bab ii tinjauan pustaka 2.1 stres dan stres kerja stres dapat

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005). Menurut Manktelow (2007) yang mengutip pendapat Lazarus, stres adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa “tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu dikerahkan seseorang”. Tekanan, tuntutan, dan perubahan, ini semua ada dalam lingkungan seseorang dan sering mengakibatkan kondisi yang disebut stres. Namun penting untuk disadari bahwa tidak semua stres adalah berbahaya; pada kenyataannya, orang perlu stres untuk bertahan hidup (Drafke, 2009) Selanjutnya Wangsa (2010), menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Dalam psikologi stres dipahami sebagai proses yang dijalani seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Stres merupakan situasi yang biasa muncul dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Para ahli Universitas Sumatera Utara

Upload: hoangdung

Post on 25-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres dan Stres Kerja

Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada

sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan

untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005).

Menurut Manktelow (2007) yang mengutip pendapat Lazarus, stres adalah

suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa

“tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu

dikerahkan seseorang”.

Tekanan, tuntutan, dan perubahan, ini semua ada dalam lingkungan seseorang

dan sering mengakibatkan kondisi yang disebut stres. Namun penting untuk

disadari bahwa tidak semua stres adalah berbahaya; pada kenyataannya, orang

perlu stres untuk bertahan hidup (Drafke, 2009)

Selanjutnya Wangsa (2010), menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi

dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan

karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena

pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan

rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.

Dalam psikologi stres dipahami sebagai proses yang dijalani seseorang ketika

berinteraksi dengan lingkungannya. Stres merupakan situasi yang biasa muncul

dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Para ahli

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

mengatakan bahwa hidup yang tanpa stres bukanlah kehidupan yang baik. Stres

bermanfaat bagi perkembangan individu menjadi pribadi yang matang. Saat

situasi stres muncul, yang perlu dilakukan adalah menghadapi dan mengelolanya

agar membuahkan hasil yang positif (lestari, 2012)

Munandar (2008) menyatakan kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai

penyebab atau sumber, atau lebih umum dikenal dengan istilah stressor. Orang

tidak dapat melihat pembangkit stres (stressor), yang dapat dilihat ialah akibat dari

pembangkit stres. Menurut Dr. Hans Selye, guru besar emiritus (purnawirawan)

dari Universitas Montreal dan “penemu” stres. Sebagai seorang ahli faal, Ia

mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang

beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan. Rangkaian perubahan

ini dinamakan general adaptation syndrome, yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Tahap pertama adalah tahap “alarm” (tanda bahaya). Organisme

berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannnya dan

mulai menghayatinya sebagai ancaman.

2. Tahap kedua, tahap resistance (perlawanan). Organisme memobilisasi

sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi tuntutan.

3. Tahap terakhir, yaitu tahap exhaustion (kehabisan tenaga). Hal ini terjadi

jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber penyesuaian

ini mulai habis.

Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang

negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental,

atau mengarah ke perilaku yang tak wajar. Untuk kebanyakan orang stres tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

cepat menyebabkan sakit keras, stres diungkapkan melalui gejala-gejala umum,

seperti somnabulisme (tidak dapat tidur), merokok berat, peminum minuman

keras, khawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam

pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang. Keadaan ini bagi

sebagian orang dapat menurunkan produktivitas kerjanya. Bagi orang lain hanya

sampai dapat dirasakan sebagai gangguan bagi orang lain disekitarnya (Munandar,

2008).

Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang

menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku.

Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan

sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja (Wangsa, 2010).

Stres kerja bersumber terutama dari buruknya pengorganisasian pekerjaan dan

budaya kerja. Stres kerja akan semakin meningkat akibat persaingan global yang

semakin ketat dan tuntutan efisiensi yang semakin tinggi (Kurniawidjaja, 2012).

Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah dimana para pekerja menerima

banyak tekanan dan tuntutan baik itu internal maupun eksternal dan pekerja tidak

dapat mengendalikan kondisi tersebut.

Tenaga kerja dalam interaksinya di pekerjaan. Dipengaruhi oleh hasil

interaksinya di tempat lain, di rumah, di sekolah, diperkumpulan, dan sebagainya.

Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Sumber stres yang

menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan

seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit stres saja

tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan

pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh

sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja (Munandar, 2008).

Manifestasi gangguan kesehatan akibat stres kerja yang paling sering adalah

neurosis dan segala macam gangguan psikosomatik, seperti sakit maag, diare, atau

gangguan pencernaan lainnya; pusing, migrain atau sakit kepala; lesu, lemas tanpa

gairah; gatal tanpa sebab; sering sakit tenggorokan, CTDs dan gejala CVD; tidak

bisa konsentrasi, gangguan tidur dan pelupa. Oleh karena itu, profesional

kesehatan kerja beserta profesional dan pemangku kepentingan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja lainnya dituntut menjunjung tinggi pendekatan holistik dalam

penyelesaian masalah kesehatan kerja, salah satunya adalah dengan

menghilangkan atau menurunkan risiko kesehatan yaitu stres kerja

(Kurniawidjaja, 2012).

Menurut Aamodth (2007) yang mengutip pendapat Cordes dan Dougherty,

stres kerja dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar: karakteristik pekerjaan

dan karakteristik organisasi.

1. Karakteristik Pekerjaan

Tiga karakteristik pekerjaan utama menyebabkan stres: konflik peran,

ketidakjelasan peran, dan role overload (peran yang berlebihan).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

2. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi yang mungkin menyebabkan stres termasuk

faktor-faktor seperti aturan dan kebijakan organisasi, hubungan

pengawasan, dan perubahan organisasi.

2.2 Jenis, Gejala dan Penyebab Stres Kerja

2.2.1 Jenis Stres Kerja

Menurut Wangsa (2010) yang mengutip pendapat dari para psikolog,

membedakan jenis stres menjadi dua, yaitu :

1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,

dan konstruktif (bersifat membangun). hal tersebut termasuk kesejahteraan

individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,

fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi seperti pengakit kardiovaskular

dan tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, yang diasosiasikan

dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.

2.2.2 Gejala Stres Kerja

Stres mempengaruhi baik pada tubuh fisik maupun proses mental kita, dan

nantinya, keduanya akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku dibawah

tekanan yang berat, dan mempengaruhi tingkatan dimana kita bisa melanjutkan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

peran kita, di rumah dan di tempat kerja, secara efektif dan efisien (Towner,

2002).

Menurut Wangsa (2010) yang mengutip pendapat Terry Beehr dan John

Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga

gejala dari stres pada individu, yaitu :

1) Gejala Psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil

penelitian mengenai stres pekerjaan :

a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

b. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

c. Sensitif dan hyperreactivity

d. Memendam perasaan, penarian diri, dan depresi

e. Komunikasi yang tidak efektif

f. Perasaan terkucil dan terasing

g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehingan

konsentrasi

i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas

j. Menurunnya rasa percaya diri

2) Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah :

a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan

mengalami penykit kardiovaskuar

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

b. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh : adrenalin dan

noradrenalin)

c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan

yang kronis (chronic fatigue syndrome)

f. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

g. Gangguan pada kulit

h. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

i. Gangguan tidur

j. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan

terkena kanker.

3) Gejala Perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah :

a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

c. Meningkatnya penggunaan minuman kerjas dan obat-obatan

d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan

e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

mengarah ke obesitas

f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk

pernarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,

kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

g. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti

menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

h. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan

teman

j. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

2.2.3 Penyebab Stres Kerja

Sopiah (2008) menyatakan stresor adalah penyebab stres, yakni kondisi

lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Ada dua

penyebab stres :

1) Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan

Ada berbagai stres yang bukan disebabkan oleh pekerjaan, antara lain

sebagai berikut :

1. Time based conflict

Time based conflict merupakan tantangan untuk menyeimbangkan

tuntutan waktu untuk perkerjaan dengan aktivitas keluarga dan

aktivitas bukan pekerjaan lainnya. Time based conflict lebih akut pada

wanita daripada pria. Wanita yang berkarir diluar rumah mendapatkan

sumber stres yang jauh lebih banyak karena dirumah dia dituntut untuk

menjadi istri dan ibu yang baik, sementara ditempat kerjapun dia

dituntut untuk menjadi karyawan yang baik. Hal ini tidak mudah untuk

dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

2. Strain based conflict

Strain based conflict terjadi ketika stres dari satu sumber meluap

melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Kematian suami

atau istri, masalah keuangan dan stresor yang bukan pekerjaan lainnya

menghasilkan ketegangan dan kelelahan yang mempengaruhi

kemampuan pegawai untuk menyelesaikan kewajiban pekerjaannya.

3. Role behavior conflict

Tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaannya. Disamping itu dia

juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan

tuntutan pekerjaannya. Hal ini seringkali memunculkan stres karena

untuk membangun harmoni atas dua atau lebih tuntutan tidaklah

mudah.

4. Stres karena adanya perbedaan individu

Terdapat tiga alasan mengapa dengan penyebab stres yang sama orang

memperlihatkan gejala-gejala stres yang berbeda. Pertama,

penerimaan kita terhadap situasi yang sama, masing-masing dari kita

berbeda. Kedua, memiliki ambang batas kemampuan dalam mengatasi

stres yang lebih rendah dari resistensi terhadap stres. Dan yang ketiga,

orang mungkin mengalami tingkat stres yang sama dan akibat yang

ditimbulkan dari stres berbeda, yang menunjukkan bahwa mereka

memerlukan strategi penanggulangan yang juga berbeda. Dalam hal ini

beberapa orang cenderung mengabaikan stresor dengan hal itu akan

hilang atau berlalu.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

2) Stres yang berhubungan dengan pekerjaan

Stresor yang berhubungan dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe

utama, yaitu :

1. Lingkungan Fisik

Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti

kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan. Stresor yang bersifat

fisik juga kelihatan pada setting kantor, termasuk rancangan ruang kantor

yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan

kualitas udara yang buruk.

2. Stres karena peran atau tugas

Stresor karena peran/tugas termasuk kondisi dimana para pegawai

mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran

yang dimainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran

pada tempat mereka bekerja.

3. Penyebab stres antarpribadi (inter-personal stressors)

Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisi-

divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan

target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan

karakter, kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya

memungkinkan munculnya stres.

4. Organisasi

Banyak sekali ragam penyebab stres yang bersumber dari organisasi.

Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk

mereka yang masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal

mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan

tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi,

privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan

sekolah ataupun instansi yang berpotensi memunculkan stres. Para pekerja

harus menghadapi peningkatan ketidak-amanan dalam bekerja, bimbang

dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dalam bentuk-bentuk

baru dari konflik antarpribadi.

Sementara itu menurut Sucipto (2014), terdapat dua faktor penyebab atau

sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor

personal. Faktor lingkungan kerja berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun

hubungan sosial dengan pekerjaan. Sedangkan faktor personal bisa berupa tipe

kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi

keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. Secara umum

dikelompokkan sebagai berikut.

1. Tidak adanya dukungan social

Artinya, stres akan cenderung muncul pada para guru yang tidak

mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial

disini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun

lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan

yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat

dukungan dari keluarga. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan

cenderung lebih mudah terkena stres, hal ini dikarenakan

ketidaknyamanan dalam menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di

kantor

Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam

menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres

kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi

tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika

seorang guru tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang

menyangkut dirinya.

3. Pelecehan seksual

Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan

berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bias

dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang

sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus

berupa rayuan, pujian bahkana senyuman yang tidak pada konteksnya.

Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres

kerja adalah perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dari lawan jenis dan

janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita.

Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada Negara yang tingkat

kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin

cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindunginya.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

4. Kondisi lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas,

terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan

yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam

menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin.

Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sikulasi

atau arus udara.

5. Manajemen yang tidak sehat

Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para

manajernya atau atasannya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin

yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan),

perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga

mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan

selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang

semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa

menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya menimbulkan stres.

6. Tipe kepribadian seseorang

Tipe kepribadian seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung

mengalami stress dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian

tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan

pekerjaannya, tidak sabaran konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan

pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam

situasi atau peristiwa yang non kompetitif.

7. Peristiwa/pengalaman pribadi

Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan,

kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah,

kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah

(pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres

paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya,

sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat

tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-

hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini.

2.3 Penyakit Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja

Menurut Looker dan Gregson (2005), terdapat beberapa gangguan dan

penyakit yang berhubungan dengan stres, yaitu :

1. Sistem pernapasan

a) Penyakit jantung koroner (angina dan serangan jantung)

b) Hipertensi (tekanan darah tinggi)

c) Stroke

d) Migren

2. Sistem pencernaan

a) Gangguan pencernaan

b) Nausea

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

c) Rasa panas dalam perut (pirosis)

d) Bisul dalam perut dan usus dua belas jari

e) Radang usus besar, sindroma usus besar berat

f) Diare

g) Sembelit

h) Kembung perut

3. Otot dan sendi

a) Pusing

b) Kram

c) Kejang otot

d) Nyeri punggung

e) Nyeri leher

4. Lain-lain

a) Diabetes

b) Kanker

c) Encok (Rheumatoid arthritis)

d) Asma

e) Masuk angin biasa dan flu

f) Gangguan seksual-dorongan seks berkurang, ejakulasi dini, gagal

mencapai orgasme, kemandulan

g) Penyakit kulit

h) Gangguan tidur

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

5. Perilaku

a) Makan terlampau banyak – obesitas

b) Hilang selera makan – anoreksia

c) Meningkatnya frekuensi merokok

d) Meningkatnya konsumsi kafein

e) Meningkatnya konsumsi alcohol

f) Penyalahgunaan obat-obatan

6. Emosional

a) Kecemasan, termasuk ketakutan, fobia, dan obsesi

b) Depresi

Stres kronis yang berlebihan dapat juga menyebabkan kehilangan berat badan,

insomnia, hiperaktivitas (kegoyahan dan kegelisahan), dan gangguan-gangguan

seksual.

2.4 Strategi Manajemen Stres Kerja

Menangani masalah stres di tempat kerja seperti garpu bermata dua. Pertama,

memberikan dukungan pada pekerja yang telah mengalami stres dan kedua,

mengambil tindakan untuk mengurangi penyebab stres yang telah ada dan yang

berpotensi menyebabkan stres ditempat kerja (Towner, 2002).

Mengelola stres dengan baik hampir identik dengan mengelola hidup kita

dengan baik pula. Sumber-sumber stres, gejala-gejala stres, sampai cara

memperlemah atau memperkuatnya, sepenuhnya bergantung pada kita. Stres juga

tak sepenuhnya buruk, bahkan salah satu sisi stres – eustres – justru kita perlukan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

sebagai daya dorong agar kita bisa berkreasi dengan lebih baik. Eustres juga

berperan pada kesuksesan kita. Stres pasti menyerang setiap orang. Yang

membedakan adalah cara setiap orang meresponnya. Respon yang baik dan benar

akan menstimulasi kreativitas dan mendorong kesuksesan. Respon yang buruk

akan membuat kita kehilangan keseimbangan, dan mengakibatkan kinerja yang

buruk. Sementara stres akut yang direspon secara salah, akan menyebabkan

kemunculan penyakit-penyakit fatal yang berakibat kematian (Looker dan

Gregson, 2005).

Menurut Sopiah (2008), Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam strategi

manajemen stres, yaitu

1) Remove the stressor

Ada banyak cara untuk menghilangkan sumber stres ditempat kerja.

Salah satu solusi terbaik adalah dengan memberdayakan para pegawai

sehingga mereka memiliki kontrol yang lebih atas pekerjaan dan

lingkungan pekerjaan mereka.

Sumber stres yang berhubungan dengan tugas dapat diminimumkan

lebih efektif melalui seleksi dan penempatan pegawai sehingga persyaratan

pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka. Slogan The right man on the

right place at the right time cocok diterapkan pada saat seleksi dan

penempatan pegawai.

Family friendly and work/life initiatives menghilangkan atau

mengurangi stressor yang menyebabkan time based conflict. Lima hal

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

yang paling lazim dalam family friendly and work/life initiatives antara

lain :

a. Penggunaan/pemanfaatan waktu yang fleksibel

Beberapa perusahaan mengajak pegawainya untuk menentukan kapan

mulai dan berakhirnya waktu kerja sehingga mereka dapat lebih mudah

menyesuaikan antara aktivitas pribadi dan pekerjaan.

b. Job sharing

Yakni memisahkan posisi karier antara dua orang sehingga mereka

yang mengalami stres time-based lebih sedikit diantara pekerjaan

keluarga.

c. Telecommunicating

Telecommunicating adalah bekerja dari rumah, biasanya dilakukan

dengan menghubungkan komputer ke kantor sehingga mudah untuk

menukar kegiatan pekerjaan dan bukan pekerjaan, dan sebagainya.

2) Withdraw from the stressor

Para pegawai biasanya mengalami stres ketika tinggal dan bekerja

dalam kultur yang berbeda. Tidak cukup dengan asumsi-asumsi dan

harapan yang umum. Para ekspatriat harus membayar kontan – bagaimana

cara berpikir, bersikap, dan bertindaknya dipersepsikan atau direspons

lingkungannya. Perlu waktu dan keinginan yang kuat agar mampu

beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

3) Change stress perception

Tingkat stres yang dialami pegawai dalam situasi yang sama mungkin

dapat berbeda antara satu individu dengan yang lain. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan persepsi. Oleh karena itu sebenarnya stres dapat

diminimumkan melalui perubahan persepsi atas situasi yang ada, sehingga

kita dapat menerima pekerjaan sebagai tantangan bukan ancaman.

4) Control stress consequences dan

Kadang-kadang para pegawai tidak dapat mengendalikan stres yang

dialaminya. Mereka seringkali membutuhkan bantuan untuk mengatasi

stres dengan perilaku disfungsional seperti mengonsumsi alkohol dan obat-

obat terlarang. Program gaya hidup sehat akan membantu pegawai belajar

bagaimana gaya hidup yang sehat. Mengendalikan stres dengan baik tentu

sangat bermanfaat, walau tidak semua orang mampu melakukannya.

Kebanyakan orang memerlukan orang lain untuk membantunya agar dapat

mengatasi dengan baik.

5) Receive social support.

Dukungan lingkungan sekitar dapat mengurangi stres yang dialami

seseorang. Dalam suatu organisasi, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk

memberikan dukungan kepada pegawai yang mengalami stres, yaitu :

Pertama, memperbaiki persepsi mereka bahwa mereka bernilai dan

berguna. Kedua, menyediakan informasi untuk membantunya memahami

masalah yang sesungguhnya yang memungkinkan untuk menghilangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

sumber stres. Ketiga, dukungan emosional dari yang lain dapat secara

langsung membantu mengurangi stres.

Berikut disajikan gambar strategi manajemen stres itu.

Gambar 1. Strategi Manajemen Stres

2.5 Proses Kerja di Sekolah Luar Biasa

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis

merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang

menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai

kegiatan belajar. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum,

yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran (Hamalik,

2007).

Sekolah Luar Biasa adalah suatu lembaga pendidikan untuk anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

Remove the Stressor

withdraw from the stressor

change stress perception

control stres consequences

Receive social support

Stres

Management

Strategis

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk

kedalam SLB antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,

kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak dengan gangguan kesehatan. istilah

lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena

karakteristik dan hambatan yang dimilki, SLB (Sekolah Luar Biasa) memerlukan

bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan

potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks

bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan

bahasa isyarat (Tarigan, 2015).

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat

dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar

tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya

gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Dalam proses kerja guru terdapat

beberapa metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan ke siswa. Metode yang

dapat digunakan adalah metode demonstrasi, metode demonstrasi adalah metode

penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa

tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya

sekadar tiruan (Sanjaya, 2006).

Dalam pasal 1 ayat 1 Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sebagai tenaga

professional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Aqib dan

Rohmanto, 2007). Dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 ayat 1 pendidikan khusus

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,

dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Menurut Tarigan (2015) yang mengutip pendapat Petrayuna, setiap profesi

memuat tanggung jawab,kewajiban dan tugas yang berbeda-beda. Kewajiban

seorang guru dalam kelas adalah :

1. Bersikap terbuka dan transparan, sehingga memungkinkan terjalinnya

keterusterangan dan kejujuran antara guru dan murid.

2. Bersikap penuh perhatian, sehingga antara guru dan murid dapat saling

menghargai.

3. Adanya saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara guru dan

murid.

4. Keterpisahan, untuk memungkinkan guru dan murid

menumbuhkembangkan keunikan, kreativitas dan individualitas masing-

masing.

5. Dapat memenuhi kebutuhan bersama, sehingga tidak ada pinak yang

dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain.

Lubis (2014) menyatakan mendidik anak yang autis merupakan perjuangan

keras yang dilakukan guru atau orang tua, hal ini akan lebih menantang lagi jika

yang mendidik dan menghadapi tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

khusus tentang autis. Anak autis dapat menjalani kehidupan secara normal jika

ada pendidikan khusus serta penanganan mengajar yang sesuai. Proses kerja guru

dalam menghadapi anak autis itu sendiri dilakukan dengan :

1. Rutinitas maksimal (tidak berubah-ubah)

Berbeda dengan orang-orang normal pada umumnya, tentu akan ada rasa

jenuh jika dihadapkan dengan cara atau metode yang terus menerus sama.

Bagi anak autis variasi berbeda-beda menjadi kejenuhan bagi mereka,

mereka lebih suka dengan rutinitas yang sama dengan kebiasaan berulang-

ulang. Hal ini disebabkan daya tangkap dan daya ingat yang tidak wajar

pada anak autis, sehingga kebiasaan yang berulang-ulang merupakan metode

tepat untuk mendidik dan menghadapi mereka.

2. Tidak membuat modifikasi jadwal (perubahan jadwal)

Jika anak autis diberi makan pada pukul 07.00 untuk sarapan pagi dan

jadwal bermain pukul 09.00 pagi, maka jangan pernah merubah jadwal

tersebut. Jika hal itu dilakukan akan membuat daya ingat anak tidak

meningkat sehingga pola pengajaran tidak tercapai pada tujuannya.

3. Pilihlah gaya belajar yang tepat

Beberapa anak kemungkinan cepat dalam menangkap informasi melalui

pendengaran, namun terkadang hal itu tidak akan sama dengan semua anak.

Pada dasarnya panca indera yang digunakan anak lebih dekat dengan media

visual atau gambar sebagai penghantar pembelajaran. Sebagai guru dan

orang tua hendaknya cerdas dalam menentukan metode dan gaya belajar

yang tepat sesuai dengan karakter anak-anak mereka. Hal ini karena anak

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

autis lebih cenderung kehilangan minat apabila mereka tidak mengerti apa

yang harus dipahami dan dikerjakan walau hanya sekadar memakai baju dan

celana.

4. Gunakan bahasa sederhana, singkat, tepat dan mudah

Tidak bisa disamakan antara anak yang normal dengan anak autis, anak autis

memahami makna ucapan hanya dengan rentetan kalimat terbatas. Maka

dari itu gunakan gaya bahasa yang tepat, singkat dan mudah dipahami.

Jangan terlalu menggunakan ucapan dengan kalimat panjang yang hanya

akan membuat bingung anak autis saat mereka berusaha memahaminya.

5. Tampilkan objek yang menarik perhatian

Anak autis cenderung mempunyai mainan khusus yang mereka sukai, maka

dari itulah anda harus cerdas untuk menggunakan media mainan tersebut

sebagai objek pembelajaran. Jika mainan anak autis yang disukai berupa

robot, mungkin anda dapat bercerita tentang kisah-kisah yang terkait dengan

hal itu.

2.6 Autisme

Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup

bidang sosial dan afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non-verbal, imajinasi,

fleksibilitas, lingkup interest (minat), kognisi dan atensi. Ini suatu kelainan dengan

ciri perkembangan yang terlambat atau yang abnormal dari hubungan sosial dan

bahasa (Lumbantobing, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme

seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak

tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad

lampau (Handojo, 2003).

Anak autis bukan “anak ajaib” atau “pembawa hoki” (gifted child), seperti

kepercayaan sebagian orang tua. Jadi, jangan mengharapkan keajaiban muncul

darinya. Namun, ia pun bukan bencana. Kehadirannya ditengah keluarga tidak

akan merusak keharmonisan keluarga.

Anak autis persis seperti anak-anak lain. Mereka membutuhkan bimbingan

dan dukungan lebih dari orang tua dan lingkungannya untuk tumbuh dan

berkembang agar dapat hidup mandiri.

Autisme merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit

ini mengganggu perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala

yang tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan. Untuk

mendiagnosis gangguan autisme tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih,

seperti brain mapping, CT-Scan, dan MRI. Pemeriksaan-pemeriksaan itu hanya

dilakukan jika ada indikasi tambahan, misalnya jika anak sering kejang, baru

dilakukan brain mapping atau EEG untuk melihat apakah mengidap epilepsi

(Danuatmaja, 2003).

2.6.1 Perilaku Autistik

Perilaku autistik digolongkan dalam 2 jenis, yaitu perilaku yang eksesif

(berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku

eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menyepak,

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

menggigit, mencakar, memukul, dsb. Perilaku deficit ditandai dengan gangguan

bicara, perilaku social kurang sesuai (naik kepangkuan ibu bukan untuk kasih

sayang tapi untuk meraih kue), deficit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak

benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa

sebab dan melamun. (Handojo, 2003).

Perilaku autistik berbeda dari perilaku normal. Autistik memiliki perilaku

yang berlebihan (excessive) atau perilaku yang berkekurangan (deficient), sampai

ke tingkat tidak ada perilaku. Perilaku adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau

dikatakan, dapat anda lihat, rasakan, dan dengar dari seseorang atau yang anda

lakukan sendiri (Danuatmaja, 2003).

Menurut Handojo (2003), timbulnya suatu perilaku selalu didahului oleh suatu

sebab atau antecedent. Kemudian suatu perilaku akan memberikan suatu akibat

atau consequence. Disini dikenal dengan suatu rumusan A -> B -> C yang disebut

operant conditioning, yaitu :

ANTECEDENT BEHAVIOUR CONSEQUENCE

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres dan Stres Kerja Stres dapat

2.7 Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yang

berjudul “Faktor - faktor penyebab stres kerja pada guru kelas autis di Unit

Pelaksana Teknis SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Tahun 2016 adalah

sebagai berikut :

Stres Kerja

Tidak adanya kesempatan

berpartisipasi dalam pembuatan

keputusan di kantor

Tidak dapat memutuskan

persoalan yang menjadi

tanggung jawab dan

kewenangannya.

Guru tidak dilibatkan dalam

pembuatan keputusan yang

menyangkut dirinya.

Kondisi lingkungan kerja

Suhu yang terlalu panas,

terlalu dingin, terlalu sesak.

Kurangnya cahaya

Manajemen yang tidak sehat

Gaya kepemimpinan atasan

Change Stress

Perception

Seperti : mengubah

persepsi guru agar dapat

menerima pekerjaan

sebagai tantangan

bukan ancaman

Control stress

consequences

Seperti : Mengajak para

guru untuk sama-sama

meningkatkan program

gaya hidup sehat.

Receive Social Support

Sepert : Dukungan

lingkungan sekitar yang

dapat mengurangi stres

yang dialami seseorang.

Manajemen

Stres Kerja

Tidak adanya dukungan sosial

Dukungan lingkungan

keluarga dan lingkungan

pekerjaan

Peristiwa pengalaman pribadi

Peristiwa traumatis

Pelecehan seksual

Kontak fisik

Perlakuan kasar atau

penganiayaan fisik

Janji promosi jabatan

Tipe kepribadian seseorang

Tipe A cenderung berambisi

namun menelantarkan aspek-

aspek lain dari kehidupan.

Tipe B cenderung lebih santai

dan tenang dalam bersikap.

Bekerja bukan untuk

berkompetensi.

Universitas Sumatera Utara