bab ii kajian pustaka 2.1 keterampilan sosialrepository.unwira.ac.id/4893/3/bab ii.pdf · 2.1...

59
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (Social skills) merupakan bagian penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan ini manusia tidak mulus dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga hidupnya kurang harmonis (maladjusment). Keterampilan sosial dijelaskan Cartledge dan Milburn (1992 : 8) sebagai kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah, sehingga memperoleh adaptasi yang harmonis di masyarakat maupun lingkungan sekolah (Subqi Imam, 2015). Keterampilan sosial sangat diperlukan ketika siswa memasuki kelompok sebaya. Beberapa fakta menunjukan siswa dengan keterampilan sosial rendah uumumnya tidak disukai, dikucilkan, atau diabaikan oleh teman-teman. Siswa yang sering kali mengalami kegagalan dalam lingkungannya, akan mendapatkan penilaian negatif dari lingkungannya, demikian juga siswa yang tidak mempunyai keterampilan sosial akan sulit mempertahankan dan menjalin hubungan dengan lain, perilakunya sering kali merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga menimbulkan reaksi negatif dari teman-teman lain. Keterampilan sosial dapat membawa anak untuk lebih berani menyatakan diri, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang

Upload: hatuong

Post on 29-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KETERAMPILAN SOSIAL

2.1.1 Pengertian keterampilan sosial

Keterampilan sosial (Social skills) merupakan bagian penting dari

kemampuan hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan ini manusia tidak

mulus dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga hidupnya kurang harmonis

(maladjusment).

Keterampilan sosial dijelaskan Cartledge dan Milburn (1992 : 8)

sebagai kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan

hubungan interaksi dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah,

sehingga memperoleh adaptasi yang harmonis di masyarakat maupun lingkungan

sekolah (Subqi Imam, 2015).

Keterampilan sosial sangat diperlukan ketika siswa memasuki

kelompok sebaya. Beberapa fakta menunjukan siswa dengan keterampilan sosial

rendah uumumnya tidak disukai, dikucilkan, atau diabaikan oleh teman-teman.

Siswa yang sering kali mengalami kegagalan dalam lingkungannya, akan

mendapatkan penilaian negatif dari lingkungannya, demikian juga siswa yang

tidak mempunyai keterampilan sosial akan sulit mempertahankan dan menjalin

hubungan dengan lain, perilakunya sering kali merugikan diri sendiri dan orang

lain sehingga menimbulkan reaksi negatif dari teman-teman lain.

Keterampilan sosial dapat membawa anak untuk lebih berani

menyatakan diri, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

14

dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka

tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri dan

orang lain (Subqi Imam, 2015).

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan

sosial adalah suatu kehidupan manusia dalam segala aktifitas yang dilakukan

dapat terterima secara baik dilingkuungan sosial mereka.

2.1.2 Aspek-aspek keterampilan sosial

Menurut Jhon Jarolimek (1993 : 9), keretampilan sosial yang perlu

dimiliki oleh siswa tersebut yakni :

a. Bekerja sama, toleransi, menghormati hak-hak orang lain, an memiliki

kepekaan sosial

b. Memiliki kontrol diri

c. Berbagi pendapat dan pengalaman dengan orang lain

Pernyataan Jaromelik tersebut menunjukkan bahwa keterampilan sosial

itu terdiri dari aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerjasama,

keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, kerampilan untuk saling

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, saling bertukar pikiran dan

pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota

dari kelompok tersebut.

Maka untuk meningkatkan keterampilan sosial tersebut diperlukan

berbagai aspek-aspek keterampilan sosial, menurut janice.J Beaty (1998 : 147)

menyebutkan bahwa keterampilan sosial mencakup perilaku-perilaku sebagai

berikut :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

15

a. Empati yang didalamnya anak-anak mengekspresikan rasa haru dengan

memberikan perhatian kepadaseseorang yang sedang tertekan karena suatu

masalah dan mengungkapkan perasaan orang lain yang sedang mengalami

konflik sebagai bentuk bahwa anak menyadari perasaan yang dialami orang

lain.

b. Kemurahan hati atau kedermawaan yang didalamnya anak-anak berbagi dan

memberikan suatu barang miliknya pada seseorang.

c. Kerjasama yang didalamnya anak-anak mengambil giliran atau bergantian

dan menuruti perintah secara sukarela tanpa menimbulkan pertengkaran.

d. Memberi bantuan yang didalamnya anak-anak membantu seseorang untuk

melengkapi suatu tugas dan membantu seseorang yang membutuhkan.

2.1.3 Ciri-Ciri yang Memiliki Keterampilan Sosial

Secara spesifik Elksninand dan Elksnin ( dalam Adiyanti 1999,

program PDP “Protec Ready Only”) mengidentifikasikan keterampilan sosial

dalam beberapa ciri sebagai berikut :

a. Perilaku interpersonal

Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama

melakukan interaksi sosial, perilaku sosial yang berlangsung antara orang

atau lebih yang mencirikan proses yang timbul sebagai satu hasil dari

interaksi secara positif.

Bentuk perilaku interpersonal antara lain :

Menerima kepemimpinan

Mengatasi konflik

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

16

Memberi perhatian

Membantu orang lain

Memulai percakapan

Bergaul dengan teman

Sikap positif kepada orang lain

Mampu mengorganisasikan kelompok

Menghormati privasi pribadi dan orang lain

b. Perilaku berhubungan dengan diri sendiri

Merupakan perilaku seseorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam

situasi sosial, perilaku sosial yang dimunculkan karena adanya pertimbangan

dan penghayatan dalam diri. Beberapa bentuk perilaku ini antara lain :

1) Perilaku etis, yaitu perbuatan atau aktivitas yang didasarkan pada hal baik

atau buruk sesuai dengan penerimaan sosial

2) Ekspresi perasaan, yaitu ungkapan atau pernyataan perasaan yang dapat

terlihat melalui ucapan dan reaksi gerak isyarat yang menjadi ciri khas

emosi-emosi.

3) Sikap positif terhadap diri, yaitu tingkah laku untuk mereaksi keadaan

dengan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada.

4) Perilaku bertanggung jawab

5) Menerima konsekuensi terhadap hal-hal yang telah dilakukan

6) Merawat diri

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

17

c. Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik

Merupakan perilaku sosial yang dimunculkan karena adanya tuntutan dan

kewajiban yang harus dilakukan untuk mendapatkan penghargaan sosial.

d. Penerimaan teman sebaya

Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya

memberi salam, memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat

dalam suatu aktifitas dan dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain.

e. Keterampilan berkomunikasi

Merupakan keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial

yang baik. Kemampuan anak dapat dilihat dari beberapa bentuk antara lain

menjadi pendengar responsive, dan mempertahankan perhatian.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial

Menurut Davis dan Forsythe dalam Thalib (2010:159), ada delapan

faktor yang menentukan keterampilan sosial, yaitu:

a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapat

pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat

menentukan bagaimana anak akan bereaksi terhadap lingkungannya. Anak-anak

yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis, di mana anak yang tidak

mendapatkan kepuasan psikis yang cukup, akan sulit mengembangkan

keterampilan sosialnya, kurang adanya saling pengertian, kurang mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua dan saudara, kurang mampu

memberi dan menerima sesama saudara, kurang mampu bekerja sama, kurang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

18

mampu mengadakan hubungan yang baik. Keharmonisan dalam keluarga tidak

selalu identik dengan adanya orang tua yang utuh (ayah dan ibu), sebab dalam

banyak kasus orang tua tunggal terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu

perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang

tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga

remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua dan saudara-

saudaranya. Melalui komunikasi timbal-balik antara anak dan orang tua, segala

bentuk konflik yang timbul akan lebih mudah diatasi. Sebaliknya, komunikasi

yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas akan memunculkan berbagi

konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional,

sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial yang tidak harmonis dalam

keluarga.

b. Lingkungan

Dari lingkungan anak mengenal nilai dan norma yang berkembang. Anak

harus dididik untuk menilai mana yang baik dan yang buruk atau yang

bertentangan dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat agar

anak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam masyarakat. Jika

lingkungannya buruk, maka anak akan lebih cenderung berperilaku seperti

keadaan lingkungan tersebut. Namun, ada kasus di mana anak dari lingkungan

yang buruk mampu memiliki psikis yang baik dan mampu menyesuaikan diri

dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Hal itu terjadi karena anak tersebut

mampu membawa diri dengan baik dan mampu menguasai keterampilan-

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

19

keterampilan sosial dan itu juga merupakan cermin dari pendidikan yang baik

dalam keluarga.

c. Kepribadian

Secara umum penampilan sering diidentikan dengan manifestasi dari

kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak

selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya. Dalam hal ini amatlah penting

bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata,

sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan.

Di sinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang

menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik

seperti materi atau penampilan.

d. Rekreasi

Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi.

Melalui kegiatan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik

maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa cape, bosan, monoton, serta mendapat

semangat baru.

e. Pergaulan dengan Lawan Jenis

Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan

remaja selayaknya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang

memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan

memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat

penting dalam persiapan berkeluarga maupun berumah-tangga.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

20

f. Pendidikan atau Sekolah

Pada dasarnya sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak.

Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan sosial yang dikaitkan

dengan cara-cara belajar yang efesien dan berbagai teknik belajar yang sesuai

dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini, peran orang tua adalah menjaga agar

keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak ataupun remaja dan

dikembangkan terus menerus sesuai tahap perkembangannya.

g. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok

Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar.

Seringkali remaja lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan

dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang normal sejauh kegiatan

yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan

orang lain. Dalam hal ini orang tua perlu memberikan dukungan sekaligus

pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi

perkembangan psikososialnya.

h. Lapangan Kerja

Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan

sejak anak memasuki sekolah dasar (SD). Melalui berbagai pembelajaran di

sekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam

masyarakat. Setelah masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mereka mendapat

bimbingan karir untuk mengarahkan karir masa depan. Dengan memahami

lapangan kerja dan keterampilan sosial yang dibutuhkan, maka remaja yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

21

terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dapat menyiapkan

diri untuk bekerja.

2.1.5 Keterampilan sosial yang perlu dimiliki siswa

Menurut Jarolimek dalam Thalib (2010:162), keterampilan yang perlu

dimiliki siswa meliputi :

a. Keterampilan untuk hidup dan bekerja sama.

b. Keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk

saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

c. Saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang

menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.

2.1.6 Cara Mengembangkan Keterampilan Sosial Siswa

Menurut Thalib (2010:163), secara singkat dapat dikemukakan bahwa

keterampilan sosial siswa dapat berkembang dengan baik, jika:

a. Interaksi antar individu dalam kelompok

Hal ini bisa terlaksana apabila individu dalam kelompok telah di bekali

dengan berbagai keterampilan sosial termasuk cara berbicara, mendengar,

memberi pertolongan, dan lain sebagainya

b. Suasana dalam suatu kelompok

Suasana kerja dalam kelompok hendaknya memberi kesan kepada semua

anggota, bahwa mereka dianggap setaraf, khususnya dalam pengembangan

keterampilan sosial.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

22

2.2 SIKAP ILMIAH

2.2.1 Pengertian Sikap

Slameto (2003:188) juga mengatakan bahwa sikap merupakan sesuatu

yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap

situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Kemudian

Elmubarok (2008:47) menyimpulkan sikap adalah penjelmaan dari paradigma

yang pada gilirannya akan melahirkan nilai-nilai yang dianut seseorang. Jadi, dari

sikaplah orang bisa menentukan kualitas nilai prilaku seseorang.

Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu

kecendrungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini

perwujudaan prilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya

kecendrungan-kecendrungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas)

terhadap suatu objek, tata nilai, pristiwa dan lain sebagainya.

2.2.2 Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (dalam Elmubarok, 2008:8), faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan

dan lembaga keagamaan serta faktor emosi dalam diri seorang individu.

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Elmubarok, 2008:48) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman yang dimiliki seseorang dengan suatu objek psikologis, cendrung

akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah

terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

23

emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama

membekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cendrung memiliki sifat yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik (Elmubarok, 2008:48).

c. Pengaruh kebudayaan

Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar (dalam Elmubarok,

2008:48) sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam

membentuk pribadi seseorang. Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi

individu daam masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan pengarah sikap

individu terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan

lain sebagainya mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan seseorang. Media massa memberikan pesan-pesan sugestif yang

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal

memberikan landasan koginitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut

(Elmubarok, 2008:49)

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam individu. Ajaran moral inilah yang di peroleh

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

24

dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sering kali menjadi determinan

tunggal yang menentukan sikap (Elmubarok, 2008:49).

f. Faktor emosional

Suatu sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap

demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi

telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan

bertahan lama (Elmubarok, 2008:49).

2.2.3 Pengertian Sikap Ilmiah

Menurut Purnama (2008:115), sikap ilmiah merupakan sikap yang

dibentuk oleh orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah dan bersifat ilmiah.

Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan

sikap ilmiah. Sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran kimia sangat di

perlukan. Terutama dalam penyelesaian masalah-masalah kimia yang memerlukan

pembuktian dan langkah-langkah terstrukur.

Sikap ilmiah yang muncul dari individu disebabkan adanya

rangsangan berupa suatu objek. Rangsangan itu menimbulkan respon yang

konsisten baik positif/negatif, baik setuju/tidak, baik langsung/tidak, bagi individu

yang bersangkutan sehinggga apabila seseorang atau siswa merasa tertarik,

memperoleh kesempatan dan memiliki sikap menyukai suatu mata pelajaran maka

akan belajar dengan baik. Sikap keilmuan tidak hanya mengekang kecenderungan

suatu pribadi tertentu, melainkan menunjukkan kesediaan positif pada

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

25

perilaku/kecenderungan perseorangan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya sikap

ilmiah ini, akan mendukung terbentuknya suatu pengetahuan yang ilmiah.

Menurut Purnama (2008:112), pengetahuan dapat dikatakan ilmiah

bila pengetahuan itu memenuhi empat syarat yaitu : objektif, metodik, sistematik,

dan berlaku umum.

a. Objektif

Artinya, pengetahuan itu sesuai sesuai dengan objeknya yaitu

kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris.

b. Metodik

Artinya, pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara

tertentu dan terkontrol.

c. Sistematik

Artinya, pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak

berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling

menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.

d. Berlaku umum

Artinya, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh

beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang

sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

2.2.4 Komponen-komponen sikap ilmiah

Menurut Purnama (2008:115), Orang yang berkecimpung dalam ilmu

alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah sikap jujur, terbuka,

toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

26

1. Sikap Jujur (Honesty)

Menurut Uno (2008:109), kejujuran merupakan faktor penting untuk

diperhatikan dalam mendidik anak. Purnama (2008:116), mengartikan sikap

jujur sebagai suatu sikap seseorang yang dalam kesehariannya menilai suatu

objek secara objektif. Begitupun kejujuran siswa kepada diri sendiri dan orang

lain dalam menyelesaikan atau mencoba pengalaman yang baru. Melihat sesuatu

sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan kepentingan pribadi dan tidak

membiarkan kebohongan menguasai pikirannya sendiri. Dengan kata lain

mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya

sebagai subjek. Hal ini, dapat dilihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya,

tanpa diikuti perasaan pribadi.

Dalam membentuk suatu sikap jujur itu sendiri, diperlukan beberapa

hal yang dapat mendukung terciptanya kejujuran, meliputi:

a) Kesadaran Diri

Menurut Uno (2008:77), kesadaran diri yakni kemampuan untuk mengenal

dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan

mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan

tersebut, serta pengaruh prilaku kita terhadap orang lain.

b) Penghargaan Diri

Penghargaan diri merupakan kemampuan untuk mengenali kekuatan dan

kelemahan kita, dan menghargai diri sendiri meskipun kita memiliki

kelemahan (Uno, 2008:78).

c) Objektif

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

27

Menurut Arifin (2006:5), objektif merupakan kemampuan menyatakan

sesuatu apa adanya, tanpa dibarengi oleh perasaan pribadi.

2. Sikap Terbuka

Menurut Purnama (2008:116), seseorang dikatakan mempunyai sikap

terbuka ialah seseorang yang mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas

dari prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan

menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak.

Jadi, ia terbuka akan pendapat orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan

keadaan baru. Begitu juga bagi siswa sangat penting untuk memilki sikap

terbuka. Terutama sikap anak dalam memahami konsep baru, pengalaman baru,

sesuai dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan. Biasanya pemahaman ini

berlangsung secara bertahap. Bersedia mendengarkan argumen orang lain

sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya. Tidak bosan mengadakan

penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan dan

tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai terhadap

hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Secara garis besar di dalam sikap terbuka terdapat unsur-unsur,

seperti:

a) Luwes (Flexibel) yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran,

dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah (Uno,2008:80).

b) Inovasi, yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan,

dan informasi baru. Seseorang dikatakan memiliki inovasi apabila selalu

mencari gagasan baru dari berbagai sumber dan menciptakan gagasan sendiri,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

28

mendahulukan solusi-solusi yang original dalam pemecahan masalah, serta

berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru

mereka (Goleman, 2005:151).

3. Sikap Toleran

Sikap toleran yang dimaksud merupakan sikap seorang siswa yang

tidak merasa ia yang paling hebat. Bahkan siswa bersedia mengakui orang lain

mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa mungkin pendapatnya yang

salah, sedangkan pendapat orang lain yang benar. Siswa akan menerima gagasan

orang lain setelah diuji. Dalam hal menambah ilmu siswa bersedia belajar dari

orang lain, membandingkan pendapatnya dengan orang lain. Siswa mempunyai

tengang rasa atau sikap toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.

Secara garis besar di dalam sikap toleran terdapat unsur :

a. Memahami orang lain

Menurut Uno (2008:87), memahami orang lain merupakan kemampuan

mengindra perasaan dan prepektif orang lain, serta menunjukkan sikap aktif

terhadap kepentingan mereka.

b. Mengembangkan orang lain

Menurut Uno (2008:87), mengembangkan orang lain merupakan kemampuan

merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan

kemampuan mereka.

4. Sikap Skeptis

Sikap skeptis merupakan sikap mencari kebenaran suatu kesimpulan

(Purnama, 2008:117). Siswa akan menyelidiki bukti-bukti yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

29

melatarbelakangi suatu kesimpulan. Siswa tidak akan sinis tetapi kritis untuk

memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan

menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis

ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan

dengan materi pelajarannya untuk dibandingkan kelebihan-kekurangannya,

kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya

Secara garis besar di dalam sikap skeptis terdapat unsur-unsur, seperti :

a) Keingintahuan (Curiosity)

Menurut Arifin (2006:4), sikap ingin tahu diwujudkan diwujudkan dengan

bertanya-tanya tentang berbagai hal. Hal ini ditandai dengan tingginya minat

siswa. Di sini anak juga sering mencoba pengalaman-pengalaman baru. Apabila

menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia berusaha untuk

mengetahuinya dan senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa.

b) Sikap Kritis (Critical Reflection)

Menurut Arifin (2006:5), sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi

sebanyak-banyaknya, baik dengan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan

mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat

untuk ditulis. Begitupun sikap kritis pada siswa, dapat terlihat dari kebiasaan anak

untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Tidak

langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan

menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan, tidak merasa paling

benar yang harus diikuti oleh orang lain, dan bersedia mengubah pendapatnya

berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

30

5. Sikap Optimis

Menurut Uno (2008:82), sikap optimis merupakan kemampuan untuk

mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-

masa sulit. Dalam pengertian luas, sikap optimis bermakna kemampuan melihat

sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada

dalam kesulitan. Sikap optimis mengasumsikan adanya harapan dalam cara

menghadapi kehidupan. Begitu juga pada siswa sikap optimis yang dimaksud

merupakan sikap siswa yang selalu berpengharapan baik dan tidak mudah putus

asa. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan tetapi akan

mengatakan untuk memikirkan dan mencobanya terlebih dahulu. Jadi, secara

garis besar di dalam sikap optimis terdapat unsur-unsur, seperti :

a) Rasa percaya diri

Menurut Uno (2008:86), percaya diri merupakan keyakinan tentang harga diri

dan kemampuan sendiri.

b) Berpikir realistis

Menurut Uno (2008:112), berpikir realistis merupakan kemampuan manusia

untuk menerapkan cara berpikir yang berorientasi kepada realita (kenyataan).

Dalam hal ini, siswa yang berpikir realistis akan mempunyai suatu karakter

tersendiri yaitu dapat menerima kenyataan dan tidak mudah putus asa.

6. Sikap Pemberani

Menurut Purnama (2008:118), ilmu merupakan hasil usaha keras dan

sifatnya personal. Ilmuwan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan

semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

31

yang menghambat kemajuan. Begitupun proses belajar mengajar siswa sebagai

peserta didik wajib memilki sikap berani. Dalam hal ini dapat terlihat dari cara

siswa mengambil suatu keputusan berdasarkan pemikiran yang logis dan

mempertahankan pendapatnya dengan alasan yang rasional.

7. Sikap Kreatif

Purnama (2008:119) menyatakan, seseorang dalam mengembangkan

ilmunya haruslah bersifat kreatif. Sifat-sifat kreatif menunjukkan kepada kita

arah tujuan yang hendak dicapai seseorang dalam menumbuhkan sikap ilmiah

pada dirinya. Begitu halnya dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai

peserta didik haruslah bersifat kreatif dalam mengembangkan ilmunya. Seorang

siswa yang mempunyai sikap kreatif dapat terlihat dari bagaimana cara ia

menerapkan strategi tersendiri dalam memahami materi pelajaran dan

bagaimana siswa tersebut mendesain berbagai cara untuk menyelesaikan suatu

permasalahan.

2.3 BELAJAR

2.3.1 Pengertian Belajar

Pengertian atau konsep dasar tentang belajar memiliki tafsir dan

terjemahan yang berbeda-beda, tergantung pada siapa dan dari sudut pandang

mana menafsirkannya.Belajar merupakan sebuah peroses yang dilakukan

individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan

dalam bentuk perubahan tingka laku yang relatif permanen dan menetap

disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajarnya.Secara lebih

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

32

komprehensif Sugiyono dan Hariyanto (2011:9), Menjelaskan belajar sebuah

aktivitas untuk memperoleh pengetahuan ,meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku ,sikap, dan mengukuhkan keperibadian.

Menurut Nana Sudjana (2005:28) Belajar adalah suatu peroses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil

peroses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengeta

huannya, pemahamannya, siakp, dan tingka lakunya, keterampilan, kecakapan,

dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek lain yang

ada pada individu (Novan Ardy Wiyani,2013:117)

2.3.2 Bentuk-Bentuk Belajar

Menurut Muhibbin Syah (Nyayu Khodijah, 2014: 53), bentuk-bentuk

belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran antara lain adalah:

1) Belajar abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.

Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-

masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan

peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan

generalisasi.

2) Belajar keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan

motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat saraf. Tujuannya adalah

memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis

ini latihan-latihan intensif dan teratur amat di perlukan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

33

3) Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah

dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk

menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah

sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan

masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.

4) Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan

metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya

ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan

masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu, kemampuan peserta didik

dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight

amat diperlukan. Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana

belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, pendidik sangat dianjurkan

menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara

pemecahan masalah.

5) Belajar rasional

Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir

secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai

kecakapan menggunakan prisip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini

sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

34

6) Belajar kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukkan kebiasaan-kebiasaan baru

atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain

menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan

hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar peserta didik memperoleh sikap-sikap dan

kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara

kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku.

7) Belajar pengetahuan

Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan

mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar pseserta

didik memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap

pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus

dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat labolatorium dan

penelitian lapangan.

2.3.3 Tahapan-Tahapan Dalam Belajar

Sebagai suatu proses perubahan, aktivitas belajar mengandung tahapan-

tahapan yang mengandung satu sama lain bertalian secara berurutan dan

fungsional. Menurut Albert Bandura (Nyayu Khodijah, 2014: 56), dalam proses

belajar peserta didik menempuh empat tahapan, yaitu:

1) Tahapan perhatian (attentional phase)

Pada tahap perhatian, peserta didik memusatkan perhatian pada objek

materi. Pada umumnya peserta didik lebih memusatkan perhatian mereka pada

stimulus yang menonjol atau menarik bagi mereka. Tahap ini penting karena jika

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

35

peserta didik tidak dapat memfokuskan perhatian mereka pada materi yang

disajikan, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan ke tahap

selanjutnya. Karena itu, pendidik perlu mencari cara untuk mencari perhatian

peserta didik, misalnya dengan menggunakan intonasi suara yang dinamis dan

tidak monoton, mengekspresikan mimik tertentu, atau bila mungkin membawa

media pembelajaran yang bisa menarik perhatian peserta didik.

2) Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)

Pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang disajikan

ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam memori. Mengingat struktur

memori manusia memiliki tiga lapisan yang masing-masing memiliki lama

penyimpanan dan kapasitas yang berbeda-beda, maka proses ini membutuhkan

stretegi khusus dari peserta didik. Di samping itu, setiap peserta didik juga

memiliki kemampuan yang berbeda-beda, tergantung pada modalitas belajar

masing-masing. Pendidik juga dapat membantu peserta didik dalam tahapan ini,

misalnya dengan memberikan visualisasi atau pengulangan terhadap informasi

yang dianggap penting.

3) Tahap Reproduksi (reproduction phase)

Pada tahap reproduksi, semua informasi dalam bentuk kode-kode simbol

yang tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan kembali. Sulit atau

mudahnya pemunculan kembali memori ini bukan hanya bergantung pada strategi

penyimpanan yang digunakan pada tahap penyimpanan, akan tetapi juga

bergantung pada stimulus yang digunakan untuk memunculkan informasi

tersebut. Untuk itu,dalam hal ini pendidik perlu menggunakan “isyarat” yang

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

36

memungkinkan peserta didik mampu memunculkan informasi materi yang telah

disimpan dalam memorinya.Misalnya, dengan mengajukan pertanyaan atau tes

yang bersifat rekognisi brgantung pada tarap usia peserta didik.

4) Tahap Motivasi (motivation phase)

Pada tahap motivasi, semua informasi yang telah tersimpan dalam memori

diberi penguatan (reinforcement). Untuk itu, pendidik dianjurkan memberikan

pujian, hadiah atau nilai tertentu pada siswa yang berprestasi, sebaliknya bagi

siswa yang kurang berprestasi perlu diberi kesadaran tentang pentingnya

penguasaan materi, dan jika diperlukan pendidik dapat memberikan hukuman

yang bersifat edukatif dengan memberikan tugas tambahan yang mendorong

mereka untuk mempelajarinya kembali.

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Untuk mencapai hasil yang maksimal tentu ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-Faktor yang mempengaruhinya adalah:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi peroses belajar

siswa yang bersumber dari dalam diri individu atau siswa yang belajar.Faktor

internal terdiri dari faktor fisik atau fisiologis dan faktor psikis atau psikologis.

a) Faktor fisiologis/Fisik

Faktor-faktor jasmaniah siswa yang dapat memengaruhi peroses belajar

siswa,antara lain indra,anggota badan,anggota tubuh,bentuk tubuh, kelenjar, saraf,

dan kondisi fisik lainnya.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

37

b) Faktor Psikologis / Psikis

Faktor –faktor psikologis siswa yang memengaruhi peroses belajar antara lain

tingkat intelegensia,perhatian dalan belajar,minat terhadap materi dan peroses

pembelajaran,jenis bakat yang dimiliki,jenis motivasi yang dimiliki untuk

belajar,tingkat kematangan dan kedewasaan,faktor kelahaan mental atau

psikologis,tingkat kemampuan kognitif siswa,tingkat kemampuan

afektif,kemampuan psikomotorik siswa,dan keperibadian siswa,serta bentuk-

bentuk lainnya (Muhamad Irham,2013:125)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang memengaruhi peroses belajar

siswa yang bersumber dari segala sesuatu dan kondisi diluar dari individu yang

belajar.

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor-faktor keluarga yang dapat memengaruhi peroses bejajar siswa antara

lain pola asuh orang tua(misalnya; Demokratis,protektif,permisif),cara orang tua

mendidik (misalnya; militer ataukah sipil),relasi antaranggota keluarga

(misalnya;akrab,saling tidak peduli,bertengkar),suasana ramah (misalnya selalu

ada keributan,damai),pengertian orang tua(misalnya;orang tua yang tidak mau

mengalah,orang tua yang mau mengalah)kebudayaan keluarga( disiplin

tinggi,kurang disiplin),serta keadaan sosial ekonomi keluarga(ekonomi

tinggi,menengah,atau bawah dan terpandang atau tidak).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

38

b) Faktor lingkungan sekolah

Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat memengaruhi peroses belajar

siswa,antara lain metode metode mengajar yang digunakan guru( misalnya

berpusat pada guru atau berpusat pada siswa),jenis kurikulum yangdikembangkan

dan digunakan,pola hubungan atau relasi antara guru dengn siswa(misalnya sangat

terbuka dan akrab atau sangat tertutup),pola relasi antar siswa antar siswa

(misalnya penuh persaingan,kerja sama,atau datar-datar saja),model disiplin

sekolah dikembangkan,jenis mata pelajaran dan beban belajar siswa,waktu

sekolah (masuk pagi dan masuk siang),keadaan gedung sekolah, kuantitas tugas

rumah,media pembelajaranyang sering digunakan.

c) Faktor lingkungan masyarakat dan Budayanya.

Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat yang dapat memengaruhi peroses

belajar siswa,antara lain jenis kegiatan yang diikuti siswa di masyarakat (misalnya

kurang taruna,pengurus masjid,atau tidak ikut apa pun),teman bergaul siswa

(status sosial,jenjang sekolah sama lebih tinggi atau lebih rendah) ,media massa

yang dikonsumsi ( berita, gosip, solahraga) bentuk kehidupan masyarakatnya

(misalnya egois ,individualis ,penuh tenggang rasa ,harmonis ,kekeluargaan )

(Muhamad Ahmad,2013:125).

2.3.5 Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk

melakukan kegiatan belajar.

1. Ranah Kognitif

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

39

Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual seseorang. Hasil

belajar kognitif melibatkan peserta didik kedalam proses berpikir seperti

menginggat, memahami, menerapkan, menganalisa sintesis dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan sikap,

nilai perasaan dan emosi. Tingkatan-tingkatannya aspek ini dimulai dari yang

sederhana sampai kepada tingkatan yang kompleks, yaitu penerimaan,

penanggapan penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi nilai.

3. Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor berkaitan dengan kemampuan yang menyangkut gerakan-

gerakan otot. Tingkatan-tingkatan aspek ini, yaitu gerakan refleks keterampilan

pada gerak dasar kemampuan perseptual, kemampuan dibidang pisik, gerakan-

gerakan skil mulai dari keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang

kompleks dan kemampuan yang berkenaan dengan non discursive komunikasi

seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

2.3.6 Ciri-Ciri Perubahan Sebagai Hasil Belajar

Dilihat dari definisi belajar di atas, maka tidak semua perubahan

perilaku yang terjadi pada individu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Menurut

Ahmadi dan Supriyono (Nyayu Khodijah,2014:51),suatu proses perubahan baru

dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri :

1) Terjadi secara sadar

Artinya, individu yang mengalami perubahan itu menyadari akan perubahan

yang terjadi pada dirinya. Dengan demikian, seseorang yang tiba-tiba memiliki

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

40

sesuatu kemampuan karena dia dihipnotis itu tidak dapat disebut sebagai hasil

belajar.

2) Bersifat fungsional

Artinya, perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya

bermanfaat bagi peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjaga kelangsungan hidupnya.

3) Bersifat aktif dan positif

Aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan usaha dan

aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai perubahan tersebut. Adapun positif

artinya baik, bermanfaat, dan sesuai dengan harapan.

4) Bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar itu bukan bersifat sementara,

akan tetapi bersifat rekatif permanen. Dengan demikian, seseorang yang suatu

ketika dapat melompati bara api karena ingin menyelamatkan diri dari bahaya

kebakaran, namun ketika selesai peristiwa kebakaran tersebut ia tidak mampu

melakukannya lagi, maka itu tidak dapat disebut sebagai perubahan karena

belajar.

5) Bertujuan dan terarah

Artinya, perubahan tersebut tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari

individu yang bersangkutan untuk mengubah perilakunya.Karenanya,tidaklah

mungkin orang tidak belajar sama sekali akan mencapai hasil belajar yang

maksimal.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

41

6) Mencakup seluruh aspek perilaku

Perubahan yang timbul karena proses belajar itu pada umumnya mencakup

seluruh aspek perilaku (kognitif, afektif, dan, psikomotorik). Ketika aspek

tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena itu perubahan pada satu aspek

biasanya juga akan memengaruhi perubahan pada aspek lainnya.

2.3.7 Jenis-Jenis Hasil Belajar

Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono mengemukakan lima macam

kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya

membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya, kelima macam

kemampuan hasil belajar tersebut adalah:

1) Keterampilan intelektul, sejumlah pengetahuan mulai dari baca,tulis, hitung

sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung

kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan

belajar yang tersedia;

2) Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti

seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah

3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan

ini pada umumnya dikenai dan tidajk jarang

4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan

menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya

5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan

bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

42

2.4 PENDEKATAN PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

2.4.1 Definisi Model Pembelajaran Discovery learning

Model pembelajaran Discovery Learning adalah teori yang

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan

dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapakan mengorganisasikan

sendiri. Sebagaimana pendapat Burner, bahwa: “Discovery Learning can be

definid as the learning that takes place when the student is not presented with

subject matter in the final form, but rather is required toorganize it him self ”

(Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari

Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar dikelas.

Bruner memakai metode yang disebutnya discovery learning, dimana

murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir

(Soemanto,2012 :134). Model pembelajaran discovery learning adalah memahami

konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada

suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).Discovery terjadi bila individu terlibat,

terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa

konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,

pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.

2.4.2 Konsep Discovery Learning

Dalam konsep belajar, sesungguhnya model pembelajaran discovery

learning merupakan pembentukan kategori‐kategori atau konsep‐konsep yang

dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Di dalam discovery learning, tidak

semua yang harus dipelajari dipresentasikan dalam bentuk final, beberapa bagian

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

43

harus dicari, diidentifikasikan oleh pelajar sendiri. Pelajar harus mencari

informasi sendiri, kemudian informasi tersebut diintegrasikan ke dalam struktur

kognitif yang telah ada, disusun kembali, diubah, untuk menghasilkan struktur

kognitif yang baru. (Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep,

generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai

seseorang ) (Slameto, 2012 : 24).

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap

yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu : enactive, iconic, dan

symbolic.

Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas‐aktivitasdalam upaya untuk

memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya

anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan,

pegangan, dan sebagainya.

Tahapiconic, seseorang memahami objek‐objek atau dunianya melalui

gambar‐gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia

sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan

perbandingan (komparasi).

Tahap symbolic, seseorang telah mampu memilikiide‐ide atau

gagasan‐gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam

berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar

melalui simbol‐simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru

berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

44

untuk belajar secaraaktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing

dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini

ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student

oriented.

Dalam discovery learning, hendaknya guru harus memberikan

kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis,

historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,

tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,

membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,

mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

2.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Discovery Learning

2.4.3.1 Kelebihan penerapan Discovery Learning

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

ketrampilan-ketrampilan dan proses-proses kognitif.

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

d) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan

sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya

sendiridengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

f) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

45

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak

sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

g) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

h) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

i) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi

proses belajar yang baru

j) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu(

Kemendikbud, 2103).

2.4.3.2 Kelemahan Discovery Learning

a. Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan

abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-

konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

menimbulkan frustasi.

b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,

karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-

cara belajar yang lama.

d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkanmengembangkan aspek konsep,

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

46

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk

mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang

akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh

guru(Kemendikbud,2013).

2.4.4 Langkah Operasional Discovery Learning

1. Langkah Persiapan

a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,

minat, gaya belajar, dan sebagainya)

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara

induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,

ikonik sampai ke simbolik.

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Pelaksanaan

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

47

Pertama-tama pada tahap ini pelajar diarahkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Disamping itu gurudapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang

mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi

interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa

dalam mengeksplorasi bahan.

b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah gurumemberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasisebanyak mungkin

agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis

(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c) Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan

kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-

banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis (Syah,2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab

pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan

demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

48

mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba

sendiri dan sebagainya.

d) Data processing (Pengolahan data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik

melalui wawancara, observasi, dansebagainya, lalu ditafsirkan. Semua

informai hasil bacaan,wawancara, observasi, dan sebagainya,

semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu

dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu.

e) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi

dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing

(Syah, 2004:244). Verificationmenurut Bruner, bertujuan agar proses

belajar akan berjalandengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatankepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,

aturanatau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpaidalam

kehidupannya.

f) Generalisasi (Kesimpulan)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku

untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan

hasil verifikasi (Syah,2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

49

dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah

menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi

yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan

kaidah atau prinsip‐prinsip yang luas yang mendasari pengalaman

seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari

pengalaman‐pengalaman itu.

2.5 Materi Pokok

Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor

reaksi, yaitu pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam

sebagian besar reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang

berwujud perubahan kalor, baik kalor yang dilepaskan maupun diserap. Kalor

merupakan salah satu bentuk dari energi. James Prescott Joule (1818-1889)

merumuskan Asas Kekekalan Energi :

A. ENTALPI DAN PERUBAHAN ENTALPI

1. Sistem dan Lingkungan

Energi dapat dapat mengalami perpindahan dari sistem ke lingkungan atau

sebaliknya. Sistem merupakan segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian yang

diteliti perubahan energinya. Sementara lingkungan merupakan segala sesuatu

diluar sistem. Contohnya ialah air panas yang berada dalam gelas. Air panas

merupakan sistem, sementara gelas sebagai wadahnya termasuk lingkungan.

“Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah

dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain”.

Jadi, energi yang menyertai suatu reaksi kimia, ataupun proses fisika,

hanya merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

50

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan sistem digolongkan menjadi

3 macam yaitu:

1) Sistem Terbuka

Merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya

pertukaran kalor dan materi antara sistem dan

lingkungan. Contohnya air panas dalam gelas atau

wadah yang tidak tertutup.

2) Sistem Tertutup

Merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya

pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya, tetapi

tidak terjadi pertukaran materi. Contohnya air panas

dalam gelas atau wadah yang tertutup.

3) Sistem Terisolasi atau Tersekat

Merupakan sistem yang tidak memungkinkan terjadinya

pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan.

Contohnya air panas dalam termos.

2. Energi dan Entalpi

Dalam setiap materi terkandung energi dengan kualitas dan kuantitas yang

berbeda-beda. Misalnya energi yang terkandung dalam suatu materi digunakan

untuk menggerakkan partikel-partikel atau energi digunakan untuk mengadakan

interaksi dalam suatu molekul. Dengan demikian energi merupakan suatu

kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja. Melalui proses kimia, energi

dapat diudah menjadi energi bentuk lain, tetapi energi tidak dapat diciptakan

ataupun dimusnahkan sebagaimana hukum kekekalan energi. Contohnya energi

listrik yang dapat diubah menjadi energi gerak, ataupun energi gerak yang dapat

diubah menjadi energi cahaya.

Jumlah total energi kalor yang terkandung dalam suatu materi disebut juga

dengan entalpi yang dinyatakan dengan notasi H (heat contents), yang

didefinisikan sebagai kandungan kalor suatu zat. Besarnya entalpi yang

terkandung dalam setiap zat tidak dapat diukur, tetapi perubahan entalpi yang

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

51

menyertai suatu reaksilah yang dapat diukur. Perubahan entalpi standar yang

menyertai suatu reaksi ditanyakan dengan notasi ∆H (delta H). Dengan kata lain

∆H merupakan penambahan atau pengurangan energi suatu zat dalam proses

perubahan energi yang berlangsung pada tekanan tetap.

Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh:

Jumlah zat

Keadaan fisis zat

Suhu (T)

Tekanan (P)

Untuk hal ini berlaku rumus:

Contoh:

1. H2O(s) → H2O (l)

∆H reaksi = H hasil – H reaktan

∆H reaksi = H H2O(l) – H H2O(s)

2. CH4 (g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(g)

∆H reaksi = H hasil – H reaktan

∆H reaksi = (H CO2(g) + 2. H H2O (g) ) – (H CH4 (g) + 2. H O2(g) )

3. Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm

a. Reaksi Eksoterm

Dalam reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke

lingkungan. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kalor dilepas atau dibebaskan ke

lingkungan sehingga lingkungan menjadi lebih panas. Dengan demikian, reaksi

eksoterm adalah reaksi yang membebaskan atau menghasilkan kalor. Reaksi

eksoterm akan membebaskan energi atau mengalami penurunan energi kimia

sistem sehingga entalpi sistem berkurang. Oleh karena itu, ∆H reaksi eksoterm

bertanda negatif (_).

∆Hreaksi = Hhasil – Hreaktan

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

52

Contohnya :

Reaksi antara kalsium (CaO) dan air yang menghasilkan kalsium

hidroksida (Ca(OH)2).

Persamaan Reaksinya :

CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2 (aq)

Jika reaksi dilakukan pada tabung reaksi, tangan Anda dapat

merasakan panas yang dilepaskan oleh reaksi ini. Dimana tangan

Anda yang merupakan lingkungan akan menerima panas

dari sistem yang bereaksi tersebut.

b. Reaksi Endoterm

Dalam reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke

sistem. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kalor diserap atau diterima oleh

sistem sehingga suhu lingkungan turun dan menjadi lebih dingin. Dengan

demikian, reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap atau menerima kalor.

Reaksi endoterm akan menyerap sejumlah energi sehingga entalpi sistem

bertambah. Oleh karena itu, ∆H reaksi endoterm bertanda positif (+).

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

53

Contohnya:

Reaksi antara barium hidroksida (Ba(OH)2) dan kristal amonium

klorida (NH4Cl) dengan beberapa tetes air yang menghasilkan barium

klorida (BaCl2) dan amonium hidroksida (NH4OH).

Persamaan Reaksinya:

Ba(OH)2 + 2NH4Cl → BaCl2 + NH4OH

Jika reaksi dilakukan pada tabung reaksi, tangan Anda dapat

merasakan dinginnya tabung karena sistem menyerap kalor dari tangan

Anda yang merupakan lingkungan.

4. Diagram Reaksi

Perubahan entalpi reaksi eksoterm dapat digambarkan melalui diagram

reaksi berikut :

Pada diagram reaksi eksoterm di atas dapat dijelaskan bahwa, entalpi

hasil reaksi (produk) lebih kecil daripada entalpi pereaksi (reaktan).

Diagram untuk reaksi endoterm dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Pada diagram reaksi endoterm di atas dapat dijelaskan bahwa, entalpi

hasil reaksi (produk) lebih besar daripada entalpi pereaksi (reaktan).

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

54

Contoh:

A → BPereaksi produk

∆H = H produk - H pereaksi

∆H = HB – HA

Ini berarti diagram untuk reaksi eksoterm ialah :

Dan diagram untuk reaksi endoterm ialah

B. PERSAMAAN TERMOKIMIA

Persamaan termokimia merupakan persamaan reaksi yan menunjukkan

perubahan entalpi dalam reaksi kimia. Penulisan persamaan termokimia

disertakan pula jumlah mol zat yang bereaksi dan wujud fisik zat yang terlibat

dalam reaksi. Jumlah mol zat ditunjukkan oleh koefisien reaksi dan wujud zat

dinyatakan dalam huruf s untuk padat, l untuk cair, dan g untuk gas.

Contoh:

Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen

pada 25oC(298 K), 1 atm, dilepaskan kalor sebesar 286 kJ.

Persamaan termokimia dari pernyataan di atas adalah Kata

y

x

A

B

∆H = HB - HA = X – Y =- Z

X < Y, Maka ∆H < 0

B

A

y

x

∆H = HB - HA = Y – X =+Z

Y > X, Maka ∆H > 0

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

55

“dilepaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh

karena itu, H = –286 kJ untuk setiap mol air yang terbentuk.

H2(g) + O2(g) H2O(l) H = –286 kJ

atau,

2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) H = –572 kJ

Reaksi karbon dan gas hidrogen membentuk 1 mol C2H2 pada

temperatur 25oC dan tekanan 1 atm memerlukan kalor 226,7 kJ.

Persamaan termokimianya: Kata “memerlukan” menyatakan bahwa

reaksi tergolong endoterm.

2 C(s) + H2(g) C2H2(g) H = + 226,7 kJ

C. PERUBAHAN ENTALPI REAKSI

Perubahan entalpi reaksi kimia bergantung pada keadaan fisik zat (padat,

cair, atau gas) yang terlibat dalam reaksi, suhu, dan tekanan. Untuk dapat

membandingkan harga dari berbagaiperubahan entalpi, maka dibuat suatu keadaan

standar tertentu. Keadaan standar yang telah disepakati adalah pada suhu 298

Kdan tekanan 1 atm.

Beberapa jenis perubahan entalpi pada keadaan standar yaitu :

a) Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (Hf0)

Perubahan entalpi pembentukan standar (standard enthalpy of formation)

adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-

unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar. Harga perubahan entalpi

pembentukan standar untuk unsur dalam bentuk yang paling stabil atau unsur

bebas yang stabil adalah nol. Misalnya, untuk unsur oksigen yang terdapat dalam

dua bentuk, yaitu molekul oksigen (O2) dan ozon (O3). Oksigen lebi stabil

dibandingkan ozon sehingga harga Hf° untuk oksigen adalah 0 (nol). Atom perak

(Ag) yang stabil juga memiliki harga Hf°= 0.

Entalpi pembentukan standar dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ/mol) sesuai

satuan Sistem Internasional.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

56

Contoh:

Perubahan entalpi pembentukan standar air, H2O(l) dari H2(g) dan

O2(g) adalah sebesar –283 kJ/mol. Persamaan termokimianya :

H2(g) + ½O2(g) H2O(l) Hf° = –283 kJ/mol

b) Perubahan Entalpi Penguraian Standar (d0)

Perubahan entalpi pengruraian standar (standard enthalpy of decomposition)

adalah perubahan entalpi yang terjadi pada peruraian 1 mol zat menjadi unsur-

unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar. Reaksi peruraian merupakan

kebalikan dari reaksi pembentukan sehingga harga perubahan entalpi peruraian

standar sama dengan perubahan entalpi pembentukan standar tetapi berlawanan

tanda.

Contoh:

Pada reaksi pembentukan air, H2O(l), harga Hf° H2O = –283 kJ/mol.

Jadi, pada peruraian air, H2O(l) menjadi H2(g) dan O2(g) adalah sebesar

+283 kJ/mol. Persamaan termokimianya :.

H2O(l) H2(g) + ½O2(g) Hd° = +283 kJ/mol

c) Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (c)

Perubahan entalpi pembakaran standar (standard enthalpy of combustion)

adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol zat dengan oksigen

secara sempurna.

Contoh:

Pada pembakaran 1 mol benzena, C6H6(l) dihasilkan CO2(g) dan H2O(l)

serta akan dilepaskan kalor sebesar 3271 kJ. Persamaan

termokimianya:

C6H6(l) + 7½O2 6CO2(g) + 3H2O(l) Hc° = –3271 kJ/mol

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

57

D. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI

1. Kalorimetri

kalorimeter sederhana (kiri) dan kalorimeter bom (kanan)

Perubahan entalpi dapat ditentukan melalui percobaan dengan

mengukur perubahan kalor selama reaksi berlangsung. Alat yang digunakan untuk

mengukur kalor yang diserap atau dilepaskan dalam reaksi kimia disebut

kalorimeter. Untuk reaksi yang melibatkan gas, seperti pada reaksi pembakaran,

kalorimeter yang biasa digunakan disebut kalorimeter bom. Pada kalorimeter

bom, reaksi berlangsung dalam sebuah bom (wadah yang terbuat dari baja) yang

dibenamkan di dalam air dalam bejana kedap panas. Kalorimeter bom dirancang

secara khusus sehingga sistem berada dalam keadaan terisolasi. Oleh karena itu,

selama reaksi berlangsung dianggap tidak ada kalor yang hilang.

Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari dua gelas gabus (Styrofoam)

atau plastik, yang dilengkapi dengan termometer dan pengaduk. Gabus dan plastik

bersifat isolator (tidak menyerap kalor) sehingga selama reaksi berlangsung

dianggap tidak ada kalor yang hilang. Perubahan kalor yang terjadi ditentukan

dari perubahan suhu ketika reaksi berlangsung. Dari pengukuran perubahan suhu,

kalian dapat menghitung perubahan kalor melalui persamaan:

Q = m × c × T atau Q = C × T

Keterangan

Q = Perubahan kalor (Joule)

m = Massa zat (gram)

c = Kalor jenis zat (J/g K)

C = Kapasitas kalor kalorimeter

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

58

T = perubahan suhu (K)

= Takhir – Tawal

Untuk reaksi yang melibatkan gas, seperti pada reaksi pembakaran,

kalorimeter yang biasa digunakan disebut kalorimeter bom. Pada kalorimeter

bom, reaksi berlangsung dalam sebuah bom (wadah yang terbuat dari baja) yang

dibenamkan di dalam air dalam bejana kedap panas. Kalorimeter bom dirancang

secara khusus sehingga sistem berada dalam keadaan terisolasi. Oleh karena itu,

selama reaksi berlangsung dianggap tidak ada kalor yang hilang.

Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari dua gelas gabus (Styrofoam)

atau plastik, yang dilengkapi dengan termometer dan pengaduk. Gabus dan plastik

bersifat isolator (tidak menyerap kalor) sehingga selama reaksi berlangsung

dianggap tidak ada kalor yang hilang.

Contoh Soal :

Pada suatu percobaan direaksikan 50 cm3 larutan HCl 1 M dengan 50

cm3 larutan NaOH 1 M dalam gelas plastik yang kedap panas, ternyata

suhunya naik dari 29oC menjadi 35,5oC. Kalor jenis larutan dianggap

sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 Jg–1K–1 dan massa jenis larutan

dianggap 1 g/cm3. Tentukan perubahan entalpi dari reaksi:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Jawab :

qsistem = qlarutan + qkalorimeter

karena qkal diabaikan, maka qsistem = qlarutan

massa larutan = volume larutan × massa jenis air

= 100 cm3 × 1 g/cm3

= 100 g

T = (35,5 + 273)K – (29 + 273)K

= 6,5 K

Q = m × c × T

= 100 g × 4,18 J g–1K–1 × 6,5 K

= 2717 Joule

= 2,72 kJ

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

59

mol NaOH = mol HCl

0,05 L × 1 mol L–1 = 0,05 mol

Jadi, pada reaksi antara 0,05 mol NaOH dan 0,05 mol HCl terjadi

perubahan kalor sebesar 2,72 KJ. Maka untuk setiap 1 mol NaOH

bereaksi dengan 1 mol HCl akan terjadi perubahan kalor = 2,72 KJ

Maka untuk setiap 1 mol NaOH bereaksi dengan I mol HCl akan

terjadi perubahan kalor = 54,4 kJ/mol

Oleh karena pada saat reaksi suhu sistem naik berarti reaksi

berlangsung eksoterm, perubahan entalpinya berharga negatif.

Persamaan termokimianya:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) kJ/mol

2. Hukum Hess

Perubahan entalpi kadang sukar diukur atau ditentukan langsung

dengan percobaan. Pada tahun 1840 Henry Hess dari Jerman menyatakan,

perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir sistem,

tidak bergantung pada jalannya reaksi.

Banyak reaksi dapat berlangsung menurut dua atau lebih tahapan.

Contoh :

Reaksi karbon dan oksigen untuk membentuk CO2 dapat

berlangsung dalam satu tahap (cara langsung) dan dapat juga dua

tahap(cara tidak langsung).

Satu tahap : C(s) + O2(g) CO2(g) H = –394 kJ

Dua tahap : C(s) + O2(g) CO(g) H = –110 kJ

CO(g) + O2(g) CO2(g) H = –284 kJ

C(s) + O2(g) CO2(g) H= –394 kJ

Jadi, jika suatu reaksi berlangsung menurut dua tahap atau lebih,

maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah kalor tahap reaksinya.

Hukum Hess kita gunakan untuk menghitung H suatu reaksi,

berdasarkan beberapa harga H dari reaksi lain yang sudah diketahui.

+=

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

60

Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau

diagram tingkat energi.

Diagram siklus untuk reaksi pembakaran karbon pada contoh di

atas adalah sebagai berikut:

Diagram siklus reaksi pembakaran karbon.

Dari siklus reaksi di atas, pembakaran karbon dapat melalui dua

lintasan, yaitu lintasan-1 yang langsung membentuk CO2, sedangkan

lintasan-2, mula-mula membentuk CO, kemudian CO2. Jadi H1 = H2 +

H3

Diagram tingkat energi :

Diagram tingkat energi reaski karbon dengan oksigenmembentuk CO2 menurut dua lintasan.

3. Data Perubahan Entalpi Pembentukan Standar

Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data pembentukan

zat pereaksi dan produknya. Secara umum untuk reaksi:

a PQ + b RS c PS + d QR

Reaktan Produk

maka,

H reaksi = Hfo

(produk) - Hfo

(reaktan)

= [ c. Hfo PS + d. Hf

o QR] – [ a. Hfo PQ + b. Hf

o RS

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

61

Contoh soal

Tentukan entalpi reaksi pembakaran etanol, jika diketahui :

Hfo C2H5OH = –266 kJ

Hfo CO2 = –394 Kj

Hfo H2O = –286 kJ

Jawab:

Reaksi pembakaran etanol :

C2H5OH + O2(g) 2CO2 + 3H2O

H reaksi = [2 × Hfo CO2 + 3 × Hf

o H2O] – [1 × Hfo C2H5OH + 1 ×

Hfo O2]

= [2 (–394) + 3 (–286)] kJ – [1 (–266) + 1 (0)] kJ

= [–1646 + 266] kJ

= –1380 kJ

4. Energi Ikatan

Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu

pemutusan ikatan antar atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses

yang memerlukan energi) dan penggabungan ikatan kembali dari

atom-atom yang terlibat reaksi sehingga membentuk susunan baru

(proses yang membebaskan energi).

Perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dengan menggunakan

data energi ikatan.

Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan

ikatan oleh satu molekul gas menjadi atom-atom dalam keadaan gas.

Harga energi ikatan selalu positif, dengan satuan kJ atau kkal,

serta diukur pada kondisi zat-zat berwujud gas.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

62

Untuk menghitung H reaksi berdasarkan energi ikatan digunakan

rumus:

H = Energi ikatan yang diputuskan – Energi ikatan yang terbentuk

Contoh soal

Dengan menggunakan tabel energi ikatan, tentukan (ramalkan) energi

yang dibebaskan pada pembakaran gas metana.

Jawab:

Reaksi pembakaran gas metana :

CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)

Pemutusan Ikatan: Pembentukan ikatan:

4 mol C – H = 1652 kJ 2 mol C = O = 1598 kJ

2 mol O = O = 990 kJ 4 mol O – H = 1852 kJ

= 2642 kJ =,3450 kJ

H = Energi ikatan yang diputuskan – Energi ikatan yang terbentuk

= (2642 – 3450) kJ

= –808 kJ

H reaksi bertanda negatif, artinya ikatan dalam produk lebih kuat

dari pada ikatan dalam pereaksi. Entalpi reaksi yang dihitung

berdasarkan harga energi ikatan rata-rata sering berbeda dari entalpi

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

63

reaksi yang dihitung berdasarkan harga entalpi pembentukan standar.

Perbedaan ini terjadi karena energi ikatan yang terdapat dalam suatu

tabel adalah energi ikatan rata-rata. Energi ikatan C – H dalam contoh di

atas bukan ikatan C – H dalam CH4, melainkan energi ikatan rata-rata C

– H.

CH4(g) CH3(g) + H(g) H = +424 kJ/mol

CH3(g) CH2(g) + H(g) H = +480 kJ/mol

CH2(g) CH(g) + H(g) H = +425 kJ/mol

CH(g) C(g) + H(g) H = +335 kJ/mol

Jadi, energi ikatan rata-rata dari ikatan C – H adalah 416 kJ/mol.

Sedangkan energy ikatan C – H yang dipakai di atas adalah +413 kJ/mol.

E. ENERGI BAHAN BAKAR

Reaksi pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen. Biasanya

reaksi semacam ini digunakan untuk menghasilkan energi. Bahan bakar

merupakan suatu senyawa yang bila dilakukan pembakaran terhadapnya

dihasilkan kalor yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Jenis bahan

bakar yang banyak kita kenal adalah bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil berasal

dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang memerlukan

waktu ribuan sampai jutaan tahun, contohnya minyak bumi dan batu bara.

Namun selain bahan bakar fosil dewasa ini telah dikembangkan pula

bahan bakar jenis lain, misalnya alkohol dan hidrogen. Hidrogen cair dengan

oksigen cair bersama-sama telah digunakan pada pesawat ulang-alik sebagai

bahan bakar roket pendorongnya. Pembakaran hidrogen tidak memberi dampak

negatif pada lingkungan karena hasilpembakarannya adalah air.

Matahari adalah umber energi terbesar di bumi, tetapi penggunaan

energi surya belum komersial. Dewasa ini penggunaan energi surya yang

komersial adalah untuk pemanas air rumah tangga (solar water heater). Di

bawah ini adalah nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar yang umum dikenal:

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

64

Nilai kalor dari bahan bakar umumnya dinyatakan dalam satuan kJ/gram,

yang menyatakan berapa kJ kalor yang dapat dihasilkan dari pembakaran 1 gram

bahan bakar tersebut. Contoh : nilai kalor bahan bakar bensin adalah 48 kJ/g,

artinya setiap pembakaran sempurna 1 gram bensin akan dihasilkan kalor sebesar

48 kJ. Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri

umumnya tidak terbakar sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon

(bahan bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan

pembakaran tidak sempurnanya menghasilkan karbon monoksida dan uap air.

Pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar, kalor yang

dihasilkan akan lebih sedikit dibandingkan apabila zat itu terbakar sempurna.

Kerugian lainnya adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO) yang bersifat

racun. Nilai kalor bakar dapat digunakan untuk memperkirakan harga energi suatu

bahan bakar.

Contoh soal:

Misalkan harga arang adalah Rp.500/kg, dan harga LPG Rp 900/kg. Nilai kalor

bakar arang 34 kJ/gram. Dari informasi tersebut dapat diketahui yang mana harga

kalor yang lebih murah, yang berasal dari arang atau LPG.

Jawab:

Nilai kalor bakar arang = 34 kJ/gram, sehingga dengan uang Rp 500,00 dapat

diperoleh 1000 gram arang dan diperoleh kalor sebanyak = 34 × 100 kJ

= 34.000 kJ

Jadi, dari tiap rupiahnya mendapat kalor sebanyak : 68 kJ/Rupiah

Nilai kalor bakar LPG = 40 kJ/gram, sehingga dengan uang Rp 900, diperoleh

1000 gram LPG dan kalor sebanyak = 40 × 1000 kJ = 40.000 kJ

Jadi, tiap rupiahnya mendapat kalor sebanyak: 44 kJ/rupiah

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

65

2.6 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wenifrida Feka pada tahun 2016 dengan

judul “Pengaruh Keterampilan Sosial dan Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar

Kimia dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning pada

Materi Termokimia Siswa Kelas XI IPA SMAK sint carolus penfui-kupang

Tahun Pelajaran 2016/2017”. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh

yang signifikan antara keterampilan sosial dan Sikap Ilmiah terhadap hasil

belajar siswa.

2. Berdasarkan penelitian oleh Sriyanti (2012) yang berjudul “keterampilan

sosial terhadap prestasi belajar” Peserta didik Kelas XI SMAN 1 MALANG

pada Penerapan Pembelajaran Discovery Learning Materi pokok larutan

termokimia.. Hasil penelitian ini menunjukan keterampilan sosial terhadap

prestasi belajar peserta didik pada model pembelajaran Discovery Learning

melalui tes produk diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 80,05 %. Ketuntasan

klasikal melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ada di SMAN 1

MALANG tahun ajaran 2011/2012.

3. Berdasarkan penelitian dari Wiwin (2013) dalam Penelitian yang Berjudul

“Peningkatan keterampilan proses belajar dan keterampilan sosial siswa

melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok

Termokimia siswa kelas XI IPA SMA MUHAMMADIYAH

CONDONGCATUR Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya Peningkatan keterampilan proses belajar dan

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

66

keterampilan sosial siswa Peserta Didik Kelas XI

Pada materi pokok Termokimia siswa kelas XI IPA SMA MUHAMMADIY

AH CONDONGCATUR Tahun Ajaran 2012/2013.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Andrie Rissi pada tahun 2017 dengan judul

“Pengaruh Keterampilan Sosial dan Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar

Siswa dengan Menerapkan model Discovery Learning pada Materi Pokok

Larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa Kelas XI IPA SMA

MUHAMADYA Kupang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Hasil penelitian

menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara keterampilan social dan

sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa.

5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Vitara (2016) dengan judul

“Pengaruh pendekatan STM terhadap sikap ilmiah dan Hasil belajar” Pada

Materi Pokok Termokimia Siswa Kelas XI IPA SMA SUMBERREJO

BOJONEGORO Tahun Ajaran 2015/2016” dengan hasil penelitian yaitu:

Ada pengaruh antara sikap ilmiah siswa kelas XI IPA dengan hasil belajar

yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok

Termokimia SMA SUMBERREJO BOJONEGORO tahun ajaran 2015/2016

dengan nilai korelasi product moment yang diperoleh sebesar 0,49.

6. Nur Choiro Siregar 2015 dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh

Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi Terhadap Prestasi

Belajar dan sikap ilmiah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada

pengaruh pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi terhadap

prestasi belajar dan sikap ilmiah di SMP Negeri 10 Yogyakarta pada

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

67

Pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi lebih unggul dari

pendekatan konvensional (pembelajaran biasa) dalam hal sikap ilmiah

siswa dalam pembelajaran matematika.

7. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ikrom (2010)

tentang pengaruh sikap ilmiah dan pemahaman konsep terhadap hasil belajar

dengan menerapkkan model pembelajaran Discovery Learning pada materi

pokok Termokimia peserta didik kelas XI IPA SMA 1 PALEMBANG. Hasil

penelitian ini, menunjukkan ketuntasan indikator dan hasil belajar peserta

didik dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning

dinyatakan tuntas dengan rata-rata proporsi ketutasan indikator observasi

sikap spritual 0,86, ketuntasan indikator angket sikap spritual 0,875,

ketuntasan indikator observasi sikap sosial 0,85, ketuntasan indikator angket

sikap sosial 0,88, ketuntasan indikator kognitif 0,85, ketuntasan indikator

keterampilan unjuk kerja 0,85, THB proses 0,85.

8. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bachtiar (2013), tentang pengaruh

sikap ilmiah dan minat belajar terhadap prestasi belajar peserta didik pada

tema ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning

di SMP Negeri 1 Medan, menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan

signifikan antara sikap ilmiiah dan minat belajar terhadap prestasi belajar

peserta didik di SMP N 1 Medan. Hal tersebut diperoleh dari hasil

perhitungan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,43. Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa, 43,08% prestasi belajar peserta didik (Y) dipengaruhi

oleh sikap ilmiah (X1) dan minat belajar peserta didik (X2).

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

68

9. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elvira Bui 2014 dengan judul “

penerapan model pembelajaran Discovery Laerning sebagai upaya

meningkatakan sikap ilmiah dan gaya belajar” peserta didik kelas XI IPA 2

SMAN 1 TASBAR KIMBANA pada materi pokok Termokimia tahun

pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan sikap

ilmah dan gaya belajar iswa dengan menerapkan model pembelajaran

Discovey Learning siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 TASBAR KIMBANA

tahun Ajaran 2014/2015.

2.7 Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi selama PPL, rendahnya hasil belajar

kimia siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal yaitu tipe kepribadian setiap siswa dimana berdasarkan observasi

tersebut peneliti melihat begitu banyak perbedaan yang ada pada siswa, baik itu

perbedaan kemampuan keterampilan social maupun tipe sikap ilmiah dari setiap

siswa. Setiap siswa memiliki tipe kepribadian yang berbeda. Perbedaan

kepribadian dapat dilihat dari perbedaan sifat- sifat khas dari setiap siswa.

Menurut Hans J. Eysenck kepribadian dibedakan kedalam dua tipe, yaitu introvert

dan extrovert. Tipe kepribadian extrovert – introvert menurut Eysenck ini bertolak

ukur pada tujuh sub dimensi yaitu : aktivitas (activity), kemampuan bergaul

(socialbility), pengambilan resiko (risk taking), penurutan dorongan hati

(impulsiveness), pernyataan perasaan (expressiveness), kedalaman berpikir

(reflectiveness) dan tanggungjawab (responsibility).

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

69

Selain pengaruh keterampilan sosial belajar dalam diri peserta didik,

faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar seorang peserta didik atau

prestasi belajar peserta didik antara lain: kemampuan pendidik dalam mengelola

pembelajaran, maupun model pembelajaran yang digunakan seorang pendidik.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut, guru harus mampu memilih strategi, model,

atau pendekatan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kepribadian siswa

yang berbeda- beda. Yakni pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif dalam

hal ini mengalami apa yang ia pelajari. Salah satu pendekatan pembelajaran yang

menuntut siswa untuk belajar dari apa yang ia alami/ berkaitan dengan kehidupan

nyata adalah pendekatan kooperatif. Dengan demikian siswa akan menjadi lebih

aktif dan menyadari tentang kegunaan apa yang telah mereka pelajari dalam

kehidupannya. Selain itu juga melatih siswa dalam mengembangkan dan

membangun pengetahuan yang dimilikinya.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, masalah, tinjauan pustaka,

penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian sebagai

berikut:

1. Penerapan Model Discovery Learning efektif pada materi pokok

Termokimia Siswa kelas XI IPA SMA Muhamadya Kupang tahun ajaran

2017/2018.

Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

70

a) Guru mampu mengelola pembelajaran dengan menerapkan Model

Discovery Learning pada materi pokok Termokimia Siswa kelas XI

IPA SMA Muhamadya Kupang tahun ajaran 2017/2018.

b) Ketuntasan indikator tercapai dengan menerapkan Model Discovery

Learning pada materi pokok Termokimia Siswa kelas XI IPA SMA

Muhamadya Kupang tahun ajaran 2017/2018.

c) Hasil belajar tuntas dengan menerapkan Model Discovery Learning

pada materi pokok Termokimia Siswa kelas XI IPA SMA

Muhamadya Kupang tahun ajaran 2017/2018.

2. Keterampilan sosial pada materi pokok Termokimia siswa kelas XI IPA

SMA Muhamadya Kupang tahun pelajaran 2017/2018 dikatakan baik

jika memenuhi kriteria ≥ 75%.

3. Motivasi belajar Siswa pada materi pokok Termokimia siswa kelas XI

IPA SMA Muhamadya Kupang tahun pelajaran 2017/2018 dikatakan

baik jika memenuhi kriteria ≥ 75%4. a. Adanya hubungan yang signifikan antara keterampilan sosial dengan

hasil belajar

dengan menerapkan Model Discovery Learning (DL) pada materi

pokok Termokimia siswa kelas XI IPA SMA Muhamadya Kupang

tahun ajaran 2017/2018

c. Adanya hubungan yang signifikan antara sikap ilmiah dengan hasil

belajar dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learninng

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KETERAMPILAN SOSIALrepository.unwira.ac.id/4893/3/BAB II.pdf · 2.1 KETERAMPILAN SOSIAL 2.1.1 Pengertian keterampilan sosial Keterampilan sosial (S ocial

71

pada materi pokok Termokimia siswa kelas XI IPA SMA Muhamadya

Kupang tahun ajaran 2017/2018

d. Ada pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial dengan sikap

ilmiah dengan hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran

Discovery Learning pada materi pokok Termokimia siswa kelas XI

IPA SMA Muhamadya Kupang tahun ajaran 2017/2018

5. a. Ada pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial dengan hasil

belajar yang menerapkan model pembelajaran Discovery Learninng pada

materi pokok Termokimia siswa kelas XI IPA SMA Muhamadya Kupang

tahun ajaran 2017/2018

b. Ada pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah dengan hasil belajar

yang menerapkan model pembelajaran Discovery Learninng pada

materi pokok Termokimia siswa kelas XI IPA SMA Muhamadya

Kupang tahun ajaran 2017/2018

c. Ada pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial dan sikap

ilmiah dengan hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran

Discovery Learninng pada materi pokok Termokimia siswa kelas XI

IPA SMA Muhamadya Kupang tahun ajaran 2017/2018.