hipertensi

16
BAB 1 PENDAHULUAN Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang makan obat antihipertensi. Krisis Hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penuruan tekanan darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang 1

Upload: putrisarahz

Post on 14-May-2017

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi

BAB 1

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140

mmHg sistolik/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang

tidak sedang makan obat antihipertensi. Krisis Hipertensi adalah keadaan

hipertensi yang memerlukan penuruan tekanan darah segera karena akan

mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya.

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa

hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien

hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi

tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan

komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya

populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar

juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi

hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang

berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus

meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi, dan

pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien

hipertensi.

1

Page 2: Hipertensi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140

mmHg sistolik/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang

tidak sedang makan obat antihipertensi.

Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Joint National Committee VII :

Klasifikasi TD sistolik

(mmHg)

TD diastolik

(mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-89

2

Page 3: Hipertensi

Hipertensi stage I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi stage II ≥160 Atau ≥100

2. ETIOLOGI

Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial memiliki etiologi yang kompleks:

a. Faktor genetik

Tekanan darah cenderung bersifat menurun dan anakdengan orang tua

yang menderita hipertensi cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

dibandingkan dengan anak seumurnya yang memiliki orang tua dengan tekanan

darah yang normal. Faktor keturunan ini mungkin dapat dijelaskan dengan

adanya pengaruh lingkungan keluarga. Meskipun begitu, masih ada banyak

komponen genetik yang belum diketahui.

b. Faktor kehamilan

Bayi berat lahir rendah berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi

yang dialaminya di masa yang akan dating. Penyebabnya mungkin karena

adaptasi janin terhadap kondisi intrauterine yang kurang akan nutrisi dengan

cara perubahan pada struktur pembuluh darah dalam jangka waktu yang

panjang atau pada fungsi dari sistem hormon.

c. Faktor Lingkungan

Diantara beberapa faktor lingkungan yang telah dikemukakan, berikut

merupakan faktor-faktor lingkungan yang paling signifikan:

- Obesitas: orang yang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

dibandingkan orang yang kurus. Gangguan bernafas saat tidur yang sering

terlihat pada orang dengan obesitas mungkin dapat menjadi faktor resiko

tambahan

- Konsumsi alkohol: Telah banyak penelitian yang menunjukkan

keterkaitan yang erat antara pengaruh konsumsi alkohol dengan nilai

3

Page 4: Hipertensi

tekanan darah meskipun begitu. Subjek yang mengkonsumsi alkohol dalam

jumlah sedikit terlihat memiliki tekanan darah yang lebih rendah

dibandingkan yang tidak mengkonsumsi alkohol..

- Konsumsi natrium: Konsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi telah

diindikasikan sebagai faktor utama yang menentukan perbedaan tekanan

darah di antara dan di dalam populasi di seluruh dunia. Populasi dengan

konsumsi natrium yang lebih tinggi meemiliki rata-rata tekanan darah yang

lebih tinggi dibandingkan dengan populasi dengan konsumsi sodium yang

lebih rendah. Penelitian tentang pembatasan konsumsi natrium telah

menunjukkan hasil yang baik terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi

- Stress: Meskipun cedera akut atau stres dapat meningkatkan tekanan

darah, hubungan antara stres kronik dan tekanan darah masih belum pasti.

d. Mekanisme Humoral

Sistem saraf otonom, seperti renin-angiotensin, natriuretric peptide dan

sistem kalikrein-kinin secara fisiologis memiliki peran pada regulasi tekanan

darah jangka pendek. Kadar renin yang rendah, sensitif garam, hipertensi

esensial dimana pasien mengalami retensi natrium dan air telah dilaporkan.

e. Resistensi insulin

Keterkaitan antara diabetes dan hipertensi telah lama diketahui.

Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder dimana peningkatan tekanan darah sebagaai akibat dari

sebab yang spesifk dan berpotensialuntuk sembuh sepeti:

Penyebab Hipertensi SekunderGinjal Penyakit parenkim, kista ginjal (termasuk ginjal

polikistik) , tumor ginjal (termasuk tumor yang mengsekresi renin), obstructive uropathy

Renovaskular Arteriosclerosis, fibromuscular dysplasiaAdrenal Aldosteronsime primer, cushing’s syndrome, defisiensi

17α-hydroxylase. Defisiensi 11β-hydroxilase, defisiensi 11-hydroxysteroid dehydrogenase. Peokromositoma

4

Page 5: Hipertensi

Koarktasio aortaObstructive sleep apneaPreklamsi/eklamsi Neurogenic Kejiwaan, diencephalic syndrome, familial

dysautonomia, polyneuritis (porfiria akut, keracunan timah), peningkatan TIK akut, seksio korda spinalis akut

Kelainan endokrin yang lain Hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperkalemi, akromegali

Obat-obatan Estrogen dosis tinggi, steroid adrenal, dekongestan, penurun nafsu makan, siklosporin, antidepresan trisiklik, monamine oxidase inhibitors, eritropoietin, NSAID, kokain

3. PATOFISIOLOGI

Pada hipertensi kronis, curah jantung normal dan tahanan periferlah yang

menyebabkan tetap tingginya tekanan darah. Pada pembuluh darah perifer

pasien hipertensi terjadi perubahan strukturaldengan bertambahnya ketebalan

dinding dan berkurangnya diameter lumen pembuluh darah. Mekanisme ini

akan menyebabkan meningkatnya tahanan perifer pembuluh darah y ang

menyeluruh.

Hipertensi juga menyebabkan perubahan pada arteri besar. Ada penebalan pada

lapisan media, peningkatan kolagen dan pengendapan kalsium. Perubahan ini

mengakibatkan hilangnya komplians arteri. Yang akhirnya berdampak pada

tingginya tekanan darah.

Perubahan pada vaskularisasi ginjal akhirnya berdampak pada berkurangnya

perfusi ginjal, menurunnya laju filtrasi glomerulus dan akhirnya berkurangnya

ekskresi air dan natrium. Berkurangnya perfusi ginjal dapat mengaktifkan

renin-angiotensin system (renin mengkonversi angiotensinogen menjadi

angiotensin I, dan angiotensin I dikonversi oleh angiotensin-converting enzyme

menjadi angiotensin II) disertai peningkatan sekresi aldosterone serta retensi

air dan natrium.

5

Page 6: Hipertensi

4. MANIFESTASI KLINIS

Kebanyakan pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala yang spesifik.

Meskipun secara umum dianggap gejala dari peningkatan tekanan darah, nyeri

kepala umumnya dijumpai hanya pada pasien dengan hipertensi berat.

Umumnya, nyeri kepala pada hipertensi dialami pada pagi hari dan

terlokalisasi di daerah oksipital. Gejala nonspesifik lainya yang dapat

berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah yaitu pusing, palpitasi,

mudah lelah, dan lemas. Ketika gejala tersebut muncul, umumnya berhubungan

dengan hypertensive cardiovascular disease atau manifestasi dari hipertensi

sekunder.

5. PEMERIKSAAN FISIK

Bentuk badan, termasuk berat dan tinggi, harus dicatat. Pada pemeriksaan

awal, tekanan darah harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik pada posisi

supinasi, duduk dan berdiri untuk menilai adana hipotensi postural. Meskipun

jika denyut femoralis normal pada saat palpasi, tekanan arteri harus diukur

sedikitnya satu kali pada ekstremitas bawah pada pasien yang menderita

hipertensi sebelum umur 30 tahun. Denyut jantung juga harus dicatat. Pasien

hipertensi memiliki peningkatan prevalensi untuk terjadinya fibrilasi atrium.

Leher harus dipalpasi untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid, dan pasien

harus dinilai apakah adanya tanda-tanda hipo- dan hipertiroid. Pemeriksaan

pembuluh darah dapat memberikan petunjuk tentang penyakit vaskular yang

sedang dialami dan haru termasuk pemeriksaan funduskopi, auskultasi apakah

adanya bruit pada arteri karotis dan femoralis, dan palpasi denyut femoralis.

Retina merupakan merupakan satu-satunya jaringan dimana arteri dan arteriol

dapat diperiksa secara langsung. Dengan memberatnya hipertens dan

aterosklerosis, perubahan yang terlihat pada funduskopi yaitu meningkatnya

reflex cahaya arteriol, arteriovenous crossing defect, perdarahan dan eksudat,

dan pada pasien dengan hipertensi malignan, papilledema.

6

Page 7: Hipertensi

Kelainan pada funduskopi diurutkan berdasarkan klasifikasi Keith-Wagener:

- Grade 1 – arteri pada retina yang berliku-liku disertai peningkatan

reflektivitas terhadap cahaya (silver wiring)

- Grade 2 – grade 1 ditambah munculnya arteriovenous nipping akibat arteri

retina yang menebal yang melintasi vena di retina

- Grade 3 – grade 2 ditambah perdarahan berbentuk seperti api dan eksudat

akibat adanya infark.

- Grade 4 – grade 3 ditambah papilloedema

Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan suara jantung ke dua yang keras

akibat menutupnya katup aorta dan S4 gallop. Hipertropi ventrikel kiri dapat

dideteksi dengan denyut pada apex yang semakin kuat, terus meners dan

berpindah ke lateral. Bruit abdominal, khususnya bruit yang bunyinya ke arah

lateral dan panjang disepanjang sistol dan diastole meningkatkan kemungkinan

adanya hipertensi renovaskular. Ginjal pasien yang menderita polisistik ginjal

dapat teraba pada abdomen. Pemeriksaan fisik harus termasuk penilaian tanda-

tanda CHF dan pemeriksaan neurologis.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Laboratorium Sebagai evaluasi awal

Sistem Pengujian

Ginjal Urinalisis mikroskopis, ekskresi

albumin, Serum BUN dan/atau

kreatinin

Endokrin Kadar Natrium, Kalium, kalsium, TSH

Metabolic KGD puasa, kolesterol total, HDL dan

LDL. Trigliserida

Lain-lain Hematokrit, EKG

7

Page 8: Hipertensi

7. KOMPLIKASI

Penyakit serebrovaskular dan penyakit arteri coroner merpakan penyebab

kematian yang paling sering, meskipun pasien hipertensi juga rentan terkena

gagal hinjal dan peripheral vascular disease. Penderita hipertensi memiliki 6

kali lipat lebih rentan terkena stroke (baik itu haemorrhagic dan

aterotrombosis). 3 kali lipat kemungkinan kematian jantung (baik itu karena

gangguan di coroner atau gagal jantung). Gangguan pada arteri perifer 2 kali

lipat lebih sering.

8. PENGOBATAN

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

- Target tekanan darah <140/90 mmHg untuk individu beresiko tinggi

(diabetes, gagal ginjal, proteinuria) <130/80 mmHg

- Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

- Mengambat laju penyakit ginjal proteinuria

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis.

Terapi non farmakologis terdiri dari:

- Menghentikan merokok

- Menurunkan berat badan berlebih

- Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

- Latihan fisik

- Menurunkan asupan garam

- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihiipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang

dianjurkan oleh JNC 7:

- Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist

(Aldo Ant)

- Beta Blocker (BB)

- Calcium Channel Blocker atau Calciu Antagonist (CCB)

8

Page 9: Hipertensi

- Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

- Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist/blocker

(ARB)

Indikasi dan kontraindikasi kelas-kelas utama obat antihipertensi menurut ESH

Kelas Obat Indikasi Kontraindikasi

Mutlak Tidak mutlak

Diuretika

(Thiazide)

Gagal jantung

kongestif, usia lanjut,

isolated systolic

hypertension, ras

Afrika

Gout Kehamilan

Diuretika (Loop) Insufisiensi ginjal,

gagal jantung

kongestif

Diuretika (anti

aldosterone)

Gagal jantung

kongestif, pasca infark

miokardium

Gagal ginal,

hiperkalemi

Penyekat β Angina pektoris, pasca

infark miokardium,

gagal jantung

kongestif,kehamilan,

takiaritmia

Asma, penyakit

paru obstruktif

menahun, A-V

block (derajat 2

atau 3)

Penyakit

pembuluh darah

perifer,

intoleransi

glukosa, atlit atau

pasien yang aktif

secara fisik

Calcium Antagonist

(dihydropiridine)

Usia lanjut, isolated

systolic hypertension,

angina pektoris,

penyakit pembuluh

darah perifer,

aterosklerosis karotis,

kehamilan

Takiaritmia,

gagal jantung

kongestif

Calcium

Antagonist

Angina pektoris,

aterosklerosis karotis,

A-V block (derajat

2 atau 3), gagal

9

Page 10: Hipertensi

(verapamil,

diltiazem)

takikardia

supraventikuler

jantung kongestif

Penghambat ACE Gagal jantung

kongestif, disfungsi

ventrikel kiri, pasca

infark miokardium,

non-diabetik

nefropati, nefropati

DM tipe 1, proteinuria

Kehamilan,

hiperkalemia,

stenosis arteri

renalis bilateral

Angiotensin II

receptor antagonist

(ATI-blocker)

Nefropati DM tipe 2,

mikroalbuminuria

diabetic, proteinuria,

hipertrofi ventrikel

kiri, batuk karena

ACEI

Kehamilan,

hiperkalemia,

stenosis arteri

renalis bilateral

Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak

tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis

atau subspesialis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes

mellitus atau penyakit ginjal, baik American Diabetes Association (ADA)

maupun International Society of Nephrology (ISN) dan NKF menganjurkan

rujukan kepada seorang dokter yang ahli jika laju filtrasi glomerulus mencapai

<60 ml/men/1,73m2.

10