iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum wilayah...

21
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- 1420 m dari permukaan air laut. Suhu udara antara 12-28 derajat celcius dengan kelembaban udara antara 60-70 persen dan curah hujan pertahun antara 3000- 3210 mm. Struktur fisik yang bersifat andosol, yakni jenis tanah yang cukup subur memiliki karakter yang sesuai untuk peternakan sapi perah, perkebunan dan tanaman hortikultura. Secara administratif, wilayah kerja KPBS Pangalengan meliputi tiga kecamatan yaitu kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Pacet yang terdiri dari 21 desa. Mengingat luasnya wilayah yang dikelola, untuk mempermudah pelayanan kepada peternak anggota KPBS maka 21 desa tersebut dibagi menjadi 17 komisariat daerah (komda) dan dibagi kedalam 38 Tempat pelayanan Koperasi (TPK). 4.1.2 Sejarah Singkat KPBS KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan) Pangalengan didirikan pada tanggal 22 Maret 1969. Bersamaan dengan REPELITA 1 tanggal 1 April 1969 KPBS Pangalengan diberi badan hukum dan tanggal tersebut merupakan hari jadi KPBS Pangalengan. Sejak saat itulah KPBS Pangalengan mulai mendapatkan

Upload: lycong

Post on 23-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan

Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung

Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

1420 m dari permukaan air laut. Suhu udara antara 12-28 derajat celcius dengan

kelembaban udara antara 60-70 persen dan curah hujan pertahun antara 3000-

3210 mm. Struktur fisik yang bersifat andosol, yakni jenis tanah yang cukup subur

memiliki karakter yang sesuai untuk peternakan sapi perah, perkebunan dan

tanaman hortikultura.

Secara administratif, wilayah kerja KPBS Pangalengan meliputi tiga

kecamatan yaitu kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Pacet yang terdiri dari 21

desa. Mengingat luasnya wilayah yang dikelola, untuk mempermudah pelayanan

kepada peternak anggota KPBS maka 21 desa tersebut dibagi menjadi 17

komisariat daerah (komda) dan dibagi kedalam 38 Tempat pelayanan Koperasi

(TPK).

4.1.2 Sejarah Singkat KPBS

KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan) Pangalengan didirikan pada

tanggal 22 Maret 1969. Bersamaan dengan REPELITA 1 tanggal 1 April 1969

KPBS Pangalengan diberi badan hukum dan tanggal tersebut merupakan hari jadi

KPBS Pangalengan. Sejak saat itulah KPBS Pangalengan mulai mendapatkan

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

36

pembinaan dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat. Tujuan pendirian

KPBS adalah :

1. Memotivasi dan mendidik anggota untuk bekerja dan hidup berkoperasi

2. Meningkatkan pelayanan dan usaha sehingga anggota menjadi “ tata tengtrem

kerta raharja, salieukbeh”.

3. Memenuhi kebutuhan ternak dan anggotanya

4. Meningkatkan skala kepemilikan sapi induk produktif dengan jumlahproduksi

yang memenuhi skala ekonomis

5. Memperbaiki genetik sapi perah

6. Memelihara kelestarian dan mencegah pencemaran lingkungan wilayah kerja

dan daerah sekitarnya

7. Berperan aktif membangun kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, sosial

dan budidaya di wilayah kerja sekitarnya serta aktif dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia indonesia.

Perkembangan KPBS sampai tahun ini dalam pelayanan dan usahanya

menerapkan pola agribisnis dan agroindustri dengan tahapan :

1. Pra-produksi

2. Proses produksi

3. Pemasaran hasil produksi

4. Penunjang usaha

Dalam melaksanakan pelayanan dan usahanya, KPBS mendapatkan

pembinaan dari instansi terkait juga dari unsur perguruan tinggi, badan-badan

usaha, mitra usaha pakar, tokoh peternak dan tokoh koperasi. Pelayanan dan usaha

yang dilakukan yaitu usaha produksi susu dengan pelayanan yang beragam.

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

37

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 32

responden yaitu anggota kelompok peternak sapi perah di TPK Pangalengan dan

kelompok peternak sapi perah di TPK Mekar Mulya. Adapun karakteristik

responden dibagi dalam 4 karakteristik, yaitu usia, tingkat pendidikan formal,

mata pencaharian, dan pengalaman beternak.

4.2.1 Usia peternak

Usia responden bervariasi dari mulai yang termuda berusia 30 tahun dan

yang tertua berusia 70 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah responden berdasarkan usia

Nomor Usia ( tahun ) Jumlah

...orang... ...%...

1 <25 0 0,00

2

3

4

5

≥25-40

≥40-45

≥45-50

>50

4

10

9

9

12,50

31,25

28,12

28,12

Jumlah 32 100

Tidak semua golongan usia produktif dengan mudah menerima

informasi, karena golongan usia tersebut dapat digolongkan menjadi :

golongan pelopor (inovator) usia kurang dari 25 tahun, golongan ini yang

paling pertama dan berani untuk mencoba inovasi tanpa mempertimbangkan

kerugian-kerugiannya, golongan pengetrap dini (early adaptor) usia antara

25 – 40 tahun, golongan ini adalah golongan muda yang masih

mempertimbangkan untung rugi dari suatu inovasi, golongan pengetrap awal

(early mayority) usia antara 41 – 45 tahun, golongan ini lebih mudah dalam

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

38

penerimaan inovasi, sangat hati-hati dan waspada, golongan pengetrap akhir

(late majority) usia antara 46 – 50 tahun, golongan ini merupakan golongan

penerima inovasi lambat, bersikap skeptis dan lambat menerima suatu

inovasi meskipun mempunyai kemampuan, dan yang terakhir golongan

laggard usia >65, golongan ini merupakan golongan yang terakhir

melakukan adopsi inovasi, golongan ini biasanya lebih suka bergaul dengan

orang-orang yang memiliki pemikiran sama, sehingga peternak pada usia ini

agak lemah dalam menerima dan menerapkan inovasi baru (Wiriatmadja,

1985).

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan 12,5% responden

termasuk dalam golongan pengetrap dini (early adaptor) usia antara 25 – 40

tahun, usia ini masuk dalam usia produktif namun golongan ini masih

mempertimbangkan untung ruginya dalam suatu inovasi yang diterapkan.

31,25% responden termasuk golongan pengetrap awal (early mayority) usia

antara 41 – 45 tahun, Hal ini menunjukan besarnya potensi sumberdaya

manusia (peternak) dalam meningkatkan produktivitas ternak baik kualitas

maupun kuantitas, para peternak masih relatif cukup kuat untuk menjalankan

kegiatan dan usaha ternak sapi perahnya demi keberhasilan usaha ternaknya.

28,12% responden termasuk golongan pengetrap akhir (late majority) usia

antara 46 – 50 tahun, peternak masuk dalam golongan ini, lambat dalam

menerima informasi meskipun memiliki kemampuan yang baik dalam

menjalankan usaha ternaknya dan 28,18% responden termasuk golongan

laggard usia >50, golongan ini agak lemah menerima suatu inovasi karena

mereka merasa telah memiliki pengalaman yang cukup baik dalam beternak

sehingga mereka cenderung melaksanakan kegiatan beternak sapi perah

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

39

menurut pengalaman mereka sendiri.

Kategori penerima suatu inovasi tidak hanya berdasarkan usia saja,

pendidikan, pengalaman, status sosial, tingkat komunikasi serta pengetahuan

juga turut mempengaruhi. Pengetahuan diartikan sebagai pemahaman

seseorang tentang sesuatu yang nilainya lebih baik dan bermanfaat bagi

dirinya (Mardikanto dkk, 1982).

4.2.2 Pengalaman Beternak Responden

Pengalaman beternak responden merupakan lamanya responden berprofesi

sebagai peternak. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengalaman beternak responden

Tingkat pengalaman beternak sapi perah responden sangat bervariasi, hal

ini dapat dilihat dari lama pengalaman responden dalam beternak sapi perah.

Sebanyak 11 orang ( 34,37 %) beternak sapi perah antara dari 10-20 tahun,

sebanyak 15 orang (46,87 %) sudah berternak sapi perah lebih antara dari 21-

30 tahun, dan sebanyak 6 orang ( 18,75 %) sudah beternak sapi perah lebih dari

30 tahun. Pengalaman dalam beternak sapi perah mempengaruhi pengetahuan dan

keterampilan responden, namun responden masih mengandalkan pengetahuan

berdasarkan pengalaman mereka bukan berdasarkan pedoman yang ada, hal ini

berpengaruh terhadap pelaksanaan peternak. Pengalaman beternak berpengaruh

terhadap pembentukan sikap, untuk mempelajari kemungkinan dan masalah yang

Pengalaman Beternak ( tahun ) Jumlah

...orang... ...%...

10-20 11 34,37

21-30

>30

15

6

46,87

18,75

Jumlah 32 100

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

40

terjadi, sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan beternak sapi perah.

Bervariasinya pengalaman responden dalam beternak sapi perah, bervariasi pula

pelaksanaan peternak dalam menjalankan dan mengembangkan usaha ternak sapi

perahnya.

4.2.3 Tingkat Pendidikan Formal

Tabel 4. Tingkat pendidikan formal responden

Tingkat Pendidikan Jumlah

...orang... ...%...

SD 11 34,37

SMP 13 40,63

SMA 8 25

Jumlah 32 100

Pendidikan responden seperti yang tampak dalam Tabel 4,

memperlihatkan tingkat pendidikan formal lulusan SD (34,37 %), SMP

(40,63 %), dan SMA (25 %). berdasarkan hasil survei semua responden

pernah menempuh pendidikan formal, menandakan bahwa semua responden

dapat membaca dan menulis. Peluang untuk terserapnya informasi yang

diberikan saat diadakan penyuluhan ataupun adanya informasi yang

diberikan oleh instansi terkait akan relatif cukup mudah diserap karena Tabel

4 data menunjukan bahwa tingkat pendidikan dengan persentase yang

bervariasi antara SD, SMP, SMA. Rakhmat (2001) mengemukakan jika

seseorang penuh perhitungan dalam menilai sesuatu akan membuat orang

tersebut lebih kritis dalam menerima hal baru, karena pendidikan merupakan

salah satu kerangka tujuan yang akan mempengaruhi seseorang memberi

makna pada pesan yang diterimanya.

Pendidikan nonformal diperoleh dari diskusi dengan anggota lainnya,

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

41

pembinaan dari ketua kelompok, dan pembinaan dari dinas peternakan.

Pemberian informasi diberikan secara langsung seperti adanya penyuluhan

atau diskusi bersama ketua ataupun ketua mendapat pelatihan dan pembinaan

dari pemerintah pusat.

4.2.4 Mata Pencaharian Utama Responden

Mata pencaharian utama responden berdasarkan Tabel 5 sebagian

besar mata pencaharian responden 69,70 % adalah peternak sapi perah,

sebanyak 24,24 % petani dan sisanya 6,06 % buruh tani.

Tabel 5. Mata Pencaharian Utama Responden

Mata Pencaharian Jumlah

...orang... ...%...

Peternak sapi perah 23 71,87

Petani 7 21,87

Pekerja 2 6,25

Jumlah 32 100

Mayoritas responden adalah peternak sapi perah yang sudah cukup lama

menjalankan usahanya, sebagian besar meneruskan usaha beternak sapi perah

orang tuanya. Beternak sapi perah bagi responden untuk saat ini lebih

menguntungkan daripada bertani, dengan beternak mereka dapat memenuhi

kebutuhan sehari – hari dari pada bertani. Sebanyak 21, 87% dan 6,25%

responden menjadikan beternak sapi perah sebagai mata pencaharian tambahan

seperti petani dan pekerja karena mereka beranggapan dengan beternak sapi perah

peternak bisa memenuhi kebutuhan pokok untuk sehari – hari karena susu bisa

dijual tiap harinya.

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

42

4.3 Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan diamati melalui penilaian responden yang menekankan

aktivitas kegiatan penyuluhan didalamnya berupa perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan penyuluhan. Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi

proses penjajakan kebutuhan sasaran, pelibatan sasaran.dan melalui penilaian

terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan meliputi penyuluh, materi penyuluhan,

metode dan alat bantu penyuluhan, sasaran penyuluhan serta waktu dan tempat

penyuluhan.

Tabel 6. Komposisi responden berdasarkan kegiatan penyuluhan

Nomor Uraian

Kategori tingkat kegiatan

penyuluhan (%)

Tinggi Sedang Rendah

A.

1

PERENCANAAN KEGIATAN

PENYULUHAN

Proses penjajakan kebutuhan

sasaran

62,50

37,50

-

2

B.

Pelibatan sasaran

A. PELAKSANAAN KEGIATAN

PENYULUHAN

50 50 -

3

4

5

6

7

penyuluh

materi penyuluh

metode dan alat bantu

penyuluhan

sasaran penyuluh

waktu dan tempat penyuluhan

31,25

100

78,12

53,12

12,50

68,75

21,88

46,88

87,50

-

-

-

-

-

Kegiatan penyuluhan 50 50 -

Berdasarkan data Tabel 6, menunjukan sub variabel kegiatan penyuluhan

yaitu, penjajakan kebutuhan, pelibatan sasaran, penyuluh, materi penyuluhan,

metode dan alat bantu penyuluhan, sasaran penyuluhan serta waktu dan tempat

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

43

penyuluhan termasuk dalam kategori sedang, hal ini menunjukan bahwa kegiatan

penyuluhan sudah cukup baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya.

4.3.1 Perencanaan Kegiatan Penyuluhan

A. Penjajakan Kebutuhan Sasaran

Proses penjajakan kebutuhan sasaran sebanyak 62,50% responden dapat

digolongkan pada kategori tinggi sedangkan sebanyak 37,50% responden menilai

pada kategori sedang. Kondisi di lapangan menunjukan bahwa tidak semua

responden mengikuti proses penjajakan kebutuhan sasaran. Proses penjajakan

kebutuhan sasaran sebagian besar hanya dilakukan kepada ketua kelompok dan

kemudian disampaikan kepada anggota kelompoknya. Hal tersebut diduga

menjadi salah satu penyebab sebagian besar responden merasa tidak dikutsertakan

dalam proses penjajakan kebutuhan sasaran.

B. Pelibatan sasaran dalam penetapan tujuan

Persentase pelibatan sasaran dalam penetapan tujuan tergolong pada

kategori tinggi sebanyak 50% responden dan yang tergolong pada kategori sedang

sebanyak 50% responden. Hal tersebut menunjukan bahwa anggota peternak

sebagian besar terlibat dalam proses penetapan tujuan melalui adanya partisipasi

ketua kelompok sebagai perwakilan aspirasi anggota peternak dalam penyusunan

program yang akan dilaksanakan.

4.3.2 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan

A. Penyuluh

Penyuluh yaitu petugas penyuluh dari koperasi yang membantu peternak sapi

perah dalam melihat suatu masalah yang dihadapi oleh peternak. Kemampuan

penyuluh dinilai berdasarkan penilaian responden. data pada Tabel 6, bahwa

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

44

31,25% responden menilai penyuluh pada kategori tinggi, responden beranggapan

bahwa penyuluh sudah mampu untuk membantu responden dalam penentuan

keputusan atas masalah yang sedang dihadapi oleh setiap responden Sedangkan

68,75% Responden menilai penyuluh pada kategori sedang. Namun sebagian

beranggapan penyuluh masih tergolong kurang mampu untuk membantu

responden, hal ini diduga karena sebagian responden termasuk kedalam kelompok

laggard yaitu kelompok yang cenderung kurang bisa menerima bantuan penyuluh

karena mereka menganggap bahwa pengalaman beternak mereka jadikan untuk

kegiatan beternaknya.

B. Materi penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam proses

komunikasi sesuai dengan kebutuhan peternak. Pada Tabel 6 menunjukan bahwa

100% responden menilai tinggi terhadap materi penyuluhan. Hal ini dapat terlihat

dari responden yang menyatakan bahwa materi penyuluhan yang disampaikan

sesuai dengan kebutuhan peternak seperti materi yang bersifat teknis dalam

tatalaksana beternak sapi perah meliputi panca usaha ternak sapi perah seperti

bibit sapi perah, teknis pemeliharaan, penyakit sapi perah, perkandangan, yang

dikaitkan dengan pengalaman yang dimiliki oleh peternak setempat dan disertai

kenyataan dilapangan.

Materi yang disampaikan penyuluh dapat dilaksanakan peternak sesuai

dengan kemampuannya, karena tidak menyulitkan, dan bersifat praktis, hal ini

dipertegas oleh peternak bahwa materi yang disampaikan penyuluh dapat

dilaksanakan dan memberikan kemudahan dalam menangani segala hal yang

berhubungan dengan usaha ternak sapi perah serta dapat meningkatkan

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

45

penguasaan peternak. Dengan demikian, peternak mau dan mampu melaksanakan

pesan yang disampaikan penyuluh.

C. Metode dan alat bantu penyuluhan

Untuk memperoleh kegiatan penyuluhan yang efektif, perlu digunakan

metode penyuluhan yang tepat guna, sehingga peternak dapat mendengar,

melihat, dan merasakan juga melaksanakan contoh-contoh yang diperagakan

dengan tujuan untuk memberikan informasi secara teknis dan meningkatkan

pengetahuan maupun keterampilan peternak (Belli, 1981). Pada Tabel 6

menunjukan bahwa 78,12% responden menilai tinggi terhadap metode dan alat

bantu penyuluhan sedangkan 21,88% responden menilai sedang. Sebagian besar

metode dan alat bantu penyuluhan dinilai sudah tepat dalam pelaksanaannya.

Metode penyuluhan yang dilakukan menggunakan metode kelompok, karena

ketua kelompok selanjutnya menyampaikan kepada anggotanya dan kadang-

kadang apabila dibutuhkan ada kunjungan petugas penyuluh ke rumah-rumah

peternak (anjang sono).

Selanjutnya alat bantu penyuluhan berupa perlengkapan penyuluhan

bertujuan untuk membantu kelancaran kegiatan penyuluhan maupun untuk

memperjelas materi yang akan disampaikan, mudah diingat, dan dipahami oleh

responden dinilai cukup puas. Selama kegiatan penyuluhan berlangsung, penyuluh

menggunakan alat bantu penyuluhan berupa audio visual, brosur serta melalui

siaran radio secara rutin setiap dua minggu satu kali pada tiap jumatnya. Hal ini

sangat menguntungkan responden dalam mendapat informasi-informasi selain

dari kegiatan penyuluhan yang rutin diadakan.

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

46

D. Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pertanian adalah siapa sebenarnya yang disuluh atau

ditujukan kepada siapa penyuluhan pertanian tersebut (Samsudin, 1987). Jadi

sasaran dalam penyuluhan adalah peternak di TPK Pangalengan dan TPK Mekar

Mulya yang membutuhkan materi dalam kegiatan penyuluhan tersebut. Pada

Tabel 6 terlihat bahwa 53,12% responden menilai pada kategori tinggi, sedangkan

sebanyak 46,88% responden pada kategori sedang.

Responden merupakan sasaran yang tepat dari kegiatan penyuluhan. Motivasi

kehadiran pada kegiatan penyuluhan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

terutama dalam peningkatan keuantitas dan kualitas produksi susu. kondisi

dilapangan menunjukan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan sudah tepat

sasaran. Peternak sudah terbantu dalam menentukan keputusan dalam

memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

E. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Waktu dan tempat penyuluhan pertanian merupakan faktor penting karena

menyangkut pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dibatasi oleh lokasi dan

waktu pelaksanaannya (Samsudin, 1987).

Pada Tabel 6 terlihat bahwa 12,50% responden menilai tinggi terhadap

waktu dan tempat penyuluhan sebanyak menilai sedang sebanyak 87,50%

responden. Waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilokasi penelitian dilakukan

pada pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB. Hal ini menjadi faktor penyebab peternak

khusunya peternak di TPK Mekar Mulya jarang mengikuti kegiatan penyuluhan

dikarenakan bentroknya waktu penyuluhan serta jauhnya tempat penyuluhan.

Tidak jelasnya jadwal kegiatan penyuluhan menyebabkan peternak kurang

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

47

optimal dalam mendapatkan dan melaksanakan inovasi dan informasi yang

diberikan.

Tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan merupakan faktor penting dalam

melaksanakan kegiatan penyuluhan. Berdasarkan hasil penelitian pada TPK

Pangalengan, sebagian besar responden tidak mempermasalahkan waktu dan

tempat penyuluhan karena sudah adanya kepastian mengenai tempat, sedangkan

untuk TPK mekar mulya, hal yang menjadi masalah yaitu adanya kendala

penyesuaian waktu dan tempat penyuluhan dikarenakan jauhnya tempat

diadakannya penyuluhan berlangsung. Hal ini menjadi penyebab sebagian besar

responden TPK Mekar Mulya jarang mengikuti kegiatan penyuluhan.

4.4 Tingkat Penguasaan Peternak dalam Aspek Kualitas Susu

Tabel.7 Tingkat Penguasaan Peternak dalam Aspek Kualitas Susu

Nomor Uraian

Kategori tingkat penguasaan

peternak (%)

Tinggi Sedang Rendah

1 Bibit sapi perah - 37,50 62.50

2 perkandangan 37,50 50 12,50

3

4

5

6

pemeliharaan

pemberian pakan dan air minum

pemerahan

penyakit sapi perah

93,75

65,63

93,75

62,50

6,25

34,37

6,25

9,38

-

-

-

28,12

Tingkat penguasaan peternak 56,25 37,50 6,25

Penilaian responden terhadap tingkat penguasaan peternak sapi perah

meliputi bibit sapi perah, perkandangan, pemeliharaan, pemberian pakan dan

air minum, pemerahan, penyakit sapi perah. Sebanyak 56,25 % responden

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

48

menilai pada kategori tinggi, 37,50 % responden menilai pada kategori

sedang,6,25% responden menilai pada kategori rendah.

4.4.1 Bibit Sapi Perah

Tingkat penguasaan peternak sapi perah mengenai bibit sapi perah

menunjukan bahwa Sapi perah yang dipelihara oleh kelompok peternak daerah

tempat pengamatan berasal dari peranakan sapi Fries Holland (FH). Pemilihan

bibit dilakukan melalui seleksi. Cara penyeleksian bibit sapi perah dapat

dilakukan dengan melihat produksi susu, silsilah dan bentuk luar (exterior) serta

perkawinan dengan sistem IB yang semen pejantannya telah terseleksi. Pemilihan

sapi perah betina berdasarkan produksi susu adalah dengan melihat catatan

(recording) susu yang lengkap, sebab dalam suatu masa laktasi produksi tertinggi

diperoleh pada bulan pertama dan bulan kedua setelah beranak dan kemudian

berangsur turun secara bertahap sampai akhir masa laktasi (Dinas Peternakan,

1991)

Sebanyak 37,50% responden menilai pada kategori sedang, responden

memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai bibit sapi perah, namun 62,50%

responden menilai pada kategori rendah, responden tidak mengetahui bibit sapi

perah yang baik serta dalam pelaksanaan seleksi masih dibantu dan ditangani oleh

petugas kesehatan hewan setempat yang berwenang. Hal ini menjadi faktor

rendahnya pengetahuan responden terhadap bibit sapi perah dan dapat dikatakan

menjadi faktor pendorong peternak agar dapat lebih memahami hal-hal yang

berhubungan dengan bibit sapi perah tersebut.

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

49

4.4.2 Perkandangan

Kandang merupakan bagian yang berpengaruh untuk keberhasilan usaha

ternak sapi perah serta bagian dari sistem pemeliharaan sapi perah. Berdasarkan

hasil pengamatan yang diperlihatkan pada tabel 7 menunjukan bahwa 37,50%

responden termasuk dalam golongan kategori tinggi. 50% Responden termasuk

dalam golongan kategori sedang dan 12,5% responden termasuk dalam kategori

rendah..

Sebanyak 37,50% responden sudah memahami mengenai perkandangan

dengan baik dengan menempatkan lokasi kandang responden cukup jauh dengan

pemukiman, menempatkan letak kandang dengan sesuai, kontruksi kandang sudah

permanen, sinar matahri baik, ventilasi baik, lantai menggunakan semen namun

sebagian besar peternak yang menempatkan kandang sapi perahnya berdekatan

dengan tempat tinggal dikarenakan beberapa faktor seperti tidak memliki lahan

lain untuk dijadikan kandang. Mengenai pengaturan drainase, secara keseluruhan

responden sudah memliki saluran pembuangan air dan kotoran air yang baik.

Sumber mata air yang digunakan oleh responden yaitu dengan menggunakan

PDAM seluruhnya sudah tersedia cukup banyak.

4.4.3 Pemeliharaan

Tata laksana pemeliharaan sangat mempengaruhi sekali akan kuantitas dan

kualitas susu yang dihasilkan, karena faktor-faktor yang mendukung untuk

terjaminnya susu yang higienis terdapat pada teknis pemeliharaan. Berdasarkan

hasil pengamatan, dapat dilihat pada Tabel 7 sebanyak 93,75% responden

menyatakan bahwa tingkat pelaksanaan pemeliharaan di TPK Pangalengan dan

TPK Mekar Mulya mencapai kategori tinggi. Sedangkan sisanya mencapai 6,25%

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

50

responden dapat digolongkan kedalam kategori sedang dalam pelaksanaan

pemeliharaannya.

Kebersihan sapi perah dan kebersihan kandang nya sangat penting untuk

dijaga kebersihannya, karena merupakan faktor penentu keberhasilan usaha ternak

sapi perah , menjadi suatu dasar kenyamanan bagi ternak sapi perah agar merasa

tenang dan terlindung sehingga dengan kondisi ini, sapi perah dapat menghasilkan

kuantitas dan kualitas susu yang baik. Umumnya, responden membersihkan

ternak sapi perah dan kandang dua kali dalam sehari yaitu sebelum melaksanaan

pemerahan. Sebagian besar responden sudah memiliki pencatatan (recording)

yang baik, berupa catatan kesehatan ternak sapi perah, serta catatan produksi yang

setiap saat dibawa pada saat menyetorkan susu ke TPK.

4.4.4 Pemberian Pakan dan Air Minum

Faktor penunjang lain yang mendukung keberhasilan usaha ternak sapi

perah yaitu pemberian pakan dan air minum. Pada Tabel 7 dapat dlihat bahwa

sebanyak 65,63% responden di TPK Pangalengan dan TPK Mekar Mulya

menyatakan bahwa pengetahuan dan pelaksanaan pakan sudah mencapai kategori

tinggi. Sedangkan sebanyak 34,37% responden tergolong pada kategori sedang.

Seekor sapi perah yang daya produksinya tinggi akan menurun baik kualitas

maupun kuantitasnya bila tidak mendapat pakan yang cukup sesuai dengan

kebutuhannya. Pakan yang dikonsumsi seekor ternak perah digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi susu. Dengan

demikian pakan harus cukup mengandung kalori, protein, vitamin, dan mineral

yang seimbang bagi kebutuhannya.

Pemberian pakan ternak dilakukan dua kali sehari secara manual, yaitu pada

pagi hari saat sapi perah setelah diperah sekitar jam 06.00 WIB dan sebelum

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

51

diperah pada sore hari yaitu pada pukul 14.00 WIB. Menurut holmes (1988),

bahwa peningkatan pemberian pakan yang berkualitas dapat meningkatkan

kualitas produksi susu, dan berpengaruh terhadap ketahanan penyakit. Kualitas

hijauan yang diberikan oleh responden TPK Pangalengan dan TPK mekar Mulya

berupa rumput gajah dan king grass dan sebagian limbah pertanian berupa batang

dan daun jagung. Penyajian hijauan dilakukan denan dipotong-potong dan

dicincang dengan baik sudah dilaksanakan oleh sebagain besar responden pada

TPK Pangalengan dan TPK mekar Mulya. Selain hijauan, juga diberikan

konsentrat untuk menambah nutrisi pada sapi perah agar dapat menghasilkan

kauntitas dan kualitas susu yang baik. konsentrat yang diberikan koperasi kepada

responden memiliki beragam jenis, kualitas dan harga. Semakin tinggi harga

konsentrat, semakin tinggi pula kaulitas konsentrat tersebut.

Air minum yang diberikan pada ternak sapi perah seluruhnya berasal dari

PDAM. Air PDAM ditampung terlebih dahulu pada tangki air kapasitas 2000 liter

yang selanjutnya didistribusikan pada proses produksi.

4.4.5 Waktu Pemerahan

Berdasarkan hasil pengamatan, responden di TPK Pangalengan dan TPK

Mekar Mulya menyatakan sebanyak 93,75% responden tergolong pada kategori

tinggi, sudah melaksanakan pemerahan pada waktu yang sesuai dengan standar

pemerahan. Pemerahan dilakukan terhadap sapi perah laktasi secara manual atau

menggunakan tangan. Frekuensi pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari dan

hal tersebut dijalankan oleh seluruh responden. Waktu pemerahan dilaksanakan

pada pagi hari pukul (04.30-06.00 WIB) dan sore hari pukul 14.00 WIB. Namun

sebanyak 6,25% responden termasuk pada kategori sedang, karena beberapa

peternak masih kurang tepat waktu dalam melakukan pemerahan. Seluruh

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

52

responden dapat dikatakan sudah baik dalam melaksanakan pemerahan, responden

yang secara rutin melaksanakan aktivitas pemerahan ini menjadi sudah terbiasa

dalam melakukan hal-hal sebelum melakukan pemerahan berupa membersihkan

sekitar ambing dari segala macam bentuk kotoran. Pemerahan dilakukan sampai

habisnya air susu yang keluar dari puting susu sapi agar tidak tersisa susu dari

puting susu. Karena tidak bersihnya pemerahan dapat menyebabkan penyakit

mastitis pada sapi perah.

4.4.6 Kesehatan sapi perah

Pelayanan kesehatan ternak sapi perah dilaksanakan oleh petugas kesehatan

(keswan) yang ada di KPBS. Pelayanan diberikan berdasarkan laporan yang

disampaikan oleh peternak pada petugas keswan. Pada umumnya, peternak

melaporkan langsung melalui catatan kesehatan ternak sapi perah yang

dipeliharanya jika terserah infeksi penyakit.

Berdasarkan hasil survey yang diperlihatkan pada Tabel 7 dapat dilihat

bahwa sebanyak 62.50% responden menyatakan bahwa penerapan kesehatan sapi

perah di TPK Pangalengan dan TPK Mekar Mulya tergolong pada kategori tinggi.

Sisanya sebanyak 9,37% responden tergolong pada kategori sedang, dan sebanyak

28,13% responden tergolong pada kategori rendah.

Pengetahuan peternak terhadap gejala penyakit umum serta penyebab umum

dari ternak sapi perah yang dimilikinya yang sedang mengalami gejala sakit,

secara keseluruhan telah diketahui oleh responden, namun pengetahuan meraka

terhadap cara pencegahannya dan penanggulangan tidak mereka kuasai dengan

baik. Hal ini karena peternak kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, dan

pada saat ternak mengalami gejala sakit yang memiliki wewenang dalam

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

53

menangani ternak tersebut yaitu hanyalah petugas kesehatan hewan (keswan).

Dengan keadaan tersebut, peternak merasa optimis akan kesembuhan penyakit

yang telah dialami oleh setiap sapi perahnya. Petugas keswan yang menangani

tersebut langsung memberikan berbagai bentuk pengobatan sebagaimana

mestinya sampai ternak tersebut sembuh.

4.5 Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan dengan Tingkat Penguasaan

Peternak Sapi Perah dalam Aspek Kualitas Susu

Berdasarkan hasil perhitungan dengan korelasi Rank Spearman (rs) pada

tingkat signifikasi 0,01 hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan tingkat

penguasaan peternak sapi perah dalam aspek kualitas susu menghasilkan koefisien

sebesar 0,785. Setelah dilakukan uji signifikansi diperoleh t hitung sebesar 6,94

dan angka tersebut lebih besar dari t Tabel yaitu 2,037 ( Tabel uji T pada Siegel)

yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang positif (searah) antara kegiatan penyuluhan dengan tingkat

penguasaan peternak sapi perah dan diinterpretasikan ke dalam aturan Guilford,

termasuk kategori yang memiliki hubungan kuat bisa diandalkan (rs > 0,70).

Adanya hubungan positif yang kuat antara kegiatan penyuluhan dengan

tingkat penguasaan peternak dapat dicermati dari hasil penelitian lapangan dapat

diperoleh bahwa tingginya kegiatan penyuluhan di KPBS Pangalengan tersebut

diikuti oleh baiknya tingkat penguasaan peternak dalam aspek kualitas susu dari

anggota koperasi bersangkutan. Adanya korelasi yang signifikan antara kegiatan

penyuluhan dengan tingkat penguasaan peternak sapi perah memperkuat

anggapan bahwa kegiatan penyuluhan merupakan kunci penting, baik membantu

peternak dalam mengambil keputusan sebagai pencapaian keberhasilan dari

usahanya, meningkatkan pengetahuan, memiliki kemampuan dalam menguasai

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

54

dan keterampilan melaksanakan aspek teknis dalam beternak. Namun demikian,

secara kualitatif masih ada kesenjangan antara kegiatan penyuluhan dengan

tingkat penguasaan peternak sapi perah.

Hal ini mengandung makna hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan

tingkat penguasaan peternak.hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi kegiatan

penyuluhan makan akan semakin tinggi pula tingkat penguasaan peternak dalam

aspek kualitas susu. Sebaliknya, jika kegiatan penyuluhan rendah maka akan

rendah pula tingkat penguasaan peternaknya. Hasil survei menunjukan mayoritas

responden menilai kegiatan penyuluhan tergolong dalam kategori tinggi dan

sebagian menilai dalam kategori sedang, ditinjau dari unsur-unsur kegiatan

penyuluhan yang diteliti.

Kualitas yang dimiliki penyuluh dinilai baik oleh para peternak, kemampuan

penyuluh dalam melihat suatu masalah, pengetahuan, keterampilan, disiplin

tinggi, dan sikap rendah hati membuat peternak merasa termotivasi untuk

mengikuti kegiatan penyuluhan. Materi yang disampaikan penyuluh dapat

dilaksanakan sesuai kemampuan peternak dan bersifat praktis sehingga mudah

dilaksanakan dan memberikan kemudahan dalam menangani segala hal yang

berhubungan dengan tingkat penguasaan peternak sapi perah dalam aspek kualitas

susu. Metode kelompok yang dilakukan yaitu metode kelompok. Metode ini

dinilai sudah efektif dan efisien untuk digunakan karena dapat dilakukan secara

berdiskusi, saling tukar pendapat dan pengalaman.

Uraian diatas memperlihatkan bahwa tingginya pelaksanaan kegiatan

penyuluhan diakibatkan oleh unsur-unsur kegiatan penyuluhan berada pada

tingkat yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan unsur-unsur yang mempengaruhi

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100103_4_9002.pdf · Melalui cara perencanaan kegiatan penyuluhan meliputi proses penjajakan

55

penguasaan peternak sapi perah dalam kategori baik, sehingga penguasaan

peternak sapi perah menjadi tinggi.