program p2m penerapan ipteks -...

67
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU BAHASA JEPANG SMA DI KABUPATEN BULELENG Oleh: Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si NIP : 198705122012122001 Dewa Ayu Eka Agustini S.Pd., M.S NIP : 198108142009122002 Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd NIP : 198805172012122002 Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd NIP : 198309232008122001 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No197/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA OKTOBER 2015

Upload: duongtuyen

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

0

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU

BAHASA JEPANG SMA DI KABUPATEN BULELENG

Oleh:

Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si

NIP : 198705122012122001

Dewa Ayu Eka Agustini S.Pd., M.S

NIP : 198108142009122002

Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd

NIP : 198805172012122002

Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd

NIP : 198309232008122001

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha

SPK No197/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

OKTOBER 2015

Page 2: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Pengabdian : Pelatihan Dan Pendampingan Penelitian

Tindakan Kelas Bagi Guru BahasaJepang

SMA Di Kabupaten Buleleng

Peneliti Pelaksana

Ketua Tim Pengusul

a. Nama (lengkap dengan gelar) : Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si

b. NIP : 198705122012122001

c Bidang Keahlian : Bahasa (dan Sastra) Jepang

d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Program Studi : Pendidikan Bahasa Jepang

f. Alamat Rumah : Jl. Gatot Subroto I / IV No.6 Dps

g. No. Hp : 081805515150

Identitas Anggota (I)

a. Nama Lengkap : Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.

b. NIDN : 198108142009122002

c. Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda Tingkat I/IIIb

Identitas Anggota (II) :

a. Nama Lengkap : Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd.,M.Pd.

b. NIP : 198805172012122002

c. Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda Tingkat I/IIIb

Identitas Anggota (III)

a Nama Lengkap : Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd

b NIP : 198309232008122001

c Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda/IIIa

Lokasi Kegiatan : Desa Kaliuntu, Kec. Buleleng, Kab.

Buleleng – Bali

Jumlah Biaya yang Diusulkan : Rp. 11.100.000

Singaraja, 7 Oktober 2015

Page 3: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

iii

Ringkasan

Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini,

kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

mengadakan PTK merupakan sesuatu yang wajib menjadi perhatian. Penelitian Tindakan

Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang paling

tepat karena selain sebagai peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses belajar

mengajar sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi, dan kondisi yang ingin

dicapai. Jika guru telah mampu melakukan PTK dengan benar, maka berbagai permasalah

dalam proses pembelajaran dapat diatasai sedikit demi sedikit. Berdasarkan analisis

kebutuhan, ditemukan bahwa perlu diadakan pelatihan dan pendampingan mengenai PTK.

Target dari program P2M ini adalah: peserta pelatihan memahami konsep dasar

dan tujuan dilaksanakannya PTK, peserta pelatihan terampil dalam menganalisis

permasalahan pembelajaran yang ada di kelas, dan peserta pelatihan mampu membuat

proposal PTK yang berkualitas baik. Adapun luaran dari program P2M ini adalah:

terdapatnya 4 buah proposal PTK berkualitas baik dan terdapatnya jurnal yang akan di

kumpulkan ke Jurnal Aplikasi IPTEKS ’Ngayah’ Bali.

Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta

adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki

informasi yang cukup mengenai PTK. Berdasarkan hasil kuesioner I, dapat ditarik

kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian

diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar

mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam.

Selanjutnya diberikan materi oleh narasumber dan kemudian peserta dibagi

menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok membuat satu proposal PTK. Proposal tersebut

dipresentasikan pada hari kedua pelatihan. Narasumber sebagai penguji juga memberikan

penilaian terkait proposal yang telah dibuat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat

kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik dengan poin 185 (kategori

cukup), yaitu kelompok 3, mendapat penghargaan berupa sertifikat dan buku Metodologi

Penelitian Tindakan Kelas bagi masing-masing anggota kelompoknya. Pemberian

penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk

membuat proposal dengan sebaik-baiknya.

Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai

peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa

pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas meningkat dari 56,5 menjadi

75,25. Selain itu, dari hasil kuesioner II, 100% peserta mengatakan termotivasi untuk

membuat PTK setelah diberikan pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan PTK yang

dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat memberi dampak langsung pada

pengetahuan peserta terkait dengan PTK. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan

dengan masing-masing kelompok. Pendampingan menghasilkan 4 proposal yang sudah

direvisi dengan baik sesuai dengan masukan yang diberikan penguji saat pelatihan.

Kata Kunci : PTK, guru, bahasa Jepang

Page 4: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………... i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….. ii

RINGKASAN ………………………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. iv

1. PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1

2. METODE PELAKSANAAN ……….………………………………………………… 8

3. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………. …. 13

4. PENUTUP ……….……………………… 25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Absensi Peserta Pelatihan

Lampiran 2. Foto-Foto Pelatihan

Lampiran 3. Peta Lokasi

Lampiran 4. Pre-test

Lampiran 5. Post-test

Lampiran 6. Kuesioner 1

Lampiran 7. Kuesioner 2

Lampiran 8. Lembar Observasi

Lampiran 9. Modul Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas

Lampiran 10. Panduan Penyusunan Proposal PTK

Lampiran 11. Empat Proposal Yang Telah Direvisi

Page 5: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini telah

menitikberatkan perhatian pada kualitas pendidikan itu sendiri. Pendidikan

yang dulunya berkutat pada kuantitas pendidikan, dapat dilihat dalam upaya

wajib belajar, kini telah beralih pada peningkatan kualitasnya. Berbagai upaya

pun telah dilakukan para pelaku di dunia pendidikan guna peningkatan

kualitas pendidikan Indonesia, salah satunya yakni dengan pemanfaatan hasil-

hasil penelitian.

Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan hasil-hasil penelitian tidak

begitu saja dapat secara langsung mempengaruhi praktik pembelajaran di

kelas (Dantes: 2006). Dantes (2006:2) mengemukakan beberapa alasan yang

mempengaruhi hal tersebut. Pertama, penelitian-penelitian tersebut dilakukan

bukan oleh guru/dosen/sekolah/institusi tempat permasalahan sebenarnya

terjadi. Sekolah hanya digunakan sebagai kancah (seting) penelitian, dimana

permasalahan penelitian ditentukan oleh peneliti yang merupakan pihak luar,

bukan masalah-masalah riil yang terjadi di tempat tersebut. Akibatnya,

sekolah (murid dan guru) hanya semata-mata berperan sebagai instrumental,

dalam arti hanya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan peneliti.

Alasan kedua yakni dengan masalah yang dibawa dari luar berarti

guru tidak terlibat secara langsung dalam menentukan masalah tersebut.

Akibatnya, masalah-masalah itu tidak dihayati oleh guru, atau bahkan bukan

permasalahan sebenarnya yang dihadapi oleh guru, sehingga pembentukan

pengetahuan (knowledge construction) tidak terjadi. Dengan demikian, tidak

ada masukan yang dapat dipakai guru untuk meningkatkan pembelajarannya.

Alasan ketiga, penyebarluasan hasil-hasil penelitian memakan waktu

lama karena prosedur diseminasi yang harus dilalui sangat panjang. Proses

tersebut meliputi berbagai kegiatan seperti penerjemahan hasil-hasil penelitian

itu dalam suatu program. Selain itu, prosedur birokratik yang harus dilalui

dirasa cukup melelahkan.

Page 6: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

2

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, hendaknya penelitian

dilakukan langsung oleh guru atau pihak sekolah bersangkutan berdasarkan

permasalahan nyata yang ditemui langsung di tempat bersangkutan. Dantes

(2006) mengemukakan bahwa orientasi baru dalam cara memandang proses

pembelajaran, yaitu yang mengedepankan tanggungjawab semua pihak dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran, telah menempatkan guru/sekolah tidak

semata-mata sebagai objek, melainkan sebagai subjek pelaku penelitian.

Orientasi ini memunculkan penelitian tindakan kelas, suatu jenis penelitian

dimana guru berperan sebagai pelaku langsung penelitian itu, sehingga guru

dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui praktik pembelajarannya.

Penelitian Tindakan Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian

peningkatan kualitas pembelajaran yang paling tepat karena selain sebagai

peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses belajar mengajar

sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi, dan kondisi yang ingin

dicapai (Santoso dkk: 2010). Kemmis dan McTaggart ( 1988) menekankan

bahwa penelitian tindakan digunakan sebagai upaya pengentasan masalah-

masalah riil, untuk meningkatkan efektifitas. Upaya perbaikan kualitas

pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan keinginan dari dalam

diri guru bersangkutan untuk mau melakukan perbaikan (Tantra, 2005).

Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu

upaya peningkatan kualitas pendidikan serta profesionalisme guru sebagai

pelaku pendidik yang paling tepat dilakukan oleh guru/sekolah bersangkutan

berdasarkan masalah-masalah riil yang dihadapi.

1.2. Analisis Situasi

Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini,

kemampuan guru mengadakan PTK merupakan sesuatu yang wajib menjadi

perhatian. Jika guru telah mampu melakukan PTK dengan benar, maka

berbagai permasalah dalam proses pembelajaran dapat diatasai sedikit demi

sedikit. Namun antusiasme guru dalam melakukan PTK masih kurang. Hal itu

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman penelitian guru

bersangkutan.

Page 7: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

3

Berbagai pelatihan penyusunan PTK telah dilakukan berbagai pihak,

baik pemerintah, institusi kependidikan, serta individu pendidik yang peduli

akan kompetensi meneliti guru guna kemajuan pendidikan negeri ini.

Kenyataan tersebut disupport oleh hasil dari FGD (Focused group discussion)

yang dilakukan oleh Rinjin dkk (2008) dengan para guru, yang mana

diperoleh informasi bahwa Guru sesungguhnya sering dikirim oleh pihak

sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar tentang PTK atau

topik-topik yang lain, tetapi para guru mengakui bahwa model pelatihan lebih

banyak memfokuskan pada kajian teoritis dan kurang penyajian contoh-contoh

kongkret sehingga ketika selesai mengikuti pelatihan mereka tidak memahami

dengan baik konsep yang telah diajarkan dan ketika kembali ke sekolah

mereka kembali tidak mampu melakukan penelitian.

Selain itu, dari wawancara dengan anggota MGMP Bahasa Jepang

SMA di Kabupaten Buleleng, didapatkan informasi bahwa 65% dari guru-

guru tersebut belum pernah mengikuti pelatihan PTK baik dalam skala lokal,

nasional, bahkan internasional. Dari 35% guru yang pernah mengikuti

pelatihan PTK, keseluruhannya mengatakan bahwa mereka masih

kebingungan dalam pengimplementasiannya di kelas. Dari hasil wawancara

lebih lanjut, didapatkan hasil bahwa guru-guru tersebut memerlukan adanya

bimbingan lebih lanjut, setelah selesainya pelatihan, mulai dari penyusunan

proposal, pengambilan data, analisis data, sampai pada penyusunan laporan

PTK.

Berdasarkan pemaparan teori dan keadaan di lapangan tersebut diatas,

para guru, khususnya guru Bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng memerlukan

pelatihan PTK yang dapat membantu mereka memahami bagaimana

pelaksanaan penelitian tindakan kelas sehingga hasil dari penelitian tersebut

dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran yang mereka

selenggarakan. Selain pelatihan tersebut, perlu pula diberikan pendambingan

berupa bimbingan selama proses penyusunan proposal.

Disisi lain dengan adanya pengabdian masyarakat yang berkaitan

dengan penelitian tindakan kelas, akan diperoleh beberapa manfaat lainnya,

seperti 1) dalam uji sertifikasi (PLPG), guru harus memahami dan

Page 8: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

4

melaksanakan PTK dengan baik dan benar, sehingga dengan diadakannya

program P2M ini guru akan sangat terbantu, 2) adanya mahasiswa yang akan

melaksanakan penelitian tindakan kelas di sekolah guru bersangkutan,

sehingga jika guru telah memahami benar konsep PTK, mereka dapat

mendampingi dan membimbing para mahasiswa tersebut, dan 3) berkaitan

dengan program PPL mahasiswa, guru dapat diajak berkolaborasi dengan

pihak perguruan tinggi dalam bentuk pengarahan dan pembimbingan ide-ide

dalam penyusunan skripsi dimulai dari observasi keadaan di tempat PPL

secara langsung.

1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ketua dan

anggota MGMP Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, masalah-

masalah yang dihadapi para guru tersebut berkaitan dengan PTK dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

a. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan

permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah

PTK

b. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki

(treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran

c. Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan

Kelas

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Rumusan Masalah

Pengabdian Masyarakat ini adalah : Apakah Kemampuan Guru Bahasa

Jepang SMA di Kabupaten Buleleng dalam menyusun Penelitian

Tindakan Kelas dapat ditingkatkan melalui Pelatihan dan Bimbingan

PTK?

1.4. Tinjauan Pustaka

Seorang guru bukan hanya melakukan persiapan belajar mengajar, tetapi

juga harus mengembangkan keprofesionalannya. Salah satu cara untuk

mengembangkan keprofesionalan adalah dengan melakukan penelitian tindakan

Page 9: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

5

kelas (PTK). Rahmawati (2008) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas

secara umum dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan – permasalahan

yang terjadi di dalam kelas. Juwairiah (2013) menekankan bahwa guru yang

profesional harus bisa melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terutama

dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan refleksi dengan memberikan

tindakan sebaik mungkin. Setelah melakukan PTK, guru dapat menyusun laporan

PTK dalam sebuah karya ilmiah untuk pengembangan keprofesionalannya.

Masih banyak guru yang belum memahami betul mengenai PTK.

Mengingat pentingnya kemampuan melakukan PTK bagi guru, kegiatan

pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan penyusunan proposal PTK bagi

guru pun diselenggarakan dengan harapan bisa mendorong dan memfasilitasi guru

dalam melakukan PTK.

Di Universitas Pendidikan Ganesha, P2M dengan kegiatan pelatihan

penyusunan proposal PTK sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Wisudariani

dkk (2014) yang diselenggarakan untuk guru-guru SD di wilayah gugus VIII

Kecamatan Abiansemal Badung. Hasil pelatihan ini menunjukkan bahwa

pelatihan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap peserta

dalam merancang proposal penelitian dimana pokok-pokok pikiran yang harus

dibuat dalam latar belakang penelitian PTK telah mampu dirancang dan prosedur

penelitian sudah berhasil dirumuskan.

Di Universitas Pendidikan Indonesia, P2M dengan tema sejenis juga

pernah dilakukan oleh Supriyanti (2009). Supriyanti mengadakan workshop

peningkatan profesionalisme guru melalu penelitian tindakan kelas. Kesimpulan

dari kegiatan ini adalah bahwa workshop ini dapat menginisiasi dan sekaligus

membantu guru dalam penelitian, khususnya PTK. Kekurangannya adalah, guru-

guru merasa terbantu dengan adanya kegiatan workshop namun dirasakan waktu

yang disediakan untuk merencanakan proposal penelitiannya masih kurang. Hal

inilah yang kemudian dicermati dan dipelajari kekurangannya, sehingga P2M

yang akan diadakan menjadi tidak hanya pelatihan namun juga pendampingan.

Tearkhir, kegiatan P2M yang cukup terbaru dan dilakukan dalam bentuk

pelatihan PTK guru bahasa, dilakukan di Universitas Negeri Padang, selama 2

hari pada tanggal 21-22 Juli 2014. Acara diisi dengan penyajian materi dan

Page 10: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

6

diskusi, pelatihan menyusun proposal penelitian tindakan kelas, yang kemudian

setelah kegiatan pelatihan selesai, dilanjutkan dengan bimbingan dimana guru

dibimbing oleh keempat nara sumber untuk melaksanakan PTK sesuai dengan

proposal. Hal ini dirasa cukup membantu karena waktu yang diberikan cukup

untuk membantu guru-guru memahami PTK secara lebih mendalam (Saputra,

2014)

1.5. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan permasalahan yang dihadadapi oleh Guru Bahasa Jepang

SMA di Kabupaten Buleleng seperti yang disampaikan di atas, maka tujuan

kegiatan ini adalah Memberikan Pelatihan dan Bimbingan Penelitian Tindakan

Sekolah yang dapat :

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan

permasalahan- permasalahan sekolah yang dapat dipergunakan sebagai

masalah PTK

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki

(treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran

c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian

Tindakan Kelas

1.6. Manfaat Kegiatan

Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan

memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan profesionalisme guru

Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Secara lebih eksplisit manfaat

kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a. Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng memperoleh wawasan

tentang : (1) bagaimana menemukan dan menentukan permasalahan-

permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK, (2)

bagaiman menemukan cara terbaik dalam memperbaiki (treatment)

masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, (3)

bagaimana menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas

Page 11: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

7

b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memperoleh peluang untuk memiliki

SDM (Guru Bahasa Jepang SMA) yang berkualitas dan profesional

c. Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengimplementasikan

hasil penelitian yang dilakukan. Secara umum Staf Dosen Universitas

Pendidikan Ganesha dapat melaksanakan salah satu darma dari tri dharma

Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.

Page 12: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

8

BAB II

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Berangkat dari permasalahan yang dihadapi para guru Bahasa Jepang

di Kabupaten Buleleng, maka alternatif pemecahan masalah yang akan

dilaksanakan dalam P2M ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut :

Gambar 2.1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M

PERMASALAHAN

a. Rendahnya kemampuan guru dalam

menemukan dan menentukan

permasalahan- permasalahn sekolah

yang dapat dipergunakan sebagai

masalah PTK

b. Rendahnya kemampuan guru dalam

menemukan cara memperbaiki

(treatment) masalah-masalah yang

dihadapi dalam proses pembelajaran

c. Rendahnya kemampuan guru dalam

menyusun usulan Penelitian Tindakan

Kelas

PEMECAHAN MASALAH

a. Meningkatkan kemampuan guru

dalam menemukan dan menentukan

permasalahan- permasalahn sekolah

yang dapat dipergunakan sebagai

masalah PTK

b. Meningkatkan kemampuan guru

dalam menemukan cara memperbaiki

(treatment) masalah-masalah yang

dihadapi dalam proses pembelajaran

c. Meningkatkan kemampuan guru

dalam menyusun usulan Penelitian

Tindakan Kelas

ALTERNATIF PEMECAHAN

MASALAH

Memberikan Pelatihan Penelitian Tindakan

Kelas disertai Bimbingan Penyusunan

Penelitian Tindakan Kelas sehingga menjadi

proposal yang baik dan siap diajukan

METODE KEGIATAN

1. Ceramah dan Diskusi

2. Praktik membuat Proposal PTK

3. Bimbingan Perbaikan proposal

PTK

4. Bimbingan dan revisi agar

menjadi proposal yang siap

diajukan untuk hibah dsb

Page 13: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

9

2.2. Khalayak Sasaran

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah untuk

membantu para Guru Bahasa Jepang meningkatkan profesionalisme dalam

merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Sehubungan dengan

hal tersebut, khalayak sasaran strategis dan tepat dilibatkan adalah seluruh

guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Total jumlah guru adalah

35, namun yang berkesempatan hadir berjumlah 20 orang (karena ada

keperluan upacara agama, sedang sakit, dsb).

Rendahnya kemampuan guru Bahasa Jepang dalam menemukan dan

menentukan masalah-masalah Penelitian Tindakan Kelas menyebabkan

mereka kurang mampu menyusun proposal dan melaksanakan PTK di sekolah

tempat mereka mengajar padahal seharusnya sebagai guru sudah selayaknya

mengetahui hal ini.

2.3. Keterkaitan

Kegiatan P2M ini akan melibatkan institusi Undiksha dan SMA

Kabupaten Buleleng yang memiliki guru Bahasa Jepang. Kedua instansi yang

terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut :

1. Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Buleleng sebagai instansi yang

memiliki Guru Bahasa Jepang akan memperoleh manfaat dari kegiatan

P2M ini dalam hal peningkatan kualitas SDM terutama dalam

Penelitian Tindakan Kelas.

2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada

Masyarakat berperan menyediakan dana, sehingga mendukung

pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2.4 Metode Kegiatan

Dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami khalayak mitra, solusi

yang ditawarkan adalah dengan mengadakan pelatihan dengan menerapkan

suatu metode inovatif. Metode tersebut yaitu metode peta pikiran. Adapun

langkah-langkah pelaksanaan program adalah sebagai berikut. (1) pelatihan

pembuatan proposal PTK melalui metode peta pikiran dan (2) pendampingan

Page 14: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

10

pembuatan proposal PTK sesuai masalah nyata yang dihadapi di sekolah/kelas

masing-masing. Secara skematik, metode yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi khalayak mitra disajikan pada Gambar 2

berikut ini:

Gambar 2. 2. Metode Kegiatan P2M

Pelatihan Pembuatan Proposal PTK

Ceramah dan Diskusi Praktik

Pendampingan Pembuatan PTK

Analisis

Permasalahan

Penyusunan

Proposal

Masukan dan

saran

Revisi Proposal

Proposal PTK

Meningkatnya kompetensi guru

Bahasa Jepang SMA di

Kabupaten Buleleng dalam

membuat proposal Penelitian

Tindakan Kelas

OUTPUT

Dampak

Page 15: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

11

Berdasarkan Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa kegiatan pertama dimulai

dengan melakukan pelatihan pembuatan proposal PTK. Pelatihan yang dilakukan

akan menggunakan peta pikiran sebagai metode yang merupakan langkah awal

untuk memulai menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan pelatihan tersebut,

terdapat ceramah mengenai teori-teori yang berkaitan dengan PTK, diskusi

tentang permasalahan dalam menyusun proposal PTK, serta diakhiri dengan

praktik pembuatan proposal PTK. Pelatihan dirancang dilaksanakan selama dua

hari. Setelah melakukan rangkaian kegiatan pelatihan, untuk memastikan produk

yang dihasilkan, maka dilanjutnya dengan proses pendampingan. Pendampingan

dilaksanakan melalui bimbingan face to face secara berkelanjutan sampai

dihasilkan produk berupa proposal PTK yang berkualitas baik. Pendampingan

akan dilakukan di sekolah tempat guru bersangkutan bertugas untuk

mempermudah mereka sehingga tidak mengganggu tugas lainnya di sekolah.

2.4 Rancangan Evaluasi

1. Prosedur dan Alat Evaluasi

Pada kegiatan P2M ini, Prosedur dan alat evaluasi yang akan

digunakan dapat dilihat secara rinci pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 2.3 Prosedur dan Alat Evaluasi

Pre-tes akan dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui

pemahaman para guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng tentang

Penelitian Tindakan Kelas sebelum diberikan pelatihan. Sedangkan Post-test

akan dilaksanakan pada akhir pelatihan untuk mengetahui perubahan

pemahaman mereka tentang PTK setelah mengikuti pelatihan. Data pre-tes

Awal Kegiatan

Pre-Test

Pelaksanaan Kegiatan

Observasi

Akhir Kegiatan

Post-Test

Produk PTK

Page 16: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

12

dan post-tes dikumpulkan melalui tes yang akan mengungkap pemahaman

khalayak mitra tentang Penelitian Tindakan Kelas.

Selanjutnya observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan

mencakup ketekunan dan keseriusan khalayak mitra dalam mengikuti

kegiatan pelatihan. Instrumen yang akan dipergunakan adalah lembar

observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas para

Guru Bahasa Jepang SMA yang mencirikan perilaku dan kemampuan mereka

sebagai guru. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator

menggunakan skala lickert dengan rentang 1-5.

Produk dari kegiatan ini, yaitu Proposal PTK akan dievaluasi untuk

mengetahui kemampuan khalayak mitra dalam menyusun proposal PTK,

dengan menggunakan rentangan skor dari 0 sampai 100.

2. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Program

Data dari hasil pre-test dan post-tes tentang pemahaman para Guru

Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng sehubungan dengan Penelitian

Tindakan Kelas dan data kemampuan peserta dalam merancang proposal PTK

sampai laporan PTK akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif.

Page 17: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

13

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Kegiatan

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk

pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan tersebut diperuntukkan bagi

seluruh guru-guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Peserta berjumlah

20 orang yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Buleleng. Pelatihan

dilaksanakan di Ruang Seminar Fakultas Bahasa dan Seni dengan pola 30 Jam

pada tanggal 11-12 Mei 2015. Narasumber pada pelatihan tersebut merupakan

pakar penelitian tindakan kelas yang berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa

Inggris dan Bahasa Jepang Undiksha. Selanjutnya, seusai mengikuti pelatihan,

peserta diharapkan telah membuat sebuah proposal yang ditindaklanjuti dengan

pendampingan. Pendampingan dilakukan oleh tim anggota pengabdian pada

masyarakat ini yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas proposal, dan

mendampingi dalam pelaksanaan proposal menjadi laporan PTK.

Pada hari pertama, kegiatan diawali dangan pemberian pre-test dan

pengisian kuesioner 1. Pre-test terdiri dari 20 soal pilihan ganda yang berisikan

pertanyaan mengenai pemahaman peserta akan Penelitian Tindakan Kelas (item

soal Pre-test dapat dilihat pada appendix 4). Dari hasil analisis pre-test, didapatkan

bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat

bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Lebih

lanjut, peserta juga diminta mengisi kuesioner (kuesioner lengkap dapat dilihat

pada appendix 6) yang berisikan pertanyaan mengenai pengalaman penelitian

peserta secara umum dan pengalaman melakukan PTK secara khusus. Adapun

hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Hasil Analisis Kuesioner 1

No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan

1. Apakah anda pernah melakukan

penelitian?

80% pernah melakukan

penelitian

20% belum pernah

melakukan penelitian

Page 18: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

14

2. Bila Ya, Apa jenis penelitian

yang anda dilakukan?

45% melakukan PTK

30% melakukan

penelitian deskriptif

5% melakukan penelitian

dan pengembangan

(R&D)

20% belum pernah

melakukan penelitian

3. Bila ya, Apa tujuan anda

melakukan penelitian tersebut?

45% menyebutkan untuk

menyelesaikan S1

(Skripsi) / D3 (Tugas

Akhir)

5% menyatakan untuk

meningkatkan

kemampuan siswa

10% menyatakan untuk

menyelesaikan

permasalahan

5% menyatakan untuk

mengetahui bagaimana

guru menginsersi

pendidikan karakter

5% menyatakan untuk

mengetahui pengetahuan

guru tentang pendidikan

karakter

5% menyatakan untuk

memenuhi ankta 4

5% menyatakan untuk

persiapan guru teladan

20% belum pernah

melakukan penelitian

4. Apakah anda pernah mendengar

penelitian tindakan kelas?

95% menyatakan pernah

mendengar mengenai

PTK

5% menyatakan belum

pernah mendengar

Page 19: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

15

mengenai PTK

5. Apakah anda pernah melakukan

penelitian tindakan kelas?

65% pernah melakukan

PTK

35% belum pernah

melakukan PTK

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian

besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah

penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK,

namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam. Dari hasil pre-test

dan kuesioner yang didapatkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini

diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta (guru-guru

SMA/SMK Bahasa Jepang) dalam melakukan PTK.

Kegiatan selanjutnya adalah Pelaksanaan Pelatihan Penelitian Tindakan

Kelas. Pelatihan yang dilaksanakan selama 2 hari ini diawali dengan Registrasi

peserta yang ditangani oleh panitia dari tim dan mahasiswa (Daftar hadir lengkap

dapat dilihat pada lampiran 1). Saat dilakukan registrasi tersebut, masing-masing

peserta mendapat map berisikan seluruh dokumen terkait dengan pelatihan yang

dilaksanakan, seperti pre-test, post-test, kuesioner 1, kuesioner 2, modul pelatihan

penelitian tindakan kelas (lihat appendix 9), modul panduan penyusunan proposal

PTK (lihat appendix 10), serta alat tulis. Selanjutnya, acara pembukaan berisikan

menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, laporan ketua panitia, dan

Sambutan dari Ketua LPM, Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., yang sekaligus membuka

acara secara resmi. Kegiatan pelatihan pada hari pertama dibagi menjadi 3 sesi,

yakni pertama penyampaian materi dari masing-masing narasumber, kedua

diskusi, dan ketiga penyusunan proposal dalam kelompok kecil. Sesuai dengan

rancangan awal, metode pelatihan mengikuti metode ceramah & diskusi, dimana

setelah pemaparan materi oleh masing-masing pembicara, dibukalah kesempatan

berdiskusi mengenai hal-hal yang belum jelas, masalah-masalah nyata yang

dihadapi, serta komentar atau saran terkait dengan materi bahasan. Beberapa

gambar di bawah ini merupakan foto-foto yang diambil saat sesi ceramah dan

diskusi.

Page 20: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

16

Gambar 3.1 Pemaparan Materi oleh Narasumber

Gambar 3.2 Diskusi Antara Peserta dan Narasumber

Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, tentu dilakukan observasi guna

mengamati ketekunan, keseriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta

pelatihan. Penilaian dilakukan dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang

mencirikan perilaku dan kemampuan peserta. Dengan mengacu pada lembar

observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi rinci dapat dilihat

pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Hasil Observasi saat Pelatihan

No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS

1 Ketekunan mendengarkan ceramah

yang disampaikan

60% 40%

2 Keseriusan dalam melakukan kerja 65% 35%

Page 21: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

17

kelompok yang diminta untuk

3 Keseriusan dalam melakukan refleksi

terhadap

permasalahan yang dialami di sekolah

30% 70%

4 Kejujuran dalam mengemukakan

permasalahan yang dialami di sekolah

masing-masing

10% 90%

5 Kemampuan memilih masalah yang

urgen untuk dilaksanakan

5% 95%

6 Tanggung jawab dalam melakukan

diskusi untuk memilih metode yang

sesuai untuk memecahkan masalah

yang dialami

50% 50%

7 Tanggungjawab untuk menyelesaikan

proposal penelitian

45% 55%

8 Keseriusan dalam menulis proposal

penelitian

35% 65%

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa 60% peserta pelatihan

sangat tekun mendengarkan pemaparan materi dari para narasumber. Sisanya,

40% dari mereka terlihat serius mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu,

berdasarkan observasi tiap individunya, 65% sangat serius dalam melaksanakan

kerja kelompok yang dirancang dan 35% lainnya serius. Terkait dengan

keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di

sekolah, 70% peserta nampak serius, bahkan 30% sisanya sangat serius. Selain

hal-hal tersebut, kejujuran peserta dalam mengemukakan permasalahan yang

dialami di sekolah masing-masing juga diamati. 90% peserta jujur memaparkan

bahwa terjadi banyak masalah dalam proses pembelajaran bahasa Jepang di

sekolah mereka masing-masing, bahkan 10% sisanya sangat jujur dengan

memaparkan secara sangat terperinci mengenai kendala yang nyata dihadapi di

lapangan. Pada saat kerja kelompok merancang draft proposal, nampak 95%

peserta telah mampu memilih masalah yang urgen untuk diangkat dalam proposal

yang mereka rancang. Terdapat 5% sisanya yang sangat mampu melakukannya

meski tanpa bimbingan narasumber/fasilitator. Terkait dengan tanggung jawab

peserta, 50% peserta terlihat bertanggung jawab, dan 50% lainnya sangat

bertanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai

untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kegiatan diskusi kelompok.

Masih terkait dengan tanggungjawab peserta pelatihan, 55% dari peserta

Page 22: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

18

bertanggung jawab, bahkan 45% lainnya sangat bertanggung jawab dalam

menyelesaikan proposal PTK yang mereka buat secara berkelompok. Selama

proses pembuatan, 65% peserta nampak serius mengerjakannya, dan 35% lainnya

sangat serius. Berikut Beberapa gambar yang menunjukkan keseriusan peserta

berdiskusi dalam kelompok.

Gambar 3.3. Diskusi Kelompok Pembuatan Proposal PTK

Pada hari kedua, peserta kembali datang dengan draft proposal kelompok

yang sudah di cetak dan mendapat kesempatan untuk memaparkan proposal

tersebut di depan peserta lainnya dan para narasumber. Berikut merupakan judul-

judul proposal penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh kelompok peserta saat

pelatihan.

Tabel 3.3 Judul Proposal yang Dihasilkan Oleh Kelompok Peserta

Kelompok Judul

I Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered

Heads Together) Berbantuan Lembar Kerja Siswa Word Square

untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas XI Bahasa 1

Page 23: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

19

SMAN 1 Gerokgak Tahun Ajaran 2014/2015

II Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan

Keterampilan Membaca Huruf Katakana Siswa Kelas XI IB di SMA

Negeri 1 Seririt Tahun Ajaran 2014/2015

III Penerapan Teknik Permainan Domino Card untuk Meningkatkan

Penguasaan Huruf Hiragana pada Siswa Kelas X.IBB SMA Negeri 3

Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015

IV Penerapan Strategi Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) dengan Berbantuan Media Audiovisual dapat Meningkatkan

Kemampuan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Jepang pada

Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 1 Atap Tejakula

Tahun Ajaran 2014/2015

Selanjutnya, kelompok presenter diberikan waktu selama 20 menit

setelahnya mereka akan mendapat masukan, komentar, atau pertanyaan terkait

dengan proposal yang mereka paparkan. Secara rinci, masukan, komentar, dan

pertanyaan bagi tiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4 Masukan, Komentar, dan Pertanyaan Saat Presentasi Proposal

Kelompok

Kelompok Masukan

Penguji I Penguji II Penguji III

I 1. Beri sumber 1. Paragraf I bertele-tele,

langsung saja bawa ke

pembelajaran kosakata

1. Informasikan KKM

2. Tambahkan kajian

empiris

2. Sebutkan jumlah siswa

di kelas tersebut

2. Media yang digunakan

: harus lebih jelas

3. Mengkritik

pernyataan “jika hasil

pre-test buruk berarti

penelitian gagal”

3. Penulisan masih kurang

baik

3. Ada kata “square”

yang diartikan sebagai

“mencari”?

4. Sistem perujukan

sumber

5. Tidak ada daftar pustaka

II 1. Strategi perlu diganti,

perlu strategi baru utuk

mengenal huruf

1. Tambahkan kajian

empiris

1. Teknik penulisan

2. Peningkatan

keterampilan membaca

: diganti dengan

menguasai

2. Strategi harus lebih ke

akar permasalahan

2. Perlu kajian empiris

III 1. Sangat baik 1. Sangat baik 1. Bagus sekali

Page 24: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

20

2. Tambahkan relevansi

kajian empiris dengan

penelitian ini

2. Perhatikan cara

penulisan daftar pustaka

2. Jika siswa sudah bisa

mengenal huruf Hiragana

maka langkah berikutnya

bisa membuat domino

kata, dengan demikian

meningkat ke arah

penguasaan kosakata

IV 1. Teknik penulisan

masih kurang

1. Sudah memenuhi kaidah

penulisan proposal

1. Basic masalahnya

sebenarnya apa? pola

kalimat atau menyimak?

2. Cara mengutip 2. Menyimak tapi dengan

video bisa saja membuat

ada masalah yaitu orang

terdistraksi dengan gambar

3. Perhatikan dalam

memilih video

pembelajaran

4 Melatih siswa dengan

slow motion tidak

melatih menyimak

sesuai pengucapan

orang Jepang

Adapun beberapa gambar terkait presentasi masing-masing kelompok

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.4. Presentasi Kelompok

Page 25: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

21

Selain itu, narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait

proposal yang telah mereka buat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat

kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik mendapat

penghargaan berupa buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagu masing-

masing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat

menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-

baiknya. Berikut gambar penyerahan penghargaan bagi kelomok dengan proposal

terbaik.

Gambar 3.5 Penyerahan Penghargaan Bagi Kelompok dengan Proposal Terbaik

Page 26: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

22

Adapun hasil nilai proposal peserta dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Nilai Proposal Kelompok Peserta

Kelompok Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Total Nilai

1 55,5 55,4 58 168,9

2 44,5 45 66 155,5

3 62 61 62 185

4 48,5 49 56 153,5

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai total dari masing-

masing kelompok adalah Kelompok 1 168,9, Kelompok 2 155,5, Kelompok 3

185, dan Kelompok 4 153,5. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan

kriteria Proposal yang baik, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Kriteria Proposal yang Baik

No. Nilai Kriteria

1 250-300 SANGAT BAIK

2 200-249 BAIK

3 150-199 CUKUP

4 100-149 KURANG

5 0-99 SANGAT KURANG

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa proposal PTK yang dihasilkan

pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Cukup. Untuk itu,

pendampingan lebih lanjut guna perbaikan proposal menjadi proposal dengan

kriteria minimum baik.

Diakhir kegiatan, peserta juga harus mengerjakan post-test guna mengukur

efektivitas pelatihan yang diselenggarakan. Dari hasil post-test yang terdiri dari 20

pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25.

Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai

Penelitian Tindakan Kelas meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Dapat disimpulkan

bahwa pelatihan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat

member dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK.

Sama halnya pada saat awal kegiatan, di akhir kegiatan juga terdapat

kuesioner terkait dengan kesan dan pesan peserta mengenai kegiatan pelatihan

Page 27: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

23

yang telah dilaksanakan. Secara lebih rinci, hasil kuesioner di akhir kegiatan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7 Hasil Kuesioner di Akhir Kegiatan

No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan

1. Apakah pelatihan penulisan PTK

yang telah anda ikuti menarik?

70% Mengatakan menarik

30% mengatakan sangat

menarik

2. Bila Ya, Apa materi dari

pelatihan ini sesuai dengan apa

yang anda butuhkan dalam

pembuatan PTK?

75% mengatakan sesuai

25% mengatakan sangat

sesuai

3. Setelah mengikuti pelatihan ini,

apakah anda termotivasi untuk

membuat PTK?

100% mengatakan termotivasi

untuk membuat PTK

4. Apakah anda memerlukan

pelatihan yang lebih mendalam

terkait dengan pelaksanaan

PTK?

80% menyatakan perlu

15% menyatakan sangat perlu

5% menyatakan tidak perlu

karena lebih memerlukan

pelatihan mengenai cara

membuat bahan ajar

5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang

anda perlukan? Sebutkan secara

lebih spesifik!

- Membuat bahan ajar

- Media berbasis ICT

- Strategi Pembelajaran

inivatif yang sesuai

masalah

- Menyusun kenaikkan

pangkat

- Menganalisis data dan

membuat pembahasan

penelitian tindakan kelas

Pendampingan telah dilakukan untuk merevisi keempat proposal yang

telah dikerjakan sebelumnya tapi masih memiliki beberapa kesalahan. Pada

kelompok I, diberikan pengertian mengenai kajian empiris, panduan penulisan,

dan cara menulis latar belakang yang baik sehingga meyakinkan pembaca bahwa

penelitian tersebut memang perlu untuk dilakukan.

Page 28: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

24

Pada kelompok II, diarahkan ke strategi yang lebih sesuai dengan akar

permasalahan. Perbaikan juga dilakukan terkait kajian empiris dalam penelitian.

Pada kelompok III, revisi ditekankan pada bagian relevansi kajian empiris yang

digunakan. Selain itu, diberi penjelasan mengenai penulisan daftar pustaka. Pada

kelompok IV, dibahas mengenai video yang akan dipilih dalam penelitian

tindakan kelas. Selain itu teknik penulisan serta latar belakang juga disesuaikan

dengan penelitian.

Setelah pendampingan dilakukan, dihasilkan 4 buah proposal berkualitas

baik yang dapat digunakan peserta pelatihan untuk keperluan hibah maupun naik

pangkat.

Page 29: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

25

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test

peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih

belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Berdasarkan hasil

kuesioner I, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah

melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan

kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum

semua mengetahui PTK secara lebih mendalam.

Selanjutnya diberikan materi oleh narasumber dan kemudian peserta

dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok membuat satu proposal PTK.

Proposal tersebut dipresentasikan pada hari kedua pelatihan. Narasumber

sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah dibuat,

yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut.

Kelompok dengan proposal terbaik dengan poin 185 (kategori cukup), yaitu

kelompok 3, mendapat penghargaan berupa sertifikat dan buku Metodologi

Penelitian Tindakan Kelas bagi masing-masing anggota kelompoknya.

Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi

peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-baiknya.

Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda,

rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut,

terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas

Page 30: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

26

meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Selain itu, dari hasil kuesioner II, 100%

peserta mengatakan termotivasi untuk membuat PTK setelah diberikan

pelatihan. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan menghasilkan 4

proposal yang sudah direvisi dengan baik sesuai dengan masukan yang

diberikan penguji saat pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan

pendampingan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat

memberi dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK.

4.2 Saran

1. Perlu diadakan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas

2. Berdasarkan kuesioner, diketahui bahwa jenis pelatihan yang diperlukan

selanjutnya adalah Membuat bahan ajar, Media berbasis ICT, Strategi

Pembelajaran inovatif yang sesuai masalah, Menyusun kenaikkan pangkat,

dan Menganalisis data dan membuat pembahasan penelitian tindakan kelas

Page 31: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

27

DAFTAR PUSTAKA

Juwairiah. 2013. Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Diakses melalui website :

sumut.kemenag.go.id/file/file/prof/tgub1333533431 tanggal 16 September

2014.

Rahmawati, Diana. 2008. Pelatihan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Bagi

Guru Se Kabupaten Sleman dengan Materi Penelitian Tindakan Kelas.

Diakses melalui website :

www.staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/diana-rahmawati-

msi/penelitian-tindakan-kelas.pdf tanggal 15 September 2014.

Saputra, Erdinas. 2014. Pelatihan PTK Guru Bahasa Inggris SMP Kota Padang.

Diakses melalu website : www.fbs.unp.ac.id/component/content/article/8-

uncategorised/berita/123-pelatihan -ptk-guru-bahasa-inggris-smp-kota-

padang/ tanggal 17 September 2014.

Supriyanti, Florentina Maria Titin. 2009. Workshop Peningkatan Profesionalisme

Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Akhir P2M (tidak

diterbitkan)

Wisudariani dkk. 2014. Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan

Kelas Bagi Guru-Guru SD di Wilayah Gugus VIII Kecamatan Abiansemal

Badung. Laporan Akhir P2M (tidak diterbitkan).

Page 32: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

28

Lampiran I

Absensi Peserta Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas

Tanggal 11 Mei 2015

Page 33: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

29

Tanggal 12 Mei 2015

Page 34: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

30

Lampiran II

Foto-Foto Pelatihan PTK

Gambar 1. Diskusi Kelompok Pembuatan Proposal PTK

Gambar 2. Presentasi Kelompok

Page 35: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

31

Gambar 3. Penyerahan Penghargaan Bagi Kelompok dengan Proposal Terbaik

Page 36: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

32

Gambar 4. Foto Pendampingan

Page 37: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

33

Lampiran 3

Peta Lokasi Pelatihan

Page 38: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

34

Lampiran 4. Soal Pre Test

PRE-TEST

Nama Peserta :

Asal Sekolah :

NIP :

1. Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang didasarkan pada

…………………… kecuali:

a. Praktis dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran

b. Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada

c. Observasi obyektif masa lalu

d. Actual dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran

2. Yang manakah masalah-masalah berikut ini yang dapat dijawab melalui penelitian

tindakan kelas?

a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan strategi kerja kelompok

b. Studi tentang perhatian guru dalam penerapan Kurikulum 2006 di kelas

c. Meneliti efektivitas dari 2 metode dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa

d. Studi komparatif antara 2 macam assesmen dalam pengajaran menulis

3. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk membuat perubahan. Manakah pernyataan

penelitian berikut ini yang relevan dalam penelitian tindakan kelas?

a. Seberapa jauh perubahan telah terjadi?

b. Apa yang terjadi selama masa transisi?

c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala untuk membuat perubahan?

d. Seberapa besar pengaruh antara variabel yang dominan dalam perubahan?

4. Yang manakah kegiatan-kegiatan di bawah ini yang merupakan kegiatan paling awal

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas?

a. Perencanaan tindakan

b. Melakukan evaluasi

c. Mencari literature yang relevan

d. Melakukan pengamatan masalah

5. Penelitian tindakan kelas merupakan:

a. Bentuk penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

b. Suatu penelitian deskriptif

c. Penerapan pendekan kuantitatif dalam penelitian

d. Semua jawaban salah

Page 39: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

35

6. Penelitian tindakan kelas mengembalikan rasa percaya diri guru karena …………

a. Kurang memperhatikan kinerja di kelas

b. Guru harus mencari aktivitas tambahan

c. Membuka kesempatan untuk melakukan tindakan reflektif-inovatif di kelas

d. Masyarakat menghargai upaya guru

7. Penelitian tindakan kelas bersifat …………………..

a. ‘Grass roots’ yang dilakukan guru di ruang kelas

b. ‘Top down’ untuk mengembangkan suatu kebijakan

c. ‘Bottom up’ untuk melaksanakan kurikulum nasional

d. ‘Grounded’ yang secara deduktif mengaplikasikan teori

8. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian diperlukan …………..

a. Keikutsertaan dalam seminar hasil penelitian tindakan kelas di universitas

b. Pengamatan proses pembelajaran di kelas

c. Instruksi dari kepala sekolah

d. Bimbingan dari pengawas

9. Kerangka pemikiran atau paradigm diperlukan dalam penelitian tindakan kelas untuk

……

a. Memahami masalah, mencari solusi, dan kriteria pembuktiannya

b. Menambah bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti

c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra peneliti

d. Memahami relasi kerja di antara komponen-komponen penelitian

10. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu berkolaborasi artinya

adalah:

a. Melakukan penelitian sendiri-sendiri

b. Melakukan penelitian bersama-sama

c. Melakukan penelitian dalam kemitraan yang setara

d. Melakukan penelitian dalam profesi sebagai guru

11. Permasalahan pokok yang ingin diteliti dalam PTK yakni: ‘Apakah metode permainan

dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Jepang di SMA?’

Yang manakah pertanyaan berikut ini yang tidak dapat menjawab permasalahan di atas?

a. Bagaimakah kemampuan membaca siswa sebelum dilakukan tindakan?

b. Bagaiman pendapat guru dan siswa dalam pembelajaran membaca sebelumnya?

c. Seberapa jauh pengaruh kendala yang dihadapi guru dalam mengajar membaca

terhadap hasil belajar siswa?

Page 40: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

36

d. Metode pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan guru dan siswa di masa

datang?

12. Sehubungan dengan soal pada no. 13 di atas, berikut ini dirumuskan tujuan penelitian

antara lain ……………… terkeuali:

a. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang agar memasukkan metode tersebut dalam

pedoman proses pembelajaran di SMA

b. Mendeskripsikan hasil belajar membaca siswa

c. Menjajagi pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran

d. Memperbaiki kualitas pembelajaran membaca di SMA

13. Yang dimaksud dengan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah …………….

a. Urutan kegiatan yang dimulai perencanaan awal

b. Urutan kegiatan diskusi dengan para mitra penelitian

c. Urutan kegiatan di kelas yang direncanakan setiap tahapnya

d. Urutan kegiatan mulai perencanaan awal sampai perencanaan siklus berikutnya

14. Instrumen utama yang sangat berperan dalam penelitian tindakan kelas adalah:

a. Format observasi bentuk cek list

b. Format wawancara terstruktur

c. Pre-test dan Post-test

d. Field notes

15. Banyak siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat dihentikan jika:

a. Sudah melakukan 3 siklus

b. Sudah melakukan 5 siklus

c. Sudah memenuhi indikator keberhasilan sesuai kesepakatan dengan mitra

d. Semua jawaban salah

16. Field notes yang dibuat peneliti ketika tindakan berlangsung divalidasi dengan

menanyakan kembali kebenarannya kepada mitra yang melaksanakan tindakan di kelas,

biasa disebut:

a. Member check

b. Saturation

c. Triangulation

d. Etic dan Emic

17. Proses berpikir, menafsirkan atau mengomentari tentang apa yang diamati kemudian

mengolah apa yang diamati, mencari makna kemudian menemukan pola, disebut:

a. Audit trial

Page 41: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

37

b. Refleksi

c. Validasi katalitik

d. Understanding

18. Menulis karya ilmiah tidak semudah menulis karangan biasa. Terdapat beberapa prinsip

dalam menulis karya ilmiah berikut ini …… kecuali:

a. Obyektif dan empiris

b. Induktif dan deduktif

c. Trial and eror

d. Data yang berdasarkan rasio

19. Laporan hasil penelitian tindakan kelas yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan

yang standard termasuk jenis:

a. Scientific paper

b. Research paper

c. Karya ilmiah

d. Position paper

20. Penelitian tindakan kelas direncanakan debagaimana mestinya dan dilaksanakan decara

konsisten oleh guru (peneliti) maka akan dapat memperbaiki:

a. Kualitas pendidikan nasional

b. Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas

c. Kualitas dan kuantitas penelitian pendidikan

d. Meningkatkan promosi karier guru

Page 42: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

38

Lampiran 5. Soal Post Test

POST-TEST

Nama Peserta :

Asal Sekolah :

NIP :

1. Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang didasarkan pada

…………………… kecuali:

a. Praktis dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran

b. Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada

c. Observasi obyektif masa lalu

d. Actual dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran

2. Yang manakah masalah-masalah berikut ini yang dapat dijawab melalui penelitian

tindakan kelas?

a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan strategi kerja kelompok

b. Studi tentang perhatian guru dalam penerapan Kurikulum 2006 di kelas

c. Meneliti efektivitas dari 2 metode dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa

d. Studi komparatif antara 2 macam assesmen dalam pengajaran menulis

3. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk membuat perubahan. Manakah pernyataan

penelitian berikut ini yang relevan dalam penelitian tindakan kelas?

a. Seberapa jauh perubahan telah terjadi?

b. Apa yang terjadi selama masa transisi?

c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala untuk membuat perubahan?

d. Seberapa besar pengaruh antara variabel yang dominan dalam perubahan?

4. Yang manakah kegiatan-kegiatan di bawah ini yang merupakan kegiatan paling awal

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas?

a. Perencanaan tindakan

b. Melakukan evaluasi

c. Mencari literature yang relevan

d. Melakukan pengamatan masalah

5. Penelitian tindakan kelas merupakan:

a. Bentuk penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

b. Suatu penelitian deskriptif

c. Penerapan pendekan kuantitatif dalam penelitian

d. Semua jawaban salah

Page 43: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

39

6. Penelitian tindakan kelas mengembalikan rasa percaya diri guru karena …………

a. Kurang memperhatikan kinerja di kelas

b. Guru harus mencari aktivitas tambahan

c. Membuka kesempatan untuk melakukan tindakan reflektif-inovatif di kelas

d. Masyarakat menghargai upaya guru

7. Penelitian tindakan kelas bersifat …………………..

a. ‘Grass roots’ yang dilakukan guru di ruang kelas

b. ‘Top down’ untuk mengembangkan suatu kebijakan

c. ‘Bottom up’ untuk melaksanakan kurikulum nasional

d. ‘Grounded’ yang secara deduktif mengaplikasikan teori

8. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian diperlukan …………..

a. Keikutsertaan dalam seminar hasil penelitian tindakan kelas di universitas

b. Pengamatan proses pembelajaran di kelas

c. Instruksi dari kepala sekolah

d. Bimbingan dari pengawas

9. Kerangka pemikiran atau paradigm diperlukan dalam penelitian tindakan kelas untuk

……

a. Memahami masalah, mencari solusi, dan kriteria pembuktiannya

b. Menambah bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti

c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra peneliti

d. Memahami relasi kerja di antara komponen-komponen penelitian

10. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu berkolaborasi artinya

adalah:

a. Melakukan penelitian sendiri-sendiri

b. Melakukan penelitian bersama-sama

c. Melakukan penelitian dalam kemitraan yang setara

d. Melakukan penelitian dalam profesi sebagai guru

11. Permasalahan pokok yang ingin diteliti dalam PTK yakni: ‘Apakah metode permainan

dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Jepang di SMA?’

Yang manakah pertanyaan berikut ini yang tidak dapat menjawab permasalahan di atas?

a. Bagaimakah kemampuan membaca siswa sebelum dilakukan tindakan?

b. Bagaiman pendapat guru dan siswa dalam pembelajaran membaca sebelumnya?

c. Seberapa jauh pengaruh kendala yang dihadapi guru dalam mengajar membaca

terhadap hasil belajar siswa?

Page 44: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

40

d. Metode pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan guru dan siswa di masa

datang?

12. Sehubungan dengan soal pada no. 13 di atas, berikut ini dirumuskan tujuan penelitian

antara lain ……………… terkeuali:

a. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang agar memasukkan metode tersebut dalam

pedoman proses pembelajaran di SMA

b. Mendeskripsikan hasil belajar membaca siswa

c. Menjajagi pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran

d. Memperbaiki kualitas pembelajaran membaca di SMA

13. Yang dimaksud dengan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah …………….

a. Urutan kegiatan yang dimulai perencanaan awal

b. Urutan kegiatan diskusi dengan para mitra penelitian

c. Urutan kegiatan di kelas yang direncanakan setiap tahapnya

d. Urutan kegiatan mulai perencanaan awal sampai perencanaan siklus berikutnya

14. Instrumen utama yang sangat berperan dalam penelitian tindakan kelas adalah:

a. Format observasi bentuk cek list

b. Format wawancara terstruktur

c. Pre-test dan Post-test

d. Field notes

15. Banyak siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat dihentikan jika:

a. Sudah melakukan 3 siklus

b. Sudah melakukan 5 siklus

c. Sudah memenuhi indikator keberhasilan sesuai kesepakatan dengan mitra

d. Semua jawaban salah

16. Field notes yang dibuat peneliti ketika tindakan berlangsung divalidasi dengan

menanyakan kembali kebenarannya kepada mitra yang melaksanakan tindakan di kelas,

biasa disebut:

a. Member check

b. Saturation

c. Triangulation

d. Etic dan Emic

17. Proses berpikir, menafsirkan atau mengomentari tentang apa yang diamati kemudian

mengolah apa yang diamati, mencari makna kemudian menemukan pola, disebut:

a. Audit trial

Page 45: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

41

b. Refleksi

c. Validasi katalitik

d. Understanding

18. Menulis karya ilmiah tidak semudah menulis karangan biasa. Terdapat beberapa prinsip

dalam menulis karya ilmiah berikut ini …… kecuali:

a. Obyektif dan empiris

b. Induktif dan deduktif

c. Trial and eror

d. Data yang berdasarkan rasio

19. Laporan hasil penelitian tindakan kelas yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan

yang standard termasuk jenis:

a. Scientific paper

b. Research paper

c. Karya ilmiah

d. Position paper

20. Penelitian tindakan kelas direncanakan debagaimana mestinya dan dilaksanakan decara

konsisten oleh guru (peneliti) maka akan dapat memperbaiki:

a. Kualitas pendidikan nasional

b. Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas

c. Kualitas dan kuantitas penelitian pendidikan

d. Meningkatkan promosi karier guru

Page 46: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

42

Lampiran 6. Kuesioner Awal

KUESIONER 1

Nama Peserta :

Asal Sekolah :

NIP :

Petunjuk Pengisian:

Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai

dengan pengalaman nyata yang pernah dialami. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya

dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami

ucapkan terima kasih.

1. Apakah anda pernah melakukan penelitian?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

2. Bila Ya, Apa jenis penelitian yang anda dilakukan?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

3. Bila ya, Apa tujuan anda melakukan penelitian tersebut?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

4. Apakah anda pernah mendengar penelitian tindakan kelas?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

5. Apakah anda pernah melakukan penelitian tindakan kelas?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

Page 47: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

43

Lampiran 7. Kuesioner Akhir

KUESIONER 2

Nama Peserta :

Asal Sekolah :

NIP :

Petunjuk Pengisian:

Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai

dengan pengalaman nyata setelah mengikuti pelatihan tindakan kelas yang diadakan. Angket

ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas

kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih.

1. Apakah pelatihan penulisan PTK yang telah anda ikuti menarik?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

2. Bila Ya, Apa materi dari pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam

pembuatan PTK?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membuat PTK?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan

PTK?

………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik!

…………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Page 48: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

44

Lampiran 8. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI

Nama Peserta :

Asal Sekolah :

NIP :

No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS

1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang

disampaikan

2 Keseriusan dalam melakukan jig saw yang

diminta untuk

3 Keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap

permasalahan yang dialami di sekolah

4 Kejujuran dalam mengemukakan permasalahan

yang dialami di sekolah masing-masing

5 Kemampuan memilih masalah yang urgen untuk

dilaksanakan

6 Tanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk

memilih metode yang sesuai untuk memecahkan

masalah yang dialami

7 Tanggungjawab untuk menyelesaikan proposal

penelitian

8 Keseriusan dalam menulis proposal penelitian

Singaraja, Mei 2015

Penilai,

(___________________________)

Page 49: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

45

Lampiran 9. Modul Pelatihan

MODUL PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh:

Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si.

Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd.

I Nyoman Pasek Hadisaputra, S.Pd., M.Pd.

A. Pengertian Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan (action research) merupakan salah satu jenis penelitian terapan

(applied research) yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan. Secara

sederhana, action research merupakan “learning by doing” yang di terapkan dalam konteks

pekerjaan seseorang. Pada saat seseorang bekerja, dia selalu menghasilkan ide-ide baru yang

diwujudkan dalam tindakan untuk memperbaiki proses maupun hasil pekerjaannya.

Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan formal dilaksanakan oleh

tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (kepala sekolah dan pengawas). Dalam

konteks pekerjaan tersebut, guru menerapkan action research pada kegiatan belajar mengajar

di kelas sedangkan kepala sekolah menerapkan action research untuk memperbaiki

manajemen sekolah. Action research yang dilakukan oleh guru dinamakan penelitian tindakan

kelas (classroom action research) sedangkan action research yang dilakukan kepala sekolah

dinamakan penelitian tindakan sekolah (school action research)

Menurut O'Brien (2001) penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok orang

(siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan

untuk mengatasinya. Selama tindakan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan

perubahan perilaku siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan

tersebut sukses atau gagal. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang

memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK, jarang

ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu PTK sering

dilakukan dalam beberapa siklus tindakan. Pengaruh action research kemudian dipelajari dan

dilaporkan secara mendalam dan sistematis.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran

yang paling efisien dan efektif pada situasi yang alamiah (bukan eksperimen). Action research

berasumsi bahwa pengetahuan dapat dibangun dari pengalaman, khususnya pengalaman yang

diperoleh melalui tindakan (action). Dengan asumsi tersebut, orang biasa mempunyai peluang

untuk ditingkatkan kemampuannya melalui tindakan-tindakan penelitian. Peneliti yang

melakukan penelitian tindakan diasumsikan telah mempunyai keahlian untuk mengubah

kondisi, perilaku dan kemampuan subjek (siswa) yang menjadi sasaran penelitian.

Peningkatan mutu pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan dua metode

penelitian yaitu metode eksperimen dan action research. Penelitian eksperimen lebih banyak

menggunakan data kuantitatif sedangkan penelitian tindakan (action research) dapat

menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian eksperimen minimal menggunakan

dua kelas paralel yaitu satu kelas digunakan sebagai kelas perlakuan atau kelas eksperimen

dan satu kelas yang lain digunakan sebagai kelas kontrol atau kelas yang tidak diberi

perlakuan. Penelitian tindakan kelas cukup menggunakan satu kelas, tetapi tindakan yang

dilakukan dapat berulang-ulang sampai menghasilkan perubahan menuju arah perbaikan.

Page 50: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

46

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Penelitian tindakan mempunyai karakteristik khusus yang tidak terdapat pada

penelitian lain. Sesuai dengan tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki kinerja

mengajar bagi guru/dosen atau kinerja manajerial bagi kepala sekolah maka penelitian

tindakan mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Tema penelitian bersifat situasional Tema penelitian diangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Berdasarkan masalah yang ditemukan tersebut,

dilakukan diagnosis faktor-faktor yang menjadi penyebabnya dan dirancang alternatif

tindakan untuk mengatasi permasalahan. Sambil melaksanakan pekerjaan rutinnya tersebut,

peneliti mengamati perilaku subjek yang akan diberi tindakan supaya mendapat data empirik

untuk menyusun latar belakang masalah penelitian.

Mengingat masalah dan tindakan yang sangat situasional ini, ada kemungkinan

tindakan yang sama tidak cocok untuk mengatasi masalah yang sama pada waktu dan kelas

yang berbeda. Dengan demikian, masalah dan tindakan bersifat eksklusif yaitu hanya sesuai

untuk masalah pada kelas dan waktu kejadian saat itu. Hasil penelitian tindakan yang

eksklusif tersebut memiliki validitas eksternal yang rendah karena tidak dapat

digeneralisasikan pada semua tempat yang memiliki situasi sama. Hal ini disebabkan karena

subjek penelitian tindakan tidak diambil secara acak dari beberapa kelas paralel tetapi hanya

diambil pada kelas yang mengalami masalah sehingga hasilnya juga hanya berlaku pada kelas

yang diteliti tersebut.

2. Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri Penelitian tindakan berbasis pada hasil evaluasi diri (self-evaluative) dan

pengambilan tindakan diputuskan berdasarkan refleksi diri (self-reflective) dari peneliti.

Proses pengambilan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari akar

permasalahan yang menyebabkan kegagalan kinerja dan hasil analisisnya kemudian

diungkapkan untuk mengambil tindakan baru. Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus,

sehingga tidak menutup peluang kepada guru untuk memodifikasi tindakan yang dianggap

perlu selama proses penelitian tindakan berlangsung. Karakteristik ini mencerminkan

penelitian tindakan bersifat luwes dan mampu menyesuaikan dengan situasi nyata yang

dihadapi (fleksibel dan adaptif). Jenis-jenis tindakan yang dipilih dapat berupa model,

pendekatan, strategi, metode, teknik atau media baru yang sesuai untuk mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapi.

3. Dilakukan dalam beberapa putaran Paket tindakan terbagi menjadi beberapa putaran atau siklus. Hal ini memberi

kemungkinan satu macam dan satu kali tindakan saja tidak cukup untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi sehingga perlu dilengkapi dengan tindakan-tindakan lain pada

putaran waktu (siklus) berikutnya. Kegiatan penelitian tindakan diakhiri sampai permasalahan

yang dihadapi dapat diatasi bukan pada satuan kegiatan telah selesai dilakukan.

4. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki kinerja Penelitian bertujuan untuk pemberdayaan, perbaikan, peningkatan mutu dan

peningkatan kemampuan/kompetensi. Keberhasilan penelitian tindakan diketahui dari

perubahan yang terjadi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan tindakan. Penelitian

dinyatakan berhasil apabila tindakan dapat membuat orang yang sebelumnya kurang berdaya

menjadi lebih berdaya, terjadi peningkatan nilai atau perbaikan kinerja, dan lain-lain

tergantung pada tujuan dilakukannya tindakan. Untuk mengetahui adanya perubahan,

peningkatan atau perbaikan selama pelaksanaan tindakan, maka perlu dilakukan pengukuran

yang berulang-ulang sesuai dengan objek/masalah yang sedang diatasi dengan tindakan.

Page 51: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

47

Pada penelitian eksperimen, keberhasilan penelitian diukur dengan membandingkan

hasil belajar antara kelas yang diberi perlakuan dengan kelas yang tidak diberi perlakuan

(kelas kontrol). Apabila hasil belajar kelas perlakuan lebih baik dari pada kelas yang tidak

diberi perlakuan (kelas kontrol) maka eksperimen dinyatakan berhasil. Mengingat penelitian

tindakan tidak menggunakan kelas pembanding untuk mengukur keberhasilannya, maka

prosedur pengumpulan data, pengolahan dan pelaporan hasil penelitian tindakan dilakukan

secermat mungkin.

5. Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif.

Kegiatan penelitian bersifat kolaboratif antara guru/kepala sekolah, peneliti dan

siswa. Kegiatan yang bersifat kolaboratif mengandung pengertian bahwa masing-masing

individu yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan

yang berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah untuk peningkatan kualitas

pembelajaran/manajemen sekolah. Dalam hal ini, guru/kepala sekolah mempunyai

kepentingan untuk meningkatkan kemampuan mengajar, peneliti bertujuan mengembangkan

ilmu pengetahuan sedangkan subjek yang diteliti/siswa memiliki kepentingan untuk

meningkatkan kinerja/hasil belajar.

Penelitian tindakan kolaboratif sering dilakukan pada mata pelajaran yang diampu

oleh beberapa orang guru. Dalam pelaksanaan penelitian, salah satu guru bertindak sebagai

perancang dan pelaksana tindakan sedangkan guru lain sebagai pengamat pelaksanaan

tindakan. Apabila kegiatan penelitian merupakan bentuk kerjasama dengan pihak lain,

guru/kepala sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan yang dirancang oleh peneliti dan

perubahan perilaku subjek yang diteliti dapat diamati oleh tenaga peneliti. Hasil penelitian

dapat digunakan bersama-sama oleh guru dan peneliti.

Penelitian tindakan partisipatoris dirancang, dilaksanakan dan hasilnya digunakan

sendiri oleh peneliti. Kegiatan penelitian sepenuhnya dilakukan oleh guru atau peneliti dan

tidak diwakilkan kepada orang lain. Selama proses penelitian berlangsung, guru/kepala

sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai pengamat perubahan perilaku.

Guru harus langsung mencatat kejadian-kejadian khusus setelah pelaksanaan tindakan supaya

guru tidak kehilangan informasi penting untuk dilaporkan. Untuk membantu mengingat

kejadian, guru dapat merekam dan mendokumentasikan kejadian-kejadian penting tersebut.

6. Sampel terbatas.

Penelitian tindakan mengambil sampel spesifik pada kelas atau sekolah dengan

sasaran kelompok siswa, kelompok guru atau manajemen sekolah yang mengalami

permasalahan. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak sehingga hasil penelitian

tindakan kelas tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah yang lebih luas. Keputusan hasil

penelitian ini hanya berlaku untuk sampel yang diteliti. Temuan penelitian menjadi wacana

informasi dan pertukaran pengalaman yang dapat diterapkan pada kelas/sekolah lain yang

mengalami permasalahan sejenis.

C. Model-model Penelitian Tindakan Seperti telah dipaparkan di atas bahwa penelitian tindakan dilakukan dalam

beberapa putaran (siklus). Jumlah putaran tidak ditentukan karena indikator keberhasilan di

ukur dari kepuasan peneliti terhadap pencapaian hasil yang berupa perubahan perilaku subjek

yang diteliti. Pada umumnya, tiap-tiap siklus penelitian tindakan berisi kegiatan: perencanaan

→ tindakan → observasi → evaluasi/refleksi. Berikut ini dipaparkan model-model penelitian

tindakan yang telah dikembangkan beberapa ahli.

1. Model Lewin

Page 52: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

48

Lewin mengembangkan model action research dalam sebuah sistem yang terdiri

dari sub sistem input, transformation dan output. Pada tahap input dilakukan diagnosis

permasalahan awal yang tampak pada individu atau kelompok siswa. Data identifikasi

masalah dikumpulkan berdasarkan umpan balik hasil evaluasi kinerja sehari-hari. Peneliti

telah melakukan studi pendahuluan sebelum menetapkan tindakan penelitian atau menyusun

proposal. Dengan demikian, orang yang paling memahami masalah yang dihadapi subjek

penelitian dan cara mengatasinya adalah peneliti itu sendiri.

Pada tahap transformation, dilaksanakan tindakan yang telah dirancang. Apabila

penelitian tindakan diterapkan di kelas, maka pelaksanaan tindakan diintegrasikan pada proses

pembelajaran. Perubahan perilaku yang diharapkan diobservasi selama pelaksanaan tindakan.

Apabila perilaku yang diharapkan tidak tercapai, maka peneliti dapat mengulangi proses yang

terjadi pada input yaitu mengidentifikasi masalah dan merencanakan tindakan baru yang

sesuai untuk mengatasi masalah (Feedback Loop A). Sebaliknya, apabila terjadi perubahan

perilaku yang diinginkan, pada tahap berikutnya dilakukan pengukuran hasil (melalui

tes/ujian) untuk mengetahui kemajuan yang sudah dicapai. Hasil pengukuran ini kemudian

dievaluasi untuk memutuskan perlu atau tidak perlu tindakan perbaikan berikutnya

menggunakan rencana baru (feedback loop C) atau memperbaiki tindakan yang sudah

direncanakan (feedback loop B).

2. Model Riel Model ke dua dikembangkan oleh Riel (2007) yang membagi proses penelitian

tindakan menjadi tahap-tahap: (1) studi dan perencanaan; (2) pengambilan tindakan; (3)

pengumpulan dan analisis kejadian; (3) refleksi. Kemajuan pemecahan masalah melalui

tindakan penelitian diilustrasikan pada Gambar berikut.

Page 53: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

49

Riel (2007) mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan

perencanaan. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-

hari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk

mengatasi permasalahan dan mampu dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung

tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai disusun dan

disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan tindakan, peneliti

kemudian mengumpulkan semua data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya.

Hasil analisis tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan rencana tindak

lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Putaran tindakan ini berlangsung terus,

sampai masalah dapat diatasi.

3. Model Kemmis dan Taggart Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat

tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi –

refleksi. Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan. Model

Kemmis dan Taggart dapat disimak pada Gambar berikut.

Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat

dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus

melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi

kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan

tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan

peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.

Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus

diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua.

Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada

siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah

mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk meyakinkan

peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil.

4. Model DDAER Tiga model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi gambaran bahwa

prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK

akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan

evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model

DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection) dapat disimak

pada gambar berikut.

Page 54: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

50

1. Diagnosis masalah

2. Perancangan tindakan

3. Pelaksanaan tindakan dan observasi kejadian

4. Evaluasi

5. Refleksi

Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum

tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah.

Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu

tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian berikutnya hampir sama

dengan prosedur pada model PTK yang lain. Berikut ini dipaparkan contoh kegiatan yang

dilakukan pada tahap diagnosis masalah, perancangan – tindakan – observasi-interpretasi-

analisis data, evaluasi dan refleksi.

D. Prosedur Penelitian Tindakan Dari berbagai macam model penelitian tindakan yang telah dipaparkan di atas dapat

dirangkum bahwa secara umum penelitian tindakan terdiri dari empat siklus yaitu: diagnosis

masalah, perancangan tindakan – pelaksanaan tindakan – observasi, analisis data, evaluasi dan

refleksi. Dalam sebuah penelitian, contoh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap

penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Diagnosis Masalah Diagnosis masalah dilakukan paling awal, yaitu pada saat peneliti/guru melakukan

pekerjaan sehari-hari. Peneliti mengamati komponen pembelajaran yang belum optimal

sehingga masih memungkinkan untuk diperbaiki lagi. Banyak hal-hal yang sering menjadi

masalah klasik dalam proses pembelajaran seperti: perhatian siswa, pemahaman materi,

motivasi belajar, hasil belajar, kreativitas, aktivitas belajar, kompetensi, perangkat materi

(modul, job sheet, lab sheet, hand out), media, metode, ruang belajar, sumber belajar, dsb.

Untuk menemukan masalah PTK diperlukan kepekaan peneliti melihat situasi kelas.

2. Perancangan Tindakan Perancangan tindakan dimulai sejak seorang peneliti menemukan suatu masalah

dan merumuskan cara pemecahan masalahnya melalui tindakan. Setelah peneliti menetapkan

tindakan yang akan dilakukan, peneliti membuat perancangan tindakan dan menyusun

Page 55: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

51

perangkat yang diperlukan selama tindakan berlangsung. Dalam perancangan tindakan

tersebut disusun:

a. Skenario tindakan. Skenario tindakan serupa dengan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) pada penelitian tindakan kelas. Guru yang bekerja secara professional

selalu membuat RPP sebelum mengajar. Skenario pembelajaran berisi langkah-langkah

tindakan yang dilakukan oleh guru dan kegiatan siswa ketika guru menerapkan

tindakan. Skenario tindakan sebaiknya ditulis dalam bahasa operasional dan prosedural

sehingga mudah dipahami orang lain.

b. Instrumen pengumpulan data penelitian. Perencanaan tindakan sudah memikirkan cara

pengambilan data, alat yang digunakan untuk mengambil data dan orang yang bertugas

mengumpulkan data. Agar peneliti tidak kehilangan informasi yang penting selama

momen tindakan berlangsung, maka alat-alat pengumpul data seperti lembar observasi

atau perangkat tes sudah disiapkan pada tahap perencanaan.

c. Perangkat tindakan. Pada tahap perencanaan, perangkat pelaksanaan tindakan sudah

disiapkan. Perangkat tindakan meliputi alat, media pembelajaran, petunjuk belajar, dan

uraian materi pembelajaran yang sudah tercetak. Kesiapan perangkat pembelajaran

menentukan tindakan tersebut layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Perangkat

pembelajaran yang lengkap turut menentukan kesuksesan suatu tindakan.

d. Simulasi tindakan. Apabila peneliti belum yakin terhadap kesuksesan tindakan yang

telah direncanakan maka peneliti dapat melaksanakan simulasi pada teman sejawat atau

kelas kecil.

3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Guru/peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah dibuat dan

perangkat yang telah disiapkan. Selama pelaksanaan tindakan ini, observasi kejadian dapat

dilakukan oleh peneliti atau teman sejawat yang membantunya. Lembar observasi sudah

disiapkan peneliti namun bisa dikembangkan lebih lanjut selama tindakan berlangsung

apabila terdapat kejadian menarik yang belum terungkap dalam lembar observasi.

Observasi dilaksanakan untuk mengamati proses dan dampak. Observasi proses

merekam apakah proses tindakan sesuai dengan skenarionya, dan gejala-gejala apa yang

muncul selama proses tindakan, baik pada peneliti sebagai aktor, sasaran tindakan, atau situasi

yang menyertainya. Observasi dampak merekam hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan

tersebut. Dampak tindakan yang berupa prestasi/kompetensi dapat diukur dengan alat tes.

Perekaman data yang bersifat kualitatif sebaiknya langsung diinterpretasikan agar peneliti

tidak kehilangan makna. Apabila selama tindakan terjadi kejadian unik yang tidak diduga

sebelumnya, peneliti sebaiknya langsung mendiskusikan dengan seluruh personal yang

terlibat dalam penelitian.

4. Analisis Data Analisis data dalam penelitian tindakan dapat dilakukan secara deskriptif kuantitatif

maupun kualitatif tergantung pada tujuan penelitian. Penelitian tindakan yang bertujuan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa akan memperoleh data kuantitatif tentang prestasi siswa.

Penelitian tindakan yang bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas akan

memperoleh data kualitatif tentang peningkatan kualitas proses pembelajaran atau

pengurangan hambatan-hambatan yang menyebabkan kualitas proses pembelajaran menjadi

rendah.

Penyajian data dapat dilakukan secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif.

Penyajian data menjadi lebih bermakna apabila peneliti memaparkan kejadian-kejadian yang

berkaitan dengan pencapaian tujuan pelaksanaan tindakan. Laporan hasil analisis data menjadi

lebih lengkap apabila dilakukan pengukuran tentang ketercapaian hasil tersebut pada setiap

Page 56: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

52

siklus tindakan. Dengan demikian peningkatan atau perbaikan kinerja akan tergambar

semakin jelas.

5. Evaluasi dan Refleksi Evaluasi adalah proses penemuan, penyediaan data dan informasi untuk

menetapkan keputusan yang rasional dan objektif. Kizlik (2007: 1) menyatakan bahwa

evaluasi digunakan untuk mengklasifikasikan aspek yang dievaluasi (bisa berupa objek atau

situasi) menurut indikator kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan dinyatakan telah

tercapai dan kegiatan dinyatakan efektif apabila telah memenuhi indikator kualitas yang

ditetapkan dengan menggunakan kriteria-kriteria baku. Menurut pengertian tersebut, evaluasi

dalam penelitian tindakan berfungsi untuk mengambil keputusan keberlanjutan tindakan

penelitian. Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang membandingkan antara hasil

yang diobservasi, dengan hasil yang diharapkan atau kriteria-kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Alternatif keputusan yang diambil antara lain: tindakan layak untuk dilanjutkan,

perlu perbaikan atau dihentikan dan diganti dengan tindakan lain. Tindakan dapat dilanjutkan

apabila hasil tindakan lebih baik dari kriteria yang telah ditetapkan, memberi manfaat pada

peningkatan kualitas pembelajaran. Tindakan perlu diperbaiki apabila hasil tindakan belum

dapat mencapai kriteria yang ditetapkan. Tindakan harus dihentikan dan diganti dengan

tindakan lain apabila banyak menimbulkan dampak negatif dan hasil berada di bawah kriteria

yang telah ditetapkan.

Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam

mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai

tujuan akhir. Evaluasi dan refleksi mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menetapkan

keputusan keberlanjutan setelah tindakan dilaksanakan. Dalam tahap refleksi, keputusan perlu

didiskusikan dengan seluruh personal yang terlibat dalam penelitian. Dalam tahap ini,

tindakan pada siklus kedua atau seterusnya mulai dirancang dan ditetapkan. Rencana tindak

lanjut diputuskan jika hasil dari siklus pertama belum memuaskan dan berdasarkan refleksi

ditemukan hal-hal yang masih dapat dibenahi/ ditingkatkan. Kegiatan siklus berikutnya

mengikuti langkah-langkah sebelumnya yaitu perencanaan-tindakan-observasi-refleksi sampai

PTK berakhir.

Page 57: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

53

Lampiran 10. Modul Panduan Penyusunan Proposal PTK

MODUL PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTK

Oleh:

Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si.

Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd.

I Nyoman Pasek Hadisaputra, S.Pd., M.Pd.

Pengantar Penyusunan proposal selalu mengacu pada pedoman penulisan. Masing-masing

lembaga, sponsor atau pemberi dana membuat pedoman yang berbeda-beda. Peneliti harus

cerdas dan mampu menyesuaikan karya tulisannya dengan panduan bentuk apapun. Berikut

ini ada salah satu contoh format penelitian tindakan dan informasi yang diperlukan pada

setiap sub bab laporan penelitian.

Format penyusunan proposal/laporan penelitian merupakan persyaratan

administratif yang harus dipenuhi oleh peneliti. Laporan penelitian tidak akan mendapat skor

yang bagus apabila poin-poin yang akan dinilai tidak ditulis oleh peneliti karena peneliti tidak

menaati panduan penulisan. Dalam panduan penulisan proposal/laporan penelitian selalu

diberikan petunjuk penulisan. Peneliti harus cermat dan cerdas menjawab permintaan yang

tertulis pada panduan.

Contoh Kerangka Isi Penelitian Tindakan

1. JUDUL PENELITIAN TINDAKAN Masalah yang layak untuk diteliti memiliki beberapa persyaratan, antara lain: (1)

masih berada di dalam lingkup kompetensi keahlian bidang studi peneliti; (2) pemecahan

masalah masih terjangkau dari sisi dana, waktu, dan tenaga; (3) masalah menjadi skala

prioritas yang ditetapkan lembaga (sekolah). Setelah masalah yang urgen ditemukan, langkah

selanjutnya adalah merumuskan masalah tersebut dalam bentuk judul PTK. Judul penelitian

sudah mencerminkan jenis penelitian yang digunakan. Karakteristik judul PTK adalah ada

unsur masalah yang akan dipecahkan dan ada unsur tindakan yang akan dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut. Subjek dan objek pada umumnya ditulis tetapi dengan bahasa

yang singkat dan mudah dipahami.

Contoh:

Masalah penelitian tindakan kelas diangkat dari fenomena yang dihadapi guru

sehari-hari bukan dari kajian literatur mutakhir. Untuk menemukan masalah tersebut, guru

harus mengumpulkan fakta atau bukti empiris melalui survey pendahuluan. Setelah guru

menyadari kekurangan dirinya dalam mengajar, selanjutnya guru membuka wawasan untuk

menemukan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Mengatasi masalah pembelajaran

dapat dilakukan dengan cara menerapkan model, pendekatan, metode, teknik dan perangkat

pembelajaran baru yang selama ini belum dilakukan.

Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2013/2014

Tindakan Masalah

Page 58: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

54

Contoh-contoh judul PTK:

1) IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM

BERBAHASA JEPANG DI KELAS XI BAHASA SMA WIRA BHAKTI SINGARAJA

TAHUN AJARAN 2013/2014

2) PENGGUNAAN HIRAGANA NO BENKYOU UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS HURUF HIRAGANA KELAS X IPS DI SMA NEGERI 1

SINGARAJA

3) PENERAPAN TEKNIK DRILL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS HURUF KATAKANA SISWA KELAS XI IA 4 SMA NEGERI 2

SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014

4) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK

BAHASA JEPANG SISWA KELAS XI BAHASA 3 DI SMA KARYA WISATA

SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014

5) Penggunaan Strategi Paired Story Telling untuk Meningkatkan Kemampuan Mengarang

Bahasa Jepang Siswa Kelas XI Bahasa SMA Laboratorium Undiksha Tahun Ajaran

2013-2014

6) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MELALUI PERMAINAN TEKA-TEKI

SILANG UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA

JEPANG PADA SISWA KELAS XI UPW B SMK NEGERI 1 SINGARAJA TAHUN

AJARAN 2013/2014

7) PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN BINGO UNTUK MENINGKATKAN

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG PADA SISWA KELAS X5 SMA

NEGERI 1 SUKASADA TAHUN AJARAN 2013/2014

8) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG (SAKUBUN) PADA SISWA

KELAS X IS SMA NEGERI 1 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014

9) PENERAPAN STRATEGI ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN

PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA JEPANG PADA SISWA KELAS XI IB 2

SMA NEGERI 1 SUKASADA TAHUN AJARAN 2013/ 2014

10) PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERBICARA BAHASA JEPANG SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2

SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014

2. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah Garis besar isi latar belakang masalah antara lain menguraikan:

1) fakta-fakta penyebab masalah yang terjadi di kelas. Fakta tersebut ditunjukkan

dari hasil pengamatan atau pengukuran kemampuan siswa/mahasiswa;

2) argumentasi teori tentang tindakan yang dipilih. Argumen lebih kuat apabila

didukung oleh kajian tindakan sejenis yang sudah pernah diterapkan pada

penelitian terdahulu;

3) alasan-alasan logis pentingnya penelitian tindakan dilakukan;

4) dampak negatif apabila tindakan tidak segera dilakukan dan dampak positif setelah

pelaksanaan tindakan.

Page 59: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

55

Uraian inti yang ditulis pada latar belakang masalah adalah adanya kesenjangan antara

situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan. Dalam memaparkan situasi yang ada, masalah

yang ditulis menjadi lebih berbobot apabila didukung dengan data/fakta hasil survei pendahuluan.

Penulisan kondisi yang diharapkan mengungkap ide peneliti untuk mengatasi permasalahan dan

harapan-harapan peneliti setelah masalah diatasi. Pemaparan kesenjangan antara situasi yang ada

dengan yang diharapkan untuk menunjukkan bahwa permasalahan sangat mendesak untuk diatasi

dan apabila permasalahan tidak segera diatasi dapat menyebabkan keadaan yang semakin buruk.

Permasalahan yang urgen dapat menjadi pendorong bagi peneliti untuk segera mengatasinya.

b. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Rumusan

masalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan dikaji melalui penelitian. Rumusan

masalah dapat disusun berdasarkan analisis masalah yang terdapat pada judul penelitian. Contoh

rumusan masalah dari penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan

Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan

Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran

2013/2014” antara lain adalah:

1) Bagaimanakah respon siswa terhadap metode pemberian tugas dengan penggunaan media

gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang?

2) Apakah metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri dapat

meningkatkan kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang siswa?

c. Tujuan Penelitian

Tujuan PTK mencerminkan hasil yang ingin dicapai melalui penelitian tindakan. Tujuan

penelitian ditulis dengan kata-kata operasional yang dapat dicapai dan diukur keberhasilannya

pada akhir penelitian. Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian ditulis dalam

bentuk pernyataan namun isinya harus konsisten dengan pertanyaan yang ada dalam rumusan

masalah. Contoh kongkret tujuan penelitian yang diambil dari contoh rumusan masalah di atas

antara lain:

1) Mengetahui respon siswa terhadap metode pemberian tugas dengan penggunaan media

gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang

2) Mengetahui peningkatan kualitas kemampuan menulis karangan berbahasa Jepang siswa

setelah menggunakan metode pemberian tugas dengan penggunaan media gambar berseri

d. Manfaat Penelitian

PTK merupakan penelitian terapan sehingga hasil penelitian lebih banyak memberi manfaat

praktis atau nyata. Sasaran subjek yang memanfaatkan hasil penelitian disebutkan secara eksplisit

misalnya siswa, guru, sekolah dan lembaga pemberi dana. Contoh:

1) Siswaa terbimbing untuk memperoleh hasil belajar yang berkualitas

2) Guru dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar.

3) Sekolah dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memperkaya referensi yang dapat

digunakan oleh guru pada mata pelajaran lain

4) Kalangan akademisi memperoleh gambaran umum tentang metode pemberian tugas dengan

penggunaan media gambar berseri

e. Kerangka berpikir

Page 60: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

56

Berisi alur pemikiran tentang pencapaian hipotesis berdasarkan teori yang telah

dikaji. Misalnya: Strategi cooperative learning tipe peer tutoring dapat meningkatkan kualitas

hasil belajar karena mahasiswa yang tidak mampu akan mendapat bimbingan dari teman

sebayanya. Intensitas belajar dengan teman sejawat lebih banyak daripada belajar dengan dosen

karena satu tutor hanya bertugas membimbing 2-5 orang mahasiswa. Sementara itu, peer

tutoring tidak akan berhasil meningkatkan kualitas hasil belajar apabila kemampuan akademik

semua mahasiswa setara sehingga tidak ada yang dapat dipilih untuk menjadi tutor

3. KAJIAN TEORI

a. Deskripsi Kajian teori memaparkan: (1) deskripsi tentang masalah yang diteliti; (2) deskripsi

teori tentang tindakan yang dipilih; (3) kajian hasil penelitian yang relevan; dan (4) hipotesis

tindakan.

Kerangka kajian teori dari contoh judul “Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Penggunaan

Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berbahasa Jepang

pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2013/2014” minimal

berisi:

a. Metode Pemberian Tugas

1. Pengertian Metode Pemberian Tugas

2. Karakteristik Metode Pemberian Tugas

3. Keunggulan Metode Pemberian Tugas

b. Media Gambar Berseri

1. Pengertian Media

2. Pengertian Media Bergambar

3. Pengertian Media Bergambar Berseri

4. Keunggulan Media Bergambar Berseri

c. Kemampuan Menulis Karangan

1. Pengertian Menulis

2. Pengertian Menulis Karangan

3. Aspek dalam Menulis Karangan

4. Masalah dalam Menulis Karangan

d. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1. Kajian Penelitian yang Menggunakan Metode Pemberian Tugas

2. Kajian Penelitian yang Menggunakan Media Bergambar

b. Kerangka berpikir Berisi alur pemikiran tentang pencapaian hipotesis berdasarkan teori yang telah dikaji.

Misalnya:

Penggunaan Media Gambar Berseri mampu Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan

Berbahasa Jepang karena siswa memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas yang

diberikan. Selain itu, media gambar berseri dapat mempermudah siswa dalam menetukan

urutan karangan yang mereka tulis, sehingga masalah dalam kelancaran ide dapat

terpecahkan.

c. Hipotesis Tindakan Merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang diperoleh setelah

mengkaji teori. Contoh hipotesis tindakan dari rumusan masalah di atas adalah: “Metode

Pemberian Tugas dengan Penggunaan Media Gambar Berseri mampu Meningkatkan Kemampuan

Menulis Karangan Berbahasa Jepang pada Siswa SMA Kelas XI IPB Di SMAN 1 Kubutambahan

Tahun Ajaran 2013/2014”

Page 61: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

57

4. METODE PENELITIAN

Penulisan metode penelitian tindakan sangat bervariasi. Hal-hal yang ditulis pada sub

bab ini mengikuti pedoman penelitian dari lembaga yang memberi dana atau mengevaluasi

laporan penelitian. Secara umum, dalam penulisan metode penelitian minimal mengandung unsur:

(1) siapa orang yang mau diteliti; (2) bagaimana cara mengumpulkan data penelitian dan (3)

bagaimana cara menganalisis data penelitian. Dalam contoh format laporan PTK yang ditulis pada

BAB III terdiri dari:

a. Desain/Prosedur Penelitian;

Berdasarkan keterlibatan peneliti, Penelitian Tindakan Kelas dibagi menjadi dua jenis

yaitu PTK partisipatori atau PTK kolaborasi. Desain PTK dapat dipilih atau dimodifikasi dari

beberapa contoh model yang terdapat dalam buku ini, misalnya: Model Lewin, Reil atau Kemmis.

Model PTK kemudian digambarkan (didesain) dalam sub bab ini. Model PTK pada umumnya

bersifat prosedural yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi kemudian

evaluasi dan refleksi. Masing-masing prosedur kemudian diberi keterangan sesuai apa yang

dilakukan peneliti.

1) Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan penelitian tindakan meliputi:

a. Menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran)

b. Menyusun instrumen penelitian (lembar observasi, pedoman wawancara, angket dan soal)

c. Menyusun perangkat pembelajaran (media dan materi)

Dalam usulan maupun laporan PTK, kegiatan yang dilakukan tersebut ditulis garis

besarnya secara naratif. Bukti fisik berupa RPP lengkap, instrumen dan perangkat pembelajaran

ditulis dalam lampiran.

2) Pelaksanaan Tindakan Pada penulisan proposal, pada bagian pelaksanaan tindakan ditulis mirip dengan

penulisan skenario drama, atau rancangan kegiatan belajar mengajar. Hal-hal yang ditulis dalam

usulan maupun hasil penelitian berupa aktivitas-aktivitas guru dan siswa. Aktivitas yang ditulis

misalnya: bagaimana cara guru mengawali, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan selama

proses pembelajaran dan bagaimana cara guru mengamati perilaku siswa untuk memperoleh data

penelitian. Pelaksanaan pembelajaran disusun mencerminkan metode yang digunakan.

3) Observasi Pengumpulan data PTK dilakukan dengan observasi kelas untuk melihat kualitas

hasil belajar sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan misalnya: motivasi

siswa/mahasiswa, aktivitas belajar, interaksi antar siswa/mahasiswa, hasil belajar, kerjasama

dalam pelaksanaan tugas, dll. Agar guru/dosen tidak kehilangan momen-momen penting di

mana aktivitas siswa/mahasiswa yang diamati tersebut muncul, guru/dosen dapat meminta

bantuan teman sejawat untuk mengamati atau merekam proses belajar mengajar dengan

video.

Pengambilan data PTK tidak hanya dilakukan dengan observasi saja tetapi dapat

menggunakan angket, wawancara, memberi tes awal (pretest) dan tes akhir pelajaran

(posttest). Alat pengumpul data disesuaikan dengan jenis data yang akan diambil dan variabel

yang akan diamati.

4) Evaluasi dan Refleksi Data hasil observasi dianalisis secara deskriptif-interpretatif. Hasil penelitian dibahas

dalam forum diskusi dengan seluruh anggota tim peneliti dan teman sejawat. Hasil tindakan

dievaluasi dan direfleksi untuk merencanakan tindakan siklus berikutnya. Contoh laporan hasil

evaluasi dan refleksi misalnya: “Berdasarkan hasil diskusi diputuskan tindakan siklus pertama

akan diulang kembali dengan bimbingan yang lebih intensif kepada tutor di luar jam belajar

karena hasil belajar belum menunjukkan peningkatan yang berarti”

Page 62: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

58

b. Teknik Pengumpulan Data

Seperti telah disebutkan dalam prosedur PTK pada tahap pelaksanaan dan observasi,

metode pengumpulan data PTK dapat dilakukan dengan observasi, angket, wawancara maupun

tes. Dalam penyusunan proposal, metode pengumpulan data disebutkan kegunaannya untuk apa.

Misalnya: observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Tes

digunakan untuk mengukur kemampuan awal (pretest) dan hasil belajar (posttest) setelah

penerapan tindakan.

c. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan penjabaran lebih lanjut dari metode pengumpulan data. Secara

kronologis instrumen dapat disusun melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mendefinisikan variabel penelitian

2) Mengidentifikasi indikator tentang variabel kualitas hasil belajar

3) Membuat kisi-kisi instrumen dan butir soal

4) Membuat kunci jawaban, cara penilaian jawaban dan lembar observasi sikap siswa

selama proses pembelajaran

d. Teknik Analisis Data Teknik analisis data disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh. Teknik analisis

data PTK dapat dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif, kualitatif atau campuran

deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat ditulis dengan berbagai macam cara tergantung pada

rumusan masalah dan jenis data yang diperoleh. Sebagian peneliti memilih melaporkan hasil

penelitian dengan membaginya dalam beberapa siklus, kemudian setiap siklus tersebut

dilaporkan hasil sesuai urutan rumusan masalah. Sebagian peneliti lagi memilih melaporkan

berdasarkan urutan rumusan masalah kemudian membandingkan perubahan yang terjadi pada

siklus pertama dan siklus berikutnya.

Masing-masing peneliti memiliki gaya dalam penulisan laporan hasil penelitian.

Tidak ada satu aturan pun yang dapat mengikat peneliti untuk menggunakan cara yang sama

dalam menulis laporan. Ada satu hal yang tidak boleh di langgar yaitu masalah yang telah

dirumuskan pada bab pendahuluan harus dapat terjawab pada hasil penelitian. Pemaparan

harus dilakukan secara logis dan rasional dengan disertai bukti pendukung supaya tidak

terkesan data hanya berupa karangan atau fiktif karena sesungguhnya tidak pernah dilakukan.

6. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ditulis sesuai urutan rumusan masalah. Simpulan menjawab rumusan

masalah sesuai dengan bukti dan temuan penelitian. Hipotesis penelitian tidak harus diterima

apabila tidak ada data yang mendukungnya. Saran ditulis sesuai dengan temuan penelitian dan

sudah disimpulkan.

DAFTAR BACAAN

Jarvis, P. (2001). Learning in later life: An introduction for educators and careers. London:

Kogan Page.

Neuman, W. L. (2003). Social research methods, qualitative and quantitative approaches (5th

). Boston: Pearson Education Inc.

Page 63: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

59

Oakes, J. (1990). Multiplying inequities, The effect of race, social class, an tracking on

opportunities to learn mathematics and science. Santa Monica, CA: The BAND

Corporation

Kemmis, Stephen and McTaggart, Robin (1988) The Action Research planner, 3rd Edition,

Deakin University, Geelong

Kurt Lewin, (1958). Action Research and Minority Problems, Journal of Social Issues 2: 34-

46.

O'Brien, R. (2001). An overview of the Methodological Approach of Action Research.

Toronto: Faculty of Information Studies. Available: http://www.web.ca/robrien/.html

Riel, M. (2007). Understanding Action Research, Center For Collaborative Action Research.

Available at http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html

McTaggart, Robin (1991) ‘Principles of Participatory Action Research’ Adult Education

Quarterly, Vol. 41, No 3, 1991:170

Page 64: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

60

Lampiran 11. Empat Proposal Yang Telah Direvisi

Page 65: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

61

Page 66: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

62

Page 67: PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1987051220121220… · kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam

63