draft pedoman umum pip2b- gabung-edit baru grayscale

94
DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 1 DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)

Upload: yohan-yudhanto

Post on 28-Oct-2015

208 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

okay

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 1

DRAFT PEDOMAN UMUM

PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG

PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)

Page 2: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 2

DAFTAR ISI

 BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 5

1.1  Pengertian ........................................................................................... 5 

1.2  Maksud dan Tujuan ............................................................................. 5 

1.3  Ruang Lingkup .................................................................................... 6 

1.4  Acuan Normatif .................................................................................... 6

BAB 2 PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) Error! Bookmark not defined.

2.1  Penjelasan umum ................................................................................ 9

2.2  Layanan Informasi PIP2B .................................................................. 10 

2.3  Produk Informasi PIP2B .................................................................... 12 

2.4  Sarana Pelayanan Informasi PIP2B .................................................. 13 

2.5  Struktur Kelembagaan Standar dan Jumlah Personil PIP2B ............ 14

BAB 3 KETENTUAN UMUM BANGUNAN PIP2B ............................. 15

3.1  Fungsi dan Klasifikasi Bangunan PIP2B ........................................... 15 

3.1.1  Penetapan Fungsi Bangunan Gedung PIP2B ....................... 15 

3.1.2  Penetapan Klasifikasi Bangunan Gedung PIP2B .................. 15 

3.2  Standar Perencanaan Bangunan PIP2B ........................................... 18 

3.2.1  Standar Luas Ruang Kerja .................................................... 18 

3.2.2  Program Kebutuhan Luas Ruangan ...................................... 18 

3.2.3  Karakteristik dan Kriteria Ruangan Pelayanan ...................... 19 

3.2.4  Hubungan Antar Ruang ......................................................... 23 

3.3  Persyaratan Lokasi ............................................................................ 24 

3.4  Penentuan Luas Tapak ..................................................................... 25 

3.4.1  Sarana Ruang Luar ............................................................... 25 

3.4.2  Sarana Publik di Lantai Dasar ............................................... 25 

Page 3: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 3

3.4.3  Luas Lahan Minimum ............................................................ 26

3.5  Persyaratan Administrasi ................................................................... 25 

BAB 4 KETENTUAN TEKNIS BANGUNAN PIP2B ........................... 31

4.1  Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan ................................... 31 

4.1.1  Kesesuaian Tata Bangunan dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah dan Peraturan Daerah .................................. 31 

4.1.2  Persyaratan Arsitektur ........................................................... 33 

4.1.3  Persyaratan Tata Ruang Dalam ............................................ 36 

4.1.4  Persyaratan Lansekap ........................................................... 49 

4.2  Persyaratan Struktur Bangunan ........................................................ 51 

4.2.1  Struktur Bangunan ................................................................. 52 

4.2.2  Pembebanan pada Bangunan Gedung ................................. 52

4.2.3  Struktur Atas Bangunan Gedung ........................................... 53 

4.2.4  Struktur Bawah Bangunan Gedung ....................................... 60

4.2.5  Keandalan Struktur Bangunan Gedung ................................. 61

4.3  Persyaratan Utilitas Bangunan .......................................................... 62 

4.3.1  Persyaratan Sistem Penghawaan.......................................... 62 

4.3.2  Persyaratan Sistem Pencahayaan......................................... 64 

4.3.3  Persyaratan Komunikasi dalam Bangunan Gedung .............. 66 

4.3.4  Persyaratan Kemampuan Bangunan terhadap Bahaya

Petir dan Bahaya Kelistrikan ................................................ 68 

4.3.5  Persyaratan Sanitasi .............................................................. 69 

4.3.6  Persyaratan Kenyamanan ..................................................... 72

4.4  Persyaratan Kemampuan Bangunan PIP2B terhadap Bahaya

Kebakaran ..................................................................................... 7774 

4.4.1  Sistem Proteksi Pasif ............................................................. 74 

4.4.2  Sistem Proteksi Aktif .............................................................. 75 

4.4.3  Persyaratan Jalan Keluar dan Aksesibilitas untuk

Pemadam Kebakaran ............................................................ 75 

4.4.4  Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah

Keluar/Eksit, dan Sistem Peringatan Bahaya ........................ 76 

4.4.5  Persyaratan Sarana Evakuasi ............................................... 76 

4.5  Persyaratan fasilitas dan Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat ....... 78 

Page 4: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 4

4.5.1  Tempat Parkir ........................................................................ 78 

4.5.2  Jalur Pemandu ....................................................................... 80 

4.5.3  Pintu ....................................................................................... 81 

4.5.4  Ram ....................................................................................... 83 

4.5.5  Toilet ...................................................................................... 85 

4.5.6  Perabot .................................................................................. 88

4.5.7  Rambu dan Marka ................................................................. 89

BAB 5 PENYELENGGARAAN PIP2B ............................................... 90

5.1  Tahap Persiapan ............................................................................... 90 

5.2  Tahap Mobilisasi Sumber Daya Manusia .......................................... 90 

5.3  Tahap Operasional ............................................................................ 93 

Page 5: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 5

bab 1

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN

1. Pedoman Umum adalah suatu acuan yang bersifat umum dan dapat dipakai

sebagai panduan untuk melakukan suatu rangkaian kegiatan

2. Pedoman Umum Perencanaan Bangunan Gedung Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) adalah suatu acuan

yang bersifat umum dan dapat dipakai sebagai panduan untuk melakukan suatu

rangkaian kegiatan perencanaan sebuah bangunan gedung dan lembaga PIP2B

yang meliputi panduan bagi perancangan bangunan, program kebutuhan

bangunan, serta panduan kelembagaan penyelenggaraan PIP2B.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari Pedoman Umum Perencanaan Bangunan Gedung Pusat Informasi

Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) ini adalah untuk memberikan

acuan bagi:

• perencanaan dan perancangan gedung PIP2B

• operasional lembaga PIP2B

Tujuan yang ingin dicapai dengan penyusunan pedoman ini adalah agar terdapat

pemahaman yang sama dalam membangun gedung PIP2B, seperti kebutuhan luas

lahan minimal, kebutuhan ruang dan besaran minimal yang mencerminkan

bangunan gedung yang handal, aman dan nyaman, dan standar minimal bentuk

organisasinya.

Page 6: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 6

1.3 RUANG LINGKUP

Pedoman Umum Perencanaan Bangunan Gedung Pusat Informasi Pengembangan

Permukiman dan Bangunan (PIP2B) ini mencakup:

• dasar-dasar perencanaan gedung PIP2B

• panduan kelembagaan penyelenggaraan PPIP2B, yang menjadi acuan bagi

pemerintah dalam penatalaksanaan organisasi, sumber daya manusia dan

manajemen kelembagaan PIP2B.

1.4 ACUAN NORMATIF

Dasar Hukum yang melandasi Pedoman Umum Perencanaan PIP2B adalah:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

5. SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 332/KPTS/M/2002

tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman

Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

8. SK Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan

Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan

9. SK Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang,

KetentuanTeknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan

10. SK Direktorat Jenderal Perumahan clan Permukiman Nomor 58/KPTS/DM/2002

tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan

Gedung.

11. SNI 03-1728-1987, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung

12. SNI 03-1726-1989, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah

dan Gedung

13. SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan

14. SNI 19-2454-1991, Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan

Page 7: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 7

15. SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman

16. SNI 03-453-1987, Tata Cara Instalasi Petir Untuk Bangunan

17. SNI 03-1727-1989, Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan

Gedung

18. SNI 03-1728-1989, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung

19. SNI 03-1734-1989, Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur

Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung

20. SNI 03-1736-1989, Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan Pencegah

Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung

21. SNI 03-1745-1989, Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung

22. SNI 03-2847-1992, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan dan

Gedung

23. SNI 03-1735-1993, Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung

24. SNI 03-1733-2004 SNI 03-3985-1995, Tata Cara Perencanaan Pemasangan

Sistem Deteksi Alarm Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan

Rumah dan Gedung

25. SNI 03 - 1746 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana

Jalan Keluar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Gedung

26. SNI 03 - 3989 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem

Sprinkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Gedung

27. SNI 03 - 1735 - 2000 tentang Tata Cara Akses Bangunan dan Akses Lingkungan

untuk Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan Gedung

28. SNI 03 - 1736 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif

untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung

29. SNI 03 - 1745 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem

Pipa Tegak dan Selang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Rumah dan Gedung

30. SNI 03 - 6481 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan pemasangan Sistem

Plambing pada Bangunan Gedung

31. SNI 03 - 3985 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan, dan

Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung

Page 8: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 8

32. SNI 03 - 6570 - 2001 tentang Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi

Kebakaran

33. SNI 03 - 6571 - 2001 tentang Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada

Bangunan Gedung

34. SNI 03 - 6572 - 2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung

35. SNI 03 - 6575 - 2001 tentang Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung

36. SNI 03 - 6574 - 2001 tentang Tata Cara Penerangan Darurat, Tanda Arah, dan

Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung

37. SNI 03 - 2396 - 2001 tentang Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung

38. SNI 03 - 1726 - 2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Struktur Bangunan Gedung

39. SNI 03 - 1729 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja pada

Bangunan Gedung

40. SNI 03 - 1728 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton pada

Bangunan Gedung

41. SNI 03 – 6759 – 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi

pada Bangunan Rumah dan Gedung

Page 9: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 9

bab 2

PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)

2.1 PENJELASAN UMUM

Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) adalah

lembaga inovatif yang ditargetkan untuk menjadi lembaga publik yang mendukung

penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

Tujuan dibentuknya adalah membangun jaringan informasi untuk meningkatkatkan

reputasi lembaga perumahan dan permukiman yang mandiri khususnya dalam

mendukung pembangunan perumahan swadaya.

Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Gedung (PIP2B) yang

dalam pembentukannya difasilitasi Pemerintah Pusat, nantinya akan menjadi milik

Dinas PU Pemerintah Propinsi. Dalam mendukung penyelenggaraan perumahan dan

permukiman, Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Gedung

(PIP2B) memberikan kemudahan layanan dan akses untuk mendapatkan informasi

kepada berbagai unsur: perencana, pelaksana, pengusaha bahan bangunan, pihak

pemerintah, masyarakat serta kalangan akademisi.

Wadah ini merupakan fasilitas yang terbuka untuk umum, dan melakukan berbagai

kegiatan yang mendukung penyebar luasan informasi pengembangan permukiman

dan bangunan gedung (diagram 2-1).

Page 10: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 10

Diagram 2- 1 PIP2B memberikan kemudahan layanan dan akses untuk mendapatkan informasi kepada para stakeholder bidang pengembangan permukiman dan bangunan gedung

2.2 LAYANAN INFORMASI PIP2B

Secara garis besar, ada 4 produk pelayanan utama yang dapat diberikan oleh Pusat

Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) sebagai berikut1:

a. Pelayanan Konsultasi dan Advokasi Teknis PIP2B dapat memberikan pelayanan informasinya dalam bentuk konsultasi dan

advokasi teknis yang terkait dengan penyelenggaraan pengembangan

permukiman dan bangunan gedung. Ruang lingkup kegiatannya antara lain

dapat berupa layanan konsultasi kegiatan perencanaan, dan perancangan

bangunan gedung serta advokasi penataan permukiman. Lingkup pelayanan

tersebut dapat mencakup hal-hal yang sifatnya praktis maupun analisis,

tergantung tingkat kemampuan dan sumberdaya yang tersedia pada lembaga

PIP2B serta kebutuhan masyarakat yang ada.

1 Kerangka Acuan Revitalisasi/ Pengembangan Kembali Building Information Center (BIC) sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Ketrampilan Teknis bidang Perumahan, Permukiman, Arsitektur dan Bangunan Gedung, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Juni 2003

Page 11: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 11

b. Pelatihan dan Penyebarluasan Informasi Penyelenggaraan Pembangunan Kegiatannya antara lain pelayanan pelatihan/ pengembangan ketrampilan teknis

dan penyebar luasan informasi penyelenggaraan program bidang

pengembangan permukiman dan bangunan gedung. Bentuknya dapat berupa

penyuluhan, serta sosialisasi kebijakan dan program termasuk peraturan dan

perundangan. Disamping itu, pengembangan layanan dapat berupa

penyelenggara, event-organizer pada suatu penyelenggaraan kegiatan pameran,

seminar yang terkait dengan bidang perumahan dan permukiman serta

bangunan gedung.

c. Pelayanan Pengembangan/ Dokumentasi Informasi Kegiatan yang tercakup dalam ruang lingkup ini dapat meliputi pengembangan

sistem informasi yang berbasis website, perpustakaan dan penerbitan buku-

buku/ bahan cetakan yang terkait dengan penyelenggaraan pengembangan

permukiman dan bangunan gedung. Termasuk dalam kegiatan ini adalah

pengembangan usaha pelayanan informasi melalui kerjasama dengan lembaga

lain yang terkait di sektor ini, seperti IAI, REI, Inkindo, ataupun industri lainnya

yang terkait dengan pengembangan permukiman dan bangunan gedung.

Kegiatan penyusunan dan penyebar luasan harga bangunan, harga satuan

bahan dan upah kerja dalam bidang jasa konstruksi secara periodik juga dapat

menjadi salah satu materi layanan informasi yang disediakan oleh PIP2B.

d. Penyelenggaraan urusan Administrasi dan Rumah Tangga organisasi lembaga2. Untuk kegiatan pengelolaan institusi PIP2B sendiri, dibutuhkan prasarana dan

sarana yang berupa antara lain:

• Gedung dan ruang operasional PIP2B, baik untuk sekretariat maupun

kegiatan pelayanan informasi lainnya

• Peralatan kantor/ sekretariat, baik berupa alat tulis kantor, computer, meja-

kursi kerja, dan perlengkapan kantor lainnya.

• Peralatan pelayanan informasi, baik yang berupa peralatan pendukung

perpustakaan, peralatan audio visual, peralatan dokumentasi, peralatan

display bahan peraga untuk informasi, serta peralatan pendukung lainnya

2 Kajian Pengembangan Usaha (Business Plan) Building Information Center, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dokumen Interim, Mei 2003

Page 12: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 12

• Peralatan mobilitas dalam rangka mendukung mobilitas kegiatan penyebar

luasan informasi.

2.3 PRODUK INFORMASI PIP2B

Jenis layanan informasi yang dikembangkan oleh PIP2B berbasis kepada

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta inovasi berbasis keunggulan

lokal (sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing daerah).

Berdasarkan jenis informasi yang dapat diperoleh/ diberikan oleh PIP2B adalah

sebagai berikut:

1. Informasi Khusus seperti kebijakan dan program pemerintah pusat dan

pemerintah daerah kaitannya dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan

dan permukiman serta bangunan gedung, seperti:

a. Undang-undang

b. Peraturan Pemerintah

c. Peraturan tentang Bangunan Gedung

d. Surat Keputusan (SK)

e. Standar, Pedoman dan Manual bidang tata bangunan dan permukiman

f. Ketentuan-ketentuan daerah, mencakup Peraturan Daerah, Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota, RTBL, dan lain-lainnya.

2. Informasi maupun publikasi yang bersifat Umum seperti:

a. usaha dan kegiatan produktif

b. Pedoman Harga Satuan Upah dan Bahan Bangunan yang dilengkapi dengan

harga, merk serta produsennya

c. teknologi kontruksi yang terkait dengan perumahan dan permukiman.

3. Informasi yang terkait dengan produk-produk bidang Ke Cipta Karyaan

mencakup Tata Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan Permukiman,

Pengembangan Air Minum, serta Pengembangan PLP untuk perkotaan maupun

perdesaan

4. Serta informasi yang bermanfaat bagi pelaku pembangunan gedung, perumahan

dan permukiman.

Page 13: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 13

2.4 SARANA PELAYANAN INFORMASI PIP2B

Di dalam menyiapkan infrastruktur Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan

Bangunan (PIP2B), lembaga ini harus dapat menyediakan sarana pelayanan

informasi yang lebih interaktif sebagai berikut3:

a. Sarana bagi Pelayanan Konsultasi dan Advokasi Teknis, mencakup:

• Ruang Konsultasi

• Ruang-ruang Diskusi

b. Sarana bagi Pelayanan Pelatihan dan Penyebar luasan informasi

• Ruang audiovisual

• Ruang-ruang Pertemuan

• Ruang Pamer

• Ruang Display

c. Sarana bagi Pelayanan Pengembangan/ Dokumentasi Informasi:

• Ruang Perpustakaan

• E-library/ perpustakaan digital

• Ruang Server

• Ruang Pengolahan Informasi

d. Sarana bagi Penyelenggaraan urusan Administrasi dan Rumah Tangga organisasi lembaga:

• Gedung Kantor

• Ruang-ruang kerja sesuai standar kebutuhan dan jumlah personil

• Ruang-ruang Pertemuan

• Ruang-ruang Penunjang seperti: Pantry, Toilet Karyawan, Mushola, dll

e. Sarana Penunjang lainnya, seperti:

• Ruang Lobby dan Informasi

• Ruang-ruang Mekanikal Elektrikal

• Mushola Publik

• Toilet Publik 3 Pengarahan Tim Teknis, Paket PBL IV-3, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan, Juli 2007

Page 14: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 14

• Fasilitas bagi Penyandang Cacat

• Parkir

• Dll.

2.5 STRUKTUR KELEMBAGAAN STANDAR DAN JUMLAH PERSONIL PIP2B

Di dalam menyiapkan struktur kelembagaan Pusat Informasi Pengembangan

Permukiman dan Bangunan (PIP2B) di setiap propinsi, ditetapkan pejabat ketua

struktur organisasi PIP2B merupakan seorang pejabat setingkat eselon III .

Dengan demikian dapat diprediksi jumlah personil dalam struktur organisasi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku sebagai berikut4:

Diagram 2- 2 Struktur Organisasi PIP2B

Maka total jumlah personil pada struktur organisasi PIP2B di atas seluruhnya

berjumlah 23 orang.

4 Pengarahan Tim Teknis, Paket PBL IV-3, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan, Nopember 2007

Page 15: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 15

bab 3

KETENTUAN UMUM BANGUNAN PIP2B

3.1 FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN PIP2B

3.1.1 PENETAPAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG PIP2B Penetapan fungsi bangunan gedung PIP2B menurut ketentuan yang berlaku adalah:

a. Menurut Fungsi Usaha, bangunan gedung PIP2B dikategorikan sebagai

bangunan gedung perkantoran pemerintah

b. Menurut Fungsi Sosial dan Budaya, bangunan gedung PIP2B dikategorikan

sebagai bangunan gedung pelayanan umum

3.1.2 PENETAPAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG PIP2B Adapun penetapan klasifikasi bangunan gedung PIP2B menurut ketentuan yang

berlaku adalah:

a. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Kompleksitas, bangunan gedung PIP2B

diklasifikasikan sebagai bangunan tidak sederhana, yaitu bangunan gedung

negara yang memiliki kompleksitas dan atau teknologi tidak sederhana. Masa

penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.

Bangunan gedung PIP2B dapat dijelaskan sebagai gedung kantor dengan luas

lebih dari 500 m2.

b. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Permanensi, bangunan gedung PIP2B

diklasifikasikan sebagai bangunan permanen

c. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Risiko Kebakaran, bangunan gedung PIP2B

diklasifikasikan sebagai bangunan gedung tingkat resiko kebakaran rendah

d. Klasifikasi berdasarkan Ketinggian, bangunan gedung PIP2B merupakan

bangunan gedung bertingkat rendah

e. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan, bangunan gedung PIP2B merupakan

bangunan gedung milik negara

Page 16: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 16

f. Klasifikasi berdasarkan lokasi pada Zonasi Gempa adalah sesuai dengan yang

ditetapkan oleh instansi yang berwenang (Gambar 3-1)

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam

Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling

rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian

Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat

pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun yang nilai rata-

ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1 dan table 3-1.

Hal ini perlu dilakukan karena adanya perbedaan percepatan puncak muka tanah

untuk masing-masing Wilayah Gempa dan untuk masing-masing jenis tanah

yang harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur gedung dalam rangka

menjamin kekekaran (robustness) minimum dari struktur gedung tersebut. Tabel 3-1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (berdasarkan SNI 1726-2002).

Wilayah Gempa

Percepatan Puncak Batuan

Dasar (`g)

Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’) Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah

Khusus 1 2 3 4 5 6

0,03 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30

0,04 0,12 0,18 0,24 0,28 0,33

0,05 0,15 0,23 0,28 0,32 0,36

0,08 0,20 0,30 0,34 0,36 0,38

Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

Gambar 3- 1 Zonasi Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasardengan perioda ulang 500 tahun (berdasarkan SNI 1726-2002)

Page 17: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 17

Gasmbar 3-2 Respons Spektrum Gempa Rencana (berdasarkan SNI 1726-2002).

Page 18: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 18

g. Klasifikasi berdasarkan kepadatan lokasi (padat, sedang, renggang), ditetapkan

oleh instansi yang berwenang di daerahnya masing-masing sesuai ketentuan

yang berlaku.

3.2 STANDAR PERENCANAAN BANGUNAN PIP2B

3.2.1 STANDAR LUAS RUANG KERJA Dalam menghitung luas ruang kerja pada bangunan gedung kantor PIP2B,

ditentukan berdasarkan ketentuan standar luas ruang kerja pada gedung kantor

pemerintah dengan klasifikasi tidak sederhana, yaitu rata-rata sebesar 10,7 m2 per-

personil.

Kebutuhan total luas ruang kerja dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan

ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya.

Berdasarkan persyaratan kelembagaan bahwa institusi PIP2B akan dipimpin oleh

pejabat eselon III, maka perkiraan luas ruang kerja bagi gedung PIP2B adalah

sekitar 246,10 m2 (Tabel 3- 2) Tabel 3- 2 Acuan Standar Umum Ruang Kantor PIPB

Struktur Organisasi 23 orang 10.7 m2 246.10     m2Jumlah Personil Standar Total Luas

Adapun untuk merencanakan tata ruang dalam gedung PIP2B, digunakan standar

detail luas ruangan kerja kantor pemerintah seperti yang tercantum pada Tabel C

pada buku Pedoman Pembangunan Bangunan Negara, adalah sbb: Tabel 3- 3 Standar Detail Luas Ruangan Kerja bagi Kantor Pemerintah

R. Kerja R. Tamu R. Rapat R. Sekr R. Tunggu R. Simpan R. Toilet1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Eselon III 6.00          6.00          ‐          3.00        ‐          3.00        ‐            18.00        m22 Staff 2.00          ‐            ‐          ‐          ‐          ‐          ‐            2.00          m2

JabatanNo.Jumlah

Luas Ruang

3.2.2 PROGRAM KEBUTUHAN LUAS RUANGAN Kebutuhan ruang bangunan gedung PIP2B terdiri atas sarana ruang kerja serta

sarana ruang-ruang pelayanan informasi bagi masyarakat.

Perkiraan luas ruang-ruang pelayanan informasi dihitung berdasarkan perkiraan

kapasitas tampung, studi banding di lapangan, maupun menurut standar dan

ketentuan yang berlaku.

Page 19: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 19

Tabel 3- 4 memperlihatkan perkiraan kebutuhan ruang untuk bangunan gedung

PIP2B, dengan perkiraan luas total lantai bangunan adalah sekitar 949,13 m2. Tabel 3- 4 Studi Kebutuhan Ruang Gedung PIP2B

3.2.3 KARAKTERISTIK DAN KRITERIA RUANGAN PELAYANAN Sifat kegiatan yang ditampung di dalam ruang-ruang pelayanan informasi bagi

masyarakat dan kriteria disain standar bagi masing-masing ruang dapat dilihat pada

Tabel 3- 5, 3- 6 dan 3- 7. Tabel 3- 5 Sifat Kegiatan Penyebarluasan Informasi dan Kriteria Disain Standar Ruangan

Ruangan  Kegiatan Kriteria Disain Standar 

Fungsi  Fisik  Lingkungan 1  2  3  4  5  6 A  SARANA PENYEBARLUASAN INFORMASI        

1. R. Pamer Outdoor 

Dapat menampung materi‐materi pameran ke‐Cipta Karya‐an yang bersifat permanen maupun temporer dan eventual  sesuai dengan kebutuhan daerah, seperti:  

‐ Model  RISHA ‐ Prototipe rumah 

tahan gempa ‐ Beberapa model 

sistem struktur 

‐ Berupa outdoor plasa multifungsi

‐ Meningkatkan kualitas lingkungan dan bangunan

‐ Menampung kapasitas 500 orang

‐ Merupakan bagian terintegrasi dari disain bangunan dan lingkungan

‐ Memperbaiki iklim mikro

‐ Tetap dapat berfungsi meningkatkan resapan air

RUANGPublik Pameran Indoor 200 org 0,90          m2 180,00      m2

R. Display 1 bh 20,00        m2 20,00        m2R. Audiovisual 20 org 2,00          m2 40,00        m2Perpustakaan 1 bh 60,00        m2 60,00        m2E‐Library 1 bh 32,00        m2 32,00        m2

Semi Publik R. Asosiasi Profesi 6 org 6,00          m2 36,00        m2R. Rapat 23 org 1,20          m2 27,60        m2

R. Kerja Setingkat Eselon III 23 org 10,70        m2 246,10      m2Ruang Arsip 23 org 0,40          m2 9,20           m2Ruang Server & IT 1 bh 12,00        m2 12,00        m2

Penunjang Toilet Publik (2m2/25 org) 8 sat 4,00          m2 32,00        m2Toilet Penyandang Cacat 1 bh 6,00          m2 6,00           m2Toilet Karyawan Pria 2 sat 4,00          m2 8,00           m2Toilet Karyawan Wanita 2 sat 4,00          m2 8,00           m2Mushola 23 org 0,80          m2 18,40        m2Gudang 2 bh 6,00          m2 12,00        m2Pantry 1 bh 6,00          m2 6,00           m2Utility 1 bh 6,00          m2 6,00           m2

Ruang Sirkulasi 25% 759,30     m2 189,83      m2

LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN 949,13      m2

SATUAN LUAS LUASKAPASITAS

Page 20: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 20

‐ Dsb 

2.  R. Pamer Indoor 

Dapat menampung materi‐materi pameran ke‐Cipta Karya‐an yang bersifat temporer dan eventual seperti :  

‐ Pameran ‐ Seminar 

 

‐ Berupa indoor hall yang bersifat multifungsi untuk memamerkan produk-produk ke-Cipta Karya-an maupun teknologi bangunan terkini

‐ Menampung kapasitas ruang Pamer 200 orang

‐ Memiliki ceiling yang tinggi, atau void dengan ceiling > 1 lantai

‐ Konsep Ruangan Hemat Energi

‐ Dual pengkondisian: penghawaan alami maupun AC

‐ Sistem pencahayaan alami

‐ Sistem pencahayaan buatan secara gabungan, merata maupun setempat

3.  R. Display  Dapat  menampung 

materi‐materi  display ke‐Cipta Karya‐an yang dipasang sepanjang tahun, seperti:  

‐ Banner UUBG ‐ Running Text  

‐ Merupakan bagian yang menyatu dengan R. Pamer Indoor

‐ Display ditempatkan pada bagian yang mengundang, dan informatif

‐ Isi display dapat berganti-ganti sesuai tema

‐ Panel display atau apapun yang menjadi media display

‐ Konsep Ruangan Hemat Energi

‐ Dual pengkondisian: penghawaan alami maupun AC

‐ Sistem pencahayaan alami

‐ Sistem pencahayaan buatan secara gabungan, merata maupun setempat

4.  R. Audio Visual 

Dapat menampung materi ke‐Cipta Karyaan yang ditampilkan secara audio visual 

‐ Berupa ruang kelas yang siap dengan peralatan audio visual

‐ Menampung kapasitas ruang Pamer 20-30 orang

‐ Konsep Ruangan tertutup

‐ Menggunakan insulasi penahan suara

‐ Pengkondisian udara menggunakan AC

‐ Pencahayaan buatan menggunakan pengendalian dg system switching dan dimming untuk memperoleh efek pencahayaan

5.  R. Pertemuan  Dapat menampung 

pertemuan staff maupun dengan pihak luar 

‐ Berupa ruang rapat yang siap dengan peralatan presentasi

‐ Menampung kapasitas ruang untuk pertemuan 10-12 orang

‐ Konsep Ruangan secara tata suara tertutup, secara visual dapat transparan

‐ Pengkondisian udara menggunakan AC

‐ Pencahayaan buatan

‐ Dalam keadaan display, ruangan dapat menjadi gelap dan tidak silau

Page 21: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 21

Tabel 3- 6 Sifat Kegiatan Pelayanan Pengembangan/ Dokumentasi Informasi dan Kriteria Disain Standar Ruangan

Ruangan  Kegiatan Kriteria Disain Standar 

Fungsi  Fisik  Lingkungan 

1  2  3  4  5  6 

B  SARANA PELAYANAN PENGEMBANGAN/  DOKUMENTASI INFORMASI  

     

1. R. Perpustakaan 

Dapat menampung buku‐buku terbitan/ bahan cetakan yang terkait dengan ke‐Cipta Karya‐an & melayani kebutuhan informasi masyarakat  

‐ Rak buku sesuai standar

‐ Ruang Baca sesuai standar

‐ Menampung kapasitas ruang baca 8-12 orang

‐ Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC)

‐ Pencahayaan buatan secara merata

‐ Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind

2. R. Perpustakaan Elektronik 

Melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam bentuk digital   

‐ Ruang browsing komputer sesuai standar

‐ Menampung kapasitas 6-8 komputer

‐ Jaringan kabel tersembunyi, namun mudah dipelihara

‐ Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC)

‐ Pencahayaan buatan secara merata

‐ Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind

3. R. Server  Menampung 

informasi dalam bentuk digital   

‐ Ruang Komputer Terpusat

‐ Menampung kapasitas 1 bh server komputer

‐ Jaringan kabel tersembunyi, namun mudah dipelihara

‐ Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC)

‐ Pencahayaan buatan secara merata

4. R.  Pengolahan Informasi 

Meng up‐date database informasi dalam bentuk digital   

‐ Ruang Kerja untuk memasukkan dan memantau informasi digital

‐ Menampung kapasitas 2 komputer

‐ Jaringan kabel tersembunyi, namun mudah dipelihara

‐ Memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan data dan reparasi computer

‐ Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC)

‐ Pencahayaan buatan secara merata

Page 22: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 22

Tabel 3- 7 Sifat Kegiatan Pelayanan Konsultasi dan Advokasi Teknis dan Kriteria Disain Standar Ruangan

Ruangan  Kegiatan Kriteria Disain Standar 

Fungsi  Fisik  Lingkungan 

1  2  3  4  5  6 

C  SARANA PELAYANAN KONSULTASI DAN ADVOKASI TEKNIS  

1. R. Konsultasi  Dapat digunakan untuk keperluan konsultasi  

‐ Berupa ruang kerja dengan kursi hadap

‐ Terdiri atas 1 atau 2 orang yang merupakan konsultan dan 2 atau 4 orang yang berkonsultasi

‐ Konsep Ruangan tertutup secara tata suara, namun dapat transparan secara visual

‐ Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC)

‐ Pencahayaan buatan secara merata

‐ Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind

2. R. Diskusi  Dapat digunakan 

untuk keperluan diskusi kecil 

‐ Merupakan ruang multifungsi yang berkaitan dengan kegiatan konsultasi

‐ Berupa ruang pertemuan dengan kapasitas 6-8 orang

‐ Konsep Ruangan tertutup secara tata suara, namun dapat transparan secara visual

‐ Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC)

‐ Pencahayaan buatan secara merata

‐ Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind

Page 23: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 23

3.2.4 HUBUNGAN ANTAR RUANG Hubungan antara ruang-ruang di dalam bangunan PIP2B ditetapkan berdasarkan

matriks hubungan antar ruang pada gambar 3-2. Hubungan antar ruang dibedakan

atas:

• Hubungan Langsung, yaitu ruang berdekatan dan terhubung oleh pintu

• Dekat dengan Hubungan Tidak Langsung, yaitu ruang berdekatan tetapi tidak

perlu terhubung oleh pintu

• Tidak Berhubungan, artinya ruang tidak perlu berdekatan maupun terhubung

oleh pintu.

Gambar 3- 3 Matriks Hubungan Antar Ruang Gedung PIP2B

Page 24: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 24

3.3 PERSYARATAN LOKASI

Penentuan lokasi bangunan gedung PIP2B mempertimbangkan beberapa faktor

sebagai berikut:

1. Peraturan Tata Ruang Kota Lokasi disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan mendapat

persetujuan pemerintah daerah yang bersangkutan untuk mendapatkan Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB), termasuk rencana pengembangan lahan dan

bangunannya.

2. Radius Pencapaian Gedung PIP2B dibangun pada lokasi-lokasi di ibukota propinsi, dengan asumsi

kepadatan penduduk yang dilayani dapat mendukung kegiatan pelayanan

informasi bagi masyarakat. Lokasi harus dekat dengan masyarakat pengguna

dengan pencapaian mudah. Radius pencapaian lokasi ditentukan oleh jarak dan

waktu tempuh dari pusat kota. Jarak tempuh maksimum 5 km dari pusat kota

atau tidak lebih dari waktu tempuh 20 menit perjalanan dengan kendaraan umum

pada saat normal (tidak macet).

3. Aksesibilitas Lokasi gedung PIP2B harus dapat dicapai oleh kendaraan pribadi maupun

kendaraan umum. Apabila gedung PIP2B terletak di dalam sebuah kompleks

perkantoran yang tidak dapat dicapai secara langsung oleh kendaraan pribadi

maupun kendaraan umum, maka jarak tempuh maksimum dari titik transit adalah

10 menit berjalan kaki. Pencapaian secara berjalan kaki harus terhindar dari lalu

lintas berkepadatan tinggi.

4. Kesiapan Prasarana Lokasi gedung PIP2B harus memiliki prasarana yang memadai, mencakup: jalan

lingkungan, drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan listrik dan

telepon.

Page 25: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 25

3.4 PENENTUAN LUAS TAPAK

3.4.1 SARANA RUANG LUAR Dalam rangka menentukan luas tapak yang dibutuhkan bagi sarana dan fasilitas

bangunan PIP2B, harus dipertimbangkan tersedianya sarana sebagai berikut:

• Ruang Pamer Outdoor, yang cukup luas agar dapat menampung materi-materi

pameran ke-Cipta Karya-an yang bersifat permanen maupun temporer dan

eventual sesuai dengan kebutuhan di daerahnya masing-masing. Beberapa

contoh produk pameran outdoor yang permanen adalah: Model RISHA, Prototipe

Rumah Tahan Gempa, dan beberapa model system struktur.

• Parkir dan sirkulasi mobil kantor maupun karyawan, dengan rasio 1 kendaraan

setiap 100 m2 luas lantai

• Parkir dan sirkulasi mobil bagi penyandang cacat, disediakan minimal untuk 2

kendaraan

• Parkir dan sirkulasi mobil pengunjung, disediakan minimal untuk 5 kendaraan

• Parkir dan sirkulasi motor baik karyawan maupun pengunjung, disediakan

minimal untuk 25 kendaraan

• Jalur pedestrian yang memadai

• Ruang Terbuka Hijau, minimal 40% dari luas total lahan diperuntukkan bagi

penghijauan dan lansekap

3.4.2 SARANA PUBLIK DI LANTAI DASAR Dalam merencanakan bangunan PIP2B, harus dipertimbangkan sarana dan fasilitas

pelayanan bagi publik wajib untuk ditempatkan di lantai dasar. Sehingga sarana dan

fasilitas pelayanan tersebut memungkinkan untuk dapat diakses pula oleh

masyarakat penyandang cacat.

Sarana ruang minimum yang harus disediakan serta posisinya baik di lantai dasar

atau di lantai atas ditentukan dalam tabel 3- 8.

Page 26: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 26

Tabel 3- 8 Posisi Ruang

RUANGPublik Pameran Indoor 180,00     m2 180,00    m2

R. Display 20,00       m2 20,00      m2R. Audiovisual 40,00       m2 40,00      m2Perpustakaan 60,00       m2 60,00      m2E‐Library 32,00       m2 32,00      m2

Semi Publik R. Asosiasi Profesi 36,00       m2 36,00         m2R. Rapat 27,60       m2 27,60         m2

R. Kerja Setingkat Eselon III 246,10       m2 246,10       m2Ruang Arsip 9,20         m2 9,20           m2Ruang Server & IT 12,00       m2 12,00         m2

Penunjang Toilet Publik 32,00       m2 32,00      m2Toilet Penyandang Cacat 6,00         m2 6,00        m2Toilet Karyawan Pria 8,00         m2 8,00           m2Toilet Karyawan Wanita 8,00         m2 8,00           m2Mushola 18,40       m2 18,40         m2Gudang 12,00       m2 12,00      m2Pantry 6,00         m2 6,00           m2Utility 6,00         m2 6,00        m2

Sub Total 759,30                                       388,00    m2 371,30       m2

Ruang Sirkulasi 25% 189,83     m2 97,00      m2 92,83         m2LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN 949,13     m2 485,00    m2 464,13      m2

Lantai Dasar Lantai AtasLUAS

3.4.3 LUAS LAHAN MINIMUM Dalam merencanakan bangunan PIP2B, perlu disadari kondisi terbatasnya lahan

terutama di daerah kota besar, metropolitan dan pusat kota. Beberapa kemungkinan

harus dipertimbangkan sehubungan dengan lokasi bangunan PIP2B.

• Alternatif apabila lokasi bangunan PIP2B terletak di pusat kota, maka

pemanfaatan lahan yang efisien mengakibatkan bangunan terdiri atas 2 lantai. Luas tapak yang dibutuhkan adalah minimum 2,200 m2

• Alternatif apabila lokasi bangunan PIP2B terletak di tepian kota, atau di kota yang

masih relatif rendah intensitasnya, maka bangunan PIP2B memungkinkan untuk

dikembangkan sebagai 1 lantai saja dengan lahan yang lebih luas. Luas tapak

yang dibutuhkan adalah minimum 3,100 m2.

Perhitungan kebutuhan luas tapak bangunan dan penentuan luas lahan minimum

untuk kedua alternatif diatas dapat dilihat pada tabel 3-9 dan 3-10, sedangkan

simulasi rancangan digambarkan dalam gambar 3-3 dan 3-4.

Page 27: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 27

Tabel 3- 9 Perhitungan Kebutuhan Luas Tapak Bangunan PIP2B

Kapasitas Satuan Luas Jumlah Luas

Alternatif Bangunan 1 lantai

Total Lantai Bangunan 949.13           

Ruang Pamer Outdoor 500.00        0.70                     350.00           

Parkir & Sirkulasi Mobil (1mobil:100m2) 9.49            30.00                   284.74           

Parkir & Sirkulasi Penyandang Cacat 2.00            34.10                   68.20              

Parkir & Sirkulasi Motor 25.00          5.00                     125.00           

Pedestrian 50.00          0.8 40.00              

Ruang Hijau 40% 3,028.45              1,211.38        

Total Luas Lahan Minimum PIP2B (1 lt) 3,028.45        

Kapasitas Satuan Luas Jumlah Luas

Alternatif Bangunan 2 lantai

Total Lantai Bangunan 949.13           

Bangunan Lantai Dasar thd total lantai 60% 949.13                 569.48           

Ruang Pamer Outdoor 500.00        0.70                     350.00           

Parkir & Sirkulasi Mobil (1mobil:100m2) 9.49            30.00                   284.74           

Parkir & Sirkulasi Penyandang Cacat 2.00            34.10                   68.20              

Parkir & Sirkulasi Motor 25.00          5.00                     125.00           

Pedestrian 50.00          0.8 40.00              

Ruang Hijau 40% 2,395.70              958.28           

Total Luas Lahan Minimum PIP2B (2lt) 2,395.70         Tabel 3- 10 Penentuan Luas Lahan Minimum Bangunan PIP2B

Perkiraan LuasLuas Total Lantai Bangunan 949.13     m2 920          m2

Alternatif Bangunan PIP2B 1 lantaiPerkiraan Luas Lantai Dasar 100% thd luas total 949.13     m2% Lt Dasar  30% thd luas lahanPerkiraan Luas Lahan Min 3,163.77 m2 3,100       m2

Alternatif Bangunan PIP2B 2 lantaiPerkiraan Luas Lantai Dasar 70% thd luas total 642.25     m2% Lt Dasar  30% thd luas lahanPerkiraan Luas Lahan Min 2,140.83 m2 2,200       m2

Luas Minimum

Page 28: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 28

Gambar 3- 4 Simulasi Rencana Tapak untuk Bangunan PIP2B 1 lantai dengan Luas Lahan Minimum 3,100 m2

Gambar 3- 5 Simulasi Rencana Tapak untuk Bangunan PIP2B 2 lantai dengan Luas Lahan Minimum 2,200 m2

Page 29: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 29

3.5 PERSYARATAN ADMINISTRASI

Setiap bangunan gedung PIP2B harus memenuhi persyaratan administrasi baik

dalam tahap pembangunan maupun tahap pemanfaatan sebagaimana bangunan

gedung negara. Persyaratan administrasi bangunan gedung negara meliputi

pemenuhan persyaratan:

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN Setiap kegiatan pembangunan bangunan gedung PIP2B harus disertai/memiliki

bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan

tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan

perundangan yang berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Proyek (DIP) atau

dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan

Pimpinan Proyek.

Dalam dokumen pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara terdiri atas:

a. biaya pelaksanaan konstruksi fisik;

b. biaya perencanaan konstruksi;

c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;

d. biaya pengelolaan proyek.

2. STATUS HAK ATAS TANAH Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki kejelasan tentang status hak atas

tanah lokasi tempat bangunan gedung PIP2B berdiri. Kejelasan status atas tanah

ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah ini

dapat berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga

pemerintah/negara yang bersangkutan.

3. PERIZINAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen perizinan yang berupa:

Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin Penggunaan Bangunan dalam hal Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan mengharuskan adanya IPB dari

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat.

4. DOKUMEN PERENCANAAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen perencanaan, yang

dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia

Page 30: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 30

Jasa Perencana Konstruksi atau Tim Swakelola Perencanaan. Di dalam proses

perencanaannya, asistensi terhadap instansi pemerintah pusat harus dilakukan.

5. DOKUMEN PEMBANGUNAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen pembangunan yang

terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan, Dokumen

Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji

coba/test run operational, dan Sertifikat Penjaminan atas Kegagalan bangunan

sesuai ketentuan yang berlaku.

6. DOKUMEN PENDAFTARAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen pendaftaran untuk

pencatatan dan penetapan HDNO meliputi:

a. Fotokopi Dokumen Pembiayaan/DIP (otorisasi pembiayaan);

b. Fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;

c. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;

d. Berita Acara Serah Terima I dan II;

e. As built drawings (gambar sesuai yang dilaksanakan) disertai gambar leger;

f. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin Penggunaan Ba-

ngunan (IPB) dalam hal Peraturan DaerahKabupaten/Kota yang bersangkutan

mengharuskan adanya IPB.

Page 31: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 31

bab 4  

KETENTUAN TEKNIS BANGUNAN PIP2B

4.1 PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

4.1.1 KESESUAIAN TATA BANGUNAN DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN PERATURAN DAERAH Persyaratan tata bangunan dan lingkungan meliputi ketentuan-ketentuan yang harus

dipenuhi dalam pembangunan bangunan PIP2B dari segi tata bangunan dan

lingkungannya, yaitu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yaitu:

a. Peruntukan Lokasi Bangunan PIP2B harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang

diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

b. Jarak Bebas Bangunan Sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang

Bangunan Gedung, maka bangunan PIP2B merupakan bangunan tunggal (free-

standing) dengan jarak bebas antara blok/masa bangunan dengan batas lahan

minimum adalah 4,00 meter serta harus mempertimbangkankan hal-hal seperti:

• Keselamatan terhadap bahaya kebakaran,

• Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan,

• Kenyamanan,

• Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

Page 32: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 32

c. Ketinggian bangunan Ketinggian bangunan PIP2B, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan

Daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi,

maksimum adalah 3 lantai.

d. Ketinggian langit-langit Ketinggian langit-langit bangunan PIP2B minimum di setiap lantai adalah 2,80

meter dihitung dari permukaan lantai. Mengingat bangunan gedung PIP2B

memiliki fasilitas pelayanan masyarakat di lantai dasarnya, maka diusulkan

ketinggian langit-langit minimum di Lantai Dasar adalah 3,50 meter.

e. Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisian Lantai Bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) Ketentuan besarnya KDB, KLB, GSB dan KDH mengikuti ketentuan yang diatur

dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang

bersangkutan. Sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah

setempat, maka bangunan PIP2B mengikuti ketentuan berikut

• KDB merupakan perbandingan antara luas seluruh perkerasan di lantai dasar

dengan luas lahan. KDB maksimum adalah 60%, termasuk didalamnya:

o Lantai Dasar Bangunan (maksimum 30% dari Luas Lahan)

o Ruang Pamer Outdoor

o Sirkulasi dan Parkir Kendaraan (mobil dan motor)

o Sirkulasi, Parkir, dan Ramp bagi Penyandang Cacat

o Jalur Pedestrian

• KDH merupakan perbandingan antara luas seluruh daerah hijau dengan luas

persil bangunan yang harus digunakan sebagai daerah resapan air dan ruang

terbuka hijau. KDH minimum dari bangunan PIP2B adalah 40%.

• GSB merupakan jarak tepi ruas jalan dengan bangunan terluar. GSB

minimum bangunan PIP2B adalah 7,00 meter.

Page 33: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 33

Gambar 4- 1 Simulasi Rancangan Tapak: memperlihatkan KDB maks 60%, Lantai Dasar maks 30%, Ruang Pamer Outdoor, Sirkulasi dan Parkir Kendaraan & Penyandang Cacat dan Jalur Pedestrian

4.1.2 PERSYARATAN ARSITEKTUR a. Persyaratan Keserasian dengan Lingkungan

• Bangunan PIP2B harus serasi dengan lingkungannya. Penempatan massa

bangunan arsitektur berorientasi terhadap arah sinar matahari dan iklim

setempat. Bangunan khususnya lantai dasar harus memperlihatkan sebagai

bangunan yang ramah kepada publik dengan memperlihatkan kejelasan arah

jalan masuk, keterbukaan (mengundang untuk masuk), serta elemen-elemen

dan material yang mempermudah untuk berorientasi menuju maupun di

dalam bangunan.

• Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk

dan karakteristik arsitektur lingkungan yang ada di sekitarnya, atau yang

mampu sebagai pedoman arsitektur atau panutan bagi lingkungannya.

• Setiap bangunan gedung yang didirikan berdampingan dengan bangunan

yang dilestarikan, harus serasi dengan bangunan yang dilestarikan tersebut.

Page 34: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 34

• Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan

terciptanya ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap

lingkungannya.

• Bentuk bangunan gedung sesuai kondisi daerahnya harus dirancang dengan

mempertimbangkan kestabilan struktur dan ketahanannya terhadap gempa.

• Bentuk denah bangunan gedung sedapat mungkin simetris dan sederhana,

guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh gempa.

Gambar 4- 2 Bentuk denah bangunan gedung (PerMen PU no. 29/PRT/M/2006)

• Dalam hal denah bangunan berbentuk T, L, atau U, maka harus dilakukan

pemisahan struktur atau dilatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat

gempa atau penurunan tanah.

• Syarat-syarat lebih lanjut mengenai tinggi/tingkat dan segala sesuatunya

ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam rencana tata ruang,

dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan untuk

daerah/lokasi tersebut.

Page 35: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 35

b. Persyaratan Ekspresi dan Wujud Arsitektur Setiap arsitektur bangunan PIP2B memiliki kebebasan dalam berekspresi dan

menentukan wujud arsitekturnya. Kriteria-kriteria dasar yang harus dipenuhi

dalam ekspresi bangunan PIP2B adalah sebagai berikut:

• Wujud arsitektur mencerminkan fungsi bangunan PIP2B sebagai bangunan

pusat informasi yang modern dan mencerminkan teknologi bangunan terkini.

• Fasade bangunan harus cukup transparan terutama di lantai dasar, untuk

memberikan citra keterbukaan era informasi sekaligus memperlihatkan

kegiatan pameran indoor dan outdoor kepada publik.

• Ekspresi kekinian bangunan tidak boleh mengabaikan kaidah-kaidah dasar

Arsitektur Tropis, namun tidak menutup kreatifitas dan inovasi disain dalam

mewujudkan Arsitektur Tropis yang modern.

• Kearifan lokal harus dihargai, dan penggunaan elemen-elemen yang

mengandung identitas lokal harus merupakan bagian yang menyatu dengan

arsitektur bangunan PIP2B. Dalam konteks bangunan dengan ekspresi

modern, kearifan lokal dapat diwujudkan melalui penggunaan ornamen di

dalam lansekap, art-work (benda seni), maupun elemen interior. Kreatifitas

dan inovasi disain sangat dianjurkan dalam mewujudkan kearifan lokal pada

bangunan PIP2B.

Gambar 4- 3 Simulasi Rancangan Berbagai Ekspresi Arsitektur Bangunan PIP2B

Page 36: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 36

c. Persyaratan Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan diupayakan secara mayoritas merupakan

bahan bangunan setempat dan produksi dalam negeri, termasuk bahan

bangunan sebagai bagian dari sistem fabrikasi komponen bangunan. Kriteria

utama adalah durabilitas (keawetan) bahan bangunan sebagai material

bangunan publik, serta penampilan yang sesuai dengan fungsi dan ekspresi

yang diinginkan. Beberapa contoh bahan bangunan yang dapat digunakan

adalah:

• Bahan penutup dinding fasade bangunan: marmer, batu alam, beton

pracetak, dan panel GRC.

• Bahan penutup lantai: ubin PC, teraso, marmer, batu alam, granit tile,

keramik, parket, vynil, maupun karpet, yang disesuaikan dengan fungsi dan

klasifikasi ruang.

• Bahan dinding pengisi: batu bata, celcon atau hebel, papan kayu dengan

tingkat kekuatan dan keawetan tinggi, kaca dengan rangka kayu atau

aluminium, panel gypsum/GRC dan/atau panel aluminium dengan rangka

hollow besi, disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi ruang.

• Bahan kerangka langit-langit: rangka kayu minimum kelas kuat II di anti

rayap, atau rangka hollow besi.

• Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum, GRC

atau sejenis.

• Bahan penutup atap: genteng beton, genteng keramik, sirap, dak beton

dengan lapisan kedap air, atau bondek cor, dan sejenis, disesuaikan dengan

fungsi dan ekspresi bangunan.

• Bahan kosen dan daun pintu/jendela: kayu minimum kelas kuat II, atau kaca

dengan kosen aluminium.

4.1.3 PERSYARATAN TATA RUANG DALAM Beberapa kriteria dalam menata ruang dalam bangunan PIP2B adalah sebagai

berikut:

a. Persyaratan Teknis

• Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/ jendela

diusahakan sedapat mungkin pada sumbu-sumbu denah bangunan

mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa

Page 37: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 37

• Ruangan di dalam bangunan harus memiliki tinggi yang cukup untuk fungsi-

fungsi yang sesuai.

• Ketinggian langit-langit minimum di lantai dasar adalah 3,50 meter,

mengingat lantai dasar mewadahi kegiatan pelayanan publik. Sedangkan

ketinggian langit-langit minimum untuk ruang-ruang lainnya adalah 2,80

meter dihitung dari permukaan lantai.

• Permukaan lantai dari lantai dasar harus:

o Sekurang-kurangnya 15 cm di atas titik tertinggi dari pekarangan yang

sudah dipersiapkan

o Sekurang-kurangnya 25 cm di atas titik tertinggi dari sumbu jalan yang

berbatasan.

b. Zona Publik dan Privat

• Didalam mengelola fasilitas PIP2B dan melakukan kegiatan kerja sehari-hari,

diperlukan pemisahan pemisahan zona pelayanan (publik) dan zona ruang

kerja (privat) agar dapat dicapai tingkat privasi yang cukup bagi staff PIP2B,

maupun staff Asosiasi Profesi yang ditempatkan di bangunan ini.

• Terdapat 4 jenis ruang menurut tingkat privasinya, yaitu sangat publik, publik,

semi publik dan privat (Tabel 4-1).

Tabel 4- 1 Karakteristik Ruang berdasarkan tingkat privasi

KARAKTERISTIK  RUANG Sangat Publik Pameran IndoorPublik  R. Display   R. Audiovisual   Perpustakaan   E‐LibrarySemi Publik  R. Asosiasi Profesi   R. RapatPrivat  Ruang Kerja   Ruang Arsip   Ruang Server & IT  Publik  Toilet Publik   Toilet Penyandang CacatPrivat  Toilet Karyawan Pria   Toilet Karyawan Wanita   Mushola   Gudang   Pantry   Utility

Page 38: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 38

Gambar 4- 4 Simulasi Rancangan yang mengakomodasi Ruang Pelayanan Publik di Lantai Dasar dan Privasi bagi staff PIP2B dan Asosiasi Profesi di Lantai Atas

c. Efisiensi Flow Bangunan Yang termasuk dalam efisiensi flow bangunan adalah persyaratan kenyamanan

ruang gerak dalam bangunan yang sesuai dengan fungsi bangunan sebagai

sebuah Pusat Informasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, tata

ruang dalam bangunan PIP2B harus sederhana, jelas dan memberikan

kemudahan orientasi bagi pengunjung yang akan memakai sarana dan fasilitas

publik di dalam bangunan.

ZONA DI LT. DASAR

ZONA DI LT. ATAS

Page 39: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 39

Gambar 3- 1 Beberapa simulasi rancangan lay-out tata ruang dalam yang mengakomodasi flow pengunjung yang efisien

d. Persyaratan Ergonomis Ruangan

• Tata ruang dalam bangunan harus dapat memberikan suasana yang tepat

dan sesuai dengan fungsi ruangan

• Tata letak perabotan (meja kerja, kursi, rak buku, dsb) harus terintegrasi

dengan kenyamanan ruang gerak secara ergonomis sesuai dengan fungsi

ruangan.

• Persyaratan ergonomis pada masing-masing ruangan adalah sbb:

1. Ruang Pameran Indoor

Ruang Pameran Indoor merupakan ruang serba guna dengan luas

ruangan sekitar 180-200 m2 yang dapat mengakomodasi materi-materi

pameran keciptakaryaan di dalam bangunan. Ruang Pameran Indoor

harus memiliki pencahayaan alami yang cukup, maupun pencahayaan

buatan secara merata dan setempat. Penghawaan alami harus dapat

berfungsi agar konservasi energi dapat dicapai pada kondisi sehari-hari.

Pengkondisian udara dapat berfungsi pada saat udara termal alami tidak

pada batas yang nyaman.

Ruang Pameran Indoor merupakan sarana pelayanan publik yang

pertama dijumpai oleh pengunjung di bangunan PIP2B. Minimal memiliki

akses kepada pintu utama, ruang konsultasi, pameran outdoor dan

koridor menuju ruang kerja. Lebih baik lagi apabila dari ruang pameran

indoor dapat dicapai sarana publik lainnya, seperti ruang perpustakaan, e-

library, ruang display dan audiovisual. Ruang Pameran Indoor dapat

sekaligus mengakomodasi fungsi lobby dan Ruang Display Permanen.

Page 40: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 40

Gambar 4- 5 Simulasi R. Pameran Indoor

2. Ruang Perpustakaan & E-Library

Ruang Perpustakaan harus dapat mengakomodasi koleksi buku-buku

keciptakaryaan. Standar ruangan yang harus diperhatikan adalah:

Jarak minimum koridor diantara rak buku adalah 1,30 meter

Lebar rak buku minimal 40 cm

Ketinggian rak buku maksimal 2,25 meter

Ukuran standar meja baca adalah 0,70 x 1,00 meter

E-library harus dapat mengakomodasi sistem pencarian data

perpustakaan secara elektronik.

Untuk memudahkan perawatan berkala komputer, dilakukan penaikan

lantai (raised floor) atau penetapan jalur kabel LAN melalui sirkuit

yang terlindungi (race way) dan dapat dibuka dan ditutup setiap

waktu, dengan jalur dari ruang server hingga ruang e-library.

Seluruh kabel LAN harus tersembunyi dengan rapih pada tempat

yang disediakan secara khusus.

Perabot standar set komputer, meja dan kursi disebut modul working

station. Satu set working station dapat terdiri dari 1 unit, 2 unit, 3 unit

maupun 4 unit modul tergantung kondisi ruangan.

Page 41: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 41

Pengawasan ruang perpustakaan dan e-library dapat dilakukan

pada satu titik counter pengawas sekaligus librarian.

Simulasi jalur kabel

LAN pada lokasi plint

dinding

Gambar 4- 6 Simulasi Rancangan Ruang Perpustakaan & E-Library

STANDAR LEBAR KORIDOR DAN TINGGI RAK BUKU

STANDAR MEJA BACA

MODUL WORKING STATION

Page 42: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 42

Gambar 4- 7 Simulasi Rancangan Jalur kabel LAN untuk menunjang sistem data serta kemudahan dalam perawatan

3. Ruang Display & Audiovisual

Ruang Audiovisual dapat direncanakan dalam dua alternatif. Alternatif

pertama, ruang audiovisual merupakan ruang yang cukup luas, yaitu

sekitar 90 m2 yang dirancang untuk dapat dibagi menjadi 2 ruangan.

Sehingga dapat digunakan sebagai 2 ruangan audiovisual yang dapat

digunakan bersamaan, maupun digunakan sebagai ruang display pada

event tertentu yang membutuhkan fasilitas audiovisual.

Alternatif kedua, ruang audiovisual dirancang permanen dengan kapasitas

secukupnya, yaitu sekitar 45 m2

Page 43: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 43

Kedua alternatif harus dapat secara fleksibel menjadi ruang diskusi

dengan tipe teater maupun kelas, sehingga keberadaan gudang untuk

menyimpan perabotan meja dan kursi mutlak diperlukan.

Kedua alternatif harus berdekatan dengan ruang operator untuk

kemudahan operasional.

4. Ruang Kerja

Ruang Kerja dengan total luas sekitar 220 m2 terdiri atas:

Ruang Pimpinan

Ruang Sekretaris

Ruang Tunggu

Ruang Kepala Staff 5 unit

Ruang Staff 11 unit

Ruang Staff IT 1 unit

Ruang Arsip

Ruang Konsultasi 1-2 unit

Ruang Audiovisual alternatif 1

Alternatif 1 ketika menjadi 2

ruangan

Ruang Audiovisual alternatif 2

Page 44: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 44

Ruang Petugas Perpustakaan & E Library 1-2 unit

Ruang Rapat

Total area ruang kerja menampung 23 orang

Gambar 4- 8 Simulasi Rancangan Ruang Kerja

5. Ruang Asosiasi Profesi

Ruang asosiasi profesi dengan luas sekitar 50 m2 dapat menampung 6

staff asosiasi, dengan lemari arsip dan satu set meja rapat yang dapat

digunakan bersama.

Simulasi Rancangan Ruang Asosiasi

Page 45: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 45

6. Ruang Penunjang

Simulasi Rancangan Sarana Penunjang Publik

Simulasi Rancangan Sarana Penunjang Staff

e. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara dalam Ruang Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus mempertimbangkan

temperatur dan kelembaban udara. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan

kelembaban udara yang ideal didalam ruangan, dapat dilakukan dengan alat

penkondisian udara yang mempertimbangkan:

1) fungsi bangunan gedung/ruang, jumlah pengguna, letak geografis, orientasi

bangunan, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan bangunan;

2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan

3) prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan

Page 46: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 46

Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus mengikuti:

1) SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan

gedung, atau edisi terbaru;

2) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan

gedung, atau edisi terbaru;

3) SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada bangunan gedung, atau edisi

terbaru;

4) SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan

pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

f. Persyaratan Hubungan Ke, Dari dan di Dalam Bangunan PIP2B

• Persyaratan Kemudahan Hubungan Horizontal dalam Bangunan PIP2B

1. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung meliputi

tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman

bagi semua orang, termasuk penyandang cacat dan lansia.

2. Bangunan PIP2B harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan

horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai untuk

terselenggaranya fungsi bangunan gedung tersebut.

3. Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan

berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.

4. Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan

berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.

5. Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan

berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna.

Page 47: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 47

Gambar 4- 9 Simulasi Rancangan Tapak memperlihatkan tersedianya fasilitas dan aksesibiitas yang mudah, aman dan nyaman bagi semua orang untuk mencapai fasilitas di dalam bangunan

Gambar 4- 10 Simulasi Rancangan Lantai Dasar memperlihatkan kemudahan hubungan horizontal dengan tersedianya pintu dan koridor yang memadai

• Persyaratan Kemudahan Hubungan Vertikal dalam Bangunan PIP2B

1. Bangunan PIP2B harus menyediakan sarana hubungan vertikal

antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan

gedung tersebut berupa tersedianya tangga dengan disain dan ukuran

sesuai standar yang berlaku

Page 48: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 48

2. Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal tangga harus

berdasarkan fungsi bangunan gedung, luas bangunan, dan jumlah

pengguna ruang, serta keselamatan pengguna bangunan gedung.

Gambar 4- 11 Simulasi Rancangan Tangga dengan ketinggian anak tangga 18 cm dan lebar pijakan tangga 30 cm

g. Persyaratan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Pemanfaatan Bangunan Gedung Guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan gedung untuk

beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan gedung untuk kepentingan umum

harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan

gedung, meliputi: ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi, toilet, tempat parkir,

tepat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.

Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan luas

bangunan gedung, serta jumlah pengguna bangunan gedung

Persyaratan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan gedung

harus mengikuti:

1) SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses

lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung,

atau edisi terbaru;

2) SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan

keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan

gedung, atau edisi terbaru;

Page 49: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 49

3) SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan sistem transportasi vertikal dalam

gedung (lif), atau edisi terbaru;

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum

mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.1.4 PERSYARATAN LANSEKAP Keseimbangan, keserasian dan keselarasan dengan lingkungan bangunan PIP2B

adalah perlakuan terhadap lingkungan di sekitar bangunan PIP2B yang menjadi

pertimbangan penyelenggaraan bangunan, baik dari segi sosial, budaya, maupun

dari segi ekosistem.

a. Persyaratan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP) 1. Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan langsung dengan bangunan PIP2B

dan terletak di dalam persil yang sama disebut Ruang Terbuka Hijau

Pekarangan (RTHP).

2. RTHP berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan air,

sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatan dan maupun

sebagai ruang amenity.

3. Setiap perencanaan bangunan PIP2B yang baru harus memperhatikan

potensi unsur-unsur alami yang ada dalam tapak seperti danau, sungai,

pohon-pohon menahun, tanah dan permukaan tanah.

4. Dalam hal terdapat makro lansekap yang dominan seperti laut, sungai besar,

gunung dan sebagainya, orientasi tata letak bangunan mempertimbangkan

potensi arsitektural lansekap yang ada.

5. Ketinggian maksimum/minimum lantai dasar bangunan dari muka jalan

ditentukan untuk pengendalian keselamatan bangunan seperti dari bahaya

banjir.

6. Ruang terbuka hijau pekarangan sebanyak mungkin diperuntukkan bagi

penghijauan/penanaman di atas tanah.

b. Persyaratan Ruang Sempadan Bangunan 1. Pemanfaatan Ruang Sempadan Depan Bangunan harus mengindahkan

keserasian lansekap pada ruas jalan yang terkait sesuai dengan ketentuan

rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada. Keserasian tersebut antara

lain mencakup pagar dan gerbang, vegetasi besar/pohon, bangunan

penunjang seperti pos jaga, tiang bendera, bak sampah dan papan nama

bangunan.

Page 50: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 50

2. Bila diperlukan dapat ditetapkan karakteristik lansekap jalan atau ruas jalan

dengan mempertimbangkan keserasian tampak depan bangunan, ruang

sempadan depan bangunan, pagar, jalur pejalan kaki, jalur kendaraan dan

jalur hijau median jalan berikut utilitas jalan lainnya seperti tiang listrik, tiang

telepon di kedua sisi jalan/ruas jalan yang dimaksud.

c. Hijau Pada Bangunan 1. Daerah Hijau Bangunan (DHB) dapat berupa taman-atap (roof-garden)

maupun penanaman pada sisi-sisi bangunan seperti pada balkon dan cara-

cara perletakan tanaman lainnya pada dinding bangunan.

2. DHB merupakan bagian dari kewajiban pemohon bangunan untuk

menyediakan RTHP. Luas DHB diperhitungkan sebagai luas RTHP namun

tidak lebih dari 25% luas RTHP.

d. Tata Tanaman 1. Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter

tanaman sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan bahaya

yang mungkin ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu

yang sistem perakarannya destruktif, batang dan cabangnya rapuh, mudah

terbakar serta bagian-bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

2. Penempatan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air,

kestabilan tanah/wadah sehingga memenuhi syarat-syarat keselamatan

pemakai.

3. Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman dengan

struktur daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus lebih

diutamakan.

4. Penggunaan tanaman khas lokal sangat dianjurkan dalam rangka

meningkatkan identitas lokal.

e. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir 1. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung, antara sirkulasi

eksternal dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai

bangunan dengan sarana transportasinya. Sirkulasi harus memberikan

pencapaian yang mudah dan jelas, baik yang bersifat pelayanan publik

maupun pribadi.

Page 51: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 51

2. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan kepentingan

bagi aksesibilitas pejalan kaki.

3. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan

lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadam

kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.

4. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-

rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa

elemen perkerasan maupun tanaman), guna mendukung sistem sirkulasi

yang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.

5. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian,

penghijauan, dan ruang terbuka umum.

6. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas

lingkungan yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian.

7. Jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan sistem pedestrian

secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam

lingkungan, dan aksesibilitas dengan lingkungan sekitarnya.

8. Jalur pedestrian harus berhasil menciptakan pergerakan manusia yang tidak

terganggu oleh lalu lintas kendaraan.

9. Penataan pedestrian harus mampu merangsang terciptanya ruang yang

layak digunakan/manusiawi, aman, nyaman, dan memberikan pemandangan

yang menarik.

10. Elemen pedestrian (street furniture) harus berorientasi pada kepentingan

pejalan kaki.

11. Bangunan PIP2B diwajibkan menyediakan area parkir kendaraan sesuai

dengan jumlah area parkir yang proporsional dengan jumlah luas lantai

bangunan.

4.2 PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN

Persyaratan struktur bangunan gedung PIP2B meliputi persyaratan struktur

bangunan gedung, pembebanan pada bangunan gedung, struktur atas bangunan

gedung, struktur bawah bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung.

Page 52: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 52

4.2.1 STRUKTUR BANGUNAN • Setiap bangunan gedung PIP2B, strukturnya harus direncanakan dan

dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi

beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi

persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang

direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi,

keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.

• Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh

aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur

layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara

yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan serangga

perusak.

• Dalam perencanaan struktur bangunan gedung terhadap pengaruh gempa,

semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari sub struktur

maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa

rencana sesuai dengan zona gempanya.

• Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara detail sehingga pada

kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi

keruntuhan kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna

bangunan gedung menyelamatkan diri.

• Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur bangunan gedung seperti

halnya penambahan struktur dan/atau penggantian struktur, harus

mempertimbangkan persyaratan keselamatan struktur sesuai dengan

pedoman dan standar teknis yang berlaku.

4.2.2 PEMBEBANAN PADA BANGUNAN GEDUNG • Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur terhadap

beban-beban yang mungkin bekerja selama umur kelayanan struktur,

termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.

• Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus

mengikuti:

(1) SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah

dan gedung, atau edisi terbaru; dan

(2) SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan

gedung, atau edisi terbaru.

Page 53: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 53

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.2.3 STRUKTUR ATAS BANGUNAN GEDUNG a. Konstruksi beton

Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti:

(1) SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding

bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;

(2) SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan

gedung, atau edisi terbaru;

(3) SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan blok

beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung, atau edisi

terbaru;

(4) SNI 03-3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara pengadukan pengecoran

beton.

(5) SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal,

atau edisi terbaru; dan

(6) SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan

dengan agregat ringan, atau edisi terbaru.

Tata cara pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung mencakup hal-hal

yang berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan yang meliputi struktur, bahan,

keawetan, kualitas, pencampuran, pengecoran, pencetakan, sampai pada tahap

pelindungan dan pelaksanaan.

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan bahan secara lengkap

tercantum dalam SNI 03-3449-2002 meliputi proses pengujian, pemilihan bahan

(semen, agregat, air, baja tulangan, dan bahan tambahan), sampai pada tahap

penyimpanan. Adapun prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam membangun

gedung PIP2B dengan ketinggian maksimal 2 lantai adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan dan Penggunaan Bahan

• Air Air berfungsi sebagai pencampur bahan-bahan beton. Air yang telah

bercampur dengan semen akan mengalami persenyawaan yang

berfungsi sebagai perekat antar senyawa. Berikut ini adalah persyaratan

yang harus diperhatikan dalam pemilihan penggunaan air pada campuran

beton menurut SNI 03-3449-2002 :

Page 54: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 54

1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas

dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali,

garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan

terhadap beton atau tulangan.

2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada

beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air

bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion

klorida dalam jumlah yang membahayakan.

3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,

kecuali ketentuan berikut terpenuhi:

(1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada cam-

puran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

(2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji morta

yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum ha-

rus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%

dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat dimi-

num. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada

adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan

diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hi-

drolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)”

(ASTM C 109 ).

• Baja Persyaratan baja tulangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Baja tulangan harus bebas dari lipatan, retakan, karat, sisik, serpihan,

dan lapisan-lapisan yang dapat mengurangi daya lekat.

o Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur)harus digunakan baja

tulangan doform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak

boleh lebih dari 70% diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak

boleh kurang dari 5% diameter nominalnya.

o Tulangan dengan Ø ≤ 12mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk

tulangan dengan Ø > 16mm memakai BJTD (deform) bentuk ulir.

o Kualitas dan diameter nominal baja tulangan yang digunakan harus

dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang prinsipnya

nilai kuat-leleh dan berat per meter panjang bahan tulangan yang

dimaksud.

Page 55: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 55

o Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan

harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut yang ditentukan

dengan rumus :

d = diameter nominal (mm)

B = berat baja tulangan (N/mm)

G = beraT baja tulangan (Kg/mm)

o Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini

sebagai berikut :

2. Pekerjaan Kolom

Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari penyetelan

tulangan sampai pada tahap pengecoran dan finishing. Pada tahap

penyetelan tulangan, tulangan yang akan dipasang disesuaikan dengan jenis

tulangan berdasarkan RKS dan gambar kerja yang ada, baik itu jenis dimensi

dan jumlah tulangannya. Hal yang diperhatikan dalam proses penulangan

kolom antara lain :

• Pembuatan begel diperhitungkan selimut beton (beton decking) 2,5 cm.

Pemasangan begel harus siku dengan tulangan pokok, diikat bendrat

dengan kuat. Jarak tulangan begel yang diikat dengan tulangan kolom, 10

cm pada bagian tumpuan sepanjang ¼L, dan sisanya jarak begel 15 cm.

• Penempatan kait begel selang-seling, tidak boleh satu sisi/segaris.

• Tulangan pokok jumlah, posisi, dan diameternya sesuai dengan gambar.

Kedudukan tulangan harus vertikal, sambunganya tidak boleh satu

tempat (disalang-seling). Tulangan pokok satu dengan lainnya harus

berjarak minimal sama dengan diameternya. Pada ujung tulangan harus

diberi kait 90˚. Setiap pemasangan besi kolom harus diakhiri dengan

Diemeter tulangan baja tulangan

Toleransi berat yang diijinkan

Ø < 10 mm ± 7 %

10 mm < Ø < 16 mm ± 6 %

16 mm < Ø < 28 mm ± 5 %

Ø > 28 mm ± 4 %

d = 4,9029 √B, atau d = 12,47 √G

Tabel 4- 3 Toleransi berat yang diijinkan

Page 56: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 56

pemasangan beton tahu sebelum di bekisting. Tulangan harus terselimuti

beton secara simetris dengan tebal 3 cm.

3. Pekerjaan Balok

Pekerjaan balok dilakukan apabila pekerjaan penulangan kolom sudah

selesai dilakukan, yaitu dimulai dari tahap penyetelan tulangan sampai pada

tahap pengecoran dan perawatan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pekerjaan penulangan balok adalah sebagai berikut :

• Pada pembuatan begel; memperhitungkan selimut beton decking 2,5 cm.

Pemasangan begel siku-siku terhadap tulangan pokok/vertikal diikat

dengan bendrat pada tulangan pokok. Jarak tulangan begel yang dekat

tumpuan 10 cm sejauh ¼ L, yang ditengah berjarak 15 cm. Penempatan

kawat begel selang-seling tidak boleh satu sisi.

• Tulangan pokok; diameter, jumlah, dan posisi sesuai dengan gambar.

Sambungan tidak boleh satu tempat, kedudukannya harus lurus

horisontal. Jarak tulangan pokok baris kesatu denga kedua dibuat

sebesar diameternya. Antar tulangan tidak boleh bersinggunagn, harus

diberi jarak minimum=diameter tulangannya. Pada ujungnya harus diberi

kait 45˚-90˚. Setiap pemasangan tulangan segera diberi tahu beton.

Gambar 4- 13 Detail Kolom

Page 57: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 57

4. Pekerjaan Pelat Lantai

Pekerjaan pelat lantai melalui beberapa tahapan yaitu :

• Pengurugan pasir

• Urugan berupa berupa pasir dan batu dengan ketebalan 10 cm.

• Pembuatan lantai kerja

• Bahan pembuatan lantai kerja berupa semen, pasir, dan kerikil dengan

perbandingan 1 : 3 : 5. Pembuatan lantai kerja dilakukan selama 3 hari.

• Coating

• Pekerjaan waterproofing

• Pemasangan kawat mesh

• Screed

• Pemasangan bekisting

• Penulangan

Penulangan lantai ada 2 cara, yaitu secara manual dan dengan

menggunakan BRC M 8 berukuran 510 cm x 210 m.

Sebelum dipasang BRC terlebih dahulu dibersihkan dari karat. Pada

pemasangannya BRC bertumpu pada beton decking setebal 7 cm. Beton

decking tebuat dari campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1 :

3, berfungsi untuk mengatur ketebalan pengecoran. Antara BRC satu

dengan lainnya diikat dengan bindraat dan saling overlap 1 kotak.

Penulangan pada pelat lantai dilakukan dengan dua arah, karena

10/4=25<4 berdasarkan persyaratan ly/lx<lx. Hal-hal yang perlu

Gambar 4- 14 Detil Penulangan Balok

Page 58: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 58

diperhatikan dalam pekerjaan penulangan pelat lantai adalah sebagai

berikut :

• Diameter tulangan polos 10 mm, jarak antar tulangan 20 cm as ke as.

Selimut beton decking 1,5 cm dipasang 5 buah tiap m².

• Jarak sisi luar atas tulangan tumpuan dengan telasaran papan triplek

sebesar 10,5 cm (jarak tulangan atas dan bawah 9 cm).

• Setiap persilangan tulangan pokok diikat dengan tulangan balok dengan

kawat bendrat.

• Tulangan pelat tidak boleh diikat dengan tulangan balok.

• Pada daerah tumpuan diberi kursi/kuda-kuda setiap jarak 50 cm.

• Sebelum pengecoran semua sparing pipa listrik (lampu, AC, stop kontak,

akses untuk LCD), stek penggantung plafon, air bersih, air kotor, harus

sudah terpasang semua.

• Pemasangan shear connector

• Pengecoran

• Perawatan

b. Konstruksi Baja Prinsip dasar penggunaan konstruksi baja membutuhkan perhitungan yang

spesifik dan akurat tergantung bentang dan luasan bangunan. Oleh karena itu,

tidak ada standar baku ukuran yang dapat menjadi sebuah patokan untuk

bangunan gedung PIP2B ini.

Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti:

(1) SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk gedung, atau

edisi terbaru;

(2) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan

konstruksi baja;

(3) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja; dan

(4) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan Konstruksi.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

Gambar 4- 15 Detil Penulangan Pelat Lantai

Page 59: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 59

Berikut ini adalah gambar contoh simulasi sederhana potongan portal dan

detail sambungan baja untuk bangunan dengan ketinggian maksimal 2 lantai :

Gambar 4- 18 Detail sambungan baja

Gambar 4- 17 Potongan Portal konstruksi baja

Page 60: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 60

c. Konstruksi Kayu

Perencanaan konstruksi kayu harus mengikuti: (1) SNI 03-2407-1994 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung, atau

edisi terbaru;

(2) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan Gedung; dan

(3) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu;

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.2.4 STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG • Pondasi Langsung

(1) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga

dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung

tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami

penurunan yang melampaui batas.

(2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori me-

kanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter

tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai

tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.

(3) Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan

spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang

memiiki sertifikasi sesuai.

(4) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton ber-

tulang.

• Pondasi Dalam

(1) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan

daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah, sehingga

penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang

berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.

(2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori me-

kanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter

tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai

tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.

(3) Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi dengan

Page 61: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 61

percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam direncanakan

dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang

lazim.

(4) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan ber-

dasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh perencana

ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.

(5) Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1 % dari jumlah

titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random,

kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh Dinas

Bangunan.

(6) Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan gangguan

yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan pada masa pelaksanaan

konstruksi.

(7) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah tepi laut yang

dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan baja

terhadap korosi.

(8) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan pondasi

yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten dengan metode

konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan

instansi yang berwenang.

(9) Apabila perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus

menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.2.5 KEANDALAN SRTRUKTUR BANGUNAN GEDUNG • Keselamatan Struktur

(1) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan

pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan

dalam Pedoman/Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan

Bangunan Gedung.

(2) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai

rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung, sehingga ba-

ngunan gedung selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.

(3) Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara berkala se-

Page 62: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 62

suai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang

memiliki sertifikasi sesuai.

• Persyaratan Bahan

(1) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan

keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna ba-

ngunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.

(2) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai de-

ngan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud.

(3) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hu-

bungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan

yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat

pemasangan/pelaksanaan.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum

mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.3 PERSYARATAN UTILITAS BANGUNAN

Persyaratan utilitas bangunan PIP2B meliputi persyaratan sistem penghawaan,

pencahayaan, komunikasi dalam bangunan, kemampuan bangunan terhadap

bahaya petir dan bahaya kelistrikan, dan sanitasi.

4.3.1 PERSYARATAN SISTEM PENGHAWAAN • Setiap bangunan PIP2B harus dapat menjadi contoh yang memperlihatkan

kinerja ventilasi alami beserta ventilasi mekanik/buatan yang menyesuaikan

dengan iklim setempat

• Bangunan harus memiliki bukaan permanen dan/ atau kisi-kisi yang dapat

dibuka dan ditutup untuk kepentingan ventilasi alami yang dapat dikendalikan.

• Sistem cross ventilasi yang memadai, dan/ atau jarak lantai ke ceiling yang

cukup tinggi digunakan terutama pada ruangan Pameran Indoor, Hall, Tangga,

dan Toilet.

Page 63: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 63

Gambar 4- 19 Simulasi Penggunaan Void yang meningkatkan cross ventilasi pada ruang public

• Penggunaan sistem penghawaan alami merupakan salah satu upaya

konservasi energi dengan mengurangi beban energi yang digunakan

untuk menyalakan ventilasi buatan (AC) pada kondisi sehari-hari apabila

memungkinkan. Ruang pameran indoor, ruang kerja dan ruang rapat,

harus dapat digunakan dengan penghawaan alami maupun buatan.

• Bangunan PIP2B harus dapat memberikan contoh perancangan sistem

penghawaan yang sehat pada ruang-ruang toilet, terutama toilet publik.

Gambar 4- 20 Simulasi Sistem Penghawaan yang sehat pada ruang-ruang Toilet

R. PAMERAN INDOOR TOILET

R. PAMERAN INDOOR

TOILET LT. DASAR TOILET LT. ATAS

Page 64: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 64

• Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi

mekanis yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.

• Ruang-ruang yang harus menggunakaan pengkondisian udara buatan

adalah perpustakaan, e-library, ruang server & IT, dan audio visual.

Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti:

a) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan

gedung;

b) SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan

pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;

c) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan

sistem ventilasi;

d) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan

sistem ventilasi mekanis.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

Tabel 4- 4 Kebutuhan Laju Udara Ventilasi berdasarkan SNI 03-6572-2001

Fungsi SatuanMerokok Tidak Merokok

Ruang Kerja 7 orang 0.30                   0.15                     m3/min orangRuang Pertemuan 60 orang 1.05                   0.21                     m3/min orangWC Umum 100 orang 2.25                   3.25                     m3/min orang

Kerapatan Penghunian Kebutuhan Udara Luarper 100m2 Luas Lantai

4.3.2 PERSYARATAN SISTEM PENCAHAYAAN Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan

harus mempunyai pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, termasuk

pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.

• Bangunan PIP2B sebagai bangunan pelayanan umum harus mempunyai

bukaan yang memadai untuk pencahayaan alami.

Page 65: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 65

• Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan

PIP2B dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung.

Gambar 4- 21 Simulasi Sistem Pencahayaan Alami Bangunan PIP2B

• Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang

dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan gedung dengan

mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan

penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan. Tabel 4- 5 Tingkat Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan

Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan Kelompok Renderasi Keterangan(lux) Warna

Ruang Direktur 350 1 atau 2Ruang Kerja 350 1 atau 2

Menggunakan armatur berkisiuntuk mencegah silau akibat pantulan komputer

Ruang Rapat 300 1 atau 2Gudang Arsip 150 3 atau 4Ruang Arsip Aktif 300 1 atau 2Ruang Audio visual 100 1 Sistem pengendalian pencahayaanPerpustakaan 300 1 atau 2sumber:

SNI  03‐6575‐2001 tentang Tata  Cara  Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada  Bangunan Gedung

Ruang Komputer 350 1 atau 2

Bukaan bagi pencahayaan alami ruang pameran indoor

Bukaan bagi pencahayaan alami ruang-ruang kerja

Page 66: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 66

• Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus

dipasang pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja

secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk

evakuasi yang aman.

• Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk

pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau

otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh

pengguna ruang.

• Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam

bangunan maupun di luar bangunan gedung.

Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:

1) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada

bangunan gedung, atau edisi terbaru;

2) SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada

bangunan gedung, atau edisi terbaru;

3) SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada

bangunan gedung, atau edisi terbaru.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis. Tabel 4- 6 Daya Pencahayaan Maksimum

Jenis Bangunan/ Ruangan Data PencahayaanMaksimum Watt/m2

Kantor 15.0                                Ruang Kelas 15.0                                Auditorium 25.0                                Gudang 5.0                                  Pintu Masuk dengan Kanopi Gedung Kantor 15.0                                Taman 1.0                                  Jalan untuk Kendaraan dan Pejalan Kaki 1.5                                  Tempat Parkir 2.0                                  sumber: SNI 03‐6759‐2002 tentang Tata Cara Perencanaan Teknis KonservasiEnergi pada Bangunan Rumah dan Gedung

4.3.3 PERSYARATAN KOMUNIKASI DALAM BANGUNAN GEDUNG

Persyaratan komunikasi dalam bangunan gedung dimaksudkan sebagai

penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun

untuk hubungan ke luar, pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat

Page 67: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 67

lainnya. Termasuk antara lain: sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice

evacuation, dll.

Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal

memenuhi pedoman dan standar teknis yang berlaku.

• Perencanaan Komunikasi dalam Gedung

(1) Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komunikasi gedung

dan lain-lainnya, penempatannya harus mudah diamati, dioperasikan,

dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan

dan bagian bangunan serta sistem instalasi lainnya, serta direncanakan

dan dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan

yang berlaku.

(2) Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi dampak,

dan harus diamankan terhadap gangguan seperti interferensi gelombang

elektro magnetik, dan lain-lain.

(3) Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian terhadap EMC (Electro

Magnetic Campatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap EMC

melampaui ambang batas yang ditentukan, maka langkah

penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.

• Instalasi Telepon

(1) Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan:

(i) Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada gena-

ngan air, aman dan mudah dikerjakan.

(ii) Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke

dalam gedung untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x

0,80 m dan harus diamankan agar tidak menjadi jalan air masuk

ke bangunan gedung pada saat hujan dll.

(iii) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan

dekat dengan jalan besar.

(2) Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal

berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku.

(3) Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan:

(i) Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup

dan tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi

persyaratan untuk tempat peralatan;

(ii) Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas;

(iii) Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon.

Page 68: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 68

(4) Ruang batere sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai dinding

dan lantai tahan asam, sirkulasi udara cukup dan udara buangnya

harus dibuang ke udara terbuka dan tidak ke ruang publik, serta tidak

boleh kena sinar matahari langsung.

4.3.4 PERSYARATAN KEMAMPUAN BANGUNAN TERHADAP BAHAYA PETIR dan BAHAYA KELISTRIKAN a. Persyaratan Instalasi Proteksi Petir

Persyaratan proteksi petir ini memberikan petunjuk untuk perancangan,

instalasi, dan pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir terhadap bangunan

gedung secara efektif untuk proteksi terhadap petir serta inspeksi, dalam upaya

untuk mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir

terhadap bangunan gedung yang diproteksi, termasuk di dalamnya manusia

serta perlengkapan bangunan lainnya.

Persyaratan proteksi petir harus memperhatikan sebagai berikut:

i. Perencanaan sistem proteksi petir;

ii. Instalasi Proteksi Petir; dan

iii. Pemeriksaan dan Pemeliharaan

Persyaratan sistem proteksi petir harus memenuhi SNI 03-7015-2004 Sistem

proteksi petir pada bangunan gedung.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

b. Persyaratan Sistem Kelistrikan Persyaratan sistem kelistrikan meliputi sumber daya listrik, panel hubung bagi,

jaringan distribusi listrik, perlengkapan serta instalasi listrik untuk memenuhi

kebutuhan bangunan gedung yang terjamin terhadap aspek keselamatan

manusia dari bahaya listrik, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya,

keamanan gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat listrik, dan

perlindungan lingkungan.

Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan:

i. Perencanaan instalasi listrik;

ii. Jaringan distribusi listrik;

iii. Beban listrik;

iv. Sumber daya listrik;

v. Transformator distribusi;

vi. Pemeriksaan dan pengujian; dan

Page 69: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 69

vii. Pemeliharaan

Persyaratan sistem kelistrikan harus mengikuti:

(1) SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi terbaru;

(2) SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL 2000), atau edisi

terbaru;

(3) SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga, atau edisi

terbaru;

(4) SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan energi

tersimpan, atau edisi terbaru.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.3.5 PERSYARATAN SANITASI a. Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung

• Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan

mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi,

dan penampungannya.

• Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau

sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman

dan standar teknis yang berlaku.

• Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus

memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

• Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian

rupa agar menjamin kualitas air.

• Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi

bangunan gedung.

Persyaratan plambing dalam bangunan gedung harus mengikuti:

1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun

2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes

907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman

Plambing;

2) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru.

3) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau

yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman

teknis.

b. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/Kotor

Page 70: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 70

• Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus direncanakan dan

dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.

• Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk

pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang

dibutuhkan.

• Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses

sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:

1) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;

2) SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem

resapan, atau edisi terbaru;

3) SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau

edisi terbaru;

4) Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem

pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung mengikuti

standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

• Simulasi pemisahan sistem air bersih, air kotor dan air limbah

• Shaft bagi sistem plumbing disediakan untuk memudahkan maintenance bagi sistem sanitasi bangunan

• Posisi toilet di lantai dasar berhubungan dengan posisi di lantai atas untuk mencapai sistem sanitasi yang efisien

Gambar 4- 22 Simulasi Sistem Sanitasi Bangunan PIP2B

c. Persyaratan Penyaluran Air Hujan

• Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan

mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah,

dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.

Page 71: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 71

• Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan

sistem penyaluran air hujan.

• Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah

pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke

jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku.

• Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat

diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang

dibenarkan oleh instansi yang berwenang.

• Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya

endapan dan penyumbatan pada saluran.

Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:

1) SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;

2) SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk

lahan pekarangan, atau edisi terbaru;

3) SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan

pekarangan, atau edisi terbaru;

4) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan

sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

d. Persyaratan Fasilitasi Sanitasi Dalam Bangunan Gedung (Saluran Pembu-angan Air Kotor, Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/atau Pengolahan Sampah)

• Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan

mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.

• Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan

tempat penampungan kotoran dan sampah yang diperhitungkan berdasarkan

fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.

• Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan

pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan

penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

Page 72: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 72

• Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur ulang,

memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol bekas, kertas,

kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastik dan sebagainya.

Dengan demikian harus disediakan tempat sampah untuk mendaur ulang.

Gambar 4- 23 Tempat sampah daur ulang

• Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.3.6 PERSYARATAN KENYAMANAN a. Persyaratan Kenyamanan Pandangan

• Untuk mendapatkan kenyamanan pandangan (visual) harus

mempertimbangkan kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke luar

dan dari luar bangunan ke ruang-ruang tertentu dalam bangunan gedung.

• Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke luar harus

mempertimbangkan:

1) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar

bangunan, dan rancangan bentuk luar bangunan;

2) pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan RTH;

• Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam bangunan harus

mempertimbangkan:

1) rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar bangunan, dan rancangan

bentuk luar bangunan gedung;

2) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan ada di

sekitarnya; dan

3) pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar, melalui

pemakaian horizontal dan/atau vertical blind, dan penggunaan elemen

sunscreen.

Page 73: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 73

Simulasi rancangan penggunaan sistem void memberikan kenyamanan pandang dari ruang kerja di lt atas ke arah ruang pameran indoor di lt dasar Simulasi rancangan penggunaan horizontal atau vertical blind untuk ruang kerja dapat mengurangi silau dan panas matahari tanpa mengurangi kenyamanan pandang ke arah luar bangunan

• Untuk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung harus

dipenuhi persyaratan teknis, yaitu Standar kenyamanan pandangan (visual)

pada bangunan gedung.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau

yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman

teknis.

b. Persyaratan Kenyamanan terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan

• Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan tingkat getaran

yang tidak menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan kenyamanan

seseorang dalam melakukan kegiatannya. Getaran dapat berupa getaran

kejut, getaran mekanik atau seismik baik yang berasal dari dalam bangunan

maupun dari luar bangunan.

• Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan getaran

pada bangunan gedung harus mengikuti persyaratan teknis, yaitu Standar

tata cara perencanaan kenyamanan terhadap getaran pada bangunan

gedung.

• Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

• Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat kebisingan

yang tidak menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan, dan

kenyamanan bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.

Page 74: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 74

• Untuk kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan gedung harus

dipenuhi standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap kebisingan

pada bangunan gedung.

• Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.4 PERSYARATAN KEMAMPUAN BANGUNAN PIP2B TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN

4.4.1 SISTEM PROTEKSI PASIF • Setiap bangunan PIP2B harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap

bahaya kebakaran yang memproteksi komponen arsitektur dan struktur

bangunan gedung sehingga dapat melindungi penghuni gedung dan benda dari

kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.

• Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko

kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan

kondisi penghuni dalam bangunan gedung.

• Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi: persyaratan kinerja,

ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, tipe konstruksi yang

diwajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan, dan perlindungan pada bukaan.

Sistem proteksi pasif tersebut harus mengikuti:

(1) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk

pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung; dan

(2) SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke

luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.4.2 SISTEM PROTEKSI AKTIF • Setiap PIP2B harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan proteksi

aktif.

• Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,

ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam

bangunan gedung.

• Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi:

Page 75: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 75

- Sistem Pemadam Kebakaran;

- Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran;

- Sistem Pengendalian Asap Kebakaran

Sistem proteksi aktif tersebut harus mengikuti:

(1) SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa

tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan

gedung;

(2) SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian

sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran

pada bangunan gedung;

(4) SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap kebakaran pada bangunan

gedung; dan

(5) SNI 03-0712-2004 Sistem manajemen asap dalam mal, atrium, dan rua-

ngan bervolume besar.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.4.3 PERSYARATAN JALAN KELUAR dan AKSESIBILITAS untuk PEMADAM KEBAKARAN Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran meliputi

perencanaan akses bangunan dan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran

pada bangunan gedung, dan perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar

untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.

Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran tersebut

harus mengikuti:

(1) SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses

lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan

gedung; dan

(2) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan

keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada gedung.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang

belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

4.4.4 PERSYARATAN SARANA EVAKUASI Bangunan PIP2B harus menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang termasuk

penyandang cacat dan lansia yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi

Page 76: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 76

pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna

bangunan gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara

aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.

Gambar 4- 24 Simulasi Rancangan dengan jalur evakuasi dari ruang-ruang di lantai atas

Gambar 4- 25 Simulasi Rancangan sarana evakuasi di lantai dasar dengan 3 buah

pintu yang berhubungan langsung dengan alaram terbuka

Page 77: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 77

4.5 PERSYARATAN FASILITAS DAN AKSESIBILITAS BAGI PENYAN-DANG CACAT

Bangunan PIP2B harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin

terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lansia masuk dan keluar, ke,

dan dari bangunan gedung serta beraktivitas dalam bangunan gedung secara

mudah, aman, nyaman dan mandiri.

Fasilitas dan aksesibilitas meliputi tempat parkir, jalur pemandu, pintu, ram, toilet,

serta rambu dan marka bagi penyandang cacat dan lansia. Penyediaan fasilitas

bagi penyandang cacat dan lansia harus mengikuti ketentuan yang berlaku.

Gambar 4- 26 Simulasi Rancangan yang menjamin kemudahan bagi penyandang cacat dan lansia untuk beraktifitas di dalam gedung PIP2B dengan mudah aman, nyaman dan mandiri

4.5.1 TEMPAT PARKIR

• Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju

bangunan/ fasilitas yang dituju, dengan jarak maksimum 60 meter.

• Area perkir khusus penyandang cacat ditandai dengan simbol tanda parkir

• penyandang cacat yang berlaku.

Page 78: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 78

• Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ram trotoir di kedua sisi

kendaraan.

• Ruang Parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau 620 cm

untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ram dan jalan menuju

fasilitas-fasilitas lainnya.

• Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur

lalu lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm.

• Daerah menaik-turunkan penumpang dilengkapi dengan fasilitas ram, jalur

pedestrian, dan rambu penyandang cacat.

• Kemiringan maksimal dengan perbandingan tinggi dan panjang adalah 1:11

dengan permukaan rata/datar di semua bagian.

• RUTE AKSESIBILITAS DARI

PARKIR

• JARAK KE AREA PARKIR

TIPIKAL RUANG PARKIR

Page 79: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 79

4.5.2 JALUR PEMANDU a. Jalur pemandu adalah jalur yang memandu penyandang cacat untuk berjalan

dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan.

b. Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan.

c. Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap adanya

perubahan situasi di sekitarnya.

d. Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding

blocks):

• Di depan jalur lalu-lintas kendaraan.

• Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas persilangan

dengan perbedaan ketinggian lantai.

• Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau area

penumpang.

• Pada pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan bangunan.

• Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi umum

terdekat.

e. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah

ada perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting, sedemikian sehingga

tidak terjadi kebingungan dalam membedakan tekstur ubin pengarah dan

tekstur ubin peringatan.

f. Untuk memberikan perbedaan warna antara ubin pemandu dengan ubin

lainnya, maka pada ubin pemandu dapat diberi warna kuning atau jingga.

PRINSIP PERENCANAAN JALUR PEMANDU

TIPE TEKSTUR UBIN PEMANDU (GUIDING BLOCKS)

Page 80: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 80

SUSUNAN UBIN PEMANDU PADA PINTU MASUK

SUSUNAN UBIN PEMANDU PADA BELOKAN

4.5.3 PINTU a. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-

pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.

b. Di daaerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau

perbedaan ketinggian lantai.

c. Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan:

• Pintu geser

• Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup.

• Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil.

• Pintu yang terbuka kekedua arah ( "dorong" dan "tarik").

• Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna

netra.

d. Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya

kebakaran. Pintu tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu

lebih cepat dari 5 detik dan mudah untuk menutup kembali.

e. Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu.

f. Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup

dengan sempurna, karena pintu yang terbuka sebagian dapat membahayakan

penyandang cacat.

g. Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna

kursi roda dan tongkat tunanetra.

Page 81: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 81

Page 82: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 82

4.5.4 RAM a. Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,

sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga

b. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°,

perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp

(curb ramps/landing) Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar

bangunan maksimum 6°.

c. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih

dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih

panjang.

d. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm

dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk

pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara

seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi

tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.

e. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas

dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi

roda dengan ukuran minimum 160 cm.

f. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur

sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.

g. Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untok menghalangi

roda kursi roda agal tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila

Page 83: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 83

berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus

dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.

h. Ramp harus diterangi dengan pencahayean yang cukup sehingga membantu

penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian-

bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan

bagian- bagian yang membahayakan.

i. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin

kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan rambat harus mudah

dipegang dengan ketinggian 65-80 cm.

TIPIKAL RAM

Page 84: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 84

KEMIRINGAN RAM

HANDRAIL

BENTUK RAM YANG DIREKOMENDASIKAN

4.5.5 TOILET a. Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,

sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga

b. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan

tampilan rambu "penyandang cacat" pada bagian luarnya.

Page 85: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 85

c. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk

masuk dan keluar pengguna kursi roda.

d. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna

kursi roda. (45-50 cm)

e. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat

(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna

kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki

bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna

kursi roda.

f. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-

perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang

sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki

keterbatasanketerbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.

g. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.

h. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.

i. Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk

membuka dan menutup.

j. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari

luar jika terjadi kondisi darurat.

k. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,

dianjurkan untuk menyediakan tombol pencahayaan darurat (emergency light

button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.

l. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga tinggi permukaannya dan lebar

depannya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik.

m. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.

n. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi

lutut dan kaki pengguna kursi roda.

o. Pemasangan ketinggian cermin diperhitungkan terhadap pengguna kursi roda

Page 86: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 86

ANALISA RUANG GERAK PADA RUANG TOILET

TINGGI TOILET

UKURAN SIRKULASI MASUK

RUANG GERAK PADA TOILET

Page 87: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 87

TIPIKAL PEMASANGAN WASTAFEL

PERLETAKAN URINER

PERLETAKAN KRAN WASTAFEL

RUANG GERAK AREA WASTAFEL

RUANG BEBAS AREA WASTAFEL

4.5.6 PERABOT a. Perletakan barang-barang perabot bangunan dan furniture harus menyisakan

ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.

b. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan umum harus dapat

digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat.

c. Ruang-ruang di dalam bangunan PIP2B yang digunakan oleh masyarakat

banyak, yaitu ruang perpustakaan, e- library, dan audio visual maka jumlah

meja dan tempat duduk aksesibel yang harus disediakan minimum adalah 1

set untuk masing-masing ruangan.

Page 88: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 88

UKURAN PERABOT RUANG DUDUK

UKURAN TINGGI MEJA

4.5.7 RAMBU DAN MARKA a. Rambu dan Marka adalah fasilitas dan elemen bangunan yang digunakan

untuk memberikan informasi, arah, penanda atau petunjuk bagi penyandang

cacat.

b. Penggunaan rambu terutama dibutahkan pada:

• Arah dan tujuan jalur pedestrian

• KM/WC umum, telpon umum

• Parkir khusus penyandang cacat

• Nama fasilitas dan tempat.

Page 89: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 89

c. Persyaratan Rambu yang digunakan:

• Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh tuna netra

dan penyandang cacat lain.

• Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan cepat ditafsirkan

artinya.

• Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional.

• Rambu yang menerapkan metode khusus (misal; pembedaan perkerasan

tanah, warna kontras, dll).

• Karakter dan latar belakang rarnbu harus dibuat dari bahan yang tidak

silau. Karakter dan simbul harus kontras dengan latar belakangnya,

apakah karakter terang di atas Kelap, atau sebaliknya.

• Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan

tinggi antara 3: 5 dan 1:1, serta ketebalan huruf antara 1: 5 danl:10.

• Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan

jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca .

d. Lokasi penempatan rambu:

• Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa

penghalang.

• Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya.

• Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu pada

kondisi gelap.

SIMBOL AKSESIBILITAS, TUNA DAKSA, TUNA NETRA DAN TUNA RUNGU

SIMBOL RAM

SIMBOL PENUNJUK ARAH RUANGAN

Page 90: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 90

bab 5

PENYELENGGARAAN PIP2B

5.1 TAHAP PERSIAPAN

Tahap Persiapan merupakan tahap pertama yang perlu dilakukan dalam rangka

mengembangkan sebuah Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan

Bangunan (PIP2B) di daerah. Tujuan dari tahap persiapan adalah terbentuknya

kesekretariatan atau lembaga PIP2B yang lengkap dengan prasarana dan

sarananya, berupa Bangunan Gedung PIP2B beserta isinya.

a. Tahap Perencanaan Bangunan PIP2B yang mengacu kepada Pedoman

Umum Perencanaan PIP2B, serta ketentuan-ketentuan yang berlaku terkait

dengan Bangunan Gedung dan Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

b. Tahapan Pembangunan Bangunan PIP2B, yang mengacu pada Tata Cara

Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

5.2 TAHAP MOBILISASI SUMBER DAYA MANUSIA

Pada tahap ini dilakukan perekrutan staf untuk menjadi pengelola harian PIP2B,

sehingga PIP2B diharapkan memiliki staf yang bisa diandalkan untuk

melaksanakan program-program maupun kegiatan. Dengan kelembagaan standar

yang telah ditentukan bahwa PIP2B dipimpin oleh seorang pejabat setingkat

eselon III , maka jumlah personil yang akan terlibat didalam organisasi PIP2B

adalah 23 orang.

Struktur organisasi yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Unit PIP2B

Page 91: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 91

1. PIP2B dipimpin oleh seorang Kepala Unit setingkat eselon III, merupakan

pelaksana teknis dan penanggung jawab kegiatan operasional PIP2B

yang akan mengelola dan menjalankan semua kegiatan PIP2B baik ke

dalam maupun ke luar lembaga

2. Kepala Unit PIP2B mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam kegiatan

perencanaan program dan anggaran, penyiapan sumber daya dan

pengendalian pelaksanaan administrasi dan keuangan pengelolaan

PIP2B.

3. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Unit PIP2B bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas lingkup Perumahan dan Permukiman/ Bangunan

Gedung Propinsi.

b. Kesekretariatan/ Tata Usaha PIP2B

1. Urusan Tata Usaha PIP2b merupakan pelaksana teknis pendukung

kegiatan administrasi dan tata laksana kantor dan sekaligus berfungsi

sebagai humas PIP2B.

2. Kepala Bagian Tata Usaha dipinpin oleh seorang Kepala Bagian dan

dapat dibantu beberapa staf pelaksana untuk urusan Tata Usaha,

Kehumasan, dan Penyusunan Program dan Keuangan.

3. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bagian Tata Usaha PIP2B

bertanggung jawab kepada Kepala Unit PIP2B.

c. Bidang-bidang dalam Unit PIP2B

1. Bidang Data, Perpustakaan dan E-Library

i. Bidang Data, Perpustakaan dan E-library merupakan pelaksana

teknis tugas yang berkaitan dengan pengelolaan data dan

informasi, dan pengelolaan sistem jaringan informasi elektronik,

serta kegiatan terkait lainnya.

ii. Kepala Bidang Data, Perpustakaan dan E-library dipimpin oleh

seorang Kepala Bidang dan dibantu beberapa staf pelaksana Sub

Bidang.

iii. Sub Bidang Data merupakan pelaksana teknis tugas yang

berkaitan dengan input data dan informasi.

Page 92: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 92

iv. Sub Bidang Perpustakaan merupakan pelaksana teknis tugas yang

berkaitan dengan pengelolaan dokumentasi buku-buku

perpustakaan.

v. Sub Bidang E-library merupakan pelaksana teknis tugas yang

berkaitan dengan pengelolaan sistem jaringan informasi elektronik.

vi. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Data, Perpustakaan

dan E-library ini bertanggung jawab kepada Kepala Unit PIP2B.

vii. Melalui bidang-bidang ini akan dikembangkan tahapan operasional

PIP2B sebagai pusat data dan informasi perumahan dan

permukiman termasuk arsitektur dan bangunan gedung yang

mudah dan cepat serta yang dikelola secara profesional dan

berkelanjutan.

2. Bidang Layanan Informasi

i. Bidang Layanan Informasi merupakan pelaksana teknis tugas yang

berkaitan dengan pelayanan masyarakat akan kebutuhan data

dan informasi, termasuk layanan informasi audio visual dan

layanan informasi internet, serta kegiatan terkait lainnya.

ii. Kepala Bidang Layanan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala

Bidang dan dibantu beberapa staf pelaksana Sub Bidang.

iii. Sub Bidang Layanan Informasi Audiovisual merupakan pelaksana

teknis tugas yang berkaitan dengan pengelolaan layanan informasi

audiovisual.

iv. Sub Bidang Layanan Informasi Internet merupakan pelaksana

teknis tugas yang berkaitan dengan pengelolaan layanan informasi

internet, termasuk kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam

rangka pemutakhiran dan pengayaan database informasi internet.

v. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Layanan Informasi

Audiovisual dan Internet ini bertanggung jawab kepada Kepala Unit

PIP2B.

vi. Melalui bidang-bidang ini akan dikembangkan tahapan operasional

PIP2B sebagai pusat pelayanan informasi, sehingga pelayanan

informasi dapat berkembang luas, mudah dan cepat diakses serta

dikelola secara profesional dan berkelanjutan.

Page 93: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 93

3. Bidang Pameran

i. Bidang Pameran merupakan pelaksana teknis tugas yang

berkaitan dengan pelayanan masyarakat akan kebutuhan data

dan informasi, termasuk penyelenggaraan pelatihan, penyuluhan,

pameran seminar dan lokakarya, pengembangan ketrampilan

teknis, serta kegiatan terkait lainnya.

ii. Kepala Bidang Pameran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan

dibantu beberapa staf pelaksana Sub Bidang.

iii. Sub Bidang Pameran Indoor merupakan pelaksana teknis tugas

yang berkaitan dengan pengelolaan penyuluhan, pelatihan,

seminar dan lokakarya.

iv. Sub Bidang Pameran Outdoor merupakan pelaksana teknis tugas

yang berkaitan dengan materi pameran termasuk kerjasama

dengan pihak-pihak terkait dalam rangka pemutakhiran dan

pengayaan informasi berkaitan dengan permukiman dan bangunan

gedung.

v. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Pameran ini

bertanggung jawab kepada Kepala Unit PIP2B.

vi. Melalui bidang-bidang ini akan dikembangkan tahapan operasional

PIP2B sebagai pusat pelayanan informasi dan pelatihan yang

dikelola secara profesional dan berkelanjutan, sehingga pelayanan

informasi dapat berkembang luas dan mampu menjadi lembaga

yang responsif terhadap perkembangan masalah dan tantangan

yang ada di bidang perumahan dan permukiman termasuk

arsitektur dan bangunan gedung.

5.3 TAHAP OPERASIONAL

Setelah prasarana dan sarana telah lengkap dan PIP2B mempunyai staf

pengelola harian maka program kerja dapat dilaksanakan. Pengelola PIP2B harus

segera melengkapi pengetahuan dalam database baik elektronik maupun

perpustakaan, sehingga PIP2B dapat secepatnya melakukan pelayanan pada

masyarakat.

Page 94: Draft Pedoman Umum Pip2b- Gabung-edit Baru Grayscale

DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B) 94

Pihak pengelola PIP2B harus memberikan perhatian pada kegiatan rutin seperti

pelayanan, kegiatan updating data, dan publikasi untuk menghasilkan pelayanan

PIP2B yang prima.

Disamping kinerja dari pengelola PIP2B sendiri, diperlukan pula keterlibatan

Dinas Teknis terkait khususnya untuk melakukan monitoring dan evaluasi.

Gambar 5- 1 Struktur Organisasi Lembaga PIP2B