iv pembahasan 4.1 4.1 -...

16
IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya Pulau Timor dan 1.125 km di sebelah Barat Laut Darwin, Australia. Pulau ini berada pada busur luar kepulauan Nusa Tenggara, dan pada busur tersebut Pulau Sumba terletak antara Pulau Sumbawa dan Pulau Timor. Secara astronomis Sumba Timur membentang antara 190° - 120° BT dan 9° - 10° LS. Luas Kabupaten Sumba Timur adalah 7000,5 km 2 atau sekitar 700,500 ha, dengan bagian terbesar adalah daratan bagian Timur Pulau Sumba, dan 4 pulau kecil yaitu Pulau Salura (03,50 km 2 ), Pulau Mengkudu (0,2 km 2 ), Pulau Kotak (0,1 km 2 ) dan Pulau Nusa (0,55 km 2 ). Batas wilayah Kabupaten Sumba Timur adalah: Utara berbatasan dengan (Selat Sumba), Selatan dengan Samudera Indonesia, Timur dengan Laut Sawu, Barat berbatasan dengan Sumba Tengah (BPS, 2007). 4.1.2 Topografi dan Vegetasi Pulau Sumba adalah pulau karang terangkat dengan daratan pulau seluas 11.854 km 2 . Keadaan topografi Kabupaten Sumba Timur terdiri atas tebaran perbukitan dan dataran rendah yang landai serta bertingkat-tingkat dengan ketinggian 0-1.225 m dari permukaan laut, dan pada sisi lain terdapat dataran rendah yang cukup luas. Jenis vegetasi yang menonjol adalah padang savana

Upload: lykhanh

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

23

IV

PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya Pulau Timor dan

1.125 km di sebelah Barat Laut Darwin, Australia. Pulau ini berada pada busur

luar kepulauan Nusa Tenggara, dan pada busur tersebut Pulau Sumba terletak

antara Pulau Sumbawa dan Pulau Timor. Secara astronomis Sumba Timur

membentang antara 190° - 120° BT dan 9° - 10° LS.

Luas Kabupaten Sumba Timur adalah 7000,5 km2 atau sekitar 700,500 ha,

dengan bagian terbesar adalah daratan bagian Timur Pulau Sumba, dan 4 pulau

kecil yaitu Pulau Salura (03,50 km2), Pulau Mengkudu (0,2 km

2), Pulau Kotak

(0,1 km2) dan Pulau Nusa (0,55 km

2).

Batas wilayah Kabupaten Sumba Timur adalah: Utara berbatasan dengan

(Selat Sumba), Selatan dengan Samudera Indonesia, Timur dengan Laut Sawu,

Barat berbatasan dengan Sumba Tengah (BPS, 2007).

4.1.2 Topografi dan Vegetasi

Pulau Sumba adalah pulau karang terangkat dengan daratan pulau seluas

11.854 km2. Keadaan topografi Kabupaten Sumba Timur terdiri atas tebaran

perbukitan dan dataran rendah yang landai serta bertingkat-tingkat dengan

ketinggian 0-1.225 m dari permukaan laut, dan pada sisi lain terdapat dataran

rendah yang cukup luas. Jenis vegetasi yang menonjol adalah padang savana

Page 2: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

24

seluas 477.157 ha atau 68,16% dari luas wilayah, dan merupakan sumber pakan

ternak (Gana, 2007).

4.1.3 Iklim

Pada umumnya iklim di Kabupaten Sumba Timur beriklim kering dengan

curah hujan relatif rendah sebesar 1.162,80 mm/tahun. Curah hujan rata-rata per

tahun berlangsung 3-4 bulan dengan suhu rata-rata minimum 25,4°C-28,5°C.

Wilayah ini memiliki keunikan meskipun diliputi oleh kegersangan dengan curah

hujan yang kurang, akan tetapi terdapat 88 sungai dan mata air yang tidak pernah

kering di musim kemarau. Temperatur rata-rata paling tinggi pada bulan

November yaitu 28,5°C dan temperatur rata-rata paling rendah pada bulan Juli

yaitu 26,1°C (BPS, 2014).

4.1.4 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2013 adalah 241.416

jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 124.204 jiwa dan perempuan sebanyak

117.212 jiwa tersebar pada 15 kecamatan yang terbagi dalam 150 desa/kelurahan,

dengan rata-rata kepadatan penduduk 29 jiwa/km2. Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumba Timur dibagi dalam 3 (tiga) wilayah pengembangan yakni:

wilayah Utara, Tengah, dan Selatan untuk menjaga keseimbangan pembangunan

antara daerah kecamatan dalam Kabupaten Sumba Timur. Wilayah utara

diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

pangan, wilayah tengah untuk pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan

sedangkan wilayah selatan untuk pengembangan tanaman pertanian, perkebunan,

kehutanan, perikanan, dan peternakan. Ditinjau dari luas wilayah maka hampir

70% dari Kabupaten Sumba Timur adalah zona peternakan. Padang

Page 3: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

25

penggembalaan di Kabupaten Sumba Timur seluas 465.000 ha, kapasitas tampung

padang penggembalaan berkisar antara 2-4 ha/UT (rata-rata 3 ha/UT).

Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur terdiri

atas TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Fasilitas pendidikan TK,

SLTA, dan Perguruan Tinggi belum tersebar di seluruh kecamatan yang ada,

sedangkan untuk fasilitas pendidikan tingkat SD dan SLTP sudah tersebar secara

merata di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur.

Fasilitas pendidikan skala Perguruan Tinggi (PT) ada 4 (empat) unit yaitu STIE

Kriswina Sumba, Akademi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Theologi Terpadu

dan Universitas Kristen. Lulusan SMA atau Sederajat sebagian besar berorientasi

ke Kota Kupang dan ke luar Propinsi Nusa Tenggara Timur (Pulau Jawa dan Bali)

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tahun 2013, jumlah

fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Sumba Timur yaitu: Tk berjumlah 46

Unit, SLB dengan jumlah 1 unit, SD dengan jumlah 255 unit, SLTP 70 unit, dan

SLTA 17 unit.

Komposisi pendidikan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dapat

dilihat dari ijazah tertinggi yang dimiliki penduduk yang memberikan gambaran

tentang kualitas sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Sumba Timur.

Berdasarkan hasil Susenas 2013 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk

berumur diatas 10 tahun tidak memiliki ijasah sebesar 47,41%, 24,03% memiliki

ijazah SD, 10,76% memiliki ijazah SLTP, 9,94% memiliki ijazah SLTA, 0,83%

memiliki ijazah Diploma I/II, 0,43% memiliki ijazah Diploma III, dan 2,48%

memiliki ijazah Diploma IV/SI/S2/ dan S3. Mata pencaharian penduduk

Kabupaten Sumba Timur adalah petani, peternak, buruh, dan pegawai.

Page 4: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

26

4.2 Tata Laksana Pemeliharaan Kuda

Pemeliharaan kuda Sumba di Kabupaten Sumba Timur dilakukan oleh

peternak kuda yang umumnya menggunakan sistem ekstensif yaitu sistem

pemeliharaan yang campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir

tidak ada. Kuda dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan

gembalaan, padang savana, atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan

sumber pakan.

Kelebihan sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dapat memanfaatkan

lahan yang kondisi tanah tidak cocok untuk peningkatan pertanian, ternak mampu

mencari makan sendiri di padang rumput atau tempat sumber pakan lain pada

siang hari dan pulang pada malam hari. Kekurangan sistem pemeliharaan

ekstensif yaitu tidak mendapatkan makanan tambahan atau penguat dan tidak di

kontrol oleh peternak (Mulyono, 2002).

Beberapa peternak menggunakan sistem semi intensif dan sistem intensif

yang biasanya dilakukan dalam pemeliharaan kuda pacu karena kuda pacu

membutuhkan perawatan khusus untuk menunjang performanya. Pemeliharaan

sistem semi intensif dilakukan dengan cara menggembalakan kuda pada pagi hari

dan dikandangkan pada sore hari. Pada pemeliharaan sistem intensif, perawatan

kuda pacu meliputi memandikan tubuh kuda yang dilakukan setiap pagi dan sore

hari, merawat kuku kuda, serta merawat surai kuda. Kuda pacu memiliki

pelatihan khusus untuk meningkatkan kecepatan berlari yang biasanya dilakukan

pada lintasan perlombaan maupun lintasan yang dibuat sendiri oleh peternaknya.

Page 5: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

27

Ilustrasi 4. Penggembalaan Kuda Sumba

4.2.1 Perkandangan

Membangun kandang di daerah tropis, diusahakan agar ada ventilasi

sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa

panas didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk ke dalam kandang. Untuk

kuda yang akan beranak, dipergunakan kandang yang agak tertutup (Jacoeb,

1994). Ukuran kandang kuda tergantung pada besar kecilnya kuda namun

umumnya kandang kuda berukuran 3 x 3,5 m. Berbeda dengan perkandangan

kuda pacu lainnya, perkandangan kuda Sumba di Kabupaten Sumba Timur

memiliki ukuran yang beragam. Umumnya tipe kandang kuda Sumba yaitu tipe

kandang koloni dengan perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 10 atau 1 : 20

tergantung jumlah kuda yang dimiliki peternak. Kandang koloni hanya berupa

kandang sederhana yang dibatasi oleh ranting pohon atau bebatuan yang berfungsi

sebagai pagar. Naungan hanya berupa pohon besar dan kandangnya tidak

memiliki atap.

Page 6: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

28

Ilustrasi 5. Sistem Perkandangan Kuda Sumba

Ilustrasi 6. Kandang Koloni Kuda Sumba

Pada pemeliharaan sistem ekstensif, kandang kuda Sumba tidak memiliki

bak pakan karena pakan sepenuhnya mengandalkan ketersediaan dari padang

savana, namun setiap kandang koloni memiliki bak minum permanen di sisi

kandangnya dan air minum diberikan secara adlibitum. Hal ini sesuai dengan

pernyataan McBane (1991) yang menyatakan bahwa bagian kandang harus

tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang

Page 7: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

29

menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam kondisi

menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Lantai kandang kuda Sumba

langsung beralaskan tanah dan tidak menggunakan litter berupa serbuk gergaji

atau jerami namun kebersihan kandang selalu dijaga untuk mecegah adanya

penyakit akibat sanitasi yang kurang baik.

Kandang individu kuda Sumba memiliki ukuran yang beragam disesuaikan

dengan ukuran ternak dan lahan yang dimiliki. Bangunannya bukan bangunan

permanen, biasanya terbuat dari kayu atau bambu dan memiliki atap. Bak pakan

dan bak minum juga tidak dibuat permanen sehingga pakan dan minum diberikan

melalui alat berupa ember.

Ilustrasi 7. Kandang Individu Kuda Sumba

4.2.2 Pakan

Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan hidup dan

pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam peternakan

kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis rumput seperti

Panicum maticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup untuk

Page 8: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

30

digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu

tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan

energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal

yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi

dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan

(legum) seperti kedelai dan kacang (McBane,1991).

Pemeliharaan kuda Sumba yang dilakukan secara ekstensif membuat

pakan kuda sepenuhnya bergantung pada kondisi ketersediaan padang savana di

Sumba Timur. Jenis rumput yang biasanya tersedia di padang savana adalah

rumput Mapu. Rumput Mapu merupakan jenis rumput kering yang memiliki

warna kecoklatan serta ketersediaannya melimpah termasuk pada saat musim

kemarau.

Pengaruh terbesar terhadap konsumsi pakan adalah ukuran tubuh karena

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan. Tujuan dari

pemberian pakan bagi kuda pacu adalah untuk mencapai prestasi yang baik pada

saat pacuan, oleh sebab itu perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun zat-zat

makanan yang terkandung dalam pakan terlebih kandungan energi yang

mempunyai peran utama saat pacuan kuda. Kuda pacu tidak dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi pada tubuhnya dengan hanya memakan rumput kering saja,

diperlukan biji-bijian atau pakan tambahan untuk menambah stamina. Pakan

tambahan berupa dedak diberikan saat musim kemarau agar nutrisi yang

dibutuhkan dapat tercukupi. Khusus untuk kuda pacu, sebulan sebelum

pelaksanaan pacuan biasanya kuda diberikan 4-5 macam pakan tambahan yang

terdiri dari bran, jagung, dedak dan vitamin, terkadang diberi tambahan seperti

madu, telur ayam kampung dan telur puyuh untuk menambah stamina dan

Page 9: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

31

performa kuda pacu, selain itu pemberian jagung dapat memperkuat tulang.

Pakan diberikan sebanyak ±5 kg/ekor/hari.

Ilustrasi 8. Padang Savana di Sumba Timur

Ilustrasi 9. Padang Savana di Sumba Timur

Page 10: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

32

4.2.3 Bibit dan Sistem Perkawinan

Tatalaksana perkawinan kuda Sumba masih menggunakan cara sederhana

yaitu dengan cara perkawinan alami. Pejantan yang digunakan terdiri dari

pejantan unggul Australia yang telah memiliki sertifikat. Ada juga yang

menggunakan pejantan kuda Sumba maupun peranakan antara kuda Sumba

dengan kuda Autralia. Pemilihan pejantan bergantung pada pemilik ternak kuda.

Satu pejantan dapat mengawinkan 20-25 ekor betina. Proses perkawinan terjadi

di padang savana, namun untuk kuda pacu biasanya pejantan unggul didatangkan

ke kandang betina. Penggunaan pejantan unggul tentunya untuk meningkatkan

performa bibit yang dihasilkan. Kriteria bibit yang dijadikan sebagai kuda pacu

yaitu memiliki postur badan yang proposional, kaki panjang, dan pertulangan

kuat.

Peternak di Sumba Timur belum menerapkan sistem recording pada proses

perkawinan kuda Sumba. Tidak sedikit terjadi inbreeding terutama pada kuda

yang perkawinannya dilakukan di padang savana. Sistem pencatatan perkawinan

hanya mengandalkan daya ingat peternak itu sendiri.

Kuda Sumba betina pertama kali akan dikawinkan pada umur 2,5 sampai

dengan 3 tahun. Jarak beranak kuda Sumba yaitu 1 tahun sekali melahirkan anak.

Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda Sumba betina adalah 335 hari dengan

kisaran umur antara 315 sampai 350 hari.

4.3 Deskripsi Data Ukuran-ukuran Tubuh dan Bobot Badan Kuda

Data yang dianalisis adalah data bobot badan dan lingkar dada yang

dilakukan terhadap 33 ekor kuda lokal Sumba, jenis kelamin jantan dengan umur

Page 11: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

33

berkisar 4-7 tahun, bertempat di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

4.3.1 Lingkar Dada

Hasil penelitian mengenai lingkar dada yang dilakukan terhadap kuda lokal

Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Lingkar Dada Kuda Lokal Sumba

No. Nilai Bobot Badan

1. Rata-rata (cm) 139,08

2. Ragam 28,07

3. Simpangan Baku (cm) 5,29

4. Koefisien Variasi (%) 3,80

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa nilai rata-rata lingkar dada kuda

Sumba sebesar 139,08±5,29 cm. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri

Pertanian Republik Indonesia Nomor 426/Kpts/Sr.120/3/2014 tentang Penetapan

Rumpun Kuda Sandel bahwa lingkar dada kuda Sumba jantan mempunyai kisaran

sebesar 138±1,1 cm. Koefisien variasi sebesar 3,80% menunjukkan bahwa data

yang diamati memiliki lingkar dada yang yang hampir seragam, sesuai dengan

pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari

15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam.

Lingkar dada diketahui memiliki hubungan yang positif terhadap bobot

badan. Semakin besar ukuran lingkar dada maka akan semakin besar pula bobot

badan seekor ternak. Nilai korelasi lingkar dada terhadap bobot badan diketahui

sebesar 0,93 dan nilai korelasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh

lainnya (Darmadi, 2004). Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap

Page 12: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

34

bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan

paru-paru. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan tumbuh mengalami

pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Disamping itu, pertambahan

bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan lemak (Yusuf, 2004).

Pertambahan lingkar dada menyebabkan bertambahnya bobot badan, daerah

badan akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut akan

tertimbun oleh otot daging maupun lemak. Penimbunan otot ini akan

mempengaruhi perubahan badan yang semakin besar dan bertambahnya berat

badan (Diwiyanto, 1984).

4.3.2 Bobot Badan Aktual

Hasil penelitian mengenai bobot badan hasil penimbangan sebenarnya yang

dilakukan terhadap kuda lokal Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Bobot Badan Kuda Lokal Sumba Hasil Penimbangan

Sebenarnya

No. Nilai Bobot Badan

1. Rata-rata (kg) 212,03

2. Ragam 689,63

3. Simpangan Baku (kg) 26,26

4. Koefisien Variasi (%) 12,38

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa bobot badan rata-rata kuda Sumba

sebesar 212,03±26,26 kg. Hal ini sesuai dengan kualifikasi kuda Sumba oleh

Dinas Peternakan Provinsi NTT (2012) pada Proposal Penetapan Rumpun Kuda

Sandel yang menyebutkan bahwa bobot badan kuda Sandel dengan umur 4-7

Page 13: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

35

tahun yaitu sebesar 194-241 kg. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian

Republik Indonesia Nomor 426/Kpts/Sr.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun

Kuda Sandel menyebutkan bahwa rata-rata bobot badan kuda Sandel sebesar

209±5,6 kg. Bobot badan sampel yang diteliti memiliki rata-rata sebesar

212,03±26,26 kg menandakan bahwa kuda tersebut termasuk ke dalam rumpun

kuda Sandel. Koefisien variasi yang diperoleh yaitu sebesar 12,38%

menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam sesuai dengan pendapat

Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15%

menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam.

Bobot badan kuda berbeda-beda tergantung umur dan bangsanya. Faktor

lingkungan dan manajemen pemeliharaan akan sangat mempengaruhi besarnya

bobot badan kuda sesuai dengan pendapat Tomaszewska dkk (1993) bahwa laju

pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik, dan faktor

lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah sistem manajemen atau pengelolaan

yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Bobot

badan merupakan hal penting yang sebaiknya diketahui oleh peternak karena

bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang baik,

selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah

dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak

tersebut (Ni’am dkk, 2012).

4.3.3 Bobot Badan Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Schoorl

Hasil perhitungan pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl

yang dilakukan terhadap kuda lokal Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33

ekor dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 14: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

36

Tabel 5. Data Bobot Badan Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus

Schoorl pada Kuda Lokal Sumba

No. Nilai Bobot Badan Rumus Schoorl

1. Rata-rata (kg) 259,76

2. Ragam 304,12

3. Simpangan Baku (kg) 17,43

4. Koefisien Variasi (%) 6,71

Berdasarkan Tabel 5, diperoleh hasil rata-rata bobot badan hasil

perhitungan menggunakan rumus Schoorl pada kuda Sumba yaitu sebesar

259,76±17,43 kg sedangkan nilai rata-rata dari bobot badan aktual yaitu 212,03

dengan simpangan baku sebesar 26,26 kg. Koefisien variasi bobot badan hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus Schoorl pada kuda Sumba sebesar

6,71% yang berarti dapat dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien

variasi dibawah 15% (Nasoetion, 1992).

Perbedaan antara bobot badan aktual dengan bobot badan rumus Schoorl

dapat dikatakan cukup jauh dengan selisih hampir mendekati 50 kg. Hal ini

disebabkan karena pendugaan dengan rumus Schoorl hanya menggunakan satu

variabel sehingga hasil penyimpangannya cukup besar. Namun rumus Schoorl

dianggap merupakan rumus pendugaan yang paling sederhana yang dapat dengan

mudah diaplikasikan di lapangan karena hanya menggunakan satu variabel saja

yaitu lingkar dada.

Page 15: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

37

4.3.4 Penyimpangan Bobot Badan dengan Berdasarkan Rumus Schoorl

Terhadap Bobot Badan Aktual pada Kuda Lokal Sumba

Perhitungan penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Schoorl

terhadap bobot badan sebenarnya yang dilakukan pada kuda lokal Sumba dengan

jumlah sampel sebanyak 33 ekor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasarkan Rumus Schoorl

Terhadap Bobot Badan Sebenarnya Pada Kuda Lokal Sumba

No. Nilai Simpangan

1. Rata-rata (kg) 47,73

2. Penyimpangan (%) 23,54

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata penyimpangan bobot

badan berdasarkan rumus Schoorl pada kuda Sumba yaitu sebesar 47,73 kg. Nilai

penyimpangan bobot badan jika dalam persen yaitu sebesar 23,54%. Nilai ini

merupakan nilai penyimpangan yang cukup besar jika dibandingkan dengan

penyimpangan bobot badan menggunakan rumus Schoorl pada sapi yaitu sebesar

9,26% pada sapi PO, 3,62% pada sapi persilangan Simental dan PO dan 9,09%

pada sapi persilangan Limousin dan PO (Rusdiana, 2010), sedangkan pendugaan

bobot badan yang dilakukan pada domba Donggala menghasilkan penyimpangan

yang sangat kecil yaitu sebesar 0,874% pada domba jantan dan 5,112% pada

domba betina (Malewa, 2009). Hal ini dapat disebabkan karena perhitungan

menggunakan rumus Schoorl hanya menggunakan satu variabel saja yaitu lingkar

dada dan berdasarkan data yang diperoleh diketahui pula bahwa semakin besar

lingkar dada ternak maka penyimpangan terhadap bobot aktualnya semakin kecil.

Dalam hal ini lingkar dada kuda Sumba lebih kecil daripada lingkar dada Sapi

Page 16: IV PEMBAHASAN 4.1 4.1 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120149_4_5626.pdf · diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman

38

sehingga penyimpangannya lebih besar dari penerapan rumus Schoorl pada ternak

sapi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yudhandi (2010) menyebutkan bahwa

penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Schoorl terhadap bobot

badan aktual pada kuda lokal di Kuningan sebesar 22,09% yang artinya lebih

kecil dari kuda Sumba yaitu sebesar 23,54% walaupun tidak berbeda nyata. Hal

ini dapat disebabkan karena kuda Sumba yang diteliti merupakan kuda pacu

sehingga memiliki postur lingkar dada yang lebih kecil untuk memudahkan kuda

dalam berlari. Persentase penyimpangan sebesar 23,54% menandakan bahwa

pendugaan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl kurang tepat diterapkan pada

ternak kuda Sumba karena penyimpangannya terlalu besar sesuai dengan pendapat

Williamson dan Payne (1978) bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan

umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya.