iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran...

43
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Kota Cimahi termasuk kedalam wilayah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tiga kecamatan terdiri dari 13 kelurahan yaitu Kec. Cimahi Utara memiliki 4 kelurahan, Kec. Cimahi Tengah memiliki 6 kelurahan, dan Kec. Cimahi Selatan memiliki 3 kelurahan. Luas wilayah Kota Cimahi yaitu 4025,73 Ha dengan batas-batas yang meliputi sebelah utara (Kec. Cisarua, Kec. Parongpong, Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat), sebelah barat (Kec. Padalarang, Kec. Batujajar, dan Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat), sebelah timur (Kec. Sukasari, Kec. Sukajadi, Kec. Cicendo, dan Kec. Andir Kota Bandung), serta sebelah selatan (Kec. Marga Asih, Kec. Batujajar, Kab. Bandung Barat, dan Bandung Kulon Kota Bandung). Kelurahan Cipageran merupakan daerah yang terletak di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah kelurahan secara keseluruhan 594,317 Ha. Kelurahan Cipageran terdiri dari 29 Rukun Warga (RW) dan 148 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif Kelurahan Cipageran memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Jambudipa Sebelah Selatan : Kelurahan Padasuka Sebelah Barat : Desa Tanimulya Sebelah Timur : Kelurahan Citeureup

Upload: vanthien

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

44

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kota Cimahi termasuk kedalam wilayah Provinsi Jawa Barat yang

mempunyai tiga kecamatan terdiri dari 13 kelurahan yaitu Kec. Cimahi Utara

memiliki 4 kelurahan, Kec. Cimahi Tengah memiliki 6 kelurahan, dan Kec.

Cimahi Selatan memiliki 3 kelurahan. Luas wilayah Kota Cimahi yaitu 4025,73

Ha dengan batas-batas yang meliputi sebelah utara (Kec. Cisarua, Kec.

Parongpong, Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat), sebelah barat (Kec.

Padalarang, Kec. Batujajar, dan Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat), sebelah

timur (Kec. Sukasari, Kec. Sukajadi, Kec. Cicendo, dan Kec. Andir Kota

Bandung), serta sebelah selatan (Kec. Marga Asih, Kec. Batujajar, Kab. Bandung

Barat, dan Bandung Kulon Kota Bandung).

Kelurahan Cipageran merupakan daerah yang terletak di Kecamatan

Cimahi Utara Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah kelurahan secara

keseluruhan 594,317 Ha. Kelurahan Cipageran terdiri dari 29 Rukun Warga (RW)

dan 148 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif Kelurahan Cipageran

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Jambudipa

Sebelah Selatan : Kelurahan Padasuka

Sebelah Barat : Desa Tanimulya

Sebelah Timur : Kelurahan Citeureup

45

4.1.2 Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Cipageran

Berdasarkan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) teridentifikasi

bahwa subsktor Pertanian yang berkembang cukup pesat di Kota Cimahi adalah

sub-sektor peternakan dan produk turunannya berada di Kelurahan Cipageran,

Kecamatan Cimahi Utara. Ternak yang banyak dipelihara oleh penduduk di

Kelurahan Cipageran terdiri dari ternak kecil, ternak besar, serta ternak unggas.

Sektor peternakan di Kelurahan Cipageran dapat menjadi salah satu pemasok

kebutuhan akan protein hewani, baik untuk daerah tersebut maupun seluruh

wilayah Kota Cimahi, dan sekitarnya (BPS Kota Cimahi: 2002; 2009; dan 2012).

Jenis ternak beserta populasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Populasi Ternak Kelurahan Cipageran

No Jenis Ternak Populasi

…ekor…

1. Kerbau 5

2. Kuda 15

3. Sapi Potong 29

4. Sapi perah 802

5. Domba 2.700

6. Kambing 29

7. Kelinci 600

8. Ayam Buras 8.700

9. Ayam Ras Pedaging 84.000

10. Merpati 320

11. Itik Petelur 1.850

12. Itik Manila 385

(Sumber: Data Populasi Ternak Kota Cimahi, 2016).

Sapi perah merupakan ternak yang sedang dikembangkan di Kelurahan

Cipageran. Skala kepemilikan ternak sebagian peternak relatif kecil yaitu kurang

dari 4 ekor dengan sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional. Peternak

sapi perah di Kelurahan Cipageran sebanyak 59 orang terdiri dari 3 kelompok

46

yaitu kelompok Mekar Mandiri, Kelompok Mitra Berkah, dan Kelompok Berkah

Daruni’mah yang tersebar di tiga RW yaitu RW 12, 19, dan 21.

Kondisi geografi Kelurahan Cipageran berada pada ketinggian ± 1040

meter dpl, merupakan dataran tinggi dengan curah hujan 500 mm/tahun dan suhu

udara rata-rata 26°C (Data Monografi Kelurahan, 2015). Kondisi tersebut cocok

untuk dibudidayakannya ternak sapi perah di Kelurahan Cipageran, hal ini sesuai

dengan pernyataan Dasuki (1983) yang menyatakan bahwa persyaratan iklim yang

sesuai dengan ternak sapi perah FH adalah suhu udara 13-23°C dengan

ketinggian 700-1000 m dpl dan kelembaban 70%.

Keberlangsungan usaha peternakan sapi perah di daerah tersebut didukung

faktor-faktor yang mendukung peternak untuk menjalankan usaha peternakan sapi

perah. Hal-hal yang menjadi faktor-faktor pendukung tersebut, adalah:

1. Produksi susu yang dihasilkan oleh peternak langsung dijual melalui KUD

Sarwamukti dan CV Barokah

2. Akses jalan yang memudahkan dalam aspek pemasaran.

4.1.3 Gambaran Umum Petugas Kesehatan Hewan di Cipageran

Petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran merupakan objek dalam

penelitian ini. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian petugas kesehatan hewan

atau tenaga kesehatan hewan adalah orang yang menjalankan aktivitas di bidang

kesehatan hewan berdasarkan kompetensi dan kewenangan medik veteriner yang

hierarkis sesuai dengan pendidikan formal dan/atau pelatihan kesehatan hewan

bersertifikat (Kementerian Pertanian, 2010). Berdasarkan hasil penelitian terdapat

47

6 petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran yang terbagi atas dua bagian

yaitu dokter hewan dan mantri hewan, yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Petugas Kesehatan Hewan di Kelurahan Cipageran

No Nama Jabatan Wilayah Kerja

1. Asep Gunawan Dokter Hewan Pemkot Cimahi (PNS)

2. Budi Dokter Hewan Swasta

3. Cucu Dokter Hewan Swasta

4. Sukirman Mantri KUD Sarwa Mukti

5. Dadan Mantri CV. Barokah

6. Agus Mantri CV. Barokah

Jenis pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan hewan di

Kelurahan Cipageran meliputi peningkatan kesehatan hewan, penyembuhan

penyakit, pemulihan kesehatan, dan pelayanan medik reproduksi hewan. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Pelayanan Jasa

Medik Veteriner (2011) bahwa kesehatan hewan adalah segala urusan yang

berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan

hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit,

medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan, dan peralatan kesehatan hewan,

serta keamanan pakan.

Terdapat perbedaan antara mantri hewan dan dokter hewan dalam

pembagian tugas. Mantri hewan memberikan pelayanan medik reproduksi hewan

seperti IB, kebuntingan, dan pemulihan pasca melahirkan dalam kondisi normal

oleh KUD Sarwa Mukti dan CV. Barokah untuk peternak yang telah menyetorkan

hasil susunya. Dokter hewan merupakan dokter hewan swasta yang memberikan

pelayanan lebih lengkap yang tidak bisa ditangani oleh mantri hewan seperti

menangani proses melahirkan yang abnormal dan menangani penyakit dengan

tingkat kesulitan mudah hingga sulit.

48

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah para

peternak sapi perah yang pernah menggunakan jasa petugas kesehatan hewan baik

dokter hewan ataupun mantri hewan sebanyak 30 orang yang terdiri dari tiga

kelompok ternak. Karakteristik responden di Kelurahan Cipageran dibagi ke

dalam 4 karakteristik, yaitu umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan

non-formal, dan pengalaman usaha.

4.2.1 Umur Responden

Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden diketahui sebagian besar

berusia produktif bervariasi antara 24-60 tahun. Berdasarkan persentase tersebut

sebagian besar peternak termasuk dalam golongan produktif. Menurut Badan

Pusat Statistik kelompok usia produktif berada pada rentang usia 15 hingga 64

tahun, sedangkan jika kurang atau lebih dari usia tersebut akan tergolong sebagai

usia tidak produktif (BPS, 2016).

Keterangan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peternak yang

yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini termasuk dalam usia

produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak yang berada di Kelurahan

Cipageran memiliki potensi tenaga kerja yang besar dalam mengelola usaha

ternaknya.

49

4.2.2 Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal menunjukan lamanya peternak menempuh pendidikan

formal di bangku sekolah. Pendidikan sangat penting bagi setiap orang, baik

dalam kehidupan peternak sehari-harinya maupun dalam hubungannya dengan

kemampuan peternak menerima teknologi baru dan informasi peternakan. Hal

tersebut terlihat dari penerapannya peternak menjadi lebih terbuka terhadap

adanya kemajuan di bidang kesehatan hewan yang bisa membantu memberikan

kemudahan dalam pelaksanaan teknis usaha ternaknya. Tingkat pendidikan formal

responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Formal

No Pendidikan Formal Jumlah

Orang %

1 SD 28 93,33

2 SMP 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Tabel 7 menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan formal responden

berkisar antara SD hingga SMP, dengan demikian karakteristik pendidikan

peternak tergolong masih rendah, karena sebagian besar besar peternak hanya

lulusan Sekolah Dasar (93,33%). Kondisi ini dapat menjadikan kendala dalam

pola berpikir dan penerimaan peternak terhadap informasi-informasi yang

berkaitan tentang kesehatan hewan, mengingat tingkat pendidikan berpengaruh

terhadap laju perubahan cara berpikir seseorang. Semakin tinggi tingkat

pendidikan peternak maka tatalaksana pemeliharaan makin baik karena peternak

dapat mengadopsi inovasi dan merubah cara berpikir serta cara pemecahan

masalah lebih matang (Kuswandi dalam Handewi, dkk, 1995).

50

Keterbatasan pendidikan peternak akan berpengaruh terhadap penilaian

terhadap petugas kesehatan hewan. Seseorang yang mempunyai tingkat

pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan dari ternak sehingga

ternaknya dapat berproduksi dengan baik salah satunya dengan memperhatikan

kesehatan dari ternaknya.

4.2.3 Tingkat Pendidikan Non-Formal

Pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari

luar pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus

seperti penyuluhan pertanian (Suhardiyono, 1990). Kegiatan pendidikan non

formal seperti pelatihan dan penyuluhan yang pernah diikuti responden dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Non-Formal

No Pendidikan Non-

Formal

Jumlah

Orang %

1 Mengikuti 28 93,33

2 Tidak mengikuti 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Tabel 8 menunjukkan, bahwa pendidikan non-formal responden dalam

katagori tinggi (93,33%). Pendidikan non-formal yang diikuti peternak yaitu

pelatihan dan penyuluhan seperti pelatihan dan penyuluhan dalam bidang

peternakan (pembuatan silase, pembuatan pupuk kompos, pemberian pakan, cara

pemerahan, dan penanggulangan penyakit) serta pelatihan dan penyuluhan produk

olahan (pembuatan yoghurt, pembuatan kerupuk susu, pembuatan dodol susu, dll).

Kondisi peternak yang demikian menyebabkan informasi-informasi ataupun

51

program-program yang berkaitan dengan bidang peternakan, salah satunya

mengenai kesehatan hewan dapat tersampaikan kepada peternak.

4.2.4 Pengalaman Beternak

Peternak yang sudah lama beternak akan lebih mudah untuk menerapkan

anjuran penyuluh dan petugas kesehatan hewan dari pada peternak pemula. Dalam

menjalankan usahanya, responden telah memiliki ilmu pengetahuan tentang cara

beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun, selain itu pengalaman

menjadi salah satu guru dalam perjalanan hidupnya (Soekartawi, 1988).

Pengalaman beternak responden bervariasi antara 1 – 20 tahun dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Pengalaman Beternak

No Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah

Orang %

1 < 5 3 10,00

2 5 – 10 4 13,33

3 > 10 23 76,67

Jumlah 30 100,00

Tabel 9 menunjukkan, bahwa pengalaman beternak peternak pada

penelitian ini sebagian besar adalah yang memiliki pengalaman beternak > 10

tahun (76.67%). Peternak yang beternak cukup lama memberikan indikasi bahwa

pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak

mempunyai kemampuan yang lebih baik sesuai dengan pernyataan Margono dan

Asngari (1969) peternak yang pengalaman beternaknya cukup lama akan lebih

mudah diberi pengertian. Hasil penelitian di lapangan tidak diperoleh pengaruh

seperti yang diharapkan, hal ini disebabkan peternak mengelola usahanya dengan

52

kebiasaan-kebiasaan lama (semi-ekstensif) yang diikuti dari kebiasaan orang

tuanya secara turun- temurun.

4.3 Kinerja Petugas Kesehatan Hewan

Kinerja merupakan prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas

maupun kuantitas yang dicapai dan dihasilkan persatuan periode waktu dalam

melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

(Mangkunegara, 2006). Petugas kesehatan hewan merupakan salah satu unsur

penting dalam usaha peternakan karena petugas kesehatan hewan turut

menentukan keberhasilan usaha ternak melalui pelayanan yang berkaitan dengan

kesehatan hewan dan produktifitas ternak. Kinerja petugas kesehatan hewan

berkaitan dengan pelayanan kepada peternak yang terdiri dari beberapa aspek: 1)

Kualitas, 2) Kuantitas, 3) Pelaksanaan tugas, 4) Tanggung jawab. Tingkat kinerja

petugas kesehatan hewan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tingkat Kinerja Petugas Kesehatan Hewan

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kualitas 33,33 66,67 0,00

2 Kuantitas 26,67 73,33 0,00

3 Pelaksanaan tugas 50,00 50,00 0,00

4 Tanggung jawab 40,00 56,67 3,33

Tingkat kinerja 33,33 66,67 0,00

Tabel 10 menunjukkan penilaian kinerja terhadap petugas kesehatan hewan

secara umum baik dokter hewan ataupun mantri yang bertugas di Kelurahan

53

Cipageran menurut responden pada penelitian ini sebagian peternak menyatakan

kinerja petugas kesehatan hewan dalam kategori sedang (66,67%) yang dilihat

dari beberapa aspek (lampiran 4). Hal ini terlihat dari kondisi kesehatan dan

produktifitas ternak di Kelurahan Cipageran dalam kondisi cukup baik dan

kesadaran peternak untuk menghubungi dan menggunakan jasa petugas kesehatan

hewan untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan ternak

hal ini ditunjukkan oleh indikator kuantitas petugas kesehatan dalam kategori

sedang (73,33%). Peternak menilai petugas kesehatan hewan di Kelurahan

Cipageran dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan hewan

dalam hal penanganan ternak sakit ataupun meningkatkan produktifitas dari ternak

itu sendiri yang menunjukkan bahwa kualitas, pelaksanaan tugas, dan tanggung

jawab petugas kesehatan sudah sesuai dengan harapan peternak. Sesuai dengan

pernyataan Byars (1984) yang mengartikan kinerja sebagai hasil dari usaha

seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi

tertentu.

Kinerja petugas kesehatan hewan bersifat individual, karena setiap petugas

kesehatan hewan yang terdiri dari mantri dan dokter hewan mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya

1. Tingkat Kinerja Dokter Hewan

Kinerja dokter hewan akan mempengaruhi pelayanan terhadap peternak

dimana dokter hewan memiliki tugas menjalankan aktivitas di bidang pelayanan

jasa medik veteriner berdasarkan kompetensi dan kewenangannya. Penilaian

kinerja dokter hewan yang ada di Kelurahan Cipageran menurut responden pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.

54

Tabel 11. Tingkat Kinerja Dokter Hewan

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kualitas 66,67 33,33 0,00

2 Kuantitas 10,00 36,67 53,33

3 Pelaksanaan tugas 60,00 40,00 0,00

4 Tanggung jawab 73,33 23,33 3,34

Tingkat kinerja 50,00 50,00 0,00

Tabel 11 menunjukkan, bahwa sebagian peternak menyatakan kinerja dokter

hewan dalam kategori tinggi hingga sedang karena memiliki persentase seimbang

(50%) (Lampiran 4). Hal ini didasari dari penilaian peternak terhadap empat aspek

meliputi kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas, dan tanggung jawab. Pelayanan

yang diberikan dokter hewan sudah sesuai dengan harapan peternak akan tetapi

kuantitas kerja dokter hewan dalam kategori rendah (53,33%) yang dikarenakan

sebagian peternak tidak terlalu sering menggunakan jasa dari dokter hewan.

2. Tingkat Kinerja Mantri Hewan

Kinerja dapat dihasilkan dari pendidikan, pengalaman kerja dan

profesionalisme. Mantri hewan adalah tenaga kesehatan hewan lulusan sekolah

kejuruan, pendidikan diploma atau memperoleh sertifikat untuk melaksanakan

urusan kesehatan hewan yang menjadi kompetensinya dan dilakukan di bawah

penyeliaan dokter hewan. Penilaian kinerja mantri hewan yang ada di Kelurahan

Cipageran menurut responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.

55

Tabel 12.Tingkat Kinerja Mantri Hewan

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kualitas 16,67 46,67 36,66

2 Kuantitas 93,33 6,67 0,00

3 Pelaksanaan tugas 10,00 90,00 0,00

4 Tanggung jawab 36,67 43,33 20,00

Tingkat kinerja 30,00 70,00 0,00

Tabel 12 menunjukkan sebagian peternak menyatakan kinerja mantri

hewan dalam kategori sedang (70%) (Lampiran 4). Hal ini didasari dari penilaian

peternak terhadap empat aspek meliputi kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas,

dan tanggung jawab. Kuantitas mantri hewan dalam kategori tinggi (93,33%)

menunjukkan peternak sering menggunakan jasa dari mantri hewan walaupun dari

segi kualitas, pelaksanaan tugas, dan tanggung jawab mantri hewan masih dalam

kategori sedang dikarenakan hasil kerja dari mantri hewan lebih lambat jika

dibandingkan dengan dokter hewan.

Keberhasilan usaha ternak tergantung pada kesehatan dari ternak itu

sendiri sehingga kinerja petugas kesehatan hewan baik dokter hewan ataupun

mantri hewan merupakan salah satu faktor pendukung dari keberhasilan usaha

ternak. Sesuai dengan Mangkunegara, (2006) yang menyatakan kinerja sumber

daya manusia merupakan prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas

maupun kuantitas yang dicapai dan dihasilkan sumber daya manusia persatuan

periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya. Hal tersebut akan mempengaruhi pelayanan yang

diberikan oleh petugas kesehatan hewan. Kinerja yang baik akan menghasilkan

56

pelayanan yang baik pula sehingga akan mempengaruhi kesehatan dari hewan

ternak yang dimiliki oleh peternak.

4.3.1 Kualitas Kerja

Kualitas Kerja, menunjukan kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil kerja

dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. Kualitas kerja petugas kesehatan

hewan di Kelurahan Cipageran yang terdiri dari dokter hewan dan mantri hewan

pada penelitian ini dilihat dari berbagai indikator yaitu, ketepatan anamnase dan

pemeriksaan fisik penunjang, ketelitian dalam memberikan diagnosa, serta

kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki. Kualitas kerja petugas

kesehatan hewan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tingkat Kualitas Kerja Petugas Kesehatan Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Ketepatan Anamnase dan Pemeriksaan

Fisik Penunjang 16,67 83,33 0,00

2 Ketelitian dalam Memberikan Diagnosa 10,00 40,00 50,00

3 Sarana dan Prasarana yang Dimiliki 26,66 66,67 6,67

Kualitas Kerja 33,33 66,67 0,00

Tabel 13 menunjukkan penilaian kualitas kerja petugas kesehatan hewan

menurut responden pada penelitian ini sebagian besar peternak menyatakan

kualitas kerja dari petugas kesehatan hewan dalam kategori sedang (66,67%) yang

dilihat dari beberapa indikator (Lampiran 5). Petugas kesehatan hewan di

Kelurahan Cipageran melakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai dengan apa

57

yang dibutuhkan oleh ternak hal ini terlihat dari penilaian peternak mengenai

ketepatan anamnase dan pemeriksaan fisik penunjang yang dilakukan oleh

petugas kesehatan hewan dalam kategori sedang (83,33%). Selain itu peralatan

yang digunakan pun sudah cukup memadai dan menunjang pemeriksaan serta

pengobatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan hewan. Kualitas kerja dari

petugas kesehatan hewan merupakan hal penting dalam kinerja karena akan

mempengaruhi berhasil atau tidaknya terapi yang diberikan. Kualitas kerja

petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran terdiri dari dokter hewan dan

mantri hewan masing-masing dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15.

Tabel 14. Tingkat Kualitas Kerja Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Ketepatan Anamnase dan Pemeriksaan

Fisik Penunjang 70,00 30,00 0,00

2 Ketelitian dalam Memberikan Diagnosa 33,34 63,33 3,33

3 Sarana dan Prasarana yang Dimiliki 93,33 6,67 0,00

Kualitas Kerja 66,67 33,33 0,00

Tabel 14 menunjukkan penilaian kualitas kerja dokter hewan yang

bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini sebagian

besar peternak menyatakan kualitas kerja dari dokter hewan dalam kategori tinggi

(66,67%) dan sisanya peternak menilai kualitas kerja yang dimiliki oleh dokter

hewan dalam kategori sedang yang dilihat dari beberapa indikator (Lampiran 5).

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kerja dari dokter hewan sudah sesuai dengan

apa yang diharapkan peternak dan juga sesuai dengan kompetensi dan

kewenangannya. Kesehatan dari ternak merupakan hal terpenting bagi peternak,

58

maka dari itu dokter hewan di Kelurahan Cipageran memiliki kualitas kerja yang

baik dengan melakukan serangkaian pemeriksaan pada ternak dengan teliti untuk

menetapkan dugaan sementara penyakit yang diderita oleh ternak sehingga ternak

mendapatkan pengobatan yang sesuai hal ini ditunjukkan dari ketepatan anamnase

dan pemeriksaan fisik penunjang yang dilakukan dokter hewan dalam kategori

tinggi (70%). Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh dokter hewan pun lengkap

mulai dari alat pemeriksaan fisik dan alat pelindung diri. Kualitas kerja dokter

hewan yang tinggi sangat memberikan dampak positif bagi ternak dan kemajuan

usaha peternakan di Kelurahan Cipageran.

Tabel 15. Tingkat Kualitas Kerja Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Ketepatan Anamnase dan Pemeriksaan

Fisik Penunjang 23,33 76,67 0,00

2 Ketelitian dalam Memberikan Diagnosa 16,67 33,33 50,00

3 Sarana dan Prasarana yang Dimiliki 26,67 33,33 40,00

Kualitas Kerja 16,67 46,67 36,66

Tabel 15 menunjukkan kualitas kerja mantri hewan yang bertugas di

Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini sebagian besar

peternak menyatakan kualitas kerja dari mantri hewan dalam kategori sedang

(46,67%) dan hanya (16,67%) peternak yang menilai kualitas kerja dari mantri

hewan tinggi (Lampiran 5). Hal ini dilihat dari beberapa indikator yaitu penilaian

terhadap ketepatan anamnase dan pemeriksaan fisik penunjang, ketelitian dalam

memberikan diagnosa, serta sarana dan prasarana yang dimiliki mantri hewan.

Menurut hasil penelitian, responden yang menilai kualitas kerja dari mantri hewan

59

tinggi yaitu peternak yang jarang menggunakan jasa dokter hewan karena

ternaknya tidak pernah terserang penyakit serius. Kualitas kerja yang diberikan

mantri hewan terlihat dari hasil yang ditunjukkan kepada peternak dalam

melakukan tindakan seperti melakukan inseminasi buatan dan pemberian vitamin

ketika ternaknya kurang sehat sehingga peternak merasa puas dan menilai kualitas

kerja dari mantri hewan dalam kategori tinggi. Sebagian besar responden menilai

kualitas kerja dari mantri hewan relatif sedang rendah hal ini dikarenakan

peternak menilai mantri hewan tidak begitu teliti dalam memberikan pemeriksaan

dan langsung memberikan tindakan terlihat dari indikator ketelitian dalam

memberikan diagnosa dan terapi dalam kategori rendah (50%), selain itu peralatan

perlindungan diri yang dikenakan oleh mantri hewan tidak selengkap yang

dikenakan dokter hewan tersehingga mempengaruhi penilaian dari peternak. Hal

ini menunjukkan bahwa kualitas kerja dari mantri hewan sudah dapat memenuhi

harapan peternak yaitu mendapatkan tindakan untuk ternaknya akan tetapi belum

sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.

4.3.2 Kuantitas Kerja

Kuantitas Kerja, menunjukan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang

dilakukan dalam suatu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana

sesuai dengan tujuan. Kuantitas kerja petugas kesehatan hewan yang terdiri dari

dokter hewan dan mantri hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut

responden pada penelitian ini dilihat dari dua indikator diantaranya respon

petugas kesehatan terhadap laporan peternak dan frekuensi penggunaan jasa

petugas kesehatan dalam satu bulan. Tingkat kuantitas kerja petugas kesehatan

hewan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16.

60

Tabel 16. Tingkat Kuantitas Kerja Petugas Kesehatan Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Respon terhadap Laporan Peternak 20,00 80,00 0,00

2 Frekuensi Penggunaan Jasa 6,67 83,33 10,00

Kuantitas Kerja 26,67 73,33 0,00

Tabel 16 menunjukkan penilaian kuantitas kerja petugas kesehatan hewan

secara umum baik doker hewan ataupun mantri hewan menurut responden pada

penelitian ini sebagian besar pada kategori sedang (73,33%) dan sisanya peternak

menilai kuantitas kerja dari petugas kesehatan hewan pada kategori tinggi

(26,67%) yang dilihat dari dua indikator (Lampiran 6). Penilaian peternak

mengenai respon petugas kesehatan hewan terhadap laporan peternak pada

kategori sedang (80%) karena peternak tidak kesulitan untuk menghubungi

petugas kesehatan. Penilaian peternak mengenai frekuensi penggunaan jasa

petugas kesehatan hewan dalam satu bulan sebagian besar peternak menyatakan

dalam kategori sedang (83,33%). Hal ini disebabkan peternak di Kelurahan

Cipageran menggunakan jasa petugas kesehatan hewan sesuai dengan kondisi dari

ternak mereka selain itu petugas kesehatan hewan yang ada di Kelurahan

Cipageran pasti hadir untuk melakukan investigasi ketika dibutuhkan oleh

peternak. Kuantitas kerja petugas kesehatan hewan yang terdiri dari dokter hewan

dan mantri hewan masing-masing dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18.

61

Tabel 17. Tingkat Kuantitas Kerja Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Respon terhadap Laporan Peternak 46,67 53,33 0,00

2 Frekuensi Penggunaan Jasa 6,67 3,33 90,00

Kuantitas Kerja 10,00 36,67 53,33

Tabel 17 menunjukkan kuantitas kerja dokter hewan menurut responden

pada penelitian ini sebagian besar dalam kategori rendah (53,33%) dan hanya

(10%) peternak yang menilai kuantitas kerja dari petugas kesehatan hewan dalam

kategori tinggi yang dilihat dari dua indikator (Lampiran 6). Penilaian peternak

mengenai respon dokter hewan terhadap laporan peternak sebagian peternak

menyatakan dalam kategori sedang (53,33%). Penilaian peternak mengenai

frekuensi penggunaan jasa dokter hewan dalam satu bulan sebagian besar

peternak menyatakan dalam kategori rendah (90%). Responden yang menilai

kuantitas kerja dari dokter hewan tinggi karena responden tersebut sering

menggunakan jasa dari dokter hewan. Sebagian besar responden yang menilai

kuantitas kerja dari dokter hewan relatif sedang hingga rendah hal ini disebabkan

keadaan peternakan di Kelurahan Cipageran cukup baik dan ternak jarang

terserang penyakit serius selain itu masih banyak peternak yang menganggap

dokter hewan hanya untuk menangani ternak yang mengidap penyakit serius

sehingga dokter hewan memiliki tingkat kuantitas kerja yang rendah di Kelurahan

Cipageran.

62

Tabel 18. Tingkat Kuantitas Kerja Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Respon terhadap Laporan Peternak 70,00 30,00 0,00

2 Frekuensi Penggunaan Jasa 33,34 63,33 3,33

Kuantitas Kerja 93,33 6,67 0,00

Tabel 18 menunjukkan penilaian kuantitas kerja mantri hewan menurut

responden pada penelitian ini sebagian besar pada kategori tinggi (93,33%) yang

dilihat dari dua indikator (Lampiran 6). Penilaian peternak mengenai respon

mantri hewan terhadap laporan peternak sebagian peternak menyatakan pada

kategori tinggi (70%). Penilaian peternak mengenai frekuensi penggunaan jasa

mantri hewan dalam satu bulan sebagian besar peternak menyatakan pada kategori

sedang (63,33%). Sebagian besar responden menilai kuantitas kerja dari mantri

hewan tinggi karena responden tersebut sering menggunakan jasa dari mantri

hewan. Peternak di Kelurahan Cipageran menilai mantri hewan bukan hanya

bertugas menyediakan pelayanan medik reproduksi seperti memberikan

inseminasi buatan akan tetapi sudah dapat memberikan pengobatan untuk

menyembuhkan ternak yang sakit. Selain itu biaya yang dikeluarkan ketika

menggunakan jasa dari mantri hewan lebih murah karena mantri hewan

merupakan fasilitas yang disediakan oleh koperasi dan CV Barokah.

63

4.3.3 Pelaksanaan Tugas

Pelaksanaan Tugas, meliputi pengalaman, kemampuan bekerja sama,

pemahaman tugas, efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya,

keahlian dalam menjalankan tugas, inisiatif dan kepedulian terhadap tugas.

Pelaksanaan tugas petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran dilihat dari

beberapa aspek diantaranya jenis kasus yang ditangani, pemahaman wewenang,

dan keahlian petugas kesehatan hewan dalam menjalankan tugas. Tingkat

pelaksanaan tugas dari petugas kesehatan hewan pada penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 19.

Tabel 19. Tingkat Pelaksanaan Tugas Petugas Kesehatan Hewan Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Jenis Kasus yang Ditangani 6,67 93,33 0,00

2 Pemahaman Wewenang 6,67 70,00 23,33

3 Keahlian dalam Menjalankan Tugas 36,67 63,33 0,00

Pelaksanaan Tugas 50,00 50,00 0,00

Tabel 19 menunjukkan penilaian pelaksanaan tugas kerja petugas

kesehatan hewan menurut responden pada penelitian ini dalam kategori sedang

hingga tinggi karena memiliki persentase yang seimbang (50%) yang dilihat dari

beberapa indikator (Lampiran 7). Hal ini disebabkan peternak menilai

pelaksanaan tugas dari petugas kesehatan hewan telah sesuai dengan wewenang

dan apabila ada permasalahan petugas kesehatan hewan selalu menyampaikan

kepada peternak. Pelaksaan tugas merupakan bagian penting dari kinerja karena

akan memberikan dampak positif bagi peternak dan juga bagi kesehatan ternak.

64

Pelaksanaan tugas petugas kesehatan hewan yang terdiri dari dokter hewan dan

mantri hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran dilihat Tabel 20 dan 21.

Tabel 20. Tingkat Pelaksanaan Tugas Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Jenis Kasus yang Ditangani 90,00 10,00 0,00

2 Pemahaman Wewenang 40,00 40,00 20,00

3 Keahlian dalam Menjalankan Tugas 63,33 36,67 0,00

Pelaksanaan Tugas 60,00 40,00 0,00

Tabel 20 menunjukkan penilaian pelaksanaan tugas kerja dokter hewan

menurut responden pada penelitian ini sebagian besar dalam kategori tinggi (60%)

yang dilihat dari beberapa indikator (Lampiran 7). Penilaian peternak terhadap

jenis kasus yang ditangani oleh dokter hewan sebagian besar menyatakan dalam

kategori tinggi (90%) karena dokter hewan dapat menangani jenis kasus yang

beragam mulai dari tingkatan mudah hingga sulit. Penilaian peternak mengenai

pemahaman wewenang yang dimiliki dokter hewan sebagian besar menilai dalam

kategori sedang hingga tinggi (40%) hal ini terlihat dari cara dokter hewan yang

memahami dan menyampaikan diagnosa dan memberikan solusi sekaligus

menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada peternak dengan bahasa yang

mudah dimengerti. Penilaian peternak mengenai keahlian dokter hewan

menjalankan tugas sebagian besar menilai dalam kategori tinggi (63,33%) hal ini

terlihat dari tindakan yang dilakukan dokter hewan saat menangani ternak.

65

Tabel 21. Tingkat Pelaksanaan Tugas Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Jenis Kasus yang Ditangani 10,00 90,00 0,00

2 Pemahaman Wewenang 16,66 66,67 16,67

3 Keahlian dalam Menjalankan Tugas 43,33 56,67 0,00

Pelaksanaan Tugas 10,00 90,00 0,00

Berdasarkan keterangan pada Tabel 21 dapat diketahui penilaian

pelaksanaan tugas kerja mantri hewan menurut responden pada penelitian ini

sebagian besar dalam kategori sedang dengan persentase (90%) yang dilihat dari

beberapa indikator (Lampiran 7). Penilaian peternak terhadap jenis kasus yang

ditangani oleh mantri hewan sebagian besar menyatakan dalam kategori sedang

dengan persentase (90%) karena peternak menilai dalam pelaksanaan tugasnya

mantri hewan hanya menangani beberapa jenis pekerjaan dengan tingkat kesulitan

sedang hingga rendah. Penilaian peternak mengenai pemahaman wewenang yang

dimiliki mantri hewan sebagian besar menilai dalam kategori sedang dengan

persentase (66,67%) karena mantri hewan tidak selalu menjelaskan tindakan yang

akan dilakukan kepada peternak. Penilaian peternak mengenai keahlian mantri

hewan menjalankan tugas sebagian besar menilai dalam kategori sedang (56,67%)

karena peternak menilai mantri hewan menunjukkan keterampilan menangani

ternak hanya pada beberapa pekerjaan.

66

4.3.4 Tanggung Jawab

Tanggung Jawab, menunjukkan seberapa besar pekerja dalam menerima

dan melaksanakan pekerjaannya, mempertanggung jawabkan hasil kerja, dan

perilaku kerjanya setiap hari. Tanggung Jawab petugas kesehatan hewan pada

penelitian ini dilihat dari dua aspek diantaranya petugas kesehatan hewan

melakukan kunjungan/Visit dan persediaan obat-obatan yang disediakan petugas

kesehatan hewan. Tingkat tanggung jawab dari petugas kesehatan hewan pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Tingkat Tanggung Jawab Petugas Kesehatan Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Melakukan Kunjungan/Visit 0,00 66,67 33,33

2 Persediaan Obat-obatan 36,67 63,33 0,00

Tanggung Jawab 40,00 56,67 3,33

Tabel 22 menunjukkan penilaian tanggung jawab kerja petugas kesehatan

hewan secara umum baik dokter hewan ataupun mantri hewan yang bertugas di

Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini sebagian besar dalam

kategori sedang (56,67%) yang dilihat dari dua indikator (Lampiran 8). Hal ini

disebabkan sebagian besar peternak menilai petugas kesehatan hewan di

Kelurahan Cipageran telah menunjukkan tanggung jawabnya dengan selalu

menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan tidak lepas tangan ketika ternak

yang ditangani tidak menunjukkan perkembangan positif. Peternak menilai

kekurangan dari petugas kesehatan hewan yaitu terdapat sebagian petugas

kesehatan hewan yang kurang inisiatif untuk melakukan pengecekan kembali pada

67

ternak yang ditangani. Tanggung jawab merupakan bagian penting dari kinerja

karena berdampak pada cepat atau lambatnya hasil kerja yang dihasilkan yang

dapat dirasakan manfaatnya oleh peternak. Tingkat tanggung jawab petugas

kesehatan hewan yang meliputi dokter hewan dan mantri hewan yang bertugas di

Kelurahan Cipageran menurut responden dokter hewan pada penelitian ini

masing-masing dapat dilihat pada Tabel 23 dan 24.

Tabel 23. Tingkat Tanggung Jawab Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Melakukan Kunjungan/Visit 16,67 63,33 20,00

2 Persediaan Obat-obatan 90,00 10,00 0,00

Tanggung Jawab 73,33 23,33 3,34

Tabel 23 menunjukkan penilaian tanggung jawab kerja dokter hewan

menurut responden pada penelitian ini sebagian besar dalam kategori tinggi

(73,33%) (Lampiran 8). Hal ini dikarenakan tanggung jawab yang diberikan oleh

dokter hewan terlihat dari pemeriksaan lanjutan yang diberikan dokter hewan dan

ketersediaan obat-obatan yang lengkap. Sedangkan responden yang menilai

tanggung jawab dari dokter hewan relatif sedang hingga rendah dikarenakan

peternak menilai tidak semua dokter hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran

melakukan pemeriksaan lanjutan setelah ternak yang dipeliharanya diberikan

tindakan.

68

Tabel 24. Tingkat Tanggung Jawab Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Melakukan Kunjungan/Visit 0,00 80,00 20,00

2 Persediaan Obat-obatan 40,00 56,67 3,33

Tanggung Jawab 36,67 43,33 20,00

Tabel 24 menunjukkan penilaian tanggung jawab kerja mantri hewan

menurut responden pada penelitian ini sebagian besar dalam kategori sedang

(43,33%) (Lampiran 8). Hal ini karena penilaian peternak mengenai tanggung

jawab dari mantri hewan bervariasi, tanggung jawab yang diberikan oleh mantri

hewan terlihat dalam upaya mantri hewan menyediakan obat-obatan yang

diperlukan dan juga kembali melakukan IB ketika terjadi kegagalan IB. Mantri

hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran akan melakukan pemeriksaan

lanjutan jika diminta oleh peternak.

4.4 Kepercayaan Peternak

Kepercayaan merupakan keyakinan yang dimiliki dalam hubungan dengan

partner kerja terkait dengan sikap jujur dan saling membantu satu sama lain.

Kepercayaan dapat tercipta ketika suatu pihak merasa nyaman melakukan

pertukaran dengan pihak lain yang penuh kejujuran dan dapat dipercaya. Untuk

mendapatkan kepercayaan dari pelanggan maka harus melakukan komunikasi

secara efektif, mengadopsi norma-norma yang diyakini pelanggan, dan menjauhi

penilaian yang negatif (Morgan dan Hunt, 1994). Kepercayaan peternak terhadap

petugas kesehatan hewan terlihat dari kedekatan yang terbangun selama peternak

69

menggunakan jasa dari petugas kesehatan hewan. Hasil penelitian Meliana, dkk

(2013) menyebutkan bahwa hanya ada satu kunci untuk membangun kepercayaan

konsumen yaitu dengan pendekatan. Kedekatan ini memiliki tiga titik tolak, yaitu

kedekatan fisik, kedekatan intelektal dan kedekatan emosional. Tingkat

kepercayaan peternak terhadap petugas kesehatan hewan pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Tingkat Kepercayaan Peternak terhadap Petugas Kesehatan Hewan

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kedekatan Fisik 13,33 86,67 0,00

2 Kedekatan Intelektual 10,00 73,33 16,67

3 Kedekatan Emosional 100,00 0,00 0,00

Tingkat Kepercayaan Peternak 30,00 70,00 0,00

Tabel 25 menunjukkan penilaian tingkat kepercayaan peternak terhadap

petugas kesehatan hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut

responden pada penelitian ini sebagian besar peternak menilai dalam kategori

sedang (70%) yang dilihat dari masing-masing sub variabel (Lampiran 9).

Penilaian peternak mengenai kedekatan fisik dengan petugas kesehatan hewan

sebagian besar menilai dalam kategori sedang (86,67%) terlihat dari peternak

yang melibatkan petugas kesehatan hewan untuk menjaga kesehatan dan

produktifitas ternaknya dengan menggunakan jasa petugas kesehatan hewan dan

cara petugas kesehatan hewan membangun komunikasi dengan peternak.

Penilaian peternak terhadap indikator kedekatan intelektual sebagian besar

peternak menilai dalam kategori sedang (73,33%) terlihat dari kepuasan peternak

70

terhadap hasil kerja dari petugas kesehatan hewan. Penilaian peternak terhadap

indikator kedekatan emosional dengan petugas kesehatan hewan seluruh peternak

menilai dalam kategori tinggi (100%) terlihat dari sikap peternak yang

mempercayakan petugas kesehatan hewan untuk mengatasi permasalahan yang

berkaitan dengan kesehatan dan produktifitas ternak. Penilaian tingkat

kepercayaan peternak terhadap petugas kesehatan hewan secara umum baik dokter

hewan ataupun mantri hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut

responden pada penelitian ini masing-masing dapat dilihat pada Tabel 26 dan 27.

Tabel 26. Tingkat Kepercayaan Peternak terhadap Dokter Hewan

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kedekatan Fisik 26,66 16,67 56,67

2 Kedekatan Intelektual 20,00 20,00 60,00

3 Kedekatan Emosional 93,33 6,67 0,00

Tingkat Kepercayaan Peternak 26,66 66,67 6,67

Tabel 26 menunjukkan penilaian tingkat kepercayaan peternak terhadap

dokter hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada

penelitian ini sebagian besar peternak menilai dalam kategori sedang (66,67%)

yang dilihat dari masing-masing sub variabel (Lampiran 9). Penilaian peternak

mengenai kedekatan fisik dengan dokter hewan sebagian besar menilai dalam

kategori rendah (56,67%) hal ini dikarenakan peternak tidak terlalu bergantung

pada dokter hewan ketika membutuhkan pelayanan kesehatan hewan untuk

ternaknya selain itu komunikasi antara dokter hewan dan peternak hanya terjadi

pada saat peternak menggunakan jasa dari dokter hewan yag menyebabkan

71

kurangnya komunikasi yang terjalin antara peternak dan dokter hewan. Penilaian

peternak terhadap indikator kedekatan intelektual sebagian besar peternak menilai

dalam kategori rendah (60%) karena kurangnya timbal balik dari peternak kepada

dokter hewan. Penilaian peternak terhadap indikator kedekatan emosional dengan

dokter hewan dalam kategori tinggi (93,33%) karena peternak mempercayai

dokter hewan unuk menangani ternaknya saat menggunkan jasa dari dokter hewan

dan menunjukkan sikap saling menghargai antara keduanya. Hasil penelitian

menunjukkan kepercayaan peternak terhadap dokter hewan di Kelurahan

Cipageran dalam kategori sedang atau dapat dikatakan cukup.

Tabel 27. Tingkat Kepercayaan Peternak terhadap Mantri Hewan

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kedekatan Fisik 3,33 90,00 6,67

2 Kedekatan Intelektual 50,00 36,67 13,33

3 Kedekatan Emosional 100,00 0,00 0,00

Tingkat Kepercayaan Peternak 60,00 40,00 0,00

Tabel 27 menunjukkan penilaian tingkat kepercayaan peternak terhadap

mantri hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada

penelitian ini sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (60%) yang

dilihat dari masing-masing sub variabel (Lampiran 9). Penilaian peternak

mengenai kedekatan fisik dengan mantri hewan sebagian besar menilai dalam

kategori sedang (90%) hal ini ditunjukkan dengan sikap peternak yang lebih

tergantung pada mantri hewan untuk mencari solusi permasalahan yang berkaitan

dengan produktifitas ternak dan kesehatan hewan. Penilaian peternak terhadap

72

indikator kedekatan intelektual sebagian besar peternak menilai dalam kategori

tinggi (50%) karena peternak merasa nyaman berkonsultasi dengan mantri hewan.

Penilaian peternak terhadap indikator kedekatan emosional dengan petugas

kesehatan hewan seluruh peternak menilai dalam kategori tinggi (100%) peternak

mempercayai mantri hewan unuk menangani ternaknya saat menggunkan jasa dari

dokter hewan dan menunjukkan sikap saling menghargai antara keduanya. Hasil

penelitian menunjukkan kepercayaan peternak terhadap mantri hewan di

Kelurahan Cipageran dalam kategori tinggi atau dapat dikatakan baik.

Uraian diatas menunjukkan tingkat kepercayaan peternak terhadap petugas

kesehatan pada penelitian ini yang meliputi dokter hewan dan mantri hewan

dalam kaegori sedang hingga tinggi atau dapat dikatakan sudah cukup baik hal ini

terlihat dari beberapa kedekatan yang terjalin antara peternak dan petugas

kesehatan hewan diantaranya, kedekatan fisik, kedekatan intelektual, dan

kedekatan emosional. Kepercayaan peternak merupakan pondasi dari hubungan

timbal balik karena tanpa adanya kepercayaan maka hubungan timbal balik antara

peternak dan petugas kesehatan hewan tidak akan terjadi.

4.4.1 Kedekatan Fisik

Kedekatan Fisik, adalah seberapa dekat peternak dengan petugas

kesehatan hewan dan bagaimana petugas kesehatan hewan bisa membangun

komunikasi yang baik dengan para konsumennya yaitu peternak. Kedekatan fisik

antara petugas kesehatan hewan dan peternak dapat dinilai dari dua indikator

diantaranya, tindakan peternak pada saat membutuhkan dan mendapatkan

pelayanan kesehatan hewan dan cara petugas kesehatan hewan membangun

73

komunikasi dengan peternak. Kedekatan Fisik antara peternak dan petugas

kesehatan hewan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Kedekatan Fisik dengan Petugas Kesehatan Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Tindakan dari Peternak 0,00 93,33 6,67

2 Cara Petugas Membangun Komunikasi 6,67 90,00 3,33

Kedekatan Fisik 13,33 86,67 0,00

Tabel 28 menunjukkan kedekatan fisik antara peternak dan petugas

kesehatan hewan secara umum baik dokter hewan ataupun mantri hewan yang

bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini sebagian

besar dalam kategori sedang (86,67%) yang dilihat dari dua indikator (Lampiran

10). Tindakan peternak terhadap petugas kesehatan hewan saat membutuhkan dan

mendapatkan pelayanan sebagian besar dalam kategori sedang (93,33%) hal ini

terlihat dari peternak yang selalu memanggil petugas kesehatan hewan untuk

mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dari ternak yang dipeliharanya.

Penilaian peternak mengenai cara petugas kesehatan hewan membangun

komunikasi sebagian besar dalam kategori sedang (90%) karena peternak

mengakui bahwa petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran berupaya

untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan secara langsung ataupun tidak

langsung untuk menambah pengetahuan peternak berkaitan dengan kesehatan

hewan. Kedekatan fisik antara peternak dengan petugas kesehatan hewan di

Kelurahan Cipageran terdiri dari dokter hewan dan mantri hewan yang masing-

masing ditunjukkan pada Tabel 29 dan 30.

74

Tabel 29. Kedekatan Fisik dengan Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Tindakan dari Peternak 0,00 40,00 60,00

2 Cara Petugas Membangun Komunikasi 30,00 70,00 0,00

Kedekatan Fisik 26,66 16,67 56,67

Tabel 29 menunjukkan kedekatan fisik antara peternak dan dokter hewan

yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini

sebagian besar dalam kategori rendah (56,67%) yang dilihat dari dua indikator

(Lampiran 10). Adapun responden yang menyatakan kedekatan fisik yang dimiliki

dokter hewan tinggi (26,66%) hal ini disebabkan dalam hal kesehatan hewan

peternak lebih sering menggunakan jasa dari dokter hewan dan dokter hewan

memberikan client education yang bermanfaat bagi peternak yang terlihat dari

cara membangun komunikasi dokter hewan dalam kategori sedang (70%).

Sebagian besar responden yang menilai kedekatan fisik antara peternak dan dokter

hewan relatif sedang hingga rendah karena dalam hal kesehatan hewan peternak

jarang menggunakan jasa dari dokter hewan kecuali sudah dalam keadaan

mendesak hal ini ditunjukkan dari tindakan peternak saat membutuhkan jasa

dokter hewan masih dalam kategori rendah (60%). Alasan dari peternak adalah

biaya yang dikeluarkan ketika menggunakan jasa dari dokter hewan relatif lebih

mahal selain itu ada sebagian peternak yang merasa mantri hewan mampu untuk

mengobati segala penyakit ternaknya. Pemerintah Kota Cimahi telah menyediakan

pelayanan dokter hewan gratis bagi peternak di Kelurahan Cipageran tetapi karena

faktor kebiasaan dan merasa tidak enak jika menggunakan jasa dokter hewan

75

dengan cuma-cuma menjadikan peternak enggan menggunakan jasa dari dokter

hewan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Cimahi.

Tabel 30. Kedekatan Fisik dengan Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Tindakan dari Peternak 63,33 36,67 0,00

2 Cara Petugas Membangun Komunikasi 26,67 66,67 6,67

Kedekatan Fisik 63,33 30,00 6,67

Tabel 30 menunjukkan kedekatan fisik antara peternak dan mantri hewan

yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini

sebagian besar dalam kategori tinggi (63,33%) yang dilihat dari dua indikator

(Lampiran 10). Mantri hewan merupakan fasilitas dari Koperasi dan CV Barokah

bagi para peternak dimana peternak telah membayar iuran setiap melakukan

penyetoran susu sehingga peternak tidak perlu mengeluarkan biaya ketika

menggunakan jasa dari mantri hewan. Hal ini terlihat dari tindakan peternak

terhadap mantri hewan saat membutuhkan dan mendapatkan pelayanan dalam

kategori tinggi (63,33%) dimana peternak hanya perlu mengeluarkan uang

pengganti bensin sesuai dengan kemampuan peternak. Sedangkan responden yang

menilai kedekatan fisik antara peternak dengan mantri hewan sedang (30%), dan

responden yang menilai kedekatan fisik antara peternak dan mantri hewan rendah

(6,67%) karena responden menggunakan jasa dari mantri hewan sesuai dengan

kebutuhan. Mantri hewan digunakan ketika ternak memerlukan tindakan yang

berkaitan dengan produktifitas ternak seperti Inseminasi Buatan dan ketika ternak

76

sakit peternak tetap menggunakan jasa dari dokter hewan karena peternak merasa

dokter hewan lebih ahli dalam menangani penyakit.

Kedekatan fisik merupakan salah satu indikator penting dalam hubungan

timbal balik karena dapat membangun kepercayaan dan mengetahui seberapa

besar kepercayaan yang diberikan peternak terhadap petugas kesehatan hewan.

4.4.2 Kedekatan Intelektual

Kedekatan Intelektual perlu diterapkan juga agar kepercayaan tidak hanya

pada permukaan saja, tapi juga bisa meraih ke pikiran. Kedekatan intelektual

antara peternak dan petugas kesehatan hewan yang bertugas di Kelurahan

Cipageran menurut responden pada penelitian ini dilihat dari dua indikator

diantaranya kepuasan dari peternak dan timbal balik dari peternak. Kedekatan

Intelektual antara peternak dan petugas kesehatan hewan pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Kedekatan Intelektual dengan Petugas Kesehatan Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kepuasan dari Peternak 3,33 50,00 46,67

2 Timbal Balik dari Peternak 0,00 73,33 26,67

Kedekatan Intelektual 10,00 73,33 16,67

Tabel 31 menunjukkan kedekatan intelektual antara peternak dan petugas

kesehatan hewan secara umum baik dokter hewan ataupun mantri hewan yang

bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini sebagian

77

besar dalam kategori sedang (73,33%) yang dilihat dari dua indikator (Lampiran

11). Kepuasan dari peternak terhadap pelayanan dari petugas kesehatan hewan

sebagian besar dalam kategori sedang (50%) hal tersebut terlihat dari peternak

yang merasa puas karena ternaknya menunjukkan perkembangan yang postif

setelah mendapatkan tindakan dan peternak selalu memberikan jasa medik yang

sesuai hal tersebut terlihat dari timbal balik dari peternak terhadap petugas

kesehatan yang termasuk dalam kategori sedang (73,33%).

Hasil penelitian menunjukkan kedekatan intelektual antara peternak dengan

petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran dalam kategori sedang atau

dapat dikatakan cukup. Kedekatan intelektual antara peternak dan petugas

kesehatan hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran meliputi dokter hewan

dan mantri hewan menurut responden pada penelitian ini masing-masing dapat

dilihat pada Tabel 32 dan 33.

Tabel 32. Kedekatan Intelektual dengan Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kepuasan dari Peternak 13,33 30,00 56,67

2 Timbal Balik dari Peternak 20,00 33,33 46,67

Kedekatan Intelektual 20,00 20,00 60,00

Tabel 32 menunjukkan kedekatan intelektual antara peternak dan dokter

hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian

ini sebagian besar dalam kategori rendah (60%) yang dilihat dari dua indikator

(Lampiran 11). Hal ini disebabkan peternak merasa kurang nyaman

menyampaikan keluhan kepada dokter hewan yang ditunjukkan kepuasan

78

peternak sebagian besar menilai dalam kategori rendah (56,67%). Timbal balik

dari peternak terhadap dokter hewan sebagian besar dalam kategori rendah

(46,67%) hal ini terlihat dari sikap peternak yang kurang merekomendasikan

dokter hewan dengan alasan biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan jasa

dokter hewan cukup besar. Adapun responden yang menyatakan kedekatan

intelektual antara peternak dengan dokter hewan tinggi hingga sedang. Hal ini

disebabkan peternak merasa puas dengan kinerja dokter hewan sehingga peternak

merasa aman ketika ternaknya sedang diberi tindakan oleh dokter hewan. Selain

itu peternak membayar jasa medik sesuai dengan tarif yang berlaku dan tidak

merasa keberatan karena peternak merasa tarif tersebut sesuai dengan hasil kerja

yang dihasilkan oleh dokter hewan.

Tabel 33. Kedekatan Intelektual dengan Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Kepuasan dari Peternak 30,00 56,67 13,33

2 Timbal Balik dari Peternak 26,67 73,33 0,00

Kedekatan Intelektual 50,00 36,67 13,33

Tabel 33 menunjukkan kedekatan intelektual antara peternak dan mantri

hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian

ini sebagian besar dalam kategori tinggi (50%) yang dilihat dari dua indikator

(Lampiran 11). Hal ini disebabkan peternak merasa nyaman menyampaikan

keluhan kepada mantri hewan yang ditunjukkan dari kepuasan dari peternak

masuk dalam kategori sedang (56,67%) selain itu peternak tidak merasa keberatan

dengan biaya yang dikeluarkan untuk mantri hewan hal ini ditunjukkan dari

79

timbal balik peternak termasuk dalam kategori sedang (73,33%) hal ini

dikarenakan mantri hewan merupakan tanggung jawab dari KUD Sarwa Mukti

dan CV Barokah. Responden yang menyatakan kedekatan intelektual antara

peternak dengan mantri hewan sedang (36,67%) hingga rendah (13,33%)

disebabkan peternak merasa ternaknya akan lebih cepat menunjukkan

perkembangan positif ketika ditangani oleh dokter hewan. Kedekatan intelektual

salah satu hal penting agar kepercayaan antara petugas kesehatan hewan dan

peternak tetap terjaga.

4.4.3 Kedekatan Emosional

Kedekatan fisik dan intelektual memang perlu dibangun, tetapi yang

paling penting adalah mempertahankan kedekatan secara emosional. Kedekatan

emosional inilah yang membuka kunci “kepercayaan”. Kedekatan emosional

meliputi rasa saling percaya dan ketulusan untuk saling menghargai. Kedekatan

emosional yang terjalin dengan petugas kesehatan hewan yang bertugas di

Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini dilihat dari dua

indikator diantaranya rasa saling percaya dan sikap saling menghargai. Kedekatan

emosional antara peternak dan petugas kesehatan hewan pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 34.

80

Tabel 34. Kedekatan Emosional dengan Petugas Kesehatan Hewan

No Indikator Jumlah

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Saling Percaya 43,33 56,67 0,00

2 Saling Menghargai 86,67 13,33 0,00

Kedekatan Emosional 100 0,00 0,00

Tabel 34. dapat diketahui kedekatan emosional antara peternak dan

petugas kesehatan hewan secara umum baik dokter hewan ataupun mantri hewan

yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini

sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (100%) yang dilihat dari

dua indikator (Lampiran 12). Rasa saling percaya antara peternak dan petugas

kesehatan hewan sebagian besar peternak menilai dalam kategori sedang

(56,67%). Sikap saling menghargai antara peternak dengan petugas kesehatan

hewan sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (86,67%).

Kedekatan emosional yang terjalin dengan petugas kesehatan hewan yang

meliputi dokter hewan dan mantri hewan yang bertugas yang bertugas di

Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini masing-masing dapat

dilihat pada Tabel 35 dan 36.

Tabel 35. Kedekatan Emosional dengan Dokter Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Saling Percaya 70,00 30,00 0,00

2 Saling Menghargai 90,00 10,00 0,00

Kedekatan Emosional 93,33 6,67 0,00

81

Tabel 35 menunjukkan kedekatan emosional antara peternak dan dokter

hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian

ini sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (93,33%) yang dilihat

dari dua indikator (Lampiran 12). Rasa saling percaya antara peternak dan dokter

hewan sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (70%). Sikap saling

menghargai antara peternak dengan dokter hewan sebagian besar peternak menilai

dalam kategori tinggi (90%).

Tabel 36. Kedekatan Emosional dengan Mantri Hewan

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

…%...

1 Saling Percaya 73,33 26,67 0,00

2 Saling Menghargai 93,33 6,67 0,00

Kedekatan Emosional 100,00 0,00 0,00

Tabel 36 menunjukkan kedekatan emosional antara peternak dan mantri

hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian

ini sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (100%) atau dapat

dikatakan baik yang dilihat dari dua indikator (Lampiran 12). Rasa saling percaya

antara peternak dan mantri hewan sebagian besar peternak menilai dalam kategori

tinggi (33%). Sikap saling menghargai antara peternak dengan mantri hewan

sebagian besar peternak menilai dalam kategori tinggi (93,33%).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui kedekatan emosional antara

peternak dengan petugas kesehatan hewan secara umum yang meliputi dokter

hewan dan mantri hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut

responden pada penelitian ini sebagian besar dalam kategori tinggi hingga sedang

82

hal ini menunjukkan bahwa peternak percaya dan merasa aman ketika ternaknya

mendapatkan tindakan dari petugas kesehatan hewan. Petugas kesehatan hewan

menunjukkan sikap yang ramah kepada peternak dan berusaha untuk bekerja

secara professional hal ini ditunjukkan dari kesediaan petugas kesehatan hewan

untuk melayani peternak 24 jam jika dalam keadaan darurat begitupun sebaliknya

peternak menyampaikan complain dengan sopan, selain itu peternak sangat jarang

menyampaikan complain karena jika ada kekecewaan dari peternak masih dalam

batas wajar dan dapat dimengerti oleh peternak. Kedekatan emosional yang tinggi

akan mempengaruhi peternak dalam menggunakan jasa dari petugas kesehatan

hewan karena kedekatan emosional merupakan dasar untuk membangun

kepercayaan.

4.5 Hubungan antara Kinerja Petugas Kesehatan Hewan dengan Tingkat

Kepercayaan Peternak

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Rank Spearman (rs) dengan

aplikasi SPSS diperoleh nilai Pv 0,013 pada tingkat signifikansi 0,05. Nilai Pv <

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja petugas

kesehatan hewan dengan tingkat kepercayaan peternak. Nilai koefisien korelasi

(rs) hubungan antara kinerja dokter hewan dengan tingkat kepercayaan peternak

sapi perah di Kelurahan Cipageran adalah sebesar 0,446 (Lampiran 13). Mengacu

pada aturan Guilford nilai korelasi tersebut menandakan bahwa hubungan antara

kinerja petugas kesehatan hewan dengan tingkat kepercayaan peternak adalah

posotif (searah), dan termasuk dalam kategori memiliki hubungan sedang.

Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja dari petugas kesehatan hewan

selama petugas kesehatan hewan memberikan pelayanan kepada peternak. Kinerja

83

dalam makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja melainkan bagaimana

proses kerja berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kinerja

petugas kesehatan hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut

responden termasuk dalam kategori sedang yaitu dengan persentase 66,67%. Hal

ini menunjukkan kinerja petugas kesehatan hewan yang bertugas di Cipageran

dapat dikatakan cukup.

Kinerja petugas kesehatan hewan pada penelitian ini dapat diukur dari

instrumen yang dikembangkan dalam indikator kinerja secara umum diantaranya

kualitas kerja, kuantitas kerja, pelaksanaan tugas, dan tanggung jawab. Kualitas

kerja menunjukan kerapihan, ketelitian, keterkaitan hasil kerja dengan tidak

mengabaikan volume pekerjaan. Kualitas kerja petugas kesehatan hewan yang

bertugas di Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini

cenderung sedang dengan persentase 66,67%. Hal ini disebabkan petugas

kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran melakukan pemeriksaan dan

pengobatan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh ternak selain itu

peralatan yang digunakan pun sudah cukup memadai dan menunjang pemeriksaan

serta pengobatan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan hewan.

Kuantitas kerja, menunjukan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang

dilakukan dalam suatu waktu. Kuantitas kerja merupakan bagaimana respon

petugas kesehatan hewan dan seberapa sering peternak menggunakan jasa petugas

kesehatan hewan dalam satu bulan. Kuantitas kerja mantri hewan yang bertugas di

Kelurahan Cipageran menurut responden pada penelitian ini cenderung tinggi

dengan persentase 73,33%. Hal ini karena peternak di Kelurahan Cipageran

menggunakan jasa petugas kesehatan hewan sesuai dengan kondisi dari ternak

84

mereka. Petugas kesehatan hewan yang ada di Kelurahan Cipageran telah

melakukan beberapa jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

Pelaksanaan tugas, meliputi pengalaman, kemampuan bekerja sama,

pemahaman tugas, efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya,

keahlian dalam menjalankan tugas, inisiatif dan kepedulian terhadap tugas.

Pelaksanaan tugas mantri hewan yang bertugas di Kelurahan Cipageran menurut

responden pada penelitian ini cenderung tinggi hingga sedang dengan persentase

masing-masing 50%. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan tugas dari petugas

kesehatan hewan telah sesuai dengan wewenang dan apabila ada permasalahan

petugas kesehatan hewan selalu menyampaikan kepada peternak

Tanggung jawab, menunjukkan sikap petugas kesehatan hewan dalam

menerima dan melaksanakan pekerjaannya, serta mempertanggung jawabkan hasil

kerjanya. Tanggung jawab petugas kesehatan hewan yang bertugas di Kelurahan

Cipageran menurut responden pada penelitian ini cenderung sedang dengan

persentase 56,67%. Hal ini terlihat dari petugas kesehatan hewan di Kelurahan

Cipageran yang telah menunjukkan tanggung jawabnya dengan selalu

menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan tidak lepas tangan ketika ternak

yang ditangani tidak menunjukkan perkembangan positif.

Kepercayaan adalah ekspresi atau pengharapan positif kepada orang lain

tanpa melalui kata-kata. Salah satu pihak dianggap berperan sebagai controlling

assets (memiliki sumber-sumber pengetahuan) sementara pihak lainnya meilai

bahwa berbagi penggunaan sumber-sumber terseut dalam suatu ikatan akan

memberikan manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan

peternak terhadap petugas kesehatan hewan termasuk dalam kategori sedang

dengan persentase 70%. Hal ini terlihat dari kedekatan yang terjalin antara

85

peternak dan petugas kesehatan hewan diantaranya kedekatan fisik, kedekatan

intelektual, dan kedekatan emosional.

Kedekatan fisik merupakan bagaimana mantri hewan membangun

komunikasi yang baik dengan para konsumennya. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kedekatan fisik antara petugas kesehatan hewan dengan peternak termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase 86,67%. Hal ini terlihat dari peternak

yang selalu memanggil petugas kesehatan hewan untuk mendapatkan pelayanan

sesuai dengan kebutuhan dari ternak yang dipeliharanya. Selain itu peternak

mengakui bahwa petugas kesehatan hewan di Kelurahan Cipageran berupaya

untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan secara langsung ataupun tidak

langsung untuk menambah pengetahuan peternak berkaitan dengan kesehatan

hewan.

Kedekatan intelektual adalah kedekatan yang bukan hanya pada

permukaan saja akan tetapi bisa meraih ke pikiran seperti kepuasan peternak dan

timbal balik dari peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedekatan

intelektual antara petugas kesehatan hewan dengan peternak termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase 73,33%. Hal tersebut terlihat dari peternak yang

merasa puas karena ternaknya menunjukkan perkembangan yang postif setelah

mendapatkan tindakan dan peternak selalu memberikan jasa medik yang sesuai.

Kedekatan emosional adalah kunci untuk membuka “kepercayaan”.

Kedekatan emosional meliputi rasa saling percaya dan ketulusan untuk saling

menghargai. Hasil penelitian menunjukkan kedekatan emosional antara petugas

kesehatan hewan denga peternak termasuk dalam kategori tinggi yaitu dengan

persentase 100%. Hal ini terlihat dari peternak percaya dan merasa aman ketika

ternaknya mendapatkan tindakan dari petugas kesehatan hewan. Petugas

86

kesehatan hewan menunjukkan sikap yang ramah kepada peternak dan berusaha

untuk bekerja secara professional.

Hasil penelitian yang menunjukkan terdapat hubungan antara kinerja

petugas kesehatan hewan dengan tingkat kepercayaan peternak dalam kategori

cukup berarti sehinngga dapat dikatakan baik atau tidaknya kinerja dari petugas

kesehatan hewan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan peternak terhadap

petugas kesehatan hewan.