edit mtbs pneumonia dan tbc baru
DESCRIPTION
anak keperawatanTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ″ Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Pneumonia dan Tbc Berdasarkan Konsep Manajemen Terpadu
Balita Sakit (Mtbs)″ untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.
Makalah ini membahas mengenai konsep penyakit Pneumonia dan TBC berdasarkan
MTBS dan sumber lain. Keperawatan anak merupakan sintesis dari praktek keperawatan,
yang sebagian besar tujuannya adalah menjaga/memelihara kesehatan anak.
Penyusun mengharapkan dengan membaca makalah ini, pembaca memperoleh ilmu
dan informasi mengenai isi makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bari pembaca.
Bandung, April 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................2
2.1 Penilaian Tanda Dan Gejala Pneumonia Dan Tbc...................................................................2
2.2 Pneumonia.............................................................................................................................2
2.2.1 Konsep Dasar Penyakit...................................................................................................2
2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..............................................................................6
2.3 TBC.........................................................................................................................................8
2.3.1 Konsep Dasar Penyakit...................................................................................................8
2.3.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................20
ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta
kualitas pelayanan kesehatan anak.
Manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan – 5 tahun adalah pelaksanaan
manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan – 5 tahun.
Bentuk manajemen ini dilaksanakan secara terpadu. Dikatakan terpadu karena
bentuk pengelolaannya dilaksanakan secara bersama dan penanganan kasus tidak
terpisah-pisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian
imunisasi, pencegahan penyakit, serta promosi untuk tumbuh kembang.
Dalam makalah ini akan dibahas tinjauan penyakit dan askep pnemonia dan TBC
dengan mengacu pada MTBS.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Tujuan umum:
Manfaat penulisan makalah ini agar tim penulis dapat mengungkapkan pola pikir yang
ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada anak dengan gangguan sistem
pernapasan pneumonia dan TBC dengan menggunakan pendekatan MTBS.
Tujuan khusus:
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan tindakan sesuai rencana
dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan sistem
pernapasan Pneumonia dan TBC.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Penilaian Tanda Dan Gejala Pneumonia Dan Tbc
Dalam MTBS penilaian tanda dan gejala, yang dinilai adalah ada atau tidaknya tanda
bahaya umum.
Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat.
Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar,
mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau
banyak minum, adanya darah dalam tinja.
Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku
kuduk, dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut,
mata bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah ekstremitas dingin muntah
darah, berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu hati, dan lain-lain.
Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya
pembengkakan, dan lain-lain.
Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak
pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah pada pemeriksaan
berat badan menurut umur.
2.2 Pneumonia
2.2.1 Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Menurut Engram (1998) pneumonia adalah proses inflamasi pada
parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau
adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga
flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran
jalan nafas.
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama
oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said
2007).
2
Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002) pneumonia adalah inflamasi
atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh satu atau lebih agens
berikut virus, bakteri, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing.
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungal (kulat). Ia juga dikenali sebagai
pneumonitis, bronchopneumonia dan 'community-acquired pneumonia
(Mansjoer, 2000 : 254).
b. Etiologi
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa) yakni
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella, dan
Hemophilus influenzae.
2. Virus : virus influenza, chicken-pox (cacar air)
Organisme mirip bakteri : Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-
anak dan dewasa muda)
3. Jamur tertentu.
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan
perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya
pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang
tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus
aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri,
yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus.
Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus
pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia
sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
c. Klasifikasi
Pada MTBS pneumonia di golongkan menjadi:
1. Pneumonia berat, apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding
dada ke dalam, adanya stridor.
2. Pneumonia, apabila ditemukan tanda frekuensi nafas yang sangat cepat.
3
3. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan
batuk (Hidayat, 2008).
d. Patofisiologi
Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan Staphylococcus aurens, H. Influenzue
dan Streptococcus pneumonae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Terjadinya
destruksi sel dengan menanggalkan debris seluller ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik.
Streptococcus Pneumonia
Respon peradangan
Edema alveolar pembentukan eksudat
Alveoli dan bronkiolus terisi cairan eksudat, sel darah, fibrin bakteri.
e. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala Pneumonia adalah batuk disertai napas cepat dan atau napas
sesak (Kemenkes. 2010). Sedangkan pada sumber lain disebutkan bahwa tanda
dan gejala pnemonia adalah:
1. Serangan akut dan membahayakan
2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Rales (ronkhi)
4
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
7. Nyeri abdomen (Suriadi, 2001).
f. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto rontgen
2. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells/mm3.
g. Penatalaksanaan Medis
Pada MTBS untuk klasifikasi pnemonia berat atau penyakit sangat berat, maka
tindakan yang pertama kali dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Berikan dosis pertama antibiotik
Pilihan pertama adalah kortimoksazol (trimetropin + sulfametoksizol) dan
pilihan kesua adalah amoksilin dengan ketentuan dosis sebagai berikut
Usia atau
BB
Kotrimoksazol (trimetropin + sulfametoksizol) beri 2
kali sehari selama 5 hari
Amoksilin
Beri 3 kali sehari
untuk 5 hari
Tablet dewasa
80 mg trimetropin +
40 mg
sulfametoksizol
Tablet anak
20 mg
trimetropin +
100 mg
sulfametoksizo
l
Sirup per 5 ml
40 mg
trimetropin +
200 mg
sulfametoksizol
Sirup
125 mg per 5 ml
2-4 bulan
(4 - < 6 kg)
14
1 2,5 ml 2,5 ml
4-12 bulan
(6 - < 10
kg)
12
2 5 ml 5 ml
1-5 tahun
(10 - < 19
kg)
1 3 7,5 ml 10 ml
5
2. Lakukan rujukan segera
Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja, maka
tindakannya adalah memberikan antibiotik yang sesuai selama 5 hari,
berikan pelega tenggorokan dan pelega batuk, beri tahu ibu atau keluarga
walaupun harus segera kembali ke petugas kesehatan, serta lakukan
kunjungan ulang setelah 2 hari.
Sedangkan apabila hsil klasifikasi ditemukan batuk dan bukan
pneumonia, maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pelega
tenggorokan atau pereda batuk yang aman, lakukan pemeriksaan lebih
lanjut, beri tahu kepada keluarga atau ibu kapan harus segera kembali ke
petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari (Hidayat,
2008).
Dalam sumber lain juga di jelaskan penatalaksanaan medis yang bisa
dilakukan pada pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat
3. Berikan oksigen, fisioterapi dada, dan cairan intravena
4. Antibiotik sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6. Pengobatan pneumonia berat :
7. Berikan dosis pertama antibiotika
8. Kotrimoksazol dan amoksilin.
9. Lakukan rujukan segera
Apabila pneumonia saja berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari,
berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga,
lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.
Apabila batuk bukan pneumonia berikan pelega tenggorokan, beri
tahu ibu dan keluarga, dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari
(Suriadi, 2001)
2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian (gabung dengan penatalaksanaan yang ada dalam MTBS)
6
Menurut Betz dan Sowden (2002) pengkajian keperawatan pada pneumonia
meliputi :
1. Kaji kepatenan jalan nafas
2. Kaji tanda-tanda gawat pernafasan dan respons terhadap terapi oksigen
3. Kaji respons anak terhadap pengobatan
4. Kaji kemampuan keluarga untuk penatalaksanaan program pengobatan di
rumah
Pengkajian keperawatan :
1. Riwayat pasien: panas, batuk, perubahan pola makan, kelemahan, penyakit
respirasi sebelumnya, perawatan di rumah, penyakit lain yang diderita
anggota keluarga di rumah.
2. Pemeriksaan fisik: lihat gerakan napas yang nampak jelas di dada atau perut
anak. Menghitung napas harus dalam keadaan anak tenag (jangan dalam
kondisi anak menangis).
Umur anak Dianggap napas cepat bila
hitungan napas
Kurang dari 2 bulan 60x/menit atau lebih
2 bulan sampai 12 bulan 50x/menit atau lebih
12 bulan sampai 5 tahun 40x/menit atau lebih
Tabel 2.1 frekuensi napas berdasarkan umur anak (Kemenkes, 2010).
Selain itu, saat dikaji ditemukan demam, dispneu, takipneu, sianosis,
penggunaan otot pernafasan tambahan, suara nafas tambahan, rales, ronki,
kenaikan sel darah putih (bakteri pneumonia), arterial blood gas, x-ray
dada.
3. Psikososial dan faktor perkembangan: usia, tingkat perkembangan,
kemampuan memahami rasionalisasi intervensi, pengalaman berpisah
dengan orang tua, mekanisme koping yang dipakai sebelumnya, kebiasaan
(pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas pemberian
pola makan, obyek favorit).
4. Pengetahuan pasien dan keluarga: pengalaman dengan penyakit pernafasan,
pemahaman akan kebutuhan intervensi pada distress pernafasan, tingkat
pengetahuan, kesiapan dan keinginan untuk belajar.
7
2.3 TBC
2.3.1 Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.
b. Etiologi
1. Mycobacterium tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
3. Factor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis:
1) Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetic
2) Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
3) Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
4) Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak
adekuat
5) Keadaan stres: situasi yang penuh stress(injury atau penyakit,
kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
6) Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
7) Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan
terinfeksi lebih mudah
8) Nutrisi: status nutrisi yang kurang
9) Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
10) Tidak mematuhi aturan pengobatan.
c. Patofisiologi
Masuknya kuman Tuberculosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis
serta daya tahan tubuh manusia. Segera setelah menghirup, basil tuberculosis
8
hidup ke dalam paru-paru. Maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang
terbatas yang disebut fokus primer. Basil tuberculosis akan menyebar, histosit
mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui
saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek
primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8
minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya komplek primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji
tuberculin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya komplek primer
disebut masa inkubasi.
Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru
dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional
serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih
banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada
alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil
menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi
sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah
makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang
tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, yang disebut nekrosis
kaseosa.
9
d. Pathway TBC
M. Tuberculosis terhirup daru udara
M. Bovis masuk ke paru-paru
Menempel pada bronchiole atau alveolus
Memperbanyak setiap 18-24 jam
Poliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ
yang terinfeksi (tuberkel)
Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional dan
menimbulkan reaksi eksudasi
Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan
Meluas ke seluruh paru-paru (bronchi atau pleura)
Eroisi pembuluh darah
Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TB milier)
Tulang Ginjal Otak
e. Tanda dan gejala
1. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk
(batuk tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri
dada, hemoptysis
2. Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak): pucat, anemia,
lemah, dan berat badan menurun
3. Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis
karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang tuberculosis ditemukan
pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara rutin dengan uji
tuberculin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberculosis primer
10
dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa
batu dan pilek.
f. Pemeriksaan diagnostik
1. Riwayat penyakit: riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi
penyakit.
2. Reaksi terhadap tes tuberculin
Reaksi tes positif (diameter = 5 mm) menunjukkan adanya infeksi primer.
3. Radiologi
Terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran, pembesaran
kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen,
atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.
4. Kultur sputum
Kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan
serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberkulosis.
5. Patologi anatomi
Dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritoneum, kulit
ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
6. Uji BCG
Reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat
reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan.
7. Infeksi TB
Hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberculin positif.
g. Penatalaksanaan medis
1. Nutrisi adekuat
2. Kemoterapi
Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik basil,
yaitu basil yang berkembang cepat di tempat yang kaya O2, basil yang
hidup dalam lingkungan yang kurang O2 berkembang lambat dan dorman
hingga beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten
terhadap obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil
yang tumbuh aktif, diberikan selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/ kgbb/
11
hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH, rifampizin, dan
pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama dua bulan pertama
obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam satu
minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan IM) dan
ethambutol. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat
antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada
meningitis
3. Pembedahan
Dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkospi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis
atau untuk reaksi bagian paru yang rusak
4. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis,
mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat,
meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi, pemberian
imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
oleh basil tuberculosis virulen.
2.3.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal
kota dan daerah, jumlah keluarga)
2. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Pre natal: (kurang asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi selama
hamil).
b. Intranatal: Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post natal: kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi,
asfiksia ikterus.
4. Riwayat Masa Lampau
12
a. Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang
lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah
berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah dirawat dirumah sakit
c. Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
d. Riwayat kontak dengan penderita TBC
e. Alergi
f. Daya tahan yang menurun.
g. Imunisasi/Vaksinasi: BCG
5. Riwayat penyakit sekarang (tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla
dan sub mandibula).
6. Riwayat keluarga (adakah yang menderita TB atau penyakit infeksi lainnya.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
7. Riwayat kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi
a. Lingkungan tempat tinggal (lingkungan kurang sehat; seperti polusi,
limbah, pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah
anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak
b. Kondisi rumah
c. Merasa dikucilkan
d. Aspek psikososial (tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri)
e. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
f. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak
g. Tidak bersemangat dan putus harapan.
8. Riwayat psikososial spiritual (yang mengasuh, hubungan dengan anggota
keluarga, hubungan dengan teman sebayanya, pembawaan secara umum,
pelaksanaan spiritual).
9. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi,
kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak
13
diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub
kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan
karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola
aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul
sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur,
berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat
nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial,
umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi diri. Anak tidak
percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan anak menjadi
ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah tidak mandiri). Pola
seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
Pola koping toleransi stres, menarik diri, pasif.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul.
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk
purulen (menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
d. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura.
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit
diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila
terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila
mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).
Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar
pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi
abses.
11. Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan
1. Uji tuberkulin = uji tuberkulin
14
2. Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi,
abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.
3. Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil
normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan
cara lama. Cara-cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
4. Pemeriksaan darah tepi (tidak khas. LED dapat meninggi)
5. Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria
diagnosa.
6. Lain-lain (uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan gangguan
sistem pernafasan (TB dan bronkhopneumonia) adalah sebagai berikut:
1. Pola napas tidak efektif b.d proses peradangan pada paru
2. Takut/Cemas b.d kurangnya pengetahuan anak mengenai tindakan yang
akan diberikan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret di jalan napas.
4. Nyeri b.d peradangan pada paru.
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik akibat tidak seimbangnya antara
demam dan suplai O2.
c. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d proses peradangan pada paru
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam fungsi pernapasan
kembali normal.
Dengan kriteria hasil:
a. Klien tampak tenang dan rileks saat bernapas
b. Frekuensi pernapasan normal
Tindakan Rasional
1. Atur posisi klien semi fowler atau
dengan meninggikan kepala kurang
lebih 30 derajat.
1. posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan.
15
2. Observasi status pernafasan setiap
8 jam sekali termasuk frekuensi
nafas, kedalaman dan bunyi nafas.
3. Hindari pakaian anak yang terlalu
ketat.
4. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan anak.
5. Berikan atau tingkatkan istirahat
dan tidur sesuai dengan kebutuhan
anak atau dengan jadwal yang
tepat.
6. Ajarkan teknik relaksasi pada anak
yang sudah memahami, sudah bisa,
atau mengerti.
2. Untuk mengetahui efektivitas jalan
nafas serta kondisi tubuh akibat jalan
nafas yang tidak efektif. 8 jam
ditentukan dari pergerakan mukus di
saluran nafas yang di dorong oleh
silia (1cm/menit).
3. Menghindari sesak ketika bernapas
akibat pakaian yang terlalu ketat.
4. Meningkatkan ventilasi maksimal dan
oksigenasi.
5. Istirahat mengurangi penggunaan
oksigen yang berlebih.
6. Meningkatkan pengembangan paru
maksimal.
2. Takut/cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang tindakan yang akan diberikan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam klien mengerti
tentang tindakan yang akan diberikan dan ketakutan/kecemasan yang dirasakan oleh
klien berkurang.
Dengan kriteria hasil:
1. Ketakutan anak berkurang atau hilang, terlihat dari respon anak terhadap
tindakan yang akan dilakukan.
2. Pengetahuan anak meningkat mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan Rasional
1. Jelaskan prosedur atau tindakan
yang akan dilakukan serta ciptakan
hubungan dengan anak dan orang
tua.
2. Berikan kenyamanan pada
lingkungan anak seperti digendong,
1. Meningkatkan pengetahuan anak dan
orang tua mengenai tindakan yang
akan dilakukan.
2. Membina hubungan saling percaya
antara perawat, dengan anak dan
16
atau mengayun membelai dan
memberikan musik.
3. Libatkan orang tua dalam
memberikan perawatan sehingga
anak merasakan ketenangan.
4. Jangan melakukan tindakan yang
menimbulkan ketakutan pada anak.
orang tua.
3. Hubungan perawat dengan orang tua
yang baik dan teramati oleh anak
menimbulkan rasa percaya pada anak.
4. Membuat anak merasa semakin takut.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret di jalan napas.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam, penumpukan sekret
di jalan napas menjadi bersih.
Dengan kriteria hasil:
1. Suara napas bersih
2. Frekuensi napas normal
Tindakan Rasional
1. Atur posisi semi fowler atau
tinggikan kepala 30 derajat.
2. Lakukan penghisapan sekresi jalan
napas.
3. Bantu anak untuk mengeluarkan
sputum dengan cara berikan latihan
batuk efektif bila sudah mengerti.
4. Lakukan fisioterapi dada, seperti
perkusi dan vibrasi dada.
5. Kolaborasi pemberian ekspektoran
yang sesuai untuk memudahkan
pengeluaran sputum.
6. Berikan cairan peroral yang
adekuat.
7. Berikan nebulasi dengan larutan
dan alat yang tepat sesuai dengan
ketentuan.
1. posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan.
2. Membersihkan jalan napas.
3. Metode ini memudahkan ekspansi
maksimum paru sehingga dahak akan
terdorong keluar.
4. Mengencerkan sekret yang berada di
dinding paru.
5. Ekspektoran memiliki efek terapi obat
untuk mengencerkan sputum.
6. Dengan minum banyak air membantu
klien untuk mengeluarkan sekret.
7. Obat yang terdapat pada nebu
memiliki efek terapi obat, untuk
mengencerkan sputum.
17
4. Nyeri b.d peradangan pada paru
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam nyeri berkurang dan
hilang. Dengan kriteria hasil:
1. Klien tampak tenang
2. Skala nyeri berkurang dari ... menjadi ...
3. Klien tidak mengeluh nyeri
Tindakan Rasional
1. Berikan kompres panas atau dingin
pada daerah yang sakit.
2. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam.
3. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada anak.
4. Berikan aktivitas pengalihan atau
teknik distraksi sesuai dengan
kondisi dan kemampuan anak.
1. Kompres panas atau dingin dapat
memutuskan impuls nyeri sehingga
tidak sampai dipersepsikan oleh
korteks serebri.
2. Merelakskan otot-otot yang tegang,
sehingga nyeri berkurang.
3. Analgetik memiliki efek terapi obat
untuk meningkatkan ambang nyeri.
4. Mengalihkan perhatian anak
sehingga klien tidak berfokus pada
rasa nyerinya.
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik akibat tidak seimbangnya antara demam dan
suplai O2.
Tujuan: Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas secara bertahap dengan kriteria
hasil:
- Lemas berkurang
- Klien dapat beraktivitas secara bertahap
- Kulit bersih
- Rambut dan kulit kepala bersih
Tindakan Rasional
18
1. Jelaskan pada klien untuk melakukan
aktivitas.
2. Siapkan dan dekatkan peralatan untuk
memenuhi kebutuhan ADLnya .
3. Ajarkan pada klien metoda
penghematan energi untuk aktivitas.
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan
personal hygiene.
5. Berikan waktu istirahat setelah klien
melakukan aktivitas.
6. Libatkan anggota keluarga untuk
melatih klien untuk memenuhi
kebutuhannya.
7. Hitung denyut nadi dan RR setelah
klien melakukan aktivitas.
1. Menambah pengetahuan pada klien
tentang penting nya melakukan
aktivitas secara bertahap.
2. Menyiapkan dan mendekat kan semua
peralatan akan memudahkan klien
untuk memenuhi ADLnya.
3. Agar energi tidak terbuang sehingga
mengurangi kelelahan.
4. Menjaga kebersihan klien dan
memberikan rasa nyaman.
5. Memberikan kesempatan pada tubuh
untuk mengum pulkan tenaga baru.
6. Agar keluarga tidak ber gantung pada
perawat untuk pemenuhan kebutuhan
ADL klien.
7. Untuk mengetahui keadaan umum
klien setelah melakukan aktivitas.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit pernapasan pneumonia dan TBC pada anak merupakan penyakit yang
berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Kedua penyakit tersebut ditularkan
melalui udara yang kotor dan pada saat itu kondisi anak sedang tidak baik.
Menurut Engram (1998) pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru.
Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora endogen yang normal
berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas.
Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002) pneumonia adalah inflamasi atau
infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut virus,
bakteri, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.
20
DAFTAR PUSTAKASumber buku
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Fajar Interpratama.
Kemenkes. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.
Sumber Web
Nn. 2012. Manajemen Terpadu Balita Sakit.
http://poppyvozha.blogspot.com/2012/06/manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs.html.
Jakarta
21