jurusan pendidikan geografi fakultas hukum dan...
TRANSCRIPT
ii
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PEMBUATAN PETA WILAYAH DESA UNTUK MENDUKUNG BASIS DATA PROFIL DESA YANG VALID DAN RELIABEL
DI KECAMATAN BULELENG
Oleh
Dr. I Putu Sriartha, M.S. NIDN :0020106112
I Wayan Krisna Eka Putra, S.Pd., M.Eng. NIDN : 0820018901
I Putu Gede Diatmika, SE., Ak., M.Si NIDN.0015087003
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor :
39/UN48.16/PM/2016 tanggal 25 Februari 2016
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Tahun 2016
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
1. Judul Proposal : Pelatihan Pembuatan Peta Wilayah Desa Untuk Mendukung Basis Data Profil Desa yang Valid dan Reliable di Kecamatan Buleleng
2. Ketua Tim Pengusul Nama Ketua NIP/NIDN Bidang Keahlian Jabatan/Pangkat/Golongan Jurusan/Fakultas Alamat Rumah/Telp.
: : : : : :
Dr. Drs. I Putu Sriartha, M.S 196110201988031002 Ilmu Geografi Lektor Kepala/Pembina Utama Muda/IVc Pendidikan Geografi / Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Br. Dinas Dangin Margi, Desa Pemaron, Kec. Buleleng. Telp. 08123628356
3. Jumlah Anggota Tim Identitas Anggota 1 Nama Lengkap NIP Jabatan/Pangkat/Gol Identitas Anggota 2 Nama Lengkap NIP Jabatan/Pangkat/Gol
: : : : : : :
2 Orang I Wayan Krisna Eka Putra, S.Pd., M.Eng 19890120215041001 Tenaga Pengajar/Penata Muda Tk I/IIIb I Putu Gede Diatmika, SE.Ak. M.Si 197008152001121002 Lektor Kepala/Pembina/Iva
4. Lokasi Kegiatan : Desa Tukadmungga, Kec. Buleleng
5. Jumlah Biaya yang Diusulkan : Rp. 13.200.000- Mengetahui Dekan FHIS Undiksha
NIP. 196303101988031002 Prof. Dr. Sukadi, M.Pd, M.Ed
Singaraja 3 November 2016 Ketua Pelaksana
NIP. 196110201988031002 Dr. Drs. I Putu Sriartha, M.S
Menyetujui; Ketua LPPM Undiksha,
NIP. 195612311983031002 Prof. Dr. I Nengah Suandi., M.Hum
iii
RINGKASAN
Program penerapan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) akan dilaksanakan pada 3 (tiga) desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng, yaitu : Desa Tukad Mungga, Kelurahan Liligundi, dan Desa Jineng Dalem. Ketiga desa/kelurahan tersebut memiliki jumlah dan kualitas sumberdaya manusia/pamong desa/kelurahan yang cukup memadai dan telah memiliki perangkat komputer.Namun administrasi data dan informasi desa/kelurahan belum tersedia secara lengkap, valid, dan reliabel serta dikelola secara manual.Tujuan dan target khusus yang ingin dicapai dalam P2M ini adalah : (1) Meningkatkan pengetahuan para pamong desa/kelurahan tentang peta dan Sistem Informasi Geografi (SIG), (2) memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan tentang pembuatan peta digital, (3) menghasilkan sistem input, pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan data peta berbasis SIG, (4) menghasilkan produk berupa peta desa/kelurahan digital berbasis SIG. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan pemberdayaan dengan menerapkan prinsip partisipati penuh kelompok sasaran. Metode pemberdayaan yang diterapkan bersifat variatif, yaitu : metode brainstorming, workshop, kerja praktek lapangan (tracking field), bimbingan penugasan dan tanya jawab berbasis modul, pelatihan. Tahapan kegiatan dilakukan dengan mengacu pada modul pelatihan yang disediakan, yaitu mulai dari input data dasar pemetaan, kemudian penentuan penentuan batas wilayah desa/kelurahan yang akan dpetakan, serta penambahan beberapa inrastruktur umum dan informasi atribut lainnya. Kemudian penggunaan GPS untuk menghasilkan informasi tambahan dari lapangan untuk kelengkapan informasi peta. Setelah melalui tahapan kegiatan dan mengacu pada hasil evaluasi proses dan hasil, peserta menunjukkan pemahaman terhadap materi dan kegiatan teknis pelatihan yang masih kurang. Perlu diberikan pemahaman dan penekanan pada beberapa aspek sehingga peserta semakin mantap dalam melakukan pembuatan peta desa/kelurahan. Informasi yang diberikan oleh aparat desa terkait potensi desa dan kelengkapan infrastruktur yang ada menjadi suatu hal penting dalam menghasilkan peta desa/kelurahan yang berkualitas. Pada akhirnya, dari semua tahapan kegiatan yang dilakukan, diperoleh suatu hasil/produk berupa Peta Desa/Kelurahan berbasis digital dengan kelengkapan potensi desa dan infrastruktur yang ada mengacu pada profil desa masing-masing.
Kata-kata kunci :Peta desa/kelurahan, Sistem Informasi geografis (SIG).
iv
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa), karena berkat rahat-Nya pelaksanaan kegiatan P2M ini dapat berjalan
sesuai dengan rencana. Kegiatan P2M ini dilakukan di tiga desa yaitu Desa
Tukadmungga, Jineng Dalem dan Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng. Kegiatan P2M ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan
pengetahuan para pamong desa/kelurahan tentang peta dan Sistem Informasi Geografi
(SIG), (2) memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan dibidang
pembuatan peta desa/kelurahan digital berbasis SIG, (3) menghasilkan sistem kerja
input, pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan data peta berbasis SIG, (4)
menghasilkan produk berupa peta desa/kelurahan digital berbasis SIG, dan (5)
menghasilkan data dan informasi profil desa berbasis komputer. Selama kegiatan ini
berlangsung, mulai dari persiapan sampai pelaporan, banyak mandapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Undiksha atas
penugasan dan dana yang diberikan untuk melaksanakan P2M ini.
2. Camat Buleleng, Kabupaten Buleleng atas ijin yang diberikan untuk
melaksanakan kegiatan P2M ini.
3. Kepala Desa Tukadmungga, Jineng Dalem dan Lurah Liligundi beserta staff
atas partisipasinya sebagai peserta dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini.
4. Mahasiswa yang telah membantu melancarkan kegiatan P2M ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga telah
membantu dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini.
Akhirnya, semoga kegiatan P2M ini dapat memberikan manfaat dan
sumbangsih bagi aparat desa. Disadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan kegiatan ini.
Singaraja, November 2016
Tim Pelaksana P2M
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii Ringkasan ........................................................................................................... iii Prakata ................................................................................................................ iv Daftar Isi ............................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….…...1 1.2. Analisis Situasi ……………………………………………………….…..1 1.3. Identifikasi dan Rumusan Permasalahan ………………………………....3 1.4. Tujuan Kegiatan ……………………………………………………….….4 1.5. Khalayak Sasaran …………………………………………………….…...4 1.6. Target dan Luaran ………………………………………………………...5 BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1. Tahapan Kegiatan ........................................................................................ 6 BAB III HASIL YANG DICAPAI 3.1. Hasil Tahap Perencanaan ............................................................................ 10 3.2. Hasi Tahap Pelaksanaan .............................................................................. 10 3.3. Hasil Tahap Evaluasi ................................................................................... 13 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan ...................................................................................................... 14 4.2. Saran ............................................................................................................ 20
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peta memiliki fungsi dan peranan yang sangat vital dalam pembangunan.
Hampir semua instansi sektoral, seperti instansi yang menangani sektor pertanian,
sektor pariwisata, sektor perikanan dan kemaritiman, sektor perhubungan, sektor
pertanahan, sektor pertahanan/keamanan, dan sektor perencanaan wilayah, dan
sektor lainnya membutuhkan peta sebagai basis data untuk merencanakan dan
melaksanakan program kegiatannya. Bahkan ada instansi tertentu yang tidak bisa
berjalan tanpa didukung oleh dokumen peta seperti Bappenas-Bappeda dan BPN.
Demikian juga para stakeholders lainnya seperti para pengusaha, peneliti, dan pegiat
LSM, sering kali memerlukan peta untuk mendukung kelancaran dan ketercapaian
program kerjanya.
Sumber peta yang memuat informasi detail dengan skala besar adalah peta
desa. Setiap desa semestinya memiliki dokumen peta yang menggambarkan potensi
wilayahnya, namun ketersediaan peta desa yang lengkap dan akurat menjadi
masalah utama yang dihadapi oleh semua desa di Indonesia
(www.bakosurtanal.go.id/berita). Pentingnya peta desa sejalan dengan tuntutan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan kebijakan pembangunan
Pemerintahan Jokowi- JK yang menetapkan pembangunan dari wilayah perdesaan
dan pinggiran. Ketersediaan peta desa yang valid dan reliabel menjadi cikal bakal
penetapan batas-batas wilayah pada level di atasnya, dan merupakan basis data
fundamental dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, serta sebagai
instrumen pencegah konflik wilayah yang dipicu karena masalah ketidakjelasan
batas wilayah (desa). Untuk itu diperlukan sumberdaya manusia, terutama aparat
desa yang berkompeten di bidang pembuatan peta desa dan penyusunan profil desa.
1.2. Analisis Situasi
Kecamatan Buleleng termasuk salah satu dari 9 kecamatan yang ada di
Kabupaten Buleleng. Secara administratif Kecamatan Buleleng terdiri atas 29
desa/kelurahan, dengan rincian 25 berstatus wilayah perkotaan dan 4 berstatus
wilayah perdesaan. Luas wilayah seluruhnya adalah 46,45 km2, dengan batas
2
geografis di sebelah timur Kecamatan Sawan, di sebelah selatan Kecamatan
Sukasada, di sebelah barat Kecamatan Banjar, dan di sebelah utara Laut Bali.
Jumlah pamong atau aparat desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng
menempati urutan paling banyak dibandingakan dengan kecamatan lainnya yang
ada di kabupaten Buleleng. Jumlah pamong desa/kelurahan paling banyak terdapat
di Kelurahan Penarukan (20 orang) dan paling sedikit di Kelurahan Kampung
Singaraja (Kecamatan Buleleng Dalam Angka, 2014).Dilihat dari pendidikan
formalnya, pamong desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng menunjukkan kondisi
yang terbaik diantara kecamatan di Kabupaten Buleleng.Distribusi pamong
desa/kelurahan masing-masing kecamatan di Kabupaten Buleleng menurut
pendidikannya dapat dicermati pada Tabel 1.
Tabel 1.Jumlah Pamong Desa/Kelurahan Setiap Kecamatan Di Kabupaten Buleleng Menurut Pendidikannya.
No.
Kecamatan
Pendidikan
Jumlah SD SLTP SLTA Sarjana
Muda
Sarjana
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gerogak
Seririt
Busungbiu
Banjar
Sukasada
Buleleng
Sawan
Kubutambahan
Tejakula
17
6
7
8
7
5
38
7
9
15
25
20
28
17
31
27
21
10
135
191
100
140
140
248
92
102
117
0
1
5
2
0
14
3
1
0
8
12
10
12
9
35
12
9
8
175
236
146
190
173
333
172
142
144
Kabupaten Buleleng 104 194 1.265 26 115 1.711
Sumber : Kecamatan Dalam Angka (9 kecamatan), 2014.
Berdasarkan data Jumlah dan tingkat pendidikan pamong desa/kelurahan
tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa Kecamatan Buleleng memiliki sumberdaya
manusia pamong desa/kelurahan paling potensial dibandingkan dengan kecamatan
lainnya. Potensi ini merupakan asset SDM untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan desa yang baik (good governance), termasuk tata kelola di bidang data
dan informasi potensi desa dalam bentuk peta dan profil desa.
3
1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Walaupun jumlah dan tingkat pendidikan pamong desa/kelurahan di
Kecamatan Buleleng tergolong baik, namun ketersediaan dan pengelolaan data
potensi desa/kelurahan belum baik. Hasil penjajagan lapangan di beberapa
desa/kelurahan, ditemukan bahwa peta yang tersedia hanya berupa denah lokasi
desa/kelurahan yang jauh di bawah standar peta yang sebenarnya (Gambar 1). Dari
tahun pembuatan denah lokasi tersebut sudah kedaluwarsa (out of date) sehingga
tidak relevan dengan perkembangan wilayah yang terkini. Data tentang peta dan
profil desa/kelurahan masih dikerjakan secara manual (Gambar 2). Manualisasi ini
terjadi karena kendala rendahnya kemampuan aparat desa/kelurahan dalam
mengoperasikan sistem komputer, pada hal di setiap desa/kelurahan sudah tersedia
minimal satu perangkat komputer. Akibatnya data dan informasi desa/kelurahan
tidak dapat di update secara cepat. Di samping itu, hampir semua aparat desa
termasuk Kepala Desa/Lurah belum memahami tentang makna konsep objek-objek
yang tertera dalam denah lokasi desa/kelurahan. Misalnya ketika ditanya makna
orientasi (arah) yang tertera pada denah, aparat desa/kelurahan belum mampu
menunjukan arah sebenarnya di lapangan.
Gambar 1.1. Denah Lokasi Desa (Bukan
Peta)
Gambar 1.2. Profil Desa Manual
Identifikasi permasalahan tersebut di atas akan berdampak data dan
informasi yang dimiliki desa/kelurahan tidak lengkap, tidak up todate, dan tidak
akurat. Jika masalah ini didak dicarikan solusinya, maka akan menyebabkan para
4
stakeholders (para pengguna) kengalami kesulitan untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan
dipecahkan dalam pengabdian kepada masyarakat ini dapat dirumuskan, sebagai
berikut.
1. Pengetahuan dan keterampilan para pamong desa/kelurahan di Kecamatan
Buleleng tentang peta desa/kelurahan tergolong rendah. Hampir semua
pamong desa/kelurahan tidak memahami konsep tentang peta beserta
komponen-komponennya, tidak bisa membaca, menafsirkan objek-objek
yang ada di peta secara benar. Demikian juga keterampilan mereka dalam
pengadaan peta desa/kelurahan, baik secara manual maupun secara digital di
layar komputer (on screen map) tergolong sangat rendah.
2. Di setiap desa/kelurahan belum tersedia peta yang memenuhi standar
kartografis. Yang tersedia baru berupa denah lokasi desa/kelurahan yang
desain dan akurasi isinyatidak dapat dipertanggungjawabkan.
3. Proses input, pengolahan, dan penyimpanan data dan informasi seperti peta
dan profil desa/kelurahan masih dilakukan secara tradisional (manual), pada
hal di setiap desa/kelurahan sudah tersedia perangkat komputer walaupun
dalam jumlah yang belum memadai.
1.4. Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan pengetahuan para pamong desa/kelurahan tentang peta dan
Sistem Informasi Geografi (SIG).
2. Memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan dibidang
pembuatan peta desa/kelurahan digital berbasis SIG.
3. Menghasilkan produk berupa peta desa/kelurahan digital berbasis SIG.
1.5. Khalayak Sasaran
P2M ini mengambil lokasi di desa/kelurahan terpilih yang ada di lingkungan
Kecamatan Buleleng.Pengambilan lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan
bahwa desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng memiliki potensi SDM pamong
desa/kelurahan paling baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten
5
Buleleng. Potensi SDM tersebut diharapkan dapat mendukung keberhasilan program
P2M ini sekaligus menjadi model kegiatan lanjutan di luar Kecamatan Buleleng.
Mengingat jumlah desa/kelurahan yang ada di kecamatan Buleleng cukup
banyak, sementara waktu dan dana kegiatan yang terbatas, maka kegiatan P2M ini
menetapkan 3 lokasi yang menjadi pusat kegiatan, di mana setiap lokasi pusat
kegiatan diambil 1 desa/kelurahan. Di wilayah barat ditetapkan Desa Tukad
Mungga, di wilayah tengah ditetapkan Kelurahan Liligundi, dan di wilayah timur
ditetapkan Desa Jineng Dalem.
Berdasarkan lokasi kegiatan yang ditetapkan di atas, maka khalayak sasaran
kegiatan P2M ini adalah semua pamong/ aparat (Kepala Desa/Lurah, Kepala
Urusan, Sekretaris/Juru Tulis, Klian Dinas/Dusun, staf administrasi lainnya) yang
ada di 3 desa/kelurahan terpilih.
1.6. Target dan Luaran
Kegiatan P2M ini diharapkan menghasilkan : pengetahuan tentang perpetaan
dan SIG bagi para pamong desa/kelurahan, keterampilan membuat peta desa digital
berbasis SIG, dan keterampilan menyusun profil desa/kelurahan berbasis komputer.
Produk nyata yang dihasilkan berupa peta digital dan profil berbasis komputer. Jasa
pengetahuan dan keterampilan serta produk peta digital dan profil desa tersebut
sangat bermanfaat bagi pemerintahan desa/kelurahan untuk memberikan pelayanan
data dan informasi secara cepat dan tepat yang dibutuhkan oleh instansi vertikal di
atasnya dan para pengguna data lainnya. Di samping itu luaran yang dihasilkan
berupa artikel hasil P2M yang dipublikasikan di jurnal nasional. Publikasi artikel
tersebut merupakan bentuk diseminasi karya P2M yang bermanfaat bagi
pengembangan kebaruan model dan konsep kegiatan P2M.
6
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1. Tahapan Kegiatan
Program P2M penerapan Ipteks ini menggunakan pendekatan pemberdayaan
dengan prinsip partisipasi penuh dari kelompok khalayak sasaran. Tugas pokok Tim
Pelaksana adalah memfasilitasi, memediasi, dan membimbing (mengarahkan)
khalayak sasaran untuk merealisasikan rencana kegiatan yang telah menjadi
kesepakatan bersama. Keterkaitan antara metode kegiatan dengan tahapan/jenis
kegiatan, tujuan dan target luaran yang dicapai, dikemukakan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Matrik Jenis Kegiatan, Tujuan, Metode, dan Target Luaran P2M
Tahapan dan
Jenis Kegiatan
Tujuan Kegiatan Metode Kegiatan Target Luaran
A. Perencanaan 1. Sosialisasi. 2. Pembuatan modul. 3. Membuat rencana
kerja P2M. 4.Membuat
Pedoman Evaluasi.
Membangun komitmen, rasa memiliki dan kebersamaan peserta dan Tim Pelaksana. Memfasilitasi materi P2M kepada peserta. Menjamin agar kegiatan P2M berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Mengetahui efektivitas proses dan hasil kegiatan P2M.
Brainstorming dan pengarahan. Workshop. Workshop Workshop
Terbentuk komitmen dan kesepakatan bersama. Modul pelatihan Pemetaan dan SIG siap digunakan dalam P2M. Dokumen rencana kerja P2M yang siap dilaksanakan. Dokumen evaluasi kegiatan yang siap digunakan.
7
B. Pelaksanaan 1. Pemberian materi
Perpetaan dan SIG. 2. Pendataan batas
dan profil desa. 3.Pemberian
keterampilan mengoperasikan komputer.
4.Pemberian
keterampilan mengoperasikan SIG.
5.Reproduksi peta
desa dan profil desa digital.
Meningkatkan pengetahuan peserta tentang peta (desa/kelurahan) dan SIG. Menyiapkan data masukan untuk operasi SIG. Meningkatkan keterampilan peserta dalam mengoperasikan komputer. Meningkatkan keterampilan peserta dalam mengoperasikan SIG. Menghasilkan produk berupa peta desa dan profil desa digital.
Bimbingan, tanya jawab, dan penugasan. Tracking field dan dokumentasi. Pelatihan. Pelatihan Pelatihan dan Penugasan
Peserta memiliki wawasan dan pengetahuan tentang peta dan SIG. Data masukan tersedia untuk operasi SIG. Peserta terampil mengoperasikan komputer. Peserta terampil mengoperasikan SIG. Produk peta desa digital dan profil desa digital siap digunakan oleh users.
C. Evaluasi 1.Mengadakan
evaluasi akhir kegiatan P2M.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan P2M, baik keberhasilan proses maupun output.
Pemberian angket kepuasan, fortofolio proses dan produk kegiatan.
Proses kegiatan berlangsung dengan lancar dengan sesuai tujuan yang ditetapkan.
Kerangka pemecahan masalah yang telah dirumuskan tersebut dilakukan
melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan. Kegiatan pada tahap ini meliputi : (a) sosialisasi, (b)
menyusun rencana kerja bersama, (c) membuat modul pelatihan, dan (d)
membuat pedoman evaluasi kegiatan. Tujuan sosialisasi adalah membangun
komitmen, rasa memiliki, dan kesepakatan bersama antara Tim P2M dengan
peserta kegiatan, terkait dengan program yang akan dilaksanakan. Modul
pelatihan pemetaan berbasis SIG disiapkan oleh Tim P2M yang disusun
secara praktis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh
peserta. Pembuatan pedoman evaluasi kegiatan bertujuan untuk mengetahui
capaian kegiatan dan kesesuaiannya dengan tujuan kegiatan.
8
2. Tahap Pelaksanaan. Kegiatan pada tahap ini meliputi : (a) Pemberian materi
perpetaan dan SIG melalui metode bimbingan, tanya jawab, dan penugasan
berbasis modul (b) pengecekan data batas dan potensi desa/kelurahan melalui
penelusuran lapangan (tracking field),(c) pelatihan komputer, (d) pelatihan
operasi SIG untuk pembuatan peta, (e) reproduksi peta digital.
3. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses berupa tingkat
kepuasan peserta selama kegiatan berlangsung, dan evaluasi hasil melalui tes
yang diberikan kepada peserta sesuai dengan rencana evaluasi yang telah
ditetapkan.Setiap peserta akan dilakukan evaluasi proses dan hasil kerja
dengan menggunakan rancangan evaluasi.
9
BAB III
HASIL YANG DICAPAI
Kegiatan P2M ini dilaksanakan di Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng. Secara umum kegiatan P2M ini dilakukan melalui 3 tahapan
utama, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi. Berdasarkan
kegiatan yang sudah dilaksanakan, dapat disampaikan laporan kemajuan sebagai
berikut.
3.1. Hasil Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan P2M ini dibedakan menjadi 4 tahapan yaitu : (a)
sosialisasi, (b) pembuatan modul, (c) permbuatan rencana kerja P2M, dan (d)
pemmbuatan pedoman evaluasi. Kegiatan sosialisasi diawali dengan mengurus ijin
pelaksanaan P2M. Proses mengurus ijin dilakukan di Kantor Camat Buleleng. Hasil
yang diperoleh Camat Buleleng mengapresiasi kegiatan ini dan merekomendasikan
3 desa yang dipilih sebagai subjek untuk mengikuti kegiatan P2M ini.Desa yang
dimaksud adalah Desa Liligundi, Desa Jineng Dalem, dan Desa Tukadmungga.
Setelah dipastikan dan ditetapkan desa-desa yang dipilih mengikuti kegiatan
P2M, tim pelaksana langsung melakukan sosialisasi dan mendata peserta di masing-
masing desa yang ditunjuk Camat. Hasilnya setiap desa bersedia mengirimkan 2
orang perwakilan untuk mengikuti pelatihan.
Langkah selanjutnya tim pelaksana merancang rencana kerja P2M.
Berdasarkan hasil diskusi bersama tim beserta kesepakatan dengan peserta,
ditetapakn tanggal 30 Juni dan 1 Juli 2016 pelaksanaan P2M yang berlokasi di Desa
Tukadmungga. Pada saat merancang rencana kerja juga ditetapkan yang akan
memberikan pelatihan adalah tim pelaksana dan dibantu oleh mahasiswa. Untuk itu
pada tahap ini juga dilakukan pelatihan lebih awal kepada mahasiswa agar lebih
terampil pada saat membantu tim ketika pelaksanaan P2M. Mahasiswa yang dipilih
dalam hal ini adalah mahasiswa D3 Survei dan Pemetaan serta mahasiswa
Pendidikan Geografi konsentrasi Pemetaan. Kegiatan pelatihan kepada mahasiswa
ini dilakukan selama 2 hari yaitu tanggal 27 dan 28 Juni 2016.
Tim pelaksana juga merencanakan konsep untuk membuat modul pelatihan.
Setelah ditetapkan konsep modul yang akan dibuat, maka selanjutnya dibantu oleh
mahasiswa untuk memfinalisasi modul tersebut. Kegiatan pembuatan modul ini
10
dilakukan selama 10 hari yang pelaksanaannya dilakukan pada tanggal
2,3,4,11,12,13,16,17,18,dan 19 Juni 2016 bertempat di Ruang Laboratorium
Geografi. Sebagai dokumen kegiatan disajikan pada Gambar 3.1, sementara modul
yang dihasilkan disajikan pada Lampiran 1.
Gambar 3.1. Dokumentasi Pembuatan Modul Pelatihan P2M
Tahap selanjutnya yang dilakukan pada tahap persiapan adalah membuat
pedoman evaluasi. Pedoman evaluasi ditujukan untuk mengetahui pemahaman
peserta selama mengikuti kegiatan P2M. Pedoman evaluasi yang dihasilkan
disajikan pada Lampiran 2.
3.2. Hasil Tahap Pelaksanaan
Kegiatan P2M ini dilaksanakan di Desa Tukadmunga, Kecamatan Buleleng
pada tanggal 31 Juni dan 1 Juli 2016. Kegiatan ini diikuti oleh 14 peserta termasuk
mahasiswa yang sekaligus sebagai trainernya. Kegiatan ini diawali dengan
penyampaian materi konsep dasar pemetaan, yang bertujuan agar peserta memiliki
pemahaman yang sama tentang peta. Kemudian tahap selanjutnya dilanjutkan
dengan pemberian bimbingan teknis berupa pelatihan penggunaan software
Quantum GIS pada komputer untuk pembuatan peta wilayah desa yang terdiri dari
beberapa tahapan yaitu, mulai dari penentuan batas administrasi desa/kelurahan
dengan melakukan digitasi pada peta RBI, digitasi jalan, penentuan lokasi fasilitas
umum (sekolah, pura, puskesmas, dan sebagainya) serta penambahan beberapa
inforasi atribut yang dibutuhkan. Setelah selesai memberikan bimbingan pembuatan
peta desa/kelurahan dilanjutkan dengan bimbingan teknis penggunaan alat yang
disebut sebagai GPS (Global Positioning System) untuk pengambilan data
11
tambahan. Informasi yang perlu ditambahkan seperti keberadaan sekolah, pura,
pasar, taman rekreasi, lapangan olahraga, puskesmas, dan sebagainya sesuai dengan
fasilitas umum yang terdapat pada desa bersangkutan dan informasi tersebut
diberikan oleh aparat desa. Setelah data di lapangan diperoleh menggunakan GPS
baru kemudian diberikan cara meng-input data dari GPS tersebut ke dalam software
Quantum GIS yang kemudian diolah untuk kepentingan informasi tambahan pada
peta administrasi desa yang selanjutnya sebagai produk/hasil dari proses pelatihan
yang dilakukan. Dokumentasi mengenai proses bimbingan teknis yang dilakukan
dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini dan Lampiran 3.
Gambar. 3.2. Dokuemntasi Pelaksanaan P2M Pemberian Bimbingan Teknis
Membuat Peta Desa
12
Pada saat pemberian bimbingan teknis, peserta dipandu langsung oleh
instruktur dan didampingi oleh mahasiswa. Walaupun demikian peserta masih
kebingungan ketika pelaksanaan. Untuk itu pemberian materi yang intensif
didukung dengan modul yang sudah disiapkan serta didampingi mahasiswa akan
dapat meningkatkan keterampilan peserta. Terbukti setelah kegiatan berlangsung,
peserta mulai mandiri merancang peta wilayahnya masing-masing. Walaupun
demikian untuk finalisasi peta tetap difasilitasi oleh tim pelaksana.
Setelah kegiatan bimbingan teknis, peserta menyampaikan bahwa data yang
dimiliki belum update sesuai kondisi real di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan
update peta melalui pemetaan partisipatif bersama aparat desa. Aparat desa berperan
untuk memberikan informasi, sementara tim pelaksana dibantu mahasiswa
melakukan akuisisi koordinatnya menggukan Global Positioning System (GPS).
Kegiatan pemetaan partisipatif ini dilakukan selama 3 hari tanggal 6 Juni 2016
bertempat di wilayah Desa Tukadmungga, tanggal 7 Juni 2016 bertempat di wilayah
Kelurahan Liligundi, dan tanggal 8 Juni 2016 bertempat di Desa Jineng Dalem.
Hasil yang diperoleh berupa koordinat lapangan yang nantinya akan diplotting untuk
meng-update peta yang dimiliki masing-masing desa.
Setelah ploting data hasil akuisisi data lapangan, selanjutnya dilakukan update
peta desa. Selanjutnya akan dilakukan proses layout peta masing-masing desa yang
dijadikan sampel. Walupun layout peta sepenuhnya dilakukan oleh Tim Pelaksana,
tetapi peran aparat desa tetap diakomodasi dalam proses finalisasi peta yang
dihasilkan. Untuk itu pada hari Senin, 7 November dilakukan konfirmasi kepada
Kepala Desa untuk meyakinkan bahwa peta yang dihasilkan disetujui untuk di print
out. Dokumentasi ketika proses konfirmasi dengan salah satu kepala desa disajikan
pada Gambar 3.3.
Pada dasarnya Kepala Desa menyetujui peta yang dihasilkan, dan selanjutnya
akan dilakukan finalisasi peta masing-masing desa yang dijadikan sampel. Setelah
dilakukan finalisasi, dan sampai akhirnya proses print out peta, maka hasil peta desa
dari kegiatan P2M ini disajikan melalui Lampiran 4. Peta yang dihasilkan tersebut
selanjutnya akan diserahkan kepada masing-masing desa yang dijadikan sampel.
Kedepannya bagi desa yang lainnya akan direncanakan untuk diberikan pelatihan,
sehingga desa-desa yang ada di Kecamatan Buleleng khususnya memiliki peta desa.
Harapannya kegiatan P2M ini mampu menjadi salah satu starting point dalam
mendukung program pemerintah untuk mewujudkan kebijakan one map policy.
13
3.3. Hasil Tahap Evaluasi
Sebagai tolak ukur keberhasilan program, diakhir kegiatan dilakukan
evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang sudah
diberikan. Evaluasi dilakukan mengacu pada form evaluasi yang sudah direncang
pada tahap persiapan. Evaluasi yang dilakukan meliputi dua tahapan yaitu evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Berdasarkan pengamatan langsung pada saat kegiatan,
maka dapat dikemukakan secara umum yaitu mengenai evaluasi proses yaitu untuk
kehadiran peserta menunjukkan suatu antusiasme dan partisipasi yang sangat baik
sesuai dengan daftar hadir peserta. Dari segi inisiatif/keaktifan bertanya, peserta
yang sebagian besar belum pernah melakukan pemetaan secara digital sangat
antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang dilakukan dalam pembuatan peta
secara teknis. Keaktifan mengemukakan pendapat dan bertanya langsung oleh
peserta dapat dipertimbangkan sebagai acuan dalam kegiatan berikutnya. Namun
untuk evaluasi keterampilan peserta menggunakan komputer beserta software
Quantum GIS dan pemahaman tracking field menggunakan GPS masih terkategori
kurang hal ini sejalan dengan keterbatasan pengetahuan peserta dan bahkan tidak
sedikit yang belum pernah menggunakan atau terlibat dengan software dan
penggunaan GPS tersebut. Perlu bimbingan secara intensif sehingga peserta bisa
mengikuti tahapan dari proses pembuatan peta desa dengan lebih baik lagi.
Berdasarkan evaluasi hasilnya dapat dikemukakan beberapa hal secara
umum yaitu terkait penguasan pengetahuan/materi pelatihan belum maksimal
terutama tentang peta sehingga perlu diberikan penjelasan dan penekanan agar
peserta semakin memahami materi yang disampaikan. Kualitas produk yang
dihasilkan yaitu peta desa belum sepenuhnya memenuhi kaidah kartografi terlihat
dari beberapa unsur-unsur peta belum tepat penggunaannya. Dari segi respon
terhadap pentingnya kegiatan ini dilakukan, peserta merespon dengan baik dan
memang perlu dikembangkan karena selama ini belum pernah mencoba untuk
membuat peta secara baik dan benar. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil evaluasi
yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 5.
14
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.1.1 Target pencapaian dari kegiatan ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan
para pamong desa/kelurahan tentang peta dan Sistem Informasi Geografi
(SIG) dan (2) memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan tentang
pembuatan peta digital.
4.1.2 Berdasarkan hasil evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil
menunjukkan kegiatan sudah berjalan sesuai rencana, partisipasi dan
keaktifan masyarakat sangat antusias walaupun pemahaman terkait materi
pelatihan dan teknis pembuatan peta serta penggunaan GPS masih kurang
namun dengan diberikan penjelasan lebih mendalam dan penekanan maka
masyarakat akan semakin berkembang pemahaman dan keterampilannya.
4.1.3 Kegiatan P2M seperti ini akan memberikan suatu sumbangan positif
terhadap kelengkapan basisdata desa sehingga kedepannya dapat
dikembangkan dengan lebih terencana dan dengan materi yang lebih spesifik
agar informasi geospasial yang dihasilkan semakin menunjukkan kualitas
yang lebih baik.
4.2 Saran
4.2.1 Berdasarkan kelengkapan data profil desa yang ada dan segala potensi desa
yang perlu dikembangkan, disarankan agar Pemerintah Kabupaten Buleleng
melalui dinas terkait menaruh perhatian khusus untuk pengembangan dan
penyediaan informasi geospasial dalam bentuk peta potensi desa yang valid
dan reliabel sebagai bentuk peningkatan mutu infrastruktur desa.
4.2.2 Kepada pengurus dan segenap aparat desa agar terus memperhatikan data
profil desa yang dimiliki dan beberapa aspek atau potensi yang ada harus
selalu diupayakan untuk dibuatkan peta sebagai media komunikasi visual
yang baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bakosurtanal.2014. Pembangunan Indonesia Dimulai Dari Desa. Dalam www.bakosurtanal.go.id/berita. Diakses pada 27 Oktober 2015.
ILWIS.2001. Ilwis 3.0 Academic User’ Guide.ITC Enschede.
Kraak, Menno-Jan dan Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi, Visualisasi Data Geospasial.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Lousbury, J.F. and L.L. Haring. 1971. Introduction to Scientific Geographic
Research. W.C. Brown. Marfai, Muh. Aris. 2011. Pengantar Pemodelan Geografi. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Geografi UGM. Sudihardjo, Basuki. 1987. Berbagai Jenis Peta dan Penggunaannya.Yogyakarta :
Penerbit Liberty.
17
Lampiran 1 : Modul Pelatihan P2M
MODUL PELATIHAN P2M
Tim Penyusun PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
1
A. PENGENALAN QUANTUM GIS
1. Apa Itu Quantum GIS ?
QGIS merupakan salah satu perangkat lunak SIG berbasis open source dengan
lisensidibawah GNU General Public License1yang dapat dijalankandalam berbagai sistem
operasi seperti Windows, Mac OS, Linux (Ubuntu), Android dan Unix. QGIS mendukung dalam
pengolahan data spasialberbasis vector, raster, dan format database. Proyek pembuatan perangkat
lunak ini sendiri dimulai pada Mei 2002 dengan nama proyek The Quantum GIS Project yang
sampai dengan saat ini (2013), QGIS telah berkembang sampai dengan versi 1.8 atau lebih
dikenal dengan QGIS Lisboa. Proyek QGIS menawarkan bermacam-macam modul yang
tentunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain QGIS Desktop, QGIS Browser,
QGIS Server, dan QGIS Client. Dalam modul ini kita akan fokus membahas QGIS Desktop.
2. QGIS Desktop
QGIS Dekstop sebagai bagian dari proyek tersebut di atas, memiliki beberapa
aplikasiantara lain:
1) Menampilkan data vector dan raster dalam berbagai format dan proyeksi yangberbeda.
Format data yang didukung antara lain :
• PostGIS dan SpatiaLite,
• Format vector yang didukung oleh OGR library, termasuk ESRI
shapefiles,MapInfo, SDTS and GML.
• Format raster yang didukung oleh formats supported by the GDAL
library*,seperti digital elevation models (DEM), foto udara, dan citra landsat
• GRASS locations dan mapsets,
• Spatial data online yang disediakan oleh OGC-compliant WMS, WMS-C
(Tilecache), WFS and WFS-T
2) Aplikasi pemetaan dan pengolahan data spasial, meliputi :
• On-the-fly reprojection : Mengelola sistem proyeksi data spasial
• Print composer : Membuat layout peta
• Overview panel
• Spatial bookmarks
• Identify/select features : mengetahui informasi data spasial berdasarkanatribut
data
• Edit/view/search attributes : manipulasi data atribut
• Feature labeling : memberi label pada tampilan data spasial berdasarkanatribut
data
• Vector diagram overlay
• Symbology : memilih dan menyesuaikan symbol dan warna untuk setiap layerdata
spasial
• Graticule layer : menambahkan grid sebagai informasi posisi dan koordinat
• Map decorations seperti north arrow, scale bar and copyright label
• Menambah informasi orientasi peta, skala, dan riwayat peta
3) Dukungan membuat, merubah, dan export data spasial
• Digitasi untuk membuat layer vector
• Field and raster calculator
• Plugin georeferencer
• GPS tools untuk import dan export data dengan ekstensi *.gpx, convert format
data GPS lainnya formats ke GPX, or down/upload directly to a GPS unit
4) Analisis data spasial
• Map algebra
• Analisis terrain
• Pemodelan hidrologi
• Analisis jaringan (network)
5) Publikasi peta melalui jaringan internet menggunakan QGIS Server atau exportkedalam
Mapfile (UMN MapServer)
3. QGIS Sebagai Alternatif
QGIS salah satu dari sekian banyak perangkat lunak pengolahan data spasial, dengan
beberapa kelebihan diantaranya :
1) Gratis : tidak membutuhkan biaya untuk proses instalasi dan penggunaan program
2) Bebas : dapat menambah dan memodifikasi fungsi dalam QGIS
3) Terus berkembang : setiap orang dapat menambah fitur baru dan penyempurnaanaplikasi,
4) Ketersediaan dokumen panduan dan pertolongan : pendukung panduan danbantuan
terhadap permasalahan tersedia online dan dapat diunduh dalam bentukdokumen
5) Multi sistem operasi : dapat diinstal di MacOS, Windows, Linux
4. Download Software Quantum GIS
Installer QGIS dapat diakses pada alamat web http://download.qgis.org Versi
terbarusampai dengan saat ini adalah versi 1.8.0 yang diberi nama dengan Lisboa. Jika
terbiasamenggunakan sistem operasi windows, unduh software versi windows dan
pilihstandalone installer yang direkomendasikan untuk pengguna baru (recommended fornew
users).
B. PEMBUATAN PETA DESA/KELURAHAN
Pembuatan peta desa merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan mengingat Desa
atau Kelurahan dipandang sebagai titik awal pemberdayaan potensi daerah, penyelesaian
masalah dalam masyarakat, dan komunitas terkecil yang harus diperhatikan kesejahteraannya.
Ketersediaan Peta Desa dalam suatu desa akan memberikan informasi kepada aparat desa dan
masyarakat seperti mengetahui batas wilayah desa, mengidentifikasi dan inventarisasi potensi
atau asset desa sebagai langkah awal untuk perencanaan pemberdayaan potensi yang dimiliki
desa. Selain itu, dengan Peta Desa dapat diketahui pula hal-hal yang dapat menjadi kendala
dalam upaya pemberdayaan potensi tersebut sehingga dapat dilakukan langkah penyelesaiannya.
Peta Desa merupakan peta yang batasnya dibuat berdasarkan ketentuan batas administrasi
masing-masing desa yang sudah ditetapkan atau disepakati. Adapun karakteristik Peta Desa
berdasarkan PP No. 10 Tahun 2000 meliputi:
- Skala berkisar dari 1 : 1000 s.d. 1 : 10.000
- Luas wilayah relatif kecil dalam hirarki administrasi pemerintahan
- Seluruh wilayah desa tergambar pada satu lembar peta
- Unsur-unsur rupabumi (alam dan buatan) yang digambarkan umumnya tidak begitu
banyak/kompleks
- Mempunyai daftar dan penggambaran koordinat titik-titik batas dengan orientasi arah
utara yang benar
- Menyajikan nama unsur-unsur geografi seperlunya.
Sumber data yang dapat digunakan untuk pembuatan batas desa adalah menggunakan batas
administrasi yang sudah ditetapkan pada Peta Rupabumi, jika belum terdapat Peta Rupabumi
maka dapat menggunakan sumber data lain seperti: metode survey terestris, metode
fotogrametris, dan metode inperpretasi data penginderaan jauh.
Gambar 1: alur penentuan peta batas desa berdasarkan sumber data yang digunakan
(PP No. 10 Th. 200)
Secara teknis, pembuatan Peta Desa dapat dijelaskan langkah-langkahnya sebagai berikut:
PETA RUPABUMI
METODE SURVEI
TERESTRIS
METODE FOTOGRA-
METRIS
METODE INTERPRE-
TASI DATA PJ Atau Atau Atau
Persyaratan Geometris sebagai Peta Dasar (Koreksi
Geometrik)
Daftar Batas Alami Hasil Kesepakatan
Penetapan Batas
Peta Dasar untuk Peta Batas Desa
Daftar Koordinat Batas Hasil Penegasan Bersama
Penggambaran Batas Desa
menjadi Peta Batas Desa
Spesifikasi Teknis
Penggambaran
1. Membuat Batas Wilayah Pemetaan.
Teknik digitasi peta pada prinsipnya adalah pembuatan peta melalui proses komputer.
Penyimpanan file di komputer dari hasil digitasi peta tersebut dikelompokkan berdasarkan pada
layer-layer yang sesuai dengan tipenya masing-masing, misalnya layer garis diperuntukkan
untuk data digital batas wilayah, layerpoligon digunakan untuk data digital kawasan prioritas dan
penggunaan lahan lain, layer titik digunakan untuk memberikan label nama untuk setiap
kawasan (Astrini, 2012).
Adapun langkah-langkah dalam digitasi peta adalah sebagai berikut :
1) Install dan jalankan Quantum GIS-1.8.0. Sehingga akan muncul tampilan awal dari
program Quantum GIS.
Gambar 2: Tampilan awal Quantum GIS
2) Pilih add a raster layer pada toolbar (atau tekan huruf R pada keyboard)yang berfungsi
untuk memasukkan peta, yaitu SINGARAJA_Modified.jpg. Point ini harus diperhatikan
karena jika menggambar tanpa gambar asli JPG, waktu ditampilkan di web nya. Tidak
akan muncul.
Gambar 3: Tampilan toolbar Add a Raster Layer
3) Setelah memilih layer SINGARAJA_modified.jpg yang menampilkan peta daerah
kajian,kemudian buat New Vector Layer (atau tekan huruf N pada keyboard)dimana
kita akan membuat peta kecamatan sesuai dengan tampilan SINGARAJA_modified.jpg.
Gambar yang akan kita buat adalah berupa daerah (Polygon),sehingga kita memilih
Type Poligon. Adapun atribut petanya adalahsebagai berikut :
Gambar 4: Tampilan Membuat Polygon
4) Setelah itu klik OK, maka kita akan menyimpan file tersebut dengan nama “Peta Desa
Tukad Mungga”. File tersebut berekstensi (*.shp) atau biasa disebut dengan shapefile.
File inilah yang nantinya digunakan dalam pembuatan file (*.map) atau biasa disebut
dengan mapfile.
5) Sedangkan untuk mulai menggambarnya klik icon Toogle Editing dan pilih lagi icon
Add Featureseperti gambar dibawah ini :
Gambar 5: Tampilan Add Feature Polygon
6) Lakukan digitasi dengan mengikuti batas desa yang ingin dipetakan. Setiap setelah kita
selesai menggambar satu polygon, kita klik kanan makaakan keluar kotak untuk
memasukan data kedalam gambar polygon tersebut. Misalnya id nya 0, nama misalnya
Batas Desa. Setelah itu klik OK :
Gambar 6: Penambahan Informasi Atribut
7) Setelah gambar poligon yang satu selesai, kita melanjutkan untuk menggambar poligon
yang lain. Langkahnya sama seperti point 6 diatas.
8) Jika sudah selesai semua menggambar poligon, JANGAN LUPA untukmenutup/mengklik
lagi icon “Toogle Editing”. Yang menandai bahwaanda sudah selesai mengedit semua
poligon. Dan datanya akan disimpandalam file *.dbf .Point ini harus diperhatikan karena
jika tidak, data yang anda masukan ke poligon tadi tidak akan tersimpan walaupun ada
sudah menyimpan (save project) peta anda.
9) Ketika anda mengklik/menutup icon “Toogle editing”, maka akan munculkotak dialog. Klik
aja save untuk menyimpan data.
10) Jika sudah selesai menggambar, maka hasilnya semuanya adalah seperti dibawah ini :
Gambar 7: Tampilan Pembuatan Feature Polygon
11) Setelah itu baru anda save project.
12) Selesai
2. Delineasi Unsur-Unsur Geografis Berupa Feature Garis (Line).
1) Selanjutnya kedalam peta digital ditambahkan feature untuk indentifikasi keberadaan
objek yang dapat digambarkan berupa garis (line). Membuat feature baru berupa garis
(line) untuk penambahan jalan, sungai dan garis pantai. Karena data spasialnya disimpan
kedalam file (*.shp), maka kita akan membuat standar penamaan layer-layernya.
2) Berdasarkan daerah yang dipetakan, maka dapat kita tarik garis pada peta yang menandai
ketersediaan fasilitas, misalnya jalan, sungai, dan garis pantai. Seperti saat kita membuat
gambar polygon, maka sekarang kita membuat garis dengan menggunakan type line dengan
menggunakan New Vector Layer. Adapun atributnya adalah sebagai berikut :
Gambar 8: Tampilan Membuat Point
3) Lengkapi atribut tersebut, Setelah itu klik OK, maka kita akan menyimpan file tersebut
dengan nama“Jalan Kolektor”. File tersebut berekstensi (*.shp) atau biasa disebut
denganshapefile. File inilah yang nantinya digunakan dalam pembuatan file(*.map) atau
biasa disebut dengan mapfile.
4) Sedangkan untuk mulai menggambarnya klik icon Toogle Editing dan pilih lagi iconAdd
Feature:
Gambar 9: Tampilan Capture Point
5) Untuk cara menggambarnya hampir sama dengan cara menggambarpoligon. Silahkan lihat
lagi (point 6 dalam pembuatan poligon).
6) Sedangkan saat membuat garis, ketika klik kanan maka akan muncul kotak untuk
memasukan data untuk masing garis tersebut.
Gambar 10: Penambahan Informasi Atribut Sungai
7) Jika sudah selesai menggambar point untuk masing-masing layer maka hasilnya seperti
dibawah ini :
Gambar 11: Tampilan Hasil Penambahan Feature Line
8) Setelah itu save project
9) Selesai.
3. Penambahan Feature Titik (Point).
1) Selanjutnya kita akan menambahkan lokasi fasilitas penunjang desa kedalam peta digital
yaitu berupa titik-titik (points). Feature berupa titik meliputi keberadaan sekolah, pura,
puskesmas, dan kantor desa. Karena data spasialnya disimpan kedalam file-file (*.shp),
maka kita akan membuat standar penamaan layer-layernya.
2) Berdasarkan daerah yang dipetakan, dapat kita buat titik-titik pada peta yang menandai jenis
objek atau nama lokasi. Seperti saat kita membuat gambar polygon, maka sekarang kita
membuat titik dengan menggunakan type Point dengan menggunakan New Vector Layer.
Adapun atributnya adalah sebagai berikut :
Gambar 12: Tampilan Membuat Point
3) Setelah itu klik OK, maka kita akan menyimpan file tersebut dengan nama“Kantor Desa”.
File tersebut berekstensi (*.shp) atau biasa disebut denganshapefile. File inilah yang nantinya
digunakan dalam pembuatan file(*.map) atau biasa disebut dengan mapfile.
4) Sedangkan untuk mulai menggambarnya klik icon Toogle Editing dan pilih lagi iconAdd
Feature:
Gambar13: Tampilan Capture Point
5) Untuk cara menggambarnya hampir sama dengan cara menggambarpoligon. Silahkan lihat
lagi (point 6 dalam pembuatan poligon).
6) Sedangkan saat membuat point, ketika klik kanan atau kelik kiri maka akan muncul kotak
untuk memasukan data untuk masing point tersebut.
7) Jika sudah selesai menggambar point untuk masing-masing layer maka hasilnya seperti
dibawah ini :
Gambar14: Tampilan Hasil Penambahan Feature Point
8) Setelah itu save project
9) Selesai.
C. DESAIN TATA LETAK/LAYOUT PETA
1. Pembuatan Layout Peta
Desain tata letak/layout peta dapat dilakukan setelah semua file yang sudah disimpan
dalam format Shapefile (.shp) ditampilkan kembali pada jendela layer. QGIS 1.8 dilengkapi
dengan fasilitas pembuatan layout yang sudah cukup baik. Untukmemulai membuat layout
klik tombol new Print Composer . Dalam satu project file kita bisa membuat beberapa layout
dengan fasilitas composer manager.
Gambar 15: Fasilitas Membuat Layout Peta (Ismail, 2013)
Setelah Print composer diaktifkan, akan muncul jendela composer yang dapatdigunakan untuk
membuat layout peta. Tools dasar yang dalam membuat layout ditunjukkan oleh Gambar.
Layout peta hendaknya mengikuti kaidah kartografi, agar informasi yang disajikan dalam
peta mudah untuk difahami dan digunakan oleh pembaca peta.Standar minimal informasi yang
harus ada dalam sebuah peta adalah judul peta, skala, informasi sitem proyeksi, datum, legenda,
grid koordinat, informasi pembuatan peta. Untukmelengkapi dan menambah informasi (judul,
riwayat peta, dst) serta menata ukuran kertas dan posisi gambar/objek, menampilkan grid dan
anotasi, tersedia tools yang terletak di sebelah kiri pada layout peta (Wang, 2011).
Gambar 16: Fasilitas Pengelolaan Layout Peta
2. Komposisi Peta
Berikut ini merupakan contoh komposisi peta yang baik :
1. Judul Peta Tematik 5. Legenda/Keterangan
2. Daerah yang dicakup 6. Penyusun/Penerbit
3. Skala angka dan grafis 7. Sumber data
4. Orientasi peta 8. Grid lintang & Bujur
Lampiran 2: Pedoman Evaluasi
Tabel Pedoman Evaluasi Hasil dan Proses Kegiatan P2M
No. Indikator Cara Evaluasi
Skor (1-5) Bobot
Skor Total (Bobot x
Skor) 1. Kehadiran Analisis
daftar hadir 5
2. Keaktifan/keseriusan Pengamatan 5 3. Kepuasan peserta Angket 10 4. Penguasaan
pengetahuan tentang peta dan SIG
Pengamatan 10
5. Keterampilan mengoperasikan komputer
Pengamatan 15
6. keterampilan mengoperasikan SIG untuk pemetaan peta desa/kelurahan
Pengamatan 20
7. Keterampilan membuat membuat profil desa online di komputer
Pengamatan 15
8. Kualitas peta digital yang dihasilkan
Pengamatan 20
Total 100
Lampiran 5: Evaluasi Proses dan Hasil
EVALUASI PROSES
1. Kehadiran
kehadiran peserta menunjukkan suatu antusiasme dan partisipasi yang sangat baik sesuai
dengan daftar hadir peserta.
2. Inisiatif/Keaktifan Bertanya
Berdasarkan proses pelatihan pembuatan peta yang sudah dilakukan, apabila diamati dari
inisiatif atau keaktifan peserta dalam bertanya dapat dikemukakan bahwa keingintahuan
peserta sangat tinggi dan antusias untuk bertanya terkait proses pembuatan peta secara
digital serta beberapa hal yang memerlukan pemahaman lebih spesifik.
3. Inisiatif/Keaktifan Mengemukakan Pendapat/Jawaban
Peserta yang mengikuti pelatihan secara aktif merespon beberapa pertanyaan yang
diberikan dan diselingi dengan penyampaian pendapat oleh peserta langsung sehingga
pendapat yang disampaikan tersebut dapat dipertimbangkan sebagai acuan dalam kegiatan
berikutnya.
4. Perhatian/Keseriusan
Berdasarkan hasil pengamatan, peserta pelatihan sangat antusias dan memperhatikan dan
mengikuti dengan baik proses jalannya pelatihan pembuatan peta hal tersebut terlihat dari
keseriusan peserta mengikuti tahapan-tahapan dan mengikuti semua instruksi yang
1disampaikan demi kelancaran proses pelatihan.
5. Keterampilan Pemetaan dan SIG13
5.1 Keterampilan Mengenal/Membaca Simbol pada Peta
Beberapa peserta pelatihan mengalami kesulitan dalam membaca simbol yang terdapat
pada peta.Simbol peta memang tidak selalu persis dalam menggambarkan objek
kenyataan di lapangan maka dari itu, pemahaman terhadap simbol-simbol yang
digunakan dalam peta memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Berdasarkan proses pelatihan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterampilan
peserta mengenal/membaca simbol peta masih tergolong kurang.
5.2 Keterampilan Menginterpretasi/Mengartikan Simbol pada Peta
Sama halnya dengan poin 5.1, pada tahap interpretasi atau mengartikan makna dari
sebuah simbol dalam peta juga masih kurang karena peserta sangat jarang sekali
bergelut dalam bidang pemetaan.
5.3 Keterampilan Membuat/Mengoperasikan Pemetaan Melalui SIG
Pembuatan peta secara digital berarti memerlukan bantuan computer beserta softwere
yang digunakan. Dengan demikian tidak semua peserta akan dapat mengikuti secara
cepat proses pembuatan peta secara digital. Terlebih lagi peserta memang jarang
mengoperasikan computer. Padahal penggunaan teknologi komputer merupakan suatu
hal yang paling penting dalam proses pelatihan ini.
6. Keterampilan Tracking Field
6.1 Keterampilan Mengenal Wilayah Desa Secara Umum
Dalam kegiatan tracking field dilakukan pengambilan beberapa sampel data yang
kemudian dijadikan sebagai data masukan untuk kelengkapan peta yang dibuat.
Selama proses pengambilan data tersebut tentunya memerlukan pengenalan wilayah
desa secara baik, karena sebagaian besar peserta yang ikut pelatihan adalah kepa
dusunnya langsung sehingga wilayah desa tersebut sangat dikenali sehingga
memudahkan dalam proses tracking field yang dilakukan.
6.2 Keterampilan Mengenali Batas-Batas Wilayah Desa
Selain pengenalan terhadap kondisi wilayah desa secara umum, pengenalan terhadap
batas-batas wilayah desa juga dilakukan dengan baik. Informasi mengenai batas desa
sangat penting dan akan dimasukkan ke dalam peta yang akan dibuat sehingga peta
yang dibuat seolah-olah tidak menggambarkan sebagai sebuah pulau tetapi satu-
kesatuan wilayah yang dalam hal ini adalah lingkup kecamatan sebagai batas terluar.
6.3 Keterampilan Mengoperasikan GPS (Global Positioning System)
GPS sebagai suatu alat yang digunakan dalam perolehan data lapangan untuk
kepentingan pemetaan, penggunaannya memerlukan keterampilan khusus. Dalam
pelatihan yang sudah dilakukan peserta belum begitu memahami teknik penggunaan
GPS tersebut, sehingga perlu diberikan pelatihan yang lebih intensif guna
meningkatkan keterampilan dalam memahami cara kerja dan mengoperasikan GPS
agar dapat menghasilkan data untuk kelengkapan pemetaan.
6.4 Keterampilan Menggunakan Objek Kunci untuk Perhitungan Jarak Antar Objek
Penggunaan objek kunci menjadi penting guna mengetahui jarak antar objek satu
dengan lainnya. Pada tahap ini keterampilan peserta masih kurang memahami cara
penentuan objek kunci tersebut sehingga perlu diberikan pemahaman yang lebih
mendalam dan berkesinambungan.
EVALUASI HASIL
1. Penguasaan Pengetahuan/Materi Pelatihan
Materi yang disampaikan dalam pelatihan yaitu terkait dengan peta dan penguasaan materi
oleh peserta belum maksimal, masih terdapat beberapa indicator yang memerlukan
penjelasan dan penekanan dengan tujuan agar penguasaan materi peserta semakin
meningkat dan memudahkan dalam penerapannya selanjutnya.
2. Kualitas Produk Pelatihan (Peta Wilayah Desa)
2.1 Ketepatan Kartografis
Apabila ditinjau dari segi kaidah kartografi, maka peta wilayah desa yang dihasilkan
belum sepenuhnya memenuhi kaidah kartografi.Hal ini terlihat dari penentuan
beberapa unsur-unsur peta masih belum tepat sesuai aturan serta simbolisasi dan
generalisasi juga masih belum maksimal.
2.2 Kejelasan Isi Unsur-Unsur Peta
Isi dari unsur-unsur peta yang digunakan masih belum jelas dan perlu ditingkatkan lagi
agar pembaca peta dapat memahami dengan mudah apa yang dipetakan sehingga
memperoleh informasi yang berguna dari suatu peta.
2.3 Kelengkapan Unsur-Unsur Peta
Ditinjau dari komposisi peta, maka terdapat beberapa unsur-unsur peta yang menjadi
syarat mutlak yang harus dipenuhi agar menjadi sebuah peta yang berkualitas baik.
Berdasarkan hasil dari proses pelatihan, maka peta yang dihasilkan masih belum
lengkap dari segi unsur-unsur peta sehingga perlu ditingkatkan lagi pemahaman
peserta terhadap komposisi peta wilayah desa yang baik dan benar.
2.4 Kerapian Peta
Berbicara masalah kerapian peta maka tidak bisa lepas dari yang namanya unsur seni.
Dalam pembuatan peta unsur seni sangat penting dan memiliki pengaruh yang besar,
karena peta yang dibuat dengan tingkat seni yang tinggi maka akan terlihat lebih baik
dan rapi. Namun peta yang dihasilkan dalam pelatihan masih tergolong belum rapid an
belum memenuhi asas keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam suatu peta.
Beberapa unsur-unsur peta masih belum diposisikan dengan baik.
3. Respon/Tanggapan Peserta Terhadap Penting/Manfaat Kegiatan
Berdasarkan serangkaian tahapan pelatihan pembuatan peta yang sudah dilakukan, peserta
merespon dengan baik dan memberikan tanggapan bahwa pemberian pelatihan ini sangat
penting dan usahakan agar dapat berkelanjutan karena manfaat yang diperoleh terkait
keterampilan dalam membuat peta desa secara digital sehingga potensi desa dapat
dipetakan dengan baik. Selama ini pembuatan peta di masing-masing kantor desa masih
bersifat dan masih sederhana, maka dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat
menghasilkan peta desa dengan kualitas yang lebih baik lagi.