iv hasil dan pembahasan 4.1. keadaan umum daerah...

31
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Desa Haurngombong merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang memiliki luas wilayah sebesar 410,5 Ha, yang meliputi menurut penggunaan sebesar 191,49 Ha, tanah sawah sebesar 20,90 Ha, tanah kering sebesar 111,57 Ha, tanah perkebunan 54,71 Ha, dan tanah fasilitas umum sebesar 31,83 Ha. Desa Haurngombong terdiri dari tiga dusun, yaitu dusun Simpang, dusun Pangaseran, dan dusun Cipareuag. Terdapat 2 RW, masing-masing di Dusun Simpang dan Dusun Pangaseran, sementara di Dusun Cipareuag terdiri atas 3 RW, dan terdapat 30 RT di desa ini yang tersebar di tiga dusun tersebut. Bentang wilayah Desa Haurngombong berupa dataran tinggi dengan ketinggian 750 meter diatas permukaan air laut (mdpl) dengan curah hujan rata-rata sekitar 357 mm/tahun, kelembapan 18 dan suhu rata-rata harian 22 0 Celcius. Kondisi wilayah ini sangat menunjang bagi pemeliharaan ternak sapi perah untuk memproduksi susu secara optimal. Secara administratif Desa Haurngombong memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Cigendel dan Ciptasari, Kecamatan Pamulihan Sebelah Selatan : Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan Sebelah Barat : Desa Gunungmanik, Kecamatan Tanjungsari Sebelah Timur : Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan

Upload: hadien

Post on 11-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Keadaan Fisik Daerah Penelitian

Desa Haurngombong merupakan desa yang terletak di Kecamatan

Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang memiliki luas wilayah sebesar

410,5 Ha, yang meliputi menurut penggunaan sebesar 191,49 Ha, tanah sawah

sebesar 20,90 Ha, tanah kering sebesar 111,57 Ha, tanah perkebunan 54,71 Ha,

dan tanah fasilitas umum sebesar 31,83 Ha. Desa Haurngombong terdiri dari tiga

dusun, yaitu dusun Simpang, dusun Pangaseran, dan dusun Cipareuag. Terdapat 2

RW, masing-masing di Dusun Simpang dan Dusun Pangaseran, sementara di

Dusun Cipareuag terdiri atas 3 RW, dan terdapat 30 RT di desa ini yang tersebar

di tiga dusun tersebut. Bentang wilayah Desa Haurngombong berupa dataran

tinggi dengan ketinggian 750 meter diatas permukaan air laut (mdpl) dengan

curah hujan rata-rata sekitar 357 mm/tahun, kelembapan 18 dan suhu rata-rata

harian 220 Celcius. Kondisi wilayah ini sangat menunjang bagi pemeliharaan

ternak sapi perah untuk memproduksi susu secara optimal.

Secara administratif Desa Haurngombong memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Cigendel dan Ciptasari, Kecamatan Pamulihan

Sebelah Selatan : Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan

Sebelah Barat : Desa Gunungmanik, Kecamatan Tanjungsari

Sebelah Timur : Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

35

4.1.2. Keadaan Penduduk Wilayah Penelitian

Jumlah penduduk Desa Haurngombong sampai tahun 2015 adalah 5.341

jiwa yang terdiri dari 2.772 laki-laki dan 2.569 perempuan. Keadaan komposisi

penduduk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk Desa Haurngombong

Berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2015

Golongan Usia Jumlah (Orang) %

Penduduk usia <15 1.664 31,16

Penduduk usia 15 – 64

Penduduk usia >64

3.533

144

66,15

2,70

Jumlah 5.341 100

Sumber : Profil Desa Haurngombong, 2015

Berdasarkan Tabel 1, mengacu pada BPS (2001) terlihat bahwa 66%

penduduk Desa Haurngombong tergolong kedalam usia produktif (15-64 tahun).

Banyaknya penduduk yang berusia produktif merupakan sumberdaya manusia

yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai modal dasar dalam

pembangunan di desa tersebut.

Pekerjaan penduduk Desa Haurngombong beragam, namun kebanyakan

dari mereka bekerja di sektor pertanian dari mulai bertani, buruh tani, dan

beternak dan sedikit sekali yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal

ini menunjukkan bahwa desa tersebut memiliki potensi dalam bidang pertanian

untuk dikembangkan lebih maju lagi. Berikut daftar mata pencaharian penduduk

Desa Haurngombong disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Haurngombong

Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) %

1 Buruh Tani 314 14,25

2 Tani 263 11,93

3 Buruh Perkebunan 319 14,47

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

36

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) %

4 Peternak 246 11,16

5 Nelayan 6 0,27

6 Buruh Usaha Perikanan 29 1,32

7 Pengumpul Hasil Hutan 2 0,09

8

Buruh Usaha Pengolahan

Hasil Hutan 48

2,18

9

Pengrajin Industri Rumah

Tangga 58

2,63

10

Karyawan Perusahaan

Swasta 846

38,38

11

Buruh Perdagangan Hasil

Bumi 18

0,82

12 Pegawai Negri Sipil 55 2,50

Jumlah 2204 100

Sumber : Profil Desa Haurngombong, 2015

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian

penduduk Desa Haurngombong adalah dalam bidang pertanian yaitu 54,9%,

kemudian diikuti oleh karyawan swasta 38,38%, pengrajin 2,63%, dan Pegawai

Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2,50%. Mata pencaharian yang paling sedikit

digeluti oleh penduduk Desa Haurngonbong adalah perikanan yang hanya

mencapai 1,59%. Hal ini disebabkan oleh jarak ke laut cukup jauh dan rata-rata

masyarakatnya melakukan migrasi. Dari Tabel juga terlihat bahwa hampir

41,27% atau 2204 jiwa penduduk Desa Haurngombong telah memiliki pekerjaan

pokok.

4.1.3. Keadaan Peternakan Desa Haurngombong

Desa Haurngombong merupakan sentra peternakan sapi perah di

Kecamatan Pamulihan dengan populasi ternak sapi perah mencapai 997 ekor yang

tersebar di tiga dusun yaitu dusun sekepaku, simpang dan cipareuag. Jumlah

peternak sapi perah di Desa Haurngombong adalah 246 orang yang tergabung

dalam tiga kelompok, yaitu kelompok Harapan Jaya, kelompok Harapan Sawargi,

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

37

dan kelompok Putra Saluyu. Ketiga kelompok ternak tersebut berada dalam

naungan Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari yang berperan penting dalam

memfasilitasi kebutuhan para anggotanya, mulai dari fasilitas kredit, menampung

produksi susu, menyediakan makanan jadi, melayani kesehatan ternak milik

anggota, melayani Inseminasi Buatan (kawin suntik), melakukan penyuluhan

usaha peternakan sapi perah dan melayani simpan pinjam kepada para anggota.

Rata-rata peternak skala kecil di Kelompok ternak Harapan Jaya

mendapatkan bibit dari bantuan pemerintah, yaitu sebanyak 2 – 4 ekor tergantung

kepemilikan ternak awal yang dimiliki. Hal ini dilihat dari kepemilikan induk

produktif yang dimiliki, peternak yang mempunyai induk produktif sebanyak 1-4

ekor ditambah 2 ekor sapi induk produktif jadi total sapi induk produktif adalah 6

ekor, karena kelayakan usaha dapat tercapai apabila skala kepemilikan ternak

produktif 6 ekor. Namun, setelah beberapa lama induk produktif yang mereka

miliki dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan hanya tersisa sapi

bantuan saja, sehingga peternak tetap tidak mampu mencapai kelayakan usaha

ternak sapi perah.

Hasil ternak berupa susu dijual ke KSU Tandangsari dan tidak dijual ke

tempat lain, karena sudah ada diperaturan kolompok maupun koperasi bahwa

anggota koperasi harus menyetorkan susu ke koperasi. Untuk pakan hijauan

peternak skala kecil masih mengandalkan hijauan berupa jerami dan rumput gajah

yang mereka tanam sendiri dan didapat secara gratis karena mereka mempunyai

lahan masing-masing yang ditanami hijauan untuk keperluan makanan ternak.

Selain itu, kebutuhan pakan berupa konsentrat disediakan oleh koperasi

Tandangsari, dimana peternak skala kecil membayar dengan susu dan dibayar

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

38

setiap 10 hari sekali. Kebutuhan konsentrat selama 10 hari yaitu sebanyak 70

kilo.

4.2. Profil Kelompok Ternak Harapan Jaya

Kelompok ternak Harapan Jaya merupakan salah satu kelompok ternak

sapi perah yang tergabung sebagai anggota KSU Tandang Sari dari total 40

kelompok ternak. Kelompok ternak Harapan Jaya berdiri pada tahun 1994 dan

terdiri dari 2 sub kelompok yaitu kelompok Harapan Jaya dengan jumlah anggota

sebanyak 7 orang dan kelompok Sekepaku dengan jumlah anggota sebanyak 15

orang (terlampir).

Kelompok ternak Harapan Jaya merupakan salah satu kelompok ternak

yang cukup berprestasi karena jumlah populasi dan produksi cukup stabil

dibandingkan dengan kelompok ternak lain. Hal ini ditambah dengan pola

manajemen yang cukup baik sehingga kelompok ternak Harapan Jaya mampu

menjual susu yang dihasilkan dengan harga jual yang cukup tinggi, yaitu kisaran

harga susu Rp. 4.000,00 – Rp. 4.500,00 per liter. Kegiatan harian yang biasa

dilakukan oleh anggota Kelompok ternak Harapan Jaya yaitu penyetoran susu

setiap pagi dan sore hari ke TPS (Tempat Pengumpulan Susu), untuk penyetoran

pagi dilakukan pada pukul 05.00 WIB sedangkan penyetoran sore dilakukan pada

pukul 15.00 WIB. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu rapat anggota kelompok,

namun kegiatannya tidak rutin dan hanya dilaksanakan pada waktu tertentu saja

karena bersifat informal. Kelompok ternak Harapan Jaya merupakan kelompok

yang memiliki prestasi membanggakan, salah satunya yaitu menjadi juara pertama

kelompok agribisnis ternak sapi perah tingkat Jawa Barat. Hal ini didukung

dengan adanya struktur organisasi yang baik dan jelas dalam pembagian

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

39

tatalaksana kegiatan dalam Kelompok ternak Harapan Jaya. Berikut struktur

organisasi Kelompok Ternak Harapan Jaya ditunjukkan pada ilustrasi 2.

STUKTUR ORGANISASI

KELOMPOK TERNAK HARAPAN JAYA

2017

Ilustrasi 2. Stuktur Organisasi Kelompok ternak Harapan Jaya 2017

4.3. Identitas Informan

Informan pada penelitian ini sebanyak 11 orang yang terdiri dari 8 orang

peternak sapi perah skala kecil yang tergabung dalam kelompok ternak Harapan

Jaya, Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dan

merupakan anggota aktif KSU Tandangsari dan 3 orang informan dari luar

peternak sapi perah skala kecil yang meliputi ketua rukun warga (RW) setempat,

ketua kelompok ternak Harapan Jaya, dan Kepala Desa Haurngombong guna

Sub Harapan Jaya

Ketua : Acu

Sekertaris : Irah

Sub Sekepaku

Ketua : Mamat

Sekertaris : Uyo

Tester

Atang

Tester

Ido

Seleksi Pakan

Nana

Ketua Umum

Mamat

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

40

sinkronisasi data dari hasil lapangan dengan fakta yang ada di masyarakat.

Karakteristik informan dibagi kedalam tiga karakteristik, yaitu umur, tingkat

pendidikan, dan pengalaman beternak.

4.3.1. Umur Informan

Produktivitas kerja seseorang dipengaruhi oleh umur seseorang, semakin tua

umur seseorang maka semakin menurun kondisi fisiknya sehingga berimplikasi

terhadap menurunnya produktivitas. Umur informan pada penelitian ini berkisar

antara 29-69 tahun, umur informan ditunjukkan pada Tabel 3. Jumlah informan

dalam penelitian ini adalah 8 orang, tergolong kepada umur produktif dan non-

produktif. Umur produktif tentunya sangat menguntungkan bagi kelangsungan

usaha ternak yang dimiliki informan guna mencapai kesuksesan dalam usaha

ternak sapi perah. Walaupun umur sudah tidak produktif, namun semangat yang

terus tertanam pada diri informan terus hadir dan mampu menularkan profesinya

sebagai peternak kepada anaknya.

“Saleresna mah Bapak teh atos teu mamput ternak, nanging da kumaha

deui Bapak teh gaduh bujang keneh 1 deui biayaaneun, ayeuna nembe

yuswa 18 tahun. Nanging dina kituna oge, putra anu ieu mah osok rajeun

mantosan ngarit ai uih dambel teh. Nya dina intina mah putra bapak terus

ngadukung Bapak ternak sapi. Ieu oge da atos anu anjeunna sapi teh,

dibiayaan ti nuju dina kandungan keneh. Nya ayeuna mah tos hak milik

anjeunna weh, tapi masih atas nama Bapak ai di koperasina mah

(Sebetulnya Bapak sudah tidak sanggup lagi untuk beternak neng, tapi

gimana lagi Bapak masih punya tanggungjawab anak 1 orang lagi sekarang

baru umur 18 tahun. Tapi, anak Bapak terus memotivasi dan membantu

Bapak memelihara sapi perah ini) (AM, 69)”.

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

41

Umur produktif sangat mendorong informan untuk memaksimalkan potensi

dan mengembangkan usaha ternaknya, seperti penambahan jumlah ternak

produktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhasikin dalam bpskepri (2013)

bahwa terdapat tiga kelompok umur, yaitu umur belum produktif (<15 tahun),

umur produktif (15-64 tahun), dan umur tidak produktif (>64 tahun). Umur

produktif mampu mendukung kinerja yang dimiliki seseorang, karena mereka

cenderung memiliki tenaga yang memadai dan etos kerja yang tinggi, serta lebih

terbuka terhadap penerimaan informasi dan inovasi terbaru, serta penduduk yang

produktif akan membantu dalam kelancaran segi perekonomian keluarga.

Tabel 3. Umur Informan

No. Umur Informan

(Tahun)

Jumlah

Orang %

1.

2.

15-64

>64

7

1

87,5

12,5

Jumlah 8 100

Setiap anggota rumah tangga mempunyai peran dan fungsi masing-masing,

dalam suatu rumah tangga dipimpin oleh seorang kepala keluarga yaitu suami

yang bertanggungjawab terhadap kebutuhan hidup, istri yang berperan

mendampingi suami dan mengurus anak-anak, anak berperan untuk membantu

orangtua. Setiap pertambahan umur suami menyebabkan penurunan tingkat

kesejahteraan keluarga. Hal ini karena peternakan yang dilakukan secara

tradisional sangat mengandalkan tenaga yang masih kuat. Sesuai dengan

pernyataan Elmanora, Muflikhati, dan Alfiasari (2012) yang menyatakan bahwa

keluarga dengan umur ayah yang masih muda memiliki peluang sejahtera lebih

besar dibandingkan dengan keluarga dengan umur ayah yang sudah memasuki

umur pertengahan (dewasa madya). Kekuatan tubuh diperlukan untuk mencari

rumput dan memelihara ternak supaya menghasilkan susu yang lebih banyak yang

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

42

pada gilirannya menentukan tingkat kesejahteraan objektif keluarga peternak.

Kesejahteraan keluarga berhubungan signifikan dengan umur suami dan

pengeluaran keluarga. Umur yang lebih muda diharapkan menumbuhkan

produktivitas yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2012)

membuktikan bahwa produktifitas pekerja berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan keluarga.

4.3.2. Tingkat Pendidikan Informan

Pola pikir dan daya tangkap informasi dan inovasi yang dimiliki seseorang

pada dasarnya dibentuk melalui pendidikan. Tingkat pendidikan informan pada

penelitian ini bervariasi mulai dari tamat Sekolah Dasar (SD) hingga tamat

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingkat pendidikan informan ditunjukkan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Informan

No. Pendidikan Jumlah

Orang %

1. SD 6 75

2. SMP 2 25

Jumlah 8 100

Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar informan dalam penelitian ini memiliki

tingkat pendidikan rendah dengan persentase sebanyak 75% dan hanya ada dua

orang informan yang memiliki tingkat pendidikan hingga ke jenjang Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Rendahnya tingkat pendidikan informan disebabkan

oleh banyak faktor, diantaranya keterbatasan ekonomi yang menyebabkan

informan tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Selain itu, cara pandang yang berbeda dari setiap orang akan pentingnya

pendidikan menyebabkan informan memutuskan untuk bekerja mencari uang dan

membantu menghidupi keluarga da meninggalkan bangku pendidikan. Hal ini

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

43

sependapat dengan Mubyarto (1986) yang menyatakan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan, maka pengetahuan dan cara berpikir akan bertambah luas.

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap proses inovasi, adopsi dan

penerimaan informasi, semakin tinggi tingkat pendidikan maka penerimaan

inovasi, adposi dan informasi akan lebih mudah masuk dan dipahami sehingga

adanya kemajuan para informan atau masyarakat dalam menghidupi keluarga,

khususnya dari segi ekonomi. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk berperan serta dalam pembangunan pada umumnya, makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

4.3.3. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak akan berpengaruh terhadap jalannya usaha peternakan

sapi perah yang dimiliki, terutama pada tingkat pengetahuan manajemen beternak

yang baik dan mampu mencapai standar yang seharusnya. Ketika seseorang atau

informan mampu memanajemen usahanya, maka akan berpeluang untuk

mengembangkan usahanya. Pengalaman beternak informan dalam penelitian ini

sudah cukup lama, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengalaman Beternak Informan

No. Pengalaman Beternak

Informan (Tahun)

Jumlah

Orang %

1. <5 1 12,5

2. 5-10 1 12,5

3. >10 6 75

Jumlah 8 100

Berdasarkan pada data Tabel 4, informan yang memiliki pengalaman

beternak <5 tahun sebanyak 12,5%, informan yang memiliki pengalaman beternak

5-10 tahun sebanyak 12,5%, sedangkan informan yang memiliki pengalaman

beternak >10 tahun sebanyak 75%. Tingkat pengalaman beternak yang cukup

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

44

lama menunjukkan bahwa informan sangat berpengalaman dalam menjalankan

usaha ternak sapi perah. Pengalaman beternak dapat dijadikan sebagai sarana

belajar dan bertukar informasi antara peternak satu dengan peternak lainnya,

sehingga keberlanjutan usaha ternak sapi perah yang sedang dijalankan mampu

berkembang dan mencapai kelayakan suatu usaha. Pengetahuan serta

keterampilan beternak didapat dari pengalaman beternak. Semakin lama beternak,

maka semakin terasah keterampilan serta keluwesan dalam beternak. Semakin

lama seseorang beternak semakin banyak ilmu yang didapat dari kegagalan dan

keberhasilan yang dialami yang akan menjadi cambuk pemicu usaha peternak

dalam beternak dimasa yang akan datang. Pengalaman beternak dapat dijadikan

sebagai pembelajaran di masa yang akan datang.

4.4. Skala Kepemilikan Ternak

Jumlah kepemilikan sapi perah merupakan indikator keberhasilan suatu

usaha peternakan sapi perah (Murwanto, 2008). Skala kepemilikan sapi perah

yang produktif akan menghasilkan output yang optimal. Semakin besar jumlah

pemeliharaan sapi perah produktif, maka indeks efisiensi ekonomi juga semakin

tinggi. Meningkatnya jumlah ternak produktif akan meningkatkan jumlah

produksi susu sehingga akan berdampak terhadap pendapatan peternak. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Firman (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi

jumlah pemeliharaan sapi perah produktif, maka indeks efisiensi jumlah usaha

semakin tinggi. Berikut persentase kategori skala kepemilikan ternak disajikan

pada Tabel 6.

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

45

Tabel 6. Persentase Kategori Skala Kepemilikan Ternak

No. Kategori Jumlah

Kepemilikan Ternak

Ternak

Produktif (ekor)

Jumlah

Orang %

1. Kecil 1-3 8 100

2. Menengah 4-6 0 0

3. Besar ≥7 0 0

Jumlah 8 100

Berdasarkan data pada Tabel 5, jumlah kepemilikan sapi perah produktif

informan 100% berada pada jumlah kecil. Kepemilikan ternak produktif tersebut

akan berpengaruh secara langsung pada total produksi susu yang dihasilkan oleh

para peternak dan akan berakibat pada tingkat pendapatan yang diperoleh

informan.

Jumlah kepemilikan ternak yang kecil dapat disebabkan terbatasnya lahan,

modal, dan terbatasnya kemampuan informan untuk meningkatkan jumlah

usahanya. Sehingga peternak jumlah kecil ini tidak akan mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taslim (2011) yang

menyatakan bahwa jumlah kepemilikan sapi perah dibawah 7 ekor per peternak

hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah berakibat kehidupan peternak

stagnan bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

4.5. Strategi Nafkah Rumah Tangga Peternak Sapi Perah

Strategi nafkah dilakukan sebagai upaya suatu rumah tangga untuk tetap

bertahan hidup demi memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Berbicara

mengenai strategi nafkah rumah tangga, Scoones (1998) mengungkapkan bahwa

ada tiga bentuk strategi nafkah yang biasa dilakukan oleh masyarakat pedesaan

meliputi :

1) Intensifikasi dan ekstensifikasi

2) Diversifikasi pekerjaan (pola nafkah ganda)

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

46

75%

12,5%

12,5%

Persentase Strategi Nafkah Rumah Tangga

Peternak Sapi Perah Skala Kecil

Pola Nafkah

Ganda

Migrasi

Ketiga Bentuk

Strategi Nafkah

3) Migrasi

Sistem penghidupan peternak sapi perah skala kecil cenderung subsisten

dengan aturan adat yang berlaku dalam kegiatan peternakan diikuti dengan

bentuk-bentuk strategi nafkah yang menyertainya.

Gambaran mengenai bentuk-bentuk strategi nafkah yang dilakukan oleh 8

orang peternak skala kecil di kelompok ternak Harapan Jaya disajikan pada

Ilustrasi 3.

Ilustrasi 3 menunjukkan bahwa rumah tangga yang melakukan bentuk

intensifikasi dan ekstensifikasi sebanyak 0%. Bentuk pola nafkah ganda

merupakan bentuk strategi nafkah yang paling banyak dilakukan oleh rumah

tangga peternak jumlah kecil yaitu sebanyak 75%. Rekayasa spasial atau migrasi

Ilustrasi 3. Persentase Strategi Nafkah Rumah Tangga Peternak

Sapi Perah Skala Kecil di Kelompok Ternak Harapan

Jaya

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

47

yaitu sebanyak 12,5% dan ketiga bentuk strategi nafkah dilakukan oleh 12,5%

rumah tangga peternak sapi perah skala kecil di kelompok ternak Harapan Jaya.

Berikut strategi nafkah yang dilakukan peternak skala kecil di kelompok ternak

Harapan Jaya disajikan pada Tabel 7.

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

Tabel 7. Strategi Nafkah Peternak Sapi Perah Skala Kecil di Kelompok Ternak Harapan Jaya

No.

Nama

Peternak

Pekerjaan Strategi Nafkah

Suami Istri Anak Intensifikasi dan

Ekstensifikasi

Diversifikasi

Pekerjaan

Migrasi

1 Usen Buruh ternak Pedagang

keliling

Sudah menikah semuanya (2

anak perampuan) √

2 Amar Petani Petani Buruh Bangunan √

3 Mamat B Petani Ibu Rumah

Tangga

Sekolah (1 orang

perempaun) dan sudah

menikah (1 orang

perempuan)

4 Udin Petani Buruh

Pabrik

Sudah menikah (3 orang

perempuan dan 1 orang laki-

laki)

5 Tamim Petani Buruh

ternak

Sudah menikah (1 orang

perempuan) dan 1 orang

pengangguran (tunawicara)

6 Emah Meninggal 23

tahun lalu

Petani Buruh Pabrik (1 orang laki-

laki) dan sudah menikah (1

orang perempuan)

7 Dedeh Buruh

Bangunan

Ibu Rumah

Tangga

Sekolah Dasar (1 orang laki-

laki) √ √

8 Setiawan Petani, peternak

dan buruh

bangunan

Ibu Rumah

Tangga

Sekolah Dasar (1 orang laki-

laki) √ √ √

48

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

49

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa diversifikasi pekerjaan (pola nafkah

ganda) masih menjadi salah satu strategi yang banyak diminati peternak sapi perah

skala kecil di kelompok ternak Harapan Jaya. Dalam hal pemenuhan, sektor

pertanian masih menjadi tumpuan hidup peternak sapi perah skala kecil dan

menjadikan beternak sapi perah sebagai usaha sampingan meskipun tidak menutup

kemungkinan bagi peternak sapi perah skala kecil untuk memiliki mata pencaharian

selain sektor pertanian maupun peternakan. Berdasarkan ilustrasi 3 terlihat bahwa

sejauh ini peternak sapi perah skala kecil dapat bertahan hidup dengan segala

keterbatasan akses.

Gambaran mengenai bentuk-bentuk strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah

tangga peternak sapi perah skala kecil di kelompok ternak Harapan Jaya adalah

sebagai berikut :

4.5.1. Diversifikasi Pekerjaan atau Pola Nafkah Ganda

Pola nafkah ganda merupakan bentuk strategi nafkah yang banyak diterapkan

oleh rumah tangga peternak sapi perah skala kecil. Adanya pola nafkah ganda ini,

peternak skala kecil memiliki keragaman nafkah selain menjadi petani sebagai

pekerjaan utama, yang mana hasil pola nafkah ganda ini akan menambah penghasilan

bagi rumah tangga. Diversifikasi pekerjaan pada peternak sapi perah skala kecil di

kelompok ternak Harapan Jaya adalah dengan berbasis agraris yang meliputi bertani,

beternak, dan berkebun. Pertanian yang digarap peternak sapi perah skala kecil di

kelompok ternak Harapan Jaya ini adalah menanam padi, singkong, jagung dan

sebagian kecil yang menanam sayuran dalam jumlah sedikit yang diperuntukkan

untuk konsumsi sendiri agar tidak membeli sayuran ke tempat belanja dengan

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

50

mengeluarkan uang. Adapun peternakan yang digarap peternak sapi perah skala kecil

ini tidak hanya sapi perah saja, melainkan beternak bebek dan domba. Selain itu,

perkebunan yang digarap peternak sapi perah skala kecil ini adalah menanam kayu

dan bambu yang dapat dipanen setiap tahun dan mampu memberikan penghasilan

yang sangat besar sehingga hal inilah yang menyebabkan peternak sapi perah skala

kecil ini lebih memilih pekerjaan pokok sebagai petani daripada peternak.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua informan lebih

memilih bertani dan berkebun daripada beternak, berikut pernyataan salah satu

peternak :

“Minggon kamari aya anu nawisan tanah ka Bapak teras Bapak hoyong

gaduh tanah eta, nya atos weh ngical sapi anu aya. Sapi anu diical teh genep

ekor, induk sadayana. Upami meser tanah mah jongjon ka Bapana, benten

sareng gaduh ternak anu kedah diparaban unggal dinten. Upami henteu

diparab ke sapina maot, tah upami tani mah teu kedah hariwang bakal maot

” (Saya lebih memilih menjual 6 ekor sapi induk yang saya punya untuk

membeli tanah, karena kalau saya membeli tanah pekerjaan saya akan sedikit

ringan. Karena dengan menanam kayu, bambu dan palawija hanya sekali

pekerjaan sedangkan beternak harus mengeluarkan tenaga yang ekstra dan

harus memperkerjakan seluruh anggota keluarga untuk membantu mencari

pakan dan melakukan pekerjaan di kandang seperti memerah, memberikan

pakan, membersihkan sapi dan kandang. Semua waktu saya tercurhkan untuk

ternak saja dan tidak ada waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain) (UD, 64)”.

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

51

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak sapi perah skala

kecil lebih memilih menjadi buruh dengan gaji yang sudah ditentukan dan bisa terus

bertambah apabila sudah loyal dan bekerja cukup lama untuk perusahaan.

Selain sebagai petani dan buruh, sebanyak 25% peternak sapi perah skala

kecil di kelompok ternak Harapan Jaya ini berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.

Mereka memilih beternak untuk mengisi waktu luang yang mereka miliki agar tidak

terbuang sia-sia dan mampu menjadi tabungan disaat mereka membutuhkan uang

karena hal-hal yang tidak terduga. Berikut pernyataan Ibu Rumah Tangga dalam

memilih bekerja sampingan sebagai peternak sapi perah :

“Upami kedah dambel di pabrik mah tos pameng, soalna gaduh murangkalih

anu nembe lebet sakola kelas hiji SD, murangkalih saageung kitu mah atu da

hawatos upami kedah di tinggalkeun mah, nuju memejehna kedah

diperhatoskeun ku sepuh sapenuhna. Tah sabari ngantosan murangkalih

sakola, abdi mah ngarit weh da caroge oge uihna saminggon sakali, janten

nyalse dibumi teh teu aya dambelan. Nya atos weh ngiring ngarit sareng raka,

sareng ema da kaleresan raka sareng sepuh oge kagungan sapi, janten abdi

mah etang-etang diajar weh da ai nurutkeun pangalaman mah teu hariwang

teuing da aya anu merhatoskeun. Nya lumayan we neng kanggo tabungan

atuh upami aya kaperyogian anu kadesek, pan teu hariwang teuing ai gaduh

inguan mah (Kalau harus kerja di pabrik, tanggung soalnya anak saya masih

kecil baru kelas 1 SD, masih butuh perhatian lebih dari orangtua. Selagi

nunggu anak pulang sekolah dan suami pulang kerja karena pulang seminggu

sekali, saya memilih untuk beternak sapi perah saja. Lagian orangtua dan

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

52

kakak saya juga seorang peternak sapi perah jadi saya tidak terlalu khawatir

karena masih ada dibawah bimbingan mereka. Lumayan neng, buat tabungan

kalau misalnya saya dan keluarga punya kebutuhan mendesak)” (DH, 29).

Untuk upah sebagai buruh tani, ternak, bangunan, aspal jalan digaji sebanyak

Rp. 70.000,00 - Rp. 80.000,00/hari dengan pulang seminggu sekali. Gaji sebanyak

itu masih gaji kotor karena biaya hidup selama seminggu diambil dari sana.

Diversifikasi pekerjaan yang dilakukan peternak sapi perah skala kecil ini tetap

dilakukan dengan upah yang rendah, karena dirasa sudah menjadi kebutuhan.

Selain karena alasan bahwa beternak sapi perah lebih sulit dan banyak menyita

waktu, ada sebagian informan yang merasa pasrah dengan keadan beternak karena

sering mengalami kerugian di bidang sapi perah karena kondisi sapi yang selalu

rubuh sehingga informan ini memilih bertani dan menjadi buruh dibandingkan harus

menelan terus kerugian karena banyak kebutuhan rumah tangga yang harus terpenuhi.

“Bapak mah kapok ternak, soalna pangalaman anu kapungkur mani pait

pisan. Kapungkur Bapak gaduh sapi produktif opat ekor sareng sapi dara dua

ekor, rubuh sadayana. Anu kedahna diical dua puluh juta, mung pajeng genep

dugi ka tujuh juta atuh. Dipertahankeun ge da kalah capena, atos we

diaricalan sadayana (Bukannya tidak mau beternak sapi perah, tapi kami

kapok bergelut dalam sapi perah. Dulu pas Bapak sudah punya sapi produktif

4 ekor dan dara 2 semuanya silih bergantian rubuh. Yang harusnya harga

normal 20juta, karena rubuh harus dijual 6-7 jutaan. Kalaupun tidak dijual,

tapi digantikan dengan sapi dara lagi. Kami hanya mendapatkan cape nya saja

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

53

neng ketimbang untungnya karena terus memelihara tanpa menghasilkan yang

semestinya)” (ST, 34).

Keluarga peternak sapi perah skala kecil melakukan upaya strategi nafkah

lebih banyak. Hal ini dilakukan karena keluarga peternak sapi perah skala kecil tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga atau bisa dikatakan belum

sejahtera. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Sumarti (2007), bahwa

strategi nafkah ganda menjadi perilaku ekonomi yang menonjol yang dilakukan oleh

peternak miskin, meskipun dalam penerapannya strategi adaptasi nafkah tetap

disesuaikan dengan konteks sosio-budaya masyarakat lokal. Turasih dan Wibowo

(2012) juga menyatakan bahwa semakin luas lahan yang digarap oleh rumah tangga

peternak, menyebabkan peternak merasa aman dengan aktivitas nafkah pertanian

saja. Sebaliknya, untuk petani miskin dengan lahan garapan sempit memiliki strategi

nafkah yang semakin beragam. Demikian pula Ellis (1998;2000); Turasih dan

Wibowo (2012); Widiyanto, Suwarto dan Retno (2010), Cahyono, Nugroho, dan

Indrajaya (2007); Padhila dan Hoff (2011) menyatakan bahwa diversifikasi nafkah di

pedesaan hanya dimungkinkan jika terdapat keberagaman sumber daya alam sebagai

landasan livelihood platform. Strategi nafkah diarahkan pada komoditas yang

tersedia, terlebih jika berlimpah di desa (Tefera, 2009). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa banyaknya strategi nafkah yang ditempuh oleh keluarga peternak

supaya pendapatan menjadi lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah

tangga.

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

54

4.5.2. Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa peternak sapi perah skala

kecil tidak melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pada ternak yang mereka

miliki. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan peternak yang rendah serta daya adopsi

dan inovasi yang sulit diserap oleh peternak.

4.5.3. Migrasi

Migrasi yang dilakukan oleh peternak sapi perah skala kecil pada umumnya

tidak menetap. Kegiatan migrasi yang dilakukan oleh kepala rumah tangga ketika

sedang menunggu musim panen. Kegiatan migrasi yang dilakukan diantaranya

adalah menjadi buruh bangunan, dan buruh proyekan jalan raya. Migrasi yang

dilakukan oleh peternak sapi perah skala kecil biasanya dilakukan bersam-sama

dengan rumah tangga lain. Contoh kasus rumah tangga yang melakukan migrasi

adalah sebagai berikut :

”Upami ngandelkun ternak wungkul mah timana atuh kanggo tuang. Upami

tani wungkul da tuang teh kedah sareng rencangna, jadi caroge teh buburuh

we di bangunan atanapi buburuh di jalan (ngaspal jalan). Upami tani

wungkul, da tani mah geuning musiman. Kaleresan ayeuna oge caroge teh

nuju teu aya ngiring proyekan ngaspal jalan di Sumedang. Buburuh oge da

musiman, upami aya dambelan weh. Pas nuju teu aya proyekan nembe tani

sareng ternak, kumaha weh carana supados aya penghasilan supados dapur

tetep ngebul. Ibu atos ngukut sapi langkung ti 10 taun, kapungkur mah tiap

taun anakan. Nanging ti taun 2012 dugi ayeuna henteu anakan wae padahal

atos di IB genep kali. Biaya IB na ge lumayan atu da upami tos teu meres

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

55

mah di tariff lima puluh sakali nga IB teh. Nya atos we ah diical, da ai

nagntosan anu teu pasti mah kumaha neng teu pararuguh sedengkeun

kabutuhan aya wae. Matak ayeuna mah naon we ah didambelan, buburuh

dibangunan, buburuh macul, ngiring proyekan jalan, naon we sagala

dikereyeuh nu penting mah tetep ngahasilkeun (Ah neng, kalau hanya

beternak saja dari mana kami mendapatkan makan. Kalau bertani saja nasi

juga perlu lauk pauknya neng, jadi kami memilih untuk bekerja sebagai buruh

bangunan atau buruh proyekan jalan. Kalau bertani saja, hasil tani hanya

musiman. Kebetulan sekarang Bapak lagi kerja di proyekan jalan di

Sumedang. Bekerja sebagai buruh tidak selamanya (musiman). Kalau tidak

ada pekerjaan diluar, kami bisa beternak dan bertani untuk tetap menghasilkan

uang guna mencukupi kebutuhan rumah tangga, walaupun dari hasil ternak

dan tani hanya musiman karena sapi perah induk yang kami punya baru saja

ditukar dengan pedet karena sudah 5 tahun tidak bunting padahal sudah 6 kali

di IB dengan biaya Rp. 50.00,00/IB. Daripada menunggu sesuatu yang tidak

pasti dan kebutuhan dapur pun mendesak, kami biasa mencari pekerjaan lain

baik itu bekerja di bangunan, proyek aspal jalan ataupun buruh tani dan

ternak, yang penting tetap menghasilkan uang neng (ST, 34)”.

4.6. Sumber-sumber Nafkah Rumah Tangga Peternak Sapi Perah Skala

Kecil

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tiap rumahtannga tidak terlepas dari

upaya untuk tetap bertahan hidup. Strategi nafkah sebagai upaya alternative untuk

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

56

menjaga kestabilan ekonomi rumah tangga agar bisa survive. Pada dasarnya strategi

nafkah dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber nafkah. Ellis (2000)

menjelaskan bahwa sumber-sumber nafkah yang biasanya dimanfaatkan oleh rumah

tangga antara lain modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, dan modal

finansial.

Berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh dilapangan, rumah tangga

peternak sapi perah skala kecil tidak semuanya memanfaatkan kelima sumber nafkah

tersebut. Berikut adalah sumber-sumber nafkah yang dimanfaatkan oleh peternak

sapi perah skala kecil :

4.6.1.Modal Alam

Modal alam menjadi asset yang sebagian besar atau bahkan semua rumah

tangga memanfaatkannya. Modal alam yang dimanfaatkan adalah air, dan lahan

garapan. Sumberdaya air dimanfaatkan untuk pengairan dilahan sawah. Sumberdaya

alam yang paling banyak dimanfaatkan oleh peternak sapi perah skala kecil adalah

lahan garapan. Lahan garapan ini dimanfaatkan rumah tangga peternak sapi perah

skala kecil untuk bercocok tanam disawah, dan kebun sekaligus sumber pakan bagi

ternak yang mereka miliki sehingga mereka tidak perlu membeli pakan untuk ternak

yang mereka pelihara.

Hal ini sesuai dengan pernyataan ILO & FAO (2009) yang menyatakan bahwa

modal alam didefinisikan sebagai adanya akses keluarga terhadap hutan, sungai,

pantai, laut, danau, kehidupan liar, dan biodiversitas yang menunjang strategi nafkah

keluarga. Berikut pernyataan peternak sapi perah skala kecil yang memanfaatkan

modal alam berupa tanah garapan sebagai sumber pendapatan :

Page 24: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

57

“Panghasilan ti keluarga Bapak mah iwal ti kebon we neng, saaya-aya

dikebon. Nya sakali-kali osok eta oge ngiringan janteun buruh bangunan,

mung seuseuerna mah dikebon wae (Sumber pendapatan dari keluarga kami

hanya terpusat pada lahan garapan yang kami miliki. Sesekali saya menjadi

buruh bangunan dan sisanya menghabiskan waktu dikebun untuk menyambung

hidup (MT, 46)”.

4.6.2. Modal Manusia

Modal manusia merupakan modal nafkah yang paling tinggi nilainya bagi

rumah tangga peternak sapi perah skala kecil. Modal manusia yang dimanfaatkan

peternak sapi perah skala kecil adalah pemanfaatan tenaga kerja. Tenaga kerja ini

bisa berasal dari dalam rumah tangga itu sendiri, kerabat atau tetangga. Pada rumah

tangga peternak sapi perah skala kecil, tenaga kerja yang dimanfaatkan sebagian

besar berasal dari rumah tangga yaitu istri dan anaknya, khususnya dalam kegiatan

pemeliharaan sapi perah. Namun, ada juga yang memanfaatkan tenaga kerja dari

luar, misalnya tetangga.

Berikut pernyataan peternak sapi perah skala kecil yang umurnya sudah tidak

produktif dan dibantu oleh anak laki-lakinya :

“Alhamdulillah neng, putra Bapak mah sok mantosan wae padamelan Bapak.

Uih dambel teh pasti weh nyandak jukut kanggo sapi. Upami putra Bapak nuju

dambel jauh oge aya istri anu sok mantosan mah (Alhamdulillah neng, anak

saya selalu membantu saya mencari rumput untuk ternak seusai anak saya

pulang kerja. Jika anak saya kerja jauh, istri saya yang membantu mencari

rumput) ” (AM, 69).

Page 25: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

58

4.6.3. Modal Sosial

Modal ini merupakan gabungan komunitas yang dapat memberikan keuntungan

bagi individu atau rumah tangga yang tergabung didalamnya. Modal sosial ini bisa

dilihat dari jejaring, kepercayaan, dan norma. Berdasarkan hasil pengamatan dan

keikutsertaan peneliti di lapangan pada peternak sapi perah skala kecil, modal sosial

pada peternak sapi perah skala kecil terlihat jelas. Bisa dilihat dari kegiatan adat

yang dilakukan, peternak jumlah kecil baik laki-laki dan perempuan terlibat

didalamnya. Hal inilah yang menimbulkan ikatan yang kuat antar peternak sapi

perah. Sebagai contoh ketika ada warga yang memanen padi, peternak sapi perah

melakukannya bersama-sama dengan suka rela baik laki-laki maupun perempuan.

Dalam pemanenan padi, laki-laki bertugas menyabit padi dan perempuan melepaskan

padi dari tangkainya (ngagebot). Rumah tangga yang ikut membantu, biasanya

pemilik lahan dan pemanenan padi dilakukan secara bergiliran dari satu lahan ke

lahan yang lain. Dalam proses pengumpulan pakan ini, adanya kegiatan simbiosis

mutualisme dimana kedua pihak, yaitu pemilik padi dan lahan dengan peternak sapi

perah yang memerlukan pohon padi untuk pakan. Pemilik padi dan lahan terbantu

dalam proses pemanenan yang memerlukan waktu lama hingga bulir padi dapat

terkumpul, sedangkan peternak sapi perah bisa mendapatkan pakan untuk ternak yang

mereka miliki dan didapatkan secara gratis sehingga meminimalisir pengeluaran.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa modal sosial peternak sapi perah

skala kecil adalah kepercayaan antar peternak dan masyarakat sekitar. Kunci utama

dari modal sosial adalah adanya rasa percaya (trust) yang tinggi antar warga. Modal

sosial sebagai salah satu bentuk modal yang dikelola oleh peternak sapi perah skala

Page 26: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

59

kecil. Modal sosial dapat dirupakan dalam bentuk pemanfaatan ikatan sosial,

lembaga kesejahteraan tradisional maupun pola-pola transaksi sosial yang telah

melembaga di masyarakat. Berikut pernyataan salah satu buruh ternak mengenai

modal sosial yang selalu mereka jaga demi kelangsungan hidup rumah tangga.

“Alhamdulillah, Bapak mah atos lami dambel di peternakanna Bapak Mamat

H, aya panginteun lima taun mah sareng teu aya niat kanggo ngalih ka

perusahaan sanes, da atos saling percaya Bapak sareng dunungan mah.

Upami abdi sareng keluarga peryogi anmbut artos gampil ka Bapak Mamat

mah, tara dipersulit (Alhamdulillah, Bapak sudah bekerja di perusahaan

peternakan Bapak Mamat H selama 5 tahun dan tidak berminat untuk berpindah

ke perusahaan lain karena saya dan juga pimpinan saya sudah saling percaya,

sehingga apabila saya dan keluarga membutuhkan bantuan berupa finansial

tidak pernah dipersulit)” (US, 52).

4.6.4. Modal Fisik

Modal fisik merupakan modal keluarga berupa barang bergerak dan tidak

bergerak yang dimiliki sendiri dan dapat menunjang pilihan strategi nafkah keluarga

dan dinilai dalam satuan rupiah. Modal fisik dihitung berdasarkan kepemilikan

ternak, peralatan elektronik, kendaraan, dan mesin produktif lainnya seperti rumah,

kandang, peralatan kandang, sawah, ladang, dan pekarangan. Berdasarkan hasil

penelitian, modal fisik peternak sapi perah skala kecil cukup baik karena 100%

tempat tinggal milik sendiri berikut dengan tanahnya. Selain itu kandang yang

dimiliki peternak sapi perah 87,5% sudah ditembok dan hanya 12,5% yang masih

Page 27: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

60

menggunakan alas bambu karena baru 2 bulan bergerak dalam bidang peternakan

sapi perah. Berikut pernyataan informan yang baru masuk keanggotan :

“Abdi mah nembe dua sasih daftar janteun anggota di kelompok ternak

Harapan Jaya teh. Sapi na oge nembe gaduh hiji, kandangna oge saayana.

Tapi kanggo kapayunna mah, gaduh niat kanggo ngarombak kandang supados

ternakna nyaman, susuna seueur (Saya baru 2 bulan daftar anggota di

kelompok ternak Harapan Jaya dan baru 1 ekor sapi induk yang saya pelihara

jadi kandangnya masih sederhana. Tapi untuk kedepannya saya akan

mengumpulkan uang dari hasil menjual susu untuk memperbaiki kandang agar

produksi yang dihasil pun baik)” (DH, 29).

Dikarenakan beternak merupakan usaha sampingan, peternak sapi perah

jumlah kecil ini mempunyai sawah dan ladang yang cukup untuk membantu

menghidupi keluarga, bahkan sapi-sapi yang mereka punya ditukar dengan sawah

atau ladang. Peternak sapi perah skala kecil ini masih memakai budaya zaman

dahulu, dimana budaya zaman dahulu lebih baik tidak punya ternak daripada tidak

punya ladang dan sawah.

Umur Suami, pengeluaran per kapita, dan besarnya modal fisik merupakan

tiga hal yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan peternak jumlah kecil. Ketiganya

merupakan rangkaian yang tidak terputus, yaitu bilamana umur suami masih muda

dan tenaganya masih kuat maka suami memelihara ternak secara baik sehingga

menghasilkan produk yang lebih banyak. Produk pertanian yang biasa diperoleh dari

pekerjaan utama peternak sapi perah skala kecil digunakan untuk memperbesar modal

Page 28: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

61

fisik, dengan cara ini maka kesejahteraan keluarga peternak jumlah kecil akan

terwujud.

4.6.5. Modal Finansial

Modal finansial dalam penelitian ini mengacu pada jenis yang disebutkan oleh

ILO dan FAO (2009) antara lain berupa simpanan uang tunai di rumah, tabungan di

bank, piutang dan simpanan dalam bentuk logam mulia (emas). Hasil penelitian

menunjukan bahwa modal finansial yang dimiliki peternak sapi perah skala kecil

cukup rendah, karena uang yang mereka miliki habis untuk biaya hidup bahkan

kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masrivah dan Saharuddin (2014) yang

menyatakan bahwa hanya sebagian kecil saja yang menyisihkan, menabung atau

menginvestasikan uangnya. Peternak jumlah kecil dengan modal finansial rendah,

beralasan bahwa pendapatan yang didapat hanya habis untuk kebutuhan sehari-hari

saja, jadi tidak ada sisa untuk ditabungkan. Namun, ada sebagian peternak jumlah

kecil yang menginvestasikan uangnya menjadi emas dan piutang. Berikut pernyataan

informan yang suka menyimpang uangnya dalam bentuk piutang :

“Ibu mah tara ngahutang ka batur, batur anu osok ngahutang ka Ibu. Da Ibu

mah teu tega upami aya tatanggi anu nyuhunkeun bantosan teh. Tapi da

nambutkeun oge tara ageung. Nya kitu weh Ibu mah nyimpen artos teh anu

ditambutkeun ka batur (Ibu tidak pernah berhutang kepada oranglain, adapun

orang-orang yang suka meminjam uang Ibu. Ibu tidak tega neng, kalau harus

melihat orang yang sedang butuh dan tidak Ibu tolong. Walaupun dalam

jumlah sedikit Ibu selalu menginvestasikan uang dalam bentuk piutang)” (EM,

57).

Page 29: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

62

25%

12%

12%

38%

13%

Persentase Sumber Nafkah Peternak Sapi

Perah Skala Kecil dalam Memenuhi

Kebutuhan Hidup

Modal Alam

Modal Manusia

Modal Sosial

Modal fisik

Modal Finansial

Berikut pernyataan informan yang suka menyimpang uangnya dalam bentuk

emas:

“Upami aya langkung mah sok dipeserkeun kanu emas wae, da ai emas mah

gampil dipilari, gampil ngical. Upami disimpen artosna mah bakal seep wae,

matak Ibu mah sok kanu emaskeun we. Upami aya kaperyogian dadakan teh

kantun ngical nu aya (Kalau ada uang lebih Ibu belikan emas, karena emas

mudah dijual dan dicari. Kalau dalam bentuk uang pasti habis, jadi Ibu selalu

menginvestasikan uang lebih dalam bentuk emas. Kalau ada kebutuhan

mendadak pun Ibu bisa jual langsung emas yang Ibu punya)” (Istri US, 49).

Gambaran mengenai sumber-sumber nafkah yang dimanfaatkan oleh 8 orang

peternak skala kecil di kelompok ternak Harapan Jaya disajikan pada Ilustrasi 4.

Ilustrasi 4. Persentase Sumber Nafkah Peternak Sapi Perah Skala Kecil

dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup

Page 30: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

63

Ilustrasi 4 menunjukkan bahwa rumah tangga peternak sapi perah skala kecil

lebih banyak memanfaatkan modal fisik, yaitu berupa lahan garapan yang mereka

miliki dan mampu menghasilkan pendapatan baik dari penanaman padi huma, padi di

sawah, singkong, jagung, sayuran, maupun tanaman tahunan seperti bamboo dan

kayu. Budaya dari masyarakat sekepaku ini masih menganut paham nenek moyang,

apabila sebuah keluarga sudah memiliki tanah maka hidupnya tidak akan sengsara

dan tidak akan kelaparan. Hal inilah yang sangat ditakutkan oleh peternak sapi perah

skala kecil apabila tidak mempunyai lahan garapan, dan hal ini pula yang

menyebabkan mereka lebih memilih untuk menjual ternak produktif mereka daripada

kehilangan kesempatan untuk memiliki tanah atau lahan garapan baik huma atau

sawah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa peternak skala kecil yang

memanfaatkan modal alam sebesar 25%, modal manusia 12,5%, modal fisik 37,5%,

modal fisik 12,5%, dan modal finansial 12,5%. Berikut daftar peternak skala kecil

yang memanfaatkan sumber nafkah akan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Sumber Nafkah Peternak Sapi Perah Skala Kecil di Kelompok

Ternak Harapan Jaya

No.

Nama

Peternak

Sumber Nafkah

Modal

Alam

Modal

Manusia

Modal

Sosial

Modal

Fisik

Modal

Finansial

1 Usen √

2 Amar √

3 Mamat B √

4 Udin √

5

6

Tamim

Emah

7 Dedeh √

8 Setiawan √

Page 31: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130024_4_1332.pdf · No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) % ... Umur produktif tentunya

64

Tabel 8 menunjukkan bahwa ada 3 orang peternak (37,5%) yang

memanfaatkan modal fisik, disusul dengan 2 orang yang memanfaatkan modal alam,

dan masing-masing 1 orang yang memanfaatkan modal manusia, modal finansial dan

sosial. Untuk peternak yang memanfaatkan modal manusia, beliau sudah memasuki

usia yang tidak produktif, yaitu sudah mencapai umur 69 tahun (AM), sehingga

beliau memanfaatkan anaknya untuk bekerja dan menggantikan posisi beliau sebagai

pencari nafkah keluarga. Sedangkan peternak yang memanfaatkan modal finansial

(EM), beliau sudah memasuki usia yang hampir tidak produktif sehingga banyak

menyimpan kekayaannya untuk bekal dimasa tua. Ibu EM ini hidup single parents

sejak tahun 1993 hingga sekarang, dan kini usianya sudah mencapai 57 tahun.

Peternak yang memanfaatkan modal sosial tidak lepas dari ikatan kekerabatan yang

kuat dan kepercayaan yang selalu dijaga satu sama lain sehingga keluarga Bapak US

yang kini berumur 52 tahun bekerja tetap di perusahaan ternak milik Bapak Mamat

yang merupakan sepupu beliau.