bab ii tinjauan pustaka -...

23
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres adalah suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan Kartono dan Gulo (2000, dalam Safaria, 2009). Menurut Clonninger (1996, dalam Safaria, 2009) mengemukakan stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. Menurut Hardjana (1994, dalam Yosep, 2007). Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada dirinya. Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana di kutip oleh Grant Brencht (2000, dalam Sunaryo, 2004) bahwa yang dimaksud” stres adalah ganguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Stres adalah suatu keadaan dimana beban yang di rasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban( Markam, 2003, dalam Sunaryo, 2004). 2. Model pendekatan stres Menurut Yosep (2007), menyatakan bahwa beberapa model pendekatan stres antara lain sebagai berikut :

Upload: phamdang

Post on 25-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres

1. Pengertian

Stres adalah suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis

disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan Kartono dan

Gulo (2000, dalam Safaria, 2009). Menurut Clonninger (1996, dalam

Safaria, 2009) mengemukakan stres adalah keadaan yang membuat

tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau

tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran

yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya.

Menurut Hardjana (1994, dalam Yosep, 2007). Stres sebagai keadaan

atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stres

dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang

bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan

sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada

dirinya.

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana di kutip oleh Grant Brencht

(2000, dalam Sunaryo, 2004) bahwa yang dimaksud” stres adalah

ganguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan

tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun

penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Stres adalah suatu

keadaan dimana beban yang di rasakan seseorang tidak sepadan dengan

kemampuan untuk mengatasi beban( Markam, 2003, dalam Sunaryo,

2004).

2. Model pendekatan stres

Menurut Yosep (2007), menyatakan bahwa beberapa model pendekatan

stres antara lain sebagai berikut :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

9

a. Model Stimulus

Model ini menitikberatkan pada lingkungan dan menggambarkan

stres sebagai stimulus (variabel bebas). Menurut model ini,

seseorang individu bertemu secara terus-menerus dengan sumber

stressor yang potensial yang ada dalam lingkungan. Kelemahan

model ini ditunjukan oleh perbedaan individual.

b. Model Respon

Model ini memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stressor dan

menggambarkan stres sebagai suatu respon nonspesifik tubuh

terhadap tuntutan lingkungan. Respon ini umum disebut sebagai

General Adaptation Syndrome (GAS). Menurut Selye (Rice, 1992,

dalam Safaria, 2009) ada tiga tahap yang disebut sebagai sindrom

adaptasi umum, yaitu:

1). Reaksi alarm (alarm reaction)

Reaksi alarm terjadi ketika stimulasi pertama kalinya dari stressor

yang menimbulkan ketengangan yang diterima oleh reseptor.

Selama tahap ini, sistem simpatetik dan kelenjar-kelenjar tubuh

mulai mengeluarkan hormon-hormonnya untuk tujuan penciptaan

energi tubuh menghadapi tegangan. Jika ketegangan itu terus

terjadi maka tubuh akan memasuki tahap berikutnya.

2). Fase Resistensi (resistence)

Fase ini tubuh terus-menerus mengeluarkan energinya untuk

bertahan dan melawan ketegangan yang ada. Hormon-hormon

stres mulai meningkat kadarnya di dalam tubuh seperti adrenalin,

noradrenalin, dan kortisol. Semua hormon-hormon itu digunakan

untuk memberi energi pada tubuh untuk melawan ketegangan.

Keadaan ini akan menyebabkan sistem-sistem pertumbuhan

dalam tubuh akan terganggu fungsinya, dan jika ketegangan

masih terus berlangsung tubuh akan masuk pada tahap terakhir.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

10

3). Fase Kelelahan (exhaustion)

Fase ini tubuh telah kehabisan energi untuk terus-menerus

melawan ketegangan-ketegangan yang ada sehingga jika hal ini

terus berlangsung akan berdampak negatif karena rusaknya

sistem-sistem pertumbuhan di dalam tubuh.

c. Model Transaksional

Model yang menggambarkan stres sebagai suatu proses yang

meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi

hubungan antara individu dengan lingkungan .

Menurut Sarafino (dalam Lukaningsih, 2011). mendefinisikan stres

sebagai kondisi yang disebabkan oleh transaksi individu dengan

lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-

tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Dari definisi tersebut,

Sutherland & Cooper menyimpulkan (dalam Yosep, 2007) :

1) Penilaian Kognitif (cognitive appraisal), stres adalah

pengalaman subjektif yang (mungkin) didasarkan atas persepsi

terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak di lingkungan.

2) Pengalaman (experience), suatu situasi yang tergantung pada

tingkat keakraban dengan situasi, keterbukaan semula

(exposure), proses belajar, kemampuan nyata dan konsep

reinforcement.

3) Tuntutan (demand), tekanan, tuntutan, keinginan atau

rangsangan-rangsangan yang segera sifatnya yang

mempengaruhi cara-cara tuntutan yang dapat diterima.

4) Pengaruh interpersonal (interpersonal influence), ada tidaknya

seseorang, faktor situasional dan latar belakang mempengaruhi

pengalaman subjektif, respon dan perilaku koping.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

11

3. Sumber-sumber stres (Stressor)

Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai

penyebab timbulnya stres, datangya stressor dapat sendiri-sendiri atau

dapat pula bersamaan. Sumber stressor dapat berasal dari dalam tubuh

dan diluar tubuh, sumber stres dapat berupa biologik/fisiologik (Rasmun,

2004).

Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan

Desminiarti (1990, dalam Sunaryo, 2004), dapat digolongkan sebagai

berikut.

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi

atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau

tersengat arus listrik.

b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat

beracun, hormone, atau gas

c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasite

yang menimbulkan penyakit.

d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,

organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak

normal.

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga

tua.

f. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, social, budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000, dalam Sunaryo, 2004). stres

ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam

kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan

kebangkrutan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

12

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari,

seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa

yang akan dimakan, dan antri.

4. Tahapan stres

Menurut Dr. Robert J. Van Amberg, (1979 dalam Sunaryo, 2004).

sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari 2001 bahwa

tahapan stres sebagai berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai

perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu

menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang

dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun

pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore,

lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut

tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk,

dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak

memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti

defekasi tidak teratur (kadang-kadan diare), otot semakin tegang,

emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle

insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late

insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti

tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan

terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin

terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi

dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan

kelelahan fisik dan mental (physical and psychological exhaustion),

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

13

ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan

cemas, bingung, dan panik.

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-

tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar,

dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps

(Sunaryo, 2004).

5. Dampak stres

Stres dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu. Dampak

tersebut bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan

menimbulkan gejala-gejala tertentu. Reaksi dari stres bagi individu dapat

digolongkan menjadi beberapa gejala (Rice, 1992, dalam Safaria, 2009),

yaitu sebagai berikut: (1) Gejala fisiologis, berupa keluhan seperti sakit

kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk,

tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan,

susah tidur, dan kehilangan semangat, (2) Gejala emosional, berupa

keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah

tersinggung, sedih, dan depresi, (3) Gejala kognitif, berupa keluhan

seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa,

melamu secara berlebihan, dan pikiran kacau, (4) Gejala interpersonal,

berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder,

kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan

orang lain, (5) Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan

dalam kerja/kuliah, menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan

kerja, ketidakpuasan kerja dan menurunnya dorongan untuk berprestasi.

6. Cara menghadapi stres

Jere Yates Rice ( 1992, dalam Safaria, 2009) memberikan 8 alternatif

umum untuk menghadapi stres, antara lain : (1) Mempertahankan

kesehatan fisik melalui olah raga teratur. Semakin kuat fisik anda maka

akan semakin tangguh anda dalam menghadapi stres, (2) Menerima diri

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

14

sendiri apa adanya yang berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan diri,

kesuksesan dan kegagalan diri, kesuksesan dan kegagalan diri. Sikap

penerimaan ini tidak saja meredakan rasa frustasi anda sehingga

menghilangkan emosi negative dalam diri anda, tetapi juga akan

menciptakan suasana hati yang lebih tenang dan damai dalam diri anda,

(3) Tetap percaya diri, dan mempunyai teman untuk berbagi dalam

kesusahan. Dengan demikian, anda mempunyai tempat untuk

mengutarakan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi karena setiap

masalah yang membebani pikiran dan perasaan akan banyak mereda jika

diutarakan kepada orang lain, (4) Ambil sisi positif dan gunakan

pendekatan konstruktif dalam menghadapi masalah anda. ini sama juga

dengan anda membiasakan diri untuk senantiasa menciptakan pikiran-

pikiran positif dalam diri anda sehingga anda mampu membangun sinergi

yang kokoh secara psikologi, (5) Mempertahankan kehidupan social di

luar perusahaan tempat anda bekerja. Kehidupan sosial di luar rumah

akan sangat berguna sebagai dukungan sosial dan sumber perhatian untuk

anda, (6) Terlibat dalam aktivitas kreatif di luar pekerjaan akan

memberikan kebermaknaan dalam hidup anda, serta memperkaya

pengalaman anda. Kegiatan kreatif ini bias berupa hobi positif yang anda

miliki, (7) Terlibat dan menciptakan kegiatan kerja yang penuh makna.

Banyak cara yang sederhana untuk menciptakan kegiatan kerja yang

penuh makna antara lain dengan manajemen stres, penyelesaian tugas

tepat waktu dan lain sebagainya, (8) Menerapkan metode-metode yang

efektif untuk mengatasi stres. Metode-metode ini banyak dijelaskan

dalam buku ini di antaranya melalui pengendalian pikiran-pikiran

negative, relaksasi atau melalui pendalaman spiritual religious.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

15

B. Stres Kerja

1. Pengertian

Berkaitan dengan pekerjaan, setiap orang pasti pernah mengalami

stres. Stres kerja itu sendiri yaitu tekanan yang muncul pada seseorang

berkaitan dengan tuntutan terhadap pekerjaan. Stres kerja muncul karena

adanya rangsangan yang berasal dari lingkungan kerja atau dalam

pekerjaan yang menjadikan stres dan individu tersebut tidak dapat

mengatasinya (Huber, 2000).

Stres dapat terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan

maupun pelaksana. Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat

potensial untuk menimbulkan stres bagi pekerjanya. Stres dilingkungan

kerja memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat dilakukan adalah

bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres tersebut,

sehingga tidak menggangu pekerjaan (Notoatmodjo, 2002).

Menurut Rice (1992, dalam Anies, 2005) seseorang dapat

dikategorikan mengalami stres kerja, apabila stres yang dialami

melibatkan juga pihak organisasi perusahaan tempat orang yang

bersangkutan bekerja.

2. Sumber stres kerja

Sumber-sumber stres kerja juga dapat dikelompokan menjadi tiga

yaitu berasal dari lingkungan fisik atau psikis, kondisi-kondisi diluar

lingkungan kerja, dan yang berasal dari diri sendiri (Sunaryo, 2004).

1) Menurut Maramis (1999, dalam Sunaryo, 2004). Ada empat sumber

atau penyebab stres psikologis, yaitu:

a. Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral

melintang frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan

kegagalan usaha) dan enstrinsik (kecelakaan, bencana alam,

kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,

penggangguran, perselingkuhan dan lain-lain.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

16

b. Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam

keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya apparoch-

avoidance conflict, atau avoidance conflict.

c. Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat

berasal dari dalam diri individu dan tekanan yang berasal dari luar

individu.

d. Krisis

Yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada

individu.( Maramis, 1999, dalam Sunaryo, 2004).

2) Sumber-sumber stres kerja yang berasal dari lingkungan fisik kerja

yaitu:

a. Ruangan kerja fisik yang kurang baik

b. Beban kerja

c. Tempo kerja yang terlalu cepat

d. Pekerjaan yang terlalu sederhana

e. Konflik peran

f. Hubungan dengan atasan maupun teman kerja yang kurang baik

serta iklim organisasi yang kurang menyenangkan ( Anies, 2005).

3) Sumber stres yang berasal dari individual/diri sendiri yaitu:

a. Pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga

b. Ketidakpastian ekonomi

c. Kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja

d. Kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan

e. Perawatan anak yang tidak adekuat

f. Konflik dengan rekan kerja (Jones, 2004).

3. Dampak stres kerja

Gibson, Ivancevich & Donelly (dalam Keliat, 2003), menyatakan

bahwa konsekuensi dampak stres yang potensial yaitu : (1) Dampak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

17

Subjektif : Kecemasan, agresi, acuh, kebosanan, depresi, keletihan,

frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup dan merasa kesepian,

(2) Dampak Perilaku: kecenderungan mendapat kecelakaan, alkoholik,

penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan

berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati dan tertawa gugup, (3)

Dampak Kognitif: ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas,

konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka

terhadap kritik, (4) Dampak Fisiologis: Kadar gula meningkat, denyut

jantung dan tekanan darah meningkat, kekeringan di mulut, berkeringat,

membesarnya pupil mata dan tubuh panas dingin, (5) Dampak Organisasi:

Keabsenan, pergantian karyawan, rendahnya produktivitas, keterasingan

dari rekan kerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya kesetiaan terhadap

organisasi.

Menurut Sarafino (1990, dalam Safaria, 2009). Stres kerja bisa

berdampak positif maupun negatif , yaitu : (1) Eustress adalah dampak

yang bersifat positif yang mendorong orang untuk lebih berprestasi, lebih

tertantang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan dapat

meningkatkan produktivitas kerja, (2) Distress adalah dampak negatif

yang menghambat sehingga dapat menimbulkan berbagai macam gejala

yang umumnya merugikan prestasi kerja maupun kinerja. Gejala-gejala ini

melibatkan baik kesehatan fisik maupun psikis.

4. Koping terhadap stres kerja

a. Pengertian koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam

menyelesaikan situasi stresfull. Merupakan respon terhadap situasi

yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik (Rasmun,

2004).

Foklman dan Lazarus (1988 dalam Kozier, 2004) mendefinisikan

koping sebagai upaya kognitif dan tingkah laku untuk mengatur

tuntutan yang spesifik baik eksternal maupun internal yang dinilai

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

18

sebagai beban atau sumber-sumber yang melebihi kemampuan

seseorang. Koping sebagai upaya kognitif dan tingkah laku individu

dalam menyelesaikan situasi stresfull baik internal maupun eksternal

yang dinilai sebagai beban yang melebihi kemampuan.

b. Mekanisme koping

Kozier mengatakan bahwa koping merupakan suatu karakteristik

atau cara menjawab tantangan dari perubahan lingkungan atau situasi

dari suatu masalah yang spesifik. Individu dapat menggunakan satu

atau lebih sumber koping dalam mengatasi masalah (Kozier, 2004).

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua

menurut Stuart dan Sunden (dalam Mustikasari, 2006) yaitu :

1) mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang

mendukung fungsi integratif, pertumbuhan, belajar dan mencapai

tujuan. Kategorinya adalah berbicara pada orang lain,

memecahkan masalah secara afektif, teknik relaksasi, latihan

seimbang dan aktifitas kontruktif.

2) mekanisme koping maladaptif.

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang

menghambat fungsi intregrasi, memecahkan pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan

kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja

berlebihan, menghindar (Mustikasari, 2006).

Tipe mekanisme koping dapat diklasifikasikan menjadi dua:

1. Mekanisme koping berfokus pada masalah, meliputi tindakan dan

usaha segera untuk mengatasinya ancaman pada dirinya. Contoh:

negoisasi, konfrontasi dan meminta nasehat.

2. Mekanisme koping berfokus pada emosi, meliputi ide dan

gagasan untuk mengurangi distress emosional. Contohnya :

penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi

atau proyeksi mekanisme koping yang berfokus pada emosi tidak

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

19

memperbaiki situasi tetapi seseorang sering merasa lebih baik

(Kozier, 2004).

C. Karakteristik Perawat

1. Usia

Menurut Verner dan Davison yang dikutip oleh Lunardi (dalam

Notoatmodjo, 2003) dengan bertambahnya usia akan mempengaruhi

tingkat penglihatan, persepsi maupun kemampuan seseorang didalam

menerima informasi. sehingga akan mempengaruhi pengambilan

keputusan.

Ahmadi menyebutkan bahwa usia berhubungan dengan sifat

kedewasaan dan akan berdampak pada tanggung jawab. Usia lebih

dewasa umumnya lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih teliti, lebih

bermoral dan lebih berbakti dari pada usia muda (Ahmadi, 2002).

Pada karakteristik usia peneliti membagi tiga tahapan yaitu dewasa

awal, dewasa tengah, dan dewasa tua ( Potter & Perry, 2005 ) :

1) Dewasa Muda

Menurut Levinson et al 1978 mengatakan bahwa dewasa awall

dimulai dari usia 18 – 40 tahun dimana :

a) Awal transisi dewasa ( usia 18 sampai 20 tahun ) ketika seseorang

merasakan kebebasan dari keluarganya

b) Memasuki dunia kedewasaan ( usia 21 sampai 27 ) ketika

seseorang mencoba menyiakan gaya hidup.

c) Masa transisi ( usia 28 sampai 32 ) ketika seseorang memodifikasi

aktivitas kehidupannya.

d) Masa tenang ( usia 33 sampai 40 ) ketika seseorang menglami

stabilitas.

2) Dewasa Tengah

Menurut Hurlock 1980 mengatakan bahwa dewasa tengah

dimulai dari usia 40 sampai 60 tahun, dimana saat baik menurunnya

kemampuan fisik dan psikologis yang nampak pada setiap orang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

20

Masalah fisiologis pada dewasa tengah salah satunya adalah stres yang

terjadi pada setiap manusia dengan tingkat kesehatan dan pembentukan

kesehatan yang positif.

3) Dewasa Tua / Usia Lanjut

Menurut Stanhope dan Lancaster 1992 mengatakan bahwa usia

lanjut dimulai dari usia 60 – 75 atau sapai dengan kematian, dimana

menurunnya fungsi fisiologis, biologis maupun psikologis secara cepat

terjadinya.

2. Jenis kelamin

Menurut BPPSDM Depkes (2007) menyebutkan bahwa pengaruh

jenis kelamin dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang

akan dikerjakan. Ada pekerjaan yang secara umum lebih baik dikerjakan

oleh laki-laki akan tetapi pemberian keterampilan yang cukup memadai

pada wanitapun mendapatkan hasil pekerjaan yang cukup memuaskan.

Ada sisi lain yang positif dalam karakter wanita yaitu ketaatan dan

kepatuhan dalam bekerja. Hal ini akan mempengaruhi kerja personal.

3. Pendidikan

Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga

keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan

perbaikan mutu pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan

perkembangan kehidupan profesi keperawatan (Gartinah, 2006).

Secara umum pendidikan diartikan sebagai segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidik (Notoatmodjo, 2005).

4. Lama kerja

Lama kerja seseorang mempengaruhi kualitas pekerjaan seseorang

karena adanya kejenuhan. Keberadaan orang baru lebih mudah untuk

mengadakan pembaruan dalam keterampilan dokumentasi keperawatan,

semangat yang dimiliki dapat meningkatkan keterampilan dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

21

pengetahuan. Motivasi yang kuat akan berdampak pada perubahan yang

lebih baik (Hidayat, 2000).

D. Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja Perawat

Keperawatan adalah suatu profesi yang memerlukan tanggung jawab dan

tanggung gugat dari kerja perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Apalagi dengan adanya kemajuan jaman yang menuntut untuk memberikan

pelayanan yang professional sehingga diperlukan pengetahuan, ketrampilan

dan sikap perawat yang baik dan memadai. Dalam menghadapi stressor yang

muncul, setiap perawat menghadapinya dengan cara yang berbeda-beda.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prihatini (2007), menyatakan

bahwa beberapa faktor yang dapat menjadi stressor pada perawat antara lain:

1. Beban kerja

Beban kerja meliputi beban fisik maupun mental. Beban kerja fisik

meliputi kelebihan kerja secara kuantitatif yaitu suatu kejadian dimana

seseorang diberikan terlalu banyak atau tanggung jawab pekerjaan dalam

waktu terbatas. Sedangkan beban kerja mental meliputi kelebihan kerja

secara kualitatif yaitu melakukan pekerjaan yang sukar dan rumit

dilaksanakan dalam waktu yang terbatas. Akibat beban kerja yang terlalu

berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan

seseorang stres atau sakit. Dalam bidang keperawatan menurut Dewe

(1990, dalam Abraham, 2001), Beban kerja yang berlebihan dapat menjadi

stressor bagi perawat. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu

banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang

tinggi, merasa tidak mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan

teman sekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga.

2. Konflik antar staf

Monica (2003), mendefinisikan konflik sebagai suatu perselisihan

atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran,

hasrat dan perilaku seseorang terancam. Gangguan ini mengakibatkan

ketidakcocokan perilaku yang menganggu pencapaian tujuan. Konflik juga

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

22

diartikan sebagai proses sosial orang-orang yang berusaha mencapai

tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai kekerasan.

Edmund (1997, dalam Monica, 2003). Menyebutkan sembilan faktor

umum yang berkaitan dengan penyebab konflik antar staf, yaitu : (1)

Spesialisasi, Kelompok yang bertanggung jawab untuk tugas tertentu

memisahkan diri dari kelompok lain. Hal ini sering mengakibatkan konflik

antar kelompok, (2) Peran bertugas yang banyak, Setiap sub peran dengan

tugas-tugasnya memerlukan orientasi yang berbeda yang dapat

menyebabkan konflik, (3) Interdependensi peran, peran perawat

pelaksanan dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran perawat

dalam tim kesehatan yang multidisiplin dimana tugas didiskusikan dengan

orang lain yang mungkin bersaing untuk area-area tertentu, (4) Kekaburan

tugas, diakibatkan oleh peran mendua dan kegagalan untuk memberikan

tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau

kelompok, (5) Pembedaan sekelompok orang dapat mengisi peran yang

sama tetapi perilaku sikap, emosi, dan kognitif orang terhadap peran

mereka berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan konflik, (6)

Kekurangan sumber daya, persaingan untuk uang, pasien dan jabatan

adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi dan kelompok, (7)

Perubahan, kapanpun bisa terjadi perubahan sehingga dapat menimbulkan

konflik, (8) Konflik tentang imbalan, bila orang mendapat imbalan secara

berbeda-beda maka akan sering timbul konflik, (9) Masalah komunikasi,

sikap mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa dan penggunaan

saluran komunikasi secara tidak benar dapat menyebabkan konflik.

3. Masalah keadministrasian

Administrasi berasal dari bahasa latin yang berarti “melayani

secara intensif”. Dalam arti luas dapat diartikan sebagai segala kegiatan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pekerjaan administrasi

adalah sistem komunikasi (surat-menyurat), sistem informasi (pelaporan)

dan sistem ingatan (pencatatan, pendaftaran) dari pelayanan kesehatan.

Pekerjaan administrasi merupakan bagian penting dari manajemen

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

23

pelayanan kesehatan dan hampir semua kegiatan kesehatan

mengikutsertakan pekerjaan tulis menulis. Mutu dan efisiennya

memainkan peranan penting dalam efektivitas kegiatan serta program

perawatan kesehatan. Tanpa sistem pencatatan yang teratur rapi, tidak satu

pun perawatan klinik dapat dipantau atau dikontrol (Dawkins, 2001).

4. Karakter pasien

Dawkins (2001), melakukan penelitian terhadap perawat jiwa dan

menemukan bahwa Karakter pasien yang negatif merupakan salah satu

stressor bagi perawat jiwa. Stuart & Sundeen (2002), mengklasifikasikan

klien psikiatri kedalam empat kelompok yang dapat digunakan sebagai

pedoman dalam pemberian tingkat pelayanan kesehatan pada klien.

5. Masalah perawatan pasien

Menurut Dewe (1990, dalam Abraham, 2001) masalah perawatan

pasien merupakan salah satu stressor utama yang menyebabkan stres kerja

bagi kalangan perawat. Masalah-masalah tersebut misalnya bekerja dengan

dokter yang memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat

dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti sejauh

mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga dan merawat

pasien sulit atau tidak dapat bekerjasama.

Sumber-sumber stressor berdasarkan penelitian oleh Dewe

didapatkan lima sumber utama stres kerja yaitu, Beban kerja berlebihan,

kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, kesulitan terlibat dalam

merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien,

merawat pasien yang gagal untuk membaik.

Berdasarkan Survey PPNI (2006) menyatakan bahwa sekitar 50,9%

perawat di 4 propinsi mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak dapat

beristirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu serta

gaji yang rendah tanpa insentif memadai. Pada penelitian terhadap rumah

sakit terpencil di 10 propinsi oleh Depkes dan Universitas Indonesia (2005)

menunjukkan bahwa 69% responden menyatakan rumah sakit tidak

mempunyai sistem penghargaan bagi perawat. Hal ini terlihat dari data bahwa

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

24

78,8% perawat melaksanakan tugas kebersihan dan 63,3% melakukan tugas

administrasi, lebih dari 90% perawat di rumah sakit terpencil melakukan

tugas non-keperawatan seperti menetapkan diagnosa penyakit dan membuat

resep obat. Hanya 50% perawat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

fungsinya.

Penelitian lain dilakukan pada perawat jiwa oleh Dawkins (2001), yang

menemukan enam kategori stressor pada perawat jiwa yaitu karakteristik

pasien yang negatif, masalah pengorganisasian administrasi, keterbatasan

sumber daya, penampilan staf, konflik staf dan masalah penjadwalan. Mereka

menemukan bahwa masalah pengorganisasian administrasi merupakan

stressor paling penting. Hal ini meliputi tidak diketahuinya adanya perubahan

sebelum perubahan tersebut terjadi, menghadapi orang yang tidak dapat

membuat keputusan, kurang dukungan dari administrasi dan memiliki tugas

tulis-menulis terlalu banyak. Sumber stres berikutnya meliputi konflik antar

staf seperti yang muncul pada pemberian tanggung jawab pada unit lain yang

bertentangan dengan mereka atau keterbatasan staf yang berpendidikan dan

ketrampilan memadai dalam lingkungan yang potensial terjadi bahaya

(Abraham, 2001).

Banyak hasil penilitian membuktikan bahwa stressor kerja pada perawat

sangat bervariasi, antara lain seperti tersebut dibawah ini : menurut Ilmi,

(2005), stressor stres kerja pada perawat sesuai urutanya adalah beban kerja

berlebih besar 82%, pemberian upah yang tidak adil 58%, kondisi kerja 52%,

tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan 45%.

Sumber-sumber stres diatas sering ditemukan dalam keperawatan

sehingga dapat memudahkan perawat untuk mengidentifikasi frekuensi

pengalaman dan metode dalam menghadapi dari masing-masing stres yang

terjadi pada perawat itu sendiri. Untuk lebih mengenali stres didalam diri kita

sendiri atau orang lain, maka perlu juga mengenali tanda dan gejala dari stres

(Abraham, 2001).

Menurut Hurrel (1997, dalam Munandar, 2001) sumber stres yang

menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

25

seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi

dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu manusia adalah untuk

bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar

terhadap kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan

merupakan pembangkit stres yang besar terhadap kurang berfungsinya atau

jatuh sakitnya seorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor yang dapat

menimbulkan stres dalam bekerja menurut (Munandar, 2001) dapat

dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu :

a. Faktor intrinsik dalam pekerjaan

Faktor intrinsik dalam pekerjaan katagorinya adalah tuntutan fisik dan

tuntutan tugas, tuntutan fisik: kondisi fisik misalnya faktor kebisingan,

panas, penerangan dan lain sebagainya, sedangkan faktor tugas mencakup;

kerja malam. beban kerja dan resiko bahaya. Tuntutan fisik yaitu kondisi

fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan psikologis seorang

tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres, tuntutan

tugas menurut penelitian menunjukkan bahwa shift kerja /kerja malam

merupakan sumber stres bagi perawat. Beban kerja berlebih dan beban

kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres.

b. Peran dalam organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi

artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus

dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang

diharapkan oleh atasannya, namun demikian tenaga kerja tidak selalu

berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang

baiknya fungsi peran merupakan pembangkit stres yang meliputi konflik

peran dan ketidak jelasan kerja.

c. Pengembangan karir atau penghargaan

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres yang potensial yang

mencakup ketidakpastian pekerjaan, tidak adanya pengahargaan, promosi

yang berlebih atau promosi yang kurang.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

26

d. Hubungan dalam pekerjaan

Hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terungkap dalam gejala-

gejalanya dalam kepercayaan yang rendah, minat yang rendah dalam

pemecahan masalah dalam organisasi, komunikasi antar pribadi yang tidak

sesuai antara pekerja, ketegangan psikologis dalam bentuk kepuasan kerja

yang menurun dan penurunan kondisi kesehatan.

e. Imbalan Jasa/Gaji

Faktor stres yang dikenali dalam katagori ini adalah terpusat pada sejauh

mana perawat mendapatkan imbalan jasa terhadap pelayanan keperawatan.

Tidak sesuainya imbalan jasa dengan beban kerja yang dilakukan atau

adanya perbedaan dalam pemberian imbalan jasa dapat menjadi stressor

bagi perawat.

Teori lain mengatakan terdapat dua faktor penyebab atau sumber stres

yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja

dapat berupa kondisi fisik, manajemen atau hubungan sosial di lingkungan

pekerjaan. Sedangkan faktor personal berupa karakteristik individu,

kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi maupun kondisi sosial

ekonomi keluarga, dimana pribadi berada dan mengembangkan diri

(Dwiyanti, 2001).

Hasil penelitian Singarimbun (2004) menyatakan bahwa faktor–faktor

yang menpengaruhi stres terutama pada wanita pekerja adalah status kawin,

umur, pendidikan, masa kerja dan jarak tempat tinggal. Menurut penelitian

Badra (2004) ada hubungan antara motivasi (instrinsik dan ekstrinsik) dengan

kinerja serta ada hubungan stres kerja dengan kinerja. Kepribadian

memberikan kontribusi terhadap hubungan stres kerja dengan kinerja.

Tingkat stres yang paling tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik dan

psikologis seseorang dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang

semakin menurun.

Orang dengan tipe kepribadian A lebih mudah stres dibandingkan dengan

tipe kepribadian B, orang dengan tipe kepribadian introvert lebih mudah stres

dari pada yang extrovert. Pengalaman hidup orang yang pernah mengalami

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

27

kegagalan di masa lampau akan mudah membuatnya menilai kegagalan

sebagai hal yang sudah biasa. Tetapi bagi orang yang selalu berhasil,

kegagalan sebagai sumber stres yang luar biasa. Orang yang belum dewasa

dalam menghadapi masalah, mudah goyah dalam sikap, pendirian, dan arah

hidupnya dibandingkan orang yang berkepribadian matang (Nasution, 2000).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

28

E. Kerangka teori

Skema 2.1 Kerangka teori

Faktor Individu 1. Biologis (Karakteristik individu: Usia,

Jenis kelamin, Pendidikan dan Lama kerja)

2. Psikologis 3. Kebutuhan

(Dwiyanti, 2001, Singarimbun, 2004)

Faktor Sosial 1. Peran dalam organisasi 2. Hubungan dengan pekerjaan 3. Konflik antar staf 4. Pengembangan karir atau penghargaan 5. Imbalan jasa (gaji) 6. Administrasi

(Abraham, 2001, Dawkins, 2001, Hurrel

1997, dalam Munandar, 2001)

Faktor Instrinsik dalam Pekerjaan 1. Tuntutan Fisik: (kebisingan, panas,

penerangan, peralatan dan perlengkapan, dll)

2. Tuntutan Tugas: (kerja malam, beban kerja dan resiko bahaya)

(Hurrel, 1997, dalam Munandar, 2001)

Stres Kerja

Gejala stres kerja 1. Gejala fisiologis : berupa

keluhan seperti sakit kepala. 2. Gejala emosional: berupa

keluhan seperti gelisah, dan mudah marah.

3. Gejala kognitif : berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi.

4. Gejala interpersonal : berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, dan minder.

5. Gejala organisasional : berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja, dan menurunnya produktivitas kerja.

(Rice, 1992, dalam Safaria, 2009)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

29

F. Kerangka Konsep

variabel independen variabel dependen

Skema 2.2 Kerangka konsep

G. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas atau independent merupakan suatu variabel yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel dependent (terikat) dan

bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2008). Variabel

independent (bebas) dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,

pendidikan, lama kerja, konflik antar staf, imbalan jasa atau gaji, dan

beban kerja.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat atau dependent merupakan variabel yang dapat

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat

tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2008).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres kerja perawat.

Stres kerja Perawat

Faktor individu

Faktor sosial

Faktor intrinsik

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-khoddinnim-6582-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian Stres

30

H. Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka konsep penelitian di atas, maka hipotesa

yang dapat dirumuskan adalah :

1. Ada hubungan antara faktor individu dengan stres kerja perawat di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun

2012.

2. Ada hubungan antara faktor sosial dengan stres kerja perawat di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun

2012.

3. Ada hubungan antara faktor intrinsik dengan stres kerja perawat di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun

2012.