bab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep stres ii.pdfbab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep stres 2.1.1....

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam kehidupan sehari – hari. Menurut WHO ( 2003 ) dalam Sukardiyanto ( 2008 ) stres adalah reaksi atau respon terhadap stressor psikososial ( tekanan mental atau beban kehidupan ). Stres adalah suatu kondisi yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, situasi sosial yang berpotensi merusak pribadi individu. Stres adalah Keadaan Psikologi yang terjadi ketika individu tidak cukup mampu untuk menghadapi tuntutan dan situasi. 2.1.2. Etiologi Stres Menurut Sukardiyanto ( 2010 ) penyebab stres adalah stressor. Macam – macam stressor antara lain fisik, psikologik, keluarga, sosial, spiritual, masalah keuangan, dan stressor akademik. 1. Stressor fisik Stressor fisik terbagi menjadi stressor fisik internal dan stressor fisik eksternal. Stresor fisik internal yaitu berasal dari dalam tubuh individu misalnya sakit kepala, masalah perut, dan sebagainya. Stressor fisik eksternal adalah stres yang datang dari luar tubuh individu seperti panas, dingin, suara, polusi, radiasi, makanan, zat kimia, trauma, pembedahan, dan latihan fisik yang terpaksa. 2. Stressor psikologik

Upload: others

Post on 24-Sep-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Stres

2.1.1. Pengertian Stres

Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam kehidupan sehari –

hari. Menurut WHO ( 2003 ) dalam Sukardiyanto ( 2008 ) stres adalah reaksi atau respon

terhadap stressor psikososial ( tekanan mental atau beban kehidupan ). Stres adalah suatu kondisi

yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, situasi sosial yang berpotensi merusak

pribadi individu. Stres adalah Keadaan Psikologi yang terjadi ketika individu tidak cukup

mampu untuk menghadapi tuntutan dan situasi.

2.1.2. Etiologi Stres

Menurut Sukardiyanto ( 2010 ) penyebab stres adalah stressor. Macam – macam stressor

antara lain fisik, psikologik, keluarga, sosial, spiritual, masalah keuangan, dan stressor akademik.

1. Stressor fisik

Stressor fisik terbagi menjadi stressor fisik internal dan stressor fisik eksternal. Stresor

fisik internal yaitu berasal dari dalam tubuh individu misalnya sakit kepala, masalah

perut, dan sebagainya. Stressor fisik eksternal adalah stres yang datang dari luar tubuh

individu seperti panas, dingin, suara, polusi, radiasi, makanan, zat kimia, trauma,

pembedahan, dan latihan fisik yang terpaksa.

2. Stressor psikologik

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

Stressor psikologis muncul karena tekanan waktu dan harapan yang tidak realistis pada

individu sehingga menyebabkan tekanan dari dalam individu itu sendiri yang biasanya

bersifat negatif seperti rasa takut, frustrasi, kecemasan ( anxiety ), rasa bersalah, rasa

kuatir yang berlebihan, marah, benci, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa

rendah diri.

3. Stressor keluarga

Stressor keluarga muncul dari masalah keluarga seperti hubungan dengan responden

orangtua yang tidak harmonis, masalah dengan pasangan hidup, dan masalah dengan

anak – anak seperti masalah keuwangan, perhatian yang kurang dari keluarga, dan lain –

lain.

4. Stressor sosial

Stressor sosial muncul karena akibat tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi

sosial dan lingkungannya seperti sekolah, pekerjaan, dan masyarakat. Banyak stres sosial

yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti kehilangan responden yang

sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah,

pindah tempat kerja, dan sebagainya.

5. Stressor spiritual

Stressor spiritual muncul saat nilai dasar spiritual atau keyakinan mengalami hambatan

akibat hambatan dari waktu pertumbuhan spiritual tersebut.Mengabaikan kebutuhan

spiritual mengakibatkan dan memberikan kontribusi kedalam tingkat stres yang lebih

tinggi yang dapat menyebabkan penurunan spiritual.

6. Stressor masalah keuangan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

menurut Hawari pada umumnya jenis stressor pisikologi dapat di golongkan menjadi

beberapa faktor sala satunya adalah

a) masaala keuwangan (kondisi sosial dan ekonomi) yang tidak sehat misalnya

pendapatan lebirendah atau terlibat hutang

7. Stressor akademik

Menurut Olejnik dan Holschuh (2007), stres akademik ialah respon yang muncul karena

terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan mahasiswa. khususunya

mahasiswa pertanian.

2.1.3. Patofisiologi Stres

Secara psikologis respon tubuh saat mengalami stres, akan mengaktivasi hipotalamus,

selanjutnya akan mengendalikan sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks

adrenal. Saraf simpatis berespon terhadap inpuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan

mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai

contoh akan meningkatkan kecepatan denyut jantung ( takikardia ) dan mendilatasi pupil. Saraf

simpatis memberi signal ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin

kedalam aliran darah. Jika tubuh tidak melakukan penyesuaian diri dengan perubahan maka akan

terjadi gangguan keseimbangan ( Puspitasari, 2010 ).

Selain korteks adrenal menjadi aktivasi jika hipotalamus mengekskresi CRF (

coricortropin releasing factor ) yaitu zat kimia yang bekerja pada hipofisis, terletak di bawah

hipotalamus. Kelenjar hipofisis ini selanjutnya akan mensekresikan hormon ACTH (

adrenocortico cotropic hormone ), lalu dibawah melalui aliran darah ke korteks adrenal

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

kemudian akan menstimulasi pelepasan berbagai kelompok hormon antara lain kortisol berfungsi

untuk meregulasi kadar gula darah ( Wijoyo, 2009 ).

ACTH ( adrenocortico cotropic hormone ) memberi signal ke kelenjar endokrin lain

untuk mengeluarkan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi dari berbagai hormon stres yang

dibawah melalui aliran darah dan ditambah aktivasi saraf simpatis dan sistem saraf otonom

berperan dalam merespon fight or flight ( respon untuk melawan atau kabur ) ( Wijoyo, 2009 )

.

2.1.4. Bentuk, Gejala Klinis, Dan Tingkat Stres

A.Bentuk – bentuk stres

Ambarwati ( 2010 ), stres terbagi atas distres dan eustres

1. Distres ( stres negatif )

Yaitu stres individu yang tidak mampu mengatasi keadaan emosinya sehingga akan

mudah terserang distres. Distres memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri – ciri individu

yang mengalami distres adalah mudah marah, sulit konsentrasi, cepat tersinggung,

bingung, pelupa, pemurung, penurunan akademik, dan kesulitan mengambil keputusan.

2. Eustres ( stres positif )

Yaitu stres baik atau stres yang tidak mengganggu individu dan memberikan perasaan

senang dan bersemangat. Eustres adalah respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat,

dan konstruktif ( membangun ).

B. Gejala – gejala stres yaitu :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

a. Gejala emosional

Meliputi kecemasan, gelisah, mudah marah, frustrasi, merasa harga diri rendah,

dendam, percaya diri menurun, sensitif dan hiperaktif.

b. Gejala fisikal

Meliputi tidur tidak teratur ( insomnia ), lelah, diare, sakit pada bagian tubuh leher,

dan bahu.

c. Gejala interpersonal

Meliputi kehilangan kepercayaan pada responden lain, mudah mempersalahkan

responden lain, dan tidak peduli terhadap responden lain.

d. Gejala intelektual

Meliputi susah berkonsentrasi, sulit atau lambat mengambil keputusan.

C. Tanda – tanda stres

Tanda – tanda stres antara lain :

1. Sakit kepala

2. Susah tidur

3. Kurang dapat berkonsentrasi

4. Temperamental dan mudah tersinggung

5. Sakit maag

6. Tidak ada kepuasan dalam hidup misalnya bekerja, belajar ataupun bersosialisasi

D. Tingkat stres

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

Sukardiyanto ( 2010 ), tingkat stres yaitu hasil penilaian hasil stres yang dialami individu.

Tingkat stres merupakan salah satu faktor pembeda dalam melakukan koping sebagai kegiatan

kognitif. Tingkat stres digolongkan menjadi stres ringan, stres sedang, stres berat.

1. Stres ringan

Stres ringan adalah stres yang dihadapi setiap responden secara teratur, umumnya

dirasakan oleh setiap responden misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan, dikritik. Situasi

seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam atau biasanya tidak

menimbulkan bahaya.

2. Stres sedang

Stres sedang umumnya lebih lama dari stres ringan. Biasanya berlangsung beberapa jam

sampai beberapa hari. Situasi seperti ini akan berpengaruh pada kondisi kesehatan

responden.

3. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronik yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa

tahun. Stres yang berat lebih cenderung mengalami gangguan misalnya pusing,

mengalami ketegangan dalam bekerja, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar –

debar, nyeri leher dan bahu serta berkeringat dingin. Mahasiswa yang mengalami stres

berat biasanya membolos atau tidak aktif dalam mengikuti perkuliahan.

Tahapan tingkat stres dapat diukur dengan menggunakan depression anxiety stress scale

42 ( DASS 42 ). DASS 42 merupakan skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur

emosional negatif dari depresi, cemas, dan stres. DASS 42 adalah suatu alat ukur yang

digunakan oleh Lovibon ( 1995 ) untuk menilai serta mengetahui tingkat depresi,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

kecemasan, danstres. DASS 42 adalah alat ukur yang bertujuan untuk mengenal status

emosional individu yang biasanya digambarkan sebagai stres.

Peneliti menggunakan alat ukur yaitu kuisioner DASS 42 yang telah di modifikasi oleh

Chomaria ( 2009 ), Sriati ( 2008 ), dan Yulianti ( 2004 ) dan kemudian dikategorikan

menjadi 3 tingkatan stres yakni stress ringan dengan skor < 56 % dari skor total, stres

sedang dengan skor 56% – 75 % dari skor total, stres berat dengan skor

> 75 % dari skor total 75%.

2.1.5. Pengaruh Intensitas Belajar Terhadap Terjadinya Stres

Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh ilmu atau kepandaian, berlatih dan berubah

tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses

untuk memperoleh pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, dan tingkah laku. Tuntutan belajar

yang tinggi dari kampus terutama mengambil jurusan pertanian membuat mahasiswa berusaha

meningkatkan proses belajarnya sehingga banyak mahasiswa yang ditemukan mengalami stres.

Menurut Vincent Conelli sebagaimana yang dikutip oleh Grant Brecht dalamSriati ( 2008

) bahwa stres adalah gangguan psikis dan fisik yang disebabkan oleh adanya perubahan dan

tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam

lingkungan tersebut. Penelitian pada fakultas kedokteran Osaka Jepang bahwa stres yang dialami

mahasiswa akan mempengaruhi prestasi akademik karena terjadi gangguan pada aktivitas

belajar. Dikatakan pula pada penelitian di Thailand dan Malasyia peran akademik merupakan

stressor yang potensial bagi mahasiswa kedokteran.

2.1.6. Koping Stres

Koping stres adalah keadaan stres yang mendorong usaha individu untuk mengatasinya.

Koping stres merupakan proses yang terjadi dalam diri individu saat mengalami stres. Dalam

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

mengatasi persoalan usaha individu tidak saja berpusat pada pemecahan masalah, tetapi juga

pada pengurangan masalah ( usaha untuk mengurangi ) perasaan – perasaan tertekan akibat

permasalahan yang dihadapi. Koping stres menurut Lazarus adalah suatu upaya yang dilakukan

oleh individu pada saat dihadapkan pada tuntutan – tuntutan baik secara internal maupun secara

eksternal yang ditujukan untuk mengukur suatu kondisi stres dengan tujuan mengurangi distress

( Khotimah, 2009 ).

2.1.7. Bentuk – Bentuk Koping Stres

1. Problem focus koping

Problem focus koping adalah suatu usaha berupa perilaku individu untuk mengatasi atau

mengurangi masalah, tekanan, dan tuntutan. Koping yang muncul berfokus pada masalah

individu yang akan mengalami stres dengan mempelajari keterampilan yang baru.

Strategi ini membawa pengaruh pada individu yaitu usaha untuk melakukan perubahan

atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya termasuk

dampak – dampak dari masalah tersebut ( Wijoyo, 2009 ).

2. Emotion focus koping

Emotion focus koping adalah bentuk koping yang untuk mengontrol respon emosional

terhadap situasi yang menekan. Tujuan dari emotion focus koping adalah upaya untuk

mencari dan memperoleh rasa nyaman serta memperkecil tekanan yang dirasakan.

Emotion focus koping berusaha untuk mengurangi, meniadakan tekanan, mengurangi

beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya.

Emotion focus koping lebih dianjurkan pada usia antara 17 – 20 tahun karena pada usia

ini mereka belum mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa mengontrol

emosi. Emotion focus koping merupakan respon yang mengendalikan penyebab stres

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

yang berhubungan emosi dan usaha untuk memelihara keseimbangan yang efektif

( Wijoyo, 2009 ).

2.1.8. Cara Untuk Mengurangi Stres

Menurut Sukadiyanto ( 2010 ) beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui

pola makanyang sehat dan bergizi, memelihara kebugaranjasmani, latihan pernapasan, latihan

relaksasi, melakukan aktivitasyang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang

harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin,

Meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga).

1. Aktivitas jasmani

Aktivitas jasmani yang dilakukan secara terprogram, terukur, teratur,dan rutin mampu

mengurangi potensiserangan stress, selain itu jugamampu memelihara kebugaran jasmani

individu. Dianjurkan individu nono lahragawan untuk melakukan aktivitas fisik, antara

lain seperti jogging, jalan, renang, bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang,

dalam durasi waktu minimal 20 menit, frekuensinya 3 kali setiap minggu, akan

membantu memelihara kebugaran jasmani.

2. Latihan pernafasan

Pernafasan yang baik adalah menarik nafas secara perlahan dan dalam yaitu

menggunakan diagphragma (Jawa: unjal ambegan) dan sesaat ditahan di perut,

selanjutnya dikeluarkan secara perlahan pula. Cara bernafas seperti ini sangat membantu

mereduksi stress. Sebagai contoh, jika individu mengalami jantung berdebar - debar,

lakukanlah bernafas secara perlahandan dalam maka denyut jantung relatif akan lebih

lambat. Permasalahan yang muncul sekarang, apakah pernafasan yang selama ini

dilakukan oleh setiap individu sudah baik. Adapun caranya dengan merasakan pada saat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

menghirup maupun mengeluarkan udara yang dilakukan secara perlahan dan dalam

dengan memanfatkan diagphragma. Untuk itu, mulai dari sekarang perlu dilakukan

latihan pernafasan yang baik dan benar agar semua individu terhindar dari stress yang

berat.

3. Latihan relaksasi

Relaksasi sangat diperlukan baik secara fisik maupun psikis. Bagi olaragawan yang

mengandalkan aktivitas fisik perlu melakukan masa secara rutin. Hal itu dimaksudkan

untuk mengembalikan dan memperlancar simpul syaraf yang tidak dalam posisinya pada

saat berolahraga. Menurut Lake (2004 dalam Sukadiyanto, 2010) massage can be used as

relaxation, reassurance, communication and fun. Selain itu, relaksasi secara psikologis

dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan latihan pernafasan dan relaksasi.

Sebagai contoh bagi umat muslim pada waktu shalat tahajud atau setelah shalat

subuhwajib melakukan dzikir atau wiridanyang dibarengi dengan merasakan dan

melakukan cara bernafas yang baik dan benar. Insya Allah individu itu akan terhindar dari

stres yang berat.

4. Melakukan aktivitas yang menggembirakan

Melakukan aktivitas yang menggembirakan akan membantu individu terhindar dari

perasaan stres. Sebab melalui aktivitas yang menggembirakan, individu yang memiliki

masalah, sejenak akan melupakan permasalahannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini

muncul terapi melalui tertawa yang sampai terbahak-bahak dan bahkan sampai menangis,

yang tujuannya untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu

itu sendiri. Cara ini dapat dikombinasikan dengan latihan kebugaran jasmani di atas,

dengan aktivitas ringan sampai sedang minimal dalam waktu 20 menitjuga dimaksudkan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu itu sendiri.

Dengan munculnya hormon endorphin tersebut akan berdampak pada individu merasakan

riang dan gembira.

5. Berlibur atau rekreasi

Berlibur atau rekreasi merupakan aktivitas yang bertujuan untuk melepaskan segala

kelelahan (kepenatan) baik fisik maupun psikis dengan cara mengubah suasana yang

menjadi rutinitas. Terutama bagi yang sudah berkeluarga berlibur sangat diperlukan guna

menjalin hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar terjadi komunikasi yang

harmonis pula. Selain itu, dengan perubahan suasana mampu menggairahkan kinerja

individu yang mengalami kepenatan karena rutinitas pekerjaan atau beban pikiran yang

terlalu berat.

6. Menjalin hubungan yang harmonis

Menjalin hubungan yang harmonis, hubungan dan komunikasi dengan pihak lain secara

harmonis, terutama keluarga, akan membantu mereduksi potensi individu terserang stres.

Sebagai contoh individu yang tidak di terima dengan baik dalam ligkungan keluarganya,

akan menyebabkan stres sehingga perilakunya serba salah. Hal itu yang mengakibatkan

individu tidak nyaman tinggal di rumah, jika kondisi seperti itu terus berkepanjangan

berakibat brokenhome pada diri individu. Untuk itu,dalam keluarga harus diciptakan

suasana dan komunikasi yang harmonis antar anggotanya agar terhindar dari stres. Selain

itu, dengan tetangga atau rekan kerja jalinan yang harmonis terus di jalankan, agar dalam

lingkungan atau satu ruang kerja tidak terjadi rasa permusuhan dan saling mencurigai

satu dengan yang lainnya. Suasana lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja yang

tidak harmonis berpotensi melahirkan stres.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

7. Menghindari kebiasaan yang jelek

Pada umumnya individu yang mengalami stres penyalurannya antara lain melalui

merokok, makan secara berlebihan, minum minuman keras, dan mengkonsumsi narkoba.

Sesaat mungkin kegiatan tersebut dapat menghilangkan stres, tetapi dalam jangka waktu

yang lama dan berlebihan justru akan membahayakan terhadap kesehatan individu itu

sendiri.

8. Merencanakan kegiatan harian secara rutin

Hidup adalah serangkaian rutinitas, namun manusia selalu melupakan rutinitas tersebut.

Bahkan dalam menjalani hidup ini individu sering lupa dalam merencanakan kegiatan

yang akan dijalani dalam satu hari ini. Sebagai contoh hari ini ada rapat atau seminar,

tetapi individu tersebut jika lupa jadwal kegiatannya maka akan menimbulkan stres.

Sebaliknya, jika individu mengetahui secara pasti jadwal kegiatan dari hari ke hari maka

akan mengurangi resiko terkena stres.

9. Memelihara tanaman dan binatang

Memelihara tanaman dan binatang dapat sebagai sarana untuk mengurangi beban stres

pada individu. Dengan menanam dan merawat tanaman dapat sebagai hiburan dan

pengalihan perhatian atau konsentrasi pada suatu permasalahan. Dengan merawat

tanaman konsentrasi sesaat akan tercurahkan pada tanaman tersebut, sehingga beban stres

dapat berkurang. Selain itu, memelihara binatang piaraan antara lain seperti kucing,

anjing, burung, ikan dan sejenisnya merupakan hiburan yang mampu mengalihkan

konsentrasi dari suatu permasalahan ke obyek yang dirawat.

10. Meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

Seperti telah dijelaskan di atas dalam rekreasi atau meluangkan waktu bagi diri sendiri

dan keluarga sangat diperlukan agar individu terhindar dari stres. Selain itu, kegiatan

seperti memancing ikan dapat sebagai sarana mengurangi ketegangan pada individu yang

mengalami stres. Menghindari diri dalam kesendirian. Jika individu mengalami stres

sebaiknya banyak bergaul dengan responden lain agar tidak dalam kesendirian, sebab jika

dalam kesendirian individu itu akan semakin menikmati stresnya. Dengan semakin

menikmati stres kondisinya akan semakin buruk dan membahayakan. Untuk itu, akan

lebih baik individu yang mengalami stres mencari teman yang dapat diajak untuk

mencurahkan isi hati (curhat), sehingga beban psikologis penyebab stres dapat dikurangi.

2.2. Konsep Dispepsia2.2.1. Pengertian Dispepsia

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan). Istilah

dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang menggambar keluhan atau

kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada epigastrum, mual,

muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang

menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai

penyakit, termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung atau yang dikenal

sebagai penyakit maag ( Djojodiningrat, 2006 dalam Puspitasari, 2010 ).

2.2.2. Klasifikasi Dispepsia

Menurut Sudoyo ( 2009 ) Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.

Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-Esophageal reflux disease,

hiperacidity.2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia nonulkus (DNU),

penyebabnya tidak jelas. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur

organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong

saluran pencernaan) (Mansjoer, 2000).

2.2.3. Jenis-Jenis Dispepsia Organik

Sudoyo ( 2009 ) mengemukakan jenis – jenis dispepsia organik, yaitu :

1. Tukak Pada Saluran Cerna AtasTukak dapat di temukan pada saluran cerna bagian atas yaitu pada mukosa, submukosa dan

lapisan muskularis, pada distal esophagus, lambung dan duodenum. Keluhan yang sering

terjadi adalah nyeri epigastrum. Nyeri yang di rasakan yaitu nyeri tajam dan menyayat atau

tertekan, penuh atau terasa perih seperti responden lapa. Nyeri epigastrum terjadi 30 menit

sesudah makan dan dapat menjalar ke punggung. Nyeridapat berkurang atau hilang

sementara sesudah makan atau setelah minum antasida. Gejala lain seperti mual, muntah,

kembung, bersendawa dan kurang nafsu makan (Berdanier, 2008).2. Gastritis

Gastritis adalah peradangan atau inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.

Penyebabnya oleh makanan atau obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung dan adanya

pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nyeri

epigastrum, nafsu makan menurun dan kadang terjadi perdarahan.3. Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)

Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) adalah kelainan yang menyebabkan cairan

lambung mengalami refluks (mengalir balik) ke kerongkongan dan menimbulkan gejala khas

berupa rasa panas terbakar didada (hearthburn), kadang disertai rasa nyeri serta gejala lain

seperti rasapanas dan pahit di lidah, serta kesulitan menelan. Belum ada tes standar untuk

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

mendiagnosa GERD, kejadiannya diperkirakan dari gejala – gejala penyakit lain atau dari di

temukannya radang pada esofagus seperti esofagitis (Berdanier, 2008).4. Karsinoma

Karsinoma pada saluran pencernaan (esofagus, lambung, pancreas, kolon) sering

menimbulkan dispepsia. Keluhan utama yaitu rasa nyeri pada perut, bertambah dengan nafsu

makan turun, timbul anoreksia yangmenyebabkan berat badan turun.5. Pankreatitis

Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri hebat di epigastrum. Nyeri timbul

mendadak dan terus - menerus, seperti ditusuk-tusukdan terbakar. Rasa nyeri dimulai dari

epigastrum kemudian menjalar ke punggung. Perasaan nyeri menjalar ke seluruh perut dan

terasa tegang beberapa jam kemudian. Perut yang tegang menyebabkan mual dan kadang-

kadang muntah. Rasa nyeri di perut bagian atas juga terjadi pada penderita pankreatitis

kronik. Nyeri yang timbul seperti di tusuk-tusuk, menjalar kepunggung, mual dan muntah

hilang dan timbul. Pada pankreatitis kronik tidak ada keluhan rasa pedih, melainkan disertai

tanda-tanda diabetes melitus atau keluhan steatorrrhoe.6. Dispepsia pada Sindrom Malabsorbsi

Malabsorbsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan proses absorbsi dan di gesti secara

normal pada satu atau lebih zat gizi. Penderita ini mengalami keluhan rasa nyeri perut,

nausea, anoreksia, sering flatus, kembung dan timbulnya diare berlendir.7. Gangguan Metabolisme

Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang hebat sehingga muncul

keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual dan muntah. Definisi gastroparesis

yaitu ketidak mampuan lambung untuk mengosongkan ruangan. Ini terjadi bila makanan

berbentuk padat tertahan di lambung. Gangguan metabolik lain seperti hipertiroid yang

menimbulkan nyeri perut dan vomitus.8. Dispepsia akibat Infeksi bakteri Helicobacter pylori

Penemuan bakteri ini dilakukan oleh dua dokter peraih Nobel dari Australia, Barry Marshall

dan Robin Warre yang menemukan adanya bakteri yang bisa hidup dalam lambung manusia.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

Penemuan ini cara pandang ahli dalam mengobati penyakit lambung. Penemuan ini

membuktikan bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pyloripada lambung dapat

menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut gastritis. Proses ini berlanjut

sampai terjadi ulkus atau tukak bahkan dapat menjadi kangker.2.2.4. Dispepsia Non Organik Atau Dispepsia Fungsional

Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi pada kondisi perut bagian atas seperti

rasa tidak nyaman, mual, muntah, rasa penuh setelah makan yang menunjukkan perubahan

sensitivitas syaraf di sekeliling abdomen dan kontraksi otot yang tidak terkoordinasi di dalam

perut. Penyebab ini secara umum tidak sama walaupun beberapa kasus berhubungan dengan

stres, kecemasan, infeksi, obat-obatan dan ada beberapa berhubungan dengan IBS (irritable

bowel syndrome) (Desai, 2012). Kriteria Rome III menetapkan dispepsia fungsional dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Postprandial distress syndromeGejala yang dirasakan pada tahap ini yaitu :a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi setelah makan dengan porsi biasa,

sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu.b. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa,

sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu.Kriteria penunjang sindrom dispepsia jenis ini adalah adanya rasa kembung di daerah

perut bagian atas atau mual setelah makan atau bersendawa yang berlebihan dan dapat

timbul bersamaan dengan sindrom nyeri epigastrum.2. Epigastric pain syndrome

Gejala yang dirasakan pada tahap ini yaitu :a. Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalisasi di daerah epigastrum dengan tingkat

keparahan moderat/sedang, paling sedikit terjadi sekali dalam seminggub. Nyeri timbul berulangc. Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau dada selain daerah perut bagian

atas/epigastrumd. Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

e. Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis kelainan kandung empedu dan

sfinger oddi.Kriteria penunjang sindrom dispepsia jenis ini adalah :1. Nyeri epigastrum dapat berupa rasa terbakar, tetapi tanpa menjalar ke daerah

retrosternal2. Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan makan, tetapi mungkin timbul

saat puasa3. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres setelah makan (Abdulah dan

Gunawan, 2012).2.2.5. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidakjelas, zat-zat seperti

nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang

sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung

akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam lambung, sehingga

rangsangan di medula oblongatamembawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik

makanan maupun cairan (Anonim, 2010).

Lambung mempunyai fungsi yaitu fungsi motorik dan fungsi pencernaan dan sekresi. Fungsi

motorik lambung dibagi menjadi :

1. Fungsi menampungMenyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak

pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan

relaksasi reseptif otot polos di perantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.2. Fungsi mencampur

Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah

lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh

suatu irama listrik intrinsik dasar.3. Fungsi pengosongan lambung

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

Diatur oleh pembukaan sfinger pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,

aktivitas osmotik, keadaan fisik, sertaoleh emosi, obat-obatan dan olah raga. Pengosongan

lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal seperti kolesistokinin.Fungsi pencernaan dan sekresi antara lain :a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh

amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.b. Sintesa dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan

antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian distald. Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai

pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkute. Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, berperan sebagai barier dari asam

lumen dan pepsin

(Price dan Wilson, 2006 dalam Desai, 2012 )

Asam klorida (HCL) di dalam lambung mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Menggiatkan enzim-enzim pepsinogen yang dihasilkan getah lambung menjadi

pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton2. Sebagai desinfektan atau pembunuh kuman (bibit penyakit) yang masuk lambung.3. Membantu dalam membuka dan menutup klep yang terdapat di antara pilorus dan

duodenum.4. Merangsang pengeluaran (sekresi) getah usus.

Getah lambung yang dimaksud diatas (gastric juice) sekresinya dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor psikis dan hormonal.a. Faktor psikis

Faktor ini sama dengan yang mempengaruhi kerja glandula saliva (kelenjar

ludah) yaitu reflek pikir, melihat atau mencium makanan yang dapat merangsang

keluarnya getah lambung.b. Faktor hormonal

Ada dua tahapan yaitu :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

1. Tahapan gastrium, berdasarkan pada timbulnya rangsangan setelah makanan

masuk ke lambung, hormon gastrin terproduksi yang berfungsi merangsang

keluarnya getah lambung.2. Tahapan intestinal berdasarkan timbulnya rangsangan chyme memasuki

mukosa duodenal akan mengeluarkan sekresi hormon ini berfungsi

merangsang keluarnya getah pankreatik dan empedu. Bila terdapat lemak

dalam makanan yang masuk ke usus maka akan keluar hormone enterogaster

yang berfungsi menghambat keluarnya cairan lambung (HCL). Selain untuk

dapat menghambat berlangsungnya motilitas GastroIntestinal Tract dengan

demikian makanan yang telah tercerna akan tertahan lebih lama dalam

lambung dan usus (Karta sapoetra dan Marsetyo, 2005). Gejala yang

ditimbulkan oleh dispepsia antara lain berupa mual, muntah, anoreksia dan

diare. Mual merupakan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan sering

mendahului muntah. Terjadinya muntah diawalidengan berjalannya impuls-

impuls aferen ke pusat muntah sebagai aferen fagus dan simpatis. Impuls

aferen ini berasal dari lambung atau duodenum yang muncul sebagai respon

terhadap stimulasi kimiawi oleh emetic (bahan penyebab muntah). Apabila

refleks muntah terjadi pada pusat muntah, terjadi melalui aktivitas beberapa

syaraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron motorik spinalis ke

otot abdomen dan diafragma. Gejala-gejala yang dapat terjadi sebelum

muntah adalah mual, takikardi dan berkeringat (Corwin, 2009).

2.2.6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dispepsia :

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik dan

fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan pada saluran

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

cerna atau pada sekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain.

Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor

intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Abdulah dan Gunawan, 2012).

Beberapa faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :

1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian atas

(esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah (mengunyah

dengan mulut terbuka atau berbicara).3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa

penuh atau bersendawa terus.4. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia,

seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat

mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) misalnya

aspirin, Ibu profen dan Naproven (Rani, 2007).6. Pola makanPada pagi hari kebutuhan kalori responden cukup banyak sehingga bilatidak sarapan,

lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi,

padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang

tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda makan (Rani, 2007).Pola konsumsi makan yang menyebabkan dispepsia adalah :

a. Frekuensi makan Menurut Susanti dkk. (2011) kejadian dispepsia dipengaruhi oleh keteraturan dan

frekuensi makan. Responden yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah

terserang dispepsia. Frekuensi makan merupakan faktor yang berhubungan dengan

pengisian dan pengosongan lambung. 16 Menurut Oktaviani (2009) kasus gastritis

(dispepsia) diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga asam lambung

meningkat, produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan gesekan pada dinding

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

lambung dan usus halus, sehingga timbul nyeri epigastrum. Keadaan ini secara perlahan

menimbulkan perdarahan. Perut yang kosong atau ditunda pengisiannya, asam lambung

akan mencerna lapisan mukosa lambung, berakibat rasa nyeri.b. Makan makanan berisiko

Makanan yang berisiko yang dimaksud adalah makanan yang terbukti ada

pengaruhnya terhadap dispepsia yaitu makanan pedas, makanan asam, makanan bergaram

tinggi. Frekuensi makan makanan berisiko berhubungan signifikan dengan kejadian

dispepsia. Semakin sering mengkonsumsi makanan tersebut semakin berisiko terkena

dispepsia (Anggita, 2012). Konsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan,

terutama lambung dan usus yang berkontraksi. Keadaan ini menimbulkan rasa panas dan

nyeri ulu hati yang disertai mual dan muntah (Oktaviani, 2009). Bila kebiasaan

mengkonsumsi lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal enam bulan

dibiarkan berlangsung lama dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut

gastritis. Selain itu, bubuk cabai atau chilli powder dapat menyebabkan kehilangan sel

epitel pada lapisan mukosa (Berdanier, 2008). Makanan dengan rasa asin yang berlebihan baik dalam segi rasa maupun

frekuensi terbukti signinifikan dalam kasus pra kanker lambung. Peningkatan makanan

asin dan makanan yang diasap secara berkaitan terbukti signifikan dalam perkembangan

kanker lambung. Mengkonsumsi makanan asin dapat meningkatkan risiko terinfeksi

bakteri H. Pylori yaitu bakteri penyebab gastritis (Corwin, 2009). Makanan yang berminyak dan berlemak juga dapat menimbulkan gejala

dispepsia. Makanan ini berada di lambung lebih lama dari jenis makanan lainnya.

Makanan tersebut lambat dicerna dan menimbulkan tekanan di lambung. Proses

pencernaan ini membuat katup antara lambung dan kerongkongan (Lower Esophageal

Sphincter/LES) melemah sehingga asam lambung dan gas akan naik ke kerongkongan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

(Berdanier, 2008). Makanan asam termasuk makanan yang berisiko penyebab dispepsia.

Makanan asam dapat memperlambat pengosongan lambung. Sebelum masuk duodenum,

kimus yang bersifat asam akan dinetralisir oleh Natrium Bikarbonat (NaHCO3). Bila

proses belum selesai, kimus asam akan berada di dalam lambung, sehingga akan

mengiritasi lapisan mukosa lambung dan menimbulkan serangan gastritis. Diet rendah

serat dianjurkan untuk mengurangi keluhan perut kembung. Tetapi serat yang tidak larut

dalam air dapat menyebabkan kembung tanpa adanya peningkatan jumlah gas. Kembung

ini disebabkan oleh melambatnya aliran gas ke usus kecil akibat serat (Mansjoer, 2000).

Diet tinggi serat dan gas tidak dianjurkan dalam gangguan lambung. Makanan yang

mengandung serat tinggi dan gas seperti : daun singkong, kacang panjang, kol, lobak,

sawi, asparagus, jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka (Almatsier, 2005).

c. Minum minuman berisiko Menurut Yunita (2010), frekuensi minum minuman iritatif seperti kopi, bersoda

(soft drink) dan alkohol berpengaruh signifikan terhadap kejadian dispepsia. Beberapa

jenis minuman atau zat tertentu yang terkandung pada minuman ternyata memiliki

hubungan terhadap kejadian dispepsia. Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein yang merupakan zat sekrettagogue.

Zat ini merupakan salah satu penyebab antrum mukosa lambung menyekresikan hormon

gastrin. Kafein dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat asam yang

menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh

lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari fundus lambung

(Ganong, 2008). Minuman bersoda merupakan minuman mengandung gas. Gas yang berlebihan

dalam lambung dapat memperberat kerja lambung. Minuman bersoda atau berkarbonasi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

akan melenturkan katup LES (Lower Esophangeal Sphincter) yaitu katup antara lambung

dan tenggorokan sehingga menyebabkan reflux atau berbaliknya asam lambung ke

kerongkongan. Oleh karena itu responden memiliki gangguan pencernaan dianjurkan

tidak mengkonsumsinya. Disamping itu, minuman bersoda juga memiliki pH antara 3-4

yang berarti bersifat asam sehingga akan meningkatkan dampak buruk bagi lambung

(Berdanier, 2008). Minum susu terlalu banyak tidak dianjurkan bila ada gejala intoleransi laktosa.

Lactose intolerance disebabkan oleh kurangnya enzim lactase yang dibutuhkan tubuh

untuk mencerna laktosa (gula susu). Laktosa yang tidak tercerna akan bertahan di usus

dan mengalami fermentasi sehingga dapat menimbulkan rasa kembung (Berdanier, 2008).

d. Waktu makan Hasil penelitian oleh Anisa (2009) jeda antara jadwal makan yang lama dan

ketidakteraturan makan berkaitan dengan sindroma dispepsia. Pada penelitian ini juga

ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala gastrointestinal

pada remaja putri. Penyebab asam lambung tinggi diantaranya adalah aktivitas padat

sehingga terlambat makan. Secara alami lambung akan memproduksi asam lambung

setiap saat dalam jumlah kecil. Setelah 4-6 jam sesudah makan kadar glukosa dalam

darah telah banyak diserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan saat itu

jumlah asam akan meningkat (Ganong, 2008).

7. Faktor stres

Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Pada waktu stres

akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon untuk memicu sekresinya. Proses ini

memicu terjadinya penyakit psychsosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare,

pusing, nyeri otot dan sendi (Irawan, 2007). Faktor psikis dan stresor seperti depresi, cemas, dan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

stres ternyata memang dapat menimbulkan peningkatan hormon kortisol yang berakibat kepada

gangguan keseimbangan sistem saluran cerna, sehingga terlihat bahwa pada hormon kortisol

yang tinggi ternyata memberikan manifestasi klinik dispepsia yang lebih berat. Jadi semakin

tinggi nilai kortisol akan menyebabkan semakin beratnya klinis dispepsia. Begitu juga dengan

perubahan gaya hidup seperti kurang olahraga, merokok, dan gangguan tidur juga memiliki efek

terhadap peningkatan asam lambung dan perubahan aktivitas otot dinding lambung yang

meningkatkan kemungkinan terjadinya dispepsia fungsional (Micut, 2012).

2.2.7. Pencegahan Dispepsia

Pencegahan dispepsia dapat dilakukan dengan cara (Farmamedia,2012):

1. Kurangi makan, dan makan pada frekuensi yang lebih sering. Kunyah makanan secara

perlahan dan sempurna. Hindari segala sesuatu yang memicu dispepsia, seperti makanan

berlemak dan pedas, minuman berkarbonasi, kafein dan alkohol.2. Hindari merokok3. Menjaga berat badan.

Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada abdomen, mendorong perut dan

menyebabkan asam kembali ke esophagus.4. Olaraga secara teratur dan ringan.

Aktivitas fisik selama 30-60 menit setiap hari dalam seminggu. Dapat juga dilakukan

dengan sederhana seperti berjalan-jalan pada malam hari setelah makan. Jangan

berbaring secara tiba-tiba setelah makan.5. Kelola stres.

Ciptakan suasana tenang pada waktu makan. Melatih teknik relaksasi seperti mengambil

nafas dalam, meditasi atau yoga. Habiskan waktu mengerjakan sesuatu yang

menyenangkan.6. Responden yang mengalami dispepsia mungkin karena mengkombinasi makanan yang

salah, berikut ini beberapa makanan yang jangan dikombinasikan secara bersamaan

( Farmamedia, 2012) :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

a. Protein dan sayuran berdaun hijau tua merupakan kombinasi yang baik dan

membantu satu sama lain dari kerusakan dan asimilasi nutrien.b. Tepung dan sayuran hijau baik dikombinasi. Buah-buahan harus selalu di makan pada

keadaan lambung yang sama sekali kosong.c. Jangan mengkombinasi makanan dengan gula atau soda yang mengandung gula, dan

lain-lain.d. Jangan mengkombinasi lebih dari satu protein makanan setiap kali makan.

7. Prinsip sederhana yang dipakai untuk pengobatan dispepsia adalah menyeimbangkan

faktor agresif dengan faktor defensive, utamanya dengan menghindari pencetus

dispepsia, yakni menghindari makanan, obat, stress, hawa dingin (Puspitasari, 2010).2.2.8. Penatalaksaan Dispepsia

Penatalaksanaan Dispepsia menurut Kenny (2014) :

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam

lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat.

Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa

nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben

sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk

senyawa MgCl2.2. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial

seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin,

roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

3. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi

asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah Omeprazol, Lansoprazol, dan

Pantoprazol.4. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat

sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi

meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,

meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk

lapisan protektif

(site protective),

yang bersenyawa dengan protein sekitarlesi mukosasaluran cernabagian atas (SCBA).

5. Golongan prokinetikObat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.

Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan

mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance), (Mansjoer et al,

2007).6. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka

(obatanti- depresi dan cemas) pada Mahasiswa dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang

keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi

(Sawaludin,2005) .

Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara

lain :

1. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial

mencetuskan serangan dispepsia

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

2. Modifikasi pola hidup Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus.

Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan rendah lemak.

3. Obat-obatan Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan

prokinetik dapat digunakan untuk mengurangi keluhan

2.3. Mahasiswa2.3.1. Pengertian Mahasiswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hapsari, 2009), mahasiswa adalah responden yang

belajar di perguruan tinggi. Menurut Kartono (2012 ), usia mahasiswa pada umumnya berkisar

anatara 18-25 tahun. Sewaktu menjadi dewasa responden-responden muda mengalami

perubahan tanggung jawab dari responden pelajar yang sepenuhnya tergantung pada responden

tua menjadi responden dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul

tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup,

tanggung jawab dan komitmen - komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola - pola ini

menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen - komitmen

di kemudian hari (Hurlock, 1980 dalam Kartono, 2012 ).

Menurut Papalia (2009), banyak mahasiswa yang mulai berkuliah memiliki ide - ide yang

kaku tentang kebenaran, mahasiswa tidak bisa melahirkan jawaban kecuali jawaban yang

“benar”. Sejalan dengan mahasiswa yang mulai berhadapan dengan ruang gagasan dan

pandangan yang luas, mereka berlayar di lautan ketidak pastian. Namun mereka menganggap

tahap ini bersifat sementara dan berharap akan mempelajari “jawaban yang benar” pada

akhirnya. Kemudian, mereka menyadari semua pengetahuan dan nilai bersifat relatif. Meskipun

telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini memberikan kebebasan

untuk mandiri, banyak responden muda yang agak masih tergantung atau bahkan sangat

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stres 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam

tergantung pada responden – responden lain selama jangka waktu yang berbeda - beda.

Ketergantungan ini mungkin pada responden tua, lembaga pendidikan yang memberikan

beasiswa sebagian atau penuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk

membiayai pendidikan mereka (Hurlock, 1980 dalam Hapsari, 2009 ).

Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa memiliki banyak

problematika yang dikarenakan status barunya sebagai mahasiswa. Dukungan lingkungan dan

keluarga yang baik akan menjadikan mahasiswa lebih baik dalam menyesuaikan diri dan dapat

mengurangi stres dialaminya.