laporan individu field lab imunisasi

Upload: amalliaardanareswari

Post on 07-Mar-2016

264 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

imunisasi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGTubuh manusia sebenarnya telah mempunyai sistem kekebalan sebagai mekanisme pertahanan dalam melawan berbagai agen infeksi yang menyerang. Dalam hal ini, terdapat dua tipe pertahanan tubuh, yaitu yang non-spesifik dan yang spesifik. Sebagai garis pertahanan tubuh yang pertama, pertahanan non-spesifiklah yang bergerak maju. Sistem pertahanan ini, sesuai dengan namanya, bersifat tidak spesifik terhadap agen infeksi tertentu, sistem ini berusaha memberantas segala agen infeksi yang ada, sedangkan untuk pertahanan yang spesifik, pertahanan ini bersifat spesifik terhadap suatu agen infeksi tertentu, sehingga akan sangat efektif dalam memberantas infeksi. Selain itu, dalam sistem pertahanan spesifik ini, terhadap suatu sistem lain yang unik, yaitu adanya sistem memori, untuk mengingat agen infeksi yang pernah menginfeksi tubuh, dan hal ini sangat berperan dalam infeksi yang terjadi di kemudian hari, yaitu tubuh dapat lebih cepat memberantas agen-agen infeksi yang menyerang tubuh. Adanya sistem kekebalan tubuh yang spesifik ini dalam tubuh kita, terutama akan adanya sistem memori, merupakan dasar dari tindakan imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan antigen. Keuntungan dari imunisasi ini adalah kita membentuk kekebalan tubuh dengan memasukkan agen yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan maksud agar tidak menimbulkan manifestasi penyakit yang berbahaya yang ditimbulkan oleh agen tersebut dalam keadaan normal. Tetapi keuntungan ini tidak selalu didapat oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi jika seseorang berada dalam kondisi malnutrisi atau terinfeksi agen khusus HIV atau memang karena tubuhnya mengalami kelainan genetik dalam membentuk sistem pertahanan tubuh yang spesifik. Imunisasi dapat diberikan pada anak bayi, balita, anak usia sekolah, dan orang dewasa. Imunisasi yang ada di Indonesia dapat dilakukan oleh instansi-instansi kesehatan misalnya Puskesmas, Posyandu, atau rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta. Di Indonesia diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi(PD3I), seperti TBC, dipteri, pertusis(penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio, dan hepatitis B. Saat ini di Indonesia sudah banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau vaksinasi. Bukti keberhasilan imunisasi ialah dibasminya penyakit cacar di Indonesia pada tahun 1974. Program Nasional Imunisasi Anak menargetkan peningkatan cakupan imunisasi di Indonesia menjadi 95% yang diukur melalui imunisasi DPT(dipteri, pertusis, tetanus) dan campak pada bayi dan anak. Rencananya, target ini akan dicapai dalam kurun waktu 24 bulan sepanjang periode 2007-2009. Dalam blok Imunologi ini, untuk memahami sistem pertahanan tubuh yang spesifik ini, maka dilakukan kegiatan Field Lab di Puskesmas Ngemplak Boyolali. Kegiatan field lab kali ini ditujukan agar mahasiswa mengetahui prosedur pelaksanaan imunisasi di mana imunisasi ini juga merupakan program skala nasional yang menargetkan eradikasi, eliminasi, dan reduksi terhadap berbagai penyakit yang dapat dibasmi dengan imunisasi. Agar target nasional untuk mencapai eradikasi, eliminasi, dan reduksi terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai terdapat tingkat kekebalan masyarakat(population immunity). Kegagalan memertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata akan berimbas pada Kejadian Luar Biasa PD3I.

B. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi balita di Puskesmas.Learning outcome pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa:1. Mampu menjelaskan tentang dasar-dasar imunisasi dan imunisasi dasar di Indonesia.2. Mampu melakukan manajemen program dan prosedur imunisasi dasar bayi dan balita, anak sekolah, ibu hamil dan calon pengantin wanita di Puskesmas mulai perencanaan, cold chain vaksin, pelaksanaan (termasuk penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi / KIPI), pelaporan, dan evaluasi.C. TINJAUAN PUSTAKA1. DASAR-DASAR IMUNISASI Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan mneggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. (Baratawidjaja, 2009). Ada dua macam imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi pasif dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu imunisasi pasif alamiah dan buatan. Yang termasuk dalam imunisasi alamiah ialah imuntas maternal melalui plasenta dan imunitas maternal melalui kolostrum. Vaksinasi, termasuk dalam imunisasi aktif. Tubuh manusia telah mempunyai sistem kekebalan sebagai mekanisme pertahanan dalam mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi. Pertahanan spesifik dan nonspesifik yang saling bekerja sama. Pertahanan non spesifik diantaranya adalah kulit dan membrane mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim, interferon, dan berbagai factor humoral lain. Pertahanan nonspesifik berperan sebagai garis pertahanan pertama. Semua pertahanan ini merupakan bawaan (innate) artinya pertahanan tersebut secara alamiah ada dan tidak adanya dipengaruhi secara intrinsik oleh kontak dengan agen infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan spesifik meliputi system antibodi oleh sel B dan sistem imunitas seluler oleh sel T. Sistem pertahanan ini bersifat adaptif dan didapat, yaitu menghasilkan reaksi spesifik pada setiap agen infeksi yang dikenali karena telah terjadi pemaparan terhadap mikroba atau determinan antigenic sebelumnya. Sistem pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta mengingat agen infeksi tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di kemudian hari. Hal inilah yang mendasari imunisasi (Wahab, 2002). Bila ada antigen masuk tubuh, maka tubuh akan berusaha menolaknya dengan membuat zat anti. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga tidak cukup banyak antibody terbentuk. Pada reaksi kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah mengenali antigen tersebut. Tubuh sudah pandai membuat zat anti, sehingga dalam waktu singkat akan dibentuk zat anti yang lebih banyak. Setelah beberapa lama jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen atau imunisasi ulang sebagai rangsangan tubuh untuk membuat zat anti kembali (Markum, 1997).2. VAKSIN Pada dasarnya vaksin dibuat dari:1. Kuman yang telah dilemahkan/ dimatikanContoh yang dimatikan : vaksin polio salk, vaksin batuk rejanContoh yang dilemahkan : vaksin BCG, vaksin polio sabin, vaksin campak2. Zat racun (toksin) yang telah dilemahkan (toksoid)Contoh : toksoid tetanus, toksoid dipteri3. Bagian kuman tertentu/ komponen kuman yang biasanya berupa protein khususContoh : vaksin hepatitis B. Macam-macam vaksin :1. Vaksin BCG Vaksin Bacille Calmette-Guerin atau vaksin VBG adalah vaksin galur Mikobakterium bovis yang dilemahkan dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberkulosis di hampir seluruh penjuru dunia. Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8oC Dosis : 0,05 ml Kemasan: ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl faali) Masa kadaluarsa: satu tahun setelah tanggal pengeluaran Reaksi imunisasi: biasanya tidak demam Efek samping: jarang dijumpai, bias terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya sembuh sendiri walaupun lambat. Kontraindikasi: tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/ menahun.2. Vaksin DPT Merupakan produk policalen yang mengandung toksoid Korinebakteri difteri , Bordetela perusis, dan Klostridium tetani yang dimatikan. Penyimpanan: lemari es, suhu 2-8oC Dosis: 0,5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 minggu Kemasan : vial 5 ml Masa kadaluarsa: dua tahun setelah tanggal pengeluaran Reaksi imunisasi: demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Efek samping: gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kontra indikasi: anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan.3. Vaksin Poliomielitis Vaksin yang diberikan ialah caksin oral (Oral Polio Vaccin, Sabin). Vaksin Sabin dibuat dari virus yang juga ditumbuhkan dalam biakan yang dilemahkan dan memberikan proteksi terhadap infeksi intestinal dan penyakit paralisa. Sifat perlindungannya sistemik dan lokal. Penyimpanan: OPV, freezer suhu -20oC Dosis: 2 tetes mulut Kemasan: vial, disertai pipet tetes Masa kadaluarsa: OPV, 2 tahun pada suhu -20oC Reaksi imunisasi: biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan. Efek samping : hamper tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio sebenarnya. Kontra indikasi: diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan.4. Vaksin Campak Vaksin campak adalah caksin hidup yang dilemahkan dari galur virus dengan antigen tunggal yagn dibiakkan dalam embrio ayam. MMR adalah caksin yang dimatikan dan diberikan dalam suntikan tunggal untuk pencegahan penyakit campak, mumps (gondong) dan rubela. Penyimpanan: freezer suhu -20oC Dosis: setelah dilarutkan, diberikan 0,5 ml Kemasan: vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan beserta pelarut 5 ml (aquadest). Masa kadaluarsa: 2 tahun setelah tanggal pengeluaran Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan. Efek samping : sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah. Kontra indikasi: sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan.dihindari pula pemberian pada ibu hamil.5. Vaksin Hepatitis B Vaksin Hepatitis B terdiri atas pertikel antigen permukaan hepatitis B yang diinaktifkan dan diabsorpsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma manusia/ karier hepatitis. Vaksin ini dewasa ini dudah diganti dengan vaksin rekombinan HbsAg yang diproduksi dengan rekayasa genetik galur Saccharomyces cerevesiae yang mengandung plasmid/ gen untuk antigen HbsAg. Produksi caksin hepatitis B dari jamur dengan teknik rekombinan, merupakan cara yang lebih mudah untuk memproduksi vaksin dalam jumlah besar dan aman dibandingkan dengan yang diproduksi dari serum. Diberikan pada bayi dengan umur kurang dari 7 hari. Dosis: 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian Kemasan: HB PID Reaksi imunitas: nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari. Efek samping: selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek yang berarti. Kontra indikasi: anak yang sakit berat.6. Vaksin DPT/HB (COMBO) Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanis yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang menandung HbsAg murni dan bersifat non infectious Dosis: 0,5 ml sebanyak 3 kali Kemasan: vial 5 ml Efek samping: gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, pembengkakan, dan kemerahan pada daerah suntikan. KAdang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang bersifat ringan biasanya hilang dalam 2 hari. Kontra indikasi: gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderita infeksi berat yang disertai kejang. Penanganan vaksinVaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik. Secara umum vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas. Faktor yang dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban. Efektivitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan mengambil sampel secara acak, atau dengan VVM, yaitu sejenis stiker yang ditempelkan pada botolvaksin. Bila vaksin rusak maka VVM akan berubah warna. Pemberian vaksin bukan tanpa risiko. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dapat terjadi, misalnya reaksi anafilaksis, persistent incosolable screaming, hypotonic hypresposive episode, toxic shock syndrome. Misalnya pada imunisasi campak dengan anak mengalami kurang gizi berat akan mengakibatkan efek samping yang lebih berat. Karena APC yang sudah mempresentasikan antigen tidak atau sedikit sekali yang bereaksi dengan sel B atau sel T, maka antigen yang menumpang pada APC akan dibawa menuju berbagai jaringan dan dapat menuju sawar darah otak dan mengakibatkan ensefalitis.

3. PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA Vaksin yang termasuk program imunisasi dasar adalah : hepatitis B, diphteri, pertusis, tetanus, polio, BCG dan vaksin campak. Di Indonesia, pelayanan imunisasi dasar/imunisasi rutin dapat diperoleh pada:a. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah. Seperti Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, dsb.b. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, Pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungna dari rumah ke rumah.c. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik swasta ataupun rumah sakit swasta. Sasaran imunisasi di Indonesia yaitu :1. Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasia. Imunisasi rutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita usia subur (15-39 tahun) termasuk ibu hamil dan calon pengantin.b. Imunisasi tambahan diberikan bila diperlukan.2. Program imunisasi Meniitis MeningokusDiberikan kepada seluruh calon/ jemaah haji dan umroh, petugas Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, Tim Kesehatan Haji Indonesia yang bertugas menyertai jemaah dan petugas kesehatan di embarkasi/debarkasi3. Program imunisasi demam kuningDiberikan kepada semua orang yang melakukan perjalanan kecuali bayi di bawah 9 bulan dan ibu hamil trimester pertama, berasal dari negara atau ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning.4. Program imunisasi rabiesSasarannya ditujukan pada 100% kasus gigitan yang beridikasi rabies, terutama pada lokasi tertular (selama 2 tahun terakhir pernah ada kasus klinis, epidemiologis dan laboratoris dan desa-desa sekitarnya dalam radius 10 km) Jadwal Imunisasi di IndonesiaImunisasi wajib pada bayivaksinpemberianintervalumurketerangan

BCG1x-0-11 bulanMinimal, tidak ada batasan maksimal

DPT3x4 minggu2-11 bulan-

Polio (OPV)4x4 minggu0-11 bulanLengkapi sebelum umur 1 tahun

Campak1x-9-11 bulan-

Hepatitis B3x1 dan 6 bulan dari suntikan pertama0-11 bulan-

Imunisasi pada anak SDKelasVaksin yang diberikan

1Difteri, tetanus, campak, masing-masing 0,5 cc

2Tetanus toksoid 0,5 cc

3Tetanus toksoid 0,5 cc

Imunisasi tetanus pada wanita usia suburVaksin tetanusDosisPemberianMasa perlindungan

T-10,5 cc--

T-20,5 ccEmpat minggu setelah T-13 tahun

T-30,5 ccEnam minggu setelah T-25 tahun

T-40,5 ccSatu tahun setelah T-310 tahun

T-50,5 ccSatu tahun setelah T-425 tahun

4. PEMANTAUAN KEJADIAN PASCA IMUNISASI KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca imunisasi) adalah semua kejadian sakit,kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari atau sampai 6 bulan. Klasifikasi KIPIa. Reaksi vaksin induksi vaksin, sifat dasar vaksin b. Kesalahan Programsalah dosis, salah lokasi & cara penyuntikan dll c. Kebetulan kejadian terjadi stlh imunisasi tp tdk disebabkan oleh vaksin d. Injection Reactionrasa takut dr tindakan penyuntikan e. Penyebab tidak diketahui Pelaporan KIPIHal yang dilaporkan meliputi : identitas anak, jenis vaksin, dokter yg bertanggung jawab,waktu pemberian imunisasi, saat timbul KIPI, riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu,gejala klinis dan diagnosis (bila ada), pengobatan yang diberikan dan perjalanan penyakit, adakah gejala sisa setelah dirawat dan sembuh, cara penyelesaian KIPI.a. KIPI yang harus dilaporkan 24 jam pasca imunisasi Reaksi anafilaksis, Anafilaksis, Menangis menjerit >3 jam,Toxic shock syndrome, hypotonic hyporesponsive episodeb. KIPI yg hrs dilaporkan 5 hari pasca imunisasi Reaksi lokal hebat, Sepsis, Abses pd tempat suntikan c. KIPI yg hrs dilaporkan 30 hari pasca imunisasi Ensefalopati, Kejang, Meningitis aseptik,AFP, Neuritis Brachialis, Meninggal, dirawat di RS, reaksi lokal yang hebat, abses di daerah suntikan Penanganan KIPIa. Penyebab karena vaksinJenis

Gejala

Tindakan

Reaksi lokal ringan

Nyeri,eritema,indurasi < 1cm

Kompres hangat beri paracetamol Jika nyeri mengganggu dapat diberi obat parasetamol

Reaksi lokal berat

Nyeri, eritema, indurasi > 8 cm + manifestasi sistemik

Kompres hangat beri paracetamol

Reaksi sistemik

Demam, nyeri kepala, nyeri otot, menggigil

Beri minum hangat beri paracetamol

Kolaps

Tetap sadar tp tdk bereaksi thdp rangsanagan

Rangsang dg bau tdk ada respon > 30' rujuk ke RS

Syok anafilaksis

Onset mendadak, Urtikaria,oedema,sesak nafas, nafas berbunyi, takikardi, tidak sadar/ pingsan

Suntik AdrenalinSuntik Deksametason Infus NaCL 0,9 %Rujuk RS

b. Penyebab karena tatalaksana programJenisGejalaTindakan

Abses dingin

Bengkak,keras,nyeri daerah suntikan

Kompres hangat beri paracetamol

PembengkakanBengkak di sekitar suntikan

Kompres hangat

Sepsis

Bengkak di sekitar suntikan Demam Timbul 1 minggu setelah imunisasi

Kompres hangat beri paracetamol rujuk ke RS

Tetanus

Kejang, dapat disertai demam Anak tetap sadar

Rujuk RS

Kelemahan/ kelumpuhan otot

Anggota gerak yang disuntik tidak dapat digerakkan

Rujuk RS untuk fisioterapi

c. Penyebab karena faktor penjamu/penerimaJenisGejalaTindakan

Alergi

Eritema,gatal, oedema, sesak nafas Tekanan darah menurun

Deksametason 1 amp Jika berlanjut infus Nacl 0.9 %

Faktor Psikologis

Ketakutan Berteriak PingsanTenangkan Beri minum hangat Beri wewangian/ alkohol sadarberi teh manis

d. Koisiden faktor kebetulanJenisGejalaTindakan

Faktor Kebetulan

Gejala penyakit ( = Gx KIPI) tjd kebetulan bersamaan dg waktu imunisasi

Tangani ~ Gx Cari informasi adakah disekitar kasus serupa pd anak yg tdk diimunisasi Rujuk ke RS

BAB IIKEGIATAN YANG DILAKUKAN

A. Hari PertamaKegiatan yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak Boyolali, pada pukul 8.00-11.30 WIB. Kegiatan dimulai dengan pemberian materi dan instruksi dari dr. A. Muzayin selaku Kepala Puskesmas Ngemplak Boyolali dan Ibu Sri Isdiyanti, S. Psi kemudian kegiatan dilanjutkan dengan mahasiswa melihat secara langsung pelaksaan imunisasi di Puskesmas Ngemplak Boyolali. Setelah itu sebelum mahasiswa mengakhiri kegiatan di puskesmas, mahasiswa mendapatkan penjelasan akhir serta arahan pembuatan data oleh instruktur.

TAHAP PERENCANAAN IMUNISASI DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALIPerencaan meliputi : 1. Menghitung Jumlah Sasaran Sasaran dihitung berdasarkan angka jumlah penduduk, angka kelahiran dari hasil sensus penduduk dari BPS Menghitung jumlah sasaran bayi ada 2 cara yaitu : a. Berdasarkan angka persentase kelahiran bayi dari jumlah penduduk masing-masing wilayah - Kecamatan: CBR Propinsi X Jumlah Penduduk - Desa: Pendataan sasaran per desa b. Berdasarkan besarnya jumlah sasaran bayi tahun lalu yang diproyeksikan untuk tahun ini - Kecamatan: Jumlah bayi kec th lalu x Jml bayi kota th ini Jml bayi kota th lalu Desa : Jumlah bayi desa th lalu x Jml bayi kecamatan tahun ini Jml bayi kecamatan th lalu Menghitung Jumlah sasaran ibu hamil Jumlahnya 10 % lebih besar dari jumlah bayi Sasaran ibu hamil : 1,1 x Jumlah Bayi Menghitung Jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar Berdasarkan data dari Diknas setempat Sasaran DT = Kelas I Sasaran TT = Kelas I, II dan III( Data diambil tahun lalu ditambah 5 % ) Menghitung Jumlah sasaran WUSJumlah Sasarn WUS : 21,9 x Jumlah penduduk Tabel Penyebaran Penduduk dan Jumlah Sasaran Bayi, Balita, PUS dan Bumil Kecamatan Ngemplak tahun 2008NODESA/KELURAHANSASARAN BAYI TAHUN 2008JUMLAH SASARAN TAHUN 2009

PENDUDUKBAYIBUMILWUSPUSBULIN

1Sawahan172902214816319751809150

2Donohudan123654111813014321338119

3Pandeyan111715111813015661456119

4Kismayoso14863751311441396952132

5Giriroto117534010711811691088108

6Manggung1205991114125131321325115

7Gagak Sipai1257312931021601111894

8Dibal95589012213412891421123

9Sindon7947428391103895684

10Ngesrep906491951051421108496

11Ngargorejo 6532645965714131060

12Sobokerto 10658381051151278586106

JUMLAH1350739571293142216191E

2. Menentukan Target cakupan Adalah Menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %Target Puskesmas Ngemplak tahun 2008 &2009 :-BCG : 95% DPT 1 : 90%, DPT 2 : 90%, DPT 3 : 90% -Polio 1 : 95%, polio 2 : 90%, polio 3 : 90%, polio 4 85%-HbO : 95%, Campak 90%, DO dpt/hb 1-3 : 5%, DO dpt/hb 1-campak 5 %.3. Menghitung Indek Pemakaian(IP) Vaksin Indek Pemakaian Vaksin adalah rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial vaksin.IP vaksin : Jumlah Suntikan (cakupan ) tahun lalu Jumlah Vaksin yang terpakai tahun lalu Dosis vaksin per kemasan : Jenis VaksinDosis/kemasan IP Standart Nasional1. BCG20/ampul 3,52. DPT, DT, TT, Polio, Campak10/vial63. DPT-HB5/vial3 4. Hepatitis B1/ kemasan 1catatan : IP vaksin biasanya jumlah efektif perkemasan untuk masing-masing vaksinIP di Puskesmas Ngemplak tahun 2009 : BCG= IP 18 DPT / HB= IP 4 Polio= IP 7 Campak= IP 8 HB Uniject= 1 TT= 7 DT= 7

4. Menghitung Kebutuhan Vaksin Vaksin yang diperlukan(ampul/vial) : Jml sasaran X Target(%) IP Vaksin th lalu Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke tingkat kota Propinsi Pusat Untuk 1 tahun + 10 %Kebutuhan vaksin Puskesmas Ngemplak :NOKEBUTUHAN VAKSINJUMLAH KEBUTUHAN

TAHUN 2008PER BULAN

A. PROGRAM IMUNISASI RUTIN

1BCG17114

2DPT-HB106788

3POLIO81368

4CAMPAK17114

5HB Uniject1422118

6TT-BUMIL21317

7TT-WUS2320193

B. PROGRAM BIAS CAMPAK & DT+TT

1CAMPAK175

2DT175

3TT369

5. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik & Safety Box5. 1. Alat suntik 0.05 ml untuk imunisasi BCGKebutuhan : Sasaran x Target cakupan BCG5.2. Alat suntik 0,5 ml utk imunisasi DPT,DT,TT Campak,HepatisKebutuhan : Sasaran x Target cakupan 5.3. Alat Suntik 5 ml (oplos) digunakan untuk mengoplos vaksin campak dan BCGkebutuhan alat suntik =jumlah vaksin yg dibutuhkan 5.4. Safety Box (SB)Kotak tempat pembuangan limbah medis tajam safetybox terisi dibuang dan dibakar di incinerator, namun karena keterbatasan puskesmas maka hal ini tidak dilakukan.SB ada 2 ukuran : a. SB 5 liter ( menampung 100 alat suntik atau 300 ( uniject ) b. SB 0.25 liter ( menampung 10 uniject)Kebutuhan Safety Box :SB 5 liter : Jumlah alat suntik BCG+DPT+TT+DT+HB+Campak+Untuk oplos 100Kebutuhan Alat Suntik (ADS) dan Safety Box Puskesmas Ngemplak :NOKEBUTUHAN ALAT SUNTIK(ADS) & SAFETY BOXJUMLAH KEBUTUHAN TAHUN 2008

A.PROGRAM IMUNISASI RUTIN

1ADS 0,05 ml1422

2ADS 0,5 ml21363

3Spuit oplos171

4Safety box48

B. PROGRAM BIAS CAMPAK & DT+TT

1ADS 0,5 ml175

2Spuit oplos175

3Safety box24

6. Menghitung Kebutuhan Peralatan Rantai Vaksin Peralatan rantai vaksin diperlukan agar Vaksin tetap terjaga potensinya Tabel Kebutuhan dan daya tahan rantai Vaksin :No Jenis Kebutuhan Daya Tahan

1.Lemari Es1 buah10 tahun

2.Vaccine carrier3-5 buah4 tahun

3.Thermos + 4 buah cold packSejumlah tim lapangan4 tahun

4.Cold box1 buah5 tahun

5.Freeze tag/treeze watchSejumlah tim lapangan5 tahun

Ketersediaan Peralatan dan Penyimpanan Vaksin di Puskesmas Ngemplak : Lemari es 1 (di rawat inap) Kulkas RCW 3 buah ( 1 baik, 2 rusak ) Kulkas besar 1 (Merk Equisite) Vaccien Carrier 4 buah Termos 13 buah Cold pack Freeztag 1, freezwatch 1 7. Merencanakan permintaan dan pembagian vaksin a. Perhitungan permintaan vaksin Kapasitas tempat penyimpanan Permintaan vaksin ~ kebutuhan Dilakukan saat stok vaksin minimum ( vaksin utk kebutuhan minimum 1minggu )b. Periode Permintaan Vaksin untuk Puskesmas Banyaknya vaksin yg diminta ke Kabupaten/Kota adalah utk pemakaian 1 bln + 1 minggu cadangan dikurangi sisa vaksin yang masih ada

Data dari Puskesmas Ngemplak : Permintaan vaksin dilakukan 1 bulan sekali, vaksin cukup untuk 1 bulan ditambah cadangan untuk 1 minggu. Permintaan / bon vaksin dengan menggunakan blangko permohonan vaksin 8. Merencanakan pelaksanaan kegiatan imunisasi di wilayah di Puskesmas a) Membuat peta operasional Pelayanan Imunisasi b) Menghitung jumlah pelayanan yang diperlukan tiap bulan c) Membuat rencana kerja Puskesmas Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi di Puskesmas Ngemplak : (sesuai jadwal yang telah disepakati)1. Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Imunisasi bayi tiap hari Jumat Imunisasi TT Capeng, WUS dan Bumil setiap hari(Blangko Capeng dan TT WUS tersedia cukup)2. Pelayanan Tingkat DesaSawahan: setiap tgl 18Gagaksipat: setiap tgl 21Donohudan: setiap tgl 16Dibal: setiap tgl 22Pandeyan: setiap tgl 13Sindon: setiap tgl 22Kismoyoso: setiap tgl 20Ngesrep: setiap tgl 23Giriroto: setiap tgl 20Ngargorejo: setiap tgl 19Manggung: setiap tgl 22Sobokerto: setiap tgl 15 Untuk wilayah wilayah yang cakupannya kurang bisa melayani imunisasi bersamaan dengan Posyandu Selain itu bisa dilakukan sweeping setiap saat

TAHAP PERSIAPAN DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALIPersiapan imunisasi (oleh bidan) : mempersiapkan vaksin, pelarut, spuit, cold box (untuk membawa), es dalam plastik, air panas, kapas, dan alat bahan lain yang diperlukan .A. Menyiapkan Pelayanan Imunisasi :1. Logistik ( disesuaikan dengan perkiraan jumlah sasaran ) Termos / Vaksin Carrier Cool pack Vaksin, pelarut dan penetes Alat suntik Safety box Pemotong jarum Formulir Vaksin, pelarut dan penetes Alat suntik

Safety box Pemotong jarum Formulir Kapas basah dalam wadah Bahan penyuluhan Alat tulis Kartu-kartu imunisasi Lembar melidi Tempat sampah Sabun cuci tangan / alkohol

2. Mengeluarkan Vaksin dari Lemari Es Sebelum membuka lemari es tentukan berapa banyak vaksin yang akan diambil catatlah suhu dalam lemari es Pilihlah vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan Lihat VVM dan tanggal kedaluwarsa4. Mengelola Peralatan Vaksin dan Rantai Vaksin di PuskesmasPERALATAN RANTAI VAKSINAdalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur utk menjaga vaksin pada suhu yang ditetapkan, meliputi : 1. Lemari Es setiap Puskesmas mempunyai 1 lemari es sesuai standar program ( buka atas). 2. Vaccine carrier adalah alat untuk membawa vaksin dari Kota ke puskesmas, dpt mempertahankan suhu +2C s/d +8C relatif lama . Vaccine carrier dilengkapi dengan 4 bh cool pack @ 0.1 liter 3. Kotak Dingin ( Cool pack )adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada lemari es selama 24 jam 4. Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi. Setiap thermos dilengkapi cool pack minimal 4 bh @ 0.1 L . Dapat mempertahankan suhu kurang dari 10 jam, sehingga cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya lancar. 5. Cold BoxCold box ditingkat Puskesmas digunakan apabila keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama.6. Freeze Tag/freeze watchUntuk memantau suhu dari kota ke puskesmas pada waktu membawa vaksin serta dari puskesmas ke tempat pelayanan dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.PENANGANAN VAKSIN Penyimpanan vaksin a. Semua Vaksin disimpan pada suhu +2C s/d +8Cb. Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu c. Peletakan dus vaksin bejarak minimal 1-2 cmd. Vaksin yg sensitif terhadap panas ( BCG,Campak,Polio)diletakan dekat evaporatore. Vaksin yg sensitif terhadap dingin ( DT,TT,DPT,HB) diletakan jauh dari evaporator. Penggunaan di tempat pelayanan imunisasi a. Vaksin disimpan dalam thermos yang berisi cool packb. Diletakkan di meja yang tidak terkena matahari langsung c. Dalam penggunaannya vaksin diletakkan diatas spon yg berada dalam thermosd. Dalam thermos tidak boleh ada air yang merendam vaksin Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka Sisa vaksin yg telah dibuka pada pelayanan dinamis tidak boleh digunakan lagi. Pada pelayanan statis ( di Puskesmas) sisa vaksin dapat digunakan dengan ketentuan:a. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluwarsa b. Tetap disimpan pada suhu +2C s/d +8Cc. Kemasan vaksin tidak pernah terendam aird. VVM (Vaccine Vial Monitor : stiker yang ditempel pada botol vaksin ) masih bagus e. Pada label ditulis tanggal vaksin pertama kali dibuka f. Vaksin Polio dapat digunakan hingga 2 minggu setelah dibuka g. Vaksin DPT,DT,TT,HB dapat digunakan hingga 4 minggu h. Vaksin Campak hanya boleh digunakan tidak lebih 6 jam setelah dilarutkan i. Vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih 3 jam setelah dilarutkan Sebelum menggunakan vaksin periksa dengan teliti kondisi VVMa. Kondisi vaksin dapat digunakan warna segi empat bagian dalam lebih terang dari warna gelap sekelilingnya b. Kondisi vaksin harus segera digunakan warna segi empat bagian dalam sudah mulai gelap namun msh terang dari warna gelap sekelilingnya c. Kondisi vaksin tidak boleh digunakan warna segi empat bagian dalam sama gelap / lbh gelap dari warna gelap di sekelilingnyaB. Menyiapkan Tempat Kerja Imunisasi1. Pelayanan di dalam fasilitas kesehatan, syaratnya : mudah diakses tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan dan debu cukup tenang2. Pelayanan Imunisasi di lapangan (out treach) jika dalam gedung harus cukup terang, dan cukup ventilasi jika di tempat terbuka tempat harus teduh

TAHAP PELAKSANAAN PEMBERIAN VAKSINASI DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALIPemberian vaksin/imunisasi (oleh bidan) Mahasiswa memperhatikan cara penyuntikan yang dilakukan. Imunisasi yang diberikan ialah Hepatitis B/ DPT (combo), polio, dan campak. Mahasiswa melakukan tanya jawab dengan instruktur. Mahasiswa melakukan pencatatan data data dan keterangan yang penting dari hasil pengamatan maupun penjelasan dari instruktur.A. Penyuluhan sebelum dan sesudah imunisasiPenyuluhan berisikan tentang kegunaan imunisasi, efek samping dan cara penanggulangan serta kapan dan dimana pelayanan berikutnya. B. Pemeriksaan sasaran dan pengisian buku registerSetiap sasaran diperiksa dan diberi vaksin yang layak mereka terima, kemudian menentukan usia dan status imunisasi terdahulu sebelum diputuskan dosis vaksin mana yang akan diberikan. Tidak banyak muncul kontra indikasi terhadap imunisasi. Semua bayi sebaiknya diimunisasi kecuali dalam tiga situasi yang jarang terjadi berikut ini :1. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. reaksi berlebihan seperti : suhu tinggi > 380 C dengan kejang, penurunan kesadaran, shock atau reaksi anafilaktik lainnya setelah imunisasi DPT 1 merupakan kontra indikasi untuk pemberian DPT2 atau 32. Riwayat kejang, demam dan panas lebih > 380 C merupakan kontra indikasi pemberian DPT1 dan campak.3. Jika orang tua sangat berkebaratan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika bayinya sudah sehat. C. Demonstrasi Pelaksanaan Imunisasi1. Mempersiapkan sasaran Mengatur posisi untuk sasaran anak Meminta ibu untuk duduk dan meletakkan anak di pangkuan. Memastikan salah satu lengan ibu berada di belakang punggung anak dan salah satu lengan anak melilit punggung ibu. Ibu dapat menyelipkan kaki anak di antara kedua pahanya agar tidak menimbulkan gerakan yang membahayakan atau ibu bisa memegang kaki anak. Petugas kesehatan tidak bisa memegang kaki anak karena perlu dua tangan untuk memberikan suntikan. Selalu mmberitahukan pada ibu jika akan memberikan suntikan.2. Pemberian vaksinasi BCG2.1. Menyiapkan semprit2.2. Mengisi semprit2.3. Mengeluarkan gelembung udara2.4. Cara pemberian vaksinasi3. Pemberian vaksin DPT, TT, dan Hepatitis B Pemberian vaksin adalah secara intramuskuler Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi air Letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi yang akan disuntik, kemudian regangkan kulit Tusukkan jarum tegak lurus ke bawah (posisi 90o)sampai masuk ke dalam otot Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh darah Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukan vaksin, suntikan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian cabut jarumnya.4. Pemberian vaksin campak Pemberian vaksin adalah secara subkutan dalam Tempat yang akan disuntik adalah sepertiga lengan bagian atas/ pertengahan muskulus deltoideus mengusap sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi air Menjepit lengan yang akan disuntik dengan jari tangan kanan, seperti mencubit menggunakan ibu jari dan telunjuk Memasukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 30-45o posisi lengan, kedalaman jarum tidak lebih dari 0,5 inchi. Mengontrol jarum, menahan pangkal piston dengan jari tangan sambil menekan jarum ke dalam Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh darah Dorong pangkal piston dengan ibu jari utuk memasukan vaksin, menyuntikan vaksin sebanyak 0,5 cc Mencabut jarum dan mengusap bekas suntikan dengan kapas yang dibasahi air5. Pemberian vaksin polio (OPV/ Oral Polio Vaccine) Pemberian dilakukan dengan cara oral, diteteskan ke dalam mulut Dosis yang diberikan sebanyak dua tetesD. PencatatanSemua kunjungan sasaran dimasukkan dalam buku register hal ini membantu para petugas dalam mengawasi pelayanan imunisasi yang mereka berikan. ( langsung melihat lapangan ).E. Pelaporan Sistem pelaporan dimulai dari desa ke puskesmas kemudian dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten Boyolali. ( blanko-blanko / format pencatatan dan pelaporan lihat di lapangan. Syarat-syarat laporan yang baik adalah : lengkap, tepat waktu dan akurat.F. Melakukan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) Pemantaun KIPI dimulai dari saat selesai imunisasi s.d. terhitung 1 bulan. Pemantaun di desa dilakukan oleh bidan desa dan selanjutnya dilaporkan kepada koordinator imunisasi / kepala puskesmas untuk dilakukan pelacakan. Blanko KIPI tersedia 4 lembarLembar kesatu : warna putih untuk Sekretariat KOMNAS-KIPI Tingkat PusatLembar kedua : warna merah untuk KOMDA-KIPI Tingkat ProvinsiLembar Ketiga: warna biru untuk Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten / KotaLembar Keempat : warna hijau untuk pertinggal di Puskesmas

UPAYA KEGIATAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI CAKUPAN IMUNISASI DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI1. Lintas program menyampaikan hasil cakupan imunisasi pada pertemuan rutin puskesmas membahas desa dengan cakupan rendah / do tinggi dengan bidan desa dan bidan koordinator. meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan desa dalam pengelolaan vaksin dan cara pemberian imunisasi oleh bidan koordinator/pengelola program imunisasi. bekerjasama dengan bps (bidan praktek swasta) di wilayah kerja puskesmas. melakukan validasi data hasil cakupan tingkat desa. melakukan supervisi suportif pada desa dengan angka cakupan rendah / do tinggi melakukan PWS tingkat puskesmas melakukan sweeping imunisasi pada desa dengan cakupan rendah / do tinggi 2. Lintas sektoral - menyampaikan hasil cakupan / PWS kepada camat atau yang mewakili. - menyampaikan hasil cakupan /PWS kepada TP PKK Tingkat kecamatan dan desa. - menyampaikan hasil cakupan / PWS kepada perangkat desa dan kader posyandu. - sosialisai program imunisasi kepada ormas

DATA BAYI YANG DIIMUNISASI PADA TANGGAL 17 APRIL 2009 DI PUSKESMAS NGEMPLAK1. Bayi I Pemberian imunisasi BCG (di lengan kanan intra kutan) dan Polio (per oral) Tanda keberhasilan BCG: timbul indurasi setelah 1,5 bulan. Bila tidak timbul, maka harus dilakukan manto test untuk mengecek apakah bayi sudah kebal atau belum, bila belum kebal maka imunisasi harus diulang Pemberian BCG sebanyak 0,05 ml dan pemberian Polio sebanyak 2 tetes2. Bayi II Pemberian imunisasi DPT (sub kutan dalam)dan Polio (per oral) Reaksi pemberian DPT: timbul panas setelah 2 hari imunisasi. Tata laksana panas dengan pemberian pamol 10mg/BB dan kompres air hangat, kemerahan dan bengkak pada area suntikan Pemberian DPT sebanyak 0,5 ml3. Bayi III Pemberian imunisasi BCG dan Polio4. Bayi IV Pemberian imunisasi DPT dan Polio5. Bayi V Pemberian imunisasi campak (pada usia 9-12 bulan). Reaksi: panas pada hari 8-12, kemerah-merahan dan bengkak pada tempat imunisasi.6. Bayi VI Pemberian imunisasi campak Pemberian campak sebanyak 0,5 ml.

B. Hari KeduaKegiatan yang dilakukan adalah presentasi dan tanya jawab dari kedua kelompok mahasiswa disertai feed back dari dr. A. Muzayin selaku Kepala Puskesmas Ngemplak Boyolali dan Ibu Sri Isdiyanti, S. Psi. Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan pemberian tatacara penyusunan laporan.

BAB IIIPEMBAHASAN

Pada kegiatan Field Lab yang dilaksanakan di Puskesmas Ngemplak Boyolali pada tanggal 17 April 2009, mahasiswa telah melihat jenis-jenis vaksin dan tempat penyimpanannya, melihat pemberian beberapa jenis vaksin pada beberapa bayi dan balita berdasarkan prosedur yang benar, bagaimanakah prosedur mempersiapkan alat dan bahan untuk imunisasi, dan telah berdiskusi dengan staf-staf Puskesmas Ngemplak mengenai imunisasi. Secara umum, pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Ngemplak sudah cukup baik dan memenuhi standart, selain itu peralatan (sarana dan prasarana) untuk pelaksanaan imunisasi sudah cukup lengkap dan memadai. Namun ada beberapa ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan di lapangan yang memang berbeda. Perbedaan ini terletak dalam prosedur penyiapan alat dan bahan maupun prosedur imunisasinya. Pada saat demonstrasi, mahasiswa melakukan pengamatan setiap langkah dalam pemberian imunisasi mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Dilihat dari segi prosedur imunisasi, terdapat kekurangan pada pelaksanaannya di Puskesmas Ngemplak, yaitu terletak pada sikap terhadap spuit yang digunakan, terutama jarumnya, untuk imunisasi. Kekurangan ini terletak pada sikap dimana terhadap spuit yang telah digunakan, spuit ini hanya dibuang di tempat sampah biasa, padahal spuit ini sangat berpotensi dalam menularkan penyakit yang dibawa oleh si bayi. Seharusnya spuit yang telah digunakan ini diletakkan di dalam safety box. Kekurangan lainnya ialah kurangnya prosedur personal hygine saat pelarutan. Petugas yang bertugas di Puskesmas ini tidak selalu mencuci tangan saat melakukan pelarutan.Mengenai prosedur cold chain sudah dilaksanakan dengan baik dan terorganisasi dengan rapi. Sarana penyimpanan vaksin di Puskesmas Ngemplak telah memenuhi standar yaitu menggunakan lemari pendingin. Lemari pendingin di Puskesmas Ngemplak telah memiliki pengontrol temperatur, sedangkan pengecekan dan pencatatan temperatur dilakukan dua kali setiap harinya. Hal ini dimaksudkan agar temperatur di dalam lemari pendingin tetap terjaga sehingga tidak melebihi batas yang ditentukan yaitu 2oC 8oC. Kenaikan temperatur lemari pendingin dapat terjadi karena terlalu sering membuka dan menutup lemari pendingin atau karena pintu tidak ditutup rapat. Walaupun secara umum vaksin disimpan dalam suhu 2C - 8C, namun tetap ada rekomendasi suhu dan lama penyimpanan vaksin pada beberapa tingkatan rantai pendingin yang berbeda. Di Puskesmas Ngemplak juga terdapat Cold Box untuk tempat menyimpan vaksin saat listrik padam.Spuit yang digunakan adalah uniject. Cara pemakaiannya tidak sama dengan spuit biasa. Setelah vaksin diambil (untuk campak, dilarutkan pada aquadest) lalu pastikan tidak ada udara, baru melakuka injeksi sesuai prosedure. Pemberian HB dan DPT menggunakan vaksin combo. Setelah pemberian vaksin campak, BCG (tidak ada), dan DPT balita diberikan paracetamol untuk menanggulangi reaksi imunisasi (panas) pasca injeksi yang diminum sehari tiga kali sampai sekitar 2 hari (sampai panasnya hilang). Jumlah balita yang diimunisasikan cukup banyak (6 orang). Akan tetapi, dari kelima anak tersebut, tidak ada yang menerima imunisasi hepatitis B, oleh karena itu, mahasiswa tidak dapat melihat secara langsung penyuntikan hepatitis B (intra muskuler). Namun prosedur penyuntikan secara intramuskuler dapat dillihat pada saat pemberian imunisasi DPT. Penyuntikan intra muskuler secara teori dapat dilakukan di regio gluteus, regio superior lateral femur dan dapat pula dilakukan di regio deltoid, namun pelaksanaan di lapangan sesuai dengan program pemerintah adalah suntikan DPT I di lengan kiri, DPT II di lengan kanan, dan DPT III di lengan kiri, namun hal ini sifatnya tidak mutlak, program seperti ini hanya untuk mempermudah untuk memberikan marker bahwa si anak telah diimunisasi. Prosedur pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Ngemplak meliputi pemberian vaksin HB dan DPT sebanyak 0,5 ml secara intramuskuler pada lengan, campak sebanyak 0,5 ml dengan pengenceran menggunakan aquadest secara IM pada paha atau lengan kiri, BCG sebanyak 1 ampul dengan bahan pelarut NaCl Faali biasanya disuntikan pada lengan kanan, penyuntikannya secara intrakutan, tidak boleh secara IM karena dapat menimbulkan sepsis, polio sebanyak 2 tetes pada mulut, namun apabila masih ada keraguan pada dosis pipeting, maka vaksin polio dapat ditambahkan sebanyak 1 tetes lagi. Sebenarnya dalam menentukan letak kanan atau kiri untuk penyuntikan vaksin BCG dan campak bukanlah suatu masalah, biasanya untuk vaksin campak di kiri, sadangkan untuk BCG di kanan, namun hal ini tidak mutlak sifatnya. Untuk penyuntikan secara intra muscular, dilakukan pencubitan pada area injeksi dan posisi spuit 90 derajat. Untuk injeksi subkutan cara hampir sama, namun posisi jarum 45 derajat. Sedangkan untuk polio, diteteskan pada mulut seperti biasa. Sterilisasi area suntikan tidak menggunakan alkohol, tetapi menggunakan air panas pada kapas karena jika menggunakan alkohol dikhawatirkan akan merusak vaksin. Untuk persiapan alat bahan seharusnya dipersiapkan juga adrenalin untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan (syok anafilaksis). Untuk penghitungan perencanaan imunisasi, digunakan data tahun lalu (2008), namun ada pula beberapa data tahun 2009. Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting agar kegiatan pelayanan imunisasi di Puskesmas berjalan dengan baik. Dalam prakteknya, penghitungan perencanaan di Puskesmas Ngemplak tidak dilakukan oleh mahasiswa secara langsung di lapangan. Mahasiswa hanya melakukan pendataan dan pencatatan berdasarkan data yang didapat dari puskesmas.Kendala-kendala yang terjadi di lapangan antara lain : kendala yang berasal dari pasien seperti tidak tertibnya pasien di puskesmas, sebagai contoh bayi atau anak yang akan diimunisasi sering tidak datang imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan bahkan sering juga ditemukan orang tua atau orang yang membawa anak tersebut untuk diimunisasi lupa saat ditanyai oleh petugas apakah sang anak pernah mendapatkan vaksin jenis tertentu. Untuk mengatasi hal ini, puskesmas membuat kartu-kartu imunisasi beserta buku panduan, selain itu jadwal pelayanan pemberian imunisasi ditempel di sebuah ruang tempat imunisasi diberikan agar imunisasi berjalan efektif. Kendala dalam pelaksanaan imunisasi sendiri biasanya berupa anak yang akan disuntik selalu menangis karena gelisah atau takut, demam. Seringkali ibu tidak mengetahui anak sakit atau jika ditanya memberikan jawaban yang cukup membingungkan sehingga petugas imunisasi harus memeriksa fisik anak sebelum dilaksanakan imunisasi. Selain itu status kesehatan dan gizi anak yang akan diimunisasi cukup sering menghambat proses imunisasi. Dari segi orang tua, kendala yang paling sering adalah kurangnya pemahaman sebagian penduduk tentang pentingnya imunisasi sehingga acapkali mereka tidak membawa sang anak ke puskesmas sesuai dengan jadwal imunisasi yang seharusnya didapat sang anak. Untuk mengatasi permasalahan ini, pihak puskesmas melakukan sweeping dan kaderisasi ke rumah-rumah penduduk untuk memberikan imunisasi, selain itu hal ini dilakukan demi tercapainya target cakupan imunisasi yang dinyatakan dalam persen. Adanya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) juga merupakan suatu kendala. Namun KIPI di Puskesmas Ngemplak sangat jarang terjadi. Berdasarkan data yang di dapat dari puskesmas, pada bulan Februari terjadi satu kasus KIPI. KIPI yang terjadi pada Bulan Februari adalah terjadinya muntah, diare, pingsan(sinkop), kejang, kesadaran menurun, dan terjadi pula demam tinggi (>39 derajad celcius) selama lebih dari satu hari setelah pemberian vaksin DPT I secara subkutan di lengan kiri dan Polio II secara oral. Pengobatan KIPI untuk kasus ini adalah dengan diberikannya obat antipiretik dan pemberian O2, kemudian pasien dirujuk ke RS Boyolali untuk mendapatkan penanganan lanjut. Pada bulan Maret tercatat di formulir pelacakan kasus AFP terjadinya kelumpuhan akut dan sifatnya layuh pada anggota gerak yang sering terjadi pada seorang anak berusia 4 tahun pada hari yang sama dengan rasa sakit yang muncul pada pasien. Sebulan sebelum kejadian pasien tidak mempunyai riwayat kontak. Diduga bahwa sang anak tersebut menderita GBS (Gullain Barre Syndrome). Kejadian ini segera dilacak dan dimasukkan ke dalam formulir pelacakan kasus AFP, sedangkan untuk mengatasi keluhan yang terjadi, pasien kemudian dirujuk ke RS. Reaksi yang paling sering terjadi setelah diimunisasi adalah demam dan bengkak pada daerah suntikan. Untuk mengatasi hal ini biasanya sebelum imunisasi, petugas memberikan pengarahan pada orang tua sebagai langkah untuk menganggulagi reaksi yang terjadi tersebut. Sebagai contoh : setelah pemberian DPT dan campak. Demam setelah pemberian DPT akan terjadi sampai kurang lebih 2 hari setelah pemberian imunisasi, sedangkan demam setelah pemberian campak akan terjadi setelah 8-12 hari pasca imunisasi. Demam ini dapat diatasi dengan pemberian pamol (10mg/BB) dan diberikan pula kompres air hangat. Kendala yang lain adalah kurangnya kuantitas tenaga kesehatan di Puskesmas Ngemplak. Tenaga yang ada hanya 45 orang, padahal Puskesmas tersebut membawahi 12 desa. Hal ini dapat menimbulkan ketidakefektifan pelayanan di puskesmas.

BAB IVPENUTUP

SIMPULAN1. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen dengan cara menginduksi imunitas pada tubuh manusia melalui pemberian vaksin sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Matondang, 2005)2. Dasar imunisasi adalah adanya mekanisme pertahanan tubuh yang spesifik, yang meliputi sistem produksi antibodi oleh sel B dan sistem imunitas seluler oleh sel T3. Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal dan kombinasi dengan disesuaikan agen penyusunnya serta waktu dan cara pemberiannya harus sesuai dengan prosedur 4. Pemberian imunisasi pada bayi bertujuan untuk mencegah penyakit, seperti TBC, campak, polio, difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B karena dengan imunisasi tubuh dapat membentuk antibodi spesifik terhadap statu penyakit5. Perencanaan imunisasi merupakan bagian yang sangat penting agar kegiatan pelayanan imunisasi di puskesmas berjalan dengan baik6. Imunisasi yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak secara umum sudah memenuhi standart, meliputi imunisasi BCG, campak, polio, dan DPT

SARAN1. Anak-anak yang antibodinya belum terbentuk dengan sempurna, seyogyanya diimunisasi secara teratur agar antibodinya terbentuk sehingga terhindar dari penyakit tertentu.2. Pelaksanaan imunisasi harus dipertahankan agar berjalan rutin sesuai jadwal dan dilakukan oleh petugas yang memenuhi kualitas. 3. Guna melakukan pencegahan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) maka cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai ke desa-desa terpencil, sehingga diperlukan peran aktif dan kinerja yang maksimal dari Puskesmas.4. Penyuluhan, edukasi, dan sosialisasi secara kontinyu tentang pentingnya imunisasi bagi warga sekaligus KIPI perlu digiatkan agar warga sadar akan pentingnya imunisasi, bersedia untuk mengikuti program imunisasi dan tidak kaget saat menemui KIPI.5. Pemantauan KIPI harus benar benar diperhatikan untuk menekan angka morbiditas dan morbilitas akibat KIPI.6. Sweeping dan kaderisasi lebih digalakkan untuk meningkatkan angka target cakupan imunisasi. 7. Prosedur persiapan imunisasi harus dijalankan dengan benar untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan saat maupun pasca imunisasi (misal : penyediaan adrenalin, paracetamol, dan persiapan alat dan bahan imunisasi).8. Memperbaiki status gizi masyarakat setempat di lingkungan Puskemas demi mendukung keberhasilan pelaksanaan imunisasi. 9. Penyuluhan kepada petugas imunisasi agar lebih berhati-hati dalam menjalankan prosedur imunisasi sehingga dapat meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan dan penambaan jumlah petugas pelaksana di puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke tujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaGuyton, Arthur C. Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran/Arthur C. Guyton, John E Hall. Editor bahasa Indonesia : Irawati Setiawan Ed. 9 Jakarta : EGCKresno, Siti Boedina. 2007. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaMansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media AesculapiusMarkum, A.H.. 1997. Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaMatondang, Corry S. 2006. Aspek Imunologi Imunisasi. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak IndonesiaRanuh, I.G.N dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi kedua. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.Rengganis, Iris. 2008. Imunologi Dasar. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : PusatPenerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaTim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. Manual Field. Lab Program Imunisasi. Surakarta : Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas MaretWahab, A.S., Julia., M., 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika

23