelesaian :
Dari deret tak-berhingga :
c = Tc – To = 320 – 280 = 40 0K
Kemudian dengan enam angka signifikan kita hitung besaran-
besaran yang diperlukan dan hasilnya seperti tabel berikut :
n Sinh n
123
22/32/5
2.3013055.65441287.98
11.54876195.82
3.31781 x 108
1.0-1.01.0
Jadi :
(1,1) = 10 0K
104
T (1,1) = 10 + 280 = 290 0K
2. Sebuah lubang diamater D = 0,25 m dibor melalui pusat suatu
balok padat berpenampang persegi-empat dengan sisi-sisinya
w = 1 m. Lubang dibor sepanjang balok panjang L = 2 m yang
mempunyai Konduktivitas termal k 150 W/m 0K. suatu fluida
panas mengalir melalui lubang untuk menjaga temperatur
permukaan dalam pada T1 = 75 0C, sedangkan temperatur
permukaan luar balok pada T2 = 25 0C. Tentukan faktor bentuk
dari sistem dengan menggunakan metode grafis dan laju
pemindahan panas melalui balok.
Penyelesaian :
Dari gambar jaringan aliran panas, sistem dibagi menjadi 8
bagian yang sama.
Sehingga faktor bentuk konduksi :
Aliran panas dari balok :
q = S k (T1 – T2)
= 8 . 150 (75 - 25)
q = 60.000 W = 60 kW
3. Sebuah pipa panjang yang berdiameter luar 6 inch di tanam di
tanah dengan sumbu pipa 30 inch di bawah tanah. Temperatur
permukaan pipa 200 0F dan temperatur permukaan tanah 40 0F.
Konduktivitas termalnya adalah 0,20 Btu/ h ft 0F.
105
Tentukan kerugian panas per foot panjang pipa dengan
menggunakan :
a. jaringan aliran panas
b. faktor bentuk konduksi tabel 5.1.
Penyelesaian :
a. Jaringan aliran panas :
Gambar jaringan panas ditunjukkan sebagian karena bentuknya
simetri, dimana terdiri :
18 jalur aliran panas
8 bujur sangkar tiap jalur aliran panas
Faktor bentuk konduksinya :
Kerugian panas per foot panjang pipa :
q = S k (T1 - T2)
= 2,25 . 0,20 (200-40)
= 72 Btu/h ft
b. Faktor bentuk konduksi pada tabel 5.1 :
sehingga kerugian panas per foot panjang pipa
q = 2,1 . 0,20 (200 – 40)
106
= 67 Btu/h ft
4. Sebuah tanur berbentuk kubus dengan ukuran masing-masing
sisinya 50 cm terbuat dari bata tahan-api yang tebalnya 10 cm.
Konduktivitas termal 1,04 W/m 0C, dan dan temperatur bagian
dalam tanur 500 0C, sedang bagian luar 50 0C. Hitunglah panas
yang hilang melalui dinding tanur.
Penyelesaian ;
Faktor bentuk total dihitung dengan menjumlahkan masing-
masing faktor bentuk bagian tanur.
Bagian-bagian tanur terdiri 6 dinding, 12 tepi dan 8 sudut.
Faktor bentuk masing-masing bagian :
sudut : S = 0,15 L = 0,15 . 0,1 = 0,15 m
Faktor bentuk total :
S = (6) (2,5) + (12) (0,27) + (8) (0,015)
= 18,36 m
Panas yang hilang melalui dinding :
q = S k ( T1 - T2)
= 18,36 . 1,04 (500 – 50)
q = 8592 W = 8,592 kW
b. Contoh-contoh Soal
1. Tentukan temperatur keadaan
mantap pada titik (1/2,1/2) untuk
konfigurasi dua-dimensi gambar
disamping
107
2. Konfigurasi dua-dimensi
gambar samping. Soal ini dapat
kita pecah menjadi dua sub soal
yang lebih sederhana, dan
temperatur akhir diberikan oleh :
= 1 + 2 dimana = T – (100
F) agar kedua sub soal ini dapat
diselesaikan,
terlebih dahulu mengubah sub soal 1 agar cocok dengan
orientasi yang digunakan, hal ini ditunjukkan pada gambar a.
perhatikan bahwa dalam sistim koordinat yang baru, diperoleh
dengan memutar soal semula 900 pada arah jarum jam.
Tentukan temperatur pada titik (1/4 , 3/4) dan (3/4 , 3/4).
3. Tentukanlah temperatur pada titik (1,1/2) untuk pelat persegi
panjang disamping.
4. Sebuah balok bujur sangkar terbuat dari bata tahan api yang
mempunyai lubang 1 inch di
bagian tengahnya. Temperatur
permukaan dalam 150 0C dan
permukaan luar 30 0C, k = 1,0
W/m C Tentukan perpindahan
108
panas dari permukaan per
meter panjang.
5. Sebuah pelat mempunyai tebal 6 mm dan k = 150 W/m 0C
seperti gambar samping.
Permukaan bagian samping
dan bahwa pelat diisolasi.
Tentukanlah faktor bentuk dan
laju aliran panas jika T1 = 50 0C
dan T2 = 20 0C
6. Tentukanlah laju perpindahan panas per foot panjang pipa
diameter 2 inch dan
bertemperatur 300 0F yang
ditempatkan secara eksentris
dalam sebuah silinder
berdiameter 6 inch dan
bertemperatur 100 0F.
7. Sebuah pipa horisontal diameter 15 cm dan panjang 4 m
dibenamkan di dalam tanah pada kedalaman 20 cm.
Temperatur dinding pipa 75 0C, dan temperatur permukaan
tanah 5 0C. jika Konduktivitas termal tanah 0,8 W/m C hitunglah
panas yang dilepas dari pipa.
8. Sebuah tanur berbentuk kubus dengan sisi luar 35 cm terbuat
dari bata tanahn api. Tebal dindingnya 0,5 cm. Temperatur
bagian dalam 540 0C dan temperatur permukaan luar 90 0C.
Hitunglah aliran panas yang terjadi.
9. Dua buah silinder panjang dengan diameter 7,5 cm dan 2,5
berada dalam media yang mempunyai k = 1,4 W/m C Jarak
antara kedua pusat adalah 10 cm dan temperatur silinder
masing-masing 200 0C dan 35 0C.
Hitunglah laju perpindahan panas per satuan panjang.
109
10.Dua buah pipa dibenamkan di dalam tanah dan dijaga pada
temperatur 300 0C dan 125 0C. Diameter masing-masing pipa
ialah 8 cm dan 16 cm, sedang jarak antara kedua poros 40 cm.
Jika Konduktivitas termal tanah 0,7 W/m 0C, hitung laju
perpindahan panas per satuan panjang.
110