bab ii tinjauan pustaka a. stres kerja 1. pengertian stres

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres menurut Kreitner dan Kinicki (2005) adalah suatu respon adaptif yang dihubungkan oleh karakteritik individu dan atau proses psikologis individu, yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau kejadian yang menempatkan tuntutan psikoligis dan atau fisik pada seseorang. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2010), stres adalah suatu tekanan atau perasaan yang menekan di dalam diri seseorang yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dengan kenyataan. McGrath (Sukadiyanto, 2010) mengatakan bahwa stres akan muncul pada seseorang apabila terdapat ketidakseimbangan atau kegagalan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Stres menurut Siagian (2009) adalah suatu kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak dapat diatasi dengan baik akan berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaannya maupun lingkungan di luar pekerjaannya. Munandar (2008) mengatakan bahwa stres kerja adalah hasil dari kurang atau tidak adanya kecocokan antara seseorang (dalam kepribadian,

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

Stres menurut Kreitner dan Kinicki (2005) adalah suatu respon adaptif

yang dihubungkan oleh karakteritik individu dan atau proses psikologis

individu, yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan eksternal,

situasi, atau kejadian yang menempatkan tuntutan psikoligis dan atau fisik

pada seseorang. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2010), stres adalah suatu

tekanan atau perasaan yang menekan di dalam diri seseorang yang

disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dengan kenyataan.

McGrath (Sukadiyanto, 2010) mengatakan bahwa stres akan muncul pada

seseorang apabila terdapat ketidakseimbangan atau kegagalan seseorang

dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

Stres menurut Siagian (2009) adalah suatu kondisi ketegangan yang

berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang.

Stres yang tidak dapat diatasi dengan baik akan berakibat pada

ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan

lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaannya maupun

lingkungan di luar pekerjaannya.

Munandar (2008) mengatakan bahwa stres kerja adalah hasil dari

kurang atau tidak adanya kecocokan antara seseorang (dalam kepribadian,

 

 

10

bakat, dan kecakapannya) dengan lingkungannya sehingga mengakibatkan

ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi berbagai tuntutan dalam

hidupnya. Menurut Handoko (2008) stres kerja merupakan suatu keadaan

yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang ketika bekerja yang

disebabkan oleh suatu kondisi ketegangan yang dapat mempengaruhi

emosi, proses berpikir, dan kondisi fisik seseorang.

Menurut The National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH), stres kerja adalah respon fisik dan emosional yang berbahaya

yang terjadi ketika tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan,

sumber daya, atau kebutuhan pekerjanya. Robbins dan Judge (2008)

mengatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi dinamis individu dalam

menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang berhubungan dengan apa

yang diinginkannya yang hasilnya dianggap tidak pasti namun penting.

American Psychological Association (APA) mendefinisikan stres kerja

sebagai tekanan dan ketegangan yang dialami karyawan di tempat kerja

yang timbul dari faktor-faktor seperti jadwal kerja yang menuntut,

hubungan antar teman kerja, dan lainnya yang terkait dengan pekerjaannya.

Sedangkan stres kerja menurut De Bruin (2006) adalah keadaan yang tidak

nyaman dari tekanan psikologis yang dihasilkan dari penilaian bahwa

tuntutan yang dirasakan melebihi sumber daya individu untuk berhasil

memenuhi tuntutan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

stres kerja adalah kondisi yang dialami seseorang ketika bekerja yang tidak

 

 

11

menyenangkan yang disebabkan oleh adanya ketegangan yang

mempengaruhi baik psikologis maupun fisik seseorang.

2. Aspek-aspek Stres Kerja

Robbins dan Judge (2011) mengatakan bahwa aspek-aspek stres kerja

adalah sebagai berikut:

a) Aspek Fisiologis

Gejala awal yang akan ditimbulkan ketika seseorang

mengalami stres kerja biasanya ditandai oleh gejala fisiologis. Stres

dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh yang ditandai dengan

perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan tekanan darah,

sakit kepala, jantung berdebar, serta dapat menyebabkan penyakit

jantung.

b) Aspek Psikologis

Stres dapat menyebabkan ketegangan, kecemasan, mudah

marah, kebosanan, sikap suka menunda dan lainnya yang dapat

menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap berbagai hal terutama

dalam hal pekerjaan.

c) Aspek Perilaku

Stres yang berkaitan dengan perilaku adalah seperti perubahan

dalam produktivitas, meningkatnya absensi, dan tingkat keluarnya

karyawan dari perusahaan. Dampak lainnya adalah perubahan dalam

kebiasaan sehari-hari seperti gangguan makan, gangguan tidur, dan

juga peningkatan dalam konsumsi rokok maupun alkohol.

 

 

12

Aspek stres kerja menurut Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999),

meliputi:

a) Aspek fisiologis

Aspek Fisiologis adalah bahwa stres kerja sering berhubungan

dengan gejala fisiologis. Stres kerja dapat mengubah metabolisme

tubuh, menaikkan detak jantung, mengubah cara bernafas,

menyebabkan sakit kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang

teridentifikasi sebagai gejala fisiologis adalah meningkatnya detak

jantung, tekanan darah, dan resiko potensial terkena gangguan

kardiovaskuler, mudah mengalami kelelahan fisik, sakit kepala,

ketegangan otot, gangguan pernapasan, gangguan tidur, dan telapak

tangan sering berkeringat.

b) Aspek Psikologis

Stres kerja dan gangguan psikologis memiliki hubungan yang

erat dalam kondisi kerja. Gejala yang terjadi pada aspek psikologis

akibat dari stres kerja adalah kecemasan, mudah marah, mudah

gelisah, depresi, sering mengalami kebosanan, tidak puas terhadap

pekerjaannya, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan konsentrasi,

kehilangan kreativitas, tidak bergairah untuk bekerja, merasa tidak

berdaya, merasa gagal, mudah lupa, dan rasa kepercayaan diri yang

menurun.

 

 

13

c) Aspek Tingkah Laku (Behavioral)

Pada aspek ini stres kerja pada karyawan terlihat melalui

tingkah laku mereka. Gejala perilaku pada aspek tingkah laku adalah

seringnya menunda pekerjaan, tingginya absensi, menurunnya

performansi dan produktivitas, nafsu makan meningkat/berkurang,

dan meunurnnya intensitas hubungan dengan orang lain.

Menurut De Bruin (2006) aspek-aspek stres kerja adalah:

a) Aspek Gangguan Motivasi

Gangguan motivasi terlihat dari adanya keinginan untuk

bekerja di tempat lain. Seseorang yang mengalami gangguan motivasi

akan merasa tidak bersemangat untuk menjalani hari-harinya di

tempat bekerja. Seorang fotografer diharuskan untuk memulai

pekerjaan di pagi hari bahkan seringkali dimulai sejak sebelum adzan

Subuh berkumandang. Diawali sejak proses pendokumentasian make

up di pagi hari hingga proses resepsi di malam hari, menjadikan

tenaga menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan

berkurangnya semangat. Jika penurunan semangat yang dirasakan

fotografer terjadi secara terus-menerus, maka dapat memungkinkan

terjadinya keinginan untuk bekerja di tempat lain yang memiliki jam

kerja yang tidak terlalu tinggi.

b) Aspek Gangguan Kognitif

Gangguan kognitif terlihat dari adanya gangguan konsentrasi

dan atensi. Seseorang yang mengalami gangguan kognitif akan

 

 

14

mengalami sulit berkonsentrasi sehingga dapat membuatnya tidak

fokus terhadap apa yang harus dikerjakannya sehingga dapat

menjadikan hasil pekerjaannya tidak sesuai yang diharapkan.

Pekerjaan dari seorang fotografer akan selalu bertambah seiring

dengan terus bertambahnya klien. Pekerjaan yang menumpuk akan

menjadikan sulitnya berkonsentrasi terhadap satu project sehingga

project-project lainnya terbengkalai. Selain itu, hal-hal seperti tidak

terdokumentasikannya sebuah bagian prosesi acara akan menjadi hal

yang fatal apabila seorang fotografer tidak berkonsentrasi dalam

bekerja.

c) Aspek Gangguan Afektif

Gangguan Afektif terlihat dari adanya kecenderungan untuk

khawatir mengenai pekerjaan. Seseorang yang mengalami gangguan

ini akan menjadi tidak tenang karena memikirkan pekerjaan-

pekerjaannya yang menumpuk atau belum selesai dikerjakan. Jadwal

seorang fotografer yang padat, menjadikannya memiliki perasaan

tidak tenang jika belum menyelesaikan pekerjaan yang lainnya.

Ketika sedang berada dalam project shooting, maka project editing

yang belum selesai akan menjadikan perasaan khawatir muncul. Jika

satu pekerjaan belum selesai, sedangkan pekerjaan lainnya sudah

menunggu untuk diselesaikan, maka akan menimbulkan perasaan

cemas dan tidak tenang.

 

 

15

Berdasarkan aspek-aspek stres kerja yang telah dipaparkan para ahli

di atas, aspek stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek

menurut De Bruin (2006) yang dirasakan lebih sesuai untuk mengukur stres

kerja yang dialami oleh fotografer.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Menurut Robbins dan Judge (2008) terdapat 3 faktor yang menjadi

penyebab terjadinya stres kerja, yaitu:

a) Faktor Lingkungan

Beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:

1) Ketidakpastian Ekonomi

Seseorang yang mengalami keadaaan perekonomian yang

menurun akan menjadi semakin cemas terhadp kesejahteraan

dirinya.

2) Ketidakpastian Politik

Keadaan politik yang tidak menentu akan mengakibatkan

muculnya stres dalam diri seseorang.

3) Ketidakpastian Teknologi

Kemajuan teknologi dapat membantu kinerja karyawan,

namun penggunaan teknologi yang kurang atau tidak optimal

dapat menghambat keterampilan dan pengalaman karyawan.

 

 

16

b) Faktor Organisasi

Terdapat 3 faktor yang dapat menimbulkan stres kerja dalam

sebuah organisasi, yaitu:

1) Tuntutan Tugas

Tuntutan tugas mencakup desain pekerjaan karyawan

seperti otonomi, keberagaman tugas, dan tingkat otomatisasi,

kemudian kondisi kerja, dan tata letak fisik. Semakin banyak

tugas seorang karyawan saling tergantung dengan tugas

karyawan lainnya, semakin berpotensi menimbulkan stres

kerja. Kondisi fisik seperti suhu, kebisingan, atau kondisi kerja

yang berbahaya dan tidak diinginkan juga dapat menimbulkan

kecemasan sehingga dapat menimbulkan stres. Tuntutan tugas

dipengaruhi oleh beberapa variabel:

a) Ketersediaan sistem informasi

b) Kelancaran pekerjaan

c) Wewenang untuk melaksanakan pekerjaan

d) Peralatan yang digunakan dalam menunjang pekerjaan

e) Banyaknya pekerjaan yang harus dilaksanakan

2) Tuntutan Peran

Tuntutan peran adalah tutntutan yang diberikan kepada

seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Seorang

karyawan harus memahami peran dan tugasnya di dalam

sebuah perusahaan. Jika seorang karyawan tidak mengetahui

 

 

17

apa yang menjadi peran dan tanggungjawabnya di dalam

perusahaan, karyawan tersebut akan mengalami kebingungan

dan ketidakjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan.

Variabel tuntutan peran terdiri dari:

a) Kesiapan karyawan dalam melaksanakan tugas yang telah

diberikan

b) Perbedaan tugas yang diberikan antara karyawan dengan

jenjang tertentu

c) Keterbatasan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

d) Beban pekerjaan yang berat

3) Tuntutan Pribadi

Tuntutan pribadi adalah stres kerja yang berkaitan dengan

tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya. Kurangnya

dukungan sosial dari karyawan lainnya dan terjalinnya

hubungan yang buruk antar karyawan dapat menjadi salah satu

penyebab stres terutama pada karyawan yang memiliki

kebutuhan social yang tinggi. Variabel tuntutan pribadi terdiri

dari:

a) Hubungan dengan supervisor

b) Hubungan dengan karyawan lainnya

c) Hubungan dengan keluarga

d) Pengawasan yang dilakukan supervisor

e) Keahlian supervisor dalam mengawasi pekerjaan

 

 

18

4) Struktur Organisasi

Aturan kerja yang tidak jelas ataupun berlebihan serta

tidak adanya partisipasi dalam pengamblian keputusan dapat

menyebabkan terjadinya stres kerja.

5) Kepemimpinan Organisasi

Gaya kepemimpinan atasan yang kurang baik seperti gaya

kepemimpinan yang otoriter dapat menyebabkan terjadinya

stres kerja.

c) Faktor Individu

1) Keluarga

Hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis

seperti hubungan dengan suami / istri maupun

ketidakharmonisan hubungan dengan anak dapat menimbulkan

stres kerja.

2) Ekonomi

Rendahnya tingkat perekonomian seseorang dan atau

ketidakmampuan seseorang dalam mengelola keuangannya

dapat menjadi penyebab terjadinya stres kerja.

3) Kepribadian

Stres juga dapat terjadi akibat dari bagaimana kepribadian

seseorang menanggapi dan menerima perubahan ataupun

tuntutan dari pekerjaannya.

 

 

19

Menurut Kreitner dan Kinicki (2005) faktor yang menyebabkan stres

kerja adalah:

a) Tingkat Individual.

Tingkat individual adalah gejala yang berhubungan langsung

dengan tugas-tugas kerja karyawan, seperti:

1) Tuntutan Pekerjaan

Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan ataupun

tingginya standar prestasi yang harus dicapai oleh karyawan

sehingga karyawan merasa kurang memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan pekerjaan tersebut.

2) Konflik Peran

Terjadi ketika sebuah peran memiliki sejumlah tuntutan

yang bertentangan dengan peran lainnya yang memiliki

tuntutan yang berbeda pula.

3) Pengendalian lingkungan yang dirasakan atas suatu peristiwa

yang muncul dalam lingkungan kerja. Karyawan akan

merasakan tingkat stres yang lebih rendah apabila mereka

percaya bahwa mereka mampu mengendalikan stresor yang

mempengaruhi kehidupan mereka.

4) Hubungan dengan Supervisor

Hubungan yang baik dengan supervisor dapat membuat

individu merasa tidak nyaman saat berada di lingkungan kerja

dan akhirnya dapat menimbulkan stres.

 

 

20

5) Kelebihan beban, kekurangan beban, dan kerja yang monoton

Beban kerja yang berlebih dapat membuat karyawan

merasa tidak dapat menyelesaikannya, maupun beban kerja

yang terlalu sedikit sehingga waktu kerja karyawan terbuang

percuma, serta pekerjaan yang monoton dapat membuat

karyawan bosan dengan pekerjaannya.

b) Tingkat Kelompok

1) Tingkat Manajerial

Para manajer dapat menciptakan stres pada karyawan

seperti menunjukkan perilaku yang tidak konsisten, gagal

memberikan dukungan, menunjukkan ketidakpedulian,

kurangnya memberikan arahan dalam tugas yang diberikan,

menciptakan suatu lingkungan dengan prodiuktivitas yang

tinggi, dan lebih memfokuskan kepada kesalahan-kesalahan

karyawan tanpa melihat kinerja yang baik.

2) Kurangnya Kekompakan

Kekompakan suatu kelompok sangatlah diperlukan.

Kekompakan akan menimbulkan semangat kerja untuk

mencapai hasil yang optimal karena antar karyawan akan saling

mendukung.

 

 

21

3) Konflik Dalam Kelompok

Konflik dalam kelompok terjadi karena adanya perbedaan

kepentingan dan keinginan masing-masing individu dalam

kelompok.

c) Tingkat Operasional

Tingkat operasional terdiri dari dari kebudayaan, struktur,

teknologi, pengenalan perubahan dalam kondisi kerja. Sebuah

lingkungan kerja dengan tekanan pekerjaan tinggi dan permintaan

pekerjaan yang terus menerus dapat meningkatkan stres.

d) Ekstraorganisasional

Ektraorganisasional terdiri dari keluarga, ekonomi, waktu yang

berubah, serta polusi suara, panas, kepadatan, dan udara. Seperti

misalnya konflik yang berkaitan dengan penyeimbangan antara

kehidupan pekerja dan keluarga merupakan salah satu stresor. Stres

yang dibawa ke kehidupan keluarga dapat mempengaruhi kinerja

seorang karyawan. Stres yang lebih tinggi terjadi pada orang-orang

dengan status ekonomi yang lebih rendah.

Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja menurut para

ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa stres kerja dapat terjadi karena beban kerja

yang terlalu tinggi, tekanan atau desakan waktu, sistem pengawasan yang kurang

baik, hubungan yang kurang baik dengan orang lain dalam lingkup pekerjaannya,

serta adanya konflik antar pribadi maupun antar kelompok.

 

 

22

B. Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Menurut Munandar (2008) beban kerja adalah suatu keadaan dari

pekerjaan dengan beberapa rincian tugasnya yang harus diselesaikan oleh

karyawan dalam waktu tertentu. Selanjutnya beban kerja dikategorikan

menjadi dua, yaitu beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja

kuantitatif adalah beban kerja yang ditimbulkan akibat pekerjaan yag

diberikan terlalu banyak atau pun terlalu sedikit. Sedangkan beban kerja

kualitatif adalah beban kerja yang terjadi ketika karyawan tidak mampu

untuk melakukan pekerjaannya ataupun tidak menggunakan kemampuan

dan keterampilannya untuk melakukan pekerjaannya tersebut.

Beban kerja menurut Meshakti dalam Tarwaka (2015) adalah suatu

perbedaan anatar kapasitas dan kemampuan karyawan dengan tuntutan

pekerjaan yang harus dihadapi. Kemampuan kerja setiap manusia bersifat

mental dan fisik sehingga setiap individu memiliki tingkat pembebanan

yang berbeda-beda. Jika kemampuan seorang karyawan lebih tinggi dari

pekerjaan yang diberikan, maka akan timbul perasaan bosan, sedangkan

jika kemampuan karyawan lebih rendah dari pekerjaan yang diberikan,

maka akan tibul rasa lelah yang berlebih. Wickens (2002) mendefinisikan

beban kerja sebagai kombinasi antara keberadaan sumber daya dari sistem

operasi, tuntutan kerjaan, dan kemampuan kerja. Sedangkan menurut

Spector dan Jex (1998), beban kerja adalah volume atau jumlah pekerjaan

yang dimiliki dari seorang karyawan.

 

 

23

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa beban kerja merupakan volume atau jumlah pekerjaan yang dimiliki

oleh seorang karyawan.

2. Aspek-aspek Beban Kerja

Menurut Tarwaka (2015) pengukuran kerja dapat dilakukan melalui

pengukuran kerja secara subjektif, salah satunya dengan menggunakan

teknik beban kerja subjektif. Dalam metode SWAT (Subjective Workload

Assesment Technique), performansi kerja manusia terdiri dari 3 ukuran

beban kerja yang dihubungkan dengan performansi, yaitu:

a) Beban Waktu

Beban Waktu menunjukkan jumlah waktu yang dibutuhkan

dalam melakukan pekerjaan, yang meliputi; jarangnya waktu

senggang, bertumpuknya kegiatan yang berdekatan, dan target kerja

yang tinggi dalam waktu yang singkat.

b) Beban Usaha Mental

Beban usaha mental menunjukkan banyaknya usaha mental

yang dilakukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang meliputi

kompleksitas pekerjaan, konsentrasi tinggi, pekerjaan-pekerjaan yang

sulit diprediksi, dan pekerjaan yang membutuhkan perhatian yang

cukup.

 

 

24

c) Beban Tekanan Psikologis

Beban tekanan psikologis dapat terjadi akibat konflik, tingkat

resiko pekerjaan, kebingungan, frustasi, perasaan tidak aman dan

terganggu.

Beban kerja menurut Spector dan Jex (1998) dibagi menjadi dua

aspek, yaitu:

a) Volume

Volume pekerjaan adalah kuantitas atau jumlah pekerjaan yang

dimiliki atau harus diselesaikan oleh seorang karyawan. Banyaknya

pekerjaan yang menumpuk dari berbagai klien, serta kompleksitas

tuntutan klien, seperti banyaknya hal yang diminta klien yang harus

ada di dalam foto dan revisi akan menjadikan beban pekerjaan

fotografer bertambah.

b) Kecepatan

Kecepatan adalah tingkat kecepatan yang dimiliki karyawan

untuk menyelesaikan pekerjaannya. Seorang fotografer dituntut untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Setiap minggunya,

seorang fotografer dituntut untuk menyerahkan hasil foto klien baru

yang sudah diedit untuk kemudian diupload di media sosial seperti di

Instagram. Foto tersebut adalah foto yang diambil pada event hari

Sabtu dan Minggu yang kemudian akan diupload pada hari Senin

setelahnya. Jika foto tersebut belum lolos dari proses pengecekan

supervisor, maka foto tersebut harus diedit hingga lolos dari proses

 

 

25

pengecekan pada hari Senin tersebut. Selain itu, terdapat beberapa

project urgent yang harus diselesaikan sesegera mungkin, misalnya

seperti prosesi akad yang sudah harus selesai diedit untuk kemudian

ditayangkan hanya beberapa jam setelahnya yang disebut dengan

proses Same Day Edit.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa aspek-aspek beban kerja adalah beban waktu, beban usaha mental,

dan beben tekanan psikologis.

C. Hubungan Antara Beban Kerja dan Stres Kerja

Profesi fotografer merupakan suatu profesi yang membutuhkan waktu yang

banyak dari keseluruhan acara klien dari awal hingga akhir yang mengakibatkan

tidak adanya waktu untuk bersantai karena akan selalu bertambah klien-klien yang

baru. De Bruin (2006) mengartikan stres kerja sebagai keadaan yang tidak

nyaman dari tekanan psikologis yang dihasilkan dari penilaian bahwa tuntutan

yang dirasakan melebihi sumber daya individu untuk berhasil memenuhi tuntutan.

Sedangkan menurut Spector dan Jex (1998) beban kerja adalah volume pekerjaan

yang dimiliki oleh seorang karyawan. Pekerjaan yang menumpuk terus-menerus

dapat membuat seorang karyawan stres.

De Bruin menjelaskan bahwa stres kerja dapat diidentifikasikan menjadi 3

aspek. Aspek tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana beban kerja

mempengaruhi stres kerja. Aspek pertama yaitu motivasi. Karyawan yang

mengalami stres kerja akan mengalami keinginan untuk berhenti dari

 

 

26

pekerjaannya dan berpindah ke pekerjaan lainnya. Banyaknya pekerjaan yang

menumpuk dan tidak kunjung selesai akan membuat seorang karyawan tertekan

dan tidak bersemangat sehingga merasa bahwa pekerjaan lain atau bekerja di

perusahaan lainnya akan menjadi solusi.

Aspek berikutnya adalah kognitif, karyawan yang memiliki banyak

pekerjaan yang menumpuk dan memiliki banyak tenggat deadline akan

menjadikannya sulit untuk berkonsentrasi yang dapat mengakibatkan

pekerjaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Aspek afektif terlihat dari karyawan yang akan merasa tidak tenang dan

cemas apabila banyaknya pekerjaan yang belum terselesaikan namun kemudian

sudah banyak pekerjaan yang berdatangan lagi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh

dari beban kerja terhadap stres kerja adalah sangat efektif terlebih lagi pada

karyawan yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap berbagai macam

pekerjaan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang sudah dikemukakan, maka hipotesis yang

diajukan dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif yang signifikan antara

beban kerja dan stres kerja. Semakin tinggi beban kerja maka akan semakin tinggi

tingkat stres kerja, sebaliknya semakin rendah beban kerja maka akan semakin

rendah tingkat stres kerja.