hubungan antara keterampilan sosial dan …/hubungan...hubungan antara keterampilan sosial dan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 2 WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
ANIK SRI MURYANI
NIM K8408025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 2 WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
ANIK SRI MURYANI
NIM K8408025
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Anik Sri Muryani, HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN
KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA
KELAS XI.IPS SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN
2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Hubungan antara
keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2
Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. (2) Hubungan antara kecerdasan emosional
dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2011/2012. (3) Hubungan antara keterampilan sosial dan kecerdasan
emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2
Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012., sebanyak 138 siswa. Sampel diambil dengan
teknik random sampling type undian dengan pengembalian sejumlah 50 siswa.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan
teknik regresi ganda.
Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “ Ada hubungan
positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas
XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”, diterima. Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisis dara yang menunjukkan rx1y=0,687 dan ρ=0,000. (2)
hipotesis 2 “ Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2011/2012”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang
menunjukkan rx2y=0,667 dan ρ=0,000. (3) hipotesis 3 “ Ada hubungan positif yang
signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian
diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”,
diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan Ry(x1,2) =
0,859, ρ = 0,000, dan F=22,990.
Kata Kunci : Keterampilan sosial, kecerdasan emosional, penyesuaian diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Anik Sri Muryani, THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SKILL AND
EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH SELF ADAPTATION OF XI CLASS
SOCIAL STUDENTS ON SMA NEGERI 2 WONOGIRI ACADEMIC YEAR
OF 2011/2012. Thesis. Education and Teachers Training Faculty Sebelas Maret
University.
The aim of this research is to know: (1) the correlation between social skill
and self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in
the academic year of 2011/2012. (2) The correlation between emotional intelligence
and self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in
the academic year of 2011/2012. (3) The correlation between social skill and
emotional intelligence with self adaptation of XI class social students on SMA
NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012.
Method used in this research is correlation quantitative descriptive. The
research population is the whole students of XI class social students on SMA
NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012, they are 138 students.
Sample taken by using random sampling technique lottery type with return are 50
students. The data collecting used is questionnaire and documentation. The data
analyzing technique used is statistic analysis with double regression.
Based on the result can be concluded: (1) hypothesis 1 “there is significant
positive correlation between social skill and self adaptation of XI class social students
on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012” is accepted, it
can be seen from the analysis which shows rx1y=0.687 and p=0,000. (2) Hypothesis
2”there is significant positive correlation between emotional intelligence and self
adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI academic
year of 2011/2012” is accepted. It shows rx2y=0.667 and p=0,000. (3) Hypothesis
3”there is significant positive correlation between social skill and emotional
intelligence with self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2
WONOGIRI academic year of 2011/2012” is accepted. It can be seen from the data
analysis showing Ry(x1,2)=0.859, p=0,000, and F=22,990.
Key words: Social skill, emotional intelligence, and self adaptation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“ Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan.
Dan semua hasrat –keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan.
Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran.
Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta.”
(Kahlil Gibran)
“ Allah mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal-soal yang meragukan dan
yang tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya.”
(Nabi Muhammad SAW)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukurku yang teramat besar kepada Tuhan, kupersembahkan
skripsi ini untuk:
Bapak Hadi Suroso dan Ibu Siti Rohani yang
selalu mendukungku dengan untaian doa yang
tak pernah henti-hentinya terucap, dan dengan
semua rasa kasih sayang serta pengorbanan
yang telah diberikan. Aku bangga menjadi
putri kalian.
Anshor Roslana Fakhru Rozy, terima kasih
atas semua doa, dukungan, dan semangatnya
untukku.
Dina Fitriani Pratiwi, terima kasih sudah
menjadi sahabat terbaikku dan sudah
mendukungku selama ini.
Teman-teman Pendidikan Sos-Ant ’08,
kebersamaan dengan kalian tak kan
terlupakan.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar guna memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tentu saja tidak terhindarkan dari
berbagai macam hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak maka
hambatan tersebut dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan yang
telah diberikan, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. MH. Sukarno, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. AY Djoko Darmono, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, dorongan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. HM. Haryono, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan semangat,
bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Sardito, M.Pd, Kepala SMA Negeri 2 Wonogiri yang telah memberikan
ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Drs. Suwito, guru pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan
dan semangat kepada peneliti.
8. Ayah dan Bunda tercinta, terima kasih atas bimbingan, do’a, kasih sayang,
dan dukungannya selama ini.
9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan peneliti. Meskipun demikian, peneliti berharap semoga penulisan skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan
pendidikan terutama bidang pengajaran Sosiologi Antropologi.
Surakarta,
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………….. ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………... v
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………………... vi
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………... ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………... 7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ……………………………………………………... 9
B. Penelitian yang Relevan ………………………………………… 36
C. Kerangka Berpikir ..…………………………………………….. 38
D. Perumusan Hipotesis ……………………………………………. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 41
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ………………………………….. 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………. 48
D. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………………. 50
E. Pengumpulan Data ……………………………………………… 58
F. Validasi Instrumen Data ………………………………………… 65
G. Analisis Data ……………………………………………………. 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data …………………………………………………... 74
B. Pengujian Persyaratan Analisis …………………………………. 80
C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………... 84
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ………………………………... 90
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 96
B. Implikasi ………………………………………………………… 97
C. Saran ……………………………………………………………. 98
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 99
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Kerangka Berfikir ……………………………………………………. 39
2. Grafik Histogram Keterampilan Sosial (X1) ………………………… 76
3. Grafik Histogram Kecerdasan Emosional (X2) ……………………… 78
4. Grafik Histogram Penyesuaian Diri Siswa (Y) ……………………… 80
5. Garis Regresi antara Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian
Diri Siswa (Y) ………………………………………………………...
88
6. Garis Regresi antara Kecerdasan Emosional (X2) dengan
Penyesuaian Diri Siswa (Y) …………………………………………..
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian ………………………………….. 42
2. Tabel Frekuensi Nomor yang Keluar Ulang dalam Pengundian ……….. 56
3. Hasil Pengundian Sampel Penelitian …………………………………… 57
4. Persebaran Sampel di Masing-masing Kelas …………………………… 58
5. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ………………………………….. 74
6. Distribusi Frekuensi Data Keterampilan Sosial (X1) …………………… 75
7. Deskriptif Data Keterampilan Sosial (X2) ……………………………… 75
8. Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional (X2) ………………… 77
9. Deskriptif Data Kecerdasan Emosional (X2) …………………………… 77
10. Distribusi Frekuensi Data Penyesuaian Diri Siswa (Y) ………………… 78
11. Deskriptif Data Penyesuaian Diri Siswa (Y) …………………………… 78
12. Uji Normalitas Variabel Keterampilan Sosial, Kecerdasan Emosional,
dan Penyesuaian Diri …………………………………………………….
81
13. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y ………………………………... 83
14. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ………………………………... 83
15. Rangkuman Analisis Uji Homosedastis ………………………………… 84
16. Rangkuman Matriks Interkorelasi ………………………………………. 85
17. Coefficients ……………………………………………………………... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Angket ……………………………………………………... 101
2. Soal-Soal Angket …………………………………………………….. 121
3. Validitas ……………………………………………………………… 143
4. Data Hasil Penelitian ………………………………………………… 146
5. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ………………………………. 148
6. Deskripsi Data Keterampilan Sosial (X1) ……………………………. 149
7. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X2) …………………………. 150
8. Deskripsi Data Penyesuaian Diri (Y) ………………………………... 151
9. Uji Normalitas Variabel …………………………………………….. 152
10. Uji Linieritas X1 dan Y, X2 dan Y ………………………………….. 153
11. Homogenitas Data …………………………………………………… 154
12. Rangkuman Matriks Interkorelasi antara X1, X2, dan Y …………….. 155
13. Koefisiensi Regresi ………………………………………………….. 156
14. Regresi antara X1 dan Y …………………………………………….. 157
15. Regresi antara X2 dan Y …………………………………………….. 159
16. Daftar Siswa ………………………………………………………… 161
17. Surat Permohonan Izin Penyususnan Skripsi ……………………….. 165
18. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ……. 166
19. Surat Permohonan Izin Observasi …………………………………… 167
20. Surat Permohonan Izin Penelitian …………………………………… 168
21. Surat Keterangan Penelitian …………………………………………. 169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Individu selama hidupnya selalu mengalami masa tumbuh dan berkembang ,
hal ini terjadi semenjak individu terbentuk sebagai organisme pada proses terjadinya
pembuahan sel telur yang terjadi dalam kandungan ibu sampai individu tersebut
mengakhiri hayatnya. Proses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung
dengan cepat terutama saat individu tersebut memasuki masa kanak-kanak, masa
sekolah dan masa remaja serta permulaan masa dewasa. Proses pertumbuhan sendiri
berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis pada individu. Sunarto dan Agung Hartono (2006:35) berpendapat
bahwa “Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
dalam waktu tertentu”. Hasil dari pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya
ukuran yang bersifat kuantitatif pada anak, seperti panjang, berat, dan kekuatan
badan. Berbeda dengan pertumbuhan, proses perkembangan berlangsung pada aspek-
aspek yang bersifat kualitatif.
Perkembangan yaitu suatu proses perubahan dalam diri individu yang
bersifat kualitatif atau untuk fungsi psikologis yang berlangsung secara terus menerus
kearah yang lebih baik/ progresif yang disebut dengan kematangan. Dalam proses
tumbuh kembang seorang individu, dipastikan bahwa juga akan terjadi suatu
perkembangan kepribadian dan sosial. Pada proses ini akan terjadi suatu perubahan
cara individu berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain di sekitarnya serta
menyatakan berbagai emosi yang dia rasakan. Dapat dipahami bahwa perkembangan
mengandung arti sebagai perubahan fungsi psikologis atau perubahan yang bersifat
kualitatif, artinya perubahan dapat dilahat dari kemempuan bertingkah laku lebih
matang, baik tingkah laku sosial, emosional, moral maupun intelektual. Perubahan
pada diri individu sendiri merupakan proses yang bersikenambungan dan terus
menerus. Ini berarti bahwa perubahan pada perkembangan bukan terjadi secara tiba –
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tiba dalam waktu yang singkat tetapi perubahan yang terjadi terus menerus dan
berkelanjutan serta bertahap-tahap sepanjang hidup manusia. Perubahan yang
mengarah kepada pencapaian kematangan, diartikan sebagai tercapainya kemampuan
bertingkah laku secara fisik, sosial emosional, moral dan intelelektual secara
sempurna sesuai dengan tugas perkembangan tertentu.
Tujuan dari proses pertumbuhan dan perkembangan ini adalah mencapai
kedewasaan yang sempurna. Perkembangan pada dasarnya merupakan proses untuk
mencapai kematangan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan.
Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan dikatakan bahwa pada setiap periode
tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan.
Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan
berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya. Sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang
berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase
perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil
diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan
dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan
menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase
berikutnya.
Sebagai hasil dari terlaksananya proses pertumbuhan dan perkembangan,
seorang individu diharapkan memiliki sikap yang menunjukkan kedewasaannya.
Seseorang dikatakan dewasa apabila dia memiliki kematangan dan perubahan yang
lebih baik dalam aspek pola pikir serta perilaku dalam dirinya. Kedewasaan
seseorang diantaranya dapat ditandai dengan kemampuan seseorang untuk dapat
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, dapat berpikir bijak, dapat mengontrol
amarah dan emosi dengan baik, selalu berpikir matang dan tidak gegabah dalam
melakukan tindakan, mampu menghadapi tantangan, serta mampu menyesuaikan diri
secara baik dengan lingkungan di sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu pasti tidak dapat terlepas
dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Karena telah kita ketahui bersama bahwa
manusia merupakan makhluk sosial, yang berarti manusia tidak dapat hidup tanpa
bantuan dari orang-orang di sekitar lingkungan sosialnya. Dan untuk dapat diterima
ke dalam lingkungan sosialnya tersebut, individu pasti membutuhkan suatu
kemampuan yang dipergunakannya untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik
sehingga dapaat diterima sebagai salah satu bagian dari lingkungan sosial tersebut.
Kehidupan individu pada dasarnya merupakan suatu rangkaian pembelajaran dan
pematangan kemampuan mereka yang didapat dari hasil interaksinya dengan
lingkungan di sekitarnya. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor keterampilan
diri dan kecerdasan pada segi emosional mengambil peranan yang sangat penting.
Kebutuhan bergaul dan berhubungan dengan orang lain telah mulai
dirasakan seorang individu sejak ketika dia berada pada masa kanak-kanak dan telah
mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarga lain. Manusia
sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan anggota manusia lainnya di
dalam masyarakat. Proses penyesuaian diri seorang individu terhadap lingkungan
kehidupan sosialnya pada dasarnya merupakan suatu proses yang mengharuskan
seseorang hidup di dalam kelompoknya baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar di masyarakat luas. Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk
mampu mengatasi segala permasalahannya yang timbul sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau
norma yang berlaku. Oleh karena itu, setiap individu, termasuk remaja di dalamnya,
dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan yang
baik dalam aspek emosionalitasnya agar dapat melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya.
Keterampilan sosial menjadi salah satu factor sangat penting ketika seorang
individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian diri. Menjadi semakin
penting ketika anak sudah memasuki masa remaja karena pada masa remaja individu
sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh teman-teman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
lingkungan akan sangat menentukan. Jika seorang individu di masa awal dan saat
berjalan proses penyesuaian dirinya dapat menempatkan dirinya secara baik dan tepat
sesuai dengan bagaimana kondisi serta iklim yang ada di dalam lingkungan di mana
dia berada, dapat membaur dengan baik kepada semua anggota yang ada di
dalamnya, serta berusaha untuk tidak memunculkan berbagai permasalahan selama
penyesuaian dirinya berlangsung, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut
memiliki suatu keterampilan diri yang cukup untuk dapat menyelesaikan penyesuaian
dirinya dengan sempurna. Syamsul Bachri (2010: 159) menyatakan bahwa
“Keterampilan sosial adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang
individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan
aturan atau norma yang berlaku”.
Individu dengan keterampilan sosial yang baik mengalami berbagai
keberhasilan selama hidup mereka serta dapat mengatasi situasi sosial dan masalah
yang mereka hadapi dengan baik . Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan
sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif, bahkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan
kejiwaan serta berbagai macam perilaku negatif. Keterampilan sosial meliputi
kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri
sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain,
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya.
Kemudian faktor kedua yang juga memegang peranan penting selama proses
penyesuaian diri adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient yang terdapat
dalam diri masing-masing individu. Selama masa perkembangannya, sebagai bagian
dari perkembangan aspek emosi, remaja juga semakin menyadari tentang bagaimana
keadaan dirinya dan keadaan orang lain. Hal semacam ini mendorong
berkembangnya perasaan-perasaan afektif terhadap orang lain, termasuk
pemahamannya terhadap nilai-nilai, dan perasaan-perasaan idealistic lainnya. Emosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sebagai salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah afektif. Aspek psikologis ini
sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam
hubungan dengan orang lain pada khususnya. Emosi pun memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain, seperti sikap, perilaku, serta
penyesuaian terhadap pribadi dan sosial yang dilakukan.
Kemampuan dan upaya yang dilakukan untuk mengenal emosi yang dialami
merupakan langkah penting bagi remaja sebab kesadaran akan perasaan yang dialami
akan mengembangkan tipe perilaku adaptif yang dapat memfasilitasi terciptanya
interaksi sosial yang bersifat positif. Dalam konteks seorang remaja, hubungan
interpersonal yang kurang baik, seperti dengan orang tua, teman, dan guru, dan
ditambah lagi dengan konflik internal dari dalam diri remaja maka akan membentuk
kurangnya kesadaran emosi yang pada akhirnya akan mengganggu hubungan antara
remaja dan lingkungan sehingga berakibat pada remaja yang sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Sebaliknya, seorang remaja yang mempunyai kemampuan
penyesuaian diri yang baik, kemungkinan besar dapat dipastikan akan mempunyai
hubungan harmonis dengan orang disekelilingnya. Jika saja seorang individu tidak
bisa memahami apa yang menjadi perasaan orang-orang yang ada di sekitarnya maka
dapat dipastikan bahwa individu tersebut tidak akan mampu melakukan berbagai
macam tindakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan yang ada di
sekitarnya. Begitu pula jika individu tersebut kurang mampu untuk dapat mengontrol
apa yang terjadi di dalam dirinya maka akan sulit baginya untuk dapat menjadi
seseorang yang diterima oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Bukankah
seseorang dengan sikap dan perilaku yang baik serta mampu berperilaku sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh manusia di sekelilingnya akan jauh lebih mudah
untuk diterima dibandingkan dengan seseorang yang kaku, emosional, dan bertindak
sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang-orang di sekitarnya.
Kurangnya kesadaran emosi juga akan menyebabkan individu mengalami
gangguan pada penyesuaian yang dilakukan dengan lingkungannya. Thorndike dalam
Goleman (Hermaya,2003:56) menerangkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur
orang lain untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan, meliputi
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan
interprersonal adalah kecerdasan untuk kemampuan untuk memahami orang
lain, sedangkan kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengelola diri
sendiri.
Dengan dikuasainya keterampilan sosial oleh seorang remaja, serta
pengembangan emosinya yang terbentuk dengan baik, diharapkan seorang remaja
dapat menyesuaiakan dirinya dengan lingkungan sosialnya secara baik. Salah satu
masalah yang kerap kali muncul dan mungkin kurang disadari adalah
ketidakmampuan seorang remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan baik
terhadap lingkungan di sekitarnya, entah itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun
masyarakat. Bisa saja seorang remaja mempunyai kemampuan yang baik untuk
melakukan penyesuaian di tengah lingkungan keluarganya, namun tidak demikian
ketika dia berada di antara teman ataupun gurunya di sekolah dan masyarakat yang
ada di sekitarnya. Atau bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, ketika seorang remaja
dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan begitu baik
ketika dia berada di antara teman-temannya di sekolah tapi dia kurang memiliki
hubungan yang baik dengan anggota keluarganya di rumah.
Pentingnya penelitian ini yaitu agar didapat suatu pengetahuan dan wawasan
mengenai hubungan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan
penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu
diadakan penelitian agar dapat mengetahui kendala dan cara mengatasi masalah-
masalah yang mungkin terdapat pada kajian tersebut. Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan antara Keterampilan Sosial dan Kecerdasan Emosional dengan
Penyesuaian Diri Siswa Kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran
2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan
penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012?
2. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional siswa
dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun
pelajaran 2011/2012?
3. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan
kecerdasan emosional siswa dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA
Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan
penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012?.
2. Mengetahui hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun
pelajaran 2011/2012.
3. Mengetahui hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan
kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas X.IPS SMA Negeri 2
Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi kepentingan berbagai pihak,
antara lain :
1. Manfaat teoritis
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat menjadi input dalam pengembangan teori hubungan
keterampilan sosial dan kecerdasan emosional serta kemampuan
penyesuaian diri seorang individu terhadap lingkungan yang ada di
sekitarnya.
b. Memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi para peneliti lain untuk
mengembangkan penelitian lain yang sejenis di kemudian hari.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Memberikan masukan tentang pentingnya meningkatkan kemampuan dalam
kecerdasan emosional agar memiliki kemampuan penyesuaian diri yang
baik.
b. Bagi orang tua
Memberikan masukan positif agar orangtua dapat menciptakan interaksi
edukatif yang membuat anak mengaktualisasikan dirinya dengan baik
sehingga dapat menyesuaikan diri di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
c. Bagi SMA Negeri 2 Wonogiri
Menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam mengambil kebijakan yang
berguna bagi pengembangan siswa khususnya agar siswa mampu
menyesuaikan diri dengan baik di manapun dia berada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penyesuaian Diri
a. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya
kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam
menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam
masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami
stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri
dengan kondisi yang penuh tekanan.
James dan Joan (Satmoko, 2008:14) mendefinisikan “Penyesuaian sebagai
interaksi individu yang kontinyu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan
dengan dunia yang ada di sekitarnya”. Ketiga factor tersebut bersifat konstan dalam
mempengaruhi diri seorang manusia dan hubungan ketiganya bersifat imbal balik
atau saling mempengaruhi. Semua yang ada pada diri individu seperti tubuh, perilaku,
serta pemikirannya menjadi hal yang dihadapi setiap detiknya. Sedangkan berkaitan
dengan individu lain yang ada di sekitar kita, jelas bahwa mereka berpengaruh besar
terhadap apa yang terjadi pada diri kita. Begitu pula dengan dunia luar yang ada di
sekitar individu, individu tersebut harus bisa menyesuaikan dirinya secara baik agar
dapat menjalani hidup dan diterima dengan baik pula oleh lingkungan yang
mengelilinginya.
Davidoff (Jumiati, 1991:176) mengatakan bahwa “Penyesuaian diri
merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri
dantuntutan lingkungan”. Penyesuaian diri dengan diri sendiri adalah bagaimana
individu mempersepsi dirinya sendiri, potensi-potensi yang dimiliki dan tingkat
kepuasan akan hasil atau pengalaman yang diperoleh. Penyesuaian diri dengan
lingkungan adalah bagaimana individu mempersepsi dan bersikap terhadap realitas
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang ada. Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang baik dapat mengendalikan
perasaan cemas, khawatir dan marah apabila mendapat suatu tekanan dari
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan untuk mengatasi hambatan-
hambatan dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan. Dapat diketahui bahwa yang
dimaksudkan dengan penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi didalam dirinya sendiri serta dalam lingkungan
sosial sesuai dengan norma-norma yang ada tanpa menimbulkan konflik bagi dirinya
maupun lingkungan.
Gerungan (2009:59) mempunyai pendapat bahwa “Penyesuaian diri dapat
berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri”. Dengan mekanisme penyesuaian
diri semacam ini, seorang individu dapat melakukan proses penyesuaian diri melalui
dua cara. Cara tersebut dapat dilakukan dengan menyesuaikan keadaan diri sesuai
dengan kondisi lingkungan ataupun mengubah lingkungan agar sesuai dengan apa
yang ia inginkan. Jika dilakukan dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan, maka
ia harus mau untuk merubah dirinya sesuai dengan peraturan serta ketetapan yang
telah di jalankan di lingkungan barunya. Sedangkan apabila ia berkeinginan untuk
mengubah lingkungan sesuai yang ia inginkan, dapat dilakukan dengan menanamkan
norma, aturan, ide, ataupun kepribadian yang dimilikinya kepada lingkungan yang
baru.
Dari pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penyesuaian diri
merupakan suatu proses yang mencakup hubungan atau interaksi individu dengan
dirinya sendiri ataupun dengan lingkungan di sekitarnya, serta merupakan proses
dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian diri tersebut
dapat dilakukan dengan menyesuaikan diri sesuai dengan keadaan lingkungan ataupun
mengubah kondisi lingkungan sekitar sesuai dengan apa yang individu inginkan. Dengan
memahami bagaimana keadaan dari lingkungan sosial yang ada di sekitarnya maka
diharapkan seorang individu akan dapat berpeilaku sesuai dengan apa yang diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
oleh lingkungan tersebut sehingga akan timbul suatu kemampuan di mana manusia
sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara dirinya sendiri
dengan lingkungannya.
b. Aspek Penyesuaian Diri
Pada penyesuaian diri terdapat beberapa aspek yang tercakup di dalamnya,
dan apabila kesemua aspek tersebut dapat dipenuhi oleh seorang individu maka dapat
dikatakan bahwa proses penyesuaian diri yang dilakukannya telah berhasil secara
baik. Antara satu aspek dengan aspek yang lain memberikan sumbangan yang saling
menguatkan guna memberikan daya yang maksimal pada proses penyesuaian diri
individu.
Kartono (2000:270-271), mengungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri yang
meliputi:
1) Perasaan afeksi yang kuat, harmonis, dan seimbang;
2) Berkepribadian matang dan terintegrasi baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain;
3) Mempunyai relasi sosial yang memuaskan;
4) Mempunyai struktur system syaraf yang sehat untuk mengadakan adaptasi.
Hal tersebut dijelaskan penulis sebagai berikut:
1) Perasaan afeksi yang kuat, harmonis, dan seimbang;
Dengan perasaan afeksi yang kuat seorang individu akan mempunyai tingkat
tanggung jawab yang tinggi atas apa yang dia lakukan. Semua hal yang telah
menjadi keputusannya akan dipikirkan secara matang dan tidak hanya menuruti
perasaan ataupun emosi sesaat.
2) Berkepribadian matang dan terintegrasi baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Control diri yang baik menjadikan individu akan berhati-hati dalam bersikap
ataupun berbuat. Apapun hal yang ia lakukan akan dipikirkan secara matang dan
tidak hanya menuruti emosi ataupun perasaan dalam bertindak, tetapi cenderung
menggunakan logika dan akal sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Mempunyai relasi sosial yang memuaskan
Kemampuannya untuk berinteraksi secara baik dengan orang di sekitarnya
membuat individu tersebut memiliki relasi serta koneksi yang kuat dengan
lingkungan sosialnya. hubungan tersebut diperoleh melalui proses adaptasi dan
penyesuaian diri yang baik sehingga dapat diterima oleh individu di lingkungan
sosialnya.
4) Mempunyai struktur system syaraf yang sehat untuk mengadakan adaptasi
Salah satu syarat utama dan terpenting bagi seorang individu untuk dapat
melakukan penyesuaian diri adalah keadaan jasmani serta rohani yang sehat. Jika
kedua hal tersebut tidak ada maka dapat dipastika individu tidak dapat
melakukan proses penyesuaian diri. Kondisi jasmani yang sehat mendorong
individu dapat berinteraksi secara fisik dengan individu lain, sedangkan dengan
kondisi rohani ataupun mental yang sehat individu dapat berinteraksi secara
psikologis dengan orang di sekitarnya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa factor, secara garis besar
factor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri tersebut di bagi menjadi factor
eksternal dan factor internal. Hariyadi, dkk(1995:110-112) mengelompokkan factor-
faktor tersebut sebagai berikut:
1) Faktor internal
a) Motif
b) Konsep diri
c) Persepsi
d) Sikap
e) Intelegensi
f) Kepribadian
2) Faktor eksternal
a) Keluarga
b) Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c) Teman sebaya
d) Prasangka sosial
e) Hukum dan norma sosial
Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut:
1) Faktor internal penyesuaian diri
a) Motif
Motif merupaka suatu bentuk dorongan yang berasal dari dalam diri individu
untuk melakukan sesuatu. Motif ini juga berpengaruh dalam proses
penyesuaian diri individu, yang mana dalam menjalani hidup kesehariannya
dengan individu lain dalam masyarakat, pastilah individu tersebut mempunyai
keinginan untuk dapat menjalin hubungan dan interaksi dengan mereka. Motif
atau dorongan ini lah yang menjadikan individu memiliki kekuatan
menggerakkan dirinya untuk memulai melakukan adaptasi dengan lingkungan
sosialnya dan kemudian diteruskan dengan terbentuknya hubungan yang
berlanjut.
b) Konsep diri
Konsep diri merupakan bagian terpentingan dari seorang individu. Diri
individu berisi ide-ide, persepsi dan nilai-nilai, yang kemudian semua hal
tersebut direpresentasikan menjadi suatu identitas diri yang mencakup
karakteristik personal, pengalaman, peran, dan status sosial. Hasil rpresentasi
inilah yang disebut sebagai suatu konsep diri. Dengan adanya konsep diri
akan dapat semakin mempertegas bagaimana posisi dan peran individu dalam
lingkungannya. Hal tersebut akan memudahkan terjadinya proses penyesuaian
diri, karena seseorang yang memiliki identitas yang jelas dalam masyarakat
akan jauh lebih mudah untuk diterima keberadaannya.
c) Persepsi
Persepsi merupakan pandangan yang dimiliki oleh seorang individu terhadap
orang atau keadaan yang ada di sekitarnya. jika individu mempunyai persepsi
negative atau buruk terhadap hal tersebut, akan menjadikan individu enggan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
atau tidak memiliki keinginan untuk melakukan pembauran/ penyesuaian diri.
Begitu pula sebaliknya, jika ia berpikiran positif kepada orang yang ada di
sekitarnya maka ia akan cenderung lebih berkeinginan dan lebih mudah untuk
melakukan adaptasi.
d) Sikap
Sikap merupakan suatu pola tindakan atau kemauan untuk bereaksi terhadap
suatu hal dan terbentuk di sepanjang perjalanan perkembangan manusia.
Sikap berperan besar terhadap kehidupan manusia, suatu sikap apabila sudah
terbentuk pada diri manusia akan turut serta dalam menentukan tingkah
lakunya terhadap objek-objek yang ada di sekitarnya. Sikap ini bisa saja
ditunjukkan dengan reaksi suka ataupun tidak suka terhadap lingkungannya.
Reaksi ini lah yang pada akhirnya menentukan apakah seorang individu akan
mampu atau tidak mampu menerima keadaan lingkungan sekitarnya, serta
berkemauan untuk menyesuaikan diri ataupun tidak.
e) Intelegensi
Intelegensi merupakan tingkat kecerdasan atau kepandaian pada seorang
individu. Individu dengan tingkat intelegensi yang tinggi, atau berada di atas
normal, akan mampu melakukan proses penyesuaian diri lebih baik daripada
individu yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang. Individu dengan
intelegensi tinggi akan lebih mampu memahami bagaiman keadaan yang ada
di sekitarnya, melakukan komunikasi secara baik, dan kemudian merespon
dan bertindak berdasar keadaan tersebut dengan efektif dan tepat.
f) Kepribadian
Kepribadian merupakan sifat dasar yang ada pada seorang individu. Apabila
seorang individu memiliki kepribadian yang baik, maka ia akan cenderung
berperilaku dan berpandangan positif terhadap lingkungan sekitarnya
sehingga mampu menyesuaikan diri dan diterima dengan lebih baik pulan
oleh lingkungannya.
2) Faktor eksternal penyesuaian diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a) Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila
individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek,
toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi
lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya
berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi
perkembangan jiwa seorang individu. Dalam keluarga individu juga belajar
agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota
keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara
penyesuaian diri dengan anggota keluarga.
b) Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah
pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab
pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya
mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk
masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang
menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati
perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai
dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses
pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-
nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan
dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara
kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut.
Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan
kemampuan penyesuaian diri individu.
c) Teman sebaya
Pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting
pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-
temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran
dan perasaan. Dengan demikian akan membantu dirinya dalam penerimaan
terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam
memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang
lain. Melalui hal tersebut ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat
sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
d) Prasangka sosial
Prasangka sosial merupakan sikap perasaan individu terhadap individu lain
yang memiliki keadaan atau berada dalam golongan yang berbeda dengan
dirinya. Prasangka sosial yang pada awalnya hanya merupakan sikap tidak
suka atau perasaan negative, lama kelamaan akan berubah menjadi tindakan
diskriminatif. Tindakan itu bisa saja berupa hal yang merugikan,
menghambat, dan atau bahkan mengancam kehidupan pribadi dari individu
lain tersebut. Jika seseorang mempunyai prasangka semacam itu, maka ia
tidak akan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
sekitarnya.
e) Hukum dan norma sosial
Dalam suatu lingkungan sosial ataupun masyarakat pasti terdapat norma,
aturan, ataupun hukum yang mengatur keberlangsungan hidup individu yang
ada di dalamnya. Jika seorang individu hidup di dalam lingkungan sosial
tersebut, maka mau tidak mau ia harus dapat menyesuaikan dirinya terhadap
segala macam bentuk norma ataupun peraturan yang berlaku. Karena jika
tidak maka ia akan dipandang sebagai individu yang amoral sehingga tidak
dapat menjalani hubungan yang baik dengan orang yang ada di sekitarnya.
d. Karakteristik Penyesuaian Diri
Respons penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang
sebagai sutau upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk
memelihara kondisi-kondisi keseimbangan sutau proses kearah hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian
diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi dan individu didorong meneliti
berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari tegangan. Individu
dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi
kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Menurut Hariyadi, dkk (1995:106-109), terdapat beberapa
karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya :
1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.
2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya
secara objektif.
3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada
dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya.
4) Memiliki perasaan yang aman dan memadai.
5) Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik ini
ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaandi luar dirinya
walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya.
6) Terbuka dan sanggup menerima umpan balik.
7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi.
8) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan
hak dan kewajibannya.
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang mampu melakukan
penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan
yang ada pada dirinya, sehingga menjadikannya mampu menghayati kepuasan
akan dirinya sendiri dan menghindari suatu kondisi yang menjadikannya
melakukan hal yang tidak diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara
objektif.
Individu tersebut akan mampu memandang kenyataan yang ada secara objektif
dan memperlakukannya secara wajar untuk memenuhi kebutuhan yang ia miliki.
Ia selalu akan berperilaku dan bersikap sesuai dengan keadaan lingkungan, serta
mau belajar dari orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadikannya mau
untuk terbuka dan menerima saran ataupun masukan dari orang lain.
3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya
dan kenyataan objektif di luar dirinya.
Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan individu untuk tidak menyia-
nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan sesuatu hal yang
mungkin jauh di luar jangkauannya. Hal ini sesuai dengan pertimbangan rasional
antara energy yang dikeluarkan dengan hasil yang akan didapatkan, sehingga
timbul suatu kepercayaan terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
4) Memiliki perasaan yang aman dan memadai.
Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas dan ketakutan, hidupnya tidak
akan mudah dikecewakan oleh keadaan di sekitarnya. Perasaan aman
mengandung arti pula bahwa orang tersebut mampu memiliki harga diri yang
mantap, tidak lagi merasa terancam oleh lingkungan di mana ia berada, dapat
menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan
terhadap keterbatasan maupun kekurangan dari lingkungannya tersebut.
5) Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran.
Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar
dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya.
6) Terbuka dan sanggup menerima umpan balik.
Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbbicara dengan dasar
kenyataan yang sebenarnya, serta ada kemauan untuk belajar dari keadaan sekitar
khusunya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi.
Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain yaitu tata
hubungan yang hangat, penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan
mampu untuk bersikap secara wajar.
8) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak
dan kewajibannya.
Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpa adanya
paksaan dalam setiap perilakunya tersebut. Sikap dan perilakunya selalu
didasarkan atas kesadaran akan kebutuhannya terhadap norma, dan atas
kesadaran dirinya sendirir.
e. Macam-macam Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik selalu ingin diraih oleh setiap individu, tapi hal
tersebut tentu tidak akan tercapai kecuali bila kehidupan yang dimilikinya benar-
benar terhindar daro berbagai macam tekanan, keguncangan, ketegangan jiwa, serta
individu tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran yang ada dengan cara objektif
serta berpengaruh bagi kehidupannya dengan stabil dan tenang. Penyesuaian diri
tersebut terbagi ke dalam beberapa ranah atau cakupan wilayah yang ada di sekitar
individu dan di setiap cakupan tersebut menuntut suatu keterampilan dan kemampuan
agar dapat terlaksana dengan baik sehingga individu mampu menyesuaikan dirinya
secara optimal di semua wilayah yang ada.
Gerungan (1996: 59), menyebutkan ada dua macam bentuk penyesuaian diri,
yaitu:
1) Penyesuaian diri yang bersifat autoplastis.
2) Penyesuaian diri yang bersifat aloplastis.
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Penyesuaian diri yang bersifat autoplastis.
Penyesuaian diri yang bersifat autoplastis dapat diartikan sebagai suatu bentuk
penyesuaian diri dengan mengubah keadaan diri sesuai dengan keadaan
lingkungan. Penyesuaian diri autoplastis lebih cenderung membuat seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
individu untuk pasif, di mana kondisi dan kegiatan individu tersebut ditentukan
oleh lingkungan. Hal ini misalnya saja jika seorang individu berada pada
lingkungan atau tempat yang baru, dan lingkungan baru tersebut memiliki
keadaan yang berbeda dengan keadaan di lingkungan yang dia tempati
sebelumnya. Untuk dapat hidup dan menjalani kehidupannya dengan baik, maka
individu tersebut harus bisa mengubah keadaan dirinya sesuai dengan keadaan di
sekitarnya. Dapat dilakukan dengan menyesuaikan diri dengan iklim ilmiah yang
ada di lingkungan barunya, beradaptasi dengan peraturan serta norma yang ada,
dan berperilaku sesuaai dengan apa yang telah ditetapkan oleh individu-individu
di lingkungan tersebut.
2) Penyesuaian diri yang bersifat aloplastis.
Jenis penyesuaian diri yang bersifat aloplastis ini diartikan sebagai suatu bentuk
penyesuaian diri yang dilakukan dengan cara mengubah kondisi atau keadaan
lingkungan dengan keadaan dan keinginan individu. Penyesuaian diri aloplastis
membuat individu menjadi berada pada kubu yang aktif, di mana ia yang
bertindak untuk mempengaruhi lingkungan. Individu tersebut dapat mengubah
keadaan lingkungan di mana ia berada sesuai dengan apa yang ia inginkan, sesuai
dengan norma serta apa yang yang menjadi kebutuhan dirinya. Lingkungan yang
di ubah bisa saja yang termasuk ke dalam lingkungan alamiah ataupun
lingkungan sosial dan psikis. Lingkungan alamiah mencakup keadaan atau
kondisi lingkungan fisik, seperti tata letak bangungan, tata letak dalam suatu
ruangan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial dan psikis mencakup
hubungan individu tersebut dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
2. Keterampilan Sosial
a. Pengertian Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki
individu sebagai bekal bagi kemandirian pada jenjang kehidupan selanjutnya, hal ini
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
lingkungan sekitar individu tersebut. Saat dilahirkan individu dilahirkan dengan
berbagai macam potensi diri yang mana salah satu potensi tersebut mencakup pada
kemampuan seorang individu dalam aspek sosial. Namun, tentu saja ketika dilahirkan
dan dalam masa awal tumbuh kembangnya seorang anak belum mampu
mengembangkan sosialitasnya dalam kehidupan dirinya. Selanjutnya untuk mencapai
kematangan penyesuaian sosial, anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri
dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau
pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara,
teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Salah satunya hal yang harus dimiliki oleh
seorang individu adalah kemampuannya dalam hal keterampilan sosial.
Pengertian keterampilan sosial menurut Syamsul Bachri (2010: 159),
“Keterampilan sosial adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang
individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan
aturan atau norma yang berlaku”. Dalam menjalani hubungan dengan lingkungan
sosial yang ada di sekitarnya pastilah seorang individu tidak mungkin terlepas dari
permasalahan, sekecil apapun, yang menyangkut proses interaksi tersebut, Dan agar
dapat menyelesaikan segala macam permasalahan yang timbul seorang indiividu
diharuskan memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks
hubungan sosialnya melalui cara-cara positif yang secara sosial dapat diterima dan
bernilai oleh individu di sekitarnya sehingga menciptakan keuntungan baik untuk
pribadi individu tersebut dan orang lain.
Menurut Ahmad (dalam Eliza, 2008:39), “Keterampilan sosial adalah
kemampuan siswa untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap lingkungan
sosial yang merupakan persyaratan bagi penyesuaian sosial yang baik, kehidupan
yang memuaskan, dan dapat diterima oleh masyarakat”. Dalam lingkungan pergaulan
di sekolah, seorang siswa dalam kedudukannya sebagai pelajar pasti akan menjalani
interaksi dengan sesama siswa, guru, dan individu lain yang ada di sekolah tersebut.
Hubungan timbal balik yang ada di dalam interaksi tersebut di atas membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
suatu kemampuan dari individu untuk dapat melakukan berbagai macam perilaku dan
tindakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang yang ada di sekitarnya.
Dengan adanya keterampilan sosial ini, seorang individu / siswa dipastikan akan
mampu memahami bagaimana situasi yang sedang terjadi dan dialami oleh individu
lain yang ada di sekitarnya serta mampu untk mengungkapkan apapun yang ada pada
dirinya, baik yang bersifat positif atau negatif, tanpa harus menimbulkan masalah dan
melukai individu lain. Sehingga diharapkan akan timbul suatu kondisi yang kondusif
yang menjadikan individu tersebut serta orang yang ada di sekitarnya dapat menjalani
kehidupannya dengan tanpa gangguan.
Nasution (2010: 18) menjelaskan, “Keterampilan sosial anak adalah cara anak
melakukan interaksi, baik dalam bertingkah laku maupun berkomunikasi dengan
orang lain”. Seiring dengan pertumbuhan usia. Keterampilan sosial merupakan
keterampilan yang perlu dimiliki individu termasuk anak-anak karena keterampilan
sosial menjadi dasar dari kebutuhan anak untuk melakukan hubungan dengan orang
lain. Memasuki lingkungan masyarakat di luar lingkungan keluarganya, seorang anak
pasti akan menemui banyak orang dengan berbagai macam karakter. Agar dapat
berinteraksi dan berhubungan secara baik dengan kesemuanya seorang anak harus
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan menghargai keberadaan orang lain.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
sosial merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang individu agar mampu
mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku. Serta kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat berkomunikasi
dengan baik, berani untuk berbicara mengungkapkan setiap perasaan atau
permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif,
memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh pertimbangan
sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidak setujuannya
terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Keterampilan sosial merupakan
satu keterampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengatasi dan melakukan hubungan sosial dengan tepat dan baik, di mana
pembelajaran tersebut juga merupakan hasil dari interaksinya dengan lingkungan
sosial yang ada di sekitarnya.
b. Faktor Penentu Keterampilan Sosial
Dalam proses perkembangan seorang individu, tentu terdapat berbagai aspek
yang secara langsung ataupun tidak langsung menjadi factor pendukung
berlangsungnya proses tersebut. Begitu pula yang terjadi pada proses keterampilan
sosial seorang individu. Kaitannya dengan keterampilan sosial yang dimiliki oleh
seorang remaja, yang perlu diperhatikan adalah mereka yang berada pada usia ini
masih berada pada taraf pencarian jati diri sehingga memerlukan bimbingan dan
landasan yang benar. Dalam perkembangan aspek psikososial seorang remaja
terdapat beberapa aspek yang harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan kondisi yang kondusif demi terciptanya kemampuan dalam
penguasaan keterampilan sosial secara optimal.
Syamsul Bachri (2010:160-162) mengungkapkan ada beberapa factor yang
menjadi faktor penentu keterampilan sosial. Faktor tersebut di antaranya adalah:
1) Keluarga
2) Sekolah
3) Lingkungan yang ada di sekitar individu.
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Keluarga sebagai Faktor Penentu Keterampilan Sosial
Keluarga menjadi tempat pertama dan utama bagi seorang individu dalam
mendapatkan pendidikannya, kepuasan psikis yang diperoleh seorang anak dalam
keluarga akan sangat menentukan reaksinya terhadap lingkungan. Anak yang
berkembang dalam keluarga yang tidak harmonis tidak akan mendapatkan
kepuasan dan masukan positif psikis yang cukup. Hal semacam ini membawa
dampak negatif terhadap hubungan anak tersebut dengan lingkungan di
sekitarnya. Dampak negatif tersebut antara lain menjadikan anak sulit untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengembangkan keterampilan sosialnya, kurang bisa mengerti dan memahami
apa yang dirasakan oleh individu lain di sekitarnya, tidak mampu berkomunikasi
dengan baik, serta kurang mampu mengadakan hubungan yang baik dengan
lingkungan. Berbeda dengan seorang anak yang lahir dan tumbuh di dalam
keluarga yang harmonis, di mana komunikasi dan hubungan di dalamnya terjaga
dengan baik, menjadikan seorang anak tidak mengalami kesulitan yang berarti
dalam proses interaksinya dengan lingkungan yang ada di dalam ataupun di luar
keluarga.
2) Sekolah sebagai Faktor Penentu Keterampilan Sosial
Sekolah menjadi tempat diajarkannya berbagai macam ilmu dan keterampilan
kepada seorang anak. Salah satu bagian dari keterampilan itu adalah
keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang
efisien dan berbagai macam teknik belajar sesuai dengan jenis pelajaran yang
diterima. Selain itu anak juga diajarkan bagaimana caranya untuk bisa
berinteraksi secara baik dengan orang-orang yang ada disekitarnya, terutama
mereka yang ada di lingkungan sekolah, seperti dengan guru dan sesama siswa.
Di sekolah, seorang anak juga diajarkan bagaimana mereka menentukan
lapangan pekerjaannya kelak. Sejak berada di bangku sekolah dasar, melalui
berbagai macam pelajaran, seorang anak telah diajarkan untuk mengenal
berbagai lapangan pekerjaan yang ada di masyarakat. Kemudian setelah masuk
ke jenjang Sekolah Menengah Atas, mereka akan mendapat semacam bimbingan
karier untuk dapat mengarahkan masa depan mereka. Jadi sekolah tidak hanya
memberikan bimbingan dan arahan agar seorang anak dapat sukses di dalam
kehidupan sosialnya, tetapi juga sukses di dalam kehidupan pribadinya.
3) Lingkungan sebagai Faktor Penentu Keterampilan Sosial
Selain keluarga dan sekolah, proses perkembangan anak akan sangat dipengaruhi
oleh lingkungan di mana dia berada. Saat memasuki masa remaja peran
kelompok dan teman amatlah besar, lingkungan sosial ini sangat berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian serta perilaku remaja tersebut. Terkadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kepribadian seorang anak akan sangat tergantung kepada bagaimana iklim atau
keadaan lingkungan sosial di sekitarnya. Bahkan sering kali bahkan seorang anak
/ remaja akan lebih mementingkan urusan yang berkaitan dengan kelompoknya
daripada urusan yang berkaitan dengan keluarga. Jika seorang anak tumbuh dan
berkembang di tengah lingkungan yang beriklim positif, maka dapat dipastikan
bahwa anak tersebut akan memiliki kepribadian yang baik. Begitu pula
sebaliknya, jika seorang anak dibiarkan tumbuh dan berkembang di tengah
lingkungan yang memberi pengaruh buruk maka kepribadiannya pun akan
cenderung kurang baik.
c. Ciri-ciri Keterampilan Sosial
Kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki oleh seorang individu
mempunyai berbagai macam ciri yang terkandung di dalamnya. Elksnin & Elksnin
(dalam Adiyanti, 1999:67) menyebutkan ciri keterampilan sosial sebagai berikut:
1) Perilaku interpersonal
2) Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
3) Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis
4) Peer acceptance
5) Keterampilan komunikasi
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Perilaku interpersonal
Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang
digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan keterampilan
menjalin hubungan. Perilaku interpersonal merupakan bentuk perilaku yang
menunjukkan tingkah laku sosial individu dalam mengenal dan mengadakan
hubungan dengan sesama individu lain. Dalam menjalani hubungan tersebut
seorang individu harus memiliki berbagai kemampuan yang mendukung
hubungan tersebut terlaksana dan terjaga dengan baik. Kemampuan ini
merupakan kemampuan yang terarah di dalam diri individu yang digunakan
untuk membentuk suatu konsep diri serta kemampuan untuk menggunakan
segala potensi yang dimiliki untuk menjalani kehidupan secara efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri
dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami
perasaan orang lain, mengontrol emosi, mengontrol kemarahan, dan sebagainya.
Jika seorang individu tidak dapat memahami dirinya, maka mustahil kiranya ia
dapat memahami apa yang terjadi atas orang lain dengan baik. Selain itu jika
individu tidak dapat mengontrol emosi yang ada dalam dirinya pastilah ia tidak
dapat menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya, dikarenakan
mungkin saja akan dikenal sebagai sosok individu yang berperangai buruk
sehingga menjadikan orang lain enggan untuk berinteraksi dengannya.
3) Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis
Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar
seorang individu di sekolah ataupun lingkungan akademis lainnya. Perilaku ini
meliputi hal-hal seperti kesadaran untuk mendengarkan penjelasan serta arahan
dari guru, mengerjakan pekerjaan ataupun tugas yang diberikan dengan baik, dan
mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
4) Peer acceptance
Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang
rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat
bergaul dengan baik. Sedangkan individu yang mempunyai keterampilan sosial
yang baik tentu saja akan diterima oleh teman-teman ataupun lingkungan
sosialnya di mana pun ia berada. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud di sini
adalah kemauan dan kesadaran untuk memberi dan menerima informasi, dapat
menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
5) Keterampilan komunikasi
Komunikasi merupakan syarat utama agar seorang individu dapat berhubungan
dengan individu lain. Keterampilan berkomunikasi yang baik sangat diperlukan
untuk menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan
perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
melakukan komunikasi ataupun percakapan dengan individu lain, pastilah
kiranya mereka akan sangat senang jika apa yang mereka katakan di dengarkan
dan di respon secara positif. Dengan demikian, hal semacam itu akan menjadikan
individu dapat diterima dengan baik oleh orang yang ada di sekitarnya.
d. Kategori Keterampilan Sosial
Ada beberapa jenis perilaku yang menunjukkan pembagian kategori dalam
keterampilan sosial, perilaku tersebut mencakup suatu bentuk perlakuan individu baik
terhadap dirinya sendiri ataupun lingkungan di sekitarnya. Hal ini dapat dikaitkan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stephen (Cartledge & Milburn, 1992: 355-
359) yang membagi keterampilan sosial ke dalam beberapa kategori, seperti:
1) Environmental Behavior
2) Interpersonal Behavior
3) Self-related Behavior
4) Task-related Behavior
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Environmental Behavior
Environmental behavior dapat diartikan sebagai perilaku terhadap lingkungan.
Hubungannya dengan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya, seorang individu
pasti memiliki suatu bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosialnya
dalam mengenal dan memperlakukan lingkungan hidup tersebut. Contoh
sederhana dari bentuk perilaku ini adalah berusaha menjaga kebersihan
lingkungan sekitar dengan membuang sampah pada tempat yang telah
disediakan.
2) Interpersonal Behavior
Interpersonal behavior berarti perilaku interpersonal. Perilaku ini terwujud ke
dalam bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu dalam
mengenal dan mengadakan hubungan dengan sesama individu lain.
Pengaplikasian bentuk perilaku ini dapat dicontohkan dengan mengikuti
permintaan atau perintah dari orang tua, atau mengikuti aturan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Self-related Behavior
Dapat diartikan sebagai perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri. Lebih
jauh lagi perilaku ini merupakan suatu bentuk perilaku yang menunjukkan
tingkah laku sosial individu dengan dirinya sendiri. Dengan perilaku ini seorang
individu akan dapat mengontrol dirinya sehingga bertindak dan berperilaku
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dapat dicontohkan dengan seorang individu
yang akan langsung meminta maaf ketika ia melakukan kesalahan, dan
mengucapkan terima kasih ketika diberi sesuatu atau pun mendapatkan pujian.
4) Task-related Behavior
Task-related behavior, atau perilaku yang berkaitan dengan tugas adalah
merupakan suatu bentuk perilaku atau respon individu yang berhubungan dengan
sejumlah tugas akademis. Ditunjukkan dengan bentuk perilaku seperti berusaha
menjawab ketika mendapat pertanyaan dari guru, memperhatikan ketika guru
menjelaskan, kemauan dan kesadaran untuk menyelesaikan tugas yang diberikan,
dan sebagainya. Hal ini secara tidak langsung akan melatih individu untuk
bertanggung jawab terhadap kewajiban yang dimiliki.
e. Dimensi Keterampilan Sosial
Caldarella dan Merrell dalam Gimpel & Merrell (Mu’tadin,1998:59)
mengemukakan 5 lima) dimensi paling umum yang terdapat dalam keterampilan
sosial, yaitu :
1) Hubungan dengan teman sebaya
2) Manajemen diri
3) Kemampuan akademis
4) Kepatuhan
5) Perilaku assertive
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Hubungan dengan Teman Sebaya sebagai Dimensi Keterampilan Sosial.
Dimensi ini ditunjukkan seorang individu melalui perilaku yang positif terhadap
teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan
kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Manajemen Diri sebagai Dimensi Keterampilan Sosial.
Manajemen diri merefleksikan diri seorang remaja yang memiliki emosional
yang baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan
batasan-batasan yang ada, serta dapat menerima kritikan dan masukan dari orang
lain dengan baik.
3) Kemampuan Akademis sebagai Dimensi Keterampilan Sosial.
Kemampuan akademis seorang individu berkaitan dengan segala kegiatan yang
berkaitan dengan lingkup dunia akademisnya. Dimensi ini ditunjukkan melalui
kesadara individu dalam pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas
individual, serta menjalankan arahan guru dengan baik.
4) Kepatuhan sebagai Dimensi Keterampilan Sosial.
Dimensi kepatuhan menunjukkan kemampuan seorang individu atau remaja
untuk dapat mengikuti peraturan yang diterapkan oleh lingkungannya,
berperilaku sesuai harapan orang-orang yang ada di sekitarnya, menggunakan
waktu yang dimiliki secara optimal/ dengan baik, serta menjalani segala
sesuatunya dengan disiplin.
5) Perilaku Assertif sebagai Dimensi Keterampilan Sosial.
Perilaku assertif merupakan perilaku yang ada di dalam diri individu dan
didominasi oleh kemampuan-kemampuannya yang dapat membuat seorang
individu/ remaja menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang
diharapkan.
3. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Deskripsi kecerdasan emosional sudah ada sejak dikenalnya perilaku
manusia. Mereka yang mengasah kecerdasan emosionalnya meiliki kemampuan unik
untuk berkembang. Kecerdasan emosional merupakan sesuatu ysng ada dalam diri
setiap manusia yang dapat menjelaskan bagaimana cara kita mengelola perilaku,
mengarahkan kompleksitas sosial dan mengambil keputusan personal dalam meraih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
hasil yang positif. Istilah kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep
kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thorndike dengan membagi 3 bidang
kecerdasan yaitu kecerdasan abstrak (seperti kemampuan memahami dan
memanipulasi simbol verbal dan matematika), kecerdasan konkrit seperti kemampuan
memahami dan memanipulasi objek, dan kecerdasan sosial seperti kemampuan
berhubungan dengan orang lain.
Teori mengenai kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan oleh Salovey
dan Mayer tahun 1990. Solovey&Mayer dalam Goleman (Hermaya, 2003:57)
mendefinisikan kecerdasan eomosional ebagai “Kemampuan untuk memahami
perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk
mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup
seseorang”. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan dapat
memahami perasaan apa yang sedang dirasakan serta mengontrol emosi agar tidak
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain dapat memahami perasaannya
sendiri, individu dengan kecerdasan emosional akan lebih mudah dalam memahami
perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain di sekitarnya sehingga apa pun yang
dilakukan tidak akan menimbulkan benih perselisihan dengan orang lain tersebut.
Empati atau kepeduliannya dengan individu lain sangat tinggi, sehingga mempunyai
hubungan yang terbina dengan baik.
Menurut Goleman (Hermaya, 2002 : 512),
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan
emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian
diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam mengatur emosi yang ada dalam dirinya, seorang individu
membutuhkan aspek lain seperti inteligensi. Dengan inteligensi tersebut seorang
individu akan memiliki pemahaman yang lebih mengenai bagaimana cara untuk
mengatur, mengontrol, serta menunjukkan emosi yang ada di dirinya. Dengan tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
adanya inteligensi bisa saja seorang individu menjadi sosok yang liar dan beringas
dikarenakan ia hanya bertindak berdasar naluri tanpa rasio.
Travis & Jean (Anas, 2007:54) mengungkapkan “Kecerdasan emosional
merupakan sesuatu yang ada dalam diri setiap kita yang sedikit sulit diraba. Ia
menjelaskan cara bagaimana kita mengelola perilaku, mengarahkan kompleksitas
sosial dan mengambil keputusan personal dalam meraih hasil yang positif”.
Kecerdasan emosional menjadikan individu mampu untuk mengenali dan kemudian
menginterpretasikan apa yang ia rasakan melalui cara yang tepat tanpa harus
merugikan dirinya ataupun orang lain. Serta bagaimana individu tersebut
menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, dengan segala permasalahan yang ada
di dalamnya guna mencapai suatu bentuk kesuksesan dalam hidup.
Dari berbagai macam pendapat di atas dapat dismpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah suatu bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi kehidupan
emosi, seperti kemampuan untuk menghargai dan mengelola emosi diri dan orang
lain, untuk memotivasi diri seseorang, dan untuk mengatasi hubungan interpersonal
secara efektif. Kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kecerdasan yang
dimiliki oleh seorang individu untuk mengenali perasaan dan emosi yang sedang ia
rasakan kemudian menginterpretasikannya melalui cara yang tepat, dan juga
kemampuan individu untuk memahami perasaan orang lain sehingga memiliki empati
yang tinggi guna membina suatu hubungan yang berkualitas dalam lingkungan
sosialnya. Dengan kecerdasan emosional menjadikan individu berkemampuan untuk
untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan, memahami dan mengelola diri
sendiri serta kemampuan untuk memahami orang lain.
b. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Dalam diri seorang individu ada semacam konsep yang meletakkan aspek
kecerdasan yang lebih luas dibandingkan hanya sekedar kecerdasan intelegensi.
Kecerdaan tersebut mencakup hal-hal apa saja yang dibutuhkan seorang individu
untuk dapat meraih berbagai macam keberhasilan dan kesuksesan di dalam hidupnya
yang dikenal sebagai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sendiri tentu saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mempunyai cakupan wilayah yang luas dalam diri seorang manusia, yang mana
apabila kesemua aspek tersebut dapat dipenuhi oleh seorang individu maka dapat
dikatakan bahwa individu tersebut mempunyai kemampuan optimal dalam ranah
kecerdasan emosional yang ia miliki.
Menurut Salavey dan Mayer dalam Goleman (Hermaya, 2003:57-59), ada lima aspek
wilayah utama dalam kecerdasan emosional yaitu :
1) Mengenali emosi diri.
2) Mengelola emosi.
3) Memotivasi diri sendiri.
4) Mengenali emosi orang lain.
5) Membina hubungan.
Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut:
1) Mengenali Emosi Diri sebagai Aspek Kecerdasan Emosional
Kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan dari waktu ke waktu
merupakan hal yang penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri.
Ketidakmampuan dalam mencermati perasaan sebenarnya hanya akan membawa
individu pada suatu keadaan di mana dia akan mengalami suatu kekacauan
perasaan. Individu yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya
akan menjadi pemimpin yang handal bagi kehidupannya sendiri.
2) Mengelola Emosi sebagai Aspek Kecerdasan Emosional
Menangani perasaan agar dapat diungkapkan secara tepat menjadi suatu
kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang yang kurang mampu
mengelola emosinya akan terus merasa terpuruk, sedangkan mereka yang pintar
mengatur emosinya akan jauh lebih cepat bangkit dari keterpurukannya.
3) Memotivasi Diri Sendiri sebagai Aspek Kecerdasan Emosional
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting
dalam kaitannya untuk memotivasi diri dan menguasai diri sendiri. Kendali
emosional termasuk di dalamnya menahan diri dan mengendalikan dorongan
hati, akan membuat individu berhasil dalam berbagai bidang. Individu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memiliki keterampilan ini akan cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal
apapun yang ia kerjakan.
4) Mengenali Emosi Orang Lain sebagai Aspek Kecerdasan Emosional
Yang tidak kalah penting selain mengenali dan mengatur emosi serta perasaan
sendiri adalah mengetahui dan memahami emosi yang dirasakan oleh orang lain.
Individu yang empatik mampu menangkap tanda yang dimiliki dan diberikan
oleh orang lain yang ada di sekitarnya sehingga mampu menangkap isyarat apa
saja yang dikehendaki oleh orang tersebut.
5) Membina Hubungan sebagai Aspek Kecerdasan Emosional
Dalam membina hubungan, sebagian besar merupakan suatu keterampilan dalam
mengelola emosi orang lain. Kemampuan ini merupakan keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antarpribadi.
Orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun
yang mengendalikan pergaulan yang baik dengan orang lain.
c. Komponen Kecerdasan Emosional
Dalam kecerdasan emosional terdapat beberapa komponen yang terkandung
di dalamnya. Jika kesemua komponen tersebut dapat dipenuhi atau di miliki oleh
seorang individu maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut adalah benar
memang seseorang yang mempunyai kepedulian dan empati yang tinggi baik
terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain.
Goleman (Hermaya, 2002:513-514) membagi kecerdasan emosional kedalam 5 (lima)
komponen, yaitu:
1) Kesadaran diri
2) Pengaturan diri
3) Motivasi
4) Empati
5) Keterampilan sosial
Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut:
a. Kesadaran Diri sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu
kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan
diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan Diri sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional
Pengaturan diri adalah menguasai emosi diri sedemikian sehingga berdampak
positif, kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
c. Motivasi sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional
Motivasi menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun seseorang menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan
dan frustasi.
d. Empati sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional
Empati adalah merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami
persepektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang.
5) Keterampilan sosial sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional
Keterampilan social adalah dapat menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan
sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini
untuk mempengaruhi dan memimpin, dan menyelesaikan perselisihan dan untuk
bekerja sama dan bekerja dalam tim.
d. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional
Ada beberapa ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki kecerdasan
emosional. Goleman (Hermaya, 2003:45) mengungkapkan beberapa ciri kecerdasan
emosional tersebut, meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1) Kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi.
2) Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan.
3) Mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir.
4) Berempati dan berdoa.
Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut:
1) Kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi.
Dengan motivasi, seorang individu dapat terbantu untuk menggerakkan dan
menuntun dirinya ataupun orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi
membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif. Segala
macam usaha yang dilakukan oleh seorang manusia pasti tidak terlepas oleh
berbagai masalah dan resiko kegagalan di dalamnya, dengan kemampuan untuk
memotivasi diri inilah yang menjadikan individu mampu untuk bertahan
menghadapi kegagalan dan frustasi yang mungkin saja terjadi.
2) Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan.
Dengan kecerdasan emosional yang dimiliki, seorang individu pasti mempunyai
kemampuan untuk dapat mengelola emosi dan perasaan yang ada dalam dirinya
dengan baik. Jika ia memiliki suatu keinginan dan dorongan dari dalam hatinya,
hal tersebut tidak serta merta membuatnya tergopoh untuk menuruti hal tersebut.
Tetapi cenderung untuk bisa memilah dan memikirkannya secara logis, tidak
hanya sebatas menuruti hawa nafsu yang ada.
3) Mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir.
Dengan kemampuan untuk mengatur suasana hati, seorang individu dapat
menguasai emosi diri sedemikian sehingga berdampak positif, kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan
emosi. Jika ia mengalami permasalahan ataupun tekanan, maka ia akan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bangkit dengan segera dan menjadikan hal tersebut sebagai batu loncatan agar
dapat mendapatkan yang lebih baik lagi.
4) Berempati dan berdoa.
Dengan empati individu akan mampu merasakan yang dirasakan orang lain,
mampu memahami persepektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang. Selain itu
sebagai makhluk yang ber-Tuhan, patilah kiranya jika semua yang dilakukan
tidak lepas dari kuasa-Nya. Hal ini menjadikan individu senantiasa mengingat
Tuhannya sebagai penguasa diri dan semua yang ada di sekitarnya.
2. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai pendukung dalam sebuah penelitian baru.
Berikut ini penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang
peneliti ungkapkan:
Penelitian I, dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan
Penyesuaian Diri Siswa Baru di MAN Tempursari Ngawi”. Hasil dari korelasi
kecerdasan emosional siswa MAN Tempursari Ngawi menunjukkan nilai rhit 0,198.
Dari tabel yang terdapat dalam penelitian tersebut, diketahui nilai N adalah 51 dan
nilai rtabel adalah 0.163. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan
apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel. R hitung dari hasil korelasi memiliki
nilai rhit 0,198 < rtabel adalah 0.163, berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif yang siginifikan
antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa. Berdasar hasil
perhitungan analisis regresi, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini
tidak dapat diterima atau ditolak yaitu karena tidak terdapat hubungan positif yang
signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa. Artinya
kecerdasan emosional pada siswa tidak memiliki hubungan (tidak berkorelasi) dengan
penyesuaian diri. (Hanum Rohmatul Laily Amar, 2009 “Hubungan Antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Siswa Baru di MAN Tempursari
Ngawi” halaman 106).
Penelitian II, dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Interaksi
Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa Kelas VIII Program Akselerasi
di SMP Negeri 9 Surakarta”. Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini, diperoleh
koefisien determinasi sebesar 0,692 atau 62,9% dan hasil uji simultan p-value
0,000<0,05, artinya signifikan. Sedangkan F hitung 39,924 > hasil F table 3,25
artinya signifikan. Berdasar hasil perhitungan analisi regresi tersebut maka hipotesis
pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat hubungan
antara kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial. Hal
ini berarti kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya dapat digunakan sebagai
predictor untuk memprediksi penyesuaian sosial. Hasil analisi hipotesis kedua
menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan
penyesuaian sosial menyatakan adanya hubungan (rxIy) sebesar 0,756 dan p < 0,05.
Jadi hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan antara kecerdasan emosi
dengan penyesuaian sosial dapat diterima. Hasil analisis hipotesis ketiga
menunjukkan nilai korelasi antara variabel interaksi teman sebaya dengan
penyesuaian sosial (rx2y) menyatakan adanya hubungan antara interaksi teman sebaya
dengan penyesuaian sosial dapat diterima. Secara umum hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi
dengan penyesuaian sosial siswa, ada hubungan positif yang signifikan antara
interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa, ada hubungan positif yang
signifikan antara kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya dengan penyesuaian
sosial siswa. Artinya, kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya mempunyai
hubungan dengan penyesuaian sosial pada siswa. (Ahmad Asrori,2009 “Hubungan
Kecerdasan Emosi dan Interaksi Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada
Siswa Kelas VIII Program Akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta” halaman 105-107).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang dipakai untuk menjelaskan
kejadian-kejadian yang diteliti dan diamati. Kerangka pemikiran merupakan arahan
untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan, karena kerangka penelitian merupakan alur pikir yang digunakan
peneliti yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis.
Keterampilan Sosial (X1) sebagai variabel independen atau variabel bebas
diperkirakan mempunyai hubungan dalam Penyesuaian Diri (Y) siswa kelas XI.IPS
SMA N 2 Wonogiri. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor sangat penting
ketika seorang individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian diri. Jika
seorang individu di masa awal dan saat berjalan proses penyesuaian dirinya dapat
menempatkan dirinya secara baik dan tepat sesuai dengan bagaimana kondisi serta
iklim yang ada di dalam lingkungan di mana dia berada, dapat membaur dengan baik
kepada semua anggota yang ada di dalamnya, serta berusaha untuk tidak
memunculkan berbagai permasalahan selama penyesuaian dirinya berlangsung, maka
dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki suatu keterampilan diri yang cukup
untuk dapat menyelesaikan penyesuaian dirinya dengan sempurna.
Kecerdasan Emosional (X2) sebagai variabel independen atau variabel bebas
diperkirakan mempunyai hubungan dalam Penyesuaian Diri (Y) Siswa kelas XI.IPS
SMA N 2 Wonogiri. Selama masa perkembangannya, sebagai bagian dari
perkembangan aspek emosi, remaja juga semakin menyadari tentang bagaimana
keadaan dirinya dan keadaan orang lain. Hal semacam ini mendorong
berkembangnya perasaan-perasaan afektif terhadap orang lain, termasuk
pemahamannya terhadap nilai-nilai, dan perasaan-perasaan idealistik lainnya. Emosi
sebagai salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah afektif. Aspek psikologis ini
sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam
hubungan dengan orang lain pada khususnya. Emosi pun memiliki hubungan yang
sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain, seperti sikap, perilaku, serta
penyesuaian terhadap pribadi dan sosial yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Keterampilan Sosial (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) secara bersama-
sama diperkirakan mempunyai hubungan dalam Penyesuaian Diri (Y) siswa. Dengan
adanya kemampuan seorang individu dalam penguasaan keterampilan sosial dan
kecerdasan emosional, maka dipastikan individu tersebut selain dapat memahami
bagaimana dia harus berperilaku sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya,
individu tersebut juga mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti apa yang
sebenarnya di inginkan oleh lingkungan sosial di mana dia berada. Hal demikian
menjadikan individu mampu untuk mengatur emosi dan keadaan dirinya sehingga apa
yang dilakukannya tidak bertentangan dengan kaidah atau ketetapan yang berlaku.
Dengan demikian akan menciptakan suatu kondisi di mana terbentuk suasana yang
kondusif dan sehingga individu tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya
secara baik.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
4. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan
penelitian. Perumusan hipotesis yang peneliti kemukakan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan
penyesuaian diri siswa pada kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun
pelajaran 2011/2012.
Kecerdasan
emosional (X2)
Penyesuaian diri
(Y)
Keterampilan
Sosial (X1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan
kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri
2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Wonogiri. Sekolah tersebut bertempat di Jl. Nakula V, Kecamatan Wonokarto,
Kabupaten Wonogiri. Adapun alasan yang melatar belakangi peneliti di dalam
memutuskan sekolah tersebut menjadi lokasi penelitian adalah:
a. Tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian ini.
b. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah sehingga memperlancar peneliti dalam
mengumpulkan data yang dipergunakan dan sesuai dengan masalah yang diteliti.
c. Di SMA Negeri 2 Wonogiri belum pernah diadakan penelitian dengan masalah
yang sama.
d. SMA Negeri 2 Wonogiri adalah tempat peneliti menempuh jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Atas selama 3 tahun sehingga diharapkan dapat memperlancar
dalam proses pengambilan data.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam waktu lebih kurang enam bulan,
yaitu dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Waktu
penelitian terbagi dalam tahap persiapan, pelaksanan dan penyusunan laporan
penelitian. Tahap persiapan antara lain terdiri dari proses penyusunan proposal dan
pengurusan perizinan. Dalam tahap pelaksanaan peneliti melakukan eksperimen
dengan pengumpulan data yang dibutuhkan serta melakukan analisis terhadap data
tersebut, dan kemudian dilanjutkan dengan penyusunan laporan penelitian. Adapun
jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian secara lebih terperinci adalah sebagai berikut:
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 3.1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran secara
ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
Kegiatan Bulan
Feb „12 Mar „12 Apr „12 Mei „12 Juni „12 Juli „12
Proposal
Revisi Proposal
Mengurus perizinan
Konsultasi Bab
I,II,III
Penyusunan
instrument dan
angket penelitian
Melakukan try out
angket
Menganalisis hasil
try out dan merevisi
angket
Penyusunan hasil
akhir angket
penelitian
Pelaksanaan
eksperimen
Analisis data hasil
eksperimen
Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
suatu pengetahuan. Untuk memperoleh kebenaran tersebut, suatu penelitian perlu
menggunakan metode ilmiah yang tepat agar hasil penelitian yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Metode/ metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti
cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan „logos” yang berarti ilmu atau
pengetahuan.
Hadari Nawawi (1995:24) menjelaskan bahwa “Ilmu yang
memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran
pengetahuan disebut metodologi penelitian atau metodologi research”. Pengertian
tersebut mengandung pengertian bahwa metodologi penelitian merupakan sebutan
bagi semua ilmu yang mempelajari tentang cara atau metode ilmiah yang digunakan
oleh peneliti untuk menggali kebenaran dari sebuah pengetahuan. Jadi setiap jenis
penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki teknik atau metode tersendiri dan
berbeda antara satu dengan yang lainnya guna menemukan hasil penelitian yang
benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sumadi Suryabrata (2004:73-94), membagi berbagai macam metode atau
rancangan penelitian ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Penelitian Historis (Historical Research)
2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research)
3. Penelitian Perkembangan (developmental research)
4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study And Field Research)
5. Penelitian Korelasional (Correlational Research)
6. Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-comparative Research)
7. Penelitian Eksperimental-Sungguhan (True-Experimental Research)
Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1. Penelitian Historis (Historical Research)
Tujuan penelitian histonis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research)
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat suatu pendeskripsian
dalam suatu penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
3. Penelitian Perkembangan (developmental research)
Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan
perurutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study And Field Research).
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi
lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat.
5. Penelitian Korelasional (Correlational Research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-
variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
6. Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-comparative Research)
Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan cara: berdasar atas pengamatan terhadap
akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab
melalui data tertentu. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang
mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.
7. Penelitian Eksperimental-Sungguhan (True-Experimental Research)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan
kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi
perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok
kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
8. Penelitian Eksperimental-Semu (Quasi-Experimental Research)
Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.
9. Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan
baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan
penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Sukardi (2007;157-214), membagi penelitian menjadi beberapa jenis, yaitu;
1. Penelitian Deskriptif
2. Penelitian Ex-posfacto
3. Penelitian Eksperimen
4. Penelitian Survei
5. Penelitian Sejarah
6. Penelitian Tindakan
Hal tersebut akan penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian Deskriptif
Merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan suatu objek
sesuai dengan keadaannya yang apa adanya. Pada umumnya bertujuan untuk
melakukan penggambaran secara sistematis fakta serta karakteristik objek
penelitian secara tepat.
2. Penelitian Ex-posfacto
Sesuai dengan namanya ex-posfacto, yang berarti dari apa dikerjakan setelah
kenyataan”, penelitian ini bertujuan meneliti variabel-variabel bebas yang
telah terjadi ketika peneliti memulai pengamatan terhadap variabel terikat di
dalam suatu penelitian. Penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Penelitian korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau
lebih.
b. Penelitian kausal komparatif
Pada penelitian ini variabel yang diteliti, baik variabel penyebab dan
variabel yang dipengaruhi diteliti dan kemudian diselidiki dengan cara
dirunut kembali.
3. Penelitian Eksperimen
Pada dasarnya penelitian eksperimen merupakan penelitian dengan metode
yang sistematis guna membangun hubungan yang mengandung hubungan
sebab akibat. Dalam penelitian ini variabel yang ada, baik variabel bebas
atau terikat, sudah ditentukan oleh peneliti sejak awal penelitian secara
tegas.
4. Penelitian Survei
Merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan mengumpulkan data pada
waktu tertentu dengan mendeskripsikan keadaan objek penelitian pada
waktu tertentu, mengidentifikasikan keadaan yang sedang terjad serta
menentukan hubungan pada sesuatu yang hidup di antara keadaan spesifik
yang terjadi.
5. Penelitian Sejarah
Merupakan jenis penelitian yang menggambarkan dan mendeskripsikan
suatu keadaan atau kejadian di masa lampau yang kemudian digunakan
sebagai suatu bahan pembelajaran pada masa sekarang.
6. Penelitian Tindakan
Adalah suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok
dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari dan
melakukan pengamatan terhadap pengalaman yang mereka lalui.
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi. Adanya hubungan dan tingkat variasi pada
variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti
akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini
berkaitan dengan informasi tentang objek atau subjek penelitian mengenai hubungan
antar variabel yaitu keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dan penyesuaian
diri dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi.
Peneliti menggunakan metode penelitian korelasional ini dikarenakan
metode jenis ini cocok dilakukan mengingat dalam penelitian ini terdapat variabel
yang tak dapat diteliti dengan metode eksperimental seta data-data yang digunakan
kemungkinan tidak dapat dimanipulasikan. Metode korelasional memungkinkan
pengukuran beberapa variabel dan dapat menunjukkan berhubungan yang ada di
dalamnya secara serentak serta sesuai dengan keadaan realistiknya. Kemudian hasil
yang didapat diharapkan benar-benar menunjukkan taraf atau tinggi rendahnya
hubungan dan keterkaitan antar variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini,
yaitu variabel keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan penyesuaian diri siswa.
Langkah pokok yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan metode
penelitian korelasional tersebut adalah;
1. Mendefinisikan masalah.
2. Melakukan penelaahan kepustakaan.
3. Rancangkan cara pendekatannya:
4. Indentifikasikan variabel-variabel yang relevan;
5. Tentukan subyek yang sebaik-baiknya;
6. Pilih atau susun alat pengukur yang cocok;
7. Pilih metode korelasional yang cocok untuk masalah yang sedang digarap.
8. Pengumpulan data.
9. Analisis data yang telah terkumpul dan buat interpretasinya.
10. Menuliskan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Di dalam suatu penelitian, pengambilan individu sebagai subjek yang diteliti
menjadi hal yang sangat penting. Populasi di dalam suatu penelitian merupakan
sekumpulan individu yang menjadi objek yang diteliti mengenai aspek-aspek yang
ada di dalam kelompok tersebut. Aspek-aspek yang akan diungkapkan dalam
penelitian ini adalah aspek keterampilan sosial, aspek kecerdasan emosional, dan
aspek penyesuaian diri. Berikut pengertian populasi yang disampaikan oleh beberapa
ahli:
Hadari Nawawi (1995:141) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik yang tertentu di dalam suatu penelitian”. Menurut pendapat
tersebut dapat diartikan bahwa populasi merupakan keseluruhan unit baik manusia,
hewan, serta benda lainnya yang dapat dianalisis dan mempunyai ciri-ciri khusus
tertentu dan dapat digunakan sebagai sumber data dalam suatu penelitian. Jadi dengan
demikian peneliti harus berhati-hati dalam memasukkan populasi yang hendak diteliti
dalam spesifikasi-spesifikasi tertentu.
Sukardi (2007:53), menjelaskan bahwa “Populasi pada prinsipnya adalah
semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal
bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil
akhir suatu penelitian”. Pendapat tersebut mengandung makna bahwa populasi
merupakan keseluruhan subjek penelitian, baik yang terdiri dari manusia, hewan,
ataupun benda yang digunakan sebagai target dari suatu penelitian dan kesemua
subjek penelitian tersebut berada di dalam suatu wilayah atau satu tempat tertentu
secara bersamaan serta nantinya akan menjadi hasil penarikan kesimpulan akhir dari
penelitian yang dilakukan.
Sudjana dalam Purwanto (2008:241) mengatakan bahwa “Populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil mengukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai sekumpulan objek yang
lengkap dan jelas”. Yang dimaksudkan populasi dalam hal ini adalah keseluruhan
dari sekelompok objek yang ditentukan oleh peneliti sebagai objek penelitian yang
memiliki karakteristik tertentu yang sama dan jelas dan dianggap memiliki syarat
yang memadai untuk digunakan sebagai sumber data dalam suatu penelitian, baik
penelitian yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek baik manusia, hewan, tumbuhan, ataupun benda lainnya yang
berada dalam satu wilayah tertentu yang mempunyai karakteristik dan ciri khusus
serta sifat yang sama dan dapat digunakan sebagai sumber data dalam suatu
penelitian baik penelitian tersebut bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 138 siswa yang terbagi ke dalam empat
kelas yaitu XI.IPS 1, XI.IPS 2, XI.IPS 3, dan XI.IPS 4. Peneliti memilih kelas XI
sebagai populasi penelitian dikarenakan siswa siswi di kelas tersebut memiliki
kondisi yang relatif stabil dalam artian mereka telah melakukan suatu proses interaksi
dan adaptasi dalam jangka waktu yang dirasa cukup dengan lingkungannya, baik di
rumah, masyarakat, dan terutama di sekolah. Serta dimungkinkan mereka dapat
menjadi gambaran dari variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Sampel
Dalam suatu penelitian ada kalanya tidak semua anggota dari populasi dapat
diamati. Hal ini dikarenakan jumlah pupolasi yang sangat banyak, serta keterbatasan
dalam hal biaya, waktu dan tenaga. Untuk itu perlu adanya suatu pembatasan dengan
menetapkan jumlah sampel yang representatif yang dapat mewakili populasi.
Sugiyono (2005:56), menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dari pendapat tersebut
peneliti mengambil kesimpulan bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah
populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat mewakili populasi tersebut.
Jadi dari keseluruhan jumlah populasi yang ada di dalam penelitian di ambil sebagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
atau beberapa yang dianggap dapat mewakili karakter atau sifat dari populasi tersebut
dan kemudian sampel ini nantinya akan menjadi sumber data dalam penelitian yang
dilakukan.
Hadari Nawawi (1995:144) berpendapat “Sampel secara sederhana diartikan
sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu
penelitian”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sampel merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan jumlah populasi, yakni bahwa tidak semua jumlah
anggota dari populasi tersebut akan digunakan atau diteliti dalam suatu penelitian
melainkan hanya sebagian atau beberapa saja dari jumlah populasi yang ada dan
kemudian digunakan sebagai sumber data pada penelitian tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
sebagian dari jumlah anggota di dalam suatu populasi yang digunakan untuk
mewakili populasi tersebut dan dijadikan sebagai objek serta sumber data dalam
penelitian dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam hal ini sampel
penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPS SMA N 2 Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012 sebanyak 50 orang. Peneliti mengambil sampel tersebut dikarenakan
menurut peneliti sampel yang diambil sudah sesuai dengan jumlah populasi yang ada,
bersifat representatif dan dapat mewakili serta menggambarkan karakteristik populasi
yang ada dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik
sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Besar
kecilnya pengambilan sampel, pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk
menentukan ukuran sampel. Jumlah sampel juga banyak tergantung pada faktor-
faktor seperti biaya, fasilitas, waktu yang tersedia, jumlah populasi yang ada atau
bersedia untuk dijadikan sampel serta tujuan dari penelitian.
Sutrisno Hadi (2000:75) menyatakan bahwa “Sampling adalah cara yang
digunakan untuk mengambil sampel”. Hal tersebut berarti bahwa teknik sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah
sampel yang akan diteliti. Hal ini dikarenakan dalam sebuah penelitian, jumlah
populasi biasanya tidak dikenai penelitian secara keseluruhan, tapi hanya sebagian
saja yang sering disebut sebagai sampel.
Dari pendapat tersebut di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sampling
merupakan sebuah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan
jumlah sampel yang akan mewakili jumlah populasi dalam sebuah penelitian. Dalam
pengambilan sampel hal yang perlu diperhatikan adalah sifat dan penyebaran
populasi agar nantinya diperoleh sampel yang representative. Dengan demikian,
diharapkan sampel yang didapat dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya
hasil penelitian ini yang akan ditarik kesimpulannya dan dapat menggambarkan
keadaan dari populasi tersebut.
Sampel yang representative diperoleh dengan teknik tertentu yang
dinamakan teknik sampling. Menurut Sutrisno Hadi (2004:183-189) pada dasarnya
teknik sampling dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Teknik Random Sampling
Dengan randomisasi dimaksudkan mengambil individu sebagai sampel dari
suatu populasi secara random. Dalam teknik random ini setiap individu di
dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari
sampel. Cara-cara yang digunakan dalam teknik random sampling ini
adalah:
a) Cara undian
Cara undian ini juga disebut dengan cara mekanik. Seperti namanya,
teknik sampling ini dilakukan dengan cara melakukan undian. Dengan
cara pengundian ini memungkinkan tidak akan terjadi kemunculan nama
yang sama untuk kedua kalinya. Namun, cara ini akan sulit dilakukan
jika jumlah subjek dalam populasi terlalu banyak dan / atau peneliti
tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah individu dalam populasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
yang ditelitinya tersebut. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam
proses pengambilan sampel secara undian ini, yaitu;
(1) Undian dengan pengembalian
Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara
mengundi seluruh anggota populasi penelitian sehingga akan
didapatkan salah satu sampel, dan kemudian sampel yang sudah
keluar tersebut dikembalikan lagi dan diikutsertakan kembali dalam
proses pengundian selanjutnya. Proses pengundian dengan cara
pengembalian ini lebih baik digunakan karena dengan teknik ini
akan diperoleh hasil dengan intensitas ketetapan pengembalian
sampel yang tetap.
(2) Undian tanpa pengembalian
Teknik undian tanpa pengembalian disebut juga dengan simpel
random sampling, dalam teknik ini individu yang telah keluar dalam
proses undian tidak akan diikutkan lagi dalam proses pengundian
selanjutnya, maka dari itu tidak akan ada kemungkinan muncul
nama yang sama untuk kedua kali. Dalam teknik ini setiap sampel
dalam populasi mempunyai satu kali kesempatan untuk di jadikan
sampel.
b) Cara ordinal
Cara ini dilakukan dengan menyusun subjek ke dalam suatu daftar dan
kemudian mengambil nama-nama individu yang berada pada urutan
dengan nomor ganjil ataupun genap, dengan nomor kelipatan angka tiga,
kelipatan angka lima dan sebagainya, sebagai sampel dalam penelitian
tersebut.
c) Randomisasi dari tabel bilangan random
Cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan oleh para ahli
statistik dan peneliti, dikarenakan prosedurnya yang sangat sederhana
dan juga mempunyai resiko penyelewengan yang sangat kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dilakukan dengan membuat daftar subjek dengan nomor urut dan
kemudian peneliti menjatuhkan ujung pensil secara sembarang pada
tabel bilangan random. Selanjutnya diambil dua angka yang berdekatan
dengan jatuhnya ujung pensil untuk mengidentifikasi sampel yang
pertama.
2) Teknik Non Random Sampling
Dalam teknik non random sampling, tidak semua individu dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel
penelitian. Teknik ini dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, antara lain;
a) Stratified Sampling
Digunakan jika populasi terdiri dari golongan-golongan yang
mempunyai susunan bertingkat. Yang perlu diperhatikan adalah berapa
banyak strata yang ada di dalam populasi tersebut dan selanjutnya tiap
strata harus mempunyai perwakilan dalam sampel penelitian.
b) Purposive Sampling
Dalam teknik purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek
dialkukan dengan memperhatikan ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang memiliki hubungan dengan ciri dan sifat populasi yang telah
diketahui sebelumnya.
c) Quota Sampling
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan quota sampling adalah
penetapan jumlah subjek yang akan diteliti dan siapa yang akan
diinterview atau yang menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya
data tersebut akan diserahakan kepada sebuah tim yang bertugas untuk
mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalm penelitian.
d) Incidental Sampling
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara memilih
anggota sampel berdasarkan siapa saja atau apa saja yang secara
kebetulan ditemui pada tempat dan waktu tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
e) Proportional Sampling
Proportional Sampling adalah teknik yang dilakukan dengan
mengambil sampel yang terdiri dari sub-sub sampel yang
pertimbangannya mengikuti pertimbangan sub-sub populasi. Dalam
artian bahwa besarnya sampel ditentukan atau tergantung dari besar
kecilnya tiap sub populasi.
f) Area Sampling
Teknik ini dilakukan dengan membagi daerah-daerah populasi menjadi
sub-sub populasi, dan sub populasi ini dibagi lagi kedalam daerah yang
lebih kecil yang apabila diperlukan maka daerah kecil ini dapat dibagi
lagi kedalam daerah-daerah yang lebih kecil lagi. Adapun besarnya
subjek yang akan diteliti dari masing-masing daerah tersebut tidak
dapat ditetapkan secara umum melainkan tergantung kepada situasi
yang sedang dialami oleh peneliti.
g) Cluster Sampling
Merupakan teknik atau cara memilih sampel bukan berdasar pada sifat
individual, melainkan lebih cenderung didasarkan pada kelompok atau
daerah yang secara alami terkumpul secara bersama.
h) Double Sampling
Teknik ini digunakan apabila penelitian menggunakan angket yang
dikirimkan dengan menggunakan jasa pos sebagai usaha penampungan
bagi mereka yang tidak mengembalikan angket. Responden yang telah
mengembalikan daftar angket dimasukkan kedalam sampel pertama,
sedangkan responden yang tidak mengembalikan daftar angket
dimasukkan ke dalam sampel kedua. Pengumpulan data dari sampel
kedua dapat ditempuh dengan jalan interview.
i) Combined Sampling
Beberapa dari keseluruhan teknik sampling di atas, dapat
dikombinasikan sehingga menjadi sampling kombinasi. Semisal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
stratified sampling memperhatikan proporsi dari tiap strata,
samplingnya menjadi proporsional stratified sampling. Jika seterusnya
pemilihan subjek dalam setiap strata dilakukan dengan teknik random
sampling, nama samplingnya menjadi proportional stratified random
sampling.
Peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35%
dari jumlah populasi karena menyesuaikan dengan jumlah populasi sebanyak 138
responden. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini didapat sebanyak 48,3 yang
kemudian dibulatkan menjadi 50 orang siswa. Perhitungan tersebut berdasarkan teori
dari Suharsimi Arikunto (2006:134), yang menyatakan bahwa pengambilan sampel
untuk populasi di atas 100 maka sampelnya diambil antara 10%-15% atau 20%-25%,
atau lebih. Maka dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 35% atau
50 orang.
Untuk mendapatkan sampel tersebut, dalam penelitian ini digunakan teknik
random sampling type undian dengan pengembalian. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, dalam teknik dengan randomisasi ini dilakukan dengan mengambil
individu sebagai sampel dari suatu populasi secara random. Dalam teknik random ini
setiap individu di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
bagian dari sampel. Peneliti menggunakan teknik random sampling ini dikarenakan
diharapkan keseluruhan individu yang diteliti merupakan individu yang termasuk ke
dalam populasi, serta kesemuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel. Sampel yang nantinya diperoleh merupakan perwakilan dari keseluruhan
populasi yang ada yang tersebar rata dalam kelas-kelas yang menjadi objek dalam
penelitian ini. Selain itu peneliti menggunakan teknik tersebut dikarenakan dengan
teknik ini diperoleh hasil dengan intensitas ketetapan pengembalian sampel yang
tetap serta akan diperoleh hasil penelitian dengan keakurasian yang tinggi.
Cara yang dilakukan peneliti dalam melakukan teknik ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
1. Menentukan jumlah populasi yang dapat ditemui dalam penelitian, yaitu
keseluruhan siswa kelas XI.IPS 1, XI.IPS 2, XI.IPS 3, dan XI.IPS 4 sejumlah
138 orang.
2. Membuat daftar semua anggota populasi yang diurutkan dari siswa pertama
di kelas XI.IPS 1 dengan nomor urut 1 sampai dengan siswa terakhir di kelas
XI.IPS 4 dengan nomor urut 138.
3. Menuliskan nomor urut 1 sampai dengan 138 tersebut masing-masing dalam
selembar kertas kecil, digulung, dan kemudian masukkan ke dalam kotak
yang telah diberi lubang penarikan.
4. Kotak berisi nomor tersebut kemudian di kocok sampai gulungan kertas
keluar.
5. Ambil gulungan kertas yang keluar kemudian catat nomornya pada kertas
ataupun kolom yang telah disediakan, nomor anggota yang keluar adalah
mereka yang ditunjuk sebagai sampel penelitian. Setelah dicatat kembalikan
lagi gulungan kertas tersebut ke dalam kotak dan proses pengocokan
kembali dilakukan.
6. Jika nomor yang sudah keluar sebelumnya kemudian muncul lagi pada
proses pengundian selanjutnya, nomor tersebut dikembalikan lagi ke dalam
kotak dan tidak dimasukkan ke dalam daftar sampel. Dalam proses
pengundian ini ada beberapa nomor yang keluar beberapa kali, yaitu:
Nomor Urut Frekuensi kemunculan
86 4
12 3
28 4
65 2
87 2
111 2
102 2
77 2
52 2
69 2
129 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
109 2
68 2
Tabel 3.2 Tabel Frekuensi Nomor yang Keluar Ulang dalam Pengundian
7. Keseluruhan jumlah pengundian pada teknik sampling yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah 69 kali pengundian. Namun, dikarenakan ada beberapa
nomor yang keluar beberapa kali, proses pengundian dilakukan sampai
jumlah yang dibutuhkan terpenuhi yaitu sejumlah 50 nomor yang
selanjutnya digunakan sebagai sampel penelitian.
Berdasar hasil dalam pengambilan sampel secara random dengan prosedur
pengundian tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut:
Undian ke- Hasil urutan
nomor
Undian ke- Hasil urutan
nomor
1 86 26 77
2 81 27 135
3 80 28 52
4 12 29 69
5 68 30 14
6 28 31 103
7 7 32 122
8 132 33 17
9 65 34 25
10 87 35 129
11 82 36 106
12 111 37 96
13 43 38 57
14 91 39 120
15 102 40 3
16 92 41 92
17 88 42 101
18 10 43 8
19 128 44 24
20 78 45 30
21 53 46 40
22 109 47 9
23 19 48 30
24 22 49 42
25 33 50 108
Tabel 3.3. Hasil Pengundian Sampel Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Persebaran sampel yang diperoleh dalam pengundian tersebut di atas, dapat
disajikan sebagai berikut:
Kelas Jumlah Sampel
XI.IPS 1 16
XI.IPS 2 9
XI.IPS 3 14
XI.IPS 4 11
Jumlah 50
Tabel 3.4. Persebaran Sampel di Masing-masing Kelas
E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini data mengenai keterampilan sosial, kecerdasan
emosional dan penyesuaian diri diambil dari siswa kelas XI IPS SMA N 2 Wonogiri
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh peneliti guna
memperoleh data yang diinginkan dan diburuhkan dalam suatu penelitian dengan
menggunakan alat tertentu. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi atau keterangan yang benar dan dapat dipercaya.
Menurut Suhasmi Arikunto (2006:223) teknik pengumpulan data dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Test
Instrument berupa tes ini dapat digunakan untukmengukur kemampuan dasar
dan pencapaian atau prestasi.
2. Non Test terdiri atas;
a. Angket atau kuesioner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan yang harus
dijawab secara tertulis oleh responden.
b. Interview
Suatu bentuk pengumpulan data dengan melakukan proses Tanya jawab
secara langsung dengan responden.
c. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal dengan
mengoptimalkan penggunaan indera visual dan indera lainnya seperti
pendengaran, rabaan, dan penciuman sebagai pendukung.
d. Dokumentasi
Merupakan metode pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan
sebagainya.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sehubungan dengan masalah penelitian yang diangkat oleh penulis, maka metode
angket dipakai sebagai metode pokok dan metode dokumentasi digunakan sebagai
metode bantu.
a. Teknik angket atau kuesioner
1) Pengertian Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui
pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. Beberapa
pengertian angket menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a) Burhan Bungin (2005:123) berpendapat bahwa “Angket merupakan
serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian
dikirim untuk diisi oleh responden”. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa angket atau kuesioner adalah merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan serangkaian
daftar pertanyaan yang kemudian diberikan kepada responden sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kemudian didapatkan jawaban dari responden atas pertanyaan yang diajukan
tersebut.
b) Y. Slamet (2006:94) menjelaskan bahwa “Kuesioner adalah daftar
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur suatu gejala tertentu atau
konsep tertentu yang langsung diisi oleh responden”. Maksud dari
pengertian tersebut adalah bahwa kuesioner merupakan suatu cara atau
teknik mengumpulkan data di dalam penenlitian yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang berisi daftar pertanyaan tertulis dan diberikan
kepada responden, sehingga data yang berhasil dikumpulkan adalah berupa
jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa angket adalah
suatu teknik atau cara pengumpulan data dalam suatu penelitian penyelidikan
suatu masalah dengan memberikan pertanyaan kepada responden atau subjek
penelitian untuk mendapatkan informasi, keterangan, tanggapan atau hal lain
yang diketahui secara tertulis yang terkumpul melalui angket dan merupakan
jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
2) Jenis-jenis Angket
Angket atau koesioner merupakan suatu daftar pertanyaan yang diajukan
secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan data atau jawaban dari
pertanyaan tersebut. Secara umum, angket menghendaki suatu bentuk keterangan
atau jawaban berupa fakta yang diberikan oleh responden.
Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
tergantung pada sudut pandangnya. Jenis-jenis angket menurut Suharsimi
Arikunto (2002:142) adalah:
a) Dipandang dari cara menjawab.
(1) Kuesioner terbuka yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga member kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan jawaban responden sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(2) Kuesioner tertutup yaitu angket yang disajikan sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memberikan tanda check (√) pada kolom yang tersedia
sehingga responden tinggal memilih.
b) Dipandang dari jawaban yang diberikan.
(1) Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung yaitu apabila responden menjawab tentang
orang lain.
c) Dipandang dari bentuknya.
(1) Kuesioner pilihan ganda yaitu kuesioner yang sama dengan model
kuesioner tertutup.
(2) Kuesioner isian yaitu kuesioner yang sama dengan kuesioner terbuka.
(3) Check list dengan sebuah daftar sehingga responden tinggal
menumbuhkan tenda check (√) pada kolom yang sesuai.
(4) Rating scale (scala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukan tingkatan. Misalnya mulai dari tingkat
setuju sampai ke tingkat tidak setuju.
Dalam penelitian ini jenis angket atau kuesioner yang digunakan
adalah angket tertutup. Diharapkan dengan menggunakan angket jenis
tersebut dapat memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan dari
peneliti, karena responden tinggal memilih jawaban dari opsi pertanyaan yang
diungkap oleh peneliti.
3) Langkah-Langkah Menyusun Angket
Di dalam suatu penenlitian, penyusunan angket tentu saja harus dilakukan
secara sistematis atau berurutan. Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti
dalam menyusun angket sebagai berikut:
a) Menyusun Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan di dalam penelitian ini adalah angket, dan jenis
angket yang digunakan adalah angket langsung yang sifatnya tertutup. Angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
akan diberikan langsung kepada responden dan disediakan beberapa pilihan
jawaban yang harus dijawab oleh responden tersebut.
b) Menyusun kisi-kisi angket
Penyususnan kisi-kisi instrument diperlukan untuk memeperjelas
permasalahan yang akan dituangkan dalam angket untuk memepermudah
pembuatan butir-butir pertanyaan dalam angket.
c) Menyusun angket
Angket yang akan dibagikan kepada responden dapat disusun dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Menetapkan tujuan dari penyusunan angket.
Di dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket bertujuan untuk
memperoleh data tentang keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan
penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri.
(2) Menetapkan aspek yang ingin diungkap.
Di dalam penelitian, dalam melakukan hal ini maka diperlukan adanya
kisi-kisi di dalam angket. Kisi-kisi dibuat berdasarkan indicator yang
telah dibuat sebelumnya dan kemudian disesuaikan dengan lingkup
permasalahan yang akan dikaji atau tujuan yang ingin dicapai.
(3) Menentukan jenis dan bentuk angket.
Di dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah bentuk angket
langsung yang sifatnya tertutup. Angket akan langsung diberikan kepada
responden dan di dalam angket telah disediakan pilihan jawaban,
sehingga hal ini akan memudahkan responden dalam memberikan
jawabannya.
(4) Membuat butir pertanyaan yang diberikan dan sekaligus disertai alternatif
jawaban.
Pembuatan angket yang terdiri dari pertanyaan dan pilihan jawaban tetap
mengacu pada kisi-kisi angket. Adapun bentuk instrument yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kepada responden diantaranya berisi item-item pertanyaan, surat
pengantar angket, dan petunjuk serta pedoman pengisian angket.
(5) Membuat scoring atau penilaian angket.
Dalam penyusunan angket ini menggunakan skala likert. Skala ini menilai
sikap atau tingkah laku yang diinginkan peneliti dari objek penelitian
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden. Dan kemudian
responden diminta untuk memberikan jawaban dalam skala yang telah
ditentukan. Misalnya saja dengan pernyataan sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Sukardi (2007:147-148) menjelaskan cara
pemberian bobot nilai sebagai berikut:
Bentuk item positif;
(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4
(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3
(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2
(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 1
Bentuk item negatif:
(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1
(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2
(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3
(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4
4) Uji Coba (Try Out) Angket
Setelah angket selesai disusun, maka langkah selanjutnya adalah menguji
cobakan angket tersebut melalui try out guna mengetahui validitas dan
reliabilitasnya. Tujuan dari dilakukannya try out atau uji coba ini adalah untuk
mendapatkan angket yang benar-benar valid. Di dalam penelitian ini, try out
akan dilakukan di SMA N 2 Wonogiri, pada kelas XI IPS tahun ajaran
2011/2012 dengan responden sebanyak 36 siswa.
Sutrisno Hadi (2006:166), menjelaskan bahwa tujuan diadakannya try out
adalah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu
akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
c) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya
menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang
ternyata tidak relevan dengan tujuan research.
b. Teknik Dokumentasi
Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik angket, peneliti juga
menggunakan teknik analisis dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik
pencarian data yang menelaah catatan atau dokumentasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (1998:148) yang mengemukakan bahwa “Metode
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulel rapat, legger, agenda dan
sebagainya”.
Metode dokumentasi memiliki kelebihan antara lain:
1) Sumber data dapat diperoleh dengan mudah melalui catatan yang ada.
2) Dapat membantu pelaksanaan metode yang lain.
3) Dengan biaya,tenaga dan waktu yang sedikit dapat memperoleh datayang
diperlukan.
Metode dokumentasi memiliki kekurangan antara lain:
1) Data yang diperoleh ada kemungkinan bukan data yang sebenarnya karena
catatan itu dapat dipengaruhi oleh si pencatat.
2) Kejadian yang lalu belum tentu sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah:
1) Lebih mudah mendapatkan data karena data sudah tersedia dan menghemat
waktu.
2) Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3) Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan, data dapat
ditinjau kembali jika diperlukan.
Jadi teknik dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh data yang berupa nama-nama siswa sebagai sampel
dalam penelitian ini.
F. Validasi Instrumen Data
1. Uji Validitas Angket
Suharsimi (2006:168), menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument.
Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya
instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Dengan demikian
suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang berhasil terkumpul tidak
menyimpang dari batas validitas yang dimaksud.Dalam penelitian ini untuk menguji
kevalidan digunakan rumus product moment :
√
(Suharsimi, 2006:170)
Keterangan:
: koefisien korelasi antara x dan y
n : jumlah subjek uji coba
∑X : jumlah skor butir angket untuk variable x
∑Y : jumlah skor butir angket untuk variable y
∑XY : jumlah perkalian antara skor X dan Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran variabel X
∑Y2 :
jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran variabel Y
Kriteria uji validitas tersebut adalah jika p>0,5 maka dapat disimpulkan
bahwa item soal pengujian adalah valid, sebaliknya jika p<0,5 maka item soal
pengujian dinyatakan tidak valid. Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas
adalah sebagai berikut:
a) Variabel Keterampilan Sosial (X1)
Dari hasil analisis butir (item) soal pada angket yang diujicobakan menunjukkan
bahwa dari 40 item soal didapat 35 soal valid dan 5 soal tidak valid. Soal yang
dinyatakan valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40.
Sedangkan item yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 6, 15, 22, 28, 35.
b) Variabel Kecerdasan Emosional (X2)
Dari hasil analisis butir (item) soal pada angket yang diujicobakan menunjukkan
bahwa dari 40 item soal didapat 38 soal valid dan 2 soal tidak valid. Soal yang
dinyatakan valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40. Sedangkan item yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 8 dan
27.
c) Variabel Penyesuaian Diri (Y)
Dari hasil analisis butir (item) soal pada angket yang diujicobakan menunjukkan
bahwa dari 40 item soal didapat 33 soal valid dan 7 soal tidak valid. Soal yang
dinyatakan valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 38, 39, 40.
Sedangkan item yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor5, 9, 14, 22, 28,
34, 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Uji reliabilitas
Selain harus valid, suatu kuesioner juga harus reliable. Reliable menunjukan
kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relative tetap. Menurut Suharsmi
Arikunto (2002:154) “Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrument itu sudah baik”. Suatu instrument dikatakan reliable apabila hasil
pengukuran yang didapatkan dengan instrument tersebut menunjukkan hasil yang
sama jika dilakukan pada orang-orang yang berbeda, baik dalam waktu yang
bersamaan ataupun dalam waktu yang berbeda.
Menurut Sukardi (2007:354) uji realibilitas dibagi menjadi:
a) Realibilitas Test-Retest
Merupakan derajat yang menunjukkan suatu konsistensi hasil dari sebuah
test dari waktu ke waktu. Test-retest menunjukkan suatu variasi skor yang
diperoleh dari penyelenggaraan suatu test yang dilakukan dua kali atau lebih,
sebagai akibat kemungkinan terjadinya suatu kesalahan dalam pengukuran.
Reliabilitas diukur dari koefisien antara percobaan pertama dengan yang
berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument
tersebut sudah dinyatakan reliable.
b) Realibilitas Ekuivalen
Reliabilitas ekuivalen pada umumnya menggambarkan suatu bentuk
konsistensi alternative yang dapat menunjukkan variasi skor yang terjadi dari
bentuk test satu dengan bentuk lainnya. Realibilitas instrument dihitung
dengan cara mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data
instrument yang dijadikan ekuivalen. Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi,
berarti test memiliki reliabilitas ekuivalen baik, sebaliknya apabila
koefisiennya rendah maka realibilitas ekuivalen tes rendah.
c) Reliabilitas Belah Dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi
internal, yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas
yang didasarkan pada keajegan dalam tes. Reliabilitas belah dua ini
pelaksanaannya hanya memerlukan waktu satu kali. Jika hasil koefisien
korelasi tinggi maka tes mempunyai tingkat relabilitas baik, dan begitu pula
sebaliknya jika hasil koefisien rendah maka tes mempunyai tingkat
reliabilitas kurang.
Untuk mengukur atau menghitung tingkat reliabilitas instrument dalam
penelitian ini digunakan rumus alpha belah dua konsistensi interval rumus KR21
sebagai berikut:
{
} {
}
(Suharsimi, 2006:189)
Keterangan:
: reliabilitas instrument
: banyaknya butir pertanyaan / soal
: mean skor total
: variants total
Jika ρ < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran reliable
sebaliknya jika ρ > 0,050 maka hasil pengukuran adalah tidak reliable. Batas
koefisien korelasi reliable adalah sebagai berikut:
0,00 Sampai 0,20 : korelasi yang rendah sekali
0,20 – 0,40 : korelasi yang rendah tapi ada
0,40 – 0,70 : korelasi yang sedang
0,70 – 0,90 : korelasi yang tinggi
0,90 – 1,00 : korelasi yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
G. Analisis Data
Analisis dapat dilakukan dengan tujuan menyederhanakan data yang sudah
diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa
data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk menganalisa data
yang terkumpul digunakan teknik analisis statistik. Dalam penelitian ini teknik
analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda.
(Sugiyono, 2009:275), menyatakan bahwa analisa regresi ganda digunakan
oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) variable dependen (kriterium),bila dua atau lebih variable independen
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya), jadi analisis regresi
ganda akan dilakukan bila jumlah variable independennya minimal 2.
Peneliti menggunakan teknik analisis regresi ganda ini dikarenakan;
1. Karena di dalam penelitian ini terdapat dua variabel predictor dan satu variabel
kriterium.
2. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antar prediktor dengan
kriterium, dan sekaligus dapat mengetahui taraf signifikansi di dalam hubungan
tersebut.
1. Uji Prasyarat Analisis
Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji
persyaratan analisis regresi ganda meliputi:
a. Pengambilan Sampel secara Random
Penelitian atau observasi lapangan harus independen, dan independensi dilakukan
melalui pengambilan sampel secara random atau acak. Di dalam penelitian ini
metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode random sampling
dengan cara undian type undian dengan pengembalian.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel acak
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(Sutrisno Hadi, 2001:346)
Keterangan:
X2 ; koefisien chi kuadrat
fo : jumlah frekuensi yang telah diperoleh
fh : jumlah frekuensi yang diharapkan
Jika p>0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, sebaliknya jika p<0,05
maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.
c. Uji Linieritas
Uji liniearitas regresi merupakan uji signifikansi perbedaan garis regresi yang
sebenarnya (didukung dari data yang diperoleh) dengan garis regresi teoritis.
Untuk mengujinya dapat menggunakan uji F yang didasari pendekatan variansi.
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apa ada hubungan antara variable bebas
dengan variable terikat. Rumus yang digunakan adalah;
⌊
⌋
(Rochman Natawidjaja, 1988:48-49)
Keterangan :
n : banyak sampel yang digunakan
k : banyak baris atau lajur skor / kelas interval yang digunakan
r : koefisien korelasi antara kedua perangkat skor yang bersangkutan
Untuk menguji F digunakan derajat kebebasan (dk) sebesar (k-2) dan (n-k),
sedangkan dihitung dengan rumus:
yx = Sy 1/Sy (Untuk regresi Y atas X)
atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
xy = Sx 1/Sx (Untuk regresi X atas Y)
Keterangan :
Sy 1 : simpangan baku skor-skor Y yang diperkirakan berdasarkan skor-skor X
Sx 1 : simpangan baku skor-skor X yang diperkirakan berdasar skor-skor Y
Sy dan Sx : simpangan baku skor-skor Y dan simpangan baku skor-skor X
d. Uji Homosedastisitas
Duwi Priyatno (2010:83), menyatakan bahwa “Heterosedastisitas adalah keadaan
di mana tidak terjadi kesamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi”. Uji Heterosedastisitas ini digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kesamaan varian pada residual yang terdapat dalam model regresi
tersebut. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi ini adalah ada
tidaknya masalah heterosedastisitas. Metode yang biasa digunakan dalam
pengujian antara lain adalah Uji Spearman Rho, Uji Gletjer, Uji Park, dan melihat
pola grafik regresi.
e. Data Harus Berskala Interval
Yang dimaksudkan di sini adalah data yang terdapat di dalam penelitian ini
menunjukkan adanya jarak antara data satu dengan data lainnya, serta tidak
memiliki nilai nol mutlak.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda. Adapun langkah
yang dilakukan dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah:
a. Uji hipotesis antara X dengan Y digunakan rumus:
√{
}
(Sutrisno Hadi, 2001:25)
Keterangan:
N : jumlah data observasi
x : variabel predictor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
y : variabel kriterium
rx1.y : koefisien korelasi x1 dan y
b. Uji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan rumus:
√{ }
(Sutrisno Hadi, 2001:25)
Keterangan:
N : jumlah data observasi
x : variabel predictor
y : variabel kriterium
rx2.y : koefisien korelasi x1 dan y
c. Uji hipotesis antara X dan X₂ terhadap Y dengan rumus regresi ganda
menggunakan rumus berikut ini:
√
(Sutrisno Hadi, 2001:25)
Keterangan :
: koefisien korelasi antara Y dengan X dan X₂
: koefisien predictor X
: koefisien predictor X₂
: jumlah produk antara X dengan Y
: jumlah produk antara X₂ dengan Y
: jumlah kuadrat kriterium Y
Jika p (probabilitas) <0,01 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat
signifikan.
Jika p (probabilitas) <0,05 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Jika p (probabilitas) <0,15 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup
signifikan.
Jika p (probabilitas) <0,30 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang kurang
signifikan.
Jika p (probabilitas) >0,30 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak
signifikan.
d. Persamaan Garis Regresi
1) Persamaan Regresi Linier Sederhana;
Rumus persamaan regresi linier sederhana antara X1 dengan Y
Y‟ = bo + b1X1
Rumus persamaan regresi linier sederhana antara X2 dengan Y
Y‟ = bo + b2X2
2) Persamaan regresi Linier Ganda
Rumus persamaan regresi untuk dua predictor adalah;
Y‟ = bo+b1X1+b2X2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian tentang hubungan antara Keterampilan Sosial (X1) dan
Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) Kelas XI.IPS SMA
Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, meliputi tiga macam data, yaitu:
1. Keterampilan Sosial yang berasal dari data skor angket responden.
2. Kecerdasan Emosional yang berasal dari skor angket responden.
3. Penyesuaian Diri Siswa yang berasal dari skor angket responden
Penelitian ini mengandung 3 variabel data. Data tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
Uraian Keterampilan
Sosial
Kecerdasan
Emosional
Penyesuaian
diri
N Valid 50 50 50
Missing 0 0 0
Mean 110.58 115.56 98.10
Median 109.00 114.00 96.00
Mode 110.00 114.00 95.00
Std. Deviation 9.76267 9.34412 9.51315
Range/ interval 43.00 43.00 40.00
Minimum 94.00 99.00 83.00
Maximum 137.00 142.00 123.00
. Tabel 4.1 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
( Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
Ketiga data tersebut, berdasar hasil yang diperoleh dalam penelitian akan
dijelaskan sebagai berikut;
1. Deskripsi Data tentang Keterampilan Sosial
Keterampilan Sosial dalam keluarga dalam penelitian ini adalah variabel
bebas (X1). Dari perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
versi 15.0 for windows diperoleh hasil distribusi data statistic yang dapat disajikan
sebagai berikut:
a. Mean : 110,58
b. Median : 109,00
c. Modus : 110,00
d. SB : 9,76
e. SR : 43,00
f. Nilai terendah : 94,00
g. Nilai tertinggi : 137,00
( Skor data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
Distribusi frekuensi data Keterampilan Sosial disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Variant f Fx fx2
f% fk%-naik
130-138 3 402,00 53.868,00 6,00 100,00
121-129 4 500,00 62.500,00 8,00 94,00
112-120 9 1.044,00 121.104,00 18,00 86,00
103-111 25 2.675,00 286.225,00 50,00 68,00
94-102 9 882,00 86.436,00 18,00 18,00
Total 50 5503,00 610.133,00 100,00 -
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Keterampilan Sosial (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Variabel Mean Median Modus SB SR Min Max
Keterampilan
Sosial
110,58 109,00 107,00 9,76 43,00 94,00 137,00
Tabel 4.3. Deskriptif Data Keterampilan Sosial (X1)
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 149).
Berdasar tabel sebaran frekuensi variabel keterampilan sosial, dapat
diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-4 pada interval 103-
111. Dengan jumlah prosentase sebesar 50%. Selanjutnya diikuti kelas ke-3 dan ke-5
pada interval 112-120 dan 94-102 dengan prosentase masing-masing 18%. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 121-129 dengan prosentase sebesar 8%. Dan
sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-1 pada interval 130-138
dengan jumlah prosentase 3%. Penyebaran data disajikan dalam grafik sebagai
berikut:
Grafik 4.1. Grafik Histogram Keterampilan Sosial (X1)
2. Deskripsi Data tentang Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2).
Dari perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for
windows diperoleh hasil distribusi data statistik yang dapat disajikan sebagai
berikut;
a. Mean : 115,56
b. Median : 114,00
c. Modus : 114,00
d. SB : 9,34
e. SR : 43,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
f. Nilai terendah : 99,00
g. Nilai tertinggi : 142,00
( Skor data dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
Distribusi frekuensi data Kecerdasan Emosional disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Variant f Fx fx2
f% fk%-naik
135-143 3 417,00 57.963,00 6,00 100,00
126-134 5 650,00 84.500,00 10,00 94,00
117-125 9 1.089,00 131.769,00 18,00 84,00
108-116 23 2.576,00 288.512,00 46,00 66,00
99-107 10 1.030,00 106.090,00 20,00 20,00
Jumlah 50 5.762,00 668.834,00 100,00 -
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional (X2)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Variabel Mean Median Modus SB SR Min Max
Kecerdasan
Emosional
115,56 114,00 114,00 9,34 43,00 99,00 142,00
Tabel 4.5. Deskriptif Data Kecerdasan Emosional (X2)
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 150).
Berdasar tabel sebaran frekuensi variabel kecerdasan emosional, dapat
diketahui bahwa responden paling banyak berada di kelas ke-4 pada interval 108-116
dengan prosentase sebanyak 46%. Kemudian diikuti oleh kelas ke-5 pada interval 99-
107 dengan jumlah prosentase 20%. Selanjutnya diikuti responden pada kelas ke-3
pada interval 117-125 dengan prosentase 18%, kemudian diikuti oleh kelas ke-2 pada
interval 126-134 dengan jumlah prosentase 10%. Responden paling sedikit berada
pada kelas ke-1 pada interval 135-143 dengan prosentase sebesar 3%. Penyebaran
datanya dapat dilihat dalam histogram sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Grafik 4.2. Grafik Histogram Kecerdasan Emosional (X2)
3. Deskripsi Data tentang Penyesuaian Diri Siswa
Penyesuaian Diri Siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).
Dari perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for
windows diperoleh hasil distribusi data statistik yang dapat disajikan sebagai
berikut:
a. Mean : 98,10
b. Median : 96,00
c. Modus : 95,00
d. SB : 9,51
e. SR : 40,00
f. Nilai terendah : 83,00
g. Nilai tertinggi : 123,00
( Skor data dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Distribusi frekuensi data Penyesuaian Diri disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Variant f fx fx2
f% fk%-naik
118-124 1 121,00 14.641,00 2,00 100,00
111-117 7 798,00 90.972,00 14,00 98,00
104-110 2 214,00 22.898,00 4,00 84,00
97-103 15 1.605,00 129.735,00 30,00 80,00
90-96 17 1.581,00 147.033,00 34,00 50,00
83-89 8 688,00 59.168,00 16,00 16,00
Jumlah 50 5007,00 464.447,00 100,00 -
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Penyesuaian Diri Siswa (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Variabel Mean Median Modus SB SR Min Max
Penyesuaian
Diri
98,10 96,00 95,00 9,51 40,00 83,00 123,00
Tabel 4.7. Deskriptif Data Penyesuaian Diri Siswa (Y)
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 151).
Berdasar tabel sebaran frekuensi variabel penyesuaian diri siswa, maka dapat
diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-5 yaitu pada interval
90-96 dengan prosentase sebesar 34% selanjutnya diikuti oleh kelas ke-4 pada
interval 97-103 dengan jumlah prosentase 30%. Kemudian diikuti kelas ke-6 pada
interval 83-89 dengan prosentase 16%. Selanjutnya diikuti oleh kelas ke-2 pada
interval 111-117 dengan prosentase 14%, dan selanjutnya diikuti kelas ke-3 pada
interval 104-110 dengan jumlah prosentase 4%. Sedangkan responden paling sedikit
berada pada kelas ke-1 pada interval 118-124 dengan prosentase sebesar 2%.
Penyebaran datanya dapat dilihat dalam histogram berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Grafik 4.3. Grafik Histogram Penyesuaian Diri Siswa (Y)
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Uji regresi mempersyaratkan dipenuhinya asumsi-asumsi, asumsi yang harus
dipenuhi di dalam uji regresi di antaranya meliputi:
1. Penelitian dan obeservasi lapangan harus independen. Independensi
dilakukan dengan melalui pengambilan sampel secara random.
2. Data hasil penelitian harus berdistribusi normal, untuk itu dilakukan uji
normalitas data.
3. Hubungan antara variabel bebas dan variabel taut harus linier, untuk itu
perlu dilakukan uji linieritas hubungan antara variabel bebas dengan
variabel taut.
4. Populasi dari distribusi normal harus memiliki mean yang Homosedastis.
5. Datanya minimal harus berskala interval.
Asumsi-asumsi ini akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
1. Pengambilan Sampel secara Random
Untuk pengambilan sampel secara random telah dijelaskan di Bab
sebelumnya yaitu di Bab III, Subbab D.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Test Statistics
18.040 18.040 25.000
26 26 24
.874 .874 .406
Chi-Square a,b
df
Asymp. Sig.
x1 x2 y
.
.
2. Uji Normalitas
Ho : Sebaran data berdistribusi normal.
Ha : Sebaran data berdistribusi tidak normal.
Kriteria uji jika p > 0,05 Ho diterima maka sebaran data yang diperoleh
berdistribusi normal. Sedangkan apabila p < 0,05 Ho ditolak maka data yang
diperoleh berdistribusi tidak normal.
Berikut tabel uji normalitas data X1, X2, dan Y:
Tabel 4.8. Uji Normalitas Variabel Keterampilan Sosial, Kecerdasan
Emosional, dan Penyesuaian Diri
a. Uji Normalitas Variabel X1
Pada uji normalitas X1 (keterampilan sosial) dari hasil perhitungan
diperoleh hasil sebagai berikut:
x2
= 18,040
p = 0,874
Hasil tersebut menunjukkan bahwa p > 0,50 yaitu 0,874 > 0,50 maka
Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil
dari populasi data tersebut berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran 9 halaman 152).
b. Uji Normalitas Variabel X2
Pada uji normalitas X2 (Kecerdasan Emosional), dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus dan dari perhitungan tersebut diperoleh
hasil:
x2
= 18,040
p = 0,874
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Hasil tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,874 > 0,050
maka Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang
diambil dari populasi data tersebut berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 152).
c. Uji Normalitas Variabel Y
Pada uji normalitas Y (Penyesuaian Diri) dari hasil perhitungan
diperoleh hasil sebagai berikut:
x2 = 25,000
p = 0,406
Hasil tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,406 > 0,050
maka Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang
diambil dari populasi data tersebut berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 152).
3. Uji Linieritas dan Keberartian
Dengan adanya hasil uji linieritas maka dapat diketahui apakah ada
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun dalam hal ini
pengujian meliputi:
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas
Sebelum menguji liniertas dari masing-masing variabel, perlu membuat kriteria
persyaratan linieritas sebagai berikut;
Ho : bentuk hubungan garis regresi antara variabel bebas dan
variabel terikat adalah linier.
Ha : bentuk hubungan garis regresi antara variabel bebas dan
variabel terikat adalah tidak linier.
Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data, digunakan
kriteria sebagai berikut:
Jika p > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier.
Jika p < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
b. Uji Linieritas Variabel Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian Diri
Siswa (Y)
Berdasar hasil uji linieritas antara keterampilan sosial dengan
penyesuaian diri siswa, diperoleh p = 0,505 karena p > 0,05 maka diambil
kesimpulan bahwa keterampilan sosial dan penyesuaian diri siswa mempunyai
korelasi yang linier. Hasil uji linieritas keterampilan sosial dan penyesuaian diri
siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 153).
c. Uji Linieritas Variabel Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri
Siswa (Y)
Berdasar hasil uji linieritas antara keterampilan sosial dengan
penyesuaian diri siswa, diperoleh p = 0,266 karena p > 0,05 maka diambil
kesimpulan bahwa kecerdasan emosional dan penyesuaian diri siswa
mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas keterampilan sosial dan
penyesuaian diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y
ANOVA Table
3311.167 26 127.353 2.608 .012
2093.871 1 2093.871 42.872 .000
1217.296 25 48.692 .997 .505
1123.333 23 48.841
4434.500 49
(Combined)
Linearity
Deviation f rom Linearity
Between
Groups
Within Groups
Total
y * x1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
ANOVA Table
3413.283 26 131.280 2.957 .005
1972.781 1 1972.781 44.431 .000
1440.503 25 57.620 1.298 .266
1021.217 23 44.401
4434.500 49
(Combined)
Linearity
Deviation f rom Linearity
Between
Groups
Within Groups
Total
y * x2
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
ANOVA b
27.038 2 13.519 .629 .538 a
1010.862 47 21.508
1037.900 49
Regression
Residual Total
Model 1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
.
.
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 153).
4. Mean yang Homosedastisitas
Ho : varian antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat
homosedastis.
Ha : varian antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat
heterosedastis.
Kriteria uji, Ho diterima jika p > 0,05 dan Ho ditolak jika p < 0,05. Rangkuman
hasil analisis Homosedasitas Rho Spearman diperoleh hasil yang ditunjukkan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Uji Homosedastis
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 154).
5. Data Harus Berskala Interval
Deskripsi data penelitian ini masing-masing variabel disajikan dalam skala
interval. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam sajian deskripsi data hasil
penelitian.
C. Pengujian Hipotesis
Dari uji asumsi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa
data hasil penelitian memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai uji regresi yang telah dilakukan :
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y ; X2 dan Y
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja
matriks interkorelasional, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
r X1 X2 Y
X1
p
1,000
0,000
0,859
0,000
0,687
0,000
X2
p
0,859
0,000
1,000
0,000
0,667
0,000
Y
p
0,687
0,000
0,667
0,000
1,000
0,000
Tabel 4.12. Rangkuman Matriks Interkorelasi
a. Koefisien Korelasi sederhana antara Keterampilan Sosial (X1) dengan
Penyesuaian diri (Y)
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan
sosial dengan penyesuaian diri siswa.
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial
dengan penyesuaian diri siswa.
Setelah membuat tabel kerja selanjutnya diperoleh hasil sebagai berikut:
rx1y = 0,687
p = 0,000
( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 155).
Karena nilai probabilitas < 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis pertama dalam
penelitian ini terbukti bahwa ”Ada hubungan positif yang signifikan antara
keterampilan sosial dengan penyesuaian diri, pada kelas XI.IPS SMA
Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012” dinyatakan diterima. Dan
bahkan hubungan antara variabel keterampilan sosial dengan penyesuaian
diri hasilnya sangat signifikan, hal ini dikarenakan hasil p<0,01.
b. Koefisien Korelasi sederhana antara Kecerdasan Emosional (X2)
dengan Penyesuaian diri (Y)
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan penyesuaian diri siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan penyesuaian diri siswa.
Setelah membuat tabel kerja selanjutnya diperoleh hasil sebagai berikut:
rx2y = 0,667
p = 0,000
( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 155).
Karena nilai probabilitas < 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis pertama dalam
penelitian ini terbukti bahwa ”Ada hubungan positif yang signifikan antara
kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA
Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012” dinyatakan diterima. Dan
bahkan hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan
penyesuaian diri hasilnya sangat signifikan, hal ini dikarenakan hasil
p<0,01.
2. Koefisien Korelasi Berganda antara Keterampilan Sosial (X1) dan
Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian diri (Y)
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial
dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa.
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan
kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa.
Setelah membuat tabel kerja selanjutnya diperoleh hasil sebagai berikut:
R = 0,859
( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 155)
Karena nilai R sebesar 0,859 maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara
keterampilan sosial dan kecerdasan emosional secara bersama-sama pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
penyesuaian diri siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012 sebesar 0,859.
3. Persamaan Garis Regresi
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel koefisien sebagai
berikut:
Tabel 4.13. Coefficients
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 156).
Setelah itu diperoleh persamaan garis regresi sebagai berikut:
a. Persamaan Regresi Linier Sederhana
1) Persamaan Regresi Linier Sederhana antara Keterampilan Sosial (X1)
dengan Penyesuaian diri (Y).
Y’ = bo + b1X1
Y’ = 16,736 + 0,426 (X1)
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 156).
Artinya bahwa:
a) Konstanta 16,736 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada
Keterampilan Sosial (X1), maka Penyesuaian Diri Siswa (Y) yang
dicapai siswa sebesar 16,736.
Coefficientsa
16.736 12.314 1.359 .181
.425 .198 .436 2.149 .037
.298 .207 .292 1.441 .156
(Constant)
x1
x2
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: ya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b) Koefisien regresi 0,426 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit Keterampilan Sosial (X1) maka akan meningkatkan
Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,426.
Adapun garis regresi yang menunjukkan hubungan antara
Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y)
ditunjukkan sebagai berikut:
Grafik 4.4 Garis Regresi antara Keterampilan Sosial (X1) dengan
Penyesuaian Diri Siswa (Y)
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 157).
2) Persamaan Regresi Linier Sederhana antara Kecerdasan Emosional
(X2) dengan Penyesuaian diri (Y).
Y’ = bo + b2X2
Y’ = 16,738 + 0,298 (X2)
( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 156).
Artinya :
PENYESUAIAN DIRI
KETERAMPILAN SOSIAL
14013012011010090
130
120
110
100
90
80
Observed
Linear
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
a) Konstanta 16,736 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada
Kecerdasan Emosional (X2) maka Penyesuaian Diri Siswa (Y) yang
dicapai siswa sebesar 16,736.
b) Koefisien regresi 0,298 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit Kecerdasan Emosional (X2) maka akan meningkatkan
Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,298.
Adapun garis regresi yang menunjukkan hubungan antara
Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y)
ditunjukkan sebagai berikut:
Grafik 4.5 Garis Regresi antara Kecerdasan Emosional (X2) dengan
Penyesuaian Diri Siswa (Y)
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 159).
b. Persamaan Regresi Linier Ganda
Analisis ini digunakan dan dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi
variabel keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan penyesuaian diri
siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.
PENYESUAIAN DIRI
KECERDASAN EMOSIONAL
15014013012011010090
130
120
110
100
90
80
Observed
Linear
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Y’ = bo+b1X1+b2X2
Y’ = 16,736+0,426(X1)+0,298(X2)
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut:
a) Koefisien 16,736 menyatakan bahwa apabila tidak ada Keterampilan
Sosial (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) yang tinggi, maka
Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 16,736.
b) Koefisien regresi X1=0,426 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
unit Keterampilan Sosial (X1) akan meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa
(Y) sebesar 0,426.
c) Koefisien regresi X2=0,298 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
unit Kecerdasan Emosional (X2) akan meningkatkan Penyesuaian Diri
Siswa (Y) sebesar 0,298.
Berdasar pernyataan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
rata-rata Penyesuaian Diri Siswa (Y) akan meningkat atau menurun sebesar
16,736. Dalam hal ini untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit
Keterampilan Sosial (X1) akan meningkatkan atau menurunkan Penyesuaian
Diri Siswa sebesar 0,426. Demikian pula halnya dengan Kecerdasan
Emosional, setiap terjadi peningkatan atau penurunan satu unit Kecerdasan
Emosional (X2) akan meningkatkan atau menurunkan Penyesuaian Diri Siswa
(Y) sebesar 0,298.
D. Pembahasan Analisis Data
Setelah dilakukan analisi data untuk pengujian hipotesis maka pembahasan
analisis data adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dengan penyesuaian diri siswa
(Y).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
2. Hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri
siswa (Y).
3. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dan kecerdasan emosional
(X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y).
Adapun penjelasan dari masing-masing pembahasan hasil analisis data
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dengan penyesuaian diri
siswa (Y).
Hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan positif yang signifikan
antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA
Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena variabel
keterampilan sosial diperoleh rx1y = 0,687 dengan nilai signifikansi (ρ)
sebesar 0,000. Dan sesuai dengan kriteria pengujian menunjukkan hasilnya
bahkan sangat signifikan dikarenakan hasil p<0,01. Dengan memiliki
kemampuan yang tinggi dalam penguasaan keterampilan sosial, akan
menjadikan seorang individu mudah melakukan proses penyesuaian diri di
manapun dia berada.
Saat terjun ke dalam lingkungan sosialnya, kemampuan untuk dapat
memahami bagaimana kondisi di sekitarnya serta bagaimana harus bertindak
sesuai dengan keadaan tersebut akan menjadi sangat penting untuk dimiliki.
Hal tersebut termasuk ke dalam keharusan seorang individu untuk dapat
beradaptasi sehingga dapat diterima oleh orang-orang di tempat di mana dia
sedang berada. Dalam melakukan interaksi dengan orang di sekitarnya, tentu
saja seorang individu tidak akan lepas dari berbagai macam konflik yang
mungkin saja muncul. Selain itu pastilah kiranya jika lingkungan yang
sedang ia tempati pada satu waktu memiliki berbagai macam nilai, norma,
serta peraturan yang harus ditaati siapapun yang ingin diterima menjadi
salah satu anggota di dalamnya. Oleh karena itu penguasaan terhadap
keterampilan sosial sangatlah penting dalam proses adaptasi seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
individu, sehingga ia dapat berlaku dengan baik dan benar serta pada
akhirnya akan membawanya pada suatu posisi di mana ia akan diterima
dengan baik oleh lingkungan sosialnya.
Keterampilan sosial seakan menjadi suatu kebutuhan dasar bagi
seorang individu untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Memasuki
lingkungan masyarakat di luar lingkungan keluarganya, seorang individu
pasti akan menemui banyak orang dengan berbagai macam karakter yang
mereka miliki. Agar dapat berinteraksi dan berhubungan secara baik dengan
kesemuanya seorang anak harus memiliki beberapa kemampuan, di
antaranya adalah kemampuan untuk berkomunikasi, penyelesaian masalah
yang adaptif, tanggung jawab tinggi, dan menghargai keberadaan orang lain.
Jika kesemua hal tersebut dimiliki oleh seorang individu dalam melakukan
interaksi dengan orang lain, pastilah ia dapat diterima dengan baik yang
artinya proses penyesuaian dirinya mengalami keberhasilan. Jadi,
keterampilan sosial memiliki hubungan yang positif dengan penyesuaian diri
siswa.
2. Hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri
siswa (Y).
Hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan positif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS
SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena
variabel kecerdasan emosional diperoleh rx2y = 0,667 dengan nilai
signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Dan sesuai dengan kriteria pengujian
menunjukkan hasilnya bahkan sangat signifikan dikarenakan hasil p<0,01.
Seseorang dengan kecerdasan emosional yang baik dipastikan akan dapat
melakukan proses adaptasi terhadap lingkungannya lebih dibandingkan
dengan mereka yang kurang memiliki kecerdasan dalam emosionalitasnya.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan
dapat memahami perasaan apa yang sedang dirasakan serta mengontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
emosi agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain dapat
memahami perasaannya sendiri, individu dengan kecerdasan emosional akan
lebih mudah dalam memahami perasaan yang sedang dirasakan oleh orang
lain di sekitarnya sehingga apa pun yang dilakukan tidak akan menimbulkan
benih perselisihan dengan orang lain tersebut. Empati atau kepeduliannya
dengan individu lain sangat tinggi, sehingga mempunyai hubungan yang
terbina dengan baik. Kecerdasan emosional menjadikan individu mampu
untuk mengenali dan kemudian menginterpretasikan apa yang ia rasakan
melalui cara yang tepat tanpa harus merugikan dirinya ataupun orang lain.
Serta bagaimana individu tersebut menjalankan perannya sebagai makhluk
sosial, dengan segala permasalahan yang ada di dalamnya guna mencapai
suatu bentuk kesuksesan dalam hidup.
Peranan orang tua sangat penting dalam hal ini, karena jika orang
tua dapat menciptakan suatu bentuk pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya
pasti proses pertumbuhan dan perkembangan yang mereka alami akan
berjalan dengan baik, termasuk di dalamnya adalah perkembangan
psikologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosionalnya. Dengan
kemampuan emosionalnya tersebut, seorang siswa dengan kecerdasan
emosional yang tinggi, pasti akan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik.
Tidak hanya pada saat ia sedang berada di rumah bersama dengan keluarga,
tetapi juga pada saat ia berada di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat.
Jadi, kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dengan penyesuaian
diri siswa.
3. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dan kecerdasan emosional
(X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y).
Hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan positif yang signifikan
antara keterampilan sosial (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan
penyesuaian diri siswa (Y) kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2011/2012” diterima, karena variabel kecerdasan emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
diperoleh rx2y = 0,859 dengan nilai signifikansi (ρ) sebesar 0,000 dan F =
22,990. Sesuai dengan kriteria pengujian menunjukkan hasilnya bahkan
sangat signifikan dikarenakan hasil p<0,01. Kedua faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap tingkat kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya.
Keterampilan sosial bermanfaat bagi proses adaptasi seorang
individu. Penguasaan terhadap keterampilan sosial sangat berguna
dikarenakan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan, seorang
individu diharuskan mampu berlaku sesuai dengan apa yang menjadi
keinginan dari lingkungan sosialnya tersebut. Jika individu memahami betul
bagaimana keadaan yang ada di sekitarnya, maka secara otomatis ia pasti
akan mengerti perlakuan apa yang harus ia lakukan agar sesuai dengan
semua peraturan, norma, dan nilai yang berlaku. Kemampuan untuk
memahami tersebut lah yang di sebut dengan keterampilan sosial seorang
individu dalam beradaptasi.
Keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dapat menjadi suatu
bentuk faktor pendukung untuk meningkatkan kemampuan seorang individu
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam penyesuaian diri,
kecerdasan emosional sangat diperlukan dikarenakan dengan mempunyai
kecerdasan tersebut seorang individu pasti akan mampu diterima dengan
baik oleh lingkungan sosialnya. Dengan kecerdasan emosional seorang
individu pasti akan memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana
perasaan yang sedang ia rasakan, memahami bagaimana keadaan orang lain,
dan berlaku sesuai dengan apa yang ia ketahui tersebut. Jika seorang
individu memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka secara tidak
langsung ia akan menjadi pribadi / individu yang baik dan pasti orang-orang
di sekitarnya pasti akan mau menerimanya dengan baik pula.
Penyesuaian diri atau proses adaptasi pasti tidak akan pernah bisa
terlepas dari kehidupan sosial seorang individu. Dalam menjalani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kehidupannya sebagai makhluk sosial pasti individu tidak akan pernah
terlepas dari keberadaan individu yang lain. Dan agar dapat diterima oleh
individu lain di sekitarnya, individu tersebut harus bisa melakukan adaptasi
atau penyesuaian diri di manapun ia berada. Dengan demikian dua faktor
tersebut yaitu antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional secara
bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan penyesuaian diri
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa rx1y = 0,687 dan ρ = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian
diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.
Siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik, maka dipastikan dia mampu
untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan baik pula.
2. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa rx2y = 0,667 dan ρ = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian
diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dengan tingkat kecerdasan emosional yang baik, menjadikan seorang siswa
mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan baik pula di manapun ia berada.
3. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa Ry(x1,2) = 0,859 dan ρ = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan
emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri
Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik
dan didukung dengan kecerdasan emosional, pasti mampu melakukan adaptasi
atau penyesuaian diri dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di
masyarakat.
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
B. IMPLIKASI PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan
beberapa implikasi sebagai berikut:
1. Keterampilan Sosial secara empiris memiliki hubungan dengan penyesuaian diri
siswa. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor sangat penting ketika
seorang individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian diri atau
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Jika seorang individu di masa awal
dan saat berjalan proses penyesuaian dirinya dapat menempatkan dirinya secara
baik dan tepat sesuai dengan bagaimana kondisi serta iklim yang ada di dalam
lingkungan di mana dia berada, dapat membaur dengan baik kepada semua
anggota yang ada di dalamnya, serta berusaha untuk tidak memunculkan berbagai
permasalahan selama penyesuaian dirinya berlangsung, maka dapat dikatakan
bahwa individu tersebut memiliki suatu keterampilan diri yang cukup untuk dapat
menyelesaikan penyesuaian dirinya dengan sempurna.
2. Kecerdasan Emosional yang ada di dalam diri siswa secara empiris memiliki
hubungan dengan penyesuaian diri yang dilakukan oleh siswa. Selama masa
perkembangan yang terjadi pada diri remaja tersebut, salah satu aspek yang pasti
akan terjadi adalah perkembangan emosi. Sebagai bagian dari perkembangan
aspek emosi, remaja juga semakin menyadari tentang bagaimana keadaan dirinya
dan keadaan orang lain. Hal semacam ini mendorong berkembangnya perasaan-
perasaan afektif terhadap orang lain, termasuk pemahamannya terhadap nilai-
nilai, dan perasaan-perasaan idealistik lainnya. Emosi sebagai salah satu aspek
psikologis manusia dalam ranah afektif. Aspek psikologis ini sangat berperan
penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam hubungan dengan
orang lain pada khususnya. Emosi pun memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain, seperti sikap, perilaku, serta
penyesuaian terhadap pribadi dan sosial yang dilakukan. Dengan memiliki
penguasaan yang baik terhadap emosinya diartikan pula bahwa remaja tersebut
memiliki kemampuan yang baik dalam aspek kecerdasan emosionalnya. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
dengan demikian remaja dapat melakukan proses penyesuaian diri dengan baik.
Dengan adanya kemampuan seorang individu dalam penguasaan keterampilan
sosial dan kecerdasan emosional, maka dipastikan individu tersebut selain dapat
memahami bagaimana dia harus berperilaku sesuai dengan keadaan lingkungan
sekitarnya, individu tersebut juga mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti
apa yang sebenarnya di inginkan oleh lingkungan sosial di mana dia berada. Hal
demikian menjadikan individu mampu untuk mengatur emosi dan keadaan
dirinya sehingga apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan kaidah atau
ketetapan yang berlaku. Dengan demikian akan menciptakan suatu kondisi di
mana terbentuk suasana yang kondusif dan sehinggan individu tersebut dapat
beradaptasi dengan lingkungannya secara baik.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah peneliti uraikan diatas,
maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Orang Tua
a. Orang tua diharapkan mampu menciptakan iklim yang tepat bagi kelancaran
perkembangan anak, terutama bagi perkembangan kecerdasan emosionalnya,
sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan baik di manapun dia berada.
2. Bagi Guru
a. Guru diharapkan mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa serta
memberikan bimbingan yang sesuai untuk memecahkan permasalahan yang
mungkin saja dialami siswa dalam proses adaptasi mereka dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah sebaiknya dapat mengambil suatu tindakan atau kebijakan
yang berguna bagi pengembangan siswa khususnya keterampilan sosial agar
dapat membantu siswa menyesuaikan diri dengan baik di manapun dia berad