bab ii tinjauan pustaka a. stress kerja 1. pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/bab...

51
27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian Stress Kerja Stres dapat diartikan sebuah tekanan yang datang dari luar atau dalam individu yang menyebabkan timbulnya reaksi fisiologis dan psikologis (Sarafino & Smith, 2011). Menurut Hager (dalam Iswanto, 2001), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stresor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Stresor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stresor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Sarafino & Smith, 2011). Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stressful, sehingga respon terhadap stresor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.

Upload: others

Post on 29-Sep-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

27

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stress Kerja

1. Pengertian Stress Kerja

Stres dapat diartikan sebuah tekanan yang datang dari luar atau dalam

individu yang menyebabkan timbulnya reaksi fisiologis dan psikologis

(Sarafino & Smith, 2011). Menurut Hager (dalam Iswanto, 2001), stres sangat

bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada

keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang

dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stresor (sumber stres) tidak

selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.

Stresor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai

peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang

berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini

nampaknya sangat menentukan apakah stresor itu dapat berakibat positif atau

negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang

akan muncul (Sarafino & Smith, 2011).

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah

berbeda pada masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak

faktor. Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana

stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri

dalam menghadapi situasi yang stressful, sehingga respon terhadap stresor bisa

menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

28

Quick dan Quick (2007) mengkategorikan jenis stres menjadi dua,

yaitu:

a. Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance

yang tinggi.

b. Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular

dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan

dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Robbins (2001) mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang dinamis

dimana seseorang dikonfrontasikan dengan kesempatan, hambatan atau

tuntutan yang berhubungan dengan apa yang diinginkannya dan untukitu

keberhasilannya ternyata tidak pasti. Menurut Sarafino & Smith (2011), stres

kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan

pekerjaan mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan

perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan.

Secara umum, stres kerja dapat didefinisikan sebagai respons fisik dan

emosional yang terjadi ketika kemampuan dan sumber daya karyawan tidak

dapat diatasi dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan mereka (Alves, 2005;

Bianchi, 2004; Lindholm, 2006; Nakasis & Ouzouni, 2008). Fenomena yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

29

terkait dengan pekerjaan dan dikenal sebagai stres kerja dapat dinyatakan

secara berbeda, dan mempengaruhi karyawan dalam konteks kerja yang

berbeda. Mempelajari tentang stres kerja akan menunjukkan persepsi stres

kerja dan dampak negatifnya terhadap karyawan kepuasan, komitmen dan

produktivitas dalam konteks dan situasi yang berbeda (Michael, 2009).

Menurut Owen (2006), Situasi stres di tempat kerja membuat stres kerja yang

mengarah ke negatif dan berbahaya efek pada majikan dan karyawan. Jadi,

stres kerja akan memiliki hasil yang tidak diinginkan seperti ketidakhadiran,

hilangnya produktivitas dan sumber daya perawatan kesehatan (Abualrub &

Alzaru, 2008).

Greenberg & Baron (2000), mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi-

reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan

individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Masalah stres kerja

di dalam organisasi menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya

tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat dari adanya stres kerja

tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,

peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan kondisi fisik individu

menjadi terganggu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan

mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu

pelaksanaan kerja mereka, seperti: mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks,

emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu

terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur (Sarafino & Smitrh, 2011).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

30

Stress kerja dalam penelitian ini difokuskan pada anggota Polri di Polda

DIY. Anggota Polri adalah pegawai negeri sipil yang dipersenjatai yang

memiliki tugas sebagai penegak hukum serta memberikan pelayanan,

perlindungan dan pengayoman dalam rangka menjaga keamaman dan

ketertiban nasional (Undang-undang Kepolisian No.2 Tahun 2002). Anggota

Polri Ditsabhara memiliki tugas dan kewenangan dalam penegakan hukum

dengan menjalankan fungsi preventif atau pencegahan diantaranya adalah

melaksanakan pengaturan, pengawalan, penjagaan, dan patroli.

Polri sebagai pelayan masyarakat dan penegak hukum tentu akan

berhubungan erat dengan seluruh elemet masayarakat, cenderung lebih sering

memunculkan reaksi emosional sebagai akibat stres maupun ketidakpuasan

terhadap situasi kerja berlebihan serta berkepanjangan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja

adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan

pekerjaan mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan

perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam organisasi.

2. Gejala- gejala Stres Kerja.

Sarafino & Smith (2011) mengkaji ulang beberapa kasus stres karena

pekerjaan dan menyimpulkan ada tiga gejala stres kerja pada individu, yaitu:

a. Gejala Psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada

hasil penelitian mengenai stres pekerjaan, antara lain: (1) kecemasan,

ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung; (2) perasaan frustrasi, rasa

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

31

marah, dan dendam (kebencian); (3) sensitif dan hyperreactivity; (4)

memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi; (5) komunikasi yang tidak

efektif; (6) perasaan terkucil dan terasing; (7) kebosanan dan ketidakpuasan

kerja; (8) kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilangan

konsentrasi; (9) kehilangan spontanitas dan kreativitas; dan (10) menurunnya

rasa percaya diri.

b. Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah sebagai

berikut: (1) meningkatnya denyut jantung, tekanan darah dan kecenderungan

mengalami penyakit kardiovaskular; (2) meningkatnya sekresi dari hormon

stres, yaitu adrenalin dan noradrenalin, (2) gangguan gastrointestinal,

misalnya gangguan lambung; (3) meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan

kecelakaan; (4) kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom

kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome); (5) gangguan pernapasan;

(6) gangguan pada kulit; (7) sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah,

ketegangan otot; (8) gangguan tidur; dan (10) rusaknya fungsi imunitas

tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.

c. Gejala Perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah: (a)

menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan; (b) menurunnya

prestasi (performance) dan produktivitas; (c) meningkatnya penggunaan

minuman keras dan obat-obatan; (d) perilaku sabotase dalam pekerjaan; (e)

perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

32

mengarah ke obesitas; (f) perilaku makan yang tidak normal (kekurangan)

sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,

kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi; (g) meningkatnya

kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak

hati-hati dan berjudi; (h) meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan

kriminalitas; (i) menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan

keluarga dan teman; (j) kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala

stres kerja terdiri dari tiga gejala, yaitu : gejala psikologis, gejala fisiologis, dan

gejala perilaku.

3. Dimensi Stres

Sarafino & Smith (2011) mengemukakan bahwa stres terbagi ke dalam

5 dimensi, adapun dimensi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Life transition (transisi hidup), berlalu dari satu kondisi kehidupan atau

fase ke fase lain. Contoh: memulai sekolah, pindah ke komunitas baru,

menjadi orang tua, dan pensiun dari karir.

b. Difficult timing (waktu yang berat), peristiwa yang berbeda kejadian yang

terjadi lebih awal atau lebih lambat dari biasanya atau yang tidak

diharapkan. Contoh: memiliki anak pada usia 15 tahun usia dan memasuki

perguruan tinggi di 40.

c. Ambiguity (ketidakjelasan suatu hal), kurangnya kejelasan dalam suatu

situasi. Contoh: informasi yang tidak jelas dalam pekerjaan tentang fungsi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

33

atau tugas dan untuk pasien tentang status kesehatan seseorang, pilihan

perawatan, atau prognosis penyakit yang belum jelas.

d. Low desaribility (keinginan yang rendah) keadaan yang tidak diinginkan

bagi kebanyakan orang dihampir semua hal. Contoh: kehilangan sesuatu

hal yang sangat diinigkan.

e. Low controlability (keadaan kontrol yang rendah), yang tampaknya berada

di luar pengaruh perilaku atau kognitif seseorang. Contoh: rendah kontrol

perilaku, seperti tidak mampu melakukan apa pun untuk mencegah sesuatu

hal, rendahnya kontrol kognitif, seperti tidak bisa berhenti memikirkan

pengalaman traumatis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dimensi

stres terbagi atas lima demensi yakni transisi hidup, waktu yang berat,

ketidakjelasan sesuatu hal, keinginan yang rendah, keadaan kontrol yang

rendah.

4. Pendekatan Terhadap Stres

Sarafino & Smith (2011) berpendapat bahwa ada tiga model pendekatan

dalam upaya memandang stres sebagai suatu konsep yaitu :

a. Stres sebagai suatu stimulus, pendekatan stres sebagai stimulus pada

dasarnya lebih memfokuskan pada aspek lingkungan, dimana stres itu

sendiri dipandang sebagai stimulus. Stres sebagai suatu stimulus disebabkan

oleh kondisi lingkungan yang menekan. seperti lingkungan kerja yang tidak

mengenakan, penempatan yang padat atau kondisi lingkungan yang bising

dan sebagainya. Stres yang muncul sebagai akibat tekanan dari lingkungan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

34

seringkali dialami oleh masyarakat umum. Sumber-sumber stresor potensial

yang terdapat pada lingkungan walaupun proporsionalnya tidak dominan,

kadangkala dapat mengakibatkan ketidakseimbangan pada individu yang

berada dalam lingkungan tersebut.

b. Stres sebagai suatu respon, pendekatan stres sebagai suatu respon lebih

memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stres, dimana stres dipandang

sebagai suatu respon atau variabel terikat. Stres suatu respon akan muncul

dalam dua bentuk yaitu: stres yang berupa respon-respon psikologis dan

fisiologis. Secara psikologis respon stres yang muncul dapat berupa

perilaku, pola pikir, emosi, perasaan stres. Wujud respon fisiologis dapat

berupa jantung berdebar-debar, perut mules, badan berkeringat dan

sebagainya, respon psikologis ini dinamakan dengan ketegangan.

c. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, pendekatan stres

sebagai suatu interaksi antara individu dengan lingkungan disamping

memfokuskan pada stresor dan strain (ketegangan), yang menitikberatkan

pada aspek interaksi yang terjadi antara individu dengan lingkungannya.

Stres tidak hanya dipandang sebagai stresor atau respon saja, tetapi juga

adanya pengaruh yang berupaya untuk mempengaruhi stresor baik melalui

strategi perilaku, kognitif dan emosional. Stres yang terjadi menurut

pandangan pendekatan ini adalah merupakan suatu proses yang melibatkan

individu yang berada dalam lingkungan tertentu. Reaksi stres dalam

pendekatan ini dapat muncul walaupun stresornya sejenis, dengan demikian

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

35

dapat dikatakan bahwa tumbuhnya kesadaran terhadap stres merupakan

proses yang kompleks dan dinamis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep stres

terbagi atas tiga yakni stres sebagai stimulus, stres sebagi respon dan stres

sebagai interaksi indivudu dengan lingkungan.

5. Reaksi Stres

Berry & Houston (1993) yang mengemukakan bahwa dalam teori

General Adaption Syndrome (GAS), stres merupakan reaksi pertahanan tubuh

terhadap stresor dan tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Reaksi Alarm awal (Initial Alarm Reaction)

Pada tahap ini tubuh merasa melakukan reaksi melalui perubahan sistem

syaraf dan hormonal, yang disebut Fight-or- flight rection. Apabila stres

dapat diatasi maka tubuh kembali normal, namun apabila yang terjadi

sebaliknya maka individu akan mengalami tahapan selanjutnya.

b. Tahap perlawanan (Resistance Phase)

Pada tahap ini tubuh tampak telah kembali normal, namun terdapat tanda-

tanda lain yang menunjukkan masih adanya perlawanan.

c. Tahap kelelahan (Exhaustion phase)

Tahapan ini menunjukkan bahwa masih berada pada kondisi stres

sehingga dapat menyebabkan individu kelelahan fisik atau sakit dan

akhirnya apabila stres terus berlanjut akan menyebabkan kematian.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

36

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa reaksi stres

terdapat tiga yakni reaksi alaram awal, reaksi perlawanan dan reaksi

kelelahan.

6. Dampak Stres Kerja

Sarafino & Smith (2011) menjelaskan bahwa stres memiliki dampak,

adapun dampak stres sebagai berikut

a. Deviasi Fisiologis (sistem otot terganggu antara lain tegang, gemetar,

sakit; gangguan organ dalam antara lain: jantung, perut, nafas, buang air

berlebihan; sakit kepala).

b. Deviasi Psikologis (gangguan fungsi kognitif antara lain berfikir,

konsentrasi, ingatan, dan gangguan emosi).

c. Deviasi Perilaku (tidak mau makan/makan berlebihan; tidak bisa tidur;

minum berlebihan; merokok berlebihan; malas beraktivitas).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dampak

stres stres terdapat tiga yakni deviasi fisik, deviasi psikologis dan deviasi

perilaku.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja.

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stresors.

Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu stresors, biasanya pegawai

mengalami stres karena kombinasi stresors. Robins (2006) menyebutkan

bahwa penyebab stres (stresor) terdiri atas empat hal utama, yakni:

a. Extra organizational stresors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,

keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

37

keadaan komunitas/tempat tinggal. Perbedaan –perbedaan dan perubahan

tersebut di atas seringkali membuat ketidaknyamanan dan sering

menyebabkan konflik sehingga dapat menyebabkan stres.

b. Organizational stresors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam

organisasi. Kebijakan- kebijakan dalam organisasi seringkali bertentangan

dengan pribadi atau individu. Hal tersebut menyebabkan perbedaan

kenyataan dan keinginan yang dapat memicu stres kerja.

c. Group stresors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,

kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu,

interpersonal, dan intergrup. Aspek sosial sering disebut sebagai salah satu

penyebeb stres kerja. Kurang adanya dukungan sosial dan kebersamaan

menyebabkan individu merasa sendiri dan tidak berdaya.

d. Individual stresors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan

peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol

personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Tipe kepribadian A merupakan salah satu tipe kepribadian yang rentan

terhadap stres karena tipe ini cenderung perfectionis dan semangat, ada

kalanya apa yang ditargetkan tidak sesuai dengan harapan, sedangkan

aspek kepribadian yang dapat menghambat stres kerja adalah efikasi diri

yaitu aspek keyakinan akan kemampuan diri (Wangmuba,2009). Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Collins (2007) yang menjelaskan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

38

bahwa efikasi diri merupakan salah satu strategi terpenting yang terlibat

dalam mananggulangi terjadinya stress.

Lebih lanjut, Sarafino & Smith (2011) menjelaskan ada tiga sumber

utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu:

a. Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam

Individu, yaitu faktor yang melekat pada diri individu atau faktor internal

individu seperti: jenis kelamin, tipe kepribadian, faktor kognitif dan lain-

lain. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya

terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi

(kognitif) seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya

untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi.

Sehingga individu tersebut dapat memilih untuk mendekati sumber

masalah atau menjauhinya. Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres

dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu

peristiwa (Sarafino & Smith, 2011).

Aspek kepribadian yang dapat menurunkan stres kerja adalah

efikasi diri yaitu aspek keyakinan akan kemampuan diri

(Wangmuba,2009). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Collins (2007) yang menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan salah satu

strategi terpenting yang terlibat dalam mananggulangi terjadinya stress.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

39

Jex dan Bliese (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa

tinggi rendahnya stres pada individu dalam menghadapi stresor kerja

tergantung tinggi rendahnya efikasi diri yang dimilikinya. Lebih lanjut

penelitiannya juga menemukan bahwa efikasi diri merupakan variabel

penting dalam mempelajari hubungan antara stresor dan stres dikarenakan

ada hubungan sangat kuat antara stresor, stres dan tinggi rendahnya efikasi

diri.

Hal ini semakin dipertegas dengan pernyataan Bandura (1997)

yang menyebutkan bahwa efikasi diri mempengaruhi terhadap kapasitas

dalam mengatasi permasalahan akan berpengaruh pada tingkat stres dan

depresi yang akan dialami seseorang ketika menghadapi situasi-situasi

yang sukar dan mengancam.

b. Faktor Keluarga

Keluarga dapat memberikan kenyamanan yang luar biasa, akan

tetapi juga dapat menjadi sumber stres dan konflik. perselisihan bisa

timbul dari masalah keuangan; tidak pengertian tingkah laku; penggunaan

sumber daya rumah tangga; tujuan yang berlawanan, seperti program

televisi mana yang ditonton. Dari sekian banyak sumber stres dalam

keluarga, kami akan fokus pada tiga: menambahkan anggota keluarga

baru, konflik perkawinan dan perceraian, penyakit yang dialami dan

kematian anggota keluarga.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

40

c. Faktor Lingkungan.

Keadaan lingkungan dan suasana hidup bermasyarakat juga

menjadi salah satu faktor penentu stres. yang tidak menentu akan dapat

menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat

terhadap karyawan.

Kontak dengan masyarakat juga dapat menjadi sumber stres.

Misalnya, pengalaman anak-anak stres di sekolah dan di acara-acara

kompetitif, seperti dalam pertunjukan olahraga dan bakat. Banyak stress

Pengalaman orang dewasa dikaitkan dengan pekerjaan mereka dan kondisi

lingkungan tempat mereka tinggal. tuntutan tugas dalam perkerjaan dapat

menjadi sumber stres dalam dua cara. Pertama, beban kerja yang terlalu

tinggi. Sebagian orang bekerja sangat sulit untuk berkerja dalam waktu

berjam-jam atau dalam jangka waktu lama karena mereka merasa

diharuskan untuk melakukannya misalnya, jika mereka membutuhkan

uang atau berpikir atasan mereka akan tidak senang jika mereka tidak

bekerja pada waktu yang telah ditentukan. Studi telah menemukan bahwa

beban kerja yang berlebihan berhubungan dengan peningkatan angka

kecelakaan dan masalah kesehatan (Mackay & Cox, 1978; Quick et al.,

1997). Kedua, beberapa jenis aktivitas pekerjaan yang monoton.

Misalnya, tindakan manual berulang, seperti pada pekerjaan kasir, bisa

membuat stres dan terkait dengan fisik gejala, seperti nyeri leher dan bahu

(Lundberget al., 1999).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

41

Beberapa aspek pekerjaan lainnya dapat meningkatkan stres

(Cottington & House, 1987; Mackay & Cox, 1978; Cepat et al., 1997).

Misalnya, stres dapat dihasilkan dari:

1) Lingkungan fisik pekerjaan. Stres meningkat ketika pekerjaan

melibatkan tingkat kebisingan, suhu, kelembaban, atau pencahayaan

(McCoy & Evans, 2005).

2) Kurangnya kontrol yang dirasakan atas aspek pekerjaan. Orang-orang

mengalami stres ketika mereka memiliki sedikit kesempatan belajar

keterampilan baru dan membuat keputusan sendiri (Fitzgerald et al.,

2003).

3) Hubungan interpersonal yang buruk. Stres kerja masyarakat

meningkat ketika rekan kerja atau pelanggan secara sosial kasar atau

memperlakukan mereka secara tidak adil (Fitzgerald et al., 2003).

4) Merasakan pengakuan atau kemajuan yang tidak memadai. Pekerja

merasa stres ketika mereka merasa diperlakukan tidak adil, seperti

kapan mereka tidak mendapatkan pengakuan atau promosi

merekapercaya bahwa mereka layak (Steptoe & Ayers, 2004).

5) Kehilangan pekerjaan dan ketidakamanan. Orang mengalami stres

ketika mereka kehilangan pekerjaan mereka atau berpikir mereka

mungkin akan dihapus atau diletakkan mati.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi stres kerja terdiri dari faktor individu, faktor keluarga dan

faktor lingkungan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

42

4. Cara-cara atau Intervensi Menurunkan Stress Kerja.

Lazurus (2001) mengutarakan bahwa terdapat beberapa intervensi yang

dapat diberikan kepada seseorang yang mengalami stres kerja yang akan

berdampak pada turunya tingkat stres kerja tersebut. Adapun intervensi tersebut

seperti konseling bagi karyawan, pelatihan manajemen stres dan pelatihan

relaksasi.

Rechter (2012) membagi intervensi yang dapat menurunkan stres kerja

dalam tiga kategori intervensi, yakni intervensi primier, sekunder dan tersier.

Intervensi preventif primer bersifat proaktif, yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya stres dengan menghilangkan atau mengurangi stressor. Individu yang

merasa stres berusaha untuk mengatasi sumber stres di tempat kerja-kerja

kondisi, atau stressor, yang meningkatkan risiko stres. Mereka memerlukan

perbaikan dalam cara melibatkan karyawan secara rutin dalam perencanaan

pekerjaan dan pengambilan keputusan, dan perbaikan dalam lingkungan kerja

baik itu secara psikososial dan fisik dalam lingkungan kerja. Contohnya

termasuk perubahan tuntutan pekerjaan dan perancangan ulang pekerjaan, dan

pembentukan komite kesehatan dan keselamatan kerja atau manajemen bersama.

Intervensi sekunder korektif, bertujuan untuk mengubah cara individu

merasakan atau menanggapi stress yang dialaminya dengan cara menghilangkan

atau mengurangi stressor. Contohnya termasuk pengembangan keterampilan

manajemen stres (misalnya manajemen waktu dan keterampilan mengatasi

masalah, meditasi, relaksasi otot).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

43

Intervensi tersier bersifat reaktif, yang bertujuan untuk meminimalkan

efek masalah terkait stres setelah terjadi, melalui perawatan atau manajemen

gejala atau penyakit. Contoh termasuk upaya untuk membantu staf dalam

menangani dampak stres di tempat kerja (misalnya, program bantuan karyawan)

dan program rehabilitasi dan kembali kerja bagi mereka yang terkena dampak

oleh penyakit yang berhubungan dengan stres di tempat kerja.

Westman & Etzion (2001) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengurangi stres kerja, pada penelitian ini sebelum memberikan perlakuan

mereka memberika skala pretest, setelah itu mereka memberikan perlakuan

dengan memberikan karyawan waktu untuk liburan (tidak masuk kerja), setelah

liburan selesai maka mereka akan kembali masuk kerja dan mengisi skala

posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa liburan sangat efektif untuk

menurunkan stres kerja seseorang.

Beberapa penelitian ilmiah yang bersifat intervensi dan bertujuan untuk

menurunkan stres kerja telah banyak dilakukan salah satunya penelitian yang

dilakukan oleh Sari, Wahyunigsih dan Astuti (2016) dengan judul penelitian

pelatihan regulasi emosi untuk menurunkan stres kerja pada anggota reskrim.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan regulasi emosi dapat

menurunkan stres kerja anggota reskrim.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Solicha (2014) dengan judul

pelatihan efikasi diri untuk menurunkan stres kerja pada karyawan rumah sakit

jiwa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan stres yang

signifikan antara kelompok ekperimen yang diberikan pelatihan efikasi diri dan

kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan efikasi diri.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

44

Dalam penelitian ini peneliti memilih intervensi pelatihan, karena pada

karakteristik kasus terlihat anggota polisi sabhara mengalami kegagalan untuk

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan

suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu sehingga

anggota polisi yang mengalami kegagalan dalam memahami kemampuan

dirianya dalam melaksanakan tugas ini menjadi stres akan tekanan kerja yang

ada. Selain itu pelatihan dirasa cukup efektif sebagai pembelajaran langsung,

sehingga semua peserta dapat terlibat secara aktif dalam setiap sesi pelatihan.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Silberman (1998) bahwa

pembelajaran melalui pengalaman merupakan metode paling efektif untuk

meningkatkan pemahaman dalam proses pelatihan.

B. Pelatihan Efikasi Diri

1. Pengertian Pelatihan Efikasi Diri

Efikasi diri adalah keyakinan tentang sejauh mana individu

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau

melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu

(Bandura, 1997). Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri mengarahkan

seseorang untuk menghadapi tantangan. Individu dengan efikasi diri tinggi

akan lebih tekun, sedikit merasa cemas dan tidak mengalami depresi,

sedangkan individu yang memilki efikasi rendah, kurang memiliki

keterampilan sosial, tanggapan terhadap lingkungan disertai kecemasan,

keinginan menghindari interaksi interpersonal serta cenderung lebih depresi

(Bandura, 1997).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

45

Secara khusus Wanberg dan Banas (2000) mengemukakan konsep

efikasi diri dalam perubahan sebagai keyakinan akan kemampuan yang dimiliki

oleh individu untuk menangani situasi perubahan dan untuk memfungsikan

dirinya secara lebih baik terhadap pekerjaan yang dijalankan meskipun terjadi

berbagai tuntutan yang berasal dari perubahan orgaanisasi. Conner (dalam

Wanberg dan Banas, 2000) berikutnya menyampaikan bahwa individu-individu

tidak akan menunjukkan kinerja yang baik dalam situasi perubahan ketika

mereka tidak meyakini kemampuan yang dimilikinya. Karyawan-karyawan

yang mempunyai efikasi diri dalam perubahan yang tinggi akan menjaga

perfomansi kerjanya dan melakukan usaha-usaha yang mendukung proses

perubahan meskipun mengalami tekanan-tekanan sebagai ekses dari perubahan

yang terjadi.

Bandura (1997) mengungkapkan bahwa efikasi diri merupakan hasil

proses kognitif sosial yang berwujud keyakinan dan pengharapan serta

keputusan pada kemampuannya dalam bertindak guna memperoleh hasil yang

maksimal. Pengharapan kognitif menurut Bandura dapat diklasifikasikan

menjadi dua golongan, yaitu pengharapan hasil dan pengharapan efikasi.

Pengharapan hasil adalah prediksi individu akan hasil yang diperoleh

berdasarkan perilaku yang dikerjakannya, sedangkan pengharapan efikasi

merupakan keyakinan diri individu pada kemampuan dan tindakan guna

mencapai keberhasilan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan mempunyai

mempunyai semangat dan ketekunan yang lebih kuat dalam mengatasi

masalah, serta mampu memobilisasi energi yang lebih besar dalam menghadapi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

46

tantangan. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri rendah mudah menyerah

dan putus asa bila menghadapi kesulitan dan permasalahan (Bandura, 1997).

Efikasi diri merupakan hasil proses kognitif berupa keputusan,

keyakinan atau pengharapan individu (Bandura, 1997). Individu yang merasa

mampu atau memiliki efikasi diri tinggi akan melihat stresor bukan sebagai

ancaman, sebagaimana individu dengan efikasi diri rendah memandangnya.

Apabila individu merasa tidak dapat mengendalikan situasi dan lingkungan

yang sedang dihadapi atau dirasa mengancam, individu akan mudah gelisah

serta cemas. Sebaliknya, jika individu merasa mampu menghadapi tekanan

lingkungan, maka individu tidak akan merasa cemas. Individu akan melihat

situasi dan lingkungan menekan sebagai sesuatu yang menantang, kemudian

melakukan tindakan matang serta sudah diperhitungkan.

Sudarmaji (dalam Priyantoro, 2002) menyebutkan, efikasi diri memiliki

peranan dalam pengendalian reaksi terhadap ancaman dan tekanan, dimana

keyakinan akan kemampuan yang dimiliki turut menentukan individu untuk

mencoba mengatasi situasi sulit ataupun tidak. Individu yang memiliki efikasi

diri tinggi akan berusaha lebih keras mengatasi semua kesulitan. Individu akan

berusaha mengerahkan seluruh kemampuan sumber daya kognitif, motivasi

dan menentukan atau merencanakan tindakan untuk mencapai situasi yang

diinginkan.

Menurut Bandura (1997), efikasi diri menghasilkan perbedaan dalam

cara berpikir, merasakan dan bertindak. Efikasi diri berpengaruh terhadap

pilihan serta tindakan yang dicapai individu. Keyakinan pada efikasi diri turut

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

47

menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan individu dan berapa lama

kemampuan individu bertahan dalam menghadapi situasi yang kurang

menguntungkan (Schunk, Henson & Cox, 1987). Efikasi diri mengacu pada

keyakinan akan kemampuan diri untuk menggerakkan motivasi, kemampuan

kognitif serta tindakan yang diperlukan dalam memenuhi tuntutan situasi

(Bandura, 1997).

Bandura (dalam Smet, 1994) mengemukakan, efikasi diri akan

meningkatkan kekebalan terhadap stres, cemas, dan depresi serta mengaktifkan

perubahan-perubahan biokemis yang dapat mempengaruhi berbagai ancaman

aspek fungsi kekebalan. Penelitian menunjukkan, efikasi diri memilki peran

dalam hubungan dengan cemas dan stres yang melibatkan immunosuppression

serta perubahan fisiologis, seperti tekanan darah, detak jantung dan hormon

stres (Bandura, Wiendenfeld, Levine, Leary, Brown & Raska, 1999).

Menurut Nitisemito (1992), pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan

memperbaiki, mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan dan pengetahuan

peserta. Pelatihan merupakan program yang diselenggarakan perusahaan untuk

memfasilitasi karyawan agar memperoleh kompetensi yang berkaitan dengan

pekerjaannya (Noe, 2005). Kompetensi tersebut mencakup pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang bisa meningkatkan kinerja karyawan. Metode

dalam pelatihan bisa menggunakan teknik diskusi, ceramah efektif serta proses

pembelajaran langsung dan aktif, dimana para peserta dilibatkan secara aktif

dalam setiap sesi pelatihan.

Pelatihan efikasi diri adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki dan

membantu mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan pada seseorang agar

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

48

memiliki keyakinan untuk memperkirakan dan melaksanakan suatu tugas atau

tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Melalui pelatihan efikasi diri, para peserta dalam hal ini anggota Polri

Ditsabhara akan didorong dan diarahkan untuk merasa, berpikir, memotivasi

diri sendiri maupun perilaku yang akan dimunculkan serta diarahkan untuk

lebih berani menghadapi tantangan. Hal itu didasarkan pada pendapat Bandura

(1997), ketika individu memiliki efikasi diri tinggi, maka individu akan lebih

tekun, sedikit merasa cemas dan tidak mengalami depresi dibanding individu

dengan efikasi diri rendah. Individu menjadi kurang memiliki keterampilan

sosial, tanggapan terhadap lingkungan disertai kecemasan, keinginan

menghindari interaksi interpersonal serta cenderung lebih depresi (Bandura,

1997).

Sebagaimana penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, pelatihan

efikasi diri adalah sebuah kegiatan tersistematis dan terorganisir dengan

proses pembelajaran langsung serta aktif yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan individu sejauh mana individu dapat memperkirakan kemampuan

dalam melaksanakan tugas ataupun tindakan untuk mencapai hasil tertentu.

Kecenderungan tinggi rendahnya efikasi diri sangat tergantung pada penilaian

kemampuan pribadi masing-masing individu.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

49

2. Dimensi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997), efikasi diri seseorang dibedakan atas dasar

beberapa dimensi yang memiliki implikasi terhadap prestasi, antara lain:

a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas)

Dimensi tingkat kesulitan tugas berkaitan dengan derajat kesulitan tugas

ketika individu merasa mampu melakukannya. Jika individu dihadapkan

pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi

diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang

atau bahkan tugas-tugas paling sulit. Hal itu sesuai batas kemampuan untuk

memenuhi tuntutun perilaku pada masing-masing tingkatan. Dimensi ini

memiliki implikasi terhadap pemilihan perilaku yang dirasa mampu

dilakukan dan menghindari perilaku di luar batas kemampuannya.

b. Generality (luas bidang perilaku)

Dimensi generalisasi berkaitan dengan luas bidang tugas yang dilakukan.

Beberapa keyakinan individu terbatas pada suatu aktivitas maupun situasi

tertentu dan beberapa keyakinan menyebar pada serangkaian aktivitas serta

situasi yang bervariasi.

c. Strength (kemantapan keyakinan)

Dimensi kemantapan keyakinan berkaitan dengan keteguhan hati terhadap

keyakinan pada diri individu, bahwa individu akan berhasil menghadapi

suatu masalah. Dimensi ini seringkali harus menghadapi rasa frustrasi, luka

dan berbagai rintangan lainnya dalam mencapai suatu hasil tertentu.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

50

Sebagaimana pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa,

dimensi efikasi diri individu meliputi berbagai keyakinan individu tidak hanya

terbatas pada kemampuan atau kompetensi dalam suatu bidang tertentu. Lebih

jauh, dimensi efikasi diri juga berkaitan dengan kesanggupan dan kekuatan hati

individu dalam menghadapi berbagai situasi serta lingkungan menekan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Skala efikasi diri dalam penelitian ini akan diungkap berdasarkan ketiga

dimensi yang diuraikan Bandura (1997), yaitu: magnitude (tingkat kesulitan

tugas), generality (luas bidang perilaku) dan strength (kemantapan keyakinan).

Efikasi diri dalam penelitian ini difokuskan terkait efikasi diri dalam

pelaksanaan tugas sebagai seorang Anggota Polri yang betugas di fungsi

operasional Direktorat Sabhara yang mana sesuai dengan peraturan kapolri

No.22 tahun 2010 memiliki tugas diantaranya adalah melaksanakan tugas

kepolisian berupa penjagaan, pengaturan, pengawalan, dan patroli atau

disingkat dengan turjawali.

3. Konsep Operasional Pelatihan Efikasi Diri

Pelatihan efikasi diri yang akan dilakukan menggunakan metode

experiental learning (permainan, role play, diskusi), yaitu sebuah metode

pelatihan yang membuat peserta belajar melalui pengalaman. Pelatihan efikasi

diri untuk penurunan stres kerja pada anggota Polri Ditsabhara akan diberikan

berdasarkan konsep operasional pelatihan efikasi diri dengan mengacu sumber-

sumber efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997), antara lain

pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan kondisi

psikologis.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

51

Sumber efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997), antara lain

pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan kondisi

psikologis. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Pencapaian prestasi (Performance attainment), merupakan sumber

pengharapan efikasi yang utama atau penting karena didasarkan pada

pengalaman yang secara langsung dialami oleh individu. Apabila individu

pernah berhasil mencapai suatu prestasi tertentu, maka hal ini dapat

meningkatkan penilaian akan efikasi-dirinya. Pengalaman keberhasilan juga

dapat mengurangi kegagalan, khususnya bila kegagalan tersebut timbul

disaat awal terjadinya suatu peristiwa, bahkan kegagalan tersebut tidak akan

mengurangi usaha yang sedang dilakukan individu dalam menghadapi dunia

luar.

b. Pengalaman orang lain (Vicarious experience), yakni belajar dengan cara

mengamati tingkah laku atau pengamatan terhadap pengalaman orang lain.

Seseorang yang melihat individu lain berhasil melakukan suatu tugas, akan

mengharapkan efikasi dirinya juga meningkat, terutama jika ia merasa

memiliki kemampuan yang sebanding dengan orang yang diamati tersebut,

dan mempunyai usaha yang tekun dan ulet. Mengamati keberhasilan orang

lain, individu akan cenderung merasa mampu melakukan hal yang sama. Ia

berkeyakinan bila orang lain mampu, tentunya dia juga mampu. Hal ini

dapat meningkatkan motivasi individu untuk mencapai suatu prestasi

tertentu. Pengamatan terhadap pengalaman orang lain tergantung pula pada

beberapa hal seperti karakteristik model, kesamaan antara individu dengan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

52

model, tingkat kesulitan tugas, keadaan situasional, dan keanekaragaman

hasil yang mampu dicapai oleh model.

c. Persuasi verbal (Verbal persuasion), yaitu orang diarahkan melalui sugesti

dan bujukan untuk percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalah-

masalah di masa datang. Persuasi verbal ini bisa mengarahkan orang agar

berusaha lebih keras lagi untuk mencapai kesuksesan dan dapat mendorong

orang untuk lebih giat, ulet dan tekun.

d. Kondisi psikologis (Psychological state), bahwa dalam situasi yang

menekan, kondisi emosional dapat mempengaruhi pengharapan efikasi.

Individu lebih mengharapkan akan berhasil jika tidak mengalami gejolak

fisiologis daripada jika mereka menderita tekanan, goncangan dan

kegelisahan yang mendalam, sebab pengalaman tersebut dapat menurunkan

prestasinya. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu

memberikan suatu isyarat akan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan.

Oleh karena itu situasi-situasi yang menekan akan cenderung dihindari.

Dengan demikian efikasi-diri dapat ditingkatkan dengan menggunakan

empat sumber informasi efikasi-diri yaitu: pencapaian prestasi, pengalaman

orang lain, persuasi verbal dan kondisi psikologis individu tersebut. Semakin

banyak individu tersebut belajar dan memperoleh informasi efikasi-diri maka

diharapkan tingkat efikasi-diri individu tersebut akan semakin baik.

Keempat sumber efikasi diri tersebut menjadi acuan dalam pembuatan

program pelatihan efikasi diri. Setiap sumbernya diharapkan terwakili dalam

beberapa sesi kegiatan pada rancangan modul pelatihan. Selain itu, setiap sesi

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

53

pelatihan diharapkan dapat menjadi media pembentukan efikasi diri peserta

secara optimal dan memenuhi proses psikologis yang dibutuhkan.

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan pada pelatihan efikasi diri

ini, meliputi: pembukaan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan serta

penutup. Berikut ini adalah uraian setiap sesi pelatihan beserta tujuan yang

hendak dicapai, diantaranya:

1. Sesi Awal (Pembukaan dan Ice Breaking)

Sesi ini menekankan pada pengenalan antar peserta dan fasilitator serta

membangun motivasi peserta agar bersemangat mengikuti pelatihan dengan

memberikan permainan yang bertujuan menghilangkan ketegangan,

sehingga suasana menjadi cair dan peserta lebih akrab.

2. Sesi I (Pencapaian prestasi)

Sesi ini bertujuan mengubah efiksi diri yang paling kuat pengaruhnya pada

diri individu. Peserta diminta mengidentifikasi prestasi masa lalu yang

bertujuan meningkatkan ekspektasi efikasi diri dan membuang kegagalan

masa lalu yang bisa berakibat menurunnya efikasi diri. Peserta akan

diberikan gambaran bahwa dalam mencapai sebuah keberhasilan akan

memberi dampak efikasi berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya.

Semakin sulit tugas, keberhasilan akan membuat efikasi diri semakin

tinggi. Hal ini sesuai dengan salah satu dimensi efikasi diri yaitu magnitude

atau tingkat kesulitan tugas. Melalui kerja sendiri, bisa lebih meningkatkan

efikasi diri dibanding kerja kelompok dan dibantu orang lain hal ini sesuai

dengan dimensi strength yaitu kekuatan dalam menghadapi permasalahan.

Kegagalan dapat menurunkan efikasi diri, jika orang merasa sudah

berusaha sebaik mungkin. Kegagalan dalam suasana emosional atau stres,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

54

dampaknya tidak seburuk apabila kondisinya optimal. Kegagalan setelah

individu memiliki efikasi diri yang kuat, dampaknya tidak seburuk jika

kegagalan itu terjadi pada individu dengan efikasi diri rendah. Individu

yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak akan berpengaruh terhadap efikasi

diri yang dimiliki.

3. Sesi II (Pengalaman orang lain lain)

Sesi ini bertujuan meningkatkan pemahaman peserta bahwa efikasi diri

tidak tergantung pada pengalaman kesuksesan sendiri, tetapi efikasi diri

juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Dalam sesi ini peserta

akan diarahkan untuk berfikir secara kognisi bahwa orang lain bisa maka

saya juga harus bisa, hal ini juga senada dengan salah satu dimensi strengh

dalam efikasi diri. Peserta diminta untuk mencoba mengaplikasikan

keterampilan model peran dalam kehidupannya untuk selanjutnya

mempertahankan dan mengafirmasi dirinya.

4. Sesi III (Persuasi verbal)

Sesi ini bertujuan agar peserta diarahkan melalui sugesti dan bujukan untuk

percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalah-masalah di masa datang.

Persuasi verbal ini bisa mengarahkan orang agar berusaha lebih keras lagi

untuk mencapai kesuksesan dan dapat mendorong orang untuk lebih giat,

ulet dan tekun. Peserta akan diminta untuk menuliskan sesuatu hal yang

membuatnya selama ini ragu dalam melaksanakan tugas secara rinci,

setelah itu peserta diminta untuk mengucapkan bahwa ia mampu

melakukan tugas tersebut, proses ini nantinya akan menjadi afirmasi diri

bagi peserta bahwa ia mampu menjalankan tugas dengan baik dan benar.

Hal ini sesuai dengan dimensi generality atau perluasan bidang tugas,

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

55

peserta akan diajak untuk menafirmasi dirinya bahwa dia mampu dan bisa

dengan mengacu pada tugas – tugas yang sejenis sebelumnya. Peserta harus

merasa yakin dan mengafirmasi dirinya bahwa dia bisa dan mampu.

5. Sesi IV (Keadaan fisiologis)

Sesi ini bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta bahwa keadaan

fisiologis yang mengikuti suatu kondisi akan mempengaruhi efikasi diri

pada kondisi tersebut. Keadaan fisiologis berupa emosi yang kuat, takut,

cemas dan stres dapat mengurangi efikasi diri. Pada sesi ini peserta akan

dilatih untuk mengelola perasaan cemas, takut dan khawatirnya dengan cara

peserta akan dilatih teknik pernafasan dalam mengatasi emosi yang tidak

stabil.

6. Sesi Penutup

Pada sesi ini peserta akan diberikan lembar monitoring diri setelah

intervensi dan diberikan skala post test untuk mengukur efektifitas dari

intervensi yang diberikan.

Dalam upaya meningkatkan dan membentuk efikasi diri melalui pelatihan

ini, terjadi beberapa tahapan proses yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu

a. Proses kognitif

Pengaruh efikasi diri pada proses kognitif individu sangat bervariasi. Pertama,

efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadi individu. Semakin

kuat efikasi diri, maka akan semakin tinggi tujuan yang ditetapkan individu.

Penguatan efikasi diri tersebut berasal dari komitmen individu terhadap tujuan

yang hendak dicapai. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempunyai

cita-cita tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen pada diri sendiri untuk

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

56

mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu yang memiliki efikasi diri kuat

akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi jika usaha pertama gagal

dilakukan.

b. Proses motivasi

Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri,

karena sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif.

Individu memotivasi diri sendiri dan menuntun tindakan-tindakan yang

dilakukan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan, sehingga

individu akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dilakukan.

Individu akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan untuk merealisasikan

masa depan yang berharga. Ketika menghadapi kesulitan, individu yang ragu

terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat mengurangi usaha-usaha yang

dilakukan atau menyerah. Sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan kuat

terhadap kemampuan dirinya akan melakukan usaha lebih besar ketika

individu gagal menghadapi tantangan. Kegigihan atau ketekunan kuat pada

diri individu mendukung pencapaian suatu performansi yang optimal. Efikasi

diri akan berpengaruh terhadap aktivitas yang dipilih, keras tidaknya dan

tekun tidaknya individu dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

c. Proses afeksi

Dalam efikasi diri individu, terdapat kemampuan coping untuk mengatasi

stress dan depresi yang dialami pada situasi sulit serta menekan, selain

mempengaruhi tingkat motivasi individu. Efikasi diri memegang peranan

penting dalam kecemasan, yakni mengontrol terjadinya stres. Individu yang

memikirkan ketidakmampuan coping dalam diri dan memandang banyak

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

57

aspek lingkungan sekitar sebagai situasi mengancam penuh bahaya, pada

akhirnya hanya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang

mungkin terjadi dan mudah merasa khawatir terhadap hal-hal yang jarang

terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu akan menekan diri sendiri

dan meremehkan kemampuan yang dimiliki.

d. Proses seleksi

Proses seleksi akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan

diambil oleh individu. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi

yang dipercayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam dirinya,

namun individu telah siap melakukan aktivitas menantang dan memilih situasi

yang dinilai mampu untuk diatasi. Perilaku individu ini akan memperkuat

kemampuan, minat dan jaringan sosial yang mempengaruhi kehidupan, hingga

akhirnya akan berpengaruh terhadap arah perkembangan personal. Hal itu

karena pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk

meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu

lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan telah

memberikan pengaruh awal.

Berdasarkan asumsi tersebut dinyatakan bahwa, efikasi diri dapat

dibentuk melalui proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi dan proses

seleksi. Keempat proses tersebut menunjang dalam meningkatkan keyakinan

individu menjadi lebih baik, memantapkan keyakinan individu terhadap

kompetensinya serta meningkatkan kemantapan individu terhadap penguasaan

berbagai aktivitas luas yang tidak hanya pada domain tertentu saja.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

58

Gambar 1.

Bagan Alur Pelatihan Efikasi Diri

C. Pengaruh Pelatihan Efikasi Diri untuk Menurunkan Stress Kerja

Menjadi seorang Polisi sering kali dianggap sama halnya dengan

menjadi manusia super, dimana semua tugas dan harapan masyarakat

bertumpu kepadanya. Begitu banyaknya tugas dan wewenang sebagai

anggota Polri seringkali dalam pelaksanaan sehari -hari di lapangan terkadang

menemui banyak masalah dalam pekerjaan seperti tidak terpenuhinya target

operasi, tekanan dari atasan, kelelahan psikis dan fisik, waktu kerja yang

tidak menentu, dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini yang berlangsung

setiap hari membuat seorang Polisi rentan terhadap stres kerja.

Stres kerja pada intinya mengacu pada suatu kondisi dari pekerjaan

yang dirasa mengancam individu. Stres kerja muncul sebagai suatu bentuk

ketidakharmonisan antara individu dengan lingkungan kerjanya (Nuzulia,

2005). Kreitner & Kinicki (2001) mengatakan, stres kerja merupakan suatu

SESI I

Aku pasti berhasil

SESI II

Pengalaman oranglain

SESI III

Afirmasi Diri

SESI IV

“Take a deep breath”

Pencapaian Prestasi

Pengalaman Individu Lain

Persuasi Verbal

Kondisi Fisiologis

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

59

interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang mengubah fungsi

fisik maupun psikis yang normal. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa

stres kerja adalah suatu tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh

kemampuan pekerja. Hal tersebut sangatlah rentan sekali dialami oleh

Anggota Polri dalam pelaksanaan tugas di lapangan sering sekali

mendapatkan kendala-kendala dan hambatan-hambatan baik internal maupun

eksternal. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah deadline kerja

yang tinggi, waktu kerja yang tidak menentu, tuntutan dari atasan, kelelahan

psikis dan fisik dan lain sebagainya.

Sarafino & Smith (2011) mengatakan bahwa stres kerja secara umum

dapat dikategorikan dalam tiga aspek: yaitu fisiologis, psikologis, dan

perilaku. Aspek fisiologis: yaitu tampilan secara fisik yang dapat dilihat

secara langsung. seseorang yang mengalami stres pada umumnya akan

mengalami perubahan secara fisik yang tampak pada raut muka wajah yang

cenderung dingin dan mata menjadi merah. Stres tinggi biasanya disertai

dengan tekanan darah tinggi, sakit jantung, radang tenggorokan. Aspek

psikologis yaitu emosi yang tidak stabil yang membuat seseorang dalam

bertindak tidak berdasarkan atas pertimbangan akan sehat atau berdasarkan

pikiran jernih, gejala yang Nampak biasanya mudah marah, merasa cemas,

tertekan, mudah gugup, cepat tersinggung, dan merasa bosan. Serta aspek

perilaku yaitu gerak-gerik seseorang yang dapat diamati secara langsung

tercermin dalam cara-cara bertindak dan berperilaku yang menyimpang dari

individu seperti bermalas-malasan, bosan, cepat lelah, produktivitas menurun.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

60

Menurut Siagian (2008) stres yang tidak diatasi dengan baik akan

menimbulkan efek negatif pada ketidakmampuan individu untuk berinteraksi

secara optimal dengan lingkungan kerjanya yang kemudian akan

mempengaruhi keefektifan performa individu dalam melakukan sebuah

pekerjaan. Sementara menurut Hutabarat (2009) dampak dari terjadinya stres

adalah mempengaruhi keefektifan performa individu dalam melakukan

sebuah tugas, mengganggu fungsi kognitif, menyebabkan burnout,

gangguan psikologis dan fisik.

Dua orang tidak akan bereaksi dengan cara yang sama terhadap

pekerjaan, karena faktor pribadi juga mempengaruhi tekanan (Dessler, 2007).

Selain itu menurut Siagian (2008) kemampuan mengatasi stres yang dihadapi

individu tidak sama pada semua orang. Banyak faktor internal yang

mempengaruhi individu dalam menghadapi stres, salah satu faktor internal

ialah karakteristik kepribadian. Salah satu karakteristik kepribadian yang

berkaitan dengan cara seseorang untuk bereaksi dengan tekanan yaitu efikasi

diri.

Efikasi diri adalah kepercayaan pada kemampuan diri dalam

mengatur dan melaksanakan suatu tindakan. Menurut Bandura (dalam Feist &

Feist, 2010) efikasi diri merupakan keyakinan individu untuk dapat

mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu

untuk mencapai hasil yang diinginkan. Luthans (2011) mendefinisikan efikasi

diri sebagai keyakinan individu tentang kemampuannya untuk menggerakan

motivasi, sumber daya kognitif dan cara bertindak yang diperlukan untuk

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

61

berhasil melaksanakan tugas dalam konteks tertentu yang juga dibutuhkan

keterampilan kepemimpinan dan kematangan mental.

Hal ini berhubungan dengan keyakinan tentang apa yang dapat

dilakukan, dan menyangkut seberapa besar usaha yang dikeluarkan individu

dalam suatu tugas dan seberapa lama ia akan bertahan (Bandura, dalam Feist

& Feist, 2010). Jadi, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan

keyakinan individu untuk mengkoordinir kemampuan dirinya sendiri yang

ditampilkan dengan serangkaian tindakan untuk memenuhi tuntutan dan hasil

tertentu.

Sebuah fakta menunjukkan, pelatihan efikasi diri berhasil

meningkatkan jumlah penganggur untuk memperoleh pekerjaan melalui

pelatihan efikasi diri (Eden & Aviram, 1993). Pelatihan efikasi diri membantu

individu mengendalikan situasi menekan yang dihadapi secara lebih efektif,

sehingga performansinya meningkat setelah mengikuti pelatihan efikasi diri.

Selain itu pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Solicha (2014)

menunjukkan hasil bahwa pelatihan efikasi diri dapat menurunkan stres kerja

yang dialami oleh perawat. Solicha (2014) menemukan fakta bahwa pelatihan

efikasi diri dapat menurunkan stres kerja yang dilami oleh karyawan,

penurunan stres kerja di tandai dengan menurunnya gejala-gejala stres yakni

berkurangnya ketegangan fisik, ketegangan psikis dan mulai terjalinnya

hubungan interpersonal.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

62

Menggaris bawahi apa yang dikatakan Eden & Aviram (1993) dan

Solicha (2014), peneliti mencoba mensinergikan dengan pendapat Bandura

(1997), bahwa individu yang memiliki efikasi diri tinggi mempunyai

keyakinan mampu berperilaku tertentu dalam dapat mencapai hasil yang

diinginkan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan lebih giat dan tekun

dalam berusaha maupun saat mengatasi tekanan. Sebaliknya, individu yang

memiliki efikasi diri rendah, cenderung mengurangi usaha atau menyerah

ketika dihadapkan pada suatu permasalahan dan beban kerja.

Pada penelitian ini pelatihan efikasi diri dikembangkan berdasarakan

dimensi efikasi diri dan sumber-sumber efikasi diri (Bandura, 1997). Sumber

efikasi diri antara lain pencapaian prestasi, pengalaman individu lain, persuasi

verbal dan kondisi fisiologis. Dimensi efikasi diri antara lain adalah

magnitude, generality dan strength.

Pelatihan dalam penelitian ini akan melibatkan proses yang akan

terjadi dalam efikasi diri seseorang adapun proses tersebut adalah proses

kognitif, motivasi, emosi dan seleksi (Bandura,1997). Dengan adanya proses

ini maka diharapkan peserta pelatihan nantinya akan dapat lebih yakin bahwa

mereka daat menyelesaikan tugas dengan baik dan benar, Sehingga gejala

stres kerja menurut Sarfino & Smith (2011) yakni gejala psikis seperti

kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan

frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitive. Gejala fisik seperti

kelelahan fisik, meningkatnya denyut jantung, tekanan darah dan

kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya sekresi

dari hormon stres, yaitu adrenalin dan noradrenalin, gangguan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

63

gastrointestinal, misalnya gangguan lambung. Gejala perilaku dapat seperti

menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya

produktivitas kerja dapat berkurang. Artinya stres kerja dapat berkurang

dengan adanya pelatihan efikasi diri yang diberikan.

Pada penelitian ini, peneliti memberikan pelatihan efikasi diri

terutama terkait dengan efikasi diri dalam pelaksanaan tugas sebagai

anggota Ditsabhara terhadap penurunan stress kerja untuk mengetahui

sejauhmana pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap stress kerja yang

dialami sebagian Anggota Ditsabhara Polda DIY. Pelatihan dalam penelitian

ini dikonstruksi dengan matrik berdasarkan teori dari Bandura (1997) terkait

dengan dimensi dan sumber-sumber efikasi diri.

Pada sesi pertama yakni sesi pencapaian prestasi, sesi ini bertujuan

mengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya pada diri individu.

Peserta diminta mengidentifikasi prestasi masa lalu yang bertujuan

meningkatkan ekspektasi efikasi diri dan membuang kegagalan masa lalu

yang bisa berakibat menurunnya efikasi diri. Peserta akan diberikan

gambaran bahwa dalam mencapai sebuah keberhasilan akan memberi

dampak efikasi berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya. Semakin

sulit tugas, keberhasilan akan membuat efikasi diri semakin tinggi. Melalui

kerja sendiri, bisa lebih meningkatkan efikasi diri dibanding kerja kelompok

dan dibantu orang lain. Kegagalan dapat menurunkan efikasi diri, jika

orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin. Kegagalan dalam suasana

emosional atau stres, dampaknya tidak seburuk apabila kondisinya optimal.

Kegagalan setelah individu memiliki efikasi diri yang kuat, dampaknya

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

64

tidak seburuk jika kegagalan itu terjadi pada individu dengan efikasi diri

rendah. Individu yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak akan berpengaruh

terhadap efikasi diri yang dimiliki.

Pada sesi ini proses pembentukan efikasi diri yang terjadi adalah

proses kognitif sehingga efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan

peserta. Semakin kuat efikasi diri, maka akan semakin tinggi tujuan yang

ditetapkan individu. Proses kognitif yang terjadi adalah peserta akan

mengingat kembali pengalaman kesuksesan yang pernah dilaluinya

sehingga peserta dapat memiliki keyakinan dan pola pikir bahwa mereka

dapat melaksanakan sesuatu hal. Penguatan efikasi diri tersebut berasal dari

komitmen individu terhadap tujuan dicapai. Individu dengan efikasi diri

yang kuat akan mempunyai cita-cita tinggi, mengatur rencana dalam

menyelesaikan tugas dan berkomitmen pada diri sendiri sehingga keyakinan

dirinya akan dapat melakukan tugas dapat meningkat. Peningkatan efikasi

diri yang didapatkan dalam sesi ini diharapkan dapat menurunkan stress

yang dialami ketika menghadapi situasi yang menekan dalam tugas sehari-

hari sehingga gejala stres kerja seperti pusing, sulit berkonsentrasi,

kelelahan emosi dapat menurun, kebosanan dan ketidakpuasan kerja dapat

berkurang dan meningkatnya kualitas hubungan interpersonal dengan

keluarga dan teman.

Pada sesi kedua yakni sesi pengalaman orang lain, sesi ini bertujuan

meningkatkan pemahaman peserta bahwa efikasi diri tidak tergantung pada

pengalaman kesuksesan sendiri saja, tetapi efikasi diri juga dipengaruhi oleh

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

65

pengalaman individu lain. Peserta diminta untuk mencoba mengaplikasikan

keterampilan model peran dalam kehidupannya.

Pada sesi ini proses pembentukan efikasi diri yang terjadi adalah

proses seleksi, dengan mengamati kesuksesan orang lain maka diharapkan

efikasi diri seseorang akan meningkat. Seseorang akan belajar dalam

mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain yang dapat menyebabkannya

berhasil dalam melaksanakan sesuatu hal, pengalaman keberhasilan yang

berasal dari orang lain akan membuat peserta untuk belajar mengamati serta

memahami kesuksesan orang lain tersebut.

Pada sesi ini peserta diharapkan memiliki keyakinan kuat terhadap

kemampuan dirinya setelah mengamati keberhasilan orang lain lalu

melakukan usaha lebih besar terhadap dirinya sendiri ketika ia menghadapi

tantangan. Kegigihan atau ketekunan kuat pada diri individu mendukung

pencapaian suatu performansi yang optimal dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang ada. Ketika seseorang mampu mengamati kesuksesan orang lain

maka ia akan menjadi individu yang gigih, tekun dan mampu mengahadapi

tekanan yang berasal dari internal atau eksternal sehingga efikasi dirinya

menjadi meningkat. Peningkatan efikasi diri yang didapatkan dalam sesi ini

diharapkan dapat menurunkan stress kerja yang dialami ketika menghadapi

situasi yang menekan dalam tugas sehari- hari sehingga gejala stres kerja

seperti perasaan frustrasi, rasa marah,dan sensitif, kelelahan secara fisik dan

merasa tidak mampu melaksanakan tugas akan menurun, hal ini terjadi

karena individu tersebut mampu mengaplikasikan pengalaman kesuksesan

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

66

orang lain kepada dirinya sehingga peserta memiliki motivasi yang besar

dalam menghadapi tantangan.

Sesi persuasi verbal, sesi ini bertujuan agar peserta diarahkan melalui

sugesti dan bujukan untuk percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalah-

masalah di masa datang. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan orang agar

berusaha lebih keras lagi untuk mencapai kesuksesan dan dapat mendorong

orang untuk lebih giat, ulet dan tekun. Peserta akan diminta untuk

menuliskan sesuatu hal yang membuatnya selama ini ragu dalam

melaksanakan tugas secara rinci, setelah itu peserta diminta untuk

mengucapkan bahwa ia mampu melakukan tugas tersebut, proses ini

nantinya akan menjadi afirmasi diri bagi peserta bahwa ia mampu

menjalankan tugas dengan baik dan benar.

Pada sesi ini proses pembentukan efikasi diri yang terjadi adalah

proses seleksi, sehingga peserta dapat melakukan afirmasi diri terhadap

tugas-tugas yang diprioritaskan dapat diselesaikan dengan baik dan benar,

sehingga gejala stres kerja seperti perilaku menunda-nuda pekerrjaan,

menjauh dari tugas dan mangkir dari pekerrjaan dapat menurun. Hal ini

terjadi karena peserta telah mampu menyeeksi kelebihan dan

kekurangannya, oleh karena itu kelemahan akan ditanggulangi dengan

afirmas diri yang ditampakkan dalam bentuk aksi menyelesaikan tugas

tersebut.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

67

Sesi Keadaan fisiologis, sesi ini bertujuan memberikan pemahaman

kepada peserta bahwa keadaan fisiologis yang mengikuti suatu kondisi atau

situasi akan mempengaruhi efikasi diri pada kondisi tersebut. Keadaan

fisiologis berupa emosi yang kuat, takut, cemas dan stres dapat mengurangi

efikasi diri. Pada sesi ini peserta akan dilatih untuk mengelola perasaan

tertekan, takut dan khawatirnya dengan cara peserta akan dilatih teknik

pernafasan yang bertujuan untuk mengelola perasaan cemas dan khawatir.

Pada sesi ini proses pembentukan efikasi diri yang terjadi adalah

proses afeksi, dimana peserta dilatih untuk mengontrol emosi berlebihan

yang dimilikinya. Sesi ini diharapkan dapat membuat efikasi diri peserta

meningkat, sehingga peserta memiliki kemampuan coping untuk mengatasi

stress yang dialami pada situasi sulit serta menekan, sehingga ia mampu

menguasi emosinya dan tetap mencoba untuk menyelesaikan tugas-tugas

yang sedang dhadapinya, sehingga gejala stres kerja seperti perasaan

tertekan dan kelelahan emosi dapat menurun

Pada pelatihan ini, semua anggota polisi yang mengikuti pelatihan

efikasi diri dapat benar-benar memahami dimensi efikasi diri dan sumber-

sumber efikasi yang dimiliki oleh dirinya. Proses-proses pembentukan

efikasi diri baik proses kognitif, motivasi, afeksi dan seleksi dapat diserap

dengan baik oleh peserta pelatihan. Hal ini tentunya akan menjadi peserta

menjadi individu yang memiliki keyakinan yang mantap, tekun, gigih dan

pantang menyerah dalam mengahadapi tantangan yang ada. Sehingga

anggota polisi dapat yakin dan kemampuan dalam melaksanakan tugas

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

68

ataupun tindakan untuk mencapai hasil tertentu. Dengan keyakinan ini maka

aspek-aspek stres kerja baik gejala fisik seperti sakit kepala, gejala psikis

seperti emosi tidak stabil, perasaan gelisah dan tidak tenang, dan gejala

perilaku seperti perilaku menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari

pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas kerja dapat

berkurang. Peningkatan efikasi diri dari sesi ini diharapkan dapat memiliki

menjadikan keyakinan lehih terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari seperti

melakukan evakuasi terhadap korban bencana alam, merasa yakin dan bisa

melaksanakan tugas-tugas yang belum pernah dikerjakan sebelumnya.

D. Landasan Teori

Stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara

individu dengan pekerjaan mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik

dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam organisasi (Sarafino

& Smith, 2011). Gejala-gejala stres terbagi dalam 3 bentuk yakni gejala fisik

seperti sakit kepala, gejala psikis seperti emosi tidak stabil, perasaan gelisah dan

tidak tenang, dan gejala perilaku seperti perilaki menunda, menghindari

pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan

produktivitas.

Stres memiliki dampak yang negatif bagi individu adapaun dampak stres

adalah terjadinya deviasi Fisiologis (sistem otot terganggu antara lain tegang,

gemetar, sakit; gangguan organ dalam antara lain: jantung, perut, nafas, buang air

berlebihan; sakit kepala). Selanjutnya deviasi Psikologis (gangguan fungsi

kognitif antara lain berfikir, konsentrasi, ingatan, dan gangguan emosi ) dan

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

69

deviasi Perilaku (tidak mau makan/makan berlebihan; tidak bisa tidur; minum

berlebihan; merokok berlebihan; malas beraktivitas) (Sarafino & Smith, 2011).

Pendekatan terhadap stres pada penelitian ini akan peneliti sandingkan

dengan pendapat Sarafino & Smith (2011) yang menyatakan stres sebagai

interaksi antara individu dengan lingkungan, pendekatan stres sebagai suatu

interaksi antara individu dengan lingkungan disamping memfokuskan pada stresor

dan strain (ketegangan), yang menitikberatkan pada aspek interaksi yang terjadi

antara individu dengan lingkungannya. Stres tidak hanya dipandang sebagai

stresor atau respon saja, tetapi juga adanya pengaruh yang berupaya untuk

mempengaruhi stresor baik melalui strategi perilaku, kognitif dan emosional.

Stres yang terjadi menurut pandangan pendekatan ini adalah merupakan suatu

proses yang melibatkan individu yang berada dalam lingkungan tertentu. Reaksi

stres dalam pendekatan ini dapat muncul walaupun stresornya sejenis, dengan

demikian dapat dikatakan bahwa tumbuhnya kesadaran terhadap stres merupakan

proses yang kompleks dan dinamis.

Untuk menurunkan stres kerja yang dialami oleh polisi pada penelitian ini

digunakan pelatihan efikasi diri. Pengertian pelatihan adalah suatu kegiatan yang

bertujuan memperbaiki dan membantu mengembangkan sikap, perilaku,

keterampilan dan pengetahuan peserta (Nitisemito, 1992). Peneliti memilih

pelatihan karena menganggap, pelatihan merupakan intervensi yang dirasa cukup

efektif sebagai pembelajaran langsung, sehingga semua peserta dapat terlibat

secara aktif dalam setiap sesi pelatihan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Silberman (1998), bahwa pembelajaran melalui pengalaman merupakan metode

paling efektif untuk meningkatkan pemahaman dalam proses pelatihan. Subjek

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

70

dapat melakukan aktivitas, memperhatikan, menganalisis aktivitas, mencari

pemahaman analisis lalu menerapkan pengetahuan dan pemahaman ke dalam

perilaku.

Pelatihan efikasi diri yang diberikan, diharapkan mampu membantu

meningkatkan efikasi diri pada anggota Polri dengan harapan stress kerja yang

dialami juga akan mampu diminimalisir. Jex dan Bliese (2001) dalam

penelitiannya menemukan bahwa tinggi rendahnya stres pada individu dalam

menghadapi stresor kerja tergantung tinggi rendahnya efikasi diri yang

dimilikinya. Lebih lanjut penelitiannya juga menemukan bahwa efikasi diri

merupakan variabel penting dalam mempelajari hubungan antara stresor dan

stres dikarenakan ada hubungan sangat kuat antara stresor, stres dan tinggi

rendahnya efikasi diri.

Hal ini semakin dipertegas dengan pernyataan Bandura (1997) yang

menyebutkan bahwa efikasi diri mempengaruhi terhadap kapasitas dalam

mengatasi permasalahan akan berpengaruh pada tingkat stres dan depresi yang

akan dialami seseorang ketika menghadapi situasi-situasi yang sukar dan

mengancam.

Widyasari (2007) mengungkapkan, mengacu pada kepribadian, setiap

individu memiliki kepribadian yang unik, dalam mempersepsi stressor yang

sama dapat dipersepsi secara berbeda-beda. Faktor kunci dari stres adalah

persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk

menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi atau tugas yang sedang

dihadapi. Kemampuan seseorang tersebut berkaitan dengan salah satu

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

71

karakteristik kepribadian yakni aspek keyakinan akan kemampuan diri, yang

oleh Bandura disebut efikasi diri (Wangmuba, 2009).

Efikasi diri yang dimaksud disini adalah rasa yakin atas kemampuan

diri sendiri sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik dalam kasus ini

efikasi diri dalam menjalankan tugas kepolisian di bidang operasional Polri pada

Satuan kerja Ditsabhara. Sehingga, banyak kasus yang menunjukkan bahwa,

para anggota Polri yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak muncul

di dalam dirinya suatu keyakinan yang kuat atas kemampuan diri sendiri. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Collins (2007) yang menjelaskan

bahwa efikasi diri merupakan salah satu strategi terpenting yang terlibat dalam

mananggulangi terjadinya stress.

Efikasi diri akan tampak pada tindakan yang dipilih ketika dihadapkan

pada situasi tertentu, dalam pola pikir serta reaksi emosional yang dimunculkan.

Sebagaimana ungkapan Bandura (1997) bahwa individu yang memiliki efikasi

diri tinggi, pada saat menghadapi situasi menekan akan berusaha lebih keras dan

bertahan lama serta lebih aktif dalam berusaha daripada individu yang

mempunyai efikasi diri rendah. Individu akan lebih berani menetapkan target

atau tujuan yang akan dicapai, berusaha melakukan tugas atau tindakan untuk

mencapai tujuan dan berupaya beradaptasi dengan berbagai rintangan dalam

pekerjaan termasuk stress kerja yang dialami. Hal ini juga tentu berlaku pada

Polri dimana apabila tingkat efikasi diri tinggi maka tingkat stress kerjanya akn

rendah.

Individu akan lebih berani menetapkan target atau tujuan yang akan

dicapai, berusaha melakukan tugas atau tindakan untuk mencapai tujuan dan

berupaya beradaptasi dengan berbagai rintangan dalam pekerjaan termasuk

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

72

stress kerja yang dialami. Hal ini juga tentu berlaku pada Polri dimana apabila

tingkat efikasi diri tinggi maka tingkat stress kerjanya akan rendah.

Pelatihan efikasi diri adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki dan

membantu mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan pada seseorang agar

memiliki keyakinan untuk memperkirakan dan melaksanakan suatu tugas atau

tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Adapun sesi pada pelatihan efikasi diri ini dibangun dengan kerangka

teori sumber efikasi diri menurut Bandura (1997) yakni pencapaian prestasi,

pengalaman individu lain, persuasi verbal dan kondisi fisiologis.

Sesi pencapaian prestasi, sesi ini bertujuan mengubah efiksi diri yang

paling kuat pengaruhnya pada diri individu. Peserta diminta mengidentifikasi

prestasi masa lalu yang bertujuan meningkatkan ekspektasi efikasi diri dan

membuang kegagalan masa lalu yang bisa berakibat menurunnya efikasi diri.

Peserta akan diberikan gambaran bahwa dalam mencapai sebuah keberhasilan

akan memberi dampak efikasi berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya.

Semakin sulit tugas, keberhasilan akan membuat efikasi diri semakin tinggi.

Melalui kerja sendiri, bisa lebih meningkatkan efikasi diri dibanding kerja

kelompok dan dibantu orang lain. Kegagalan dapat menurunkan efikasi diri, jika

orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin. Kegagalan dalam suasana

emosional atau stres, dampaknya tidak seburuk apabila kondisinya optimal.

Kegagalan setelah individu memiliki efikasi diri yang kuat, dampaknya tidak

seburuk jika kegagalan itu terjadi pada individu dengan efikasi diri rendah.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

73

Individu yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak akan berpengaruh terhadap

efikasi diri yang dimiliki.

Pada sesi ini diharapakan peserta akan mendapatkan proses kognitif

sehingga efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan peserta. Semakin kuat

efikasi diri, maka akan semakin tinggi tujuan yang ditetapkan individu.

Penguatan efikasi diri tersebut berasal dari komitmen individu terhadap tujuan

dicapai. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempunyai cita-cita tinggi,

mengatur rencana dalam menyelesaikan tugas dan berkomitmen pada diri sendiri

sehingga keyakinan dirinya akan dapat melakukan tugas dapat meningkat

sehingga gejala stres kerja seperti pusing, sulit berkonsentrasi, kelelahan emosi

dapat menurun.

Sesi pengalaman orang lain, sesi ini bertujuan meningkatkan pemahaman

peserta bahwa efikasi diri tidak tergantung pada pengalaman kesuksesan sendiri

saja, tetapi efikasi diri juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Peserta

diminta untuk mencoba mengaplikasikan keterampilan model peran dalam

kehidupannya.

Pada sesi ini peserta diharapkan memiliki keyakinan kuat terhadap

kemampuan dirinya akan melakukan usaha lebih besar ketika individu ia

menghadapi tantangan. Kegigihan atau ketekunan kuat pada diri individu

mendukung pencapaian suatu performansi yang optimal dalam menyelesaikan

tugas-tugas yang ada. Pada sesi ini proses yang diharapkan dapat berkembang

adalah proses motivasi, dengan mengamati kesuksesan orang lain maka

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

74

diharapkan efikasi seseorang dapat meningkat sehingga stres kerja yang tinggi

dapat berkurang.

Sesi persuasi verbal, sesi ini bertujuan agar peserta diarahkan melalui

sugesti dan bujukan untuk percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalah-

masalah di masa datang. Persuasi verbal ini bisa mengarahkan orang agar

berusaha lebih keras lagi untuk mencapai kesuksesan dan dapat mendorong

orang untuk lebih giat, ulet dan tekun. Peserta akan diminta untuk menuliskan

sesuatu hal yang membuatnya selama ini ragu dalam melaksanakan tugas secara

rinci, setelah itu peserta diminta untuk mengucapkan bahwa ia mampu

melakukan tugas tersebut, proses ini nantinya akan menjadi afirmasi diri bagi

peserta bahwa ia mampu menjalankan tugas dengan baik dan benar. Pada sesi ini

diharapkan peserta dapat melakukan proses seleksi, sehingga peserta dapat

melakukan afirmasi diri terhadap tuga-tugas yang diprioritaskan dapat

diselesaikan dengan baik, sehingga gejala stres kerja seperti perilaku menunda-

nuda perkerjan, menjauh dari tugas dan mangkir dari perkerjaan dapat menurun

Sesi keadaan fisiologis, sesi ini bertujuan memberikan pemahaman

kepada peserta bahwa keadaan fisiologis yang mengikuti suatu kondisi akan

mempengaruhi efikasi diri pada kondisi tersebut. Keadaan fisiologis berupa

emosi yang kuat, takut, cemas dan stres dapat mengurangi efikasi diri. Pada sesi

ini peserta akan dilatih untuk mengelola perasaan tertekan, takut dan

khawatirnya dengan cara peserta akan dilatih teknik pernafasan yang bertujuan

untuk mengelola perasaan cemas dan khawatir, sehingga efikasi diri dapat

meningkat.

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

75

Pada sesi ini diharapkan efikasi diri peserta dapat meningkat, sehingga

peserta memiliki kemampuan coping untuk mengatasi stress yang dialami pada

situasi sulit serta menekan, sehingga ia mampu menguasi emosinya dan tetap

mencoba untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sedang dhadapinya, sehingga

gejala stres kerja seperti perasaan tertekan dan kelelahan emosi dapat menurun

Pada pelatihan ini diharapkan semua anggota polisi yang mengikuti

pelatihan efikasi diri dapat benar-benar memahami sumber-sumber efikasi yang

dimiliki oleh dirinya. Sehingga anggota polisi dapat yakin dan kemampuan

dalam melaksanakan tugas ataupun tindakan untuk mencapai hasil tertentu.

Dengan keyakinan ini maka diharapkan aspek-aspek stres kerja baik gejala fisik

seperti sakit kepala, gejala psikis seperti emosi tidak stabil, perasaan gelisah dan

tidak tenang, dan gejala perilaku seperti perilaki menunda, menghindari

pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan

produktivitas kerja dapat berkurang.

Efikasi diri untuk mengatasi tekanan yang ada memainkan peran utama

dalam menentukan tingkat stres. Seseorang yang yakin dapat mengatasi tugas-

tugas yang telah diberikan tidak akan mengalami stres yang berlebih dan berani

menghadapi tekanan dan ancaman yang ada. Sebaliknya mereka yang tidak

yakin dapat melaksanakan tugas-tugas yang ada akan mengalami tingkat stres

yang tinggi yang akhirnya mengarah kepada stres yang merugikan (Solicha,

2014).

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

76

Gambar 2.

Alur Pelatihan Efikasi Diri Dapat Menurunkan Stress Kerja.

Pelatihan Efikasi Diri

Pencapaian

Prestasi

Pengalaman

individu lain Persuasi

verbal

Keadaan

fisiologis

Efikasi diri meningkat

Proses kognitif Proses motivasi Proses seleksi Proses Afeksi

Stres kerja rendah

Menurunnya gejala stres kerja :

1. Gejala Psikis

2. Gejala Fisik

3. Gejala Perilaku

Dimensi Efikasi Diri

1. Magnitide (Tingkat Kesulitan Tugas)

2. Generality (Luas Bidang Perilaku)

3. Strength (Kemantapan Keyakinan)

Sumber Efikasi Diri

: Bagian

: Menyebabkan

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4209/2/BAB II.pdfPenilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stress, dimana stres

77

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan stres kerja pada anggota polisi sabhara antara kelompok

eksperimen yang diberi perlakuan berupa pelatihan efikasi diri dengan

kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Kelompok eksperimen

memerlihatkan skor stres kerja lebih rendah dibandingkan kelompok

kontrol.

2. Ada penurunan stres kerja pada kelompok eksperimen antara sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan efikasi diri. Setelah diberikan pelatihan efikasi

diri skor stres kerja lebih rendah dibandingkan sebelum diberi pelatihan

efikasi diri.