hubungan antarkelompok

58
BAB 10 Hubungan Antar Kelompok KONSEP KELOMPOK DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK Kalau dalam bab-bab sebelumnya bahasan kita dipusatkan pada apa yng terjadi di kala seseorang atau beberapa orang anggota masyarakat berinteraksi dengan seseorang atau beberapa orang lain, maka dalam bab ini bahasan akan kita pusatkan pada hubungan antar-kelompok (intergroup relations), hubungan antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai ciri khusus. Pettigrew (1968:277) mendefinisikan intergroup relations sebagai “the social interactions between any two or more groups.” Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok menurut Robert Bierstedt, yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statistical group, societal group, social group, dan associational group. Dalam pembahasan kita mengenai hubungan antar-kelompok, yang dimaksudkan kelompok mencakup keempat tipe kelompok yang disebutkan oleh Bierstedt

Upload: arnold-jayendra-sianturi

Post on 26-Jul-2015

3.692 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antarkelompok

BAB 10

Hubungan Antar Kelompok

KONSEP KELOMPOK DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

Kalau dalam bab-bab sebelumnya bahasan kita dipusatkan pada apa yng terjadi di

kala seseorang atau beberapa orang anggota masyarakat berinteraksi dengan seseorang atau

beberapa orang lain, maka dalam bab ini bahasan akan kita pusatkan pada hubungan antar-

kelompok (intergroup relations), hubungan antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai

ciri khusus. Pettigrew (1968:277) mendefinisikan intergroup relations sebagai “the social

interactions between any two or more groups.”

Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok

menurut Robert Bierstedt, yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statistical

group, societal group, social group, dan associational group. Dalam pembahasan kita

mengenai hubungan antar-kelompok, yang dimaksudkan kelompok mencakup keempat tipe

kelompok yang disebutkan oleh Bierstedt tersebut. Dengan demikian kita menggunakan

konsep kelompok dalam arti luas.

KLASIFIKASI KELOMPOK YANG TERLIBAT DALAM

HUBUNGAN ANTARKELOMPOK

Dalam bahasan berikut ini kata kelompok dalam konsep hubungan antar kelompok

mencakup semua kelompok yang diklasifikasikan oleh Kinloch (1979). Kriteria pertama yang

disebutkan Kinloch terdiri atas ciri fisiologis. Atas dasar ini dijumpai pengelompokan yang

Page 2: Hubungan Antarkelompok

didasarkan pada persamaan jenis kelamin (laki-laki-perempuan), usia (tua-muda), dan ras

(antara lain Hitam-Putih).

Kriteria kedua adalah kebudayaan. Menurut kinloch kategori ini mencakup kelompok

yang diikat oleh persamaan kebudayaan, seperti kelompok etnik (misalnya Aceh,

Minangkabau, Minahasa, Ambon, Dayak dan sebagainya).Meskipun Kinloch tidak

menyabutkan faktor agama, namundalam banyak kasus pengelompokan berdasarkan

persamaan agama pun dapat dimasukkan dalam kategori ini.

Kriteria ketiga ialah kriteria ekonomi. Atas dasar kriteria ini Kinloch membedakan

antara mereka yang tidak mempunyai kekuasaan ekonomi dan mereka yang mempunyainya.

Kriteria terakhir ialah prilaku. Atas dasar ini dijumpai pengelompokan berdasarkan

cacat fisik, berdasarkan cacat mental, dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat.

DIMENSI HUBUNGAN ANTARKELOMPOK

Hubungan antarkelompok mempunyai berbagai dimensi.Dalam hubungan ini Kinloch

mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kelompok minoritas dapat dikaji dengan

menggunakan enam dimensi berlainan. Dimensi utama yang dijabarkannya ialah dimensi

sejarah, dimensi demografi, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi gerakan sosial, dan

dimensi tipe utama hubungan antarkelompok (lihat Kinloch, 1979:3-10). Disini kita akan

membatasi diri pada empat dari enam dimensi tersebut, yaitu dimensi sejarah, dimensi sikap,

dimensi institusi, dan dimensi gerakan sosial.

Kajian dari sudut dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan

berkembangnya hubungan antarkelompok. Bilamanakah, misalnya, kontak pertama antara

Page 3: Hubungan Antarkelompok

kelompok ras Kulit Putih dan Kulit Hitam terjalin? Bagaimanakah kontak tersebut kemudian

berkembang menjadi hubungan dominasi, dan bahkan perbudakan?

Melalui dimensi sikap kita mengamati sikap anggota suatu kelompok terhadap

anggota lain, dan sebaliknya. Bagaimanakah, misalnya, sikap anggota kelompok etnik

Tionghoa terhadap kelompok pribumi di Indonesia, dan bagaimana pula sikap kelompok

pribumi terhadap anggota kelompok etnik Tionghoa? Stereotip dan prasangka apakah yang di

punyai suatu kelompok mengenai anggota kelompok lain, misalnya stereotip dan prasangka

orang kaya mengenai orang miskin, orang heteroseks mengenai orang homoseks, orang muda

mengenai orang tua, orang bertubuh utuh normal mengenai para penyandang cacat, dan orang

bermental sehat mengenai orang cacat mental?

Sikap yang dipunyai suatu kelompok terhadap kelompok lain sering kali ditunjang

dan bahkan diperkuat oleh institusi dalam masyarakat seperti institusi ekonomi dan politik.

Diskriminasi dan prasangka orang Kulit Putih terhadap orang Kulit Hitam di Republik Afrika

Selatan, misalnya, ditunjang oleh kebijaksanaan apartheid yang di masa lampau ditegakkan

oleh institusi politik dan ekonomi. Pemahaman mengenai peran institusi dalam hubungan

antar-kelompok ini diperoleh dengan kajian yang memusatkan perhatian pada dimensi

institusi.

Dimensi gerakan sosial merupakan suatu dimensi lain dalam hubungan

antarkelompok. Kajian dari sudut pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang

sering dilancarkan suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lain;

misalnya gerakan ANC (African National Congress) di Republik Afrika Selatan, atau

gerakan kelompok usia lanjut (Grey Panthers), gerakan pembebasan perempuan (Women’s

Liberation Movement), gerakan Kulit Hitam moderat NAACP (National Association for the

Page 4: Hubungan Antarkelompok

Advancement of Colored People), dan gerakan Kulit Hitam radikal Black Panthers di

Amerika Serikat.

Disamping dimensi yang telah disebutkan Kinloch dalam hubungan antarkelompok

masih ada dimensi lain yang perlu kita perhatikan, yaitu dimensi prilaku dan dimensi prilaku

kolektif.

Yang termasuk dalam dimensi prilaku ialah prilaku suatu kelompok terhadap anggota

kelompok lain, seperti misalnya prilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak sosial. Selain itu

hubungan antarkelompok pun sering diwarnai oleh peristiwa prilaku kolektif seperti

demonstrasi protes, huru-hara, perusakan dan pembunuhan serta bentrokan fisik seperti

misalnya konflik terus menerus antara anggota African National Congress (ANC) dengan

orang Zulu pengikut anggota gerakan Zulu Inkatha Freedom Movement yang pernah terjadi

di Afrika Selatan dan telah mengakibatkan jatuhnya korban ribuan jiwa dan sejumlah besar

harta benda di kedua belah pihak, atau pembunuhan besar-besaran oleh kaum mayoritas Hutu

terhadap kaum minoritas Tutsi di Rwanda yang menelan korban ratusan ribu jiwa manusia.

Menjelang akhir abad 20 masyarakat kita pun dilanda bentrokan fisik antarkelompok, antara

lain di Kabupaten Sambas, Propinsi Maluku, dan Timor Timur.

KELOMPOK MAYORITAS DAN MINORITAS

Pembahasan mengenai hubungan antarkelompok merupakan pembahasan mengenai

stratifikasi sosial, bilamana kita berbicara mengenai dua kelompok yang berada dalam strata

berbeda atas dasar adanya ketidaksamaan dalam berbagai bidang--kekuasaan, prestise,

privilese. Dengan demikian tidaklah mengherankan bilamana antara antara kedua pokok

bahasan-stratifikasi sosial dan hubungan antarkelompok--banyak dijumpai tumpang tindih.

Kalaupun kita mencari perbedaan, maka perbedaan yang dijumpai cenderung terletak pada

penekanan; pembahasan mengenai stratifikasi sosial biasanya lebih banyak diarahkan pada

Page 5: Hubungan Antarkelompok

deskripsi dan penjelasan gejala perbedaan status sosial dalam masyarakat, terutama

perbedaan kelas sosial, sedangkan pembahasan mengenai hubungan antarkelompok

cenderung dipusatkan pada deskripsi dan penjelasan hubungan sosial antara kelompok yang

statusnya berbeda, terutama yang menyangkut status yang diperoleh sejak lahir seperti status

se bagai anggota suatu kelompok ras, etnik atau agama.

Suatu bentuk hubungan yang banyak disoroti dalam kajian terhadap hubungan

antarkelompok ialah hubungan mayoritas-minoritas. Apa yang dimaksudkan dengan konsep

mayoritas dan minoritas? Kinloch mendefinisikan mayoritas sebagai berikut: any power

group that defines itself as normal and superior and other as abnormal and inferior on the

basis of certain perceived characterstics, and exploits or discriminate agains them in

consequence (Kinloch, 1979:38).

Dari definisi Kinloch ini kita dapat jumpai beberapa unsur. Mayoritas

didefinisikannya sebagai suatu kelompok kekuasaan; kelompok tersebut menganggap dirinya

normal, sedangkan kelompok lain (yang oleh Kinloch dinamakan kelompok minoritas)

dianggap tidak normal serta lebih rendah karena dinilai mempunyai ciri tertentu; atas dasar

anggapan tersebut kelompok lain itu mengalami eksploitasi dan diskriminasi. Ciri tertentu

yang dimaksudkan di sini ialah ciri fisik, ekonomi, budaya, dan perilaku.

Dalam definisi Kinloch ini kelompok mayoritas ditandai oleh adanya kelebihan

kekuasaan; konsep mayoritas tidak dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok. Menurut

Kinloch mayoritas dapat saja terdiri atas sejumlah kecil orang yang berkuasa atas sejumlah

besar orang lain. Kalau kita berpegang pada definisi Kinloch, maka di masa masih

berlakunya sistem Apartheid kelompok Kulit Putih di Republik Afrika Selatan merupakan

kelompok mayoritas karena menguasai kaum Kulit Hitam meskipun jumlah kaum Kulit Putih

jauh lebih kecil daripada jumlah kaum Kulit Hitam. Segi ini penting diperhatikan, karena ada

Page 6: Hubungan Antarkelompok

ilmuwan sosial yang berpendapat bahwa konsep mayoritas didasarkan pada keunggulan

jumlah anggota. Atas dasar jumlah anggota kelompok misalnya, Mely G. Tan membedakan

antara golongan mayoritas-minoritas atas dasar kelompok kecil masyarakat kota dan

kelompok besar masyarakat desa, antara kelompok kecil kaum terdidik dan masa tak terdidik,

antara sejumlah kecil orang kaya dengan sejumlah besar orang miskin, serta klasifikasi yang

terkait dengan sifat majemuk masyarakat indonesia (lihat Tan, 1976).

Sehubungan dengan konsep mayoritas ini, ada baiknya kita melihat konsep

kebudayaan mayoritas dominan (dominant majority culture) yang diangkat Edward M.

Bruner dari penelitiannya di kota Medan dan Bandung (lihat Bruner, 1974). Menurut Bruner

ada-tidaknya suatu kebudayaan mayoritas dominan menentukan bentuk hubungan

antarkelompok di suatu wilayah. Medan merupakan suatu kota yang terdiri atas sejumlah

minoritas tanpa adanya suatu kebudayaan dominan sehinga antara kelompok etnik yang ada

berkembang persaingan ketat dan hubungan antaretnis yang tegang, sedangkan di kota

Bandung kebudayaan yang dominan ialah kebudayaan sunda selaku kebudayaan kelompok

mayoritas sehingga di sana pendatang harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan tersebut

dan hubungan antaretnis yang ada bersifat lebih terbuka dan santai.

RAS

Apakah yang dimaksukan dalam konsep ras? Banton (1967:55-76) mengemukakan

bahwa kelompok ras dapat didefinisikan secara fisik maupun secara sosial. Namun

menurutnya kedua definisi tersebut tidak pernah dapat identik, karena pendefinisian secara

fisik selalu mengalami distorsi demi kepentingan definisi sosial sehingga antara definisi fisik

dan definisi sosial terjadi kesenjangan. Sebagai contoh Banton mengajukan pengalaman

Henry Koster, yang mengisahkan bagaimana di Brazil abad 19 seorang berdarah campuran

(mullato) diperlakukan sebagai orang Kulit Putih setelah ia berhasil meraih posisi tinggi

Page 7: Hubungan Antarkelompok

dalam masyarakat. Banton mengemukakan pula bahwa di banyak negara bagian Selatan

Ameria seseorang yang mempunyai seorang nenek moyang berkulit Hitam secara sosial akan

di definisikan dan diperlakukan sebagai orang Kulit Hitam, meskipun secara fisik ia berdarah

campuran dan menurut warisan genetika ia myngkin lebih banyak berdarah Kulit Putih.

Bagi Banton ras merupakan suatu tanda peran (role sign); perbedaan fisik dijadikan

dasar untuk menetapkan peran yang berbeda. Dalam masyarakat ras majemuk yang

menghubungkan ras dengan harapan peran, kedudukan seseorang dalam dimensi kekuasaan,

prestise, dan privilese tergantung pada ciri fisik yang dibawanya sejak lahir. Apabila di

daerah Selatan Amerika di masa lampau seseorang secara sosial didefinisikan sebagai orang

Kulit Hitam maka peran yang diharapkan orang Kulit Putih darinya ialah, antara lain, sikap

menghormat di kala berhadapan dengan orang Kulit Putih, tidak menatap wajah, tidak

berbicara lebih dahulu bila tidak di sapa, menghindari pokok bahasan tertentu dan

sebagainya.

Redfield (1943) pun melihat bahwa konsep ras merupakan suatu gejala sosial yang

berlainan dengan konsep ras sebagai suatu gejala biologis. Menurutnya para ahli antropologi

fisisk tidak akan menganggap orang Yahudi sebagai suatu kelompok ras biologis, karena

menurut mereka persamaan di antara mereka terlalu sedikit sedangkan persamaan dengan

anggota kelompok lain terlalu besar. Dengan demikian Redfield menjuluki kaum Yahudi

sebagai kelompok yang secara sosial di anggap sebagai kelompok ras (socially supposed

race). Oleh karena kesukaran mengidentfikasikan orang Yahudi secara fisik maka di kala

kaum Nazi berkuasa di Eropa orang yang di anggap sebagai warga ras Yahudi diwajibkan

memakai pita kuning atau bintang David.

Adanya keterkaitan antara pengelompokan sosial dengan ciri fisik nampak dalam

definisi v.d. Berghe. Menurut v.d. Berghe (1967:9) ras berarti kelompok yang didefinisikan

Page 8: Hubungan Antarkelompok

secara sosial atas dasar kriteria fisik (a group that is socially defined but on the basis of

physical criteria).

Menurut v.d. Berghe sejumlah ilmuwan sosial enggan menggunakan istilah ras dan

lebih cenderung menggunakan istilah kasta (caste), dengan pertimbangan bahwa sebenarny

kelompok ras memiliki dua ciri yang sama dengan kasta di India yaitu adanya endogami dan

status yang tidak dapat berubah. Ia sendiri tidak keberatan atas penggunaan istilah kasta

untuk mengacu pada kelompok ras namun berusaha membedakan istilah kasta di India

dengan istilah kasta dalam pengertian kelompok ras dengan jalan menggunakan istilah kasta

ras (racial caste) atau kasta warna kulit (color caste. Lihat v.d. Berghe, 1967:11).

KELOMPOK ETNIK

Kalau konsep kelompok ras didasarkan pada persamaan ciri fisik, maka konsep

kelompok etnik di dasarkan pada persamaan kebudayaan. Francis (1947) mengklasifikasikan

kelompok etnik (ethnic group) sebagai suatu bentuk Gemeinschaft ( apakah anda masih ingat

pembagian kelompok oleh Tonnies?) yang ditandai persamaan warisan kebudayaan dan

ikatan batin (we-feeling) diantara anggotanya. Menurut Francis kelompok etnik merupakan

sejenis komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah,

sikap, dan sistem politik. Perumusan yang lebih jelas adalah definisi Morris berikut ini: A

distinct category of the population in a large society whose culture is usually different from

our own. The members of such a group are, or feel themselves, or are thought to be, bound

together by common ties of race or nationaly or culture (Morris,1968).

Mengingat bahwa di Indonesia dikenal konsep suku bangsa, pertanyaan yang akan

timbul ialah: apa beda konsep suku bangsa dengan kelompok etnik? Koentjaraningrat (1983)

berpendapat bahwa kedua bermakna sama namun mengusulkan agar istilah kelompok etnik

diganti dengan istilah golongan etnik atau suu-bangsa dengan alasan bahwa suku-bangsa

Page 9: Hubungan Antarkelompok

bukan kelompok melainkan golongan. Yang dimaksudkannya dengan golongan ialah kategori

sosial. Istilah golongan digunakan pula oleh Mely G. Tan, yang mengedit buku berjudul

Golongan etnik Tionghoa di Indonesia (1979).

RASISME

Apakah yang dimaksudkan dengan istilah rasisme? Menurut Kornblum (1989:292):

Racism is an ideology based on the belief that an observable, suppsedly inherited

trait, such as skin color, is a mark of inferiority that justifies the discriminatory

treatment of people with that trait.

Di sini rasisme didefinisikan sebagai suatu ideologi. Ideologi ini di dasarkan pada

keyakinan bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa pemilik ciri

tersebut lebih rendah sehingga mereka dapat didiskriminasi. Pandangan hampir serupa kita

jumpai pula dalam definisi v.d. Berghe berikut ini:

Racism is any set of beliefs that organic, genetically transmitted differences (whether

real or imagined) between human group are intrinsically associated with the presence

or the absence of certain socially relevant abilities or characteristics, hence that such

differences are a legitimate basis of individous distinctions between group socially

defined as races (167:11).

Dalam definisi ini v.d. Berghe menjelaskan bahwa ciri yang diperoleh melalui

kelahiran itu dikaitkan dengan ada-tidaknya ciri dan kemampuan sosial tertentu sehingga

perlakuan berbeda terhadap suatu kelompok ras tertentu dibenarkan.

Page 10: Hubungan Antarkelompok

SEKSISME

Disamping rasisme kita menjumpai pula ideologi lain yang juga berusaha

membenarkan diskriminasi terhadap kelompok lain atas dasar anggapan bahwa perbedaan

yang dibawa sejak lahir terkait dengan status lebih rendah. Salah satu diantaranya ialah

sexism. Para penganut ideologi ini misalnya percaya bahwa dalam hal kecerdasan dan

kekuatan fisik laki-laki melebihi perempuan, atau bahwa perempuan lebih emosional

daripada laki-laki. Atas dasar ideologi ini dilakukanlah deskriminasi terhadap perempuan;

dalam hal pendidikan dan pekerjaan, misalnya, perempuan sering ditempatkan pada posisi

yang kurang memerlukan kecerdasan dan kekuatan fisik dan lebih menghendaki kecermatan

dan emosi. Kita pun mendengar bahwa para karyawati muda-terutama yang belum

berkeluarga-sering mengalami godaan dan gangguan pihak atasan atau rekan laki-laki

sekantor yang mengarah kehubungan seks (pelecehan seks atau sexual harrassment). Dalam

masyarakat kita masih menjumpai orang tua yang lebih mengutamakan pendidikan formal

bagi anak laki-laki daripada bagi anak perempuan mereka dengan mengemukakan bahwa

pendidikan terlalu tinggi bagi anak perempuan tidak perlu karena akhirnya mereka akan

menjadi ibu rumah tangga. Andaikata pun anak perempuan dibiayai pendidikan tingginya,

orang tua pun masih sering merasa berhak menentukan jurusan yang dipilih putrinya. Tidak

jarang anak perempuan yang ingin melanjutkan studi yang cenderung ditekuni laki-laki

seperti misalnya matematika, ilmu pengetahuan alam atau teknologi terpaksa mengurungkan

niatnya karena orang tua mereka mengarahkan mereka ke bidang yang menurut mereka lebih

cocok dengan “kodrat perempuan” seperti bidang pendidikan dan keguruan, kesejahteraan

keluarga, kesekretariatan dan keperawatan. Dalam berbagai masyarakat perempuan tidak

mempunyai hak pilih.

Page 11: Hubungan Antarkelompok

AGEISM

Ideologi lain yang dikaitkan dengan ciri yang dibawa sejak lahir ialh ideologi bahwa

orang pada usia tertentu layak didiskriminasi karena mereka kurang mampu apabila

dibandingkan dengan orang dalam kelompok usia lain (ageism). Dalam hal pendapatan,

misalnya, orang dibawah umur dan orang berusia lanjut cenderung menerima lebih sedikit

daripada orang dewasa yang berada dalam usia kerja karena adanya ideologi bahwa orang

dalam usia kerja lebih produktif daripada anak-anak atau orang berusia lanjut. Dibidang

kekuasaan kita sering menjumpai bahwa orang yang berada pada usia kerja pun cenderung

mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut nasib di bawah umur serta orang berusia

lanjut, seperti misalnya keputusan mengenai pilihan pendidikan, pemenuhan keperluan

pokok, besarnya tunjangan pensiun dan sebagainy dengan alasan bahwa orang dewasa

berusia kerja lebih mengetahui apa yang baik bagi anak-anak dan orang berusia lanjut.

Stratifikasi berdasarkan kesehatan mental pun melibatkan perbedaan kekuasaan,

prestise dan privilese. Orang yang di nilai cacat mental oleh masyarakat harus tunduk pada

kekuasaan orang yang dinilai bermental sehat. Berulang kali kita memperoleh informasi dari

media massa bahwa di berbagai daerah kita orang yang sakit jiwa dipasung oleh keluarganya.

Dalam masyarakat industri maju orang yang sakit jiwa seringkali dirawat dirumah sakit jiwa

untuk jangka waktu lama di luar kehendak mereka. Di bidang prestise dan privilese status

mereka rendah pula karena mereka tidak mampu bertindak mandiri sehingga dalam semua

urusan harus diwakili orang lain.

Page 12: Hubungan Antarkelompok

RASIALISME

Dikala kita berbicara mengenai rasisme kita berbicara mengenai idelogi yang

membenarkan diskriminasi terhadap anggota kelompok ras lain. Apabila kita berbicara

tentang rasialisme, di pihal lain, kita tidak berbicara mengenai ideologi melainkan mengeai

praktik diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Praktik berupa penolakan menjual atau

menyewakan rumah atau kamar kepada anggota kelompok ras atau etnik tertentu atau

penolakan lamaran kerja atau lamaran masuk sekolah yang diajukan oleh anggota kelompok

ras atau etnik tertentu, apabila didasarkan pertimbangan rasisme, merupakan praktik rasialis.

Akhir-akhir ini berkembang gejala rasialisme di beberapa negara Eropa, yang antara lain

berbentuk serangan fisik kelompok pemuda kulit putih terhadap orang asing seperti para

migran dan pengungsi dari Timur Tengah yang telah membawa korban jiwa dan harta benda.

HUBUNGAN ANTARKELOMPOK: DIMENSI SEJARAH

Bagaimanakah stratifikasi etnik timbul? Menurul Noel (1968) statifikasi etnik (yang

mencakup pula stratifikasi ras, agama, dan kebangsaan) hanya dapat terjadi apabila tiga

prasyarat terpenuhi, yaitu: etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan kekuasaan. Oleh

Sumner(1940), etnosentrisme didefinisikan sebagai”. . . view of things in which one’s own

group is the center of everything, and all others are scaled and rated with reference to it”—

suatu sudut pandang yang menempatkan kelompok sendiri di atas segala-galanya dan yang

menilai kelompok lain dengan memakai kelompok sendiri sebagai acuan. Stratifikasi etnik

tidak terjadi bila yang terpenuhi hanya satu atau dua prasyarat. Etnosentrisme saja, misalnya,

tidak mengakibatkan stratifikasi etnik bila antara kedua kelompok yang berinteraksi terjalin

kerja sama dan kesalingtergantungan. Etnosentrisme dan persaingan tanpa disertai perbedaan

kekuasaan, menurut Noel, hanya akan menghasilkan persaingan berkepanjangan tanpa

Page 13: Hubungan Antarkelompok

penyelesaian. Untuk membuktikan tesisnya Noel mengemukakan bahwa berkembangnya

kontak antara kelompok Kulit Putih dan kelomlpok Kulit Hitam menjadi hubungan

perbudakan dimungkinkan karena adanya etnosentrisme di pihak kelompok Kulit Putih,

adanya persaingan di bidang ekonomi, dan adanya kekuasaan lebih besar di pihak kelompok

Kulit Putih.

Stratifikasi jenis kelamin merupakan suatu gejala yang diusahakan untuk dijelaskan

oleh berbagai ilmuwan sosial. Dalam kaitan ini Ransford (1980) menyajikan beberapa

pandangan, antara lain dari Randall Collins dan Talcott Parsons. Collins berpandangan bahwa

satu-satunya faktor yang mengawali dan mendasari dominasi dan eksploitasi laki-laki atas

perempuan ialah kekuatan fisik. Namun Collins melihat bahwa eksploitasi ini dapat

dihentikan bila perempuan dilindungi oleh negara, dan bilamana perempuan dapat meraih

posisi di bidang ekonomi.

Parsons mengaitkan stratifikasi dengan industrialisasi. Menurutnya dalam masa

praindustri belum ada pembagian kerja yang jelas dan tegas antara laki-laki dan perempuan;

baik laki-laki maupun perempuan terlibat dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi

bahan keperluan pokok. Dalam banyak masyarakat pedesaan kita, misalnya, kaum

perempuan bahu-membahu dengan para laki-laki dalam kegiatan produksi di bidang

pertanian maupun peternakan. Namun dengan munculnya industrialisasi maka terjadi pula

pembagian kerja yang semakin rinci, dan fungsi yang semula dilakukan oleh laki-laki

maupun perempuan lambat laun dipisahkan. Perempuan semakin berperan dalam keluarga,

sedangkan laki-laki lebih berperan di luar keluarga. Fungsi tertentu seperti sosialisasi anak

lebih ditekankan pada perempuan, sedangkan fungsi lain seperti mencari nafkah lebih banyak

dilakukan oleh laki-laki.

Page 14: Hubungan Antarkelompok

Stratifikasi usia merupakan suatu pokok bahasan yang diulas secara rinci oleh

Ransford (1980b). Menurut Ransford kekhususan stratifikasi usia terletak pada kenyataan

bahwa status dalam jenjang kekuasaan, prestise dan privilese berbentuk kurvilinear—pada

usia muda dan usia status seseorang rendah, sedangkan status tinggi dimiliki di kala

seseorang berusia dewasa. Dikala berusia muda seorang anak berada di bawah kekuasaan

orang tuanya, wajib menghormati mereka dan secara ekonomis pun tergantung pada mereka.

Kekuasaan, prestise dan privilese mulai dimiliki semenjak seseorang mulai meningkat

dewasa dan meningkat sampai menjelang usia pensiun. Setelah itu kekuasaan, prestise dan

privilese berkurang dan seseorang cenderung semakin tergantung pada orang yang lebih

muda.

POLA HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

Atas dasar perjalanan sejarah hubungan antarkelompok para ilmuwan sosial telah

mengidentifikasi berbagai kemungkinan pola hubungan. Banton (1967:68-76) misalnya

mengemukakan bahwa kontak antara dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi,

dominasi, paternalisme, pluralismme, atau integrasi. Meskipun Bonton mengkhususkan diri

pada pola hubungan antarras, beberapa di antara pola yang disebutkannya dijumpai pula pada

hubungan antarkelompok lain.

Akulturasi terjadi manakala kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai

berbaur dan berpadu. Meskipun menurut Banton akulturasi sering terjadi antara kebudayaan

dua masyarakat yang posisinya relatif sama, namun ini tidak menutup kemungkinan terhadap

bentuk akulturasi antara dua masyarakat yang posisinya tidak sama. Di masa penjajahan,

misalnya, kita melihat bahwa kebudayaan orang Belanda di Indonesia menyerap berbagai

unsur kebudayaan Indonesia, seperti cara berbusana (misalnya pemakaian bahan batik untuk

Page 15: Hubungan Antarkelompok

celana laki-laki), cara makan (misalnya makan nasi dengan lauk-pauknya yang dijuluki

rijsttafel), dan gaya berbahasa (misalnya penyerapan kata dari bahasa daerah).

Menurut v.d. Berghe (1967) dalam sejumlah kasus akulturasi disertai pula oleh proses

dekulturasi (deculturatiori). Contoh yang antara lain dikemukakannya ialah kasus hilangnya

kebudayaan asli dan hancurnya kehidupan keluarga orang Afrika yang secara paksa diculik

untuk dijadikan budak di Amerika Utara, dan dibunuhnya unsur pimpinan orang Aztec di

Mexico oleh orang Spanyol yang diikuti dengan pemindahan penduduk secara paksa,

penundukan, dan penciptaan semacam sistem feodal baru (v.d. Berghe, 1967).

Dominasi terjadi bilamana suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Kedatangan

orang Kulit Putih di benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia diikut dengan dominasi atas

penduduk setempat. Disamping dalam hubungan antarras sebagaimana yang disebutkan

Banton, pola domonasi ini tentu kita jumpai pula dalam pengelompokan lain. Kita

menjumpai, antara lain, bahwa suatu kelompok etnik mendominasi kelompok etnik lain, laki-

laki mendominasi perempuan, orang kaya mendominasi orang miskin, orang dewasa

mendominasi orang yang belum cukup umur dan sebagainya.

Dalam kaitan dengan dominasi ini ada baiknya kita memperhatikan empat macam

kemungkinan proses yang menurut Kornblum (1988) dapat terjadi dalam suatu hubungan

antarkelompok, yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu

kelompok tertentu (genocide), pengusiran, perbudakan, segregasi dam asimilasi. Kita lihat,

misalnya, bahwa dalam berbagai kasus dominasi dilakukan bersamaan dengan pembunuhan

terhadap penduduk.

Selama Perang Dunia II sekitar enam juta orang Yahudi dibunuh secara masal oleh

kaum Nazi Jerman. Contoh lain dalam sejarah mengenai genocide ialah, antara lain,

pembunuhan yang di alami warga suku Aztec di Mexico di tangan orang Spanyol, suku

Page 16: Hubungan Antarkelompok

Indian di tangan orang Amerika, orang Cambodia di tangan rezim Khmer Merah di bawah

Pol Pot, dan orang Bushmen di tangan orang Boer di Afrika Selatan. Pembunuhan yang

dilakukan orang Serbia terhadap sejumlah besar warga Muslim di Bosnia-Herzegovina sejak

tahun 1992 dan terhadap orang keturunan Albania di Kosovo pada tahun 1999-suatu proses

yang oleh pers diberi nama ethnic cleansing (pembersihan etnik yang selain pembunuhan

melibatkan pula pengusiran jutaan warga Muslim Bosnia dan Kosovo, penahanan,

penganiayaan dan perkosaan terhadap kaum perempuan) termasuk dalam kategori ini (lihat,

antara lain, TIME No. 33 th 1992). Kematian warga suatu kelompok ras dalam jumlah besar

sering terjadi pula karena mereka menjadi korban berbagai penyakit baru yang dibawa oleh

kelompok ras pendatang yang dominan.

Pengusiran terhadap warga suatu kelompok ras atau etnik merupakan pola yang sering

terjadi dalam sejarah. Di Uganda pernah terjadi pengusiran terhadap orang keturunan India.

Di Indonesia pernah ada larangan bagi orang asing untuk bersagang di pedesaan, dengan

akibat bahwa sejumlah besar warga negara asing keturunan Tionghoa terpaksa pindah dari

daerah pedesaan ke daerah perkotaan atau bahkan ke luar negri. Berbagai bentrokan

antarkelompok yang terjadi pada tahun 1999 di berbagai daerah yang diwarnai pembunuhan

dan pembakaran kawasan hunian telah mengakibatkan pengungsian sejumlah besar warga

kelompok migran asal Madura dari Kabupaten Sambas dan warga asal Sulawesi Selatan dari

Pulau Ambon. Pemerintah Israel secara berkala mengusir warga Palestina dari tepi Barat

sungai Jordan sedangkan pembangunan permukiman Yahudi di kawasan tersebut berjalan

terus.

Menurut Banton paternalisme adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang

atas kelompok ras pribumi. Banton mengemukakan bahwa pola ini muncul manakala

kelompok pendatang yang secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah jajahan.

Page 17: Hubungan Antarkelompok

Dalam pola hubungan ini Banton membedakan tiga macam masyarakat: masyarakat

metropolitan (di daerah asal pendatang ), masyarakat kolonial yang terdiri atas para

pendatang serta sebagian dari masyarakat pribumi, dan masyarakat pribumi dijajah. Dalam

pola hubungan paternalismme ini penduduk pribumi tetap berada di bawah kekuasaan

penguasa pribumi, namun penguasa pribumi mengakui kedaulatan penguasa asing atas

wilayah mereka. Di masa penjajahan pola seperti ini pernah diterapkan Belanda di berbagai

daerah di Indonesia.

Integrasi yang dimaksudkan Banton ialah pola hubungan yang mengakui adanya

perbedaan ras dalam masyarakat tetapi tidak memberi makna penting pada perbedaan ras

tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dengan ras seseorang hanya terbatas pada bidang

tertentu saja dan tidak ada sangkut-pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih

dengan usaha.

Menurut Banton pluralisme merupakan suatu pola hubungan yang di dalamnya

mengenal pengakuan persamaan hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat namun

memberikan arti penting lebih besar pada kemajemukan kelompok ras daripada dalam pola

integrasi. Dalam pola ini solidaritas dalam masing-masing kelompok ras lebih besar.

Perlu di kemukakan di sini bahwa penulis lain mempunyai gambaran berbeda

mengenai konsep pluralisme ini. Furnivall, misalnya, berpendapat bahwa masyarakat

majemuk merupakan suatu masyarakat yang di dalamnya kelompok berbeda tercampur tetapi

tidak berbaur. Contoh yang dikemukakannya ialah masyarakat indonesia di masa penjajahan,

yang di dalamnya mempunyai tiga kelompok ras yang hidup berdampingan dalam satuan

politik yang sama namun menurutnya terpisah: kelompok Eropa, kelompok Timur Asing,dan

kelompok pribumi (lihat Furnivall,1948). Contoh lain dari masyarakat majemuk dalam artian

ini menurut Broom dan Selznick (1977) ialah masyarakat Kanada yang terdiri atas dua

Page 18: Hubungan Antarkelompok

kelompok utama: kelompok keturunan Prancis di Quebec dan kelompok keturuna Inggris,

masyarakat Swiss yang terdiri atas dua kelompok agama (Protestan dan Katolik) dan

mengenal tiga bahasa nasional (Jerman, Italia dan Perancis), dan masyarakat Afrika Selatan

yang terdiri atas kelompok Kulit Putih dan kelompok Kulit Berwarna (kelompok Kulit Hitam

dan kelompok Keturunan Asia). Banton berpendapat bahwa suatu pola mempunyai

kecenderungan untuk lebih berkembang ke suatu arah tertentu daripada ke arah lain.

Dikemukakannya, antara lain, bahwa pola dominasi cenderung mengarah ke pola pluralisme,

sedangkan pola akulturasi dan pola paternalisme cenderung mengarah ke pola integrasi.

Stanley Lieberson pun mencoba mengklasifikasikan pola hubungan antarkelompok

(lihat Lieberson, 1961). Menurutnya kita dapat membedakan antara dua pola utama: pola

dominasi kelompok pendatang atas kelompok pribumi (migrant superordination), dan pola

dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous superordination). Pola

dominasi pendatang terutama kita jumpai dalam kasus kedatangan orang Eropa ke berbagai

daerah di Asia, Afrika dan Amerika. Pola dominasi kelompok pribumi atas pendatang kita

jumpai dalam kasus negara Eropa dan Amerika yang menerima imigran dari negara lain;;

misalnya dominasi kelompok Kulit Putih di Inggris, Perancis, Amerika Serikat atas para

imigran.

Menurut Lieberson perbedaan pola hubungan superordinasi-subordinasi antara

migran-penduduk asli menentukan pula hubungan antara kedua kelompok. Dikemukakannya,

antara lain, bahwa pengendalian politik dan ekonomi oleh migran menghasilkan perubahan

besar pada institusi politik dan ekonomi serta demografi penduduk setempat dan suatu waktu

cenderung memancing reaksi keras dari mereka. Dari sejarah masyarakat kita tentu masih

kita ingat bahwa dominasi Belanda di Pulau Jawa antara lain ditandai kebijaksanaan ekonomi

berupa perubahan pertanian padi yang berorientasi pada konsumsi sendiri menjadi pola

Page 19: Hubungan Antarkelompok

pertanian tanaman yang berorientasi pada ekspor. Kebijaksanaan ini membawa dampak besar

pada struktur penduduk; Geertz (1963) misalnya mengemukakan bahwa kebijaksanaan

belanda dalam penanaman tebu mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Pulau Jawa.

Kita pun telah melihat bahwa di berbagai kawasan kedatangan dan dominasi orang Barat

telah mengakibatkan berkurangnya jumlah penduduk setempat karena dilaksanakannya

genocide dan tersebarnya penyakit baru.

Dominasi pribumi di bidang ekonomi dan politik, di pihak lain, kurang memancing

konflik dengan pihak migran yang didominasi. Penguasa pribumi cenderung dapat

mempertahankan keutuhan institusi politik dan ekonomi mereka.

Dalam bidang kontak dengan kelompok etnik lain Lieberson melihat bahwa dalam

rangka memantapkan kepentingan mereka kelompokmigran dominan kadangkala mengubah

komposisi penduduk dengan jalan mendatangkan migran dari kelompok lain. Orang Inggris,

Amerika dan Portugis, misalnya, mendatangkan orang Afrila ke Amerika untuk dipekerjakan

sebagai budak di perkebunan; untuk memenuhi keperluan akan tenaga pengusaha orang

Belanda mendatangkan orang Tionghoa ke Indonesia dan orang Inggris mendatangkan orang

India ke Fiji; orang Jawa dikirim Belanda ke Suriname untuk bekerja di perkebunan.

Kelompok pribumi dominan, di pihak lain, berusaha mempertahankan dominasi mereka

dengan jalan mengendalikan jumlah dan jenis migran yang masuk dalam masyarkat mereka.

Perbedaan lain yang di lihat Lieberson terletak di bidang konflik dan asimilasi.

Lieberson melihat bahwa di situasi dominasi migran sering terjadi perang antara migran dan

penduduk setempat, dan bahwa di kalangan penduduk setempat sering berkembang

nasionalisme yang kuat. Dalam situasi dominasi penduduk setempat, di pihak lain, kelompok

migran cenderung mengasimilasikan diri dengan penduduk setempat.

Page 20: Hubungan Antarkelompok

DIMENSI SIKAP

Prasangka

Dalam hubungan antarkelompok sering ditampilkan sikap yang khas. Dalam kaitan

ini, salah satu konsep yang banyak diulas oleh para ilmuwan sosial ialah prasangka

(prejudise).

Prasangka (prejudise) merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna.

Namun dalam kaitannya dengan hubungan antarkelompok istilah ini mengacu pada sikap

bermusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa

kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini dinamakan

prasangka sebab dugaan orang yang dianut orang yang berprasangka tidak didasarkan pada

pengetahuan, pengalaman ataupun bukti yang cukup memadai. Pandangan laki-laki bahwa

perempuan lebih banyak emosi dan kurang rasio, pandangan orang Kulit Putih di daerah

selatan Amerika Serikat bahwa oarang Kulit Hitam adalah orang yang tidak tahu diri dan

yang bertekad untuk menyaingi karyawan Kulit Putih serta memperkosa perempuan Kulit

Putih (lihat v.d. Berghe, 1967:87), pandangan dikalangan orang pribumi kita di Sukabumi

bahwa orang Tionghoa terlalu lihai ddan curang dalam berdagang semata-mata tertarik pada

uang (lihat Tan,1963:274),pandangan dikalangan orang Tiongha di Semarang bahwa mereka

lebih cerdas dan lebih mampu daripada orang Indonesia (lihat Willmott,1970),pandangan

dikalangan orang Sunda bahwa orang Batak kasar dan agresif (lihat Bruner,1974) merupakan

contoh mengenai prasangka antarkelompok.

Menurut Banton (1967:293-314) dalam hal tertentu istilah prasangka mempunyai

makna hamper serupa dengan istilah antagonism dan antipati.Beda utamanya ialah bahwa

antagonisme atau antipati dapat dikurangi atau diberantas melalui pendidikan,sedangkan

sikap bermusuhan pada orang yang berprasangka bersifat tidak rasional dan berada dibawah

Page 21: Hubungan Antarkelompok

sadar sehingga sukar diubah meskipun orang yang berprasangka tersebut diberi

penyuluhan,pendidikan atau bukti yang menyangkal kebenaran prasangka yang dianut.

Mengapa suatu kelompok berprasangka terhadap kelompok lain? Salah satu teori

yang dipelopori Dollard ialah teori frustrasi-agresi.Menurut Banton (1967:294-299) teori ini

mengatakan bahwa orang yang akan melakukan agresi manakala usahanya untuk

memperoleh kepuasan terhalang.Jika agresi tidak dapat ditujukan pada pihak yang

menghalangi usahanya,maka agresi tersebut dialihkan (displaced) ke suatu kambing hitam

(scapegoat).Menurut teori ini dimasa lalu orang kulit putih miskin di daerah Selatan Amerika

Serikat yang tidak memperoleh pekerjaan,misalnya,mengalihkan agresi mereka pada sasaran

yang tidak berdaya,yaitu orang kulit hitam.Penelitian Selo Soemardjan terhadap perilaku

kolektif di Sukabumi pada tahun 1963 mengungkapkan bahwa perusakan orang pribumi

terhadap harta benda orang Tiongha antara lain dilandasi rasa tidak puas terhadap

pemerintah,yang dialihkan pada orang Tiongha.Kesulitan ekonomi yang banyak dihadapi

orang Jerman bagian Timur setelah terjadinya penyatuan Jerman Timur dengan Jerman Barat

diduga menjadi salah satu sebab terjadinya seorang fisik terhadap para migran dan pengungsi

asing yang bermukim di negara itu.

STEREOTIP

Stereotip (stereotype) merupakan suatu konsep yang erat kaitannya dengan konsep

prasangka:orang yang menganut stereotip mengenai kelompok lain cenderung berprasangka

terhadap kelompok tersebut.Menurut Kornblum (1988:303) stereotip merupakan citra yang

kaku mengenal suatu kelompok rasa tau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran

citra tersebut.Menurut Banton (1967:299-303) stereotip mengacu pada kecenderungan bahwa

sesuatu yang dipercayai orang bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak peka terhadap

Page 22: Hubungan Antarkelompok

fakta objektif. Stereotip mungkin ada benarnya,tetapi tidak seluruhnya benar.Menurut

stereotip yang yang dipunyai orang Amerika mengenai orang keturunan

Polandia,misalnya,orang Polandia antara lain bodoh,kotor,tidak berpendidikan,tidak

berbudaya(lihat Kornblum,1988:304).Menurut Kornblum stereotip ini berasal dari abad ke

19,tatkala orang Polandia yang bermigrasi ke Amerika adalah petani yang tak berpendidikan.

Stereotip yang dikemukakan diatas bersifat negatif.Namun stereotip dapat pula

bersifat positif,contohnya bahwa perempuan antara lain bersifat

menyenangkan,halus,hangat,berhati lmbut, memahami,sopan,lembut (lihat Light,Keller dan

Calhoun,1989:337).

Suatu klasifikasi menarik dikemukakan oleh Pettigrew (1968:277-282).Menurutnya

kita perlu memperhatikan dua macam stereotip negative yang saling bertentangan yang

diajukan oleh Janowitz dan Bettelheim:stereotip superego (the superego stereotype)dan

stereotip id (the id stereotype).Stereotip superego melihat suatu kelompok mempunyai sifat

pribadi tertentu,seperti sifat berambisi,rajin,penuh usaha,cerdas,curang,tidak jujur.Menurut

Pettigrew stereotip ini melekat pada kelompok tertentu yang sering menjadi perantara seperti

orang Yahudi,orang Tiongha di Asia,dan orang keturunan India di Afrika.Sebagaimana

nampak dari pembahasan diatas,menurut Tan stereotip sejenis ini dipunyai orang pribumi di

Sukabumi mengenai orang Tiongha.

Stereotip id,di pihak lain melihat bahwa suatu kelompok yang cenderung berada

pada lapisan bawah masyarakat bersifat malas,tanpa tanggung jawab,tidak

berambisi,bodoh,tidak dapat menahan diri.Menurut Pettigrew stereotip seperti ini antara lain

dipunyai orang kulit putih di Amerika mengenai orang kulit hitam,dan orang Italia mengenai

orang yang berasal dari Italia Selatan.Sebagaimana telah dikemukakan di kala membahas

Page 23: Hubungan Antarkelompok

prasangka,menurut Willmott stereotip sejenis ini dipunyai pula oleh orang Tiongha di

Semarang mengenai orang Indonesia.

DIMENSI INSTITUSI

Menurut Kinloch kajian mengenai dimensi institusi meliputi institusi dalam

masyarakat institusi social,politik,ekonomi yang mengatur hubungan

antarkelompok.Pengaturan tersebut menurut Kinloch dapat memperkuat pengendalian

social,sikap,dan hubungan antarkelompok (lihat Kinloch,1979).Perlu pula diingat bahwa

institusi dapat pula berfungsi untuk menghilangkan pola hubungan antarkelompok yang ada.

Ideologi rasisme yang menganggap bahwa orang kulit putih lebih unggul dari pada

orang kulit berwarna(white supremacy) antara lain pernah dianut Amerika Serikat dan di

Republik Afrika Selatan (lihat Banton,1967 dan v.d Beghe,1967).Meskipun kedua Negara ini

menamakan di negara demokrasi,namun menurut v.d Berghe (1967) demokrasi di Amerika

Serikat dan di Afrika Selatan dimasa lalu merupakan apa yang dinamakannya Herrenvolk

democracym (demokrasi bangsa yang lebih unggul).Dikala para perintis kemerdekaan

memikirkan demokrasi di Amerika yang mereka maksudkan bukan demokrasi bagi semua

kelompok dalam masyarakat melainkan demokrasi bagi orang kulit putih belaka.Dengan

demikian semula orang kulit hitam yang dikala itu diperbudak maupun kelompok kulit

berwarna lain seperti orang Indian tidak menikmati hak-hak warga negara yang dinikmati

orang kulit putih.Setelah perang saudara di Amerika berakhir dengan kemenangan pasukan

daerah Utara perbudakan orang kulit Hitam memang dihapuskan tetapi kemudian digantikan

dengan sistem diskriminasi ras yang bertujuan menegakkan kembali white supremacy yang

digoyahkan oleh penghapusan perbudakan.V.d Berghe mengidentifikasikan tiga macam

kebijaksanaan yang pernah diterapkan dinegara bagian selatan Amerika untuk menegakkan

keunggulan orang kulit putih (lihat v.d Berghe,1967:77-95).Salah satu diantaranya ialah

Page 24: Hubungan Antarkelompok

kebijaksanaan mencabut hak pilih(disfranchisement) orang kulit Hitam.Setelah Perang

Saudara berakhir hak pilih sejumlah besar orang Kulit Hitam di daerah Selatan dibatasi atau

dicabut dengan jalan mengundangkan peraturan baru yang menetapkan syarat tambahan bagi

pemilih seperti kewajiban lulus uji tertentu atau membayar pajak tertentu.

Kebijaksanaan lain yang pernah diterapkan didaerah Selatan ialah pemisahn warna

kulit secara fisik kebijaksanaan segregasi yang dikenal dengan nama Jim Crow.Orang yang

warna kulitnya berlainan antara lain tidak diperkenankan

beribadah,bekerja,bersekolah,makan,buang air,bepergian,bergaul,bahkan dimakamkan

bersama di suatu tempat.Segregasi ras ditegakkan melalui berbagai peraturan perundang-

undangan.Beberapa tahun yang lalu,kebijaksanaan serupa pun masih dijumpai di Afrika

Selatan dibawah nama apartheid (pemisahan).Menurut v.d.Berghe segregasi yang pernah

diterapkan melalui sistem apartheid itu berlangsung pada jenjang makro,meso,dan

mikro.Pada jenjang makro diterapkan pembedaan antara wilayah bagi Kulit Putih dan bagi

Kulit Hitam.Pada jenjang meso diterapkan kebijaksanaan pemisahan kawasan pemukiman

kelompok berbeda yang tinggal diwilayah yang sama.Pada jenjang mikro diterapkan

pemisahan fisik antarkelompok yang mencakup larangan

menikah,bergaul,bepergian,beribadah dan sebagainya.

Praktik ketiga yang menurut v.d.Berghe disuatu masa pernah diterapkan didaerah

Selatan Amerika Serikat ialah kebiasaan diluar jalur hukum untuk menyebarkan rasa takut

dalam bentuk terror terhadap kulit Hitam,antara lain berupa intimidasi,penganiayaan dan

paktik berbagai peraturan pembunuhan oleh massa yang dikenal istilah lynching.Di Afrika

Selatan belum lama berselang terungkap adanya suatu regu maut (death squad) yg melakukan

pembunuhan terhadap orang yang aktif dalam gerakan pembebasan Kulit Hitam serta

terhadap orang Kulit Putih yang bersimpati terhadap perjuangan tersebut.

Page 25: Hubungan Antarkelompok

Di Indonesia pun dikenal berbagai kebijaksanaan yang mengatur hubungan

antarkelompok.Dimasa penjajahan misalnya,penduduk dibagi dalam tiga kelompok:orang

Eropa,orang Timur Asing,dan orang Pribumi.Bagi masing-masing kelompok diterapkan

system hokum yang berbeda.Dibidang hokum perdata misalnya,bagi kelompok Eropa berlaku

hukum perdata barat sedangkan kelompok Pribumi berlaku hokum perdata adat.Sistem

peradilan yang mengadili serkara pidana dan perdata pun dibedakan.

Setelah kemerdekaan kita mengenal berbagai peraturan yang mengatur hubungan

antarkelompok,khususnya kelompok pribumi dan Tiongha.Leo Suryadinata menjabarkan

berbagai kebijaksanaan pemerintah dibidang kebudayaan,politik dan ekonomi.Kebudayaan

ini diterapkan pengaturan sekolah Tiongha,pembatasan penggunaan bahasa dan huruf

Tiongha ,dan juga agama serta adat istiadat.

Di bidang ekonomi pernah diterapkan kebijaksanaan seperti Sistem

Benteng,Gerakan Asaat dan Peraturan Pemerintah No. 10/1958.Sistem Benteng pada tahun

1950 terdiri atas pemberian perlakuan istimewa bagi importer pribumi dgn alasan melindungi

kepentingan nasional dan kepentingan kaum ekonomi lemah yaitu suatu kebijaksanaan

menurut Suryadinata dirasakan oleh orang Tionghoa sbg kebijaksanaan diskriminatif.Upaya

lain untuk melindungi pribumi muncul pula di awal 50 an dalam bentuk gerakan Asaatt.PP 10

tahun 1958 yang berisi larangan bagi WNA utk berdagang di perdesaan mgakibatkan

sejumlah besar orang Tionghoa berkewarganegaraan asing meninggalkan desa,sejumlah

besar diantara mereka kemudian bahkan meninggalkan Indonesia.

Di bidang politik dikenal berbagai kebijaksanaan politik luar negeri terhadap RRT

dan Taiwan yg membawa dampak terhadap orang Tionghoa di Indonesia.Pelaksanaan PP 10

terjadi dikala hubungan antara RI dan RRT kurang baik.Setelah hubungan antara dua negara

membaik di tahun 60-an tiba giliran orang Tionghoa yg dianggap mempunyai hubungan

Page 26: Hubungan Antarkelompok

dengan Taiwan untuk mengalami berbagai kesulitan.Keadaan berbalik lagi setelah hubungan

RI-RRT dibekukan menyusul terjadinya percobaan kudeta Gerakan 30 september.Orang

Tionghoa yg dianggap dekat dgn RRT dicurigai dan kemudian menjadi sasaran tindakan

aparat keamanan,sedangkan hubungan RI dgn Taiwan membaik lagi.Normalisasi hubungan

RI-RRT pada tahun 1990,di pihak lain pun membuka peluang usaha baru bagi kelompok

Tionghoa di Indonesia.

Kadang-kadang suatu masyarakat perlu menerapkan suatu bentuk diskriminasi

untuk mengimbangi ketidakadilan yg pernah dialami suatu kelompok di masa lalu.Di

Amerika Serikat,misalnya dikenal berbagai kebijaksanaan untuk memberikan jatah tertentu

bagi anggota kelompok minoritas dalam proses penerimaan karyawan agar kelompok ini

cukup terwakili dalam populasi angkatan kerja.Usaha pemerintah India di tahun 1990 untuk

memberikan hak istimewa dibidang pekerjaan bagi kelompok Harijan yang telah lama

menderita karena diskriminasi oleh kelompok kasta lebih tinggi mengakibatkan terjadinya

kerusuhan oleh para penentang kebijaksanaan ini serta hilangnya dukungan mayoritas

anggota parlemen sehingga cabinet jatuh.Di Malaysia pun diterapkan pemberian hak

istimewa bagi kelompok Melayu.

Diskriminasi institusi dijumpai pula trhadap anggota kelompok tertentu,misalnya

kaum perempuan,kaum penyandang cacat,kaum muda,kaum tua,tunawisma,pekerja

seks,waria,dan homoseks.Penyandang cacat fisik sering mengalami kesukaran dalam

memperoleh pendidikan atau pun pekerjaan.Masalah yang sama juga dialami oleh para waria

atau homoseks.Bekas narapidana sering sukar memperoleh pekerjaan meskipun selama

berada di rumah tahanan berkelakuan baik.

Page 27: Hubungan Antarkelompok

DIMENSI GERAKAN SOSIAL

Hubungan antarkelompokbaik hubungan yang berbentuk antar

ras,etnik,agama,generasi,jenis kelamin,antara penyandang cacat dengat yang sehat jasmani

dan rohani,sering melibatkan gerakan social baik yang diprakarsai oleh pihak yang

menginginkan perubahan maupun yang ingin mempertahankan keadaan yang ada.Usaha

untuk mengubah keadaan ini antara lain dikalangan para homoseks yang kini bergerak untuk

dapat melakukan pekerjaan tertentu yang semula tidak dapat mereka lakukan karna adanya

tantangan kuat dari masyarakat.Di Amerika,kaum homoseks memperjuangkan hak nya untuk

menjadi rohaniwan agama katolik,guru di sekolah,serta angkatan bersenjata.

Dikalangan orang usia lanjut mulai muncul gerakan untuk menghentikan praktik

yang dinilai mengandung diskriminasi terhadap orang berusia lanjut.Gerakan kelompok Kulit

Hitam seperti NAACP di Amerika Serikat serta ANC DI Republik Afrika Selatan ditujukan

pada diskriminasi ras.

Di pihak lain,kita sering menjumpai gerakan yang bertujuan mempertahankan

tatanan yang ada.Para feminis,kadangkala harus berhadapan dengan gerakan social yang

dilancarkan kaum perempuan berhaluan konservatif,yang bertujuan mempertahankan peran

perempuan sesuai dengan nilai-nilai tradisi yang berlaku.

DIMENSI PERILAKU DAN PERILAKU KOLEKTIF

Dimensi Perilaku

Diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari hubungan antarkelompok terwujud dalam

interaksi dengan anggota kelompok lain.Salah satu bentuk perilaku yang banyak ditampilkan

dalam hubungan antar kelompok ialah diskriminasi.Banton (1967:8) didefinisikan

sebagai”the differential treatment of person ascribed to particular categories.”Dalam

Page 28: Hubungan Antarkelompok

kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikkan berbagai bentuk diskriminasi yang ditujukan

pada anggota bebagai kelompok.Dibandingkan dengan kaum laki-laki misalnya,di kaum

perempuan sering mengalami lebih banyak kesukaran dalam memperoleh

pendidikan,pekerjaan atau jabatan tertentu karena dinilai berfisik lemah atau berwatak

emosional.Seorang anak Amerika usia remaja bernama Ryan White yang tertular virus HIV

melalui transfuse darah sehingga menemui ajalnya pada akhir hayatnya mengalami

diskriminasi:ia dilarang bersekolah karna masyarakat khawatir bahwa ia dapat menulari

teman-temannya.Para penyandang cacat sering mengalami kesulitan dalam memperoleh

pendidikan yang setara dengan pendidikan yang dinikmati anak-anak yang dianggap

normal.Para wisatawan asing sering mendapat pelayanan lebih baik dari petugas industry

wisata dari pada wisatawan dalam negeri.

Ranford membedakan antara diskriminasi individu (individual discrimination)dan

diskriminasi institusi (institusional discrimination).Lihat Ranfort,1980b).Berbeda dengan

diskriminasi individu yang menurut Ranford merupakan tindakan seorang pelaku yang

berprasangka,maka diskriminasi institusi tidak ada sangkut paut nya dengan prasangka

individu melainkan merupakan dampak kebijaksanaan atau praktik tertentu berbagai institusi

dalam masyarakat.Orang Kulit Hitam yang menetap didaerah kumuh di Perkotaan Amerika

yang cenderung tergolong kelompok berpenghasil rendah misalnya,memperoleh pendidikan

yang bermutu rendah karena kebanyakan sekolah mereka tidak mampu menyediakan guru

dan perlengkapan yang memadai,dengan begitu pengetahuan dan keterampilan mereka pun

berkualitas rendah,sehingga mereka kurang mampu bersaing dipasaran kerja dan angka

pengangguran akan lebih tinggi daripada kelompok Kulit Putih.

Meskipun diskriminasi individu sering kali terkait dengan prasangka,namun

prasangka bukanlah prasyarat bagi perilaku diskriminasi dan sebaiknya prasangka yang

dianut seorangpun tidak selalu membuahkan perilaku diskriminasi.Seorang dapat saja

Page 29: Hubungan Antarkelompok

melakukan diskriminasi terhadap anggota kelompok lain,perempuan,homoseks,bekas

narapidana,penyakit AIDS,atau penyandang cacat bukan karena ia meragukan

pengetahuan,keterampilan ataupun sifat mereka,melainkan karena khawatir bahwa

pondok,misalnya dapat saja menolak untuk menyawakan kamar pada seseorang yang

beragama atau bersukubangsa lain manakala iya yakin bahwa hal ini akan berakibat

terjadinya jarak social antara dirinya dengan para tetangga atau kerabatnya.

Prasangka pun tidak selalu diikuti diskriminasi. Meskipun seorang pengusaha

sebetulnya tidak menghendaki anggota kelompok agama atau suku bangsa lain sebagai

pelanggan karna berprasangka terhadap mereka,misalnya, namun ia terpaksa memberikan

pelayanan yang baik pada mereka karena khawatir bahwa tindakan diskriminasi olehnya akan

berakibat tuntunan ke pengadilan .

Jarak social . menurut banton, diskriminasi yang didefinikasinya sebagai perlakuan

berbeda terhadap orang yang termasuk dalam kategori tertentu mewujudkan jarak social.

Dengan menggunakan skala sikap yang mereka namakan skala jarak social (social distance

scale ) para ilmuan social dapat mengukur jarak social satu kelompok dengan kelompok yang

lain.Skala tersebut memuat sejumlah pertanyaan mengenai kesediaan seseorang untuk

menikah,bekerja sama,berteman,bertetanggatidak tinggal sekawasan dan tidak tinggal

senegara dengan orang dari kelompok kebangsaan atau ras lain.Meskipun yang mereka teliti

ialah sikap,namun kita dapat pula mengatakan bahwa yang dikategorikan sebagai indicator

jarak social antara lain mencakup perilaku menjauhi anggota kelompok lain,seperti perilaku

endogamy,perilaku berteman atau bergaul,dan perilaku bermukim.

Pernikahan tidak hanya memungkinkan hubungan pribadi yang intim antara kedua

mempelai tetapi juga hubungan social erat antara keluarga kedua belah pihak,sehingga

dimungkinkannya seorang anggota suatu kelompok menikah dengan anggota kelompok lain

Page 30: Hubungan Antarkelompok

dapat digunakan sebagai petunjuk kuat mengenai ketiadaan jarak social antara kedua

kelompok yang bersangkutan.Dalam kaitan ini sering dijumpai perilaku menjauhi pernikahan

dengan anggota kelompok lain yang sering didasarkan pada aturan yang ketat dengan disertai

ancaman hukuman yang berat.

Keengganan utk bertetangga dengan anggota kelompok lain pun merupakan suatu

indikasi mengenai jarak social.Keengganan orang kulit putih di banyak komonitas di

Amerika Serikat untuk bertetangga dengan orang kulit hitam tercermin dalam perilaku

menolak menjual atau menyewakan rumah atau kamar kepada orang Kulit Hitara,perilaku

kecenderungan untuk berpindah manakala orang kulit hitam berpindah kekawasan orang

berkulit putih,dan perilaku melakukan terror berupa ancaman dan perusakan harta benda

terhadap orang kulit hitam yang bermukim di kawasan orang kulit putih atau bahkan hanya

melewatinya.

Perilaku mengelompok dan menghindari kelompok lain ini menghasilkan kawasan

pemukiman tersegregasi ( segregated neighborhoods ).

Perilaku menghindari pergaulan dengan anggota kelompok lain merupakan indikasi

lain mengenai jarak social.di sekolah maupun di perguruan tinggi kita sering menjumpai

bahwa para siswa atau mahasiswa sering mengelompokan menurut agama,jenis

kelamin,kelompok etnik atau kelas social mereka .

Dimensi perilaku kolektif

Banyak diantara perilaku kolektif terbatas pada gerakan protes dan demonstasi

belaka. Namun tidak jarang pula suatu gerakan antar kelompok berkembang menjadi huru

hara yang dapat mengakibatkan pengrusakan harta benda atau bahkan mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa.

Page 31: Hubungan Antarkelompok

Dengan sendirinya perilaku kolektif tidak hanya di jumpai dalam hubungan antar

ras , tetapi juga dalam hubungan antarkelompok lainnya. Di masa kini , misalnya di india

kita masih menjumpai bahwa seorang perempuan kasta atas yang kawin lari dengan seorang

laki-laki tanpa kasta (harjari )oleh masyarakat setempat dijatuhi hukuman mati berupa

penganiayaan dan penggantungan yang diikuti dengan pembakaran .perilaku kolektif yang

ditijikan pada kelompok agama tertentu kita jumpai pula di wilayah wilayah bekas Negara

yugosvalia dan bekas uni soviet.

Ringkasan

Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok

menurut Robert bierstedt ,yaitu pembagian dalam 4 tipe kelompok yaitu statistical group ,

societal group, social group , dan associational group.faktor yang mempengaruhi kelompok

minoritas dapat dikaji dengan menggunakan dimensi sejarah,

demografi,sikap,institusi,gerakan social,dan tipe utama hubungan antar kelompok.

Suatu bentuk hubungan yang banyak disoroti dalam kajian terhadap hubungan antar

kelompok ialah hubungan mayoritas – minoritas.dalam definisi kinloch kelompok mayoritas

ditandai oleh adanya kelebihan kekuasaan.

Redfield melihat bahwa konsep ras merupakan suatu gejala social yang berlainan

dengan konsep ras sebagai suatu gejala biologis. Bagi berghe ras berarti kelompok yang

didenifisikan secara social atas dasar kriteriafisik.

Menurut francis kelompok etnik merupakan sejenis komunitas yg menampilkan

persamaan bahasa , adat kebiasaan,wilayah,sejarah,sikap,dan system politik . koenjaningrat

mengusulkan agar istilah kelompok etnik diganti dengan istilah golongan etnik / suku bangsa.

Page 32: Hubungan Antarkelompok

Rasisme didefinisikan sebagai suatu ideology yang didasarkan pada keyakinan

bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa pemilik ciri tersebut lebih

rendah sehingga mereka dapat didiskriminasi.Selain Rasisme kita menjumpai pula ideology

lain yang juga berusaha membenarkan diskriminasi terhadap kelompok lain seperti, sexism

dan ageism.Apabila kita berbicara tentang rasialisme kita juga berbicara mengenai praktik

diskriminasi terhadap kelompok ras lain.

Ideologi rasisme yang menganggap bahwa orang Kulit Putih lebih unggul dari pada

orang Kulit berwarna antara lain pernah dianut di Amerka Serikat dan di Republik Afrika

Selatan.Menurut Berghe di masa itu demokrasi di Amerika Serikat dan di Republik Afrika

Selatan merupakan apa yang dinamakannya “Herrenvolk democracy”.

Menurut Noel stratifikasi etnik terjadi apabila terpenuhi tiga syarat yaitu

etnosentrisme,persaingan,dan perbedaan kekuasaan.Collins berpandangan bahwa satu-

satunya factor yang mengawali dan mendasari stratifikasi jenis kelamin ialah kekuasaan

fisik,sedangkan Parsons mengaitkan stratifikasi jenis kelamin dengan industralisasi.Menurut

Ransford kekhususan stratifikasi usia terletak pada kenyataan bahwa status dlm jenjang

kekuasaan,prestise dan privilese berbentuk kurvilinear.

Banton mengemukakan bahwa kontak antara dua kelompok ras dapat diikuti proses

akulturasi,dominasi,paternalism,pluralism,dan integrasi.Dalam klasifikasi Lieberson

dibedakan antara pola dominasi kelompok pendatang atas kelompok pribumi dan pola

dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang.

Dalam hubungan antarkelompok sering ditampilkan prasangka.Salah satu teori

untuk menjelaskan prasangka ialah teori frustasi agresi. Streotib merupakan suatu konsep

yang erat kaitannya dengan konsep prasangka.Stereotip dapat bersifat positif maupun

Page 33: Hubungan Antarkelompok

negative.Janowitz dan Bettelheim membedakan dua macam stereotip negative yang saling

bertentangan :stereotip superego dan stereotip id.

Salah satu bentuk perlaku yang banyak ditampilkan dalam hubungan antarkelompok

ialah diskriminasi.Ransford membedakan antara diskriminasi individu (individual

discrimination) dan diskriminasi institusi (institusional discrimination). Prasangka bukanlah

prasyarat bagi perilaku diskriminas,dan sebalikny perilaku yang dianut seseorang pun tidak

selalu membuahkan perilaku diskriminasi.

Menurut Banton diskriminasi mewujudkan jarak social.Dengan mengggunakan

skala sikap yang bukanlah prasyarat bagi perilaku diskriminas,dan sebalikny perilaku yang

dianut seseorang pun tidak selalu membuahkan perilaku diskriminasi.

Menurut Banton diskriminasi mewujudkan jarak social.Dengan mengggunakan

skala sikap yang dinamakan jarak social (social distance scale) para ilmuwan social dapat

mengukur jarak social satu kelompok dengan kelompok lain.

Berghe mengidentifikasikan tiga macam kebijaksanaan dinegara bagian Selatan

Amerika untuk menegakkan keunggulan orang Kulit Putih yaitu kebijaksanaan mencabut hak

pilih (disfranchisement) orang kulit hitam,pemisahan warna kulit secara fisik,dan kebiasaan

diluar jalur hukum untuk menyebarkan rasa takut dalam bentuk terror terhadap orang Kulit

Hitam,antara lain berupa intimidasi,penganiayaan dan praktik pembunuhan oleh massa yang

dikenal istilah lynching.

Di Indonesia pun dikenal berbagai kebijaksanaan yang mengatur hubungan

antarkelompok.Di masa penjajahan misalnya,penduduk dibagi dalam tiga kelompok,orang

Eropa,orang Timur Asing,dan orang Pribumi.Setelah kemerdekaan kita mengenal berbagai

peraturan yang mengatur hubungan antarkelompok khususnya antara kelompok Pribumi dan

Page 34: Hubungan Antarkelompok

kelompok Tionghoa.Kadang-kadang suatu masyarakat menerapkan kebijaksanaan yang

dikenal dengan nama reverse discrimination.

Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan social baik yang diprakarsai

oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan

keadaan yang ada.

Hubungan antarkelompok pun sering berwujud perilaku kolektif.Tidak jarang suatu

gerakan antarkelompok berkembang menjadi huru-hara yang dapat mengakibatkan

pengrusakan harta benda atau bahkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.Hubungan

antarkelompok pun sering melibatkan gerakan social baik yang diprakarsai oleh pihak yang

menginginkan perubahan maupun yang ingin mempertahankan keadaan yang ada.

KONSEP PENTING

Akulturasi : pembauran dan perpaduan kebudayaan kelompok ras tertentu.

Dekulturasi (deculturation) : proses hilangnya kebudayaan suatu kelompok setelah

bertemu dengan kelompok lain.

Disfranchisement : kebijaksanaan mencabut hak pilih suatu kelompok tertentu.

Diskriminasi (discrimination) : perlakuan berbeda terhadap orang yang

dikelompokkan dalam kategori khusus (Banton).

Diskriminasi individu (individual discrimination) : tindakan seorang pelaku yang

berprasangka (Ransford).

Diskriminasi institusi (institutional discrimination) : diskriminasi yang tidak ada

sangkut pautnya dengan prasangka individu melainkan merupakan dampak

kebijaksanaan atau praktik tertentu berbagai institusi dalam masyarakat.

Page 35: Hubungan Antarkelompok

Dominasi : penguasaan suatu kelompok terhadap kelompok lain.

Etnosentrisme (ethnocentrism) : pandangan bahwa kelompok sendiri merupakan pusat

segalanya dan semua kelompok lain ditimbang dan diukur dengan mengacu pada

kelompok sendiri (Sumner).

Genocide : pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu

kelompok tertentu.

Hubungan antarkelompok (intergroup relations) : hubungan antara dua kelompok

atau lebih yang mempunyai ciri khusus.

Integrasi : suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam

masyarakat tetapi tidak memberikan makna penting pada perbedaan ras tersebut

(Banton)

Kelompok Etnik (ethnic group) : suatu kategori khas penduduk dalam masyarakat

lebih luas yang kebudayaannya biasanya berbeda dengan kebudayaan kita.

Lynching : intimidasi,penganiayaan dan praktik pembunuhan oleh massa Kulit Putih

terhadap orang Kulit Hitam di Amerika Serikat.

Mayoritas (majority) : setiap kelompok kekuasaan yang mendefinisikan dirinya

sebagai normal dan superior dan kelompok lain sebagai abnormal dan inferior atas

dasar beberapa hal yang dianggap sebagai ciri dan atas dasar itu melakukan

eksploitasi dan diskriminasi terhadap mereka(Kinloch).

Masyarakat majemuk (plural society) : suatu masyarakat yang didalamnya kelompok

berbeda tercampur tetapi tidak berbaur (Furnivall).

Paternalisme : suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras

pribumi.

Page 36: Hubungan Antarkelompok

Pluralisme : suatu pola hubungan yang didalamnya mengenal pengakuan persamaan

hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat namun memberikan arti penting

lebih besar pada kemajemukan kelompok ras daripada dalam pola integrasi.

Prasangka (prejudice) : sikap bermusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok

tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak

menyenangkan.

Ras (race) : kelompok yang didefinisikan secara social atas dasar criteria fisik

(v.d.berghe).

Rasialisme ( racialism) : praktik diskriminasi terhadap kelompok ras lain.

Rasisme (racism): sustu ideology yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri

yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda

perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang yang

mempunyai ciri tersebut (kornblum).

Rasisme (racism) : perangkat kepercayaan bahwa perbedaan organic yang diwariskan

secara genetika (baik yang nyata maupun yang dikhayalkan) antara kelompok

manusia secara intrinsic berhubungan dengan ada tidaknya kemampuan social penting

tertentu , sehingga perbedaan demikian merupakan landasan sah bagi pembedaan

yang tidak menyenangkan antara kelompok yang secara social didefinisikan sebagai

ras (v.b.Berghe )

Reverse discrimination : suatu bentuk diskriminasi untuk mengimbangi ketidakadilan

yang pernah dialami suatu kelompok di masa lalu.

Skala jarak social (social distance scale ): skala sikap untuk mengukur jarak social

satu kelompok dengan kelompok lain.

Stereotip (stereotype ): citra yang kaku mengenai suatu kelompok rasa tau budaya

yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut ( kornbulm ).

Page 37: Hubungan Antarkelompok

Stereotip : kecendrungan bahwa sesuatu yang dipercayai orang bersifat terlalu

menyederhanakan dan tidak peka terhadap fakta objektif (banton)

Stereotip superego ( the superego stereotype ): suatu stereotib yang melihat bahwa

suatu kelompok mempunyai sifat pribada tertentu, seperti sifat berambisi, rajin,penuh

usaha, cerdas , curang, tidak jujur.

Stereotip id ( the id stereotype ) : stereotip yang melihat bahwa suatu kelompok yang

cenderung berada pada lapisan bawah masyarakat bersifat malas,tanpa tanggung

jawab, tanpa berambisi, bodoh,malas, tidak bisa menahan diri (Pettigrew).

Teori frustasi agresi (frustration aggression thery ): teori yang mengatakan bahwa

orang akan melakukan agresi manakala usahanya untuk memperoleh kepuasan

terhalang ( banton ).

White supremacy : ideology rasis yang menganggap bahwa orang kulit putih unggul

daripada orang kulit berwarna .