laporan field lab mtbs

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 Kondisi yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati antara lain: pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi dan seringkali kombinasi beberapa penyakit (Soenarto, 2009). Selain itu, lima kondisi di atas menyebabkan 10,8 juta kematian balita di negara berkembang tahun 2005. Hal di atas dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam ketrampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memperbaiki dukungan 1

Upload: restinf

Post on 20-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan filed lab topik MTBS Puskesmas Gantiwarno

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 Kondisi yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati antara lain: pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi dan seringkali kombinasi beberapa penyakit (Soenarto, 2009). Selain itu, lima kondisi di atas menyebabkan 10,8 juta kematian balita di negara berkembang tahun 2005. Hal di atas dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam ketrampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memperbaiki dukungan psikososial (Soenarto, 2009). Berdasarkan alasan tersebut, muncullah program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. (Wijaya, 2009). MTBS mengintegrasikan perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus, praktek kesehatan oleh keluarga dan masyarakat, dan hak anak (Soenarto, 2009). Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri atas klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali. Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu: meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit, memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan kesehatan. Pengetahuan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan kesehatan dalam penerapan MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai keberhasilan MTBS dalam meningkatkan derajat kesehatan anak khususnya balita. Dokter sebagai salah satu petugas pelayanan kesehatan perlu memiliki pemahaman di atas. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa FK UNS sebagai calon dokter untuk mempelajari pelaksanaan MTBS di tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas.

B. TUJUAN PEMBELAJARANAdapun tujuan pembelajaran pada topik keterampilan MTBS ini adalah diharapkan mahasiswa : 1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS. 2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS. 3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO (2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta. 4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan klasifikasi balita sakit pada pedoman MTBS. 5. Mampu melakukan pendampingan konseling balita sakit berdasarkan pedoman MTBS berupa perawatan di rumah. 6. Mampu melakukan pendampingan konseling berupa kapan kembali untuk tindak lanjut.BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

A. Hari pertama: Rabu, 18 Maret 2015

Kegiatan Field lab pada hari pertama ialah pengarahan dan pembekalan materi dari pihak puskesmas. Pukul 08.00 kami melakukan briefing dengan dr. Andi selaku kepala Puskesmas Gantiwarno Klaten dan dr. Anita selaku instruktur untuk membicarakan teknis pelaksanaan. Kami juga mendapatkan penjelasan materi mengenai penanganan MTBS di Puskesmas Gantiwarno Klaten oleh ibu bidan Hardini. Setelah kami mendapatkan penjelasan terkait MTBS, dr. Anita menyarankan untuk membagi kelompok kami yang terdiri dari 12 orang menjadi 3 kelompok. hal ini bertujuan agar penggalian masalah MTBS menjadi lebih terstruktur. Selain itu, juga mempermudah kami dalam menangani kasus MTBS yang akan kami temui untuk pertemuan berikutnya. Pukul 11.00 kami mengakhiri kunjungan lapangan pada hari itu dan menyusun kesepakatan untuk kegiatan kunjungan minggu depan. Diharapkan minggu depan kami dating tepat waktu agar bisa menemui pasien MTBS lebih banyak.B. Rabu, 25 Maret 2015Pukul 08.00 kami sudah tiba di Puskesmas Gantiwarno Klaten. Sesuai dengan pembagian kelompok yang sudah dilakukan sejak minggu sebelumnya, maka sesuai urutan kelompok kami mulai menemui pasien MTBS. Masing-masing kelompok menemui pasien MTBS secara bergantian. Sebelumnya pemeriksaan pada setiap pasien diawali dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh petugas Puskesmas Gantiwarno yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan MTBS oleh mahasiswa. Masing-masing dari kami belajar untuk melaksanakan MTBS sesuai dengan checklist MTBS dari DepartemenKesehatan yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Semua wawancara berjalan lancar, pasien balita dan pengantar sangat kooperatif. Mayoritas kasus yang kami temui ialah kasus batuk pilek, akan tetapi ada satu kasus yaitu dugaan pneumonia pada anak. Kunjungan kedua ini kami mendapatkan 12 pasien balita yang semuanya bersedia diwawancarai mengenai MTBS. Setelah kegiatan pendekatan MTBS selesai dilakukan oleh mahasiswa, ketiga kelompok kembali berkumpul untuk bertukar data dan melakukan diskusi dengan instruktur lapangan. Dari hasil diskusi ini diketahui bahwa mahasiswa masih kurang mampu menggali informasi dari pasien ketika melakukan anamnesis.

C. Rabu, 8 April 2015Pada kunjungan hari ketiga, kami melakukan presentasi di depan kepala puskesmas dan instruktur lapangan tentang materi dan kegiatan yang kami lakukan pada hari pertama dan kedua yaitu kegiatan MTBS di Aula Puskesmas Gantiwarno. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dan pengumpulan laporan. Setelah semuanya selesai, kami pamit dan tak lupa kami ucapkan terima kasih untuk bimbingan beliau selama tiga hari ini.BAB III

PEMBAHASAN

A. KASUS 1:Anak RK Usia 4 tahun datang dengan keluhan batuk pilek selama 3 hari. Batuk hingga muntah. Pasien juga mengeluh demam, serta penurunan nafsu makan. Diketahui saudara serta teman bermainnya juga menderita batuk dan pilek. 1. Tanda bahaya umum :

a. Riwayat kejang : disangkal.

b. Anak masih mau minum.

c. Letargis : negatif.

d. Riwayat muntah : positif.2. Data pemeriksaan tanda vital :

a. Respiratory rate: 56x / menit.

b. Suhu

: 39,2oC.

c. Heart rate

: 137x/ menit.

3. Data pemeriksaan fisik :

a. Kesadaran

: Compos mentis (tidak letargis).

b. Tarikan dinding dada : positive.

4. Riwayat Persalinan

: Ibu melahirkan secara normal waktu kehamilan aterm. Berat bayi lahir normal 2,9 kg. Berat badan sekarang 14 kg.5. Status Gizi

: baik 6. Imunisasi yang diberikan

: lengkap a. 0 bulan : Hepatitisb. 1 bulan

: BCG dan Polio 1c. 2 bulan

: DPT/ Hb 1 dan Polio 2

d. 4 bulan

: DPT/Hb 2 dan Polio 3

e. 6 bulan

: DPT/ Hb 3 dan polio 4f. 9 bulan

: campak

Dari data diatas, diketahui pasien mengalami batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu disertai muntah dan demam. Menurut alur MTBS mula mula kita harus memeriksa/ mencari adanya tanda bahaya umum untuk menentukan apakah anak dapat dimasukkan dalam klasifikasi merah penyakit yang sangat berat atau tidak. Tanda bahaya umum ini dapat dilihat dari kondisi anak antara lain; apakah anak masih mau minum /menyusu, apakah ada riwayat atau tanda kejang, apakah anak selalu memuntahkan semuanya, dan apakah anak tampak letargis atau tidak sadar. Setelah dilakukan pemeriksaan pada anak dan alloanamnesa terhadap ibu ditemukan bahwa anak pernah mengalami muntah akan tetapi hanya terjadi kadang kadang sehingga keadaan anak ini belum termasuk ke dalam tanda bahaya umum, sehingga anak tidak bisa dimasukkan ke dalam klasifikasi merah penyakit yang sangat berat.Sesuai dengan form isian MTBS kami kemudian menggali riwayat sesak nafas, diare, dan demam anak. Hal ini bertujuan mencari tanda untuk mengklasifikasikan anak apakah dapat dimasukkan ke klasifikasi merah pneumonia berat, ataukah kuning pneumonia, ataukah hijau batuk bukan pneumonia. Pendekatan MTBS ini dimulai dari anamnesis yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan frekuensi napas pasien (respiratory rate/ RR). Dari anamnesis diketahui pasien mengalami batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu disertai muntah dan demam. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan RR 56 kali per menit. Menurut panduan MTBS jika pada pemeriksaan napas pertama didapatkan hasil napas cepat ( pada kasus ini karena usia pasien antara 12 bulan - < 5 tahun, napas cepat terjadi saat RRnya lebih dari 40 kali permenit), pemeriksaan napas harus diulang satu kali lagi dan jika hasilnya tetap termasuk kategori napas cepat, baru kita bisa mengkategorikannya sebagai napas cepat. Pada pasien ini setelah diulang lagi ternyata hasilnya tetap lebih dari 40 kali permenit sehingga pernapasan anak dikategorikan napas cepat. Selain anak mengalami pernafasan cepat didapatkan juga adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) . Kemudian dilanjutkan pemeriksaan suhu tubuh dan denyut jantung (heart rate/HR). Pada pemeriksaan ini didapatkan suhu tubuh pasien 39,2oC (demam) dan HR pasien 137 kali permenit (normal). Dari keseluruhan hasil pemeriksaan, anak RK di duga menderita pneumonia berat yang termasuk dalam klasifikasi merah karena menurut panduan MTBS, seorang anak berumur 2 bulan