iv hasil dan pembahasan 4.1 kondisi umun daerah...

25
32 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umun Daerah Penelitian 4.1.1. Kondisi Umum Daerah Desa Sindanggalih termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Batas-batas wilayah Desa Sindanggalih yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sindanglaya dan Desa Jatisari, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Godog, dan bagian timur berbatasan dengan Desa Sindangpalay. Secara Topografi Desa Sindanggalih termasuk dalam kategori Daerah dataran tinggi dengan ketinggian ±130 meter di atas permukaan laut (mdpl). sebagian besar wilayah Desa Sindanggalih adalah perbukitan dengan kemiringan antara 20 0 -45 0 . Desa Sindanggalih terdiri dari 14 RW dan 45 RT, jarak Desa ke pemerintahan Kabupaten sejauh 15 km. Jumlah penduduk Desa Sindanggalih tercatat Tahun 2017 sebanyak 7.831 Jiwa dengan rincian Laki-laki 4.006 Jiwa dan Perempuan 3.825 Jiwa. Desa Sindanggalih mempunyai luas wilayah 436,500 Ha dengan penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Sindanggalih No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Presentase (%) 1 Tanah Sawah 120,00 27,49 2 Darat 114,25 26,17 3 Irigasi ½ Teknis 0,30 0,07 4 Tadah Hujan 120,00 27,49 5 Pemukiman 45,00 10,31 6 Kas Desa 36,00 8,25 7 Tegal 0,50 0,11 8 Perkantoran 0,45 0,10 Jumlah 436,50 100,00 Keterangan: Monografi Desa Sindanggalih Tahun 2017

Upload: tranhanh

Post on 09-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

32

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umun Daerah Penelitian

4.1.1. Kondisi Umum Daerah

Desa Sindanggalih termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut. Batas-batas wilayah Desa Sindanggalih yaitu

sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sindanglaya dan Desa Jatisari, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat berbatasan

dengan Desa Godog, dan bagian timur berbatasan dengan Desa Sindangpalay.

Secara Topografi Desa Sindanggalih termasuk dalam kategori Daerah

dataran tinggi dengan ketinggian ±130 meter di atas permukaan laut (mdpl).

sebagian besar wilayah Desa Sindanggalih adalah perbukitan dengan kemiringan

antara 200-45

0. Desa Sindanggalih terdiri dari 14 RW dan 45 RT, jarak Desa ke

pemerintahan Kabupaten sejauh 15 km. Jumlah penduduk Desa Sindanggalih

tercatat Tahun 2017 sebanyak 7.831 Jiwa dengan rincian Laki-laki 4.006 Jiwa dan

Perempuan 3.825 Jiwa. Desa Sindanggalih mempunyai luas wilayah 436,500 Ha

dengan penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Sindanggalih

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Presentase (%)

1 Tanah Sawah 120,00 27,49

2 Darat 114,25 26,17

3 Irigasi ½ Teknis 0,30 0,07

4 Tadah Hujan 120,00 27,49

5 Pemukiman 45,00 10,31

6 Kas Desa 36,00 8,25

7 Tegal 0,50 0,11

8 Perkantoran 0,45 0,10

Jumlah 436,50 100,00

Keterangan: Monografi Desa Sindanggalih Tahun 2017

33

Berdasarkan data pada Tabel 1 penggunaan lahan di Desa Sindanggalih

untuk pemukiman warganya hanya 10,31%. Hal ini disebabkan jumlah penduduk

di Desa Sindanggalih terbilang sedikit, sedangkan angka penggunaan lahan

tertinggi yaitu untuk pesawahan seluas 120 Ha. Hal ini sesuai dengan realita di

lapangan, bahwa sebagian besar perekonomian masyarakat desa Sindanggalih

ditopang pertanian.

4.1.2. Keadaan Umum Subsektor Peternakan

Kabupaten Garut dalam bidang peternakan memiliki beberapa komoditas

unggulan peternakan diantaranya adalah domba dan kambing. Kecamatan

Karangpawitan merupakan salah satu daerah yang diakui sebagai basis peternakan

kambing Peranakan Etawah (PE), oleh karena itu pengembangan kambing di

Kecamatan Karangpawitan khususnya di Desa Sindanggalih secara garis besar

ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan populasinya. Kambing PE

dipilih karena ternak tersebut mampu beradaptasi terhadap iklim sub-tropis serta

termasuk ke dalam jenis ternak dwiguna. Namun pada kenyataannya sangat sulit

bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan untuk mengupayakan peternak

agar menjaga stabilitas jumlah ternak yang ada karena lahan yang menyempit dan

kebutuhan peternak untuk menjual ternak mereka tanpa mengembangkan

populasiya.

Tabel 2. Subsektor peternakan di Desa Sindanggalih

No Komoditi Jumlah (ekor)

1 Sapi 30

2 Kerbau 2

3 Ayam kampung 1650

4 Kuda 4

5 Kambing 900

6 Domba 250

Keterangan: Monografi Desa Sindanggalih Tahun 2017

34

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa di Desa Sindanggalih menempatkan

kambing sebagai komoditas yang diutamakan. Desa ini dijadikan sebagai salah

satu tempat percontohan dalam upaya pengembangan budidaya peternakan

kambing PE karena merupakan salah satu kelompok peternak di Kabupaten Garut

yang telah mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah kontes ternak yang

diselenggarakan pada tahun 2013 dan 2015.

4.1.3. Kondisi Kelompok Peternak Lebaksiuh

Kelompok peternak Lebaksiuh berlokasi di Desa Sindanggalih Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut, dirintis sejak tahun 2002 tetapi baru diresmikan

menjadi kelompok peternak pada tahun 2012 sejak adanya bantuan pemerintah

berupa kambing PE. Lahan yang digunakan adalah lahan milik anggota kelompok

peternak yang didirikan pada satu hamparan seluas ±0,5 Hektar dengan populasi

ternak ± 370 ekor pada tahun 2017.

Sistem perkandangan yang digunakan adalah sistem panggung, sistem

perkandangan ini mempunyai kelebihan antara lain: umumnya lebih bersih, kering

dan tidak lembab karena kotoran, urine dan sisa pakan jatuh ke bawah kandang

dan tidak menumpuk di lantai kandang. Bahan yang digunakan untuk pembuatan

kandang adalah asbes, kayu, semen, dan batu bata.

Pemeliharaan ternak kambing dilakukan secara (intensif), hal ini

memudahkan dalam pengelolaan ternak, penggunaan waktu dan tenaga lebih

efisien, serta memudahkan dalam pengaturan pemberian pakan. Penanggulangan

penyakit pada umumnya dilakukan oleh peternak sendiri dengan menggunakan

obat-obatan tradisional dan Dinas Peternakan yang melakukan pengecekan

kesehatan kambing secara rutin. Usaha ternak kambing PE pada umumnya

dilakukan dengan tenaga kerja keluarga. Peternak yang tergabung di dalam

35

anggota kelompok dapat menggantikan atau membantu apabila ada peternak atau

anggota yang lain dalam kondisi sakit atau keadaan yang menyebabkan tidak

dapat melakukan pemeliharaan.

Kelompok ini termasuk dalam kelompok unggulan, karena kelompok

sudah dipercaya oleh dinas-dinas Kabupaten Garut seperti Dinas Peternakan,

Dinas Perhutani, dll karena mendapat kepercayaan menerima bantuan dari dinas –

dinas tersebut. Kelompok juga telah berhasil mendapat beberapa prestasi, yakni

prestasi dalam lomba kelompok peternak yaitu sebagai juara ke dua tingkat

kabupaten pada tahun 2014, juara ke dua kontes ternak kambing perah di

Universitas Padjadjaran pada tahun 2013. Di dalam Keorganisasian kelompok

peternak Lebaksiuh ini memiliki kekurangan dan kelebihan, kelebihannya adalah

telah memiliki manajemen organisasi yang baik, memiliki kesekertariatan yang

baik, memiliki sistem manajemen yang baik, dan memiliki hubungan dengan

dinas-dinas di pemerintahan yang baik. Kelemahannya adalah masih kesulitan

dalam mengakses permodalan ke pihak bank serta belum mampu memasarkan

hasil produksi dengan maksimal.

4.2. Identitas Responden

Identitas responden ditinjau dari segi usia, tingkat pendidikan, pengalaman

beternak dan kepemilikan ternak. Hal-hal tersebut dicantumkan dalam identitas

responden dikarenakan hal-hal tersebut dipandang dapat menggambarkan kondisi

peternak kambing perah di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

36

4.2.1 Usia Responden

Usia merupakan salah satu indikator yang mendorong dalam keberhasilan

suatu usaha khususnya usaha petenakan, usia yang produktif untuk beternak ialah

usia-usia muda yang mudah menerima suatu masukan-masukan dalam peternakan

serta masih ada kemauan untuk belajar dalam dunia peternakan. Usia peternak

yang cenderung masih muda membuat peternak memiliki kesempatan untuk lebih

berhasil dengan terus belajar dan mengembangkan usahanya, beda dengan usia tua

peternak cenderung kurang produktif dan kemauan untuk belajarnya rendah.

Tingkat kemauan dalam belajar berpengaruh terhadap keberdayaan karena jika

tingkat kemauan belajarnya tinggi maka peternak cenderung akan meningkatkan

sikap, pengetahuan dan keterampilannya.

Tabel 3. Usia Responden

No Umur

...tahun...

Jumlah

...Orang... ...%...

1 < 20 5 10,64

2 15 – 55 38 80,85

3 > 55 4 8,51

Jumlah 47 100,00

Kelompok peternak Lebaksiuh, sebesar 10,64% anggota berusia < 20

tahun dan 80,85% anggota berusia 15-55 tahun, hal ini menunjukan sebagian

besar anggota dalam kelompok masih berusia produktif. Menurut Chandriyanti

(2000), golongan umur 15 tahun merupakan golongan usia produktif. Pada

umumnya usia tersebut lebih aktif sehingga dapat menjalankan peternakannya

dengan efektif. Menurut pendapat Bakir dan Manning (1984), umur produktif

untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15-55 tahun,

37

dengan usia yang produktif peternak bisa lebih bisa mengembangkan suatu usaha

peternakan yang dimilikinya sehingga bisa maju.

Peternak yang produktif diharapkan mampu mengembangkan usaha ternak

kambing perah. Pada umumnya peternak yang masih berusia produktif masih

memiliki pemikiran yang panjang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak

sehingga masih memungkinkan peternak untuk terus berusaha dan tertarik

mengembangkan peternakan kambing perahnya.

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan indikator yang mempengaruhi kemajuan dalam

beternak, pendidikan mempengaruhi pola pikir dan sikap dalam beternak.

Peternak dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih terbuka dan bisa

menerima informasi-informasi baru yang mereka peroleh.

Tabel 4. Pendidikan Responden

No Pendidikan Jumlah

...Orang... ...%...

1 SD 15 31,91

2 SMP 16 34,04

3 SMA/SMK 10 21,28

4 PERGURUAN TINGGI 6 12,77

Jumlah 47 100,00

Kelompok peternak Lebaksiuh sebesar 31,91% berpendidikan SD, 34,04%

berpendidikan SMP, 21,28% berpendidikan SMA dan SMK, 12,77%

berpendidikan di Perguruan Tinggi, hal ini menunjukan sebagian besar anggota

kelompok masih berada dalam pendidikan menengah ke bawah. Menurut Mosher

38

(1986) Pendidikan merupakan salah satu pelancar pembangunan pertanian, karena

dengan pendidikan orang menjadi tahu dan mengerti untuk melakukan sesuatu.

Rendahnya tingkat kehidupan ekonomi dan kurangnya kesadaran akan

pentingnya pendidikan menjadikan anggota tidak melanjutkan pendidikan ke

tingkat yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan kecilnya kemungkinan responden

dalam menerima inovasi dan melaksanakannya dengan cepat. Oleh karena itu

perlu adanya pendidikan tambahan seperti pelatihan-pelatihan atau kursus

tani/ternak untuk menunjang pengetahuan dalam beternaknya. Selain pendidikan

banyak cara peternak untuk mengadopsi ide-ide baru, pemahaman, dan

keterampilan beternak yaitu dengan pengalaman dalam dunia usahanya. Menurut

Soetiyo (1969) bahwa selain umur dan pendidikan, pengalaman beternak juga

turut menentukan keberhasilan dari suatu usaha peternakan.

4.2.3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian di Desa Sindanggalih sangat beragam, karena lokasinya

yang dekat dengan kota tetapi juga dekat dengan hutan dan lahan pertanian.

Tebel 5. Mata pencaharian Responden

No Pekerjaan Jumlah

...Orang... ...%...

1 Tani Ternak 30 63,83

2 Buruh 6 12,77

3 Guru 6 12,77

4 Wiraswasta 5 10,64

Jumlah 47 100,00

Kelompok peternak Lebaksiuh, sebesar 63,83% anggota mata

pencahariannya adalah petani dan peternak, 12,77% bermata pencaharian buruh,

39

12,77% bermata pencaharian guru, 10,64% bermata pencaharian wiraswasta dan

lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar anggota kelompok telah

menjadikan usaha tani sebagai usaha utama dan usaha ternak sebagai

sampingannya karena menurut mereka usaha tani sambil usaha ternak merupakan

usaha yang terintegrasi. Hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan suatu

usaha peternakan di desa tersebut.

4.2.4. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak tentu mempengaruhi keterampilan dan pengetahuan

peternak. Dengan pengalaman peternak dapat belajar secara otodidak dan belajar

dari kesalahan.

Tabel 6. Pengalaman Beternak Responden

No ..Tahun.. Jumlah

...Orang... ...%...

1 1 – 5 17 36,17

2 6 – 10 30 63,83

Jumlah 47 100,00

Kelompok peternak Lebaksiuh sebesar 36,17% anggota memiliki

pengalaman beternak 1 sampai dengan 5 tahun, sebesar 63,83% anggota memiliki

pengalaman beternak 6 sampai dengan 10 tahun. Pengalaman beternak yang

berbeda dari para responden, menjadikan adanya tingkat keberhasilan usaha

ternak diantara mereka. Semakin lama pengalaman beternak diharapkan dapat

menjadi pendorong untuk tercapainya suatu usaha peternakan (Soetiyo, 1969).

Orang yang lebih berpengalaman dalam suatu bidang umumnya akan lebih

terampil dan cenderung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik.

40

4.2.5. Kepemilikan Ternak Responden

Kepemilikan ternak merupakan indikator besar kecilnya suatu usaha

tani/ternak. Semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki maka usaha tani tersebut

akan semakin menguntungkan.

Tabel 7. Kepemilikan Ternak Responden

No Jumlah Ternak

...Ekor...

Jumlah

...Orang... ...%...

1 0 – 10 39 80,85

2 11 – 20 6 14,89

3 > 20 2 4,26

Jumlah 47 100,00

Dari data yang diperoleh menunjukan sebagian besar anggota kelompok

sekitar 80,85% populasi ternaknya masih tergolong rendah, hal ini disebabkan

anggota tidak memilki banyak modal untuk beternak dan kurangnya ketersediaan

lahan untuk kandang. Selain itu sebagian besar responden menganggap bahwa

usaha budidaya kambing perah ini hanya sebagai usaha sampingan.

4.3. Peran Kelompok

Kelompok merupakan unit sosial yang terdiri atas sejumlah individu yang

mempunyai hubungan atau interaksi serta adanya saling ketergantungan, sesuai

dengan status dan peranannya (Soekanto, 1990). Peranan yang harus dilakukan

kelompok adalah peran sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama

(Departemen pertanian, 2007). Kelompok dapat berperan sebagai media pengubah

pola pikiran maupun perilaku bila dijalankan dengan baik.

41

Tabel 8. Peran Kelompok

No Sub variabel

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Sebagai kelas Belajar 80,85 19,15 0,00

2 Sebagai Unit Produksi 63,83 36,17 0,00

3 Sebagai Wahana Kerjasama 41,00 57,45 2,13

Peran Kelompok 91,49 8,51 0,00

Tabel 8 menunjukan peran kelompok peternak Lebaksiuh menunjukan

bahwa sebesar 91,49% responden menilai peran kelompok tinggi dan sisanya

sebesar 8,51% responden menilai peran kelompok sedang. Sesuai Tabel 5

dijelaskan bahwa peranan kelompok ini termasuk dalam kategori baik karena

sebagian besar sudah berjalannya fungsi sebagai kelas belajar dan unit produksi

meskipun fungsi sebagai wahan kerjasama yang kurang berjalan dengan baik.

Menurut Samsudin (1987) ada beberapa upaya yang harus dilakukan

kelompok dalam menjalankan fungsinya yakni menyediakan sarana produksi yang

diperlukan petani; melakukan perbaikan metode bertani; penyebaran teknologi

baru dengan melakukan dengan diskusi kelompok, penyelenggaraan kursus tani

dan perlombaan usaha tani; melakukan pemupukan modal bersama melalui usaha

simpan pinjam; melakukan pemasaran hasil produksi secara bersama; dan

kegiatan lain yang bersifat gotong – royong. Kelompok telah baik melakukan

perannya terutama sebagai kelas belajar dan unit produksi, namun kurang optimal

dalam melakukan perannya sebagai wahana kerjasama.

42

4.3.1. Sebagai Kelas belajar

Peran Kelompok sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan

oleh kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilannya (Badan Diklat dan Penyuluhan

Pertanian, 1987). Peran kelompok sebagai kelas belajar dinilai berdasarkan

pertemuan berkala dan berkelanjutan, pengembangan kader kepemimpinan,

fasilitas komunikasi dengan sumber informasi teknologi dan penyelenggaraan

pelatihan.

Tabel 9. Peran Kelompok Sebagai Kelas Belajar

No Uraian

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Pertemuan Berkala 80,85 19,15 0,00

2 Penyelenggara Pelatihan 89,36 10,64 0,00

3 Fasilitas Komunikasi 82,98 12,77 4,26

4 Pengembangan Kader

Kepemimpinan 6,38 74,47 19,15

Peran Sebagai Kelas Belajar 80,85 19,15 0,00

Tabel 9 menunjukan peran kelompok sebagai kelas belajar sebagian besar

sekitar 80,85% menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok telah menjadi

sarana dalam wahana pembelajaran untuk para anggotanya dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan cara beternak. Kelompok telah

mampu menjadwal pertemuan yang disepakati anggota sehingga bisa menjadi

wahana bertukar pikiran antar anggota dan sebagai tempat menyampaikan segala

informasi yang didapatkan kelompok ke anggotanya, hal ini sejalan dengan

pendapat Yunasaf (2012) bahwa kelompok menjadi pintu masuknya informasi

43

baru kepada peternak. Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh kelompok

maupun pihak pemerintah telah mampu mengubah cara-cara dalam beternak.

Indikator pertama bagi kelompok dalam menjalankan fungsinya sebagai

kelas belajar adalah pertemuan berkala dan berkelanjutan. Sebagian besar anggota

yaitu 80,85% menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok telah

menjalankan pertemuan yang rutin dilaksanakan setiap bulannya minimal 1 kali

dalam satu bulan serta jadwal yang ditentukan sesuai dengan kesepakatan semua

anggota. Pertemuan dilakukan untuk membahas tentang peternakan kambing

perah anggota, jika ada masalah dalam kelompok dan musyawarah dalam

menyelesaikannya, jika ada penyuluhan dari petugas penyuluh dan dinas

peternakan tentang peternakan kambing perah. Kelompok telah memfasilitasi

anggota untuk melakukan pertemuan yaitu sekertariat kelompok, diharapkan

anggota lebih sering berinteraksi dan bertukar pikiran dalam tata cara beternak.

Kelompok peternak Lebaksiuh sering mengadakan penyelenggaraan

pelatihan untuk anggota kelompok sehingga dinilai tinggi oleh anggota yaitu

sebesar 89,36%, hal ini menunjukan bahwa kelompok setiap tahunnya selalu ada

pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan peternakan diantaranya pelatihan

tentang tatacara pemerahan yang baik dan benar, tatacara pemeliharaan kambing

yang baik, tatacara membuat kompos, dll. Melalui kelompok anggota dapat

bersama-sama merumuskan solusi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapi anggotanya. Sebagian kecil anggota menilai kurang dalam mengikuti

pelatihan karena kesibukan mereka di pekerjaan yang lain dan mereka sudah

merasa cukup dengan kemampuan mereka dalam beternak.

Salah satu upaya kelompok yang mendukung kelompok menjadi wadah

untuk belajar bagi anggotanya adalah memfasilitasi komunikasi dengan sumber

44

informasi, sehingga anggota mendapat informasi-informasi baru yang di dapatkan.

Sebagian besar anggota menilai tinggi yakni sebesar 82,98%, hal ini menunjukan

kelompok telah berperan baik dalam memberikan informasi-informasi baru

kepada anggota, karena pengurus kelompok telah menjalin kerjasama yang baik

dengan sumber informasi dan secara rutin berkonsultasi dengan dinas peternakan

maupun jajaran pemerintahan sehingga informasi selalu didapatkan oleh anggota

kelompok.

Hal penting lainnya bagi kelompok dalam fungsinya sebagai kelas

belajar adalah pengembangan kader kepemimpinan, sebagian besar anggota

menilai sedang yaitu 74,47%, hal ini menunjukan kelompok kurang melakukan

kegiatan pengelolaan organisasi kepada anggota dan keterlibatan anggota dalam

kelompok kurang optimal, ini disebabkan ketua yang anggota pilih hanya 1 kali

dan tidak adanya pergantian ketua yang berkala tetapi anggota telah sepakat dalam

memilih ketua tersebut karena sudah berkompeten di bidangnya. Anggota menilai

kelompok telah berperan dalam mencetak kader kepemimpinannya karena telah

melibatkan anggota dalam kepengurusan kelompok sehingga secara tidak

langsung dapat melatih anggota.

4.3.2. Sebagai Unit Produksi

Peran kelompok sebagai unit produksi yaitu tingkat peran yang dilakukan

oleh kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien. Peran

yang dilakukan kelompok dalam mengintegrasikan usaha tani yang dimiliki oleh

masing-masing anggota kelompok menjadi satu kesatuan usaha yang dapat

dikembangkan (Departemen Pertanian, 2007).

45

Tabel 10. Peran Kelompok Sebagai Unit Produksi

No Uraian

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Fasilitas Penyedia Modal 61,70 8,00 29,79

2 Fasilitas Penyedia Input Produksi 90,00 4,26 6,38

3 Fasilitas Pemasaran 82,98 14,89 2,13

Peran Sebagai Unit Produksi 63,83 36,17 0,00

Tabel 10 menunjukan peran kelompok sebagai unit produksi sebagian

besar sekitar 63,83% menilai tinggi, hal ini menunjukan kelompok sudah

memfasilitasi dalam penyediaan modal, input produksi dan pemasaran hasil

ternaknya, begitu juga anggota kelompok telah merasakan fasilitas yang diberikan

kelompok sebagai perannya yaitu unit produksi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Dewi (2002) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara

peran sebagai unit produksi dengan pemenuhan kebutuhan saprodi usaha tani,

apabila anggota kelompok tani memandang atau menilai peran kelompok sebagai

unit produksi “baik”, maka tingkat pemenuhan kebutuhan saprodi usaha tani juga

“baik”.

Peran kelompok sebagai unit produksi yaitu sebagai pusat untuk

menintegrasikan suatu usaha anggota menjadi satu kesatuan usaha, hal ini

dimaksudkan agar mendapatkan skala usaha yang efisien sehingga keuntungan

menjadi besar. Kelompok sebagai fasilitas dalam merencanakan suatu pola usaha,

karena kelompok memiliki peran penting dalam melancarkan usaha dari anggota

kelompok.

Aspek peranan kelompok sebagai unit produksi yang pertama ialah

memfasilitasi penyediaan modal bagi anggota sebagai upaya dalam

mengembangkan usaha anggota agar lebih efisien. Pada kelompok peternak

46

Lebaksiuh sebesar 61,70% menilai tinggi, hal ini menunjukan kelompok telah

memfasilitasi dalam penyediaan modal untuk anggotanya. Kelompok

meminjamkan modal untuk beternak kepada anggotanya lewat suatu koperasi

simpan pinjam, mereka yang sudah masuk anggota kelompok dan koperasi boleh

meminjam modal untuk beternak dengan suku bunga dan jangka waktu yang

sudah mereka sepakati bersama. Sebagian anggota tahu bahwa dengan adanya

koperasi simpan pinjam bisa menguntungkan untuk usaha mereka, tetapi sebagian

kecil banyak yang tidak tahu dan tidak mau meminjam dengan alasan malas

mencicil angsurannya.

Aspek peran kelompok sebagai unit produksi yang kedua ialah

memfasilitasi penyediaan input produksi. Kelompok dapat membeli ataupun

meminjam input produksi kepada kelompok dengan sistem “revolving” yaitu

sistem peminjaman ternak secara bergilir. Pada kelompok peternak Lebaksiuh

sebesar 90,00% menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok sudah

sangat memfasilitasi bila anggota ingin meminjam ternak dengan catatan memakai

sistem “revolving” yaitu sebagai contoh anggota meminjam ternak jantan kepada

kelompok untuk mengawinkan dengan ternak betina anggota dibolehkan tetapi

jika sudah beranak maka ternak jantan tersebut hasrus digulirkan ke anggota yang

lain yang belum punya ternak anak dan biasanya kelompok menggunakan sistem

tersebut rata atau adil kepada semua anggota jadi semua bisa punya ternak

anakan.

Aspek peran kelompok sebagai unit produksi yang ketiga ialah

memfasilitasi dalam pemasaran hasil produksi, hasil penelitian menunjukan

sebesar 82,98% anggota menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok

memiliki peran yang penting untuk pemasaran hasil produksi ternaknya misalnya

47

kambing perah, susu dan kotoran ternak. Anggota yang ingin menjual ternak

kambingnya selalu lewat kelompok karena dari awal berdiri kelompok, semua

anggota sepakat bahwa menjual ternak diutamakan ke kelompok tetapi kalau

kelompok sudah mengijinkan untuk menjual ke luar kelompok dengan catatan

sudah ditawarkan ke kelompok. Harga yang diberikan kelompok umumnya sesuai

harga pasaran jadi anggota tidak merasa rugi jika menjual ke kelompok. Begitu

juga untuk hasil produksi susu kambing kelompok memberikan harga sesuai

pasaran tetapi anggota masih jarang dalam memeras susu kambing karena

keterbatasan waktu memerah.

4.3.3. Sebagai Wahana Kerjasama

Kelompok sebagai wahana kerjasama yaitu tingkat peranan yang

dilakukan kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan diluar

kelompok dengan pihak lain yang saling menguntungkan (Departemen Pertanian,

2007). Peranan kelompok sebagai wahana kerjasama dapat dinilai berdasarkan

kerjasama pengelolaan kelompok, kerjasama permodalan dan kerjasama dengan

pihak luar.

Tabel 11. Peran Kelompok Sebagai Wahana Kerjasama

No Uraian

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Kerjasama Permodalan 31,91 12,77 55,32

2 Kerjasama Pengelolaan Kelompok 70,21 25,53 4,00

3 Kerjasama dengan Pihak Luar 85,11 4,00 10,64

Peran sebagai Wahana Kerjasama 41,00 57,45 2,13

Tabel 11 menunjukan peran kelompok sebagai wahana kerjasama sebagian

besar anggota yaitu 57,45% menilai sedang, hal ini menunjukan kelompok sudah

48

cukup mewadahi kerjasama yang baik antar anggota dengan antar anggota dengan

pihak luar yang saling menguntungkan, tingkat kepercayaan dan keterbukaan

kelompok dengan anggota terjalin dengan cukup baik. Hal ini sejalan dengan

penelitian Dewi (2002) menunjukan bahwa jika kelompok berperan baik dalam

wahana kerjasama yakni berperan dalam menjadikan adanya suasana keterbukaan

dan rasa saling percaya antar anggota, maka antar anggota kelompok dapat

bekerjasama dalam menyelesaikan masalah usaha taninya secara bersama, yakni

permasalahan seperti penyediaan input produksi dan penambahan modal.

Aspek peran kelompok sebagai wahana kerjasama yang pertama ialah

Wahana kerjasama dalam permodalan, sebagian besar anggota yaitu sekitar

55,32% menilai rendah, hal ini menunjukan kelompok belum mampu

menginformasikan kepada anggotanya tentang permodalan yang dijalin dengan

pihak pemerintah maupun pihak luar, tetapi ada juga sebagian anggota yang tahu

bahwa adanya jalinan kerjasama permodalan dengan instansi pemerintahan dan

mendapatkan bantuan tersebut.

Aspek peranan kelompok sebagai wahana kerjasama yang kedua ialah

kerjasama dalam pengeloalaan kelompok, sebagian besar anggota yaitu sekitar

70,21% menilai tinggi, hal ini menunjukan kelompok telah melakukan kegiatan

musyawarah atau rapat secara baik guna mendapatkan mufakat dalam

memutuskan kepengurusan dan strategi pengelolaan kelompok yang baik,

kelompok bersikap transparan kepada para anggotanya untuk kegiatan apapun

yang diadakan kelompok serta keuangan yang ada di kelompok dibahas setiap

dalam pertemuan. Kelompok telah melakukan pembagian tugas untuk para

anggotanya secara rata sehingga bisa bekerja dalam kelompok.

49

Aspek peranan kelompok sebagai wahana kerjasama yang ketiga ialah

kerjasama dengan pihak luar, sebagian besar anggota yaitu sekitar 85,11% menilai

tinggi. Hal ini menunjukan jaringan kerjasama dalam hal pengadaan input

produksi maupun permodalan terjalin baik antara kelompok dengan pihak luar

yang saling menguntungkan. Anggota kelompok mengaku sudah mendapatkan

bantuan bibit kambing perah dari pemerintah sebanyak dua kali dan sekali

bantuan mereka mendapatkan 1 bibit kambing perah, menurut para anggota

bantuan tersebut sangat menguntungkan karena anggota keterbatasan dalam

membeli bibit kambing perah tersebut.

4.4. Keberdayaan Peternak

Pengertian dari keberdayaan anggota sebagai peternak kambing perah

adalah keadaan yang menunjukan bahwa peternak memiliki kemampuan dalam

mengembangkan potensinya sebagai pemelihara ternak dan sebagai manajer.

Tabel 12. Keberdayaan Peternak

No Uraian

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Sebagai Pemelihara Ternak 19,00 77,00 4,00

2 Sebagai manajer 10,64 76,60 12,77

Keberdayaan Peternak 6,38 78,72 14,89

Tabel 12 menunjukan kelompok peternak Lebaksiuh sebagian besar

anggota sebesar 78,72% menilai sedang, hal ini menunjukan anggota telah

memiliki keterampilan teknis yang cukup baik dalam beternak, selain itu juga

anggota cukup mampu mengelola usaha ternaknya agar bisa menguntungkan.

Menurut Yunasaf (2008) peternak berdaya dipersonifikasikan sebagai individu

50

yang memiliki keterampilan manajemen yang baik dan sebagai individu yang

otonom.

Peternak berdaya adalah peternak yang bergerak secara dinamis dalam

membudidayakan ternak sehingga tercapai produktifitas yang tinggi, selain itu

peternak berdaya juga harus mampu bergerak secara dinamis dalam menjalankan

usahanya agar dapat maju dan berkembang serta menguntungkan untuk usahanya.

4.4.1. Sebagai Pemelihara ternak

Keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak pembibit, yaitu tingkat

berkembangnya kemampuan peternak di dalam menguasai dan melaksanakan

aspek teknis dalam beternak.

Tabel 13. Keberdayaan Peternak sebagai Pemelihara ternak Pembibit

No Uraian

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Tatalaksana Pembibitan 63,83 19,15 17,02

2 Tatalaksana Pemerahan 27,66 27,66 44,68

3 Tatalaksana penanganan Pasca

Panen 46,81 19,15 34,04

Keberdayaan sebagai Pemelihara

Ternak Pembibit 19,00 77,00 4,00

Tabel 13 menunjukan kelompok peternak Lebaksiuh untuk keberdayaan

sebagai pemelihara ternak dinilai sedang yaitu sebesar 77,00%, hal ini

menunjukan bahwa anggota telah cukup mampu dalam memelihara ternak

mereka. Aspek tersebut meliputi tentang bagaimana pengetahuan dalam memilih

ternak yang baik dan melaksanakan pemilihan atau menyeleksi bibit yang baik,

pengetahuan tentang tatacara pemerahan kambing perah yang baik dan benar serta

melaksanakan pemerahan yang baik dan benar, pengetahuan tentang penanganan

51

pasca panen dari hasil produksi kambing perah misalnya kambing perah dan susu

kambing.

Aspek pertama dari keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak yaitu

pengetahuan seleksi bibit dan pelaksanaannya. Seleksi bibit ini sangat penting

bagi usaha peternakan rakyat agar kambing yang dipelihara oleh peternak akan

menguntungkan dari segala aspek, baik dari aspek ekonomi maupun aspek

pemeliharaan kambing perah. Aspek tatalaksana pembibitan kelompok peternak

Lebaksiuh menilai tinggi yaitu sebesar 63,83%, hal ini menunjukan bahwa

kelompok sudah tahu dalam memilih bibit – bibit kambing perah yang baik

diantaranya anggota menjawab dalam memilih kambing yang baik yaitu dilihat

dari struktur tubuhnya, kesehatan dari kambing tersebut, serta ciri – ciri khusus

seperti telinga kambing panjang terkulai ke bawah, badan kerempeng dengan kaki

panjang, warna bulu putih hitam yang bagus,dll. Hal ini sesuai dengan pendapat

Atabany (2001), ciri-ciri kambing perah Peranakan Etawa adalah telinga berkulai

ke bawah sekitar 30 cm dengan pangkal telinga kuncup, umumnya bertanduk

pendek pada kambing jantan dan betina, badan kerempeng dengan kaki panjang

serta warna bulu belang hitam putih, coklat putih atau merah totol putih. Anggota

peternak juga melaksanakan pemilihan bibit ternak yang sudah tahu ciri kelompok

dan orang lain.

Aspek kedua dari keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak yaitu

pengetahuan dalam melaksanakan pemerahan dan pelaksanaan pemerahan yang

baik dan benar. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai rendah yaitu sebesar

44,68%, hal ini menunjukan bahwa peternak sebagian kecil sudah tahu

pelaksanaan dan pemerahan terhadap kambingnya tetapi sebagian besar tidak tahu

dan jarang memerah kambingnya dikarenakan banyak anggota yang beralasan

52

waktu mereka banyak dihabiskan untuk diladang sehingga tidak sempat memerah.

Sebagian anggota menjelaskan bagaimana tatacara memerah yang baik yaitu

diantaranya membasuh tangan sebelum memerah, mencuci ambing kambing

dengan air hangat supaya lancar dalam pemerahan, wadah penampung yang

digunakan harus bersih dan membasuh ambing setelah pemerahan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Atabany (2001), sebelum pemerahan ambing harus dibasuh

dengan air hangat (50ºC) agar mengurangi kontaminasi ke dalam susu dan untuk

merangsang pengeluaran susu, ambing dikeringkan dengan handuk kering dan

bersih, tukang perah harus bersih misalnya dengan mencuci tangan sebelum

memerah dan setelah pemerahan harus dicuci dengan cairan khusus supaya

mencegah dari penyakit mastitis.

Aspek ketiga dari keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak yaitu

pengetahuan dan pelaksanaan penanganan pasca panen hasil produksi kambing

perah. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai tinggi yaitu sebesar 46,81%,

hal ini menunjukan bahwa anggota sudah tahu bagaimana alur pemasaran hasil

produksi ternak mereka jika ingin mandiri untuk penjualan ternak, susu maupun

kotorannya dan mereka melaksanakan penjualan tersebut jika ingin mandiri.

Anggota biasanya menjual ternaknya kepada bandar yang ada di desa tersebut jika

penerimaan harga di bandar lebih tinggi daripada harga di kelompok tetapi dengan

catatan anggota bisa menjual ke bandar harus ada persetujuan dari kelompok, hal

ini ditujukan untuk menghindari penjualan betina yang produktif serta jantan dan

bibit yang unggul, dimaksudkan supaya kelompok tersebut bisa terus

memberdayakan ternak yang bagus. Dari hasil produksi susu kelompok

membebaskan mau menjual kemana saja asal harga sesuai dengan standar yang

ditentukan kelompok tetapi kebanyakan kambingnya masih jarang di perah,

53

padahal susu tersebut harganya lumayan mahal tetapi karena alasan waktu

anggota tidak banyak yang memerah kambingnya.

4.4.2. Keberdayaan Peternak sebagai Manajer

Keberdayaan peternak sebagai manajer adalah tingkat berkembangnya

kemampuan peternak di dalam pengambilan keputusan untuk mencapai

keberhasilan dari usahanya. Keberdayaan peternak sebagai manajer dinilai dari

tiga karakteristik yaitu Perincian tujuan usaha, penyusunan prioritas

pengembangan usaha, dan pengembangan belajar.

Tabel 14. Keberdayaan Peternak sebagai Manajer

No Uraian

Kategori

Tinggi

...%...

Sedang

...%...

Rendah

...%...

1 Perincian tujuan usaha 21,28 12,77 65,96

2 Prioritas Pengembangan Usaha 29,79 27,66 42,55

3 Pengembangan Belajar 29,79 21,28 48,94

Keberdayaan sebagai Manajer 10,64 76,80 8,38

Tabel 14 menunjukan kelompok peternak Lebaksiuh untuk keberdayaan

sebagai manajer dalam usaha ternaknya dinilai sedang yaitu sebesar 76,80%, hal

ini menunjukan bahwa peternak cukup mampu mengelola usahanya dengan baik,

anggota cukup mampu merinci tujuan usahanya dengan baik sehingga usaha

peternakan tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan mempunyai

indikator keberhasilan dalam usaha ternaknya. Tetapi anggota belum mampu

memprioritaskan usaha peternakan mereka karena umumnya peternakan dijadikan

usaha sampingan. Anggota belum bisa mencoba hal-hal baru dalam

peternakannya dan anggota tidak melakukan pencatatan dalam usahanya sehingga

usaha yang dijalankan tidak jelas keuntungan dan kerugiannya.

54

Karakteristik pertama dari keberdayaan peternak sebagai manajer yaitu

perincian tujuan usahanya. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai rendah

yaitu sebesar 65,96%, hal ini menunjukan bahwa anggota belum bisa berorientasi

ke depan dalam menjalankan usaha peternakannya, belum dapat

memperhitungkan risiko yang akan muncul di dalam usaha mereka dan kurangnya

pengetahuan dalam mengembangkan usahanya karena sebagian besar anggota

masih menjadikan peternakan kambing perah sebagai usaha sampingan.

Ketergantungan anggota terhadap bantuan pemerintah menjadi salah satu faktor

yang kurang mendukung karena anggota menganggap ternak itu pemberian bukan

membeli jadi anggota kurang bersungguh-sungguh untuk beternak.

Karakteristik kedua dari keberdayaan peternak sebagai manajer yaitu

prioritas pengembangan usahanya. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai

rendah yaitu sebesar 42,55%, hal ini menunjukan bahwa kelompok belum mampu

menyisihkan dari keuntungan peternakannya guna mengembangkan usahanya.

Menurut anggota usaha peternakan kambing perah belum bisa mencukupi

kebutuhan sehari-hari mereka karena penghasilannya yang sedikit, biasanya

ternak tersebut dijadikan sebagai tabungan saja jika ada keperluan mendadak

seperti biaya pengobatan dan untuk bayar sekolah. Hal ini menunjukan peternakan

kambing perah yang mereka jalankan belum sepenuhnya di prioritaskan dan

menjadikan usaha peternakan kambing perah sebagai usaha sampingan.

Karakteristik ketiga dari keberdayaan peternak sebagai manajer yaitu

pengembangan belajar. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai rendah yaitu

sebesar 48,94%, hal ini menunjukan bahwa anggota kurangnya kesadaran untuk

belajar dalam pengembangan usahanya, melaksanakan pelatihan dan penyuluhan

55

yang diberikan oleh kelompok dan dinas-dinas terkait (Koperasi, Kelompok

peternak, PPL, BPP, Dinas Peternakan,dll).

4.5. Hubungan antara Peranan Kelompok dengan Keberdayaan Peternak

Kelompok Peternak Lebaksiuh

Cara untuk mengetahui hubungan antara peranan kelompok dengan

keberdayaan peternak kelompok Lebaksiuh dilakukan dengan analisis korelasi

Rank Sperman dan hasil analisis tersebut diinterpretasikan dengan aturan

Guilford. Analisis Rank Sperman dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS for

Windows. Nilai korelasi Rank Sperman antara peran kelompok dengan

keberdayaan peternak menunjukan rs = 0,432, dengan hubungan searah/positif

pada taraf ɑ = 0,01, dan hasil interpretasi menggunakan aturan Guilford

menunjukan hubungan yang cukup berarti antara peran kelompok dengan

keberdayaan peternak.

Dari hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang cukup

berarti antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak pada kelompok

Peternak Lebaksiuh Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Pada kelompok

peternak Lebaksiuh kelompok dinilai tinggi dalam menjalankan peranannya

sebagai kelas belajar, hal ini disebabkan kelompok kelompok telah berperan aktif

dalam melakukan pertemuan, penyelenggaraan pelatihan dan menyampaikan

informasi kepada anggota-anggotanya sehingga selalu mendapat informasi baru

untuk peternak. Kelompok juga telah menjadi wadah untuk para anggota belajar

saling berinteraksi dan berkomunikasi bertukar pikiran tentang masalah usaha

peternakan mereka, hal ini mendorong meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan beternak serta mendorong kemajuan usaha peternakan yang mereka

56

jalankan. Anggota dapat saling berbagi informasi mengenai cara mendapatkan

tambahan modal dari koperasi dan informasi mengenai bantuan dari pemerintah

yang saling menguntungkan serta informasi pemasaran hasil produksi peternakan.

Kelompok peternak Lebaksiuh masih belum optimal dalam peranannya sebagai

wahana kerjasama, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan anggota

dalam mengelola usaha peternakannya sehingga belum bisa bisa bekerjasama

secara maksimal dalam pengadaan input maupun modal, menyebabkan usaha

kelompok belum dapat dikembangkan secara maksimal karena keterbatasan

modal untuk beternak.

Terdapat hubungan positif antara peran kelompok dengan keberdayaan

peternak, hal ini berarti jika kelompok menjalankan peranannya secara baik maka

keberdayaan peternak akan baik juga. Keberdayaan kelompok Peternak Lebaksiuh

kecamatan Karangpawitan kabupaten Garut tergolong ke dalam kategori sedang,

keberdayaan peternak ini dilihat dari keberdayaan sebagai pemelihara ternak dan

sebagai manajer. Menurut Saragih (2001) kelompok tani diupayakan agar dapat

mandiri dalam bidang usahanya dengan mengelola usaha dari hulu ke hilir dengan

efisien dan menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebagian

anggota yang belum menguasai dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak

serta masih kurangnya kemampuan peternak dalam mengambil keputusan guna

mencapai keberhasilan dari usahanya.