laporan field lab lansia

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lansia makin bertambah. Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, menetapkan “Lanjut Usia” adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Samsudrajat, 2011). Di dalam proses kehidupan, lansia terbagi atas lansia potensial dan

Upload: restinf

Post on 02-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN FIELD LAB POSYANDU LANSIAPUSKESMAS NOGOSARI

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Field Lab Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah

mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk

tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57

juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa.

Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000

jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia

akan mencapai sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu negara adalah

semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Peningkatan usia harapan hidup

menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin

membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lansia makin

bertambah.

Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, menetapkan “Lanjut Usia” adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Samsudrajat, 2011).

Di dalam proses kehidupan, lansia terbagi atas lansia potensial dan lansia tidak potensial.

Lansia potensial adalah lansia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan

dan pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus. Namun

karena faktor usianya pula, lansia tersebut akan banyak menghadapi keterbatasan

(berbagai penurunan fisik, psikologis dan sosial), sehingga memerlukan bantuan

peningkatan kesejahteraan sosialnya (Samsudrajat, 2011). Sementara itu, lansia yang

tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dan selalu bergantung kepada orang lain.

Peningkatan jumlah lansia tersebut, diakibatkan karena kemajuan dan

peningkatan ekonomi masyarakat, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu

pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran dan kesehatan, sehingga

mampu meningkatkan usia harapan hidup (life expectancy). BKKBN (2012) menyatakan

Page 2: Laporan Field Lab Lansia

bahwa usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 1980 hanya 52,2 tahun. Pada

tahun 1990, meningkat menjadi 59,8 tahun, tahun 1995 berkisar pada 63,6 tahun, tahun

2000 mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun, dan tahun 2020

diperkirakan mencapai 71,1 tahun.

BKKBN (2012) menyatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk dan usia

harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan,

psikologis, dan sosial ekonomi. Sebagian besar permasalahan pada lansia adalah masalah

kesehatan akibat dari proses penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah

keuangan, kesepian, merasa tak berguna, dan tidak produktif. Tetap sehat di usia tua tentu

menjadi dambaan setiap orang, sehingga usaha-usaha menjaga kesehatan di usia lanjut

dengan memahami berbagai kemungkinan penyakit yang bisa timbul. Seperti menjaga

pola makan yang baik dengan mengkonsumsi makanan sumber energi yang seimbang,

tidak berlebihan atau kurang, makan yang teratur sesuai dengan waktu makan dan jenis

makanan yang sesuai dengan tidak mengabaikan manfaat dan kandungan gizinya.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia

mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: (1) perubahan

penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh

seperti sistem saraf: otak, isi perut: limpa, hati, (3) perubahan panca indra: penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya

kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada

umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan

berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan

berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Masalah umum yang dialami lanjut

usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai

penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar.

Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh lansia meliputi malnutrisi, hipertensi,

obesitas, diabetes melitus dan stroke.

Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga), angka kesakitan lansia

masih tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia 55 tahun

ke atas sebesar 25,7 persen. Berdasarkan SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55

tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6 persen

1

Page 3: Laporan Field Lab Lansia

( Wirakartakusumah, 2000). Strategi peningkatan kesehatan lansia ditempuh melalui

penurunan angka kesakitan dan jumlah keluhan lansia. Agar program penurunan AKL

dapat dicapai secara efektif dan efisien perlu didukung adanya sarana pelayanan

kesehatan dasar yang diperuntukkan bagi lansia seperti posyandu lansia dan Gerakan

Sadar Pangan dan Gizi (GSPG).

Posyandu lansia merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya

masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan

kebutuhan itu sendiri khususnya pada usia lanjut. Pelayanan kesehatan pada posyandu

lansia meliputi kesehatan fisik dan mental, emosional, dengan pencatatan KMS dan

pemantauan untuk mengetahui penyakit yang diderita lansia sejak dini atau ancaman

masalah kesehatan yang dihadapi dan perkembangannya. Posyandu lansia perlu

diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan meringankan beban masyarakat khususnya

lansia.

Untuk mencapai tujuan agar Lansia dapat tetap sehat, aktif dan produktif baik di

wilayah desa maupun perkotaan, maka diperlukan peran aktif dari setiap generasi dalam

masyarakat, tidak terkecuali mahasiswa FK. Perlu keterlibatan mahasiswa FK dalam

upaya menyusun strategi pemberdayaan kaum lansia khususnya pada tingkat pelayanan

dasar berbasis masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa

memiliki kemampuan :

a. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.

b. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.

2

Page 4: Laporan Field Lab Lansia

c. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia beserta

pencegahan dan pengobatannya.

d. Memahami tatalaksana Diet Lansia dan pola hidup sehat Lansia.

e. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu Lansia

dalam meningkatkan kesehatan Lansia.

f. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu, prevalensi

penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan rehabilitatif.

g. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric

Depression Scale dan MMSE (mini mental state examination).

h. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia setempat

dengan standar program posyandu lansia

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan field lab dengan topik Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Pembinaan Posyandu Lansia kali ini dilaksanakan di Puskesmas Sukoharjo. Kegiatan

dilakukan sebanyak tiga kali dengan rincian sebagai berikut:

3

Page 5: Laporan Field Lab Lansia

A. Hari Pertama

Hari/tanggal : Rabu, 23 April 2014

Waktu : 07.30 – 09.00

Tempat : Puskesmas Sukoharjo

Kegiatan : Survey, bimbingan, dan pengarahan

Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23

April 2014. Pada hari pertama, kami mendapat bimbingan dari pihak Puskesmas

Sukoharjo. Pengarahan diberikan kepada instruktur dr. Ari Nurhayati. Beliau

memberikan materi seputar posyandu lansia dan diberikan pengarahan untuk

pelaksanaan pada hari ke dua field lab di posyandu lansia.

B. Hari Kedua

Hari/tanggal : Rabu, 7 Mei 2014

Waktu : 07.30 – 11.30

Tempat : Puskesmas Sukoharjo dan Posyandu Lansia

Kegiatan : Pelaksanaaan kegiatan posyandu lansia

Kegiatan Field Lab hari kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei

2014. Di puskesmas Sukoharjo kami diberikan pengarahan bagaimana

pelaksanaan tentang posyandu lansia. Sembari menunggu keberangkatan menuju

posyandu lansia, kami mempersiapkan presentasi untuk kegiatan penyuluhan yang

akan kami laksanakan.

Kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan di salah satu rumah kader.

Kegiatan yang kami lakukan serta dibantu oleh kader adalah penimbangan berat

badan , pengukuran tekanan darah, senam lansia serta penyuluhan. Materi

penyulahan yang kami sampaikan meliputi hipertensi, diabetes mellitus, dan

osteoarthritis. Kami juga membagikan leaflet tentang hipertensi kepada para

lansia.

C. Hari Ketiga

Hari/tanggal : Rabu, 14 Mei 2014

Waktu : 10.00 - selesai

Tempat : Puskesmas Sukoharjo

Kegiatan : Laporan dan Presentasi kegiatan

4

Page 6: Laporan Field Lab Lansia

Kegiatan hari ketiga ini adalah memberikan laporan kegiatan field lab

yang kami lakukan di Puskesmas Sukoharjo. Kami juga mempresentasikan hasil

laporan kegiatan KIE pembinaan posyandu lansia di hadapan Kepala Puskesmas ,

Instruktur serta pegawai Puskesmas Sukoharjo.

5

Page 7: Laporan Field Lab Lansia

BAB III

PEMBAHASAN

Posyandu Lansia di Kelurahan Sukoharjo merupakan salah satu posyandu

binaan Puskesmas Sukoharjo yang kami kunjungi pada pelaksanaan Field Lab topik KIE

Lansia. Pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia pada saat kunjungan dihadiri oleh 40

orang namun terdapat 3 lansia yang tidak mengukur tekanan darah. Untuk mengetahui

target cakupan posyandu kita harus mengetahui jumlah lansia di wilayah posyandu

tersebut. Untuk mengetahui target cakupan posyandu lansia dapat ditentukan dengan

rumus sebagai berikut:

Target Cakupan =  Jumlah sasaran yang hadir posyandu

Jumlah sasaran lansia

Berdasarkan perbincangan kami dengan instruktur puskesmas serta penanggung

jawab posyandu lansia di puskesmas, target cakupan posyandu lansia di sukoharjo masih

dibawah cakupan yakni < 50%. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena para

lansia yang datang ke posyandu adalah para lansia yang memiliki keluhan kesehatan.

Lansia yang dalam kondisi sehat pada umumnya memilih menggunakan waktunya untuk

bekerja (terutama bekerja ke sawah atau ke ladang) sehingga tidak datang ke pelaksanaan

Posyandu Lansia. Hal ini memerlukan upaya sosialisasi kepada masyarakat untuk ke

depannya tentang fungsi Posyandu Lansia sebagai tempat screening keluhan kesehatan

lansia serta fungsinya sebagai upaya preventif awal dan promotif agar meminimalisasi

angka morbiditas dan mortalitas lansia. Sehingga diharapkan seiring dengan sosialisasi

yang terus dilakukan, jumlah peserta posyandu lansia yang datang pun semakin

meningkat.

Kegiatan Posyandu Lansia yang kami lakukan di Kelurahan Sukoharjo antara

lain:

a. Pendaftaran lansia

Pendaftaran dilakukan pertama kali ketika lansia datang.

b. Penimbangan serta pencatatan berat badan.

x 100%

6

Page 8: Laporan Field Lab Lansia

Pengukuran tinggi badan tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat pengukur

tinggi badan di posyandu tersebut. Biasanya pengukuran tinggi badan dilakukan

setahun dua kali.

c. Pengukuran tekanan darah dan penilaian status depresi lansia menggunakan GDS

(Geriatric Depression Scale).

d. Penyuluhan kesehatan lansia.

e. Senam lansia

Dari hasil pemeriksaan tekanan darah yang terdapat pada lampiran, didapatkan

20 lansia yang bertekanan darah tinggi yaitu di atas 140/90 mmHg. 54% lansia yang

diperiksa di posyandu pada hari tersebut mengalami hipertensi. Keadaan hipertensi pada

lansia pada umumnya disebabkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah sehingga

kontraktilitas pembuluh darah menurun dan tahanan perifer meningkat.

Berdasarkan pemeriksaan status depresi pada lansia, didapatkan hasil yang

normal dimana didapatkan nilai yang < 5. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan,

lansia tersebut mengatakan bahwa beliau menikmati dan merasa senang dengan

kehidupannya yang sekarang. Beliau juga masih aktif dalam kegiatan sehari-hari seperti

memasak, berjualan, dan berinteraksi sosial. Namun beliau merasa sering lupa seperti

lupa menaruh barang. Penilaian status depresi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

perubahan perasaan, perubahan tingkah laku dan keluhan yang bersifat fisik pada lansia.

Pelaksanaan penyuluhan kesehatan secara keseluruhan berlangsung dengan

cukup baik. Materi penyuluhan telah diberikan dengan singkat dan menggunakan media

presentasi yang diharapkan dapat menarik perhatian peserta posyandu lansia. Materi-

materi yang kami presentasikan adalah materi yang memiliki kaitan erat dengan

kesehatan lansia, seperti hipertensi, diabetes mellitus dan osteoarthritis. Hanya saja

terdapat beberapa kendala, salah satunya yaitu kendala bahasa dari beberapa anggota

kelompok kami namun ternyata banyak lansia yang hadir dapat mengerti Bahasa

Indonesia sehingga kendala bahasa dapat diselesaikan. Selain itu, kemungkinan terdapat

kesalahpahaman antara kami dengan para lansia yang mengira kami akan memberikan

pengobatan kepada para peserta. Oleh karena itu, para lansia yang menanggapi dan

memberikan pertanyaan pada saat presentasi, sebagian besar menanyakan hal-hal tentang

7

Page 9: Laporan Field Lab Lansia

keluhan kesehatan yang dialaminya dan menanyakan tentang pengobatannya. Hal ini

sebenarnya dapat diatasi dengan komunikasi yang baik sebelumnya antara kami dengan

para peserta posyandu lansia.

Senam lansia diikuti oleh seluruh lansia dan seluruh mahasiswa field lab serta

instruktur lapangan. Para lansia mengikuti senam ini dengan antusias yang tinggi. Mereka

tampak bersemangat untuk mengikuti gerakan dari instruktur. Tujuan dari senam lansia

ini adalah untuk menjaga kebugaran, melancarkan peredaran darah,dan mengurangi

kekakuan sendi serta otot.

BAB III

PEMBAHASAN

Kegiatan posyandu lansia pada tanggal 22 Mei 2013 dilaksanakan di 3 posyandu.

Tiga posyandu yang digunakan terletak di desa Tambak Boyo, desa Kedungan, dan desa

Bendo. Beberapa hal yang dilakukan di posyandu antara lain senam lansia, penyuluhan,

pemeriksaan, dan pengukuran Geriatric Depression Scale (GDS).

A. Posyandu Lansia di Desa Tambak Boyo

Pada posyandu lansia yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2013 kemarin, ada

beberapa hal yang dilakukan di Posyandu Tambak Boyo yaitu: pendataan, senam,

penyuluhan, dan pengobatan gratis.

Senam lansia dilakukan dengan tujuan untuk mengajarkan kebiasaan senam setiap

harinya dengan gerakan yang ringan kepada lanjut usia dan mengurangi imobilisasi pada

lansia.

Pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa berupa pencatatan nama dan umur,

tinggi badan, berat badan, tekanan darah, serta hasil wawancara dengan menggunakan

pertanyaan Geriatric Depression Scale. Namun terjadi kekurangan pada pendataan yaitu

pada pencatatan tinggi badan dan berat badan dikarenakan sasaran yang datang tidak

8

Page 10: Laporan Field Lab Lansia

serempak sehingga beberapa lansia sudah pulang lebih awal dan tidak sempat untuk

mencatat tinggi dan berat badannya.

Berdasarkan hasil pendataan tersebut diperoleh umur rata-rata dari masyarakat yang

mengikuti posyandu lansia yaitu 69 tahun dengan rentang umur mulai dari 58 tahun

sampai 90 tahun. Usia di bawah 65 tahun sebenarnya masih belum dapat dikatakan lanjut

usia, karena di Indonesia batas bawah seseorang dikatakan lanjut usia adalah 65 tahun,

namun pada kegiatan ini kami bermaksud untuk sekaligus menscreening dan

mendapatkan data dari setiap peserta posyandu lansia, sehingga kami melampirkan

peserta posyandu lansia meskipun dibawah 65 tahun.

Berikut merupakan keseluruhan pencatatan yang dilakukan pada posyandu tambak boyo:

No Nama

Umur

(tahun)

BB

(kg) TB (cm)

Tekanan Darah

(mmHg) GDS

1 Widandi 60 60 154 150/90 9

2

Anastasya

Musyati 58 38 145 110/70 6

3

Sastro

Diharjo 69 49 161 140/90 6

4 Sri Mulyani 75 46 141.5 170/100 7

5 Surani Harto 61 69 152.5 120/80 7

6

Tomo

Harjono 60 46 150 190/100 5

7 Samadi 68 63  - 170/70 5

8 samiyem 60  -  - 180/80 8

9 Wano 70 45  - 190/90 5

10 Surojo 78 51 150 140/80 9

11 Tarno 90 30 Tidak 130/60 10

9

Page 11: Laporan Field Lab Lansia

Winarjo terdeteksi

12 Mangun 76  -  - 170/90 9

1. Antropometri

Pada kegiatan lapangan kedua dilakukan pengukuran antropometri dan pencatatan

hasilnya oleh mahasiswa. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam

tubuh. Penilaian status gizi juga dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan antropometri

penilaian gizi berdasarkan ukuran tubuh seseorang. Untuk pengukuran anthropometri

pada lansia digunakan pengukuran yaitu :

a.   Umur (Tahun)

b.   BB (Berat Badan)

c.    TB (Tinggi Badan)

Pengukuran antropometri yang kami lakukan di Posyandu Tambak Boyo yaitu

pengukuran tinggi badan, berat badan, dan umur. Namun pada kegiatan kali ini tidak

dilakukan penghitungan Indeks Massa Tubuh karena tidak adanya KMS lansia untuk

melihat perbandingan dengan pengukuran antropometri sebelumnya. Rumus menghitung

IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi

badan dalam meter (kg/m²). Berikut adalah hasil penghitungan Indeks Massa Tubuh pada

lansia yang tercatat berat badan dan tinggi badan pada Posyandu Tambak Boyo:

No Nama Berat Badan (kg) Tinggi Bedan (cm) IMT (kg/m2)

1 Widandi 60 154 25.3

2 Anastasya Musyati 38 145 18.1

3 Sastro Diharjo 49 161 18.9

4 Sri Mulyani 46 141.5 22.9

5 Surani Harto 69 152.5 29.7

10

Page 12: Laporan Field Lab Lansia

6 Tomo Harjono 46 150 20.4

7 Surojo 51 150 22.7

Standar untuk menilai status gizi dapat dlihat pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan penyesuaian dengan kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

didapatkan bahwa terdapat beberapa kategori di posyandu Tambak Boyo, yaitu:

1. Kurus

a. Tingkat Berat : -

b. Tingkat Ringan : 1 orang

2. Normal : 4 orang

3. Gemuk

a. Tingkat Berat : 1 orang

b. Tingkat Ringan : 1 orang

11

Page 13: Laporan Field Lab Lansia

Setelah pengukuran antropometri seharusnya diberikan edukasi kepada

masyarakat berkaitan dengan rendah atau tingginya IMT masing-masing, namun

dikarenakan waktu yang tidak cukup untuk menghitung IMT masing-masing lansia,

akhirnya edukasi terhadap IMT masing-masing peserta tidak disampaikan. Hal ini

merupakan kendala karena mengakibatkan tidak tersampaikannya edukasi personal

kepada masing-masing lansia untuk melihat status gizi lansia dan tidak tersedianya KMS

sehingga tidak dapat dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelumnya.

2. Tekanan Darah

Pelaksanaan KIE Posyandu Lansia di Puskesmas dapat dikatakan berhasil,

dikarenakan antusiasme dari setiap peserta yang ada. Pada saat mahasiswa memberikan

penyuluhan berupa materi Gizi pada Lansia, Hipertensi, dan Osteoartritis, ditanggapi

dengan antusias oleh para peserta, dengan memberikan pertanyaan seputar materi yang

disampaikan. Contohnya saja, beberapa peserta menanyakan tekanan darah yang normal

itu berapa, dan yang tinggi berapa, dikarenakan kecenderungan masyarakat lanjut usia

yang mempunyai tekanan darah tinggi di wilayah tersebut. Tekanan darah pada

keduabelas pasien dapat dihitung dikarenakan kebiasaan kontrol tekanan darah oleh para

lansia. Berdasarkan hasil screening tekanan darah dan disesuaikan dengan

pengelompokan berdasarkan JNC 7, diperoleh hasil sebagai berikut:

Klasifikasi

Tekanan Darah

TD

Sistole

(mmHg)

TD Diastole

(mmHg)

Hasil Screening

Posyandu

Normal <120 Dan <80 1 orang

Prahipertensi 120-139 Atau 80-89 2 orang

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99 3 orang

Hipertensi derajat 2 >160 Atau >100 6 orang

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana salah satunya

adalah usia. Pada manusia terjadi perubahan fisiologis seiring bertambahnya usia seperti

12

Page 14: Laporan Field Lab Lansia

perubahan – perubahan fungsi berupa peningkatan tekanan darah sistolik, berkurangnya

vasodilatasi yang dimediasi beta adrenergik, dan penebalan dinding serta berkurangnya

elastisitas pada pembuluh darah. Perubahan fisiologis pada proses menua tersebut

mengakibatkan hasil screening peningkatan tekanan darah pada posyandu lansia dapat

bernilai positif palsu.

Kegiatan penghitungan Tekanan Darah pada Posyandu Lansia bernilai baik,

karena dapat membantu mengontrol tekanan darah dan pengelompokkan sesuai

kriterianya pada lansia sekaligus untuk memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan

hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia dapat dibedakan menjadi

modifikasi pola hidup dan terapi farmakologis. Pola hidup yang harus diperbaiki antara

lain menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alkohol,

meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan

asupan kalium yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang

adekuat, menghentikan merokok, serta mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.

3. Geriatric Depression Scale(GDS)

Skrining depresi pada lansia sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, kegiatan

penghitungan GDS ini merupakan pertama kalinya dilakukan di Posyandu Tambak Boyo.

Kegiatan penghitungan dan pencatatan GDS perlu dilakukan kerena frekuensi depresi dan

adanya gagasan untuk bunuh diri pada lansia sangat tinggi. Skrining juga perlu dilakukan

untuk membantu edukasi pasien dan pemberi perawatan depresi, dan untuk mengikuti

perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan waktu.

Geriatric Depression Scale (GDS) adalah tes untuk skrining depresi yang mudah

untuk dinilai dan dikelola. Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana,

dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression

Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.

Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak

yang akan terjawab bila mewawancarai pasien secara personal yang kemudian dikategorikan

menjadi normal, predepresi, dan depresi. Keadaan normal tercapai bila diperoleh score 0-5.

Keadaan predepresi diperoleh bila score 6-10. Keadaan depresi diperoleh bila score mencapai

13

Page 15: Laporan Field Lab Lansia

>10. Berdasarkan wawancara personal, mahasiswa dapat membuat tabel kategori sebagai

berikut:

No Nama GDS Kategori

1 Widandi 9 predepresi

2 Anastasya Musyati 6 predepresi

3 Sastro Diharjo 6 predepresi

4 Sri Mulyani 7 predepresi

5 Surani Harto 7 predepresi

6 Tomo Harjono 5 normal

7 Samadi 5 normal

8 samiyem 8 predepresi

9 Wano 5 normal

10 Surojo 9 predepresi

11 Tarno Winarjo 10 predepresi

12 Mangun 9 predepresi

Berdasarkan tabel kita dapat mengetahui bahwa 25% dari lansia yang hadir pada

posyandu Tambak Boyo mempunyai skala depresi yang normal, dibandingkan 75%

lainnya sudah memasuki tahap predepresi. Kegiatan penghitungan GDS bermanfaat

untuk puskesmas karena dapat mengetahui tingkat depresi pada lansia dan dapat

merencanakan kegiatan untuk mengurangi tingkat depresi lansia di posyandu tersebut.

B. Posyandu Lansia di Desa Kedungan

Tahap awal pelaksanaan posyandu didahului oleh pencatatan identitas peserta

posyandu lansia dan mengukur tekanan darah, serta berat badan. Setelah itu peserta

posyandu lansia di wawancarai untuk ditanyakan tentang GDS (Geriatric Depression

Scale).

14

Page 16: Laporan Field Lab Lansia

No. Nama Tekanan Darah Berat Badan Skor GDS

1 Ibu Yuli S. 110/70 mmHg 58 kg 3

2 Ibu Eni S. 100/70 mmHg 48 kg 3

3 Ibu Syehmi 150/70 mmHg 54 kg 2

4 Ibu Sri Surati J. 130/80 mmHg 58 kg 2

5 Ibu A. Sri Peni I. 150/90 mmHg 45 kg 2

6 Ibu Herwiyati W. 110/80 mmHg 60 kg 2

7 Ibu Senen 130/80 mmHg 45 kg 5

Dari tabel di atas dapat dilihat tekanan darah paling tinggi terdapat pada ibu Sri

Peni, setelah kami bertanya diketahui bahwa Ibu Sri Peni memiliki kegemaran memakan

makanan gorengan, sehingga sesuai dengan teori kesehatan bahwa kolesterol yang

terkandung pada minyak penggorengan sudah dapat menimbulkan ketidakstabilan

hemodinamika, sehingga kami memberi saran bagaimana cara untuk mencegah dan

mengurangi kambuhnya hipertensi tersebut.

Kemudian untuk berat badan paling tinggi terdapat pada ibu Herwiyati yaitu 60

kg. untuk kategori lansia hal ini masih dianggap berat, mengingat semakin bertambahnya

usia, semakin lemah tubuh rentan akan suatu permasalahan, salah satunya berat badan

tinggi yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif dan penyakit lansia umum

seperti osteoarthritis, DM, dan hipertensi. Sehingga kami memberikan penyuluhan dan

informasi terkait.

Dan untuk skor GDS yang kami tanyakan kepada peserta posyandu lansia, rata-

rata memiliki range skor 2-5, dimana hal ini berarti para peserta kemungkinan tidak

mengalami depresi di hari tuanya. Pada GDS yang kami tanyakan, kebanyakan hasil

negatif (depresi) dikarenakan peserta” lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke

luar untuk mengerjakan sesuatu” dan beliau “merasa punya banyak masalah dengan daya

ingat dibanding kebanyakan orang”.

C. Posyandu Lansia di Desa Bendo

15

Page 17: Laporan Field Lab Lansia

Pada pelaksanaan Field Lab KIE : Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan

Kesehatan Lansia yang dilaksanakan pada 22 Mei 2013 di Desa Bendo, Kecamatan

Pedan Klaten. Pelaksaan yang dilakukan meliputi pembinaan senam lansia, penyuluhan

mengenai penyakit-penyakit degenerative dan gizi lansia serta penilaian derajat depresi

pada lansia.

Dari pelaksanaan yang dilakukan, dapat dilaporkan jumlah lansia yang hadir

sebanyak kurang lebih 32 orang dengan kedatangan yang bervariasi. Rentang umur lansia

yang hadir pun bervariasi. Dari mulai 61 tahun sampai dengan 80an tahun. Beberapa ibu-

ibu yang belum digolongkan sebagai lansia pun beberapa ada yang hadir dalam posyandu

lansia ini.

Secara keseluruhan, jalannya posyandu berjalan lancar. Walaupun banyak lansia

yang hadir, namun, acara tetap teratur dan tidak terlalu sulit dikarenakan posyandu yang

dilakukan tidak berbarengan dnegan posyandu balita. Namun, sempitnya waktu dan

sedikitnya tim, sehingga tidak memungkinkan kami mengukur tensi dan tinggi badan

semua lansia. Untuk pengukuran tinggi badan dan medikasi dilakukan oleh ibu-ibu kader

seperti biasanya.

Dari beberapa kegiatan yang dilakukan berikut pembahasannya.

1. Senam Lansia

Senam lansia dilakukan diawal acara sebelum masuk kedalam materi penyuluhan.

Sebelum dilakukan senam lansia, diberikan pengantar terlebih dahulu oleh Ibu Bidan, Bu

Sugeng. Pengantar mengenai pentingnya senam lansia dan kegunaannya. Setelah

diberikan pengertian mengenai maksud dan tujuannya, kami melakukan senam lansia

dengan diiringi musik. Dari senam yang dilakukan banyak yang antusias dan mengikuti

dengan baik. Namun ada beberapa lansia yang tidak kuat berdiri untuk mengikuti senam

lansia namun tetap mengikuti walaupun tidak dengan berdiri. Dari pengamatan saat

senam berlangsung, beberapa lansia memang memilki masalah pada mobilitas dan sendi

seperti Osteoartritis sehingga sulit bergerak. Beberapa juga sudah osteoporosis. Namun,

sejauh ini, pelaksanaan berjalan dengan baik.

2. Penyuluhan

16

Page 18: Laporan Field Lab Lansia

Dari penyuluhan yang disampaikan kepada lansia yang hadir, banyak dari lansia

yang benar-benar memperhatikan dan antusias. Terlihat dengan banyaknya pertanyan

yang muncul pada sesi tanya jawab, bahkan ditengah-tengah penjelasan materi. Dari

pertanyaan dan feed back yang diperlihatkan oleh para lansia yang hadir, banyak dari

lansia yang mengeluhkan keju kemeng, sakit sendi, sulit tidur, sering pusing dan lelah

serta mata rabun. Adapa pula yang menanyakan perihal gizi, yang ternyata masih banyak

yang belum bisa menjaga pola makan sesuai yang dianjurkan. Namun, sudah sangat baik

beberapa yang memang rutin dating ke posyandu sehingga sudah sering mendapatkan

anjuran mengenai makan-makanan yang perlu dihindari atau pun yang harus dikonsumsi.

3. Penilaian Geriatric Depression Scale

Untuk penilaian derajat depresi lansia dengan Geriatric Depression Scale (GDS)

yang dilakukan memang belum maksimal, dari kurang lebih 32 lansia yang hadir, hanya

mampu dinilai tujuh lansia saja, dikarenakan banyak lansia yang tidak sabar menunggu

dan sudah kembali kerumahnya untuk melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Hal ini

dikarenakan dari tim kami hanya terdiri dari tiga orang serta proses wawancara yang

memang cukup memakan waktu.

Geriatric Depression Scale (GDS) adalah tes untuk skrining depresi yang mudah

untuk dinilai dan dikelola. Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana,

dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression

Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.

Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan dengan jawaban ya atau

tidak yang akan terjawab bila mewawancarai pasien secara personal yang kemudian

dikategorikan menjadi normal, predepresi, dan depresi. Keadaan normal tercapai bila

diperoleh score 0-5. Keadaan predepresi diperoleh bila score 6-10. Keadaan depresi

diperoleh bila score mencapai >10.

Berikut adalah data hasil penilaian GDS dari 7 orang lansia dalam posyandu Lansia

Desa Bendo.

No Nama GDS Kategori

1 Ngadiyem 9 predepresi

2 Hadisumarto 4 Normal

17

Page 19: Laporan Field Lab Lansia

3 Wiryo Dikromo 8 predepresi

4 Harjo Sumito 8 predepresi

5 Trauno 7 predepresi

6 Ngatmini 6 predepresi

7 Mangunrejo 6 predepresi

Dari data diatas dapat disimpulkan 80% lansia dari7 orang lansia yan

diwawancarai sudah memasuki tahap predepresi. Hal ini mayoritas dikarenakan sudah

tidak memiliki pasangan hidup dan atau sudah ditinggal anak dan cucunya. Beberapa

juga didapatkan memiliki kekhawatiran yang cukup besar akan penyakit yang

dideritanya. Namun, dari 7 orang tersebut ada seorang lansia yang memang sangat

semangat dan produktif sekali hidupnya. Disini walaupun sudah tidak bersama anak dan

cucunya, Mbah ini masih bersama suaminya. Bahkan semangatnya dalam menjalani

hidup sangat Nampak dari sikap selama acara dan jawaban yang diutarakan saat

wawancara.

18

Page 20: Laporan Field Lab Lansia

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Posyandu lansia berperan dan berfungsi meningkatkan kesejahteraan lansia

dan mengatasi permasalahan terkait penuaan.

2. KMS lansia terdiri dari diagram berat badan per tinggi badan yang

digunakan untuk mengukur status gizi lansia.

3. Terdapat kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia diantaranya

hipertensi, diabetes melitus, dan osteoarthritis.

4. Diet dan pola hidup sehat lansia diperlukan untuk menjaga kesehatan dan

menurunkan progresivitas penyakit pada lansia.

5. Manfaat posyandu lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia dapat

disosialisasikan melalui penyuluhan kesehatan komunitas.

6. Geriatric Depression Scale (GDS) dapat digunakan untuk menilai status

depresi lansia sedangkan Mini Mental State Examination (MMSE)

digunakan untuk menilai status mental pada lansia.

7. Pengamatan dan evaluasi posyandu lansia setempat dilakukan dengan

standar program posyandu lansia yang ada.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan jumlah posyandu lansia sehingga sesuai target

yaitu sesuai dengan jumlah posyandu balita.

2. Perlu partisipasi yang lebih banyak dari para lansia dalam mengikuti

program posyandu lansia.

3. Perlu sosialisasi lebih di masyarakat tentang manfaat, peran, dan fungsi

posyandu lansia.

4. Pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Sukoharjo, Kabupaten

Sukoharjo telah dilakukan dengan baik dan diharapkan dapat terus

dipertahankan dan ditingkatkan.

19

Page 21: Laporan Field Lab Lansia

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012). Lansia. Jakarta:

http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 27 Mei 2013.

Badan Pusat Statistik (2010). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.

Samsudrajat, A. (2011). Menuju Lanjut Usia Aktif sebagai Aset Bangsa yang Efektif.

Peringatan Hari Lansia Tahun 2011. Jakarta: Komnas Lansia.

Wirakartakusumah (2000). For Elderly Welfare. Jakarta : Dokumen RAN Lansia.

20

Page 22: Laporan Field Lab Lansia

Lampiran

21

Page 23: Laporan Field Lab Lansia

22

Page 24: Laporan Field Lab Lansia

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)

SHORT FORM

Indonesian Translation

Translated and Back Translated by: Karel Karsten Himawan, M.Psi.

Pilihlah jawaban yang paling tepat sesuai dengan apa yang telah Anda rasakan selama 1 (satu)

minggu terakhir:

1. Pada dasarnya apakah Anda merasa puas dengan hidup Anda? YA

2. Apakah Anda mengurangi banyak kegiatan dan minat Anda? TIDAK

3. Apakah Anda merasa hidup Anda hampa? TIDAK

4. Apakah Anda sering merasa bosan? TIDAK

5. Apakah biasanya Anda memiliki semangat yang bagus? YA

6. Apakah Anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda? TIDAK

7. Apakah biasanya Anda merasa bahagia YA

8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? TIDAK

9. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah (kamar), daripada pergi keluar dan

melakukan hal-hal yang baru?

TIDAK

10. Apakah Anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan Anda

dibandingkan kebanyakan orang?

YA

11. Apakah menurut Anda sangat menyenangkan bisa hidup hingga sekarang ini? YA

12. Apakah Anda merasa sangat tidak berharga dengan kondisi Anda sekarang? TIDAK

23

Page 25: Laporan Field Lab Lansia

13. Apakah Anda merasa penuh semangat? TIDAK

14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan? TIDAK

15. Menurut Anda, apakah kebanyakan orang lebih baik daripada Anda? YA

TOTAL SKOR: ___ /15

24