bab v analisis kasus_429 edit

29
BAB V ANALISIS KASUS A. EFISIENSI RUMAH SAKIT Banyak indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi rumah sakit, yang paling sering digunakan adalah: 1. Bed Occupancy Rate (BOR), yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Rumus BOR adalah: Jumlah hari perawatan rumah sakit Jumlah TT X jumlah hari dalam satu periode Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% 2. Average Length of Stay (ALOS), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Jumlah lama dirawat Jumlah pasien keluar (hidup+mati) Secara umum nilai ALOS yang ideal adalah 6-9 hari 3. Bed Turn Over (BTO), yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur 156 x100 % BOR = ALOS

Upload: afifah-nur-rasyidah

Post on 13-Apr-2016

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kasus manajerial rs

TRANSCRIPT

Page 1: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

BAB V

ANALISIS KASUS

A. EFISIENSI RUMAH SAKIT

Banyak indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi rumah sakit,

yang paling sering digunakan adalah:

1. Bed Occupancy Rate (BOR), yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada

satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

Rumus BOR adalah:

Jumlah hari perawatan rumah sakit

Jumlah TT X jumlah hari dalam satu periode

Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%

2. Average Length of Stay (ALOS), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.

Indikator ini disamping memberikan gambaran efisiensi, juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis

tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut.

Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Secara umum nilai ALOS yang ideal adalah 6-9 hari

3. Bed Turn Over (BTO), yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya

dalam periode satu tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada

pemakaian tempat tidur

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Jumlah tempat tidur

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali

4. Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak

ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga

memberikan gambaran efisiensi penggunaan tempat tidur.

156

x100 %BOR =

ALOS =

BTO =

Page 2: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

157

(Jumlah TT x periode) – hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Idealnya tempat tidur kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari

5. Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk

tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu

pelayanan di rumah sakit.

Jumlah pasien mati >48 jam dirawat

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 dari

1000.

6. Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk 1000 penderita

keluar.

Jumlah pasien mati seluruhnya

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.

7. Rata-rata kunjungan poliklinik perhari, indikator ini diperlukan untuk menilai

tingkat pemanfaatan poliklinik rumah sakit. Angka rata-rata ini apabila

dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayahnya akan memberikan

gambaran cakupan pelayanan dari suatu rumah sakit.

TOI =

NDR = x 1000 o /oo

GDR = x 1000 o /oo

Page 3: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

158

Tabel 5.1 Indikator Efisiensi Rawat Inap Tahun 2005-2011 RSUD Sragen

NO TAHUNBOR

(%)

LOS

(HARI)

TOI

(HARI)

BTO

(KALI)

GDR

(%)

NDR

(%)

1 2005 59.32 4.21 2.89 51.54 52.83 23.19

2 2006 88.54 5.71 0.74 56.73 54.32 25.10

3 2007 82.99 5.63 1.15 53.80 39.79 21.58

4 2008 68.56 5.11 2.34 49.00 47.50 28.70

5 2009 67.28 4.79 2.33 51.32 57.30 30.30

6 2010 69.95 4.10 1.76 62.25 53.43 29.52

7 2011 74.06 4.46 1.56 60.65 41.51 21.52

Keterangan:

- BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu

satuan waktu tertentu.

- LOS (Length of Stay) merupakan rata-rata lama rawat seorang pasien.

- TOI (Turn Over Interval) merupakan rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati

dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

- BTO (Bed Turn Over) merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,

berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu.

- GDR (Gross Death Rate) merupakan angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita

keluar.

- NDR (Net Death Rate) merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap

1000 penderita keluar.

Tabel 5.2 Efisiensi RSUD Sragen Bulan Januari-Desember 2011

BULANBOR

%

LOS

(Hari)

TOI

(Hari)

BTO

(Kali)

GDR

(‰)

NDR

(‰)

JANUARI 70.78 4.61 1.90 4.76 52.95 34.16

PEBRUARI 69.34 4.70 2.08 4.13 63.91 26.55

Page 4: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

159

MARET 68.15 4.48 2.10 4.71 57.81 28.47

APRIL 70.91 4.55 1.87 4.67 63.72 35.68

MEI 77.97 4.86 1.37 4.98 66.19 43.06

JUNI 74.88 4.15 1.39 5.42 54.21 21.98

JULI 77.64 4.34 1.25 5.54 42.98 25.79

AGUSTUS 72.49 3.94 1.50 5.70 46.62 20.88

SEPTEMBER 74.46 4.07 1.40 5.49 49.17 30.37

OKTOBER 76.25 4.42 1.38 5.35 50.48 29.70

NOPEMBER 76.89 4.05 1.22 5.69 57.14 32.75

DESEMBER 78.19 4.19 1.17 5.79 48.70 31.55

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.1 Grafik BOR RSUD Sragen tahun 2005-2011

Page 5: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

160

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.2 Grafik BOR RSUD Sragen bulan Januari-Desember 2011

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa nilai Bed Occupancy Rate (BOR)

yang menunjukkan efisiensi penggunaan tempat tidur di RSUD Sragen meningkat

tajam pada tahun 2006 sebesar 88,54% dan mulai menurun bertahap hingga tahun

2009 sebesar 67,28%, dan meningkat pada tahun 2010 dan 2011 yaitu 69,95% dan

74,06%. Kriteria ideal menurut KEMENKES nilai BOR adalah 65%-75% atas

pertimbangan efisiensi perawatan dan keamanan. Semakin rendah nilai ini

mungkin menunjukkan kurangnya apresiasi masyarakat memilih sebuah rumah

sakit atau pusat pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Jika

semakin tinggi nilai ini melebihi ambang batas normal (> 85%), maka berakibat

pada peningkatan beban kerja RS, menurunnya mutu pelayanan medis dan timbul

ketidakpuasan pasien.

Page 6: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

161

Grafik 5.3 Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD Sragen tahun 2006-2011

Dari grafik di atas diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap dari tahun

2006-2011 cenderung mengalami peningkatan, berbeda dengan nilai BOR pada

grafik 5.1 diatas dari tahun 2006-2009 yang mengalami penurunan. Peningkatan

jumlah pasien yang tidak disertai peningkatan nilai BOR dapat disebabkan oleh

bertambahnya jumlah tempat tidur.

Memperhatikan nilai rata-rata BOR bulan Januari – Desember 2011 yang

cukup tinggi yaitu 73,995%. Tidak berlebihan seperti tahun 2006 (diatas 85%)

dan tidak dibawah 65%. Hal ini menunjukkan penggunaan tempat tidur di RSUD

Sragen masih dalam kategori ideal.

(Sumber: Laporan Rekam

Medis, 2012)

Page 7: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

162

Grafik 5.4 Grafik ALOS RSUD Sragen tahun 2006-2011

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.5 Grafik ALOS RSUD Sragen bulan Januari - Desember tahun

2011

Dari grafik LOS di atas, diketahui bahwa rata-rata lama perawatan pasien di

RSUD Sragen menurun sejak tahun 2006 hingga 2010, yang mencapai angka 4,10

hari dan mengalami peningkatan yang tidak signifikan di tahun 2011 hingga

angka 4,46 hari. Nilai ideal LOS adalah 6-9 hari. Sejak 2006 hingga 2011, nilai

LOS RSUD Kabupaten Sragen selalu berada di bawah angka ideal. LOS pada

bulan Januari – Desember 2011 menunjukkan ketidakstabilan dengan

memperlihatkan grafik yang naik turun dengan ALOS 4,36 hari, LOS tertinggi

pada bulan Mei 4,86 hari dan anjlok di bulan Agustus 3,94 hari, kemudian

meningkat lagi pada bulan Oktober menjadi 4,42 dan bertahan di 4,19 hingga

Desember 2011. Angka LOS yang rendah pada suatu rumah sakit mencerminkan

rumah sakit lebih sering merawat pasien dengan penyakit akut dibanding kronis.

Selain itu juga dapat menggambarkan hal yang positif maupun negatif. Nilai

positif seperti baiknya kualitas pelayanan rawat inap sehingga pasien sembuh

lebih cepat tanpa komplikasi perawatan. Sedangkan nilai negatifnya seperti

Page 8: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

163

kurangnya sarana prasarana rumah sakit dan keterbatasan kemampuan pelayanan

sehingga pasien dipulangkan dalam keadaan mulai sembuh (belum sembuh

benar), maupun tingginya angka pasien pulang paksa (APS).

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.6 Grafik TOI RSUD Sragen tahun 2006-2011

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.7 Grafik TOI RSUD Sragen bulan Januari-Desember tahun 2011

Page 9: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

164

Grafik di atas menunjukkan nilai TOI meningkat cukup signifikan dari

tahun 2006 hingga 2008, stagnan pada 2008-2009 kemudian menurun pada tahun

hingga tahun 2011. Nilai ideal TOI adalah 1-3 hari, menggambarkan waktu ideal

pembersihan bed dan persiapan untuk digunakan pasien selanjutnya. Nilai TOI

RSUD Kabupaten Sragen sejak tahun 2007 hingga 2011 berada dalam range ideal.

Begitu pula nilai TOI pada bulan Januari - Desember 2011 yang berkisar di 1,22 –

2,10 hari. Jika angka TOI terlalu rendah, berarti waktu untuk sterilisasi tempat

tidur dan ruangan kurang, yang sedikit banyak berefek pada tingginya angka

infeksi nosokomial di suatu rumah sakit.

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.8 Grafik BTO RSUD Sragen tahun 2006-2011

Page 10: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

165

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.9 Grafik BTO RSUD Sragen bulan Januari – Desember tahun 2011

Dari grafik di atas dapat dinilai penggunaan tempat tidur sempat mengalami

penurunan sejak 2006 hingga 2008, namun kemudian naik lagi hingga tahun 2010

dan sedikit menurun di tahun 2011 hingga pada angka 60,65. Nilai ideal untuk

BTO adalah 40-50 kali dalam setahun. Kecuali tahun 2008, nilai BTO RSUD

Kabupaten Sragen selalu di atas nilai ideal. BTO berhubungan dengan rendahnya

angka LOS rumah sakit. Semakin singkat lama perawatan pasien, maka

pergantian tempat tidur juga akan makin cepat.

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.10 Grafik GDR & NDR RSUD Sragen tahun 2006-2011

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Page 11: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

166

Grafik 5.11 Grafik GDR & NDR RSUD Sragen bulan Januari-Desember

tahun 2011

Dari kedua grafik di atas, angka GDR dan NDR RSUD Kabupaten Sragen

menurun dari tahun 2006 hingga 2007, kemudian naik hingga 2009 dan menurun

kembali ditahun 2010 dan 2011. Sedangkan angka GDR bulan Januari-Desember

2011 naik di bulan Februari, sempat menurun di bulan Maret, naik lagi di bulan

April dan Mei dan turun di bulan Juni-Agustus. Pada bulan November, angka

GDR mampu meningkat namun di akhir tahun kembali turun. Sedangkan angka

NDR-nya menurun di bulan Februari, naik dibulan Maret-Mei dan menurun lagi

dari bulan Juni-Agustus. Nilai GDR yang ideal adalah kurang dari 45 dari 1000

orang, sedangkan Nilai NDR ideal adalah kurang dari 25 dari 1000 orang. Dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir, nilai ideal ini hanya dicapai pada tahun 2007 dan

2011. Pada tahun 2011 nilai GDR ideal dicapai pada bulan Juli dan Agustus,

sedangkan NDR-nya di bulan Juni dan Agustus. Hal ini disebabkan RSUD Sragen

merupakan rumah sakit rujukan dan seringkali menerima rujukan dari Puskesmas

maupun rumah sakit swasta yang mengirimkan pasien dalam kondisi jelek/kritis

dan terlambat dirujuk.

Page 12: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

167

(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)

Grafik 5.12 Grafik Barber Johnson RSUD Sragen tahun 2007-2010

2007

2008

2009

2010

Daerah yang efisien

Page 13: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

168

Page 14: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

169

Grafik Barber Johnson adalah suatu grafik yang secara visual dapat

menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Menurut

Barber-Johnson, grafik yang berada di luar daerah efisiensi menunjukkan bahwa

sistem yang sedang berjalan adalah kurang efisien. Dari grafik di atas, dapat

dinilai bahwa pada tahun 2007 sistem pengelolaan rumah sakit termasuk dalam

range efisien, dan sejak 2008 hingga 2011 sistem kurang efisien.

B. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

Analisis SWOT

a. Strength

1. Sudah menjadi RS tipe B dan akan menuju RS tipe B pendidikan.

2. Alat penunjang diagnostik cukup memadai.

3. Lokasi RS yang strategis di pusat kota dan di jalan Provinsi.

b. Weakness

1. Untuk menjadi RS tipe B pendidikan masih kurang fasilitas penunjang

pendidikan (contoh : ruang diskusi).

2. Kurangnya tenaga spesialis dan subspesialis.

3. Sarana dan prasarana pelayanan yang kurang memadai (contoh : lahan

parkir, poli).

c. Opportunity

1. Adanya koordinasi dan kerjasama dengan institusi pendidikan

kesehatan dan tenaga kesehatan di luar RS (contoh : FK UNS dan FK

UII)

2. Tersedianya lahan untuk pengembangan RS.

3.

d. Threat

1. Ketidaksiapan SDM dengan peningkatan mutu pelayanan.

2. Image masyarakat pelayanan RS swasta lebih baik.

3. Makin berkembangnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan rumah

sakit.

Page 15: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

170

Internal Eksternal

Strength

1. Sudah menjadi RS tipe B dan

akan menuju RS tipe B

pendidikan.

2. Alat penunjang diagnostik

cukup memadai.

3. Lokasi RS yang strategis di

pusat kota dan di jalan

Provinsi.

Opportunity

1. Adanya koordinasi dan

kerjasama dengan institusi

pendidikan kesehatan dan tenaga

kesehatan di luar RS (contoh :

FK UNS dan FK UII)

2. Tersedianya lahan untuk

pengembangan RS.

Weakness

1. Untuk menjadi RS tipe B

pendidikan masih kurang

fasilitas penunjang pendidikan

(contoh : ruang diskusi).

2. Kurangnya tenaga spesialis dan

subspesialis.

3. Sarana dan prasarana

pelayanan yang kurang

memadai (contoh : lahan

parkir, poli).

Threat

1. Ketidaksiapan tenaga

kesehatan dalam menjadi

seorang pendidik.

2. Image masyarakat pelayanan

RS swasta lebih baik.

3. Makin berkembangnya

tuntutan masyarakat terhadap

pelayanan rumah sakit.

Page 16: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

171

Strategi Solusi Strength – Opportunity

Eksternal

Internal

Opportunity

Adanya koordinasi

dan kerjasama dengan

institusi pendidikan

kesehatan dan tenaga

kesehatan di luar RS

Tersedianya lahan

untuk

pengembangan RS.

Strength 1 2 3

Sudah menjadi RS tipe B

dan akan menuju RS tipe

B pendidikan.1

Strategi Strength-opportunity :

1. Bekerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan untuk

menuju RS tipe B pendidikan (O1,S1).

2. Menggunakan lahan yang masih ada untuk menunjang

terbentuknya RS tipe B pendidikan (O2,S1).Alat penunjang diagnostik

cukup memadai.

2

Lokasi RS yang strategis

di pusat kota dan di jalan

Provinsi.

3

Page 17: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

172

Strategi Solusi Strength - Threat

Eksternal

Internal

Threat

Ketidaksiapan tenaga

kesehatan dalam

menjadi seorang

pendidik.

Image masyarakat

pelayanan RS

swasta lebih baik.

Makin

berkembangnya

tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan

rumah sakit.

Strength 1 2 3

Sudah menjadi RS tipe B

dan akan menuju RS tipe

B pendidikan.1

Strategi strength- threat :

1. Mempersiapkan tenaga kesehatan untuk menjadi seorang

pendidik agar dapat mendukung RS tipe B menjadi RS tipe

B pendidikan (S1,T1).

2. Menjadikan alat penunjang diagnostik yang cukup

memadai untuk membuktikan bahwa pelayanan RSUD

Sragen tidak kalah dengan pelayanan RS swasta (S2,T2).

3. Memaksimalkan penggunaan alat penunjang diagnostik

yang sudah memadai untuk menjawab tuntutan masyarakat

yang semakin berkembang terhadap pelayanan RS (S2,T3).

Alat penunjang diagnostik

cukup memadai.

2

Lokasi RS yang strategis

di pusat kota dan di jalan

Provinsi.

3

Page 18: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

173

Strategi Weakness - Opportunity

Eksternal

Internal

Opportunity

Adanya koordinasi

dan kerjasama dengan

institusi pendidikan

kesehatan dan tenaga

kesehatan di luar RS

Tersedianya lahan

untuk

pengembangan RS.

Weakness 1 2 3

Untuk menjadi RS tipe B

pendidikan masih kurang

fasilitas penunjang

pendidikan (contoh :

ruang diskusi).

1

Strategi Weakness – Opportunity :

1. Menggunakan lahan RS yang masih ada untuk membangun

fasilitas penunjang pendidikan (W1,O2).

2. Membangun sarana prasarana pelayanan dengan

menggunakan lahan RS yang masih memadai (W3,O2).

Kurangnya tenaga

spesialis dan subspesialis

2

Page 19: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

174

Sarana dan prasarana

pelayanan yang kurang

memadai (contoh : lahan

parkir, poli).

3

Strategi solusi Weakness – Threat

Eksternal

Internal

Threat

Ketidaksiapan tenaga

kesehatan dalam

menjadi seorang

pendidik.

Image masyarakat

pelayanan RS

swasta lebih baik.

Makin

berkembangnya

tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan

rumah sakit.

Weakness 1 2 3

Untuk menjadi RS tipe B

pendidikan masih kurang

fasilitas penunjang

pendidikan (contoh :

ruang diskusi).

1Strategi Weakness – Threat :

1. Mempersiapkan tenaga kesehatan yang ada untuk menjadi

seorang pendidik dan meningkatkan fasilitas penunjang

pendidikan untuk menuju RS tipe B pendidikan (W1,T1).

Page 20: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

175

2. Menambah tenaga spesialis dan subspesialis untuk

meningkatkan image RSUD Sragen dibandingkan dengan

RS swasta (W2,T2).

3. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan untuk

menjawab tuntutan masyarakat yang semakin berkembang

(W3,T3).

Kurangnya tenaga

spesialis dan subspesialis

2

Sarana dan prasarana

pelayanan yang kurang

memadai (contoh : lahan

parkir, poli).3

Komparasi Urgenitas :

Faktor Internal

No. KOMPONEN (SW) a b c d e F NU BU%

a Sudah menjadi RS tipe

B dan akan menuju RS

tipe B pendidikan.

-

b Alat penunjang

diagnostik cukup

memadai.

-

c Lokasi RS yang -

Page 21: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

176

strategis di pusat kota

dan di jalan Provinsi.

d Untuk menjadi RS tipe

B pendidikan masih

kurang fasilitas

penunjang pendidikan

(contoh : ruang

diskusi).

-

e Kurangnya tenaga

spesialis dan

subspesialis

-

f Sarana dan prasarana

pelayanan yang kurang

memadai (contoh :

lahan parkir, poli).

-

Jumlah

Komparasi Urgenitas :

Faktor Eksternal

No. KOMPONEN (OT) a b c d e F NU BU%

a Adanya koordinasi dan

kerjasama dengan

institusi pendidikan

-

Page 22: BAB v Analisis Kasus_429 EDIT

177

kesehatan dan tenaga

kesehatan di luar RS.

b Tersedianya lahan

untuk pengembangan

RS.

-

c -

dKetidaksiapan tenaga

kesehatan dalam

menjadi seorang

pendidik.

-

eImage masyarakat

pelayanan RS swasta

lebih baik.

-

f Makin berkembangnya

tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan

rumah sakit.

-

Jumlah