1 iv hasil dan pembahasan 1.1 keadaan umum wilayah...

35
37 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Secara administratif, Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan wilayah seluas 7.819,87 Ha. Wilayah Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain: 1. Desa Ciater seluas 1.094.250 Ha 2. Desa Cibeusi seluas 780.100 Ha 3. Desa Cibitung seluas 832.400 Ha 4. Desa Cisaat seluas 1.834.090 Ha 5. Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha 7. Desa Sanca seluas 1.284.030 Ha. Batas administrasi wilayah Kecamatan Ciater berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat. c. Sebelah Timur berbasatasan dengan Kecamatan Kasomalang. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sagalaherang. Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kecamatan Ciater memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Suhu di Kecamatan Ciater berkisar antara 22°C sampai 32°C dengan kelembapan sekitar 60-70%. Jumlah curah hujan tahunan berfluktuasi rata-rata adalah 2.275 mm/tahun yang diiringi pola iklim basah sepanjang tahun. Berdasarkan iklim tersebut daerah Ciater

Upload: trinhkhanh

Post on 09-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

37

1 IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

1.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian

Secara administratif, Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan wilayah seluas 7.819,87 Ha. Wilayah

Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain:

1. Desa Ciater seluas 1.094.250 Ha

2. Desa Cibeusi seluas 780.100 Ha

3. Desa Cibitung seluas 832.400 Ha

4. Desa Cisaat seluas 1.834.090 Ha

5. Desa Nagrak seluas 954.000 Ha

6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

7. Desa Sanca seluas 1.284.030 Ha.

Batas administrasi wilayah Kecamatan Ciater berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat.

c. Sebelah Timur berbasatasan dengan Kecamatan Kasomalang.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sagalaherang.

Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kecamatan Ciater

memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Suhu di Kecamatan

Ciater berkisar antara 22°C sampai 32°C dengan kelembapan sekitar 60-70%.

Jumlah curah hujan tahunan berfluktuasi rata-rata adalah 2.275 mm/tahun yang

diiringi pola iklim basah sepanjang tahun. Berdasarkan iklim tersebut daerah Ciater

Page 2: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

38

potensial untuk pengembangan sapi perah, mengingat kondisi klimatologis yang

mendukung untuk pemeliharaan sapi perah FH di Indonesia yaitu tempat

berketinggian 750-1.250 m dari permukaan laut dan bersuhu 18-30°C dengan

kelembaban 55% (Firman, 2007).

Penduduk Kecamatan Ciater pada Tahun 2013 berjumlah 28.824 jiwa terdiri

dari 14.622 jiwa (50,7%) laki-laki, dan 14.202 jiwa (49,3%) perempuan. Sebagian

besar penduduk Kecamatan Ciater pendidikannya masih tergolong rendah yaitu

lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat. Pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh

penduduk adalah pendidikan strata 3, namun dengan jumlah yang sedikit. Tingkat

pendidikan penduduk di Kecamatan Ciater Tahun 2013 ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Ciater Tahun 2013

NO Pendidikan Laki-laki Perempuan

1 Tamat SD 3.873 3.879

2 Tamat SMP 1.854 1.221

3 Tamat SMA 1.005 854

4 Tamat Perguruan Tinggi 258 168

Jumlah 6.990 6112

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ciater sebagian besar adalah

sebagai petani dan mata pencaharian lainnya adalah sebagai buruh tani, PNS,

pedagang, peternak, dll. Penggolongan penduduk berdasarkan mata pencaharian

dapat dilihat pada Tabel 3.

Sumber: Dokumen Kecamatan Ciater 2013

Page 3: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

39

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Ciater

NO Mata Pencaharian Jumlah

Orang %

1 Petani 3.274 37,04

2 Buruh Tani 1.972 22,31

3 PNS 175 1,98

4 Pengrajin 125 1,41

5 Pedagang Keliling 683 7,73

6 Peternak 257 2,91

7 Perikanan 16 0,18

8 Bidan dan Perawat 30 0,34

9 Dokter 1 0,01

10 TNI/POLRI 26 0,29

11 Pensiunan 334 3,78

12 Pengusaha 133 1,50

13 Karyawan Swasta/Pemerintah 1.615 18,27

14 Jasa Lain 197 2,23

Jumlah 8.838 100,00

Sumber: Kecamatan Ciater 2013

Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ciater yaitu sebagai

petani (37,04%) dan buruh tani (22,31%) karena sebagian besar wilayahnya berupa

tanah perkebunan dan tanah sawah. Masyarakat Kecamatan Ciater yang bekerja

sebagai peternak masih sedikit (2,91%), karena kurangnya ketersediaan lahan yang

dimiliki penduduk Kecamatan Ciater, status pekerjaan lain yang dirasakan lebih

menjamin, merasa terganggu dengan bau limbah sapi, kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang usaha peternakan sapi perah, keterampilan dalam usaha sapi

perah yang kurang memadai, dan permodalan kurang memadai.

Page 4: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

40

1.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Daerah Penelitian

Pada umumnya peternakan sapi perah di wilayah Kecamatan Ciater

merupakan peternakan rakyat atau dengan skala kepemilikan kecil yaitu kurang dari

10 ekor, sehingga mengakibatkan pendapatan yang dihasilkan oleh peternak rendah

dan belum dapat mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Adapun penggolongan

peternakan sapi perah di Kecamatan Ciater dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala Usaha Peternak Sapi Perah di Kecamatan Ciater

NO Skala Usaha Jumlah

Orang %

1 Rendah 65 42,50

2 Sedang 88 57,50

3 Tinggi 0 0,00

Jumlah 153 100,00

Sumber: Kecamatan Ciater 2013

Berdasarkan Tabel 4, peternakan yang ada merupakan peternakan sapi perah

menengah (57,50%) dan peternakan sapi perah rakyat (42,50%). Faktor yang

berhubungan dengan kurangnya perkembangan/ kemajuan usaha sapi perah di

wilayah Kecamatan Ciater yaitu kurangnya intensitas keikutsertaan peternak dalam

penyuluhan/bimbingan teknis usaha sapi perah; atau kurangnya pengetahuan

peternak tentang pengembangan usaha sapi perah; kurang optimalnya perilaku

positif peternak dalam mengelola usaha sapi perah; kurang optimalnya tambahan

Page 5: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

41

modal pengembangan; dan kurang optimalnya sistem pengelolaan yang menjamin

tersedianya

Pada Tahun 2011 masuklah program atas kerjasama antara PT. Danone Dairy

Indonesia dan KPSBU Jabar ke wilayah Kecamatan Ciater. Program tersebut diberi

nama Dairy Development Ciater Program (DDCP), dengan dibantu Yayasan

Sahabat Cipta sebagai pelaksana program. Program DDCP diberikan kepada

peternak sapi perah anggota KPSBU yang berada di wilayah Kecamatan Ciater.

Adapun beberapa program yang diberikan yaitu penerapan teknologi pakan,

kandang, bibit dan penyuluhan.

Teknologi kandang merupakan program perubahan kandang, dimana layout

kandang dan fasilitas kandang diubah dengan model rancangan dari DDCP. Model

layout kandang dari DDCP yaitu terdiri dari adanya kandang pedet (portable),

kandang dara, tempat penyimpanan hijauan, dan tie strap. Teknologi kandang atau

yang biasa disebut dengan Demo Farm tersebut diberikan kepada 11 orang

peternak (ketua kelompok). Selain itu, fasilitas kandang yang diubah yaitu tempat

pakan, tempat minum, pemberian karpet dan instalasi biogas. Tempat pakan yang

sebelumnya masih diatas atau masih beralaskan tanah diubah letaknya sehingga

menjadi di bawah dengan berbahan baku semen. Tempat minum diubah menjadi

tempat minum ad-libitum, sehingga dapat lebih memudahkan peternak dalam

pemberian minum. Perubahan tempat pakan dan tempat minum atau A La Carte

atau pokopan diberikan kepada anggota kelompok.

Teknologi bibit merupakan pemberian penyuluhan tentang bibit yang unggul

dan pemberian kredit bibit bergulir, dimana bibit yang diberikan merupakan bibit

yang sudah diseleksi terlebih dahulu. Adapun dalam pemilihan penerima program

ini terdapat berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu peternak yang tidak memiliki

Page 6: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

42

kredit sebelumnya, kandang peternak mampu menampung sapi kredit tersebut, dan

kejujuran dari peternak. Pemberian bibit bergulir ini terus bergulir dari peternak

satu ke peternak lain, jika uang pembayaran kredit dari peternak sudah bisa untuk

membeli bibit lagi maka bibit tersebut akan digulirkan lagi ke peternak yang belum

mendapatkan. Adanya program teknologi bibit ini selain bertujuan untuk

meningkatkan genetik ternak, juga bertujuan untuk membantu peternak yang tidak

mempunyai modal untuk menambah jumlah ternak yang dimilikinya.

Selain program diatas, ada program teknologi pakan atau pembuatan silase,

namun sebagian besar peternak tidak menerapkan inovasi tersebut karena peternak

menganggap bahwa pembuatan silase terlalu sulit untuk dilakukan serta tidak

memberikan dampak positif bagi ternak.

1.2 Identitas Responden

Responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu

sebanyak 41 peternak KPSBU Jabar yang terdiri dari 11 orag ketua kelompok dan

30 orang anggota kelompok. Adapun karakteristik responden terbagi kedalam 5

karakteristik yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan

pengalaman berternak.

1.2.1 Umur

Umur peternak anggota KPSBU Jabar yang telah mengikuti kegiatan DDCP

sebagai responden dalam penelitian ini berkisar antara 31 - 61 tahun. Untuk uraian

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 7: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

43

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah

Tahun Orang %

1 < 15 0 0,00

2 15-64 36 100,00

3 > 64 0 0,00

Jumlah Total Responden 36 100,00

Umur responden berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja yang pada

akhirnya mempengaruhi usaha ternak. Berdasarkan komposisi penduduk, usia

penduduk dikelompokan menjadi 3, yaitu usia < 15 tahun termasuk golongan usia

belum produktif atau muda, umur 15-64 termasuk golongan usia produktif, dan usia

> 64 termasuk usia tidak produktif atau tua (Badan Pusat Statistika, 2009).

Berdasarkan Tabel 4, seluruh responden (100,00%) termasuk kedalam

kategori usia produktif yaitu pada 15-64 tahun, oleh karena itu diharapkan

partisipasi yang aktif dalam program kegiatan ini. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Atmadilaga (1991), bahwa usia produktif merupakan saat yang baik

untuk melakukan usaha karena tenaga masih potensial, tuntutan tanggung jawab

yang besar, kemauan yang keras serta keinginan untuk menambah pengetahuan

ataupun keterampilan masih besar.

1.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan merupakan lama pendidikan yang ditempuh peternak

pada bangku sekolah. Pendidikan memengaruhi cara berpikir peternak, yang

gilirannya akan mempengaruhi tingkat kedinamisan peternak dalam menjalankan

Page 8: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

44

usahanya. Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang

teknologi pertanian baru (Soekartawi, 2005). Tingkat pendidikan yaitu pendidikan

terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang

mempengaruhi perilaku individu, makin tinggi pendidikan yang diperoleh

seseorang selama hidupnya maka akan memberikan peningkatan kemampuan dan

kemauan peternak untuk berpartisipasi, hal tersebut dapat terjadi karena kemudahan

peternak dalam menerima informasi teknologi dan inovasi, semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin mudah dan cepat dalam menerima inovasi

(Rogers, 1983), sehingga semakin cepat seseorang menerima informasi maka akan

semakin besar kemungkinan untuk berpartisipasi dalam program DDCP ini. Hal

tersebut didukung oleh ungkapan Soemanto R B (1981) bahwa mereka yang

memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partisipasinya

dalam pembangunan.

Pendidikan terbagi kedalam dua jenis yaitu pendidikan formal dan

pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini

mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah, sampai pendidikan tinggi, sedangkan Pendidikan nonformal adalah jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang.Tingkat pendidikan responden bervariasi yang dimulai dari Sekolah

Dasar (SD) hingga lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Adapun karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat diajukan pada Tabel 6.

Page 9: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

45

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Peternak %

1 SD 24 66,70

2 SMP 12 33,30

Jumlah Total Responden 36 100,00

Dari Tabel diatas terlihat bahwa responden lebih banyak lulusan Sekolah

Dasar (SD) yaitu sebanyak 24 peternak (66,70%), hal ini dikarenakan keterbatasan

kemampuan ekonomi yang mereka miliki, sehingga rendahnya tingkat pendidikan

akan mempengaruhi rendahnya tingkat penerimaan informasi, sedangkan sisanya

terdiri dari lulusan SMP sebanyak 12 orang (33,30%). Menurut Ahmadi (2003),

dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang

mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Tingkat

pendidikan formal yang rendah membuat responden mengalami kesulitan dalam

menerima dan menerapkan ilmu pengetahuan walaupun demikian, hal tersebut

bisa dibantu dengan pendidikan nonformal seperti pengalaman beternak dan dari

kegiatan penyuluhan yang diadakan dalam program DDCP. Pendidikan nonformal

atau penyuluhan dapat membantu peternak secara teknis dalam kegiatan

pemeliharaan sapi perah sehingga dapat mencapai keberhasilan usaha.

1.2.3 Mata Pencaharian

Pekerjaan pokok yang dimiliki oleh responden yakni berternak sapi perah

dengan pekerjaan sampingan diantaranya bertani, berkebun, dsb. Selain itu adapula

yang menjadikan peternakan sapi perah sebagai pekerjaan sampingan dimana

pekerjaan pokoknya sebagai pemetik teh dan pegawai perkebunan.

Page 10: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

46

Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Pokok Jumlah

Peternak %

1 Peternak 35 97,20

2 Pegawai BUMD 1 2,80

Jumlah Total Responden 36 100,00

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki

pekerjaan pokok sebagi peternak yaitu sebanyak 35 peternak (97,20%) dan 1 orang

peternak memiliki pekerjaan pokok sebagai pegawai BUMD (Badan Usaha Milik

Daerah). Sebagian besar responden menjadikan usaha peternakan sebagai usaha

pokok karena responden tersebut merasa telah dapat mencukupi kebutuhan hidup

keluarganya dengan skala kepemilikan rata-rata 5-6 ekor, tidak mendapatkan

pekerjaaan lain dll. Banyaknya sapi perah produktif berhubungan dengan produksi

susu yang dihasilkan. Semakin banyak sapi perah produktif yang dimiliki maka

akan semakin banyak susu yang dihasilkan. Beberapa responden memiliki usaha

sampingan bahkan menjadikan usaha selain peternakan sebagai pekerjaan pokok

disebabkan karena usaha sapi perah yang dimilikinya belum mampu mencukupi

seluruh biaya kehidupan keluarganya.

1.2.4 Pengalaman Berternak

Pengalaman merupakan salah satu faktor pendukung dalam suatu kegiatan

usaha karena dengan adanya pengalaman akan menambah pengetahuan yang

dimiliki. Pengalaman berternak merupakan salah satu faktor yang menentukan

berkembang tidaknya suatu usaha ternak (Mosher, 1968). Berdasarkan analisis data

Page 11: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

47

yang diperoleh, dapat dilihat pengalaman berternak dari responden pada tabel

berikut ini.

Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berternak

No Pengalaman Berternak Jumlah

Tahun Peternak %

1 1-10 27 75,00

2 11-20 5 13,89

3 21-30 4 11,11

JUMLAH 41 100,00

Dari Tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 27

peternak (75,00%) memiliki pengalaman antara 1-10 tahun, sebesar 5 peternak

(13,89%) responden tergolong cukup berpengalaman yaitu antara 11-20 tahun

berternak sapi perah dan sebesar 4 peternak (11,11%) responden tergolong sudah

sangat berpengalaman yaitu antara 21-30 tahun. Pengalaman berternak dapat

berpengaruh terhadap baik buruknya peternak dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi, didukung oleh pendapat Lestari (2009) yang menyatakan bahwa

pengalaman peternak dalam menjalankan usahanya akan memudahkan dalam

mengatasi masalah dan pengambilan keputusan, serta memiliki. Pengalaman juga

menentukan berhasil tidaknya seorang peternak mengusahakan suatu jenis usaha

tani ditentukan oleh lamanya beternak.

Page 12: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

48

1.3 Partisipasi Peternak Sapi Perah Dalam Program DDCP

Partisipasi merupakan keikutsertaan serta peran seseorang dalam kegiatan

bersama dalam situasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Partisipasi itu terjadi

baik dibidang fisik maupun dibidang mental serta dibidang penentuan

kebijaksanaan (Ensiklopedi, 2008). Penilaian partisipasi peternak digolongkan

menjadi tiga kategori yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah.

1.3.1 Partisipasi Ketua Kelompok

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, partisipasi seluruh ketua

kelompok peternak dalam program DDCP termasuk kedalam kategori tinggi

(Lampiran 10). Hal tersebut menunjukan bahwa ketua kelompok ikut serta dan

berperan secara aktif dalam program DDCP tersebut. Indikator dari partisipasi

ketua kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring

serta evaluasi.

Tabel 9 Partisipasi Ketua Kelompok

No Partisipasi

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Perencanaan 0,00 100,00 0,00

2 Pelaksanaan 100 0,00 0,00

3 Monitoring dan Evaluasi 63,64 36,36 0,00

Partisipasi ketua kelompok dalam program

DDCP 100,00 0,00 0,00

1.3.1.1 Perencanaan

Partisipasi dalam kegiatan perencanaan yaitu keterlibatan peternak dalam

bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang

Page 13: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

49

kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini dilihat keikutsertaan

peternak dalam 3 aspek perencanaan yaitu keikutsertaan Perencanaan dinilai

berdasarkan tiga aspek, yaitu kehadiran dan keaktifan ketua kelompok dalam

kegiatan sosialisasi awal serta pengumpulan data situasi awal, keikutsertaan dalam

menentukan kebutuhan dan keikutsertaan dalam menentukan tujuan yang hendak

dicapai. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jahi (2002) bahwa perencanaan

meliputi empat tahap yaitu menentukan situasi awal, menentukan situasi yang

diinginkan, menentukan kebutuhan dan masalah dan menentukan tujuan yang

hendak dicapai. Uraian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Partisipasi Ketua Kelompok Dalam Perencanaan Program

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Kehadiran dan keaktifan ketua kelompok

dalam kegiatan sosialisasi awal serta

pengumpulan data situasi awal

90,90 9,090 0,00

2 Keikutsertaan dalam menentukan kebutuhan 0,00 0,00 100,00

3 Keikutsertaan dalam menentukan tujuan

yang hendak dicapai 0,00 100,00 0,00

Perencanaan 0,00 100,00 0,00

Aspek perencanaan pertama yang diteliti yaitu kehadiran dan keaktifan

ketua kelompok dalam kegiatan sosialisasi awal serta pengumpulan data situasi

awal. Sebanyak 10 orang ketua kelompok (90,90%) hadir dalam kegiatan

sosialisasi awal dan aktif berpendapat dalam kegiatan sosialisasi awal serta

memberikan data situasi awal kepada petugas lapangan. Data situasi awal yang

Page 14: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

50

diberikan yaitu mengenai data produksi susu yang dihasilkan dan jumlah populasi

yang dimiliki. Sebanyak satu orang ketua kelompok (9,090%) hadir dalam kegiatan

sosialisasi awal namun tidak ikut berpendapat secara aktif dan memberikan data

situasi awal kepada petugas lapangan.

Aspek perencanaan kedua yang diteliti yaitu keikutsertaan ketua kelompok

dalam menentukan kebutuhan dimana ketua kelompok memberikan saran tentang

kebutuhan yang dibutuhkan saat program dilaksanakan seperti sarana dan prasarana

yang akan digunakan dalam kegiatan. Sebanyak 11 ketua kelompok (100,00%)

tidak ikut serta dalam menentukan kebutuhan untuk program kegiatan DDCP,

alasan yang diberikan yatu seluruh kebutuhan sudah ditentukan oleh pihak KPSBU,

Danone dan Yayasan Sahabat Cipta.

Aspek perencanaan yang ketiga yaitu keikutsertaan ketua kelompok dalam

menentukan tujuan yang hendak dicapai setelah program berlangsung. Sebanyak

11 orang ketua kelompok (100,00%) hanya ikut serta dalam memberikan saran dan

masukan mengenai beberapa tujuan yang telah ditentukan oleh pihak DDCP.

Tujuan yang disebutkan oleh responden yaitu meningkatnya jumlah populasi, dan

meningkatnya produksi susu yang dihasilkan karena dengan meningkatnya hal

tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga mereka dapat memenuhi

segala kebutuhan hidup keluarga.

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak

11 orang ketua kelompok (100,00%) partisipasinya dalam aspek perencanaan

termasuk kedalam kategori sedang, karena beberapa aspek pada tahap perencanaan

telah ditentukan oleh pihak DDCP dan tidak banyak melibatkan peternak, hal

terebut tidak sesuai dengan pendapat Cohen dan Uphoff (1977) bahwa sebagai

pihak yang ikut menentukan jalannya pembangunan, maka didalam pembangunan

Page 15: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

51

yang partisipatif masyarakat harus terlibat dalam setiap tahap dalam partisipasi

salah satunya yaitu tahap perencanaan dengan menjunjung prinsip memberdayakan

dan demokratis.

1.3.1.2 Pelaksanaan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh seluruh ketua kelompok

berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan program DDCP, karena subjek utama

pada tahap pelaksanaan ini yaitu peternak tersebut.

Tabel 11 Partisipasi Ketua Kelompok Dalam Pelaksanaan Program

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Keterlibatan ketua dalam kesediaan

memberikan dana, sarana dan prasarana.

100,00 0,00 0,00

2 Keterlibatan ketua dalam pemilihan sapi

kredit dalam program perbibitan bergulir

27,30 0,00 72,70

3 Pelaksanaan pembayaran sapi kredit dalam

program perbibitan bergulir

100,00 0,00 0,00

4 Keterlibatan ketua dalam pemeliharaan

kandang yang telah direnovasi

100,00 0,00 0,00

5 Intensitas kehadiran ketua dalam kegiatan

peyuluhan yang diadakan oleh Yayasan

Sahabat Cipta

100,00 0,00 0,00

6 Kemudahan ketua kelompok dalam

menerima materi penyuluhan yang telah

diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta

100,00 0,00 0,00

7 Kemudahan ketua dalam menyampaikan

materi penyuluhan kepada anggota

100,00 0,00 0,00

Pelaksanaan 100,00 0,00 0,00

Page 16: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

52

Aspek pelaksanaan pertama yang diteliti yaitu keterlibatan peternak dalam

kesediaan memberikan dana, sarana maupun prasarana. Sebanyak 11 responden

(100,00%) memberikan jawaban bersedia memberikan dana, sarana dan prasarana,

karena pada saat melaksanakan program DDCP mereka telah mengeluarkan biaya

dan mengorbankan tanahya. Seperti halnya salah satu responden yaitu Pak Carman,

beliau telah mengeluarkan biaya kurang lebih Rp.10.000.000 pada saat

pembangunan Demo Farm untuk biaya-biaya tak terduga dan konsumsi serta

mengorbankan tanahnya untuk dibangun Demo Farm.

Aspek pelaksanaan yang kedua yaitu keterlibatan peternak dalam pemilihan

sapi yang akan dikredit untuk program perbibitan bergulir. Sebanyak 3 responden

(27,30%) memberikan jawaban bahwa mereka bersama-sama memilih bibit sapi

perah yang baik dalam program perbibitan bergulir dan sebanyak 8 rsesponden

(72,70%) memberikan jawaban bahwa mereka hanya menerima sapi yang telah

dipilihkan oleh pihak DDCP, namun peternak diberikan penyuluhan tentang

bagaimana cara memilih sapi yang baik.

Aspek pelaksanaan yang ketiga yaitu pelaksanaan pembayaran sapi kredit

dalam program perbibitan bergulir. Sebanyak 11 responden (100,00%)

melaksanakan pembayaran sapi kredit dengan sebagian susu yang disetorkan setiap

harinya kepada KPSBU dan uang hasil penjualan pedet.

Aspek pelaksanaan yang keempat yaitu keterlibatan peternak dalam

pemeliharaan kandang yang telah direnovasi. Sebanyak 11 responden (100,00%)

merawat kandang yang telah direnovasi oleh pihak DDCP dengan baik serta

melakukan perbaikan bila ada kerusakan.

Pelaksanaan yang kelima yaitu intensitas kehadiran peternak dalam

kegiatan peyuluhan yang diadakan oleh Yayasan Sahabat Cipta. Sebanyak 11

Page 17: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

53

responden (100,00%) selalu hadir dalam setiap pertemuan minimal 9 pertemuan

dari 11 kegiatan penyuluhan. Peternak merasa lebih termotivasi untuk mengikuti

kegiatan penyuluhan karena bagi peternak yang telah mengikuti penyuluhan

minimal 10 kali akan mendapatkan sebuah reward berupa alat-alat perkandangan

seperti ember dan timbangan.

Aspek pelaksanaan yang keenam yaitu kemudahan ketua kelompok dalam

menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta.

Sebanyak 11 responden (100,00%) merasa mudah dalam menerima materi

penyuluhan yang telah diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta karena metode yang

diberikan yaitu berupa praktek langsung dalam kegiatan tersebut serta untuk

mengatasi daya ingat peternak yang mudah lupa, Yayasan Sahabat Cipta

memberikan sebuah komik dari setiap tema penyuluhan agar peternak lebih tertarik

untuk membaca sehingga materi dapat lebih mudah dimengerti dan diingat.

Aspek pelaksanaan yang ketujuh yaitu kemudahan ketua dalam

menyampaikan materi penyuluhan kepada anggota. Sebanyak 11 responden

(100,00%) merasa mudah dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada aggota

kelompok karena metode yang digunakan berupa praktek langsung dengan alat-alat

yang telah difasilitasi oleh Yayasan Sahabat Cipta.

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak

11 orang ketua kelompok (100,00%) partisipasinya dalam aspek pelaksanaan

termasuk kedalam kategori tinggi. Seluruh uraian diatas sesuai dengan pendapat

Jahi (2002) bahwa partisipasi dalam tahap pelaksanaan yaitu keterlibatan dalam

kesediaan peternak untuk penyediaan dana, pengadaan sarana dan korbanan

waktu/tenaga sejak persiapan kegiatan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan

kegiatan.

Page 18: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

54

1.3.1.3 Monitoring dan Evaluasi

Berdasarkan jenisnya evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

terminal evaluation atau evaluasi akhir yaitu monitoring yang dilaksanakan paling

tidak enam sampai dua belas bulan setelah program DDCP berakhir. Menurut Musa

(2005) fungsi evaluasi yaitu memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan

suatu program, menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program, melakukan

pengendalian pelaksanaan program dan memberikan umpan balik bagi perbaikan

pelaksanaan program. Monitoring dan evaluasi pada program DDCP dinilai

berdasarkan lima aspek, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 Partisipasi Ketua Kelompok Dalam Monitoring dan Evaluasi Program

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Keikutsertaan ketua dalam mengisi data yang

diberikan setiap 15 hari 36,36 63,64 0,00

2 Kemudahan ketua dalam mengikuti program

perbibitan bergulir 100,00 0,00 0,00

3 Pemakaian dan perawatan inovasi teknologi

kandang setelah program DDCP selesai 100,00 0,00 0,00

4 Penerapan inovasi teknologi kandang pada

kandang yang lain 0,00 36,36 63,64

5 Penerapan inovasi yang diberikan pada

program penyuluhan setelah program DDCP

selesai

27,27 72,73 0,00

Evaluasi dan Monitoring 63,64 36,36 0,00

Aspek monitoring yang diteliti yaitu mengenai keikutsertaan peternak dalam

mengisi data yang diberikan setiap 15 hari. Sebanyak 4 responden (36,36%) selalu

Page 19: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

55

mengisi form data yang diberikan oleh pihak Yayasan Sahabat Cipta setiap 15 hari,

sedangkan sebanyak 5 responden (63,64%) jarang melakukan pengisian data

sendiri melainkan dengan bantuan dari petugas lapangan, misalnya seperti berikut:

(1) peternak meminta petugas untuk mengisi atau menuliskan data pada form dan

didampingi oleh peternak tersebut dan (2) peternak meminta petugas untuk

sepenuhnya mengisi data pada form, dengan alasan malas atau lupa mengisi pada

form yang telah diberikan seminggu sebelumnya. Monitoring pada program DDCP

ini yaitu untuk mengetahui apakah program yang dibuat berjalan dengan baik

sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan.

Aspek evaluasi pertama yang diteliti yaitu kemudahan dalam mengikuti

program perbibitan bergulir. Sebanyak 11 responden (100,00%) merasa sangat

mudah dalam mengikuti kegiatan bibit bergulir tersebut karena setiap ketua

kelompok dipastikan mendapatkan program perbibitan bergulir adapun syarat yang

diberlakukan untuk mendapatkan program perbibitan bergulir yaitu (1) peternak

Demo Farm atau ketua kelompok; (2) memiliki lahan yang memadai; (3)

mendapatkan dukungan dari anggota kelompok.

Aspek evaluasi kedua yang diteliti yaitu pemakaian dan perawatan inovasi

teknologi kandang setelah program DDCP selesai. Sebanyak 11 responden

(100,00%) masih memakai dan merawat kandang dan peralatan yang telah

diberikan dengan baik serta memperbaikinya bila ada kerusakan karena mereka

merasa memiliki tanggung jawab dalam memakai dan merawat semua yang telah

mereka dapatkan dengan kemudahan yang diberikan.

Aspek ketiga yang diteliti yaitu penerapan inovasi teknologi kandang pada

kandang yang lain. Sebanyak 4 responden (36,36%) menerapkan sebagian inovasi

teknologi kandang yang telah diberikan oleh DDCP pada kandang yang lain dengan

Page 20: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

56

menggunakan biaya sendiri seperti model bak pakan dan bak minum dll, alasan

yang diberikan yaitu karena mereka merasa biaya yang dikeluarkan lebih ringan

namun kandang yang mereka bangun sudah dapat memenuhi standar, sedangkan

sebanyak 7 responden (63,64%) belum menerapkan inovasi teknologi pada

kandang yang lain karena belum memiliki biaya untuk membangun kandang

ataupun memperbaiki kandang yang belum sesuai standar.

Aspek keempat yang diteliti yaitu penerapan inovasi yang diberikan pada

program penyuluhan setelah program DDCP selesai. Sebanyak 3 responden

(27,27%) masih menerapkan keseluruhan inovasi yang diberikan selama program

penyuluhan karena mereka telah merasakan banyak manfaat dari setiap inovasi

yang diberikan pada kegiatan penyuluhan, sedangkan sebanyak 8 responden

(72,73%) hanya menerapkan sebagian inovasi yang telah diberikan. Adapun

inovasi yang mereka rasakan kurang bermanfaat yaitu seperti pembuatan silase,

karena pembuatan silasi yang telah dilakukan oleh kedelapan responden tersebut

tidak ada pengaruh terhadap kenaikan produksi susu yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil analisis data, partisipasi ketua kelompok pada program

DDCP termasuk kategori tinggi atau sudah sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekartawi (1999) bahwa dalam

menilai keefektivan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian

hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Page 21: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

57

1.3.2 Partisipasi Anggota Kelompok

Partisipasi anggota kelompok merupakan keikutsertaan peternak (anggota

kelompok) dalam program kegiatan DDCP yang dilaksanakan guna mencapai

tujuan yang sama. Berdasarkan hasil analisis, bahwa tingkat partisipasi anggota

kelompok di daerah penelitian termasuk kedalam kategori sedang karena tidak

semua peternak terlibat secara aktif dalam setiap tahap partisipasi yang

dilaksanakan. Indikator dari partisipasi anggota kelompok dilihat dari 2 aspek yaitu

pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi.

Tabel 13 Partisipasi Anggota Kelompok

No Partisipasi

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Pelaksanaan 84,00 16,00 0,00

2 Monitoring dan Evaluasi 52,00 48,00 0,00

Partisipasi Anggota Kelompok 72,00 28,00 0,00

1.3.2.1 Pelaksanaan

Partisipasi dalam pelaksanaan pada anggota kelompok dinilai berdasarkan

lima aspek, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 22: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

58

Tabel 14 Partisipasi Anggota Kelompok Dalam Pelaksanaan Program

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Keterlibatan anggota dalam kesediaan

memberikan dana, sarana dan prasarana

serta pengorbanan waktu pada program

56,00 40,00 4,00

2 Keterlibatan anggota dalam pemakaian

pemeliharaan bak pakan dan bak minum

yang telah direnovasi

28,00 72,00 0,00

3 Intensitas kehadiran anggota dalam

kegiatan penyuluhan

80,00 20,00 0,00

4 Tempat melaksanakan kegiatan penyuluhan

yang diberikan oleh Ketua kelompok

52,00 40,00 8,00

5 Kemudahan anggota kelompok dalam

menerima materi penyuluhan yang telah

diberikan oleh ketua kelompok

68,00 32,00 0,00

Pelaksanaan 84,00 16,00 0,00

Aspek pelaksanaan pertama yang diteliti yaitu keterlibatan peternak dalam

kesediaan memberikan dana, sarana dan prasarana serta pengorbanan waktu pada

program. Sebanyak 14 responden (56,00%) bersedia memberikan dana, sarana dan

prasarana serta tentu bersedia memberikan pengorbanan waktu terhadap program

ini karena sebagian besar responden bermata pencaharian pokok sebagai peternak

sehingga hampir separuh waktunya untuk berternak. Dana yang diberikan dalam

program ini misalnya (1) sarana dan prasarana, yaitu bak pakan dan bak minum

yang akan direnovasi serta peralatan lainnya; (2) konsumsi untuk pekerja saat

membangun A La Carte dan saat kegiatan penyuluhan, dan lain-lain. Sebanyak 10

responden (40,00%) hanya bersedia menyediakan sarana dan pasarana seperti bak

pakan dan bak minum yang akan direnovasi karena mereka merasa tidak sanggup

Page 23: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

59

dalam menyediakan dana. Sebanyak 1 orang tidak bersedia memberikan dana,

sarana dan prasarana.

Aspek pelaksanaan kedua yang diteliti yaitu keterlibatan peternak dalam

pemakaian pemeliharaan bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi.

Sebanyak 7 responden (28,00%) memelihara dengan baik bak pakan dan bak

minum yang telah direnovasi oleh DDCP saat program tersebut berlangsung serta

memperbaikinya apabila terjadi kerusakan pada bak pakan dan bak minum tersebut.

Sebanyak 18 responden (72,00%) memelihara dengan baik bak pakan dan bak

minum yang telah direnovasi oleh DDCP saat program tersebut berlangsung.

Aspek pelaksanaan yang ketiga yaitu intensitas kehadiran peternak dalam

kegiatan penyuluhan. Sebanyak 20 responden (80,00%) selalu hadir 9-12

pertemuan dalam kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh ketua kelompok,

mereka termotivasi untuk selalu hadir dalam kegiatan penyuluhan karena setiap

peternak yang hadir minimal 10 kegiatan penyuluhan akan mendapatkan reward

berupa timbangan. Sedangkan 5 responden (20,00%) hanya menghadiri 5-8

pertemuan karena ada beberapa kegiatan yang membuat berhalangan hadir pada

kegiatan penyuluhan.

Aspek pelaksanaan yang keempat yaitu tempat melaksanakan kegiatan

penyuluhan yang diberikan oleh Ketua kelompok. Sebanyak 13 responden

(52,00%) memberikan jawaban bahwa ketua selalu memberikan kegiatan

penyuluhan di balai yang telah disediakan. Sedangkan sebanyak 10 responden

(40,00%) memberikan jawaban bahwa ketua memberikan kegiatan penyuluhan di

balai yang telah disediakan sebanyak 5-8 kali. Sebanyak 2 responden (8,00%)

memberikan jawaban bahwa ketua memberikan kegiatan di balai yang telah

disediakan sebanyak 1-4 kali. Adapun beberapa alasan yang diberikan yaitu

Page 24: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

60

karena: (1) balai dipakai untuk tempat parker mobil; (2) Ketua merasa lebih nyaman

untuk memberikan kegiatan penyuluhan di tempat lain, dll.

Aspek pelaksanaan yang kelima yaitu kemudahan anggota kelompok dalam

menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh ketua kelompok. Sebanyak

17 responden (68,00%) merasa bahwa materi penyuluhan yang disampaikan oleh

ketua kelompok mudah untuk dipahami karena metode yang diberikan berupa

praktek langsung sehingga mudah untuk diaplikasikan kedalam kegiatan di

kandang sehari-hari. Sedangkan sebanyak 8 responden (32,00%) merasa bahwa

materi penyuluhan yang disampaikan oleh ketua kelompok mudah untuk dipahami

namun ada jarang menggunakan alat peraga atau praktek langsung.

1.3.2.2 Monitoring dan Evaluasi

Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi pada anggota kelompok dinilai

berdasarkan empat aspek, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15 Partisipasi Anggota Kelompok Dalam Monitoring dan Evaluasi Program

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Keikutsertaan anggota dalam mengisi data

yang diberikan setiap 15 hari

44,00 52,00 4,00

2 Pemakaian dan perawatan inovasi

teknologi bak pakan dan bak minum

setelah program DDCP selesai

92,00 8,00 0,00

3 Penerapan inovasi bak pakan dan bak

minum pada kandang yang lain

24,00 68,00 8,00

4 Penerapan inovasi yang diberikan pada

program penyuluhan setelah program

DDCP selesai

4,00 96,00 0,00

Perencanaan 52,00 48,00 0,00

Page 25: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

61

Pada tabel 15 menunjukan bahwa terdapat dua aspek yaitu aspek monitoring

dan aspek evaluasi. Aspek monitoring yang diteliti yaitu mengenai keikutsertaan

peternak dalam mengisi data yang diberikan setiap 15 hari. Sebanyak 11 responden

(44,00%) selalu mengisi form data yang diberikan oleh pihak Yayasan Sahabat

Cipta setiap 15 hari, sedangkan sebanyak 13 responden (52,00%) jarang melakukan

pengisian data sendiri melainkan dengan bantuan dari petugas lapangan seperti

peternak meminta petugas untuk mengisi atau menuliskan data pada form dan

didampingi oleh peternak tersebut. Sebanyak 1 responden (4,00%) tidak mengisi

sendiri form yang diberikan petugas setiap 15 hari, melainkan peternak meminta

petugas untuk sepenuhnya mengisi data pada form. Adapun alasan yang diberikan

responden yaitu karena form yang diberikan seminggu sebelumnya hilang dan

alasan yang kedua yaitu kesibukan responden.

Aspek evaluasi pertama yang diteliti yaitu Pemakaian dan perawatan

inovasi teknologi bak pakan dan bak minum setelah program DDCP selesai.

Sebanyak 23 responden (92,00%) masih memakai dan merawat bak pakan dan bak

minum yang telah direnovasi dengan baik serta memperbaikinya bila ada kerusakan

karena mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam memakai dan merawat

semua yang telah mereka dapatkan dengan kemudahan yang diberikan. Sebanyak

2 responden (8,00%) masih memakai dan merawat bak pakan dan bak minum yang

telah direnovasi namun tidak memperbaiki bila ada kerusakan.

Aspek evaluasi kedua yang diteliti yaitu penerapan inovasi teknologi

kandang pada kandang yang lain. Sebanyak 6 responden (24,00%) menerapkan

keseluruhan inovasi bak pakan dan bak minum pada kandang yang lain dan

sebanyak 17 responden (68,00%) menerapkan sebagian inovasi teknologi kandang

yang telah diberikan oleh DDCP pada kandang yang lain dengan menggunakan

Page 26: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

62

biaya sendiri seperti model bak pakan atau bak minum yang adlibitum walaupun

menggunakan peralatan yang masih sederhana, alasan yang diberikan yaitu karena

mereka merasa biaya yang dikeluarkan lebih ringan namun kandang yang mereka

bangun sudah dapat memenuhi standar, sedangkan sebanyak 2 responden (8,00%)

belum menerapkan inovasi teknologi pada kandang yang lain karena belum

memiliki biaya untuk membangun kandang baru ataupun memperbaiki bak pakan

dan bak minum yang belum sesuai dengan standar.

Aspek keempat yang diteliti yaitu penerapan inovasi yang diberikan pada

program penyuluhan setelah program DDCP selesai. Sebanyak 24 responden

(96,67%) masih menerapkan inovasi yang diberikan oleh DDCP namun hanya

beberapa inovasi saja seperti inovasi bak pakan dan bak minum, tata cara

pemerahan, kesehatan dan pengobatan hewan, sedangkan 1 (3,33%) masih

menerapkan keseluruhan inovasi yang telah diberikan pada program DDCP.

Adapun inovasi yang tidak mereka terapkan setelah progrsm DDCP selesai yaitu

pembuatan silase karena mereka merasa kurang merasakan efek kenaikan produksi

susu pada sapi yang telah diberikan pakan silase.

Menurut Soekartawi (1999) bahwa dalam menilai keefektivan suatu

program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis, sebanyak

13 orang anggota kelompok (52,00%) partisipasinya dalam aspek monitoring dan

evaluasi termasuk kedalam kategori tinggi dan sisanya sebanyak 12 responden

lainnya (48,00%) partisipasinya dalam aspek monitoring dan evaluasi termasuk

kedalam kategori sedang. Hal tersebut menandakan bahwa pencapaian hasil

kegiatan program yang sesuai dengan tujuan awal yang telah ditetapkan hanya

Page 27: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

63

dirasakan oleh setengah dari responden atau belum semua peternak dapat

menerapkan inovasi yang telah diberikan oleh DDCP.

1.4 Keberhasilan Usaha Pada Peternak Sapi Perah di Ciater

Keberhasilan dalam usaha ternak menurut Reijntjes, dkk. (1999), tidak

terlepas dari pengkajian sistem pengembangan usaha ternak dengan memperhatikan

tujuan dari rumah tangga berkenaan dengan proses dan hasil usaha ternak. Tujuan

tersebut dapat dilihat dari beberapa komponen yaitu peningkatan populasi sapi,

produksi susu dan penerimaan yang diterima setiap tahunnya. Keberhasilan usaha

dalam penelitian ini terbagi kedalam dua kelompok, yaitu keberhasilan usaha pada

ketua kelompok dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok.

1.4.1 Keberhasilan Usaha Pada Ketua Kelompok

Menurut Sjahir (2003) agar peternak sapi perah dapat berhasil di dalam usaha

sapi perahnya sehingga lebih menguntungkan, maka harus memiliki bibit unggul

(rata-rata produksi 4270 liter), menguasai permasalahan teknis peternakan mulai

dari perkandangan, sistem pemeliharaan, manajemen kesehatan, pengaturan

perkawinan dan pemberian pakan yang benar.

Berdasarkan hasil analisis, tingkat keberhasilan usaha ketua kelompok di

daerah Ciater termasuk kedalam kategori sedang. Indikator dari keberhasilan usaha

ketua kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu peningkatan populasi sapi perah yang

dimiliki, peningkatan produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari dan

penerimaan yang didapatkan setiap 15 hari.

Page 28: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

64

Tabel 16. Tingkat Keberhasilan Ketua Kelompok Setelah Mengikuti Program

DDCP

No Uraian Kategori Penilaian Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Pertambahan populasi sapi perah yang

dimiliki dari saat sebelum hingga

setelah mengikuti program

18.18 72.73 9.09

2 Peningkatan jumlah produksi susu yang

dihasilkan dari saat sebelum dan setelah

mengikuti program

18.18 81.82 0.00

3 Peningkatan penerimaan peternak dari

sebelum dan setelah peternak mengikuti

program DDCP

36.36 45.45 18.18

Keberhasilan Usaha 18.18 81.82 0.00

Aspek keberhasilan usaha pertama yang diteliti yaitu pertambahan populasi

sapi perah yang dimiliki dari saat sebelum hingga setelah mengikuti program.

Sebanyak 1 responden (9,09%) yaitu Pak Endang Subarna, populasi sapi perah yang

dimilikinya menurun dari tahun 2012 memiliki 3,25 ST (Satuan Ternak) hingga

tahun 2014 hanya memiliki 2,75 ekor, dengan alasan yang diberikan yaitu karena

beberapa ternaknya dijual karena ada beberapa keperluan yang mendesak misalnya

untuk membiayai pernikahan anaknya. Sebanyak 2 responden (18,18%), populasi

sapi perah yang dimilikinya meningkat atau bertambah lebih dari 25%, rata-rata

peningkatan populasi yang dimiliki pada tahun 2012-2013 yaitu sebanyak 5 ST lalu

pada tahun 2013-2014 rata-rata peningkatan yaitu sebanyak 1,5 ST. salah satu

faktor pendukung yang membuat populasi sapi perah yang dimiliki bertambah yaitu

program bantuan bibit bergulir dan modal yang mencukupi, sedangkan penurunan

populasi disebabkan adanya kebutuhan untuk biaya tak terduga seperti biaya

Page 29: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

65

kehidupan sehari-hari dan menutupi biaya produksi untuk sapi yang sedang

mengalami kering kandang. Sebanyak 8 responden (72,73%) mengalami

pertambahan populasi yang dimiliki hingga 25%, peningkatan yang terjadi pada

tahun 2012-2013 yaitu sebanyak 0,5 ST sedangkan pad atahun 2013-2014 terjadi

penurunan dengan rata-rata 0,25 ST.

Aspek keberhasilan usaha kedua yang diteliti yaitu peningkatan jumlah

produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari. Sebanyak 9 responden (81,82%),

produksi susu sapi perah yang dihasilkan per ekor setiap harinya meningkat hingga

25%, rata-rata produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu 13,5

liter/ekor/hari hingga 2014 meningkat hingga 16,5 liter/ekor/hari. Sebanyak 2

responden (18,18%), produksi susu yang dihasilkan per ekor setiap harinya

meningkat lebih dari 25%, rata-rata produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2012

yaitu 11 liter/ekor/hari hingga 2014 meningkat hingga 22 liter/ekor/hari. Alasan

yang diberikan oleh seluruh responden pada peningkatan produksi susu sapi perah

yang dihasilkan didukung oleh peningkatan pengetahuan peternak mengenai cara

dalam meningkatkan produksi susu sapi perah yang telah diberikan dalam kegiatan

penyuluhan dan melalui komik yang diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta.

Aspek keberhasilan usaha ketiga yang diteliti yaitu peningkatan penerimaan

yang diterima setiap 15 harinya. Sebanyak 4 responden (36,36%), jumlah

penerimaan yang diterima setiap 15 hari dari sebelum mengikuti program hingga

program selesai meningkat lebih dari 25%, rata-rata jumlah penerimaan pada tahun

2012 yaitu Rp.1.035.072 hingga 2014 meningkat hingga Rp.4.429.906. sebanyak

5 responden (45,45%) jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari meningkat

hingga 25%, dengan rata-rata penerimaan pada tahun 2012 yaitu sebanyak

Rp.2.503.625 hingga 2014 sebanyak Rp.3.613.051. Hal tersebut didukung oleh

Page 30: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

66

peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah yang dihasilkan, sedangkan

sebanyak 2 responden (18,18%) mengalami penurunan penerimaan yaitu pada

tahun 2012 rata-rata penerimaan yang diterima setiap 15 hari yaitu Rp. 1.935.594

menurun hingga tahun 2014 sebesar Rp.1.579.135.

Tingkat keberhasilan dari usaha sapi perah yang dilakukan oleh ketua

kelompok, secara nyata terlihat dari dicapainya tingkat produksi dari sapi perah

yang dipeliharanya rata-rata sudah mencapai 18 liter/ekor/hari, dan dari jumlah

penerimaan yang diperoleh, yaitu sebesar 3juta per 15 hari. Pencapaian tingkat

keberhasilan tersebut tergolong sudah mendekati ideal, sebagaimana dikemukakan

oleh Centras (2005) bahwa untuk mencapai keuntungan sekurang-kurangnya sapi

yang dipelihara memiliki tingkat produksi per harinya 13 liter per ekor dan

penerimaan sebesar 2,25 juta per 15 hari. Demikian juga dengan adanya

penerimaan ketua kelompok tersebut sudah melampaui tingkat penerimaan

peternak sapi perah umumnya, yang masih tergolong “amatiran”, yakni peternak

yang memiliki sapi perahnya hanya 2-3 ekor saja, dan tidak memiliki orientasi

ekonomi.

1.4.2 Keberhasilan Usaha Pada Anggota Kelompok

Hasil analisis data menunjukan tingkat keberhasilan usaha pada anggota

kelompok setelah mengikuti program DDCP. Berdasarkan tabel 16 dijelaskan

bahwa tingkat keberhasilan usaha anggota kelompok di daerah penelitian termasuk

kedalam kategori rendah yaitu sebanyak 13 responden (43,33%), sedangkan sisanya

sebanyak 9 responden (30%) termasuk kedalam kategori rendah dan sebanyak 8

responden (26,67%) termasuk kedalam kategori tinggi. Indikator dari keberhasilan

usaha anggota kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu peningkatan populasi sapi perah

Page 31: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

67

yang dimiliki, peningkatan produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari dan

penerimaan yang didapatkan setiap 15 hari.

Tabel 17. Tingkat Keberhasilan Anggota Kelompok Setelah Mengikuti Program

DDCP

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah

%

1 Pertambahan populasi sapi perah yang

dimiliki dari saat sebelum hingga setelah

mengikuti program

32,00 32,00 36,00

2 Peningkatan jumlah produksi susu yang

dihasilkan dari saat sebelum dan setelah

mengikuti program

28,00 44,00 28,00

3 Peningkatan penerimaan peternak dari

sebelum dan setelah peternak mengikuti

program DDCP

56,00 32,00 12,00

Keberhasilan Usaha 32,00 52,00 16,00

Aspek keberhasilan usaha pertama yang diteliti yaitu pertambahan populasi

sapi perah yang dimiliki dari saat program dimulai hingga program telah selesai.

Sebanyak 9 responden (36,00%), populasi sapi perah yang dimilikinya tetap bahkan

ada beberapa peternak yang populasi sapinya menurun dengan rata-rata populasi

pada tahun 2012 sebanyak 4,5 ST dan pada tahun 2014 mengalami penurunan rata-

rata menjadi 3,5 ST. Sebanyak 8 responden (32,00%), populasi sapi perah yang

dimilikinya meningkat atau bertambah hingga 25% dengan rata-rata populasi pada

tahun 2012 sebanyak 3,5 ST meningkat hingga tahun 2014 menjadi rata-rata

sebanyak 4,5 ST, dan sebanyak 8 responden (32,00%), populasi yang dimilikinya

Page 32: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

68

meningkat atau bertambah hingga lebih dari 25% dengan rata-rata populasi pada

tahun 2012 sebanyak 1,5 ST meningkat jadi 5,5 ST pada tahun 2014.

Aspek keberhasilan usaha kedua yang diteliti yaitu peningkatan jumlah

produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari. Sebanyak 7 responden (28,00%),

produksi susu sapi perah yang dihasilkan per ekor setiap harinya tetap atau tidak

meningkat dengan rata-rata produksinya yaitu 13,6 liter/ekor/hari pada tahun 2012

menurun jadi 12 liter/ekor/hari pada tahun 2014. Sebanyak 11 responden (44,00%),

produksi susu yang dihasilkan per ekor setiap harinya meningkat hingga 25%

dengan rata-rata produksi pada tahun 2012 sebanyak 10,34 liter/ekor/hari

meningkat hingga 13,89 liter/ekor/hari pada tahun 2014, dan sebanyak 7 responden

(28,00%), produksi susu yang dihasilkan per ekor per harinya meningkat hingga

lebih dari 25% dengan rata-rata produksi yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu

sebesar 9 liter/ekor/hari meningkat hingga 15,4 liter/ekor/hari pada tahun 2014.

Alasan yang diberikan oleh seluruh responden yaitu peningkatan produksi susu sapi

perah yang dihasilkan didukung oleh peningkatan pengetahuan peternak mengenai

cara dalam meningkatkan produksi susu sapi perah yang telah diberikan dalam

kegiatan penyuluhan dan melalui komik yang diberikan oleh Yayasan Sahabat

Cipta.

Aspek keberhasilan usaha ketiga yang diteliti yaitu peningkatan penerimaan

yang diterima setiap 15 harinya. Sebanyak 6 responden (33,34%), jumlah

penerimaan yang diterima setiap 15 hari dari sebelum mengikuti program hingga

program selesai tetap bahkan ada beberapa responden yang mengalami penurunan

dengan rata-rata penerimaan pada tahun 2012 yaitu sebanyak Rp. 1.910.707 per 15

hari . Sebanyak 3 responden (13,33%), jumlah penerimaan yang diterima setiap 15

hari, dari sebelum mengikuti program hingga program selesai mengalami

Page 33: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

69

peningkatan hingga 25% dengan rata-rata jumlah penerimaan sebesar Rp.

1.802.878 per 15 hari dan sebanyak 16 responden (53,33%) jumlah penerimaan

yang diterima mengalami peningkatan lebih dari 25% dengan rata-rata jumlah

penerimaan yaitu sebesar Rp.4.181.238,80 per 15 hari. Hal tersebut didukung oleh

peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah yang dihasilkan.

1.5 Korelasi Antara Tingkat Partisipasi Peternak Pada Pogram DDCP

dengan Tingkat Keberhasilan Usaha Sapi Perah

1.5.1 Ketua Kelompok

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman (𝑟𝑠 ) pada ketua kelompok, hubungan antara tingkat partisipasi pada

pogram DDCP dengan tingkat keberhasilan usaha sapi perah menghasilkan

koefisien korelasi sebesar 0,53. Setelah dilakukan uji signifikansi didapatkan thitung

sebesar 1,872 dengan thitung lebih besar dari ttabel = 1,83 (Tabel uji T pada Siegel,

1992) pada tingkat signifikansi 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang positif

antara partisipasi ketua kelompok dengan keberhasilan sapi perah dan

diinterpretasikan kedalam aturan Guilford (Rachmat, 1998), termasuk dalam

kategori yang memiliki hubungan cukup berarti (moderat) yaitu rs (0.53) > 0.40 dan

rs (0.53) ≤ 0.70. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat partisipasi ketua

kelompok dalam program DDCP termasuk dalam kategori tinggi dan tingkat

keberhasilan usaha sapi perah termasuk dalam kategori tinggi. Derajat hubungan

tingkat partisipasi ketua dalam program DDCP terhadap keberhasilan usahanya

mempunya hubungan positif (searah) yang cukup erat berarti dengan rs= 0,53, yang

berarti bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi ketua dalam program DDCP,

semakin meningkat pula keberhasilan usaha sapi perahnya hingga mencapai 25%.

Page 34: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

70

Ketua kelompok tersebut menyadari bahwa usaha sapi perah yang

dikelolanya mencapai keberhasilan, tidak terlepas dari keikutsertaannya dalam

program DDCP dan pendidikan non formal yang diikutinya selama ini di program

DDCP. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ropke (2003) bahwa anggota dapat

memperoleh manfaat dari efisiensi yang diciptakan, yaitu melalui tindakan bersama

(joint venture), penghimpun kekuatan dana, keterampilan, dan yang menghasilan

sinergi atau skala ekonomis.

Tingginya tingkat partisipasi akan berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas produksi susu dan kuantitas ternak seperti populasi serta peningkatan

kualitas peternak dimana partisipasi mereka menghasilkan keterampilannya dalam

berternak juga memiliki tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi dan dapat

memanfaatkan peluang usaha serta mampu memelihara sehingga dapat

meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak yang dimiliki. Menurut Mubyarto

(1984) bahwa keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan erat kaitannya dengan

pengetahuan, motivasi dan sikap. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu

hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut, sikap

positif selanjutnya akan mempengaruhi motivasi seseorang untuk ikut serta dalam

suatu kegiatan. Adanya motivasi untuk melakukan suatu kegiatan sangat

menentukan apakah kegiatan tersebut betul-betul dilakukan. Seperti halnya

keikutsertaan peternak dalam program ini akan dapat meningkatkan pengetahuan

yang dimiliki juga mempunyai sikap yang positif terhadap hal baru sehingga

peternak dapat termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ternak serta

kualitas dirinya sendiri.

Page 35: 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110005_4_6501.pdf · Desa Nagrak seluas 954.000 Ha 6. Desa Palasari seluas 1.041 Ha

71

1.5.2 Anggota Kelompok

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok

dalam program DDCP termasuk dalam kategori sedang dan tingkat keberhasilan

usaha sapi perah termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) pada anggota kelompok,

hubungan antara tingkat partisipasi pada pogram DDCP dengan tingkat

keberhasilan usaha sapi perah menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,47.

Setelah dilakukan uji signifikansi didapatkan thitung sebesar 2,58 dengan thitung lebih

besar dari ttabel = 1,71 (Tabel uji T pada Siegel, 1992) pada tingkat signifikansi 0,05

yang berarti terdapat hubungan yang positif antara partisipasi anggota kelompok

dengan keberhasilan sapi perah dan diinterpretasikan kedalam aturan Guilford,

termasuk dalam kategori yang memiliki hubungan cukup erat (moderat) yaitu rs

(0,47) > 0.40 dan rs (0,47) ≤ 0.70. Derajat hubungan tingkat partisipasi ketua dalam

program DDCP terhadap keberhasilan usahanya mempunya hubungan positif

(searah) yang cukup erat berarti dengan rs= 0,47 yang berarti bahwa semakin tinggi

tingkat partisipasi anggota kelompok dalam program DDCP, semakin tinggi pula

tingkat keberhasilan usaha sapi perahnya.

Tingkat keberhasilan usaha sapi perah yang sedang, dipengaruhi oleh tingkat

partisipasi peternak pada program DDCP yang tinggi, selain itu dipengaruhi oleh

masing-masing karakteristik peternak (anggota kelompok) seperti tingkat

pendidikan yang membuat peternak sulit dalam menerima informasi maupun

inovasi baru dan pengalaman berternak yang sebagian besar pengalamannya masih

kurang dari 10 tahun.