jurnal tonsilitis

2
Bakteri streptococcus grup A merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis akut Faringitis streptokokal akut adalah penyakit pada anak, dengan insiden paling sering terjadi sa,pai 6 tahun, namun bisa juga terjadi pada anak usia dibawah 3 tahun dan di dewasa di atas penyebaran penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk epidemi di sebuah fasilitas umum atau pus komunitas. !anifestasi tonsilitis akut berupa tenggorokan kering, malaise, demam, tenggorokan terasa pen telan, kesulitan menelan, nyeri telinga, nyeri kepals, nyeri punggung, adenopati ser"ikal, ma menggigil. #asil pemeriksaan menunjukkan lidah kering, tonsil membesar dan kemerahan, dan bin bintik putih kekuningan pada tonsil. $ada kasus yang berat, dapat timbul membran pada tonsil atau juga adanya eksudat purulen disertai pembesatan limfonodi jugulodigastrik. %iagnosis tonsilitis akut utamanya ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis. !anifestasi kli streptokokal dan nonstreptokokal sering timbul bersamaan, sehingga sulit didiagnoss secara pa alasan inilah kebanyakan lembaga kesehatan pemerintah merekomendasikan bahwa diagnosis farigi beta hemolitik streptokokal grup A '(AB#)* harus dipastikan dengan tes mikrobiologi pada pas pasien yg memiliki kecenderungan menderita penyakit ini, baik secara klinis maupun epidemis. &ultur trnggorok merupakan metode diagnosis yg paling sering digunakan. &ultur tenggorok ini merupakan tes yg mudah dan berguna, namun harus dilakukan dengan teknik yg benar, yaitu swab dinding faring postrrior dan tonsil. &eterlambatan dalam mendapatkan hasil kultur merupakan h utama dalam penggunaan metode ini. &eterlambatan selama + - jam sangatlah tidak wajar dan d berdampak pada keterlambatan penatalaksanaan. /ika faringitis streptokokal grup A diobati secara dini secara klinis, masa penularannya dapa &arbohidrat dari streptokokus grup A dapat terdeteksi menggunakan rapid detection test dalam menit, meskipun sangat spesifik, namun masih kurang selektif dibandingkan dengan kultur tengg #asil uji cepat yg negatif dapat mengisyaratkan kepada dokter untuk menunda pemberian antibio menunggu hasil kultur keluar. !ayoritas guideline menyarankan bahwa kultur tenggorok harus di jika suhutubuh diatas 3 ,3 0 atau gejala yg timbul didominasi oleh radang tenggorokan. !etode paling akurat dan efektif secara biaya untuk mendiagnosa infeksi (AB#) akut adalah menggunakan rapid strep test. $emeriksaan ini kemudian diikuti dengan kultur tenggorok pada p dengan hasil strep test negatif dan kecurigaan besar tonsilitis streptokokal &ultur tenggorok memiliki kekurangan tersendiri, yaitu tidak dapat membedakan infeksi akut da 1erkadang terdapat hasil false-negatif '+2 dari seluruh kasus*, meskipun ada + laporan menem bahwa pasien dengan hasil false negati"e kemungkinan besar carrier yg tidak memerlukan terap lanjut. )tudi melaporkan bahwa satu kultur tenggorok 2- 42 sensitif dan 2 spesifik untu pertumbuhan (AB#). Bukti adanya infeksi ditunjukkan oleh hasil kultur tenggorok yg positif d setidaknya dua peningkatan dilusi pada antistreptolysin- titer. 0arrier (AB#) tanpa infeksi memiliki hasil kultur yang positif namun tanpa adanya perubahan pada titer dilusi. !embedakan diagnosis dari faringitis streptokokal grup A sangatlah penting karena kebanyakan pasien deng faringitis akut tidak mengalami radang tenggorokan. %i kebanyakan kasus, golongan penisilin merupakan antibiotik pilihan. Bakteri anaerob berkont secara signifikan terhadap komplikasi yang berhubungandengan tonsilitis, jadi bakteri jenis t mungkin berperan dalam tonsilitis rekuren. )ebuah studi sudah menunjukkan pre"alensi Bacteroi dihasilkan dari kultur tonsil yg mengalami inflamasi kronis.. Bakteri anaerob juga berhubungs tonsilitis akut. &egagalan terapi penisilin dapat mengarah pada organisme yg memproduksi beta laktamase. )ehingga ssbagai alternatif penggunaan penisilin adalah penggunaan penisilin ditam

Upload: shonsakarisa

Post on 05-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal tonsilitis

TRANSCRIPT

docx

Bakteri streptococcus grup A merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis akut. Faringitis streptokokal akut adalah penyakit pada anak, dengan insiden paling sering terjadi pada usia 5 sa,pai 6 tahun, namun bisa juga terjadi pada anak usia dibawah 3 tahun dan di dewasa di atas 50 tahun. penyebaran penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk epidemi di sebuah fasilitas umum atau pusat komunitas.

Manifestasi tonsilitis akut berupa tenggorokan kering, malaise, demam, tenggorokan terasa penuh, nyeri telan, kesulitan menelan, nyeri telinga, nyeri kepals, nyeri punggung, adenopati servikal, maupun menggigil. Hasil pemeriksaan menunjukkan lidah kering, tonsil membesar dan kemerahan, dan bintik bintik putih kekuningan pada tonsil. Pada kasus yang berat, dapat timbul membran pada tonsil atau faring, atau juga adanya eksudat purulen disertai pembesatan limfonodi jugulodigastrik.

Diagnosis tonsilitis akut utamanya ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis. Manifestasi klinis faringitis streptokokal dan nonstreptokokal sering timbul bersamaan, sehingga sulit didiagnoss secara pasti. Karena alasan inilah kebanyakan lembaga kesehatan pemerintah merekomendasikan bahwa diagnosis farigitis beta hemolitik streptokokal grup A (GABHS) harus dipastikan dengan tes mikrobiologi pada pasien pasien yg memiliki kecenderungan menderita penyakit ini, baik secara klinis maupun epidemis.Kultur trnggorok merupakan metode diagnosis yg paling sering digunakan. Kultur tenggorok ini merupakan tes yg mudah dan berguna, namun harus dilakukan dengan teknik yg benar, yaitu swab pada dinding faring postrrior dan tonsil. Keterlambatan dalam mendapatkan hasil kultur merupakan hambatan utama dalam penggunaan metode ini. Keterlambatan selama 18-48 jam sangatlah tidak wajar dan dapat berdampak pada keterlambatan penatalaksanaan.

Jika faringitis streptokokal grup A diobati secara dini secara klinis, masa penularannya dapat berkurang. Karbohidrat dari streptokokus grup A dapat terdeteksi menggunakan rapid detection test dalam hitungan menit, meskipun sangat spesifik, namun masih kurang selektif dibandingkan dengan kultur tenggorok.Hasil uji cepat yg negatif dapat mengisyaratkan kepada dokter untuk menunda pemberian antibiotik selagi menunggu hasil kultur keluar. Mayoritas guideline menyarankan bahwa kultur tenggorok harus dilakukan jika suhutubuh diatas 38,3 C atau gejala yg timbul didominasi oleh radang tenggorokan.Metode paling akurat dan efektif secara biaya untuk mendiagnosa infeksi GABHS akut adalah menggunakan rapid strep test. Pemeriksaan ini kemudian diikuti dengan kultur tenggorok pada pasien dengan hasil strep test negatif dan kecurigaan besar tonsilitis streptokokal

Kultur tenggorok memiliki kekurangan tersendiri, yaitu tidak dapat membedakan infeksi akut dan kronis. Terkadang terdapat hasil false-negatif (10% dari seluruh kasus), meskipun ada 1 laporan menemukan bahwa pasien dengan hasil false negative kemungkinan besar carrier yg tidak memerlukan terapi lebih lanjut. Studi melaporkan bahwa satu kultur tenggorok 90%-97% sensitif dan 90% spesifik untuk pertumbuhan GABHS. Bukti adanya infeksi ditunjukkan oleh hasil kultur tenggorok yg positif dan setidaknya dua peningkatan dilusi pada antistreptolysin-O titer. Carrier GABHS tanpa infeksi akut memiliki hasil kultur yang positif namun tanpa adanya perubahan pada titer dilusi. Membedakan diagnosis dari faringitis streptokokal grup A sangatlah penting karena kebanyakan pasien dengan faringitis akut tidak mengalami radang tenggorokan.

Di kebanyakan kasus, golongan penisilin merupakan antibiotik pilihan. Bakteri anaerob berkontribusi secara signifikan terhadap komplikasi yang berhubungandengan tonsilitis, jadi bakteri jenis tsb juga mungkin berperan dalam tonsilitis rekuren. Sebuah studi sudah menunjukkan prevalensi Bacteroides yg dihasilkan dari kultur tonsil yg mengalami inflamasi kronis.. Bakteri anaerob juga berhubungsn dengan tonsilitis akut. Kegagalan terapi penisilin dapat mengarah pada organisme yg memproduksi beta laktamase. Sehingga ssbagai alternatif penggunaan penisilin adalah penggunaan penisilin ditambah beta laktamass inhibitor seperti asam klavulanat (ct: amoxicillin/as. Klavulanat). Alternatif lain meliputi clindamycin dan kombinasi dari eritromisin dan metronidazole.Terapi antibiotik dimulai pada 24 hingga 48 jam sejak timbulnya gejala yg menunjukkan hasil penurunan gejala yg brhubungan dengan radang tenggorokan, demam, dan adenopati 12 sampai 24 jam lebih cepat dari terapi tanpa anribiotik. Scwarz dan kolega melaporkan bahwa penggunaan antibiotik selama 10 hari penuh itu diperlukan. Studi melaporkan bahwa anak yg mendapatkan terapi selama 10 hari memiliki rata rata rekurensi klinis dan bakteriologis lebih rendah daripada anak yg hanya mendapatkan terapi selsma 7 hari.