hubungan aktivitas religi dengan tingkat stres...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES
LANSIADI UPT PELAYANAN SOSIAL
LANJUTUSIA BONDOWOSO
Siti Risa Rofika1, Awatiful Azza2, Nikmatur Rohmah3
1. Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah [email protected]
2,3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected],[email protected]
ABSTRAKIntroduksi. Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia. Lansiamengalami banyak masalah kesehatan baik fisik maupun mental. Salah satumasalah kesehatan yang sering timbul pada lansia adalah stres. Aktivitas religimerupakan suatu kegiatan yang mampu menurunkan tingkat stres pada lansia.Metode. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatancross sectional bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas religi dengantingkat stres pada lansia. Populasi penelitian ini adalah lansia di UPT PelayanaSosial lanjut Usia Bondowoso yang berjumlah 84 dengan jumlah sampel 69responden. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling.Result. Hasil penelitian dengan menggunakan uji spearmant’s rho dihasilkan p-value= 0,001 (<0,005) dengan koefisien korelasi -0,389 berarti terdapat korelasinegatif yang signifikan antara aktivitas religi dengan tingkat stres lansia. Semakinbaik aktivitas religi lansia semakin rendah tingkat stres lansia.Diskusi. Pihak panti diharapkan dapat Meningkatkan kegiatan-kegiatan yangberhubungan dengan aktivitas religi lansia sehingga tingkat stres lansia tidaksemakin meningkat dan perawat dapat meningkatkan asuhan keperawatankhususnya kepada klien lanjut usia yaitu mengangakat diagnosa keperawatanspiritual dan melakukan intervensi keperawatan spiritual dengan menerapkan hasilpenelitian yang telah ada.
Kata kunci: Aktivitas religi, Tingkat stres, Lansia.
ABSTRACTIntroductio.Elderly is the final stage of human development. Elderly have manyhealth problems both physically and mentally. One of the health problems thatoften arise in the elderly are stressed. Religious activity is an activity that canreduce stress levels in the elderly.Methold.This study uses a correlation method with cross sectional desaign toanalyze the relationship between religious activity with the level of stress in theelderly. The population was elderly in the Sociality elderly Bondowoso regencytotaling 84 with a sample of 69 respondents. Sampling technique using purposivesampling technique.Result.The results using spearmant's rho test produced p-value = 0.001 (<0.005)with a correlation coefficient of -0.389 means that there is a significant negativecorrelation between religious activity with stress levels elderly. The better ofelderly religious activity will make lower level of stress.
1
2
Discussion.The regency employee is expected to Improve a religious activity sothat the elderly stress level not increase and nurses can improve nursing care toclients, especially elderly nursing to make spiritual diagnosis and doing theintervention by applying of research results.
Keywords: Religious activity, Stress level, Elderly
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia
yang berusia 60 tahun ke atas dari
tahun ketahun semakin meningkat.
Kenaikan pesat ini menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang
memasuki era penduduk berstruktur
lansia (aging structured population).
Laporan data penduduk yang
dikeluarkan Bureau of the Census
Amerika Serikat (1999,dikutip dari
Darmojo & Martono, 2006 dalam
Syukra, 2012) memperlihatkan bahwa
selama kurun waktu 1990-2025,
Indonesia akan mengalami
peningkatan jumlah penduduk lansia
sekitar 414%. Pada tahun 2010
persentase penduduk lansia mencapai
9,77% dari total penduduk dan
prediksi pada tahun 2020 akan
mengalami peningkatan menjadi
11,34% (Departemen Sosial, 2006
dalam Syukra, 2012).
Lanjut usia merupakan tahap
akhir perkembangan manusia. Pada
masa ini biasanya terjadi penurunan
fungsi fisik dan psikologis. Banyak
masalah kesehatan yang dihadapi oleh
lansia berhubungan dengan
kemunduran yang dialaminya baik
fisik maupun mental. Salah satu
masalah kesehatan yang sering timbul
pada lansia adalah stres.
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia. Hal tersebut mendorong lansia
untuk melakukan adaptasi untuk
dapat menanggulanginya.
Kemampuan beradaptasi lansia yang
terbatas dapat memicu stres (Azizah,
2011).
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 29 Desember
2014, jumlah lansia yang tinggal di
pelayanan sosial lanjut usia
Bondowoso adalah 90 orang yang
terdiri dari 40 laki-laki dan 50
perempuan. Hasil wawancara dan
observasi pada 10 orang lansia
didapatkan tanda-tanda stres pada
3
lansia yaitu 6 orang merasa tidak
senang tinggal di panti, 5 orang
mencemaskan keluarga, 2 orang
mencemaskan penyakitnya, 7 orang
merasa tertekan dengan keadaan saat
ini, 5 orang sulit tidur dan 2 orang
mengalami penurunan nafsu makan.
Hasil observasi terhadap 10 lansia
tersebut, terdapat 4 orang lansia
nampak murung, tidak bergairah, dan
lebih sering menyendiri.
Salah satu cara untuk
mengatasi stres adalah dengan
mendekatkan diri pada sang maha
pencipta, yaitu dengan cara
melakukan aktivitas religi. Salah satu
penelitian Larson (2001, dikutip dari
Ward, 2010 dalam Syukra, 2012)
mengungkapkan bahwa religiusitas
atau penghayatan keagamaan ternyata
besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik dan mental lansia,
lansia yang religius lebih kuat dan
tabah menghadapi stres daripada yang
kurang atau nonreligius, sehingga
gangguan mental emosional jauh
lebih kecil.
MATERIAL DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pengumpulan data
pada penelitian ini dilaksanakan pada
bulan 21-27 Mei 2015 di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso
Populasi Penelitian
Populasi penelitian iniadalah
semua lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Bondowoso yang
berjumlah 84 oranga.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah
lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso yang
berjumlah 69.
Teknik Sampling
Tehnik pengambilan sampling
yang digunakan oleh peneliti ini
adalah purposive sampling yaitu
pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang
telah dibuat peniliti
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah kuisioner.
Kuesioner Aktivitas Religi digunakan
untuk mengukur variabel independen
dan kuesioner DASS digunakan untuk
mengukur variabel dependen.
3
lansia yaitu 6 orang merasa tidak
senang tinggal di panti, 5 orang
mencemaskan keluarga, 2 orang
mencemaskan penyakitnya, 7 orang
merasa tertekan dengan keadaan saat
ini, 5 orang sulit tidur dan 2 orang
mengalami penurunan nafsu makan.
Hasil observasi terhadap 10 lansia
tersebut, terdapat 4 orang lansia
nampak murung, tidak bergairah, dan
lebih sering menyendiri.
Salah satu cara untuk
mengatasi stres adalah dengan
mendekatkan diri pada sang maha
pencipta, yaitu dengan cara
melakukan aktivitas religi. Salah satu
penelitian Larson (2001, dikutip dari
Ward, 2010 dalam Syukra, 2012)
mengungkapkan bahwa religiusitas
atau penghayatan keagamaan ternyata
besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik dan mental lansia,
lansia yang religius lebih kuat dan
tabah menghadapi stres daripada yang
kurang atau nonreligius, sehingga
gangguan mental emosional jauh
lebih kecil.
MATERIAL DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pengumpulan data
pada penelitian ini dilaksanakan pada
bulan 21-27 Mei 2015 di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso
Populasi Penelitian
Populasi penelitian iniadalah
semua lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Bondowoso yang
berjumlah 84 oranga.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah
lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso yang
berjumlah 69.
Teknik Sampling
Tehnik pengambilan sampling
yang digunakan oleh peneliti ini
adalah purposive sampling yaitu
pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang
telah dibuat peniliti
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah kuisioner.
Kuesioner Aktivitas Religi digunakan
untuk mengukur variabel independen
dan kuesioner DASS digunakan untuk
mengukur variabel dependen.
3
lansia yaitu 6 orang merasa tidak
senang tinggal di panti, 5 orang
mencemaskan keluarga, 2 orang
mencemaskan penyakitnya, 7 orang
merasa tertekan dengan keadaan saat
ini, 5 orang sulit tidur dan 2 orang
mengalami penurunan nafsu makan.
Hasil observasi terhadap 10 lansia
tersebut, terdapat 4 orang lansia
nampak murung, tidak bergairah, dan
lebih sering menyendiri.
Salah satu cara untuk
mengatasi stres adalah dengan
mendekatkan diri pada sang maha
pencipta, yaitu dengan cara
melakukan aktivitas religi. Salah satu
penelitian Larson (2001, dikutip dari
Ward, 2010 dalam Syukra, 2012)
mengungkapkan bahwa religiusitas
atau penghayatan keagamaan ternyata
besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik dan mental lansia,
lansia yang religius lebih kuat dan
tabah menghadapi stres daripada yang
kurang atau nonreligius, sehingga
gangguan mental emosional jauh
lebih kecil.
MATERIAL DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pengumpulan data
pada penelitian ini dilaksanakan pada
bulan 21-27 Mei 2015 di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso
Populasi Penelitian
Populasi penelitian iniadalah
semua lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Bondowoso yang
berjumlah 84 oranga.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah
lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso yang
berjumlah 69.
Teknik Sampling
Tehnik pengambilan sampling
yang digunakan oleh peneliti ini
adalah purposive sampling yaitu
pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang
telah dibuat peniliti
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah kuisioner.
Kuesioner Aktivitas Religi digunakan
untuk mengukur variabel independen
dan kuesioner DASS digunakan untuk
mengukur variabel dependen.
4
Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti
mengajukan ijin kepada kepala Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Jember
dengan surat pengantar dari Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember. Kemudian
peneliti membuat proposal penelitian.
Setelah itu mengajukan ijin kepada
kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Bondowoso untuk melakukan
penelitian. Setelah mendapatkan ijin
dari kepala UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso peneliti
melakukan pengambilan data diawali
dengan mencari responden kriteria
penelitian.Peneliti memberikan dan
menjelaskan mengenai Informed
Consent. Setelah responden bersedia
untuk diteliti maka responden tersebut
harus menandatangani lembar
persetujuan. Setelah lembar kuesioner
terisi, dilakukan pengumpulan data
.
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Data Umum
Tabel 5.1Karakteristik RespondenMenurut Usiadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia bondowoso BulanMei 2015
NoRentanUsia
Frekuensi Persentase
1 55 - 65 29 42%2 66 - 76 40 58%
Total 69 100%
Hasil penelitian menunjukkan
bahwadari 69 respondensebagian
besar responden yaitu 40 orang
(58%) berada pada rentang usia 66-76
tahun
.
Tabel 5.2 Karakteristik RespondenMenurut Jenis Kelamindi UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015
NoJenis
KelaminFrekuensi %
1 Laki-laki 31 452 Perempuan 38 55
Total 69 100
Tabel distribusi frekuensi di atas
menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden sebagian besar berjenis
kelamin perempuan yaitu 38 orang
(55%)
Tabel 5.3Karakteristik Respondenmenurut Agamadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015No Agama Frekuensi Persentase1 Islam 69 100%
Total 69 100%
Tabel diatas menunjukkan
seluruh responden yaitu 69 (100%)
lansia beragama islam.
4
Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti
mengajukan ijin kepada kepala Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Jember
dengan surat pengantar dari Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember. Kemudian
peneliti membuat proposal penelitian.
Setelah itu mengajukan ijin kepada
kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Bondowoso untuk melakukan
penelitian. Setelah mendapatkan ijin
dari kepala UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso peneliti
melakukan pengambilan data diawali
dengan mencari responden kriteria
penelitian.Peneliti memberikan dan
menjelaskan mengenai Informed
Consent. Setelah responden bersedia
untuk diteliti maka responden tersebut
harus menandatangani lembar
persetujuan. Setelah lembar kuesioner
terisi, dilakukan pengumpulan data
.
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Data Umum
Tabel 5.1Karakteristik RespondenMenurut Usiadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia bondowoso BulanMei 2015
NoRentanUsia
Frekuensi Persentase
1 55 - 65 29 42%2 66 - 76 40 58%
Total 69 100%
Hasil penelitian menunjukkan
bahwadari 69 respondensebagian
besar responden yaitu 40 orang
(58%) berada pada rentang usia 66-76
tahun
.
Tabel 5.2 Karakteristik RespondenMenurut Jenis Kelamindi UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015
NoJenis
KelaminFrekuensi %
1 Laki-laki 31 452 Perempuan 38 55
Total 69 100
Tabel distribusi frekuensi di atas
menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden sebagian besar berjenis
kelamin perempuan yaitu 38 orang
(55%)
Tabel 5.3Karakteristik Respondenmenurut Agamadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015No Agama Frekuensi Persentase1 Islam 69 100%
Total 69 100%
Tabel diatas menunjukkan
seluruh responden yaitu 69 (100%)
lansia beragama islam.
4
Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti
mengajukan ijin kepada kepala Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Jember
dengan surat pengantar dari Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember. Kemudian
peneliti membuat proposal penelitian.
Setelah itu mengajukan ijin kepada
kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Bondowoso untuk melakukan
penelitian. Setelah mendapatkan ijin
dari kepala UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso peneliti
melakukan pengambilan data diawali
dengan mencari responden kriteria
penelitian.Peneliti memberikan dan
menjelaskan mengenai Informed
Consent. Setelah responden bersedia
untuk diteliti maka responden tersebut
harus menandatangani lembar
persetujuan. Setelah lembar kuesioner
terisi, dilakukan pengumpulan data
.
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Data Umum
Tabel 5.1Karakteristik RespondenMenurut Usiadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia bondowoso BulanMei 2015
NoRentanUsia
Frekuensi Persentase
1 55 - 65 29 42%2 66 - 76 40 58%
Total 69 100%
Hasil penelitian menunjukkan
bahwadari 69 respondensebagian
besar responden yaitu 40 orang
(58%) berada pada rentang usia 66-76
tahun
.
Tabel 5.2 Karakteristik RespondenMenurut Jenis Kelamindi UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015
NoJenis
KelaminFrekuensi %
1 Laki-laki 31 452 Perempuan 38 55
Total 69 100
Tabel distribusi frekuensi di atas
menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden sebagian besar berjenis
kelamin perempuan yaitu 38 orang
(55%)
Tabel 5.3Karakteristik Respondenmenurut Agamadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015No Agama Frekuensi Persentase1 Islam 69 100%
Total 69 100%
Tabel diatas menunjukkan
seluruh responden yaitu 69 (100%)
lansia beragama islam.
5
B. Analisa Data Khusus
1. Aktivitas Religi Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.4Distribusi AktivitasReligiLansia di UPT PelayananSosialLanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015
AktivitasReligi
Frekuensi Persentase
Sangat baik 12 17,4%Baik 28 40,6%
Tidak baik 21 30,4%Sangat tidak
baik8 11,6%
Total 69 100%
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar
aktivitas religi lansia dalam kategori
baik yaitu dengan jumlah 28 orang
(40,6%).
2. Tingkat Stres Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat StresLansia di UPT Pelayanan SosialLanjut Usia Bondowoso Bulan Mei2015
Stres Frek PersentaseStres sangat
berat4 5,8%
Stres berat 6 8,7%Stres sedang 16 23,2%Stres ringan 19 27,5%Tidak stres 24 34,8%
Total 69 100%
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian responden tidak
mengalami stres yaitu 24 orang
(34,8%).
3. Hubungan Aktivitas Religi
Dengan Stres Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.6 Hubungan Aktivitas Religidengan Stres Lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015
Spearman'srho
Variabelp-
valuer N
AktivitasReligi 0,001 -0,389 69
Stres 0,001 -0,389 69
HasilujiSpearman’s
rhodiketahui r= -0,389 dengan p-
value 0,001. Karena p-value korelasi
lebih kecil dari 0,05 dapat
disimpulkan terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara aktivitas religi
dengan tingkat stres lansia. Artinya
semakain baik aktivitas religi lansia
maka semakin rendah tingkat stres
lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso.
5
B. Analisa Data Khusus
1. Aktivitas Religi Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.4Distribusi AktivitasReligiLansia di UPT PelayananSosialLanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015
AktivitasReligi
Frekuensi Persentase
Sangat baik 12 17,4%Baik 28 40,6%
Tidak baik 21 30,4%Sangat tidak
baik8 11,6%
Total 69 100%
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar
aktivitas religi lansia dalam kategori
baik yaitu dengan jumlah 28 orang
(40,6%).
2. Tingkat Stres Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat StresLansia di UPT Pelayanan SosialLanjut Usia Bondowoso Bulan Mei2015
Stres Frek PersentaseStres sangat
berat4 5,8%
Stres berat 6 8,7%Stres sedang 16 23,2%Stres ringan 19 27,5%Tidak stres 24 34,8%
Total 69 100%
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian responden tidak
mengalami stres yaitu 24 orang
(34,8%).
3. Hubungan Aktivitas Religi
Dengan Stres Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.6 Hubungan Aktivitas Religidengan Stres Lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015
Spearman'srho
Variabelp-
valuer N
AktivitasReligi 0,001 -0,389 69
Stres 0,001 -0,389 69
HasilujiSpearman’s
rhodiketahui r= -0,389 dengan p-
value 0,001. Karena p-value korelasi
lebih kecil dari 0,05 dapat
disimpulkan terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara aktivitas religi
dengan tingkat stres lansia. Artinya
semakain baik aktivitas religi lansia
maka semakin rendah tingkat stres
lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso.
5
B. Analisa Data Khusus
1. Aktivitas Religi Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.4Distribusi AktivitasReligiLansia di UPT PelayananSosialLanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015
AktivitasReligi
Frekuensi Persentase
Sangat baik 12 17,4%Baik 28 40,6%
Tidak baik 21 30,4%Sangat tidak
baik8 11,6%
Total 69 100%
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar
aktivitas religi lansia dalam kategori
baik yaitu dengan jumlah 28 orang
(40,6%).
2. Tingkat Stres Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat StresLansia di UPT Pelayanan SosialLanjut Usia Bondowoso Bulan Mei2015
Stres Frek PersentaseStres sangat
berat4 5,8%
Stres berat 6 8,7%Stres sedang 16 23,2%Stres ringan 19 27,5%Tidak stres 24 34,8%
Total 69 100%
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian responden tidak
mengalami stres yaitu 24 orang
(34,8%).
3. Hubungan Aktivitas Religi
Dengan Stres Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Tabel 5.6 Hubungan Aktivitas Religidengan Stres Lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015
Spearman'srho
Variabelp-
valuer N
AktivitasReligi 0,001 -0,389 69
Stres 0,001 -0,389 69
HasilujiSpearman’s
rhodiketahui r= -0,389 dengan p-
value 0,001. Karena p-value korelasi
lebih kecil dari 0,05 dapat
disimpulkan terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara aktivitas religi
dengan tingkat stres lansia. Artinya
semakain baik aktivitas religi lansia
maka semakin rendah tingkat stres
lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bondowoso.
6
PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Aktivitas Religi Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Aktifitas religi adalah
kegiatan keagamaan atau peribadatan.
Aktivitas religi islam terdiri dari
shalat, berdzikir, berdoa dan
membaca Al-Quran. Hasil penelitian
yang dilaksanakan pada Mei 2015
menunjukkan bahwa sebagian besar
aktivitas religi lansia di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso dalam kategori baik yaitu
dengan jumlah 28 orang (40,6%).
Aktivitas religi yang baik dipengaruhi
oleh beberapa hal salah satunya
adalah usia seseorang.
Faktot usia merupakan faktor
interna yang dibawa oleh seorang
individu. Semakin tua usia seseorang
maka akan semakin berkualitas
aktivitas religinya. Hasil penelitian
yang dilakukan kepada 69 responden
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso sebagian besar responden
yaitu 40 orang (58%) berada pada
rentan usia 66-76. Sesua dengan teori
yang ditulis oleh Mubarak et all
(2006) dalam Trisnawati (2011)
bahwa lanjut usia makin matang
dalam kehidupan keagamaannya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari- hari.
Selain faktor usia ada
beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas religi pada
lansia diantaranya adalah faktor-
faktor yang dikemukakan oleh
Sururin, R.T (2004) dalam
Khirmayanti (2012) antara lain:
Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai
pengalaman, Kebutuhan kebutuhan,
Proses pemikiran.
Kegiatan keagamaan lansia di
panti terdiri dari Shalat 5 waktu,
berdzikir, berdoa dan membaca Al-
Quran. Kegiatan keagamaan yang
paling sering dilakukan oleh lansia
adalah berdoa dan berdzikir kepada
Allah SWT. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar lansia
melaksanakan aktivitas religi dengan
berdoa kepada Allah SWT. Berdoa
merupakan aktivitas religi yang
sangat ringan sehingga semua orang
dapat melakukannya termasuk
seorang lansia. Berdoa juga dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja
sehingga meskipun seorang lansia
tidak dapat melakukan aktivitas
akibat sakit, lansia tetap dapat
melaksanakan ibadah ini.
6
PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Aktivitas Religi Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Aktifitas religi adalah
kegiatan keagamaan atau peribadatan.
Aktivitas religi islam terdiri dari
shalat, berdzikir, berdoa dan
membaca Al-Quran. Hasil penelitian
yang dilaksanakan pada Mei 2015
menunjukkan bahwa sebagian besar
aktivitas religi lansia di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso dalam kategori baik yaitu
dengan jumlah 28 orang (40,6%).
Aktivitas religi yang baik dipengaruhi
oleh beberapa hal salah satunya
adalah usia seseorang.
Faktot usia merupakan faktor
interna yang dibawa oleh seorang
individu. Semakin tua usia seseorang
maka akan semakin berkualitas
aktivitas religinya. Hasil penelitian
yang dilakukan kepada 69 responden
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso sebagian besar responden
yaitu 40 orang (58%) berada pada
rentan usia 66-76. Sesua dengan teori
yang ditulis oleh Mubarak et all
(2006) dalam Trisnawati (2011)
bahwa lanjut usia makin matang
dalam kehidupan keagamaannya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari- hari.
Selain faktor usia ada
beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas religi pada
lansia diantaranya adalah faktor-
faktor yang dikemukakan oleh
Sururin, R.T (2004) dalam
Khirmayanti (2012) antara lain:
Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai
pengalaman, Kebutuhan kebutuhan,
Proses pemikiran.
Kegiatan keagamaan lansia di
panti terdiri dari Shalat 5 waktu,
berdzikir, berdoa dan membaca Al-
Quran. Kegiatan keagamaan yang
paling sering dilakukan oleh lansia
adalah berdoa dan berdzikir kepada
Allah SWT. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar lansia
melaksanakan aktivitas religi dengan
berdoa kepada Allah SWT. Berdoa
merupakan aktivitas religi yang
sangat ringan sehingga semua orang
dapat melakukannya termasuk
seorang lansia. Berdoa juga dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja
sehingga meskipun seorang lansia
tidak dapat melakukan aktivitas
akibat sakit, lansia tetap dapat
melaksanakan ibadah ini.
6
PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Aktivitas Religi Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso
Aktifitas religi adalah
kegiatan keagamaan atau peribadatan.
Aktivitas religi islam terdiri dari
shalat, berdzikir, berdoa dan
membaca Al-Quran. Hasil penelitian
yang dilaksanakan pada Mei 2015
menunjukkan bahwa sebagian besar
aktivitas religi lansia di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso dalam kategori baik yaitu
dengan jumlah 28 orang (40,6%).
Aktivitas religi yang baik dipengaruhi
oleh beberapa hal salah satunya
adalah usia seseorang.
Faktot usia merupakan faktor
interna yang dibawa oleh seorang
individu. Semakin tua usia seseorang
maka akan semakin berkualitas
aktivitas religinya. Hasil penelitian
yang dilakukan kepada 69 responden
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso sebagian besar responden
yaitu 40 orang (58%) berada pada
rentan usia 66-76. Sesua dengan teori
yang ditulis oleh Mubarak et all
(2006) dalam Trisnawati (2011)
bahwa lanjut usia makin matang
dalam kehidupan keagamaannya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari- hari.
Selain faktor usia ada
beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas religi pada
lansia diantaranya adalah faktor-
faktor yang dikemukakan oleh
Sururin, R.T (2004) dalam
Khirmayanti (2012) antara lain:
Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai
pengalaman, Kebutuhan kebutuhan,
Proses pemikiran.
Kegiatan keagamaan lansia di
panti terdiri dari Shalat 5 waktu,
berdzikir, berdoa dan membaca Al-
Quran. Kegiatan keagamaan yang
paling sering dilakukan oleh lansia
adalah berdoa dan berdzikir kepada
Allah SWT. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar lansia
melaksanakan aktivitas religi dengan
berdoa kepada Allah SWT. Berdoa
merupakan aktivitas religi yang
sangat ringan sehingga semua orang
dapat melakukannya termasuk
seorang lansia. Berdoa juga dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja
sehingga meskipun seorang lansia
tidak dapat melakukan aktivitas
akibat sakit, lansia tetap dapat
melaksanakan ibadah ini.
7
Aktivitas religi yang paling
sedikit dilaksanakan lansia adalah
membaca Al-Quran. Mayoritas lansia
tidak dapat membaca dan
keterbatasan dalam kemampuan
penglihatan sehingga lansia kesulitan
dalam membaca Al-Quran.
2. Stres Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Bondowoso
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia (Azizah, 2011). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besarresponden tidak
mengalami stres yaitu berjumlah 24
orang (34,8%). penelitian ini juga
didapatkan bahwa lansia yang
mengalami stres berat berjumlah 6
orang (8,7%). Stres lansia
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor agama,
jenis kelamin dan lama tinggal lansia
di panti.
Agama merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kejadian stres lansia.
Menurut Hawari (2007) dalam
Trisnawati (2011), tujuan dimensi
spiritual (agama) adalah untuk
memperoleh ketenangan. Responden
penelitian ini seluruhnya beragama
islam. Agama islam mengajarkan
bahwa seorang muslim harus taat dan
patuh pada ajaran agamanya. Bentuk
dari kepatuhan kepada agama islam
salah satunya adalah menjalankan
ibadah dengan iklas dan khusuk
kepada Allah SWT. Sesungguhnya
semua ibadah ditujukan untuk
mengingat Allah. Sedangkan dengan
mengingat Allah akan menentramkan
hati. Allah SWT berfirman, “ ingatlah
hanya dengan mengiat Allah hati
menjadi tentram.” (Quran surat Ra’d
ayat 28 dalam Munandar, 2010).
Lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut
Usia Bondowoso sebagian besar tidak
mengalami stres karena
melaksanakan aktivitas religi yaitu
Shalat, berdzikir, berdoa dan
membaca Al-Quran dengan khusuk
dan iklas kepada Allah SWT.
Faktor lama lansia tinggal di
panti juga merupakan faktor yang
membuat lansia tidak mengalami
stres. Sesuai hasil penelitian
didapatkan dari 69 responden
sebagian besar lansia yaitu 44 orang
(63%) tinggal di panti lebih dari 1
7
Aktivitas religi yang paling
sedikit dilaksanakan lansia adalah
membaca Al-Quran. Mayoritas lansia
tidak dapat membaca dan
keterbatasan dalam kemampuan
penglihatan sehingga lansia kesulitan
dalam membaca Al-Quran.
2. Stres Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Bondowoso
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia (Azizah, 2011). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besarresponden tidak
mengalami stres yaitu berjumlah 24
orang (34,8%). penelitian ini juga
didapatkan bahwa lansia yang
mengalami stres berat berjumlah 6
orang (8,7%). Stres lansia
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor agama,
jenis kelamin dan lama tinggal lansia
di panti.
Agama merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kejadian stres lansia.
Menurut Hawari (2007) dalam
Trisnawati (2011), tujuan dimensi
spiritual (agama) adalah untuk
memperoleh ketenangan. Responden
penelitian ini seluruhnya beragama
islam. Agama islam mengajarkan
bahwa seorang muslim harus taat dan
patuh pada ajaran agamanya. Bentuk
dari kepatuhan kepada agama islam
salah satunya adalah menjalankan
ibadah dengan iklas dan khusuk
kepada Allah SWT. Sesungguhnya
semua ibadah ditujukan untuk
mengingat Allah. Sedangkan dengan
mengingat Allah akan menentramkan
hati. Allah SWT berfirman, “ ingatlah
hanya dengan mengiat Allah hati
menjadi tentram.” (Quran surat Ra’d
ayat 28 dalam Munandar, 2010).
Lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut
Usia Bondowoso sebagian besar tidak
mengalami stres karena
melaksanakan aktivitas religi yaitu
Shalat, berdzikir, berdoa dan
membaca Al-Quran dengan khusuk
dan iklas kepada Allah SWT.
Faktor lama lansia tinggal di
panti juga merupakan faktor yang
membuat lansia tidak mengalami
stres. Sesuai hasil penelitian
didapatkan dari 69 responden
sebagian besar lansia yaitu 44 orang
(63%) tinggal di panti lebih dari 1
7
Aktivitas religi yang paling
sedikit dilaksanakan lansia adalah
membaca Al-Quran. Mayoritas lansia
tidak dapat membaca dan
keterbatasan dalam kemampuan
penglihatan sehingga lansia kesulitan
dalam membaca Al-Quran.
2. Stres Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Bondowoso
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia (Azizah, 2011). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besarresponden tidak
mengalami stres yaitu berjumlah 24
orang (34,8%). penelitian ini juga
didapatkan bahwa lansia yang
mengalami stres berat berjumlah 6
orang (8,7%). Stres lansia
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor agama,
jenis kelamin dan lama tinggal lansia
di panti.
Agama merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kejadian stres lansia.
Menurut Hawari (2007) dalam
Trisnawati (2011), tujuan dimensi
spiritual (agama) adalah untuk
memperoleh ketenangan. Responden
penelitian ini seluruhnya beragama
islam. Agama islam mengajarkan
bahwa seorang muslim harus taat dan
patuh pada ajaran agamanya. Bentuk
dari kepatuhan kepada agama islam
salah satunya adalah menjalankan
ibadah dengan iklas dan khusuk
kepada Allah SWT. Sesungguhnya
semua ibadah ditujukan untuk
mengingat Allah. Sedangkan dengan
mengingat Allah akan menentramkan
hati. Allah SWT berfirman, “ ingatlah
hanya dengan mengiat Allah hati
menjadi tentram.” (Quran surat Ra’d
ayat 28 dalam Munandar, 2010).
Lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut
Usia Bondowoso sebagian besar tidak
mengalami stres karena
melaksanakan aktivitas religi yaitu
Shalat, berdzikir, berdoa dan
membaca Al-Quran dengan khusuk
dan iklas kepada Allah SWT.
Faktor lama lansia tinggal di
panti juga merupakan faktor yang
membuat lansia tidak mengalami
stres. Sesuai hasil penelitian
didapatkan dari 69 responden
sebagian besar lansia yaitu 44 orang
(63%) tinggal di panti lebih dari 1
8
tahun. Menurut Wahit et all (2006)
dalam Sarah (2015), individu yang
telah tinggal lama di panti telah
menyatu dengan kegiatan-kegiatan di
panti dan dapat menikmati kegiatan
tersebut. Lanjut usia yang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan di panti akan
merasakan dirinya masih berarti dan
masih memiliki peran sehingga
kemungkinan stres akan lebih sedikit.
Faktor lain yang
mempengaruhi lansia tidak
mengalami stres adalah jenis kelamin
lansia. Dalam penelitian ini jumlah
responden sebagian besar lansia
berjenis kelamin perempuan yaitu 38
orang (55%). Jenis kelamin
merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi ambang
stres individu jika dihubungkan
dengan stresor. Perempuan memiliki
daya tahan yang lebih baik terhadap
stresor dari pada laki-laki karena
memiliki hormon estrogen yang
masih bekerja normal. Namun, stres
pada wanita yang sudah berumur
lebih dari 60 tahun lebih tinggi
daripada yang dialami laki-laki yang
juga sudah berumur lebih dari 60
tahun. Hal ini dikarenakan adanya
transisi fungsi reproduksi dan
hormona atau menopause (Siswanto,
2007).
Lansia yang mengalami stres
memiliki beberapa tanda dan gejala
diantaranya perubahan emosi
misalnya mudah marah, mudah
tersingung, cemas dan mudah kesal
serta perubahan pola tidur pada
lansia. Sesuai hasil penelitian
sebagian besar lansia mengatakan
sulit beistirahat. Lansia yang tidak
dapat beristirahat dipengaruhi oleh
beberapa stresor, yaitu stresor internal
berupa stressor fisik, biologis dan
psikologis dan stressor eksternal yang
berasal dari lingkungan sosial.
3. Hubungan aktivitas religi
dengan stres lansia di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso
Lansia mengalami perubahan-
perubahan, meliputi perubahan fisik
kondisi mental, psikososial, kognitif
dan spiritual. Perubahan spiritual
pada lansia dapat ditunjukkan seperti
agama atau kepercayaan yang makin
terintegrasi dalam kehidupannya.
Lanjut usia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak
8
tahun. Menurut Wahit et all (2006)
dalam Sarah (2015), individu yang
telah tinggal lama di panti telah
menyatu dengan kegiatan-kegiatan di
panti dan dapat menikmati kegiatan
tersebut. Lanjut usia yang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan di panti akan
merasakan dirinya masih berarti dan
masih memiliki peran sehingga
kemungkinan stres akan lebih sedikit.
Faktor lain yang
mempengaruhi lansia tidak
mengalami stres adalah jenis kelamin
lansia. Dalam penelitian ini jumlah
responden sebagian besar lansia
berjenis kelamin perempuan yaitu 38
orang (55%). Jenis kelamin
merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi ambang
stres individu jika dihubungkan
dengan stresor. Perempuan memiliki
daya tahan yang lebih baik terhadap
stresor dari pada laki-laki karena
memiliki hormon estrogen yang
masih bekerja normal. Namun, stres
pada wanita yang sudah berumur
lebih dari 60 tahun lebih tinggi
daripada yang dialami laki-laki yang
juga sudah berumur lebih dari 60
tahun. Hal ini dikarenakan adanya
transisi fungsi reproduksi dan
hormona atau menopause (Siswanto,
2007).
Lansia yang mengalami stres
memiliki beberapa tanda dan gejala
diantaranya perubahan emosi
misalnya mudah marah, mudah
tersingung, cemas dan mudah kesal
serta perubahan pola tidur pada
lansia. Sesuai hasil penelitian
sebagian besar lansia mengatakan
sulit beistirahat. Lansia yang tidak
dapat beristirahat dipengaruhi oleh
beberapa stresor, yaitu stresor internal
berupa stressor fisik, biologis dan
psikologis dan stressor eksternal yang
berasal dari lingkungan sosial.
3. Hubungan aktivitas religi
dengan stres lansia di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso
Lansia mengalami perubahan-
perubahan, meliputi perubahan fisik
kondisi mental, psikososial, kognitif
dan spiritual. Perubahan spiritual
pada lansia dapat ditunjukkan seperti
agama atau kepercayaan yang makin
terintegrasi dalam kehidupannya.
Lanjut usia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak
8
tahun. Menurut Wahit et all (2006)
dalam Sarah (2015), individu yang
telah tinggal lama di panti telah
menyatu dengan kegiatan-kegiatan di
panti dan dapat menikmati kegiatan
tersebut. Lanjut usia yang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan di panti akan
merasakan dirinya masih berarti dan
masih memiliki peran sehingga
kemungkinan stres akan lebih sedikit.
Faktor lain yang
mempengaruhi lansia tidak
mengalami stres adalah jenis kelamin
lansia. Dalam penelitian ini jumlah
responden sebagian besar lansia
berjenis kelamin perempuan yaitu 38
orang (55%). Jenis kelamin
merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi ambang
stres individu jika dihubungkan
dengan stresor. Perempuan memiliki
daya tahan yang lebih baik terhadap
stresor dari pada laki-laki karena
memiliki hormon estrogen yang
masih bekerja normal. Namun, stres
pada wanita yang sudah berumur
lebih dari 60 tahun lebih tinggi
daripada yang dialami laki-laki yang
juga sudah berumur lebih dari 60
tahun. Hal ini dikarenakan adanya
transisi fungsi reproduksi dan
hormona atau menopause (Siswanto,
2007).
Lansia yang mengalami stres
memiliki beberapa tanda dan gejala
diantaranya perubahan emosi
misalnya mudah marah, mudah
tersingung, cemas dan mudah kesal
serta perubahan pola tidur pada
lansia. Sesuai hasil penelitian
sebagian besar lansia mengatakan
sulit beistirahat. Lansia yang tidak
dapat beristirahat dipengaruhi oleh
beberapa stresor, yaitu stresor internal
berupa stressor fisik, biologis dan
psikologis dan stressor eksternal yang
berasal dari lingkungan sosial.
3. Hubungan aktivitas religi
dengan stres lansia di UPT
Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso
Lansia mengalami perubahan-
perubahan, meliputi perubahan fisik
kondisi mental, psikososial, kognitif
dan spiritual. Perubahan spiritual
pada lansia dapat ditunjukkan seperti
agama atau kepercayaan yang makin
terintegrasi dalam kehidupannya.
Lanjut usia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak
9
dalam sehari- hari (Mubarak et all,
2006 dakam Trisnawati, 2011).
Hasil penelitian diketahui
bahwa besar korelasi antara aktivitas
religi dengan stres menghasilkan
korelasi negatif yang ditunjukkan
oleh tanda negatif di depan koefisien
korelasi yaitu -0,389 dengan p-value
0,001. Karena p-value korelasi lebih
kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara aktivitas religi
dengan stres. Artinya semakain baik
aktivitas religi lansia maka semakin
rendah tingkat stres lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso.
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia (Azizah, 2011). Faktor yang
mempengaruhi stres lansia
diantaranya adalah faktor usia, jenis
kelamin dan faktor agama.
Faktor agama merupakan
faktor yang memiliki pengaruh yang
besar tehadap stres lansia. Hasil
penelitian ini menunjukkan Aktivitas
religi lansia sebagian besar dalam
kategori baik dan sebagaian besar
lansia tidak mengalami stres. Lansia
melaksanakan aktivitas religi dengan
khusuk dan iklas. Kegiatan religi
lansia membuat lansia tenang dan
tentram sehingga berpengaruh pada
tingkat stres lansia.
Kegiatan keagamaan lansia di
panti terdiri dari Shalat 5 waktu,
berdzikir, berdoa dan membaca Al-
Quran. Kegiatan keagamaan yang
paling sering dilakukan oleh lansia
adalah berdoa kepada Allah SWT.
lansia memilih aktivitas religi berdoa
karena berdoa merupakan aktivitas
religi yang ringan dan semua orang
dapat melakukannya dimanapun dan
kapanpun.
Lansia yakin dengan
melaksanakan aktivitas religi, Allah
SWT akan selalu memberikan jalan
keluar kepada seluruh masalah yang
dihadapi oleh hambanya. Dengan
keyakinan inilah maka seorang lansia
akan menerima segala hal yang terjadi
dalam hidupnya dan meneyerahkan
semuanya kepada Allaha SWT.
Sehingga tingkat stres lansia akan
rendah.
Pernyataan tersebut sesuai
dengan Hawari (2007) dalam
Trisnawati (2011) yang mengatakan
9
dalam sehari- hari (Mubarak et all,
2006 dakam Trisnawati, 2011).
Hasil penelitian diketahui
bahwa besar korelasi antara aktivitas
religi dengan stres menghasilkan
korelasi negatif yang ditunjukkan
oleh tanda negatif di depan koefisien
korelasi yaitu -0,389 dengan p-value
0,001. Karena p-value korelasi lebih
kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara aktivitas religi
dengan stres. Artinya semakain baik
aktivitas religi lansia maka semakin
rendah tingkat stres lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso.
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia (Azizah, 2011). Faktor yang
mempengaruhi stres lansia
diantaranya adalah faktor usia, jenis
kelamin dan faktor agama.
Faktor agama merupakan
faktor yang memiliki pengaruh yang
besar tehadap stres lansia. Hasil
penelitian ini menunjukkan Aktivitas
religi lansia sebagian besar dalam
kategori baik dan sebagaian besar
lansia tidak mengalami stres. Lansia
melaksanakan aktivitas religi dengan
khusuk dan iklas. Kegiatan religi
lansia membuat lansia tenang dan
tentram sehingga berpengaruh pada
tingkat stres lansia.
Kegiatan keagamaan lansia di
panti terdiri dari Shalat 5 waktu,
berdzikir, berdoa dan membaca Al-
Quran. Kegiatan keagamaan yang
paling sering dilakukan oleh lansia
adalah berdoa kepada Allah SWT.
lansia memilih aktivitas religi berdoa
karena berdoa merupakan aktivitas
religi yang ringan dan semua orang
dapat melakukannya dimanapun dan
kapanpun.
Lansia yakin dengan
melaksanakan aktivitas religi, Allah
SWT akan selalu memberikan jalan
keluar kepada seluruh masalah yang
dihadapi oleh hambanya. Dengan
keyakinan inilah maka seorang lansia
akan menerima segala hal yang terjadi
dalam hidupnya dan meneyerahkan
semuanya kepada Allaha SWT.
Sehingga tingkat stres lansia akan
rendah.
Pernyataan tersebut sesuai
dengan Hawari (2007) dalam
Trisnawati (2011) yang mengatakan
9
dalam sehari- hari (Mubarak et all,
2006 dakam Trisnawati, 2011).
Hasil penelitian diketahui
bahwa besar korelasi antara aktivitas
religi dengan stres menghasilkan
korelasi negatif yang ditunjukkan
oleh tanda negatif di depan koefisien
korelasi yaitu -0,389 dengan p-value
0,001. Karena p-value korelasi lebih
kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara aktivitas religi
dengan stres. Artinya semakain baik
aktivitas religi lansia maka semakin
rendah tingkat stres lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Bondowoso.
Stres lansia adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan
bagi lansia dapat disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan lansia dan
stresor psikososial yang berhubungan
dengan perubahan dalam kehidupan
lansia (Azizah, 2011). Faktor yang
mempengaruhi stres lansia
diantaranya adalah faktor usia, jenis
kelamin dan faktor agama.
Faktor agama merupakan
faktor yang memiliki pengaruh yang
besar tehadap stres lansia. Hasil
penelitian ini menunjukkan Aktivitas
religi lansia sebagian besar dalam
kategori baik dan sebagaian besar
lansia tidak mengalami stres. Lansia
melaksanakan aktivitas religi dengan
khusuk dan iklas. Kegiatan religi
lansia membuat lansia tenang dan
tentram sehingga berpengaruh pada
tingkat stres lansia.
Kegiatan keagamaan lansia di
panti terdiri dari Shalat 5 waktu,
berdzikir, berdoa dan membaca Al-
Quran. Kegiatan keagamaan yang
paling sering dilakukan oleh lansia
adalah berdoa kepada Allah SWT.
lansia memilih aktivitas religi berdoa
karena berdoa merupakan aktivitas
religi yang ringan dan semua orang
dapat melakukannya dimanapun dan
kapanpun.
Lansia yakin dengan
melaksanakan aktivitas religi, Allah
SWT akan selalu memberikan jalan
keluar kepada seluruh masalah yang
dihadapi oleh hambanya. Dengan
keyakinan inilah maka seorang lansia
akan menerima segala hal yang terjadi
dalam hidupnya dan meneyerahkan
semuanya kepada Allaha SWT.
Sehingga tingkat stres lansia akan
rendah.
Pernyataan tersebut sesuai
dengan Hawari (2007) dalam
Trisnawati (2011) yang mengatakan
10
bahwa tujuan dimensi spiritual
(agama) adalah untuk memperoleh
ketenangan. Menurut Suwarjo,
Iswanti dan Suardiman (2004),
penghayatan agama yang baik
membuat lansia lebih menerima
semua proses penurunan kondisi
fisiknya, bahkan sering diikuti dengan
berbagai penyakit yang kronis sebagai
hal -hal yang biasa-biasa saja, suatu
hal yang memang harus terjadi dan
dengan lapang dada. Tidak ada
penyesalan, tidak ada kekecewaan
atau perasaan tidak adil maupun
marah. Aktivitas religi sangat besar
pengaruhnya terhadapa stres lansia,
lansia yang aktivitas religinya baik
akan tabah dan kuat dalam
menghadapi segala sesuatu yang
menimbulkan stres. Idler, E.L., Mc
Laughlin, J., & Kasl, S. (2009)
mengatakan dari beberapa responden
dengan tingkat religius tinggi
memiliki status kesehatan yang sangat
baik, lebih sedikit mengalami depresi.
Trisnawati (2011) mengatakan
sebagian besar aktivitas religi yang
termasuk dalam kategori baik, tidak
terjadi depresi. Hal ini dikarenakan
para lansia melaksanakan sholat,
puasa, zakat, berdoa dan berdzikir.
B. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki
keterbatasan yaitu alat ukur yang
digunakan tidak sesuai dengan
keadaan reponden, sebagian besar
responden tidak dapat membaca dan
menulis. Hal itu berdampak pada
objektivitas data yang diperoleh.
Peneliti juga tidak mencantumkan
lama lansia tinggal di panti sehingga
peneliti harus melakukan studi
dokumenter.
C. Implikasi untuk Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat Memberikan konstribusi ilmu
pengetauan dibidang gerontologi
khususnya dalam keperawatanyaitu
tentang cara mengatasi stres pada
lansia dengan menggunakan terapi
spiritual.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Aktivitas religi lansia sebagian
besar dalam kategori baik yaitu
dengan jumlah 28 orang (40,6%).
2. Tingkat stres lansia sebagian
basar dalam kategori tidak stres
berjumlah 24 orang (34,8%).
3. Terdapat korelasi negatif yang
signifikan antara aktivitas religi
10
bahwa tujuan dimensi spiritual
(agama) adalah untuk memperoleh
ketenangan. Menurut Suwarjo,
Iswanti dan Suardiman (2004),
penghayatan agama yang baik
membuat lansia lebih menerima
semua proses penurunan kondisi
fisiknya, bahkan sering diikuti dengan
berbagai penyakit yang kronis sebagai
hal -hal yang biasa-biasa saja, suatu
hal yang memang harus terjadi dan
dengan lapang dada. Tidak ada
penyesalan, tidak ada kekecewaan
atau perasaan tidak adil maupun
marah. Aktivitas religi sangat besar
pengaruhnya terhadapa stres lansia,
lansia yang aktivitas religinya baik
akan tabah dan kuat dalam
menghadapi segala sesuatu yang
menimbulkan stres. Idler, E.L., Mc
Laughlin, J., & Kasl, S. (2009)
mengatakan dari beberapa responden
dengan tingkat religius tinggi
memiliki status kesehatan yang sangat
baik, lebih sedikit mengalami depresi.
Trisnawati (2011) mengatakan
sebagian besar aktivitas religi yang
termasuk dalam kategori baik, tidak
terjadi depresi. Hal ini dikarenakan
para lansia melaksanakan sholat,
puasa, zakat, berdoa dan berdzikir.
B. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki
keterbatasan yaitu alat ukur yang
digunakan tidak sesuai dengan
keadaan reponden, sebagian besar
responden tidak dapat membaca dan
menulis. Hal itu berdampak pada
objektivitas data yang diperoleh.
Peneliti juga tidak mencantumkan
lama lansia tinggal di panti sehingga
peneliti harus melakukan studi
dokumenter.
C. Implikasi untuk Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat Memberikan konstribusi ilmu
pengetauan dibidang gerontologi
khususnya dalam keperawatanyaitu
tentang cara mengatasi stres pada
lansia dengan menggunakan terapi
spiritual.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Aktivitas religi lansia sebagian
besar dalam kategori baik yaitu
dengan jumlah 28 orang (40,6%).
2. Tingkat stres lansia sebagian
basar dalam kategori tidak stres
berjumlah 24 orang (34,8%).
3. Terdapat korelasi negatif yang
signifikan antara aktivitas religi
10
bahwa tujuan dimensi spiritual
(agama) adalah untuk memperoleh
ketenangan. Menurut Suwarjo,
Iswanti dan Suardiman (2004),
penghayatan agama yang baik
membuat lansia lebih menerima
semua proses penurunan kondisi
fisiknya, bahkan sering diikuti dengan
berbagai penyakit yang kronis sebagai
hal -hal yang biasa-biasa saja, suatu
hal yang memang harus terjadi dan
dengan lapang dada. Tidak ada
penyesalan, tidak ada kekecewaan
atau perasaan tidak adil maupun
marah. Aktivitas religi sangat besar
pengaruhnya terhadapa stres lansia,
lansia yang aktivitas religinya baik
akan tabah dan kuat dalam
menghadapi segala sesuatu yang
menimbulkan stres. Idler, E.L., Mc
Laughlin, J., & Kasl, S. (2009)
mengatakan dari beberapa responden
dengan tingkat religius tinggi
memiliki status kesehatan yang sangat
baik, lebih sedikit mengalami depresi.
Trisnawati (2011) mengatakan
sebagian besar aktivitas religi yang
termasuk dalam kategori baik, tidak
terjadi depresi. Hal ini dikarenakan
para lansia melaksanakan sholat,
puasa, zakat, berdoa dan berdzikir.
B. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki
keterbatasan yaitu alat ukur yang
digunakan tidak sesuai dengan
keadaan reponden, sebagian besar
responden tidak dapat membaca dan
menulis. Hal itu berdampak pada
objektivitas data yang diperoleh.
Peneliti juga tidak mencantumkan
lama lansia tinggal di panti sehingga
peneliti harus melakukan studi
dokumenter.
C. Implikasi untuk Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat Memberikan konstribusi ilmu
pengetauan dibidang gerontologi
khususnya dalam keperawatanyaitu
tentang cara mengatasi stres pada
lansia dengan menggunakan terapi
spiritual.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Aktivitas religi lansia sebagian
besar dalam kategori baik yaitu
dengan jumlah 28 orang (40,6%).
2. Tingkat stres lansia sebagian
basar dalam kategori tidak stres
berjumlah 24 orang (34,8%).
3. Terdapat korelasi negatif yang
signifikan antara aktivitas religi
11
dengan tingkat stress lansia di
UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso.
B. Saran
1. Institusi pendidikan
Institusi pendidikan disarankan
dapat mempublikasikan hasil
penelitia terkait penangan stres
lansia dan melakukan sosialisasi
kepada kelompok-kelompok usia
lanjut
2. Profesi Perawat
Perawat dapat meningkatkan
asuhan keperawatan khususnya
kepada klien lanjut usia yaitu
dengan mengangakat diagnosa
keperawatan spiritual dan
melakukan intervensi
keperawatan spiritual dengan
menerapkan hasil penelitian yang
telah ada.
3. Bagi Panti Sosial Lanjut Usia
Meningkatkan kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan
aktivitas religi lansia sehingga
tingkat stres lansia tidak semakin
meningkat.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Disarankan kepada peneliti
selanjutnya agar
menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan kemampuan
responden yaitu dengan
menggunakan alat ukur
wawancara atau observasi
b. Mencantumkan lama lansia
tinggal di panti pada alat ukur
yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia.Jakarta:Graha Ilmu
Idler, E.L. , McLaughlin, J., & Kasl,S. (2009). Religion and thequality of life in the last yearof life.Journal ofGerontology: Social Sciences,64B(4), 528–537,doi:10.1093/geronb/gbp028.Advance Accesspublication on May12,2009.Diaksespada 17-10-14
Khirmayanti. 2012. Prilaku beraganasiswa.Eprint.walisongo.ac.id/560/3/083111016bab2.pdfdiakasespada 18-10-14
Sarah. 2015. Hubungan AntaraReligiositas Dengan TingkatKemandirian Orang LanjutUsiahttp://core.ac.uk/download/pdf/ 11720962.pdf–diakses pada17-10-14
Siswanto.2007.Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan DanPerkembangan. yogyakarta:ANDI
11
dengan tingkat stress lansia di
UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso.
B. Saran
1. Institusi pendidikan
Institusi pendidikan disarankan
dapat mempublikasikan hasil
penelitia terkait penangan stres
lansia dan melakukan sosialisasi
kepada kelompok-kelompok usia
lanjut
2. Profesi Perawat
Perawat dapat meningkatkan
asuhan keperawatan khususnya
kepada klien lanjut usia yaitu
dengan mengangakat diagnosa
keperawatan spiritual dan
melakukan intervensi
keperawatan spiritual dengan
menerapkan hasil penelitian yang
telah ada.
3. Bagi Panti Sosial Lanjut Usia
Meningkatkan kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan
aktivitas religi lansia sehingga
tingkat stres lansia tidak semakin
meningkat.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Disarankan kepada peneliti
selanjutnya agar
menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan kemampuan
responden yaitu dengan
menggunakan alat ukur
wawancara atau observasi
b. Mencantumkan lama lansia
tinggal di panti pada alat ukur
yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia.Jakarta:Graha Ilmu
Idler, E.L. , McLaughlin, J., & Kasl,S. (2009). Religion and thequality of life in the last yearof life.Journal ofGerontology: Social Sciences,64B(4), 528–537,doi:10.1093/geronb/gbp028.Advance Accesspublication on May12,2009.Diaksespada 17-10-14
Khirmayanti. 2012. Prilaku beraganasiswa.Eprint.walisongo.ac.id/560/3/083111016bab2.pdfdiakasespada 18-10-14
Sarah. 2015. Hubungan AntaraReligiositas Dengan TingkatKemandirian Orang LanjutUsiahttp://core.ac.uk/download/pdf/ 11720962.pdf–diakses pada17-10-14
Siswanto.2007.Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan DanPerkembangan. yogyakarta:ANDI
11
dengan tingkat stress lansia di
UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia
Bondowoso.
B. Saran
1. Institusi pendidikan
Institusi pendidikan disarankan
dapat mempublikasikan hasil
penelitia terkait penangan stres
lansia dan melakukan sosialisasi
kepada kelompok-kelompok usia
lanjut
2. Profesi Perawat
Perawat dapat meningkatkan
asuhan keperawatan khususnya
kepada klien lanjut usia yaitu
dengan mengangakat diagnosa
keperawatan spiritual dan
melakukan intervensi
keperawatan spiritual dengan
menerapkan hasil penelitian yang
telah ada.
3. Bagi Panti Sosial Lanjut Usia
Meningkatkan kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan
aktivitas religi lansia sehingga
tingkat stres lansia tidak semakin
meningkat.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Disarankan kepada peneliti
selanjutnya agar
menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan kemampuan
responden yaitu dengan
menggunakan alat ukur
wawancara atau observasi
b. Mencantumkan lama lansia
tinggal di panti pada alat ukur
yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia.Jakarta:Graha Ilmu
Idler, E.L. , McLaughlin, J., & Kasl,S. (2009). Religion and thequality of life in the last yearof life.Journal ofGerontology: Social Sciences,64B(4), 528–537,doi:10.1093/geronb/gbp028.Advance Accesspublication on May12,2009.Diaksespada 17-10-14
Khirmayanti. 2012. Prilaku beraganasiswa.Eprint.walisongo.ac.id/560/3/083111016bab2.pdfdiakasespada 18-10-14
Sarah. 2015. Hubungan AntaraReligiositas Dengan TingkatKemandirian Orang LanjutUsiahttp://core.ac.uk/download/pdf/ 11720962.pdf–diakses pada17-10-14
Siswanto.2007.Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan DanPerkembangan. yogyakarta:ANDI
12
Suwarjo, Iswanti, S & Suardiman,S.P. (2004). Masalah kesepian(loneliness) dan kehidupanberagama para lansia.Yogyakarta: Pusat StudiSumber Daya LansiaLembaga Penelitian UNY.
Syukra, anita. 2012.Hubungan AntaraReligiusitas Dengan KejadianDepresi Pada Lansia Di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan AluihSicincin Kabupaten PadangPariaman.http://repository.unand.ac.id/Hubungan_Antara_Religiusitas_Dengan_Kejadian_Depresi_Pada _Lansia.pdf diakses 18-10-14
Trisnawati, dewi. 2011.Hubungan
Aktivitas Religi Dengan
Tingkat Depresi Pada Lanjut
Usia Dl Panti Sosial Tresna
Werda Unit Budi Luhur
Yogyakarta Jurnal
KesMaDaSka, Vol 2 No. 2,
http://download.portalgaruda.
org/article.php?article=11962
2&val=5479diakses pada 18-
10-14
12
Suwarjo, Iswanti, S & Suardiman,S.P. (2004). Masalah kesepian(loneliness) dan kehidupanberagama para lansia.Yogyakarta: Pusat StudiSumber Daya LansiaLembaga Penelitian UNY.
Syukra, anita. 2012.Hubungan AntaraReligiusitas Dengan KejadianDepresi Pada Lansia Di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan AluihSicincin Kabupaten PadangPariaman.http://repository.unand.ac.id/Hubungan_Antara_Religiusitas_Dengan_Kejadian_Depresi_Pada _Lansia.pdf diakses 18-10-14
Trisnawati, dewi. 2011.Hubungan
Aktivitas Religi Dengan
Tingkat Depresi Pada Lanjut
Usia Dl Panti Sosial Tresna
Werda Unit Budi Luhur
Yogyakarta Jurnal
KesMaDaSka, Vol 2 No. 2,
http://download.portalgaruda.
org/article.php?article=11962
2&val=5479diakses pada 18-
10-14
12
Suwarjo, Iswanti, S & Suardiman,S.P. (2004). Masalah kesepian(loneliness) dan kehidupanberagama para lansia.Yogyakarta: Pusat StudiSumber Daya LansiaLembaga Penelitian UNY.
Syukra, anita. 2012.Hubungan AntaraReligiusitas Dengan KejadianDepresi Pada Lansia Di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan AluihSicincin Kabupaten PadangPariaman.http://repository.unand.ac.id/Hubungan_Antara_Religiusitas_Dengan_Kejadian_Depresi_Pada _Lansia.pdf diakses 18-10-14
Trisnawati, dewi. 2011.Hubungan
Aktivitas Religi Dengan
Tingkat Depresi Pada Lanjut
Usia Dl Panti Sosial Tresna
Werda Unit Budi Luhur
Yogyakarta Jurnal
KesMaDaSka, Vol 2 No. 2,
http://download.portalgaruda.
org/article.php?article=11962
2&val=5479diakses pada 18-
10-14
13