presentasi field lab pemantauan gizi balita & ibu hamil fk uns
TRANSCRIPT
FIELD LABImunisasi
Lokasi:Puskesmas Kerjo
Karanganyar
Oleh:Kelompok B10Amalia Ifanasari
G0014022Amalina Yasserli A.
G0014024Bagas Muhammad
G0014052Dinnar Pridea Rizky
G0014074Eksalanti Thenia
G0014080Handy Nugraha
G0014112M. Sandhia M. P.
G0014142Made Larashati P.
W. G0014144Rafael Bagus Y.
G0014190Riska Amalia
Rahma G0014202Rizka Andhazsari S.
G0014206Trisandi Adi P.
G0014230
Mengapa harus dilakukan Imunisasi?
PENDAHULUAN
“Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan masyarakat.” merupakan salah satu area kompetensi seorang dokter.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia
WHO, UNICEF, & World Bank 2009
TBCDIPTERIPERTUSISCAMPAKTETANUSPOLIO HEPATITIS B
Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan
masyarakat (population immunity).
Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatutahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 90% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Pusat Komunikasi Publik, 2011).
Mampu melakukan Imunisasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN UMUM
1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang dasar-dasar imunisasi dan imunisasi dasar di Indonesia, meliputi:
a. Memahami pengertian imunisasi.b. Memahami tujuan imunisasi.c. Memahami macam-macam imunisasi. d. Memahami kontraindikasi imunisasi.e. Memahami bagaimana menghitung jumlah
sasaran.f. Memahami cara menentukan target
cakupan.g. Memahami cara menghitung Indeks
Pemakaian Vaksin (IP) Vaksin.h. Memahami cara menghitung kebutuhan alat.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN KHUSUS
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan manajemen program serta prosedur imunisasi dasar bayi dan balita, anak sekolah, ibu hamil dan calon pengantin wanita di Puskesmas mulai dari perencanaan, cold chain vaksin, pelaksanaan (termasuk mampu memahami dan menjelaskan tentang KIPI “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi” dan penanganannya), pelaporan dan evaluasi keberhasilan program imunisasi, meliputi:
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN KHUSUS
a. Memahami tahap persiapan vaksin, mulai dari penyimpanan, pengontrolan vaksin, hingga vaksin siap untuk digunakan.
b. Memahami alat-alat yang digunakan untuk imunisasi.
c. Memahami tahap mempersiapkan pasien.d. Mampu mengisi inform concent dan menjelaskan
kepada pasien tentang tujuan dan efeksamping pemberian vaksin yang akan diberikan.
e. Memahami pelaksanaan imunisasi termasuk macam-macam cara penyuntikan dan pemberian masing-masing vaksin.
f. Memahami KIPI dari masing-masing vaksin.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN KHUSUS
PELAKSANAAN
PERTEMUAN KE-1Selasa, 24 April 2015Pengarahan tentang
materi imunisasi oleh dokter dan bidan ahli di
Puskesmas Kerjo
PERTEMUAN KE-2Sabtu, 28 Maret 2015
Kegiatan pembelajaran ketrampilan imunisasi meliputi pengamatan
langsung proses imunisasi di Puskesmas Kerjo
PERTEMUAN KE-37 April 2015
Melakukan presentasi hasil pembelajaran dan
pengamatandi Puskesmas Kerjo
Pengarahan tentang materi imunisasi oleh
dokter dan bidan ahli di Puskesmas
Kerjo
KEGIATAN PERTEMUAN ke-1
KEGIATAN PERTEMUAN ke-1Meliputi:
Imunisasi & Vaksin || Penyimpanan ||
Macam Imunisasi || Penghitungan Jumlah Sasaran || Pemberian
Vaksin||KIPI
IMUNISASI
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
IMUNISASI
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
IMUNISASI
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
VAKSINadalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
PENYIMPANAN VAKSIN
Rantai Vaksin
Suhu Optimum Vaksin Hidup
Suhu Optimum Vaksin Mati
Lemari Es dan Freezer
Susunan Vaksin di dalam Lemari Es
Wadah Pembawa Vaksin
MACAM-MACAM IMUNISASI
BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC atau
sering disebut flek paru. BCG dianjurkan diberikan umur 2-
3 bulan atau dilakukan uji tuberkulin dahulu (bila usia anak
lebih dari 3 bulan) untuk mengetahui apakah anak telah
terinfeksi TBC atau belum. Kekebalan untuk penyakit TBC
tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler),
sehingga anak yang baru lahir tidak memiliki kekebalan
terhadap TBC. Inilah urgensi pemberian imunisasi BCG
umur 2-3 bulan.
IMUNISASI BCG
BCG tidak dapat diberikan pada penderita dengan
gangguan kekebalan seperti pada penderita leukemia
(kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid
jangka panjang dan penderita infeksi HIV.
IMUNISASI BCG
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio
vaccine, yang sering dijumpai dan memang masih
digunakan oleh Indonesia, yaitu vaksin tetes mulut.
Sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, vaksin ini
diberikan dengan cara disuntikkan. Vaksin polio dengan
cara oral dianggap mudah diberikan, murah, dan
mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak
digunakan. Sedangkan vaksin polip injeksi dianggap mahal
dan tidak punya efek epidemiologis walaupun efek
proteksinya lebih baik dari cara pemberian oral.
IMUNISASI POLIO
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit
radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan
lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh,
penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini
membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil. Sejumlah
besar penderita meninggal karena tidak dapat
menggerakkan otot pernapasan. Virus polio menular
secara langsung melalui percikan ludah penderita atau
makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya
dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes
setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi.
IMUNISASI POLIO
Penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya
tahan tubuhnya lemah sangat mudah terserang penyakit
yang disebabkan virus Morbili ini. Campak yang tidak
ditangan dapat mengakibatkan komplikasi, terutama pada
campak yang berat. Usia dan jumlah pemberian imunisasi
campak sebanyak 2 kali ( 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia
6 tahun). Dianjurkan pemberian campak pertama sesuai
jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di
usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak
usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
IMUNISASI CAMPAK
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh. Yang potemsial melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B. Usia Pemberian sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tersebut dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. Namun imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang sakit berat.
IMUNISASI HB (HEPATITIS B)
DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml
Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Indikasi Untuk Imunisasi secara
simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang
dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B,
pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg.
IMUNISASI DPT
Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada
waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak,
Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib dan vaksin Yellow
Fever. Imunisasi DPT kedua tidak boleh diberikan kepada
anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama DPT. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan
hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.
Untuk individu penderita virus human immunodefficiency
(HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi
imunisasi DPT sesuai dengan standar jadwal tertentu.
IMUNISASI DPT
Vaksin ini digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi
Haemophilus Influenzae tipe b dengan cara simultan.
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi rutin yang
diberikan kepada sasarann pada usia 0-11 bulan. Imunisasi
lanjutan DPT-HB,Hib dan Campak, diberikan kepada batita
(Bawah Tiga Tahun). Pemberian Imunisasi DPT-HB,Hib
merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar pada
bayi sebanyak tiga dosis.
IMUNISASI PENTAVALEN/ PENTABIO
( DPT, HB, HIB )
Vaksin DPT-HB,Hib merupakan pengganti vaksin DPT-HB
sehingga memiliki jadwal yang sama dengan DPT-HB. Pada
tahap awal DPT-HB, Hib hanya diberikan pada bayi yang
belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila
sudah pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB dosis
pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga.
IMUNISASI PENTAVALEN/ PENTABIO
( DPT, HB, HIB )
Sasaran dihitung berdasarkan angka jumlah penduduk, angka kelahiran dari hasil sensus penduduk dari BPS.
PENGHITUNGAN DAN PERENCANAAN
Berdasarkan angka persentase
kelahiran bayi dari jumlah
penduduk masing-masing
wilayah
Penghitungan Jumlah Sasaran Bayi
Berdasarkan besarnya jumlah
sasaran bayi tahun lalu yang
diproyeksikan untuk tahun ini :
Berdasarkan angka persentase
kelahiran bayi dari jumlah
penduduk masing-masing
wilayah
Penghitungan Jumlah Sasaran Bayi
Kecamatan:CBR Kabupaten X Jumlh Penduduk
Kecamatan:CBR Kabupaten X Jumlh Penduduk
Berdasarkan besarnya jumlah
sasaran bayi tahun lalu yang
diproyeksikan untuk tahun ini
:
Penghitungan Jumlah Sasaran Bayi
Jumlah bayi desa tahun lalu x Jumlah bayi kecamatan th ini
Jumlah bayi kec.tahun lalu
Jumlahnya 10 % lebih besar dari jumlah bayi
Sasaran ibu hamil : 1,1 x Jumlah Bayi 22
Penghitungan Jumlah Sasaran Ibu Hamil
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan setempat.
Penghitungan Jumlah Sasaran Anak Sekolah Tingkat Dasar
Jumlah sasaran WUS : 21,9 & x Jumlah penduduk
Penghitungan Wanita Usia Subur (WUS)
Menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %
Penghitungan Target Cakupan
Jumlah sasaran X Target(%)
IP Vaksin
Jumlah Suntikan (cakupan ) tahun lalu
Jumlah Vaksin yang terpakai tahun lalu
Penghitungan Indeks Pemakaian Vaksin
Penghitungan Kebutuhan Vaksin
Kebutuhan = Sasaran x Target Cakupan
Perencanaan Kebutuhan Alat Suntik & Safety Box
Kebutuhan alat suntik = jumlah vaksin yg dibutuhkan
= Jumlah alat suntik BCG+DPT+TT+DT+HB+Campak+Untukoplos
100
Perencanaan Kebutuhan Alat Suntik & Safety Box
CARA PEMBERIAN VAKSIN
VAKSIN BCG
Sedian BCG adalah sediaan padat sehingga untuk menggunakannya dibutuhkan pelarut. Pelarut BCG harus dimasukkan ke dalam cool pack 12 jam sebelum
digunakan. Hal ini bertujuan untuk menyamaratakan suhu antara vaksin dan pelarut.
BCG disuntikkan dengan dosis 0,05 ml secara intrakutan. Penyuntikan dilakukan di lengan kanan atas.
VAKSIN POLIO
Vaksin polio yang akrab digunakan adalah yang secara oral. Sehingga penggunaannya hanya cukup meneteskan dua tetes pada mulut.
VAKSIN CAMPAK
Sediaan vaksin campak sama seperti BCG yaitu sediaan kering. Sehingga dalam penggunaannya perlu dilarutkan terlebih dahulu.Vaksin campak disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara subkutan. Penyuntikan dilakukan di lengan kiri atas.
VAKSIN HEPATITIS B
Sediaan vaksin ini adalah cair, sehingga tidak perlu dilarutkan saat akan digunakan.Vaksin Hepatitis B disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular. Penyuntikan dilakukan di paha kanan.
VAKSIN PENTAVALEN/ PENTABIO
Sediaan vaksin ini adalah cair, sehingga tidak membutuhkan pelarut.Vaksin ini disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular. Penyuntikkan dilakukan di paha kiri.
KIPI
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam
masa 1 bulan setelah imunisasi.
KLASIFIKASI KIPI
Injection Reaction
Reaksi Vaksin
Tidak Diketahui
Concidential Kesalahan Program
PELAPORAN KIPI
Identitas
Dokter yang memeriksa
Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan.
Riwayat KIPI
Gejala atau diagnosis
Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, berapa lama interval waktu antara pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI, lama gejala KIPI.
PELAPORAN KIPI
Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI
Adakah tuntutan dari keluarga
KIPI YANG HARUS DILAPORKAN 24 JAM PASCA
IMUNISASI:1. Reaksi anafilaksis2. Anafilaksis3. Menangis menjerit yang tidak berhenti
selama >3 jam (persistent incosolable screaming).
4. Hypotonic hypresponsive episode5. Toxic shock syndrome
KIPI yang harus dilaporkan 5 hari pasca imunisasi:1. Reaksi lokal hebat 2. Sepsis3. Abses pada tempat suntikan
KIPI YANG HARUS DILAPORKAN 30 HARI PASCA IMUNISASI:
1. Ensefalopati2. Kejang3. Meningitis aseptik4. Trombositopenia5. Lumpuh layuh (accute flaccid
paralysis)6. Meninggal, dirawat di RS7. Reaksi lokal yang hebat8. Abses di daerah suntikan9. Neuritis Brakhial
Kegiatan pembelajaran ketrampilan
imunisasi meliputi pengamatan
langsung proses imunisasi
KEGIATAN PERTEMUAN ke-2
PEMBELAJARAN PROSES
PEMBERIAN VAKSIN
ORAL
INTRA MUSKULAR
SUB KUTAN
INTRA KUTAN
PERSIAPAN ALAT-ALAT PEMBERIAN
VAKSIN
Handscoen
KapasADS
Air Hangat
Pasien Imunisasi Pentavalen & Polio
Pasien Imunisasi Pentavalen & Polio
Pasien Imunisasi Vaksin T-2
Praktikan membantu mengisi informed concent dengan ibu pasien dan mengukur suhu aksila. Kemudian petugas imunisasi menyiapkan alat-alat yang diperlukan selama proses imunisasi. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain: handscoon, kapas, air hangat, tempat sampah, serta ADS 0,5 ml. Untuk bahan yang diperlukan, petugas imunisasi mengambil vaksin Polio dan vaksin Pentavalen. Vaksin polio diberikan secara oral sebanyak 2 tetes, sedangkan vaksin pentavalen disuntikkan secara intramuskular di paha kiri.
Pasien Imunisasi Pentavalen & Polio
Imunisasi yang diberikan adalah vaksin tetanus 2 (T-2). Vaksin ini diberikan dengan cara intramuskular di lengan kiri dengan dosis 0,5 cc.
Pasien Imunisasi Vaksin T-2
KESIMPULAN
Dari kegiatan yang kami lakukan didapatkan bahwa sesuai dengan tujuan
pembelajaran, kami telah memahami dasar-dasar imunisasi, imunisasi di Indonesia,
prosedur imunisasi dasar pada bayi dan calon pengantin wanita, serta melakukan
evaluasi terhadap program imunisasi. Didapatkan pelaksanaan imunisasi di
Puskesmas Kerjo Karanganyar sudah baik walaupun ada beberapa kekurangan.
Antusiasme masyarakat juga sudah baik dilihat dari jumlah masyarakat yang
melakukan imunisasi, sikap mematuhi jadwal imunisasi, mendengarkan penjelasan
mengenai imunisasi dari pihak Puskesmas Kerjo dengan baik, dan sikap tanggap
KIPI yang baik.
SARAN
Dari hasil pengamatan dalam kegiatan kami masih ditemukan beberapa hal yang
tidak sesuai prosedur imunisasi yang baik, yaitu:
1. Penyimpanan masing-masing dus vaksin di dalam lemari pendingin masih
dalam jarak yang terlalu dekat, sebaiknya diletakkan dengan jarak minimal 1-2
cm.
2. Kotak Syok Anafilaksis sebaiknya diletakkan dekat dengan area pelaksanaan
imunisasi agar lebih mudah digunakan saat terjadi syok anafilaksis.
Saran untuk kelompok kami adalah mempelajari lebih lanjut prosedur pelaksanaan
imunisasi dan cara berkomunikasi dengan pasien yang baik agar kedepannya dapat
diaplikasikan dalam pekerjaan dan tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
FIELD LAB IMUNISASI
Lokasi:Puskesmas Kerjo
Karanganyar
Oleh:Kelompok B10Amalia Ifanasari
G0014022Amalina Yasserli A.
G0014024Bagas Muhammad
G0014052Dinnar Pridea Rizky
G0014074Eksalanti Thenia
G0014080Handy Nugraha
G0014112M. Sandhia M. P.
G0014142Made Larashati P. W.
G0014144Rafael Bagus Y.
G0014190Riska Amalia Rahma
G0014202Rizka Andhazsari S.
G0014206Trisandi Adi P.
G0014230
Kami mengucapkan Terimakasih kepada:
Katarina Iswati, dr. selaku Kepala Puskesmas KerjoFitri Nur Rachmawati, dr.
selaku Instruktur LapanganIbu Anik selaku Pembimbing
LapanganSegenap Karyawan Puskesmas
Kerjo Karanganyar
TERIMAKASIH