hipertensi
DESCRIPTION
tugas kedoktereran keluarga tentang hipertensiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi telah menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum terjadi. Data
dari National Health and Nutrition Examination (NHANES) menunjukkan bahwa 50 juta
atau bahkan lebih penduduk Amerika mengalami tekanan darah tinggi. Angka kejadian
hipertensi di seluruh dunia mungkin mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta
kematian akibat hipertensi terjadi setiap tahunnya.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;
terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,
Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia,
prevalensi hipertensi berkisar 6-15%.1
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini
sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi
akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi
disebut sebagai silent killer.
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation
and Treatment of Hight Blood Pressure) dan yang terbaru terdapat pedoman untuk
manajemen pengelolaan hipertensi yaitu JNC VIII. Ketetapan ini juga telah disepakati
Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun
organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis
hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab
1
sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi
menjadi kurang dari 1 %.
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.
C. MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi
dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung
kepada pasien dengan Hipertensi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau
terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau
minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang
diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).
B. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, faktor resiko
terbagi menjadi dua kelompok :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan genetik.
Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di
kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas
65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
3
tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai
bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi.
Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya
tekanan darah sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta,
Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85
tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar52,5% (Kamso, 2000).
b. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar
2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan
setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi
yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
c. Keturunan ( genetik )
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).
Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan
dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson
bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
akan turun ke anak-anaknya.
2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak,
berat badan berlebih / kegemukan, konsumsi alkohol, Hiperlipidemia /
4
hiperkolesterolemia, stress dan konsumsi garam berlebih, sangat erat berhubungan
dengan hipertensi.
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan
dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan
dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat
antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh
beberapa studi. Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab
hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).
b. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa
takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan,
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih
tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas
orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan
oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong
seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan
sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang
(Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang
mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi (Pinzon, 1999). Dalam
penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa bagi wanita berusia 45-64
tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan
perkawinan, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dan
kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan pening-
5
katan tekanan darah dan manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun. Studi
eksperimental pada laboratorium animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis
stress merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan
darah tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara
kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankankarena pengelolaan stress
dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah kontroversial (Henry dan Stephens
tahun 1997 dalam Kamso, 2000).
c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokokjuga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-ototjantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pernbuluh darah arteri.
d. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan
olah raga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai
berat badan turun.
e. Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,
diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.
Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang
berlebihanberpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di
Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh
6
baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder
di kelompok usia ini.
f. Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan
di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan
darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan
tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata rendah,
sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata
lebih tinggi.
g. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL dan/atau penurunan kadar kolesterol HOL
dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis
yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan
C. EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap hipertensi.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh
dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart Association
memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa di
Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi juga diperkirakan
mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi jelas
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.3
Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi
hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan
darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita
indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita.
Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan
insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas
fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.
7
Sedangkan berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensitermasuk
ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun2010
dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat
jalan.Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, provinsi Kalimantan Selatan
(39,6%), JawaTimur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi
Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%),
Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi
yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).6
Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational Monitoring
of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988 angka hipertensi
mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat hingga 16,9% pada survei
5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat hipertensi menjadi masalah besar.
Di Indonesia saja prevalensi hipertensi cukup tinggi 7% sampai 22%. Bahkan
berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke
15%, dan gagal ginjal 10%.
Pasien hipertensi yang tercatat pada poli ginjal dan hipertensi RSHS Bandung
tahun 2007 sebanyak 4.000 orang dan tahun 2008 naik menjadi 4.100 orang. Dari 4.000
penderita hipertensi, sekitar 17 persen diantaranya juga menyumbang penyakit gagal
ginjal. Kejadian hipertensi tertinggi ada pada usia di atas 60 tahun dan terendah pada usia
di bawah 40 tahun.
D. PATOFISIOLOGI
Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari pembuluh darah
yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol. Arteriol membagi darah
ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut kapiler. Tugas kapiler-kapiler ini
adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen. Darah akan kembali ke jantung
melalui pembuluh darah vena.
Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan mengecil
(meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun peristiwa ini
sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau kelainan) yang bisa
membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis lagi akibatnya akan terjadi
8
Hipertrofi
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media
Bila sudah berjalan cukup lama
hiperplasi
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi
Anoksia relatif
Besarnya curah jantung Tahanan perifer
Naiknya tonus otot polos pembuluh darah
Vasokontriksi arteriol
Diperkuat dengan adanya sclerosis koroner
kekurangan darah pada organ tertentu. Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari
makanan, maka suatu proses umpan balik akan terjadi.
Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan darah lebih
banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya peningkatan tekanan
darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak mengirim tanda tersebut. Dan
yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal
dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.4
Gambar 1. Patofisiologi Hipertensi
9
Faktor keturunan
Faktor predisposisi
10% kasus90% kasus
Disebabkan oleh penyakit Tidak diketahui penyebabnya
Ciri Kebiasaan hidup
Merokok, karena rangsangan sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah, minum alkohol, obat-obatan misal : epinefrin, prednison
Gambar 2. Patofisiologi Hipertensi
10
Hipertensi esensial Hipertensi sekunder
1. Konsumsi garam yang tinggi
2. Kegemukan atau makanan yang berlebihan
3. Stres dan ketegangan jiwa
4. Pengaruh lain
E. KLASIFIKASI
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Tekanan darah optimal < 120 < 80
Tekanan darah normal 120-129 80-84
Tekanan darah normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi ringan 140-159 90-99
Hipertensi sedang 160-179 100-109
Hipertensi berat >180 > 110
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII
Kategori Sistolik (mmHg) Dan / atau Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Tabel 3. Perbedaan JNC VII dan JNC VIII
Topik JNC 7 JNC 8
Metodologi Literatur review yang tidak
sistematis dari para ahli (expert
committee) termasuk batasan dari
desain penelitiannya.
Critical questions dan review criteria
didefinisikan oleh para ahli dari
berbagai instansi penelitian (expert
panel) dan digabungkan oleh team
metodologi.
Tinjauan sistematis awal dilakukan oleh
ahli metodologi terbatas pada RCT
evidance.
Peninjauan kembali dari RCT evidance
dan rekomendasi dari setiap panel akan
disesuaikan dengan protokol standart
11
yang berlaku.
Definisi Menetapkan hipertensi ke dalam
kriteria pre-hipertensi dan
hipertensi
Tidak menetapkan prehipertensi dan
hipertensi namun lebih menetapkan
thresholds pemberian terapi farmakologi
Tujuan
terapi
Menetapkan tujuan terapi secara
terpisah yaitu untuk terapi
hipertensi tanpa komplikasi dan
hipertensi disertai dengan penyakit
komorbid
Menetapkan tujuan terapi yang sama
untuk semua populasi kecuali jika
terdapat bukti yang kuat untuk
menerapkan terapi yang berbeda pada
subpopulasi tertentu
Rekomendasi
Gaya Hidup
Rekomendasi yang diberikan
berdasarkan literature review dan
pendapat ahli
Rekomendasi yang diberikan
berdasarkan pada rekomendasi yang
telah didukung sejumlah bukti penelitian
dari Lifestyle Work Group
Terapi
farmakologi
Merekomendasikan 5 kelas obat
yang dapat dipertimbangkan dalam
terapi awal tetapi terapi yang
paling direkomendasikan untuk
hipertensi tanpa komplikasi adalah
thiazide-obat type diuretik
dibandingkan kelas obat yang lain.
Beberapa terapi hipertensi yang
spesifik di indikasikan khusus
pada hipertensi dengan komplikasi
seperti DM, CKD, gagal jantung,
myocardial infraction, stroke, dan
resiko tinggi CVD(termasuk tabel
komprehensif yang terdiri dari
nama obat dan ukuran dosis obat
yang biasa digunakan)
Rekomendasi berupa pilihan obat yang
terdiri dari 4 kelas obat antihipertensi
spesifik (ACEI atau ARB, CCB atau
diuretik), dan dosis obat berdasarkan
penelitian RCT.
Rekomendasi obat untuk kondisi ras
tertentu, CKD dan DM berdasarkan
bukti penelitian RCT
Panel terapi obat yang dibuat dalam
tabel merupakan hasil dari clinical trial
pada penderita hipertensi dan sudah
terbuti memiliki efikasi dan
efektivitasnya
Ruang
lingkup topic
yang dibahas
Menunjukan kepada berbagai
masalah yaitu metode pengukuran
tekanan darah, komponen evaluasi
pasien, hipertensi sekunder,
Ulasan bukti RCT ditujukan untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang
menjadi perioritas utama panel
12
kepatuhan terhadap regimen,
resistent hipertensi, dan hipertensi
pada populasi khusus, berdasarkan
literature review dan pendapat
ahli.
Proses ulasan
sampai
terpublikasi
Di ulas oleh National High Blood
Pressure Education Program
Coordinating Committee, sebuah
koalisi dari 39 orang profesional,
masyarakat, dan organisasi
sukarela dan 7 lembaga federal
Diulas oleh para ahli yang terdiri
profesional, masyarakat, dan lembaga
federal dan tidak memiliki sponsor.
F. GEJALAHampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini
tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan
darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka mengukur tekanan
darahnya. Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu
faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Penyebab
hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya berhubungan dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu, hipertensi seperti ini disebut hipertensi
esensial.3
Akan tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hipertensi, yakni: faktor
usia, merokok, kegemukan atau obesitas, kurang aktivitas fisik, terlalu banyak
mengonsumsi garam, minum alkohol secara berlebihan, stres, kelainan pembuluh darah,
adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya,
masalah tiroid, preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.
Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit
kepala, jantung berdebar-debar, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, sering buang air
kecil terutama di malam hari, telinga berdenging, gelisah, pandangan menjadi kabur yang
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
13
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera.
Penyebab Hipertensi dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar :
a. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, yang menempati bagian terbesar kasus yang ada (95%).
Sedangkan faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
gangguan pengeluaran/eksresi garam natrium, serta faktor-faktor yang
meningkatkan risiko seperti kegemukan (obesitas), alkohol, merokok dan lain-
lain.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal/ginjal penyebab spesifiknya
diketahui seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi pembuluh darah ginjal,
pengaruh hormon (aldosteron, estrogen).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi faktor
keturunan pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi
G. PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk
mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun
payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti
penyakit jantung koroner.
H. PENATALAKSANAAN
14
Secara umum, pengobatan hipertensi dapat dibedakan atas pendekatan
farmakologis yaitu dengan obat dan pendekatan non-farmakologis yaitu dengan
mengubah gaya hidup. Seseorang yang tidak menderita hipertensi, mempertahankan
gaya hidup sehat berpotensi dalam pencegahan hipertensi yang berkaitan dengan
bertambahnya usia. Sedangkan bagi seseorang yang menderita hipertensi, pendekatan
non-farmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obat
hipertensi.
Hipertensi sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan, karena hipertensi merupakan keadaan dimana pengaturan tekanan darah
tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh banyak faktor. Mengobati
hipertensi memang harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang sehat, dan apabila
hal ini tidak berhasil maka mulai diberikan obat.5
Pengobatan hipertensi hampir selalu termasuk perubahan gaya hidup untuk
mengendalikan faktor-faktor risiko.
1. Kurangi berat badan jika kegemukan
Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi adalah mereka yang
gemuk. Jaringan yang berlemak memerlukan banyak darah untuk pemberian
zat-zat makanan. Kurangi asupan garam, baik dari garam dapur atau makanan
yang banyak mengandung garam seperti makanan yang diasinkan (ikan asin,
telur asin), makanan yang diawetkan (dendeng, abon), acar, makanan kaleng,
bumbu-bumbu (terasi, tauco, vetsin), dan makanan camilan yang banyak
mengandung garam (biskuit, roti, kue).
2. Ubah gaya hidup “malas”
Kehidupan saat ini mengharuskan kita untuk serba malas. Kurangnya
aktivitas olahraga cenderung mengakibatkan kegemukan dan juga bisa
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Kegiatan olahraga dikatakan
bermakna jika bisa melakukan 20-40 menit perhari sekurang-kurangnya 3 kali
seminggu. Jalan kaki merupakan olahraga yang murah meriah namun jika bosan
bisa mengkombinasi dengan renang, fitness ataupun aktivitas permainan lainnya
seperti bulu tangkis, tenis meja atau bahkan berdansa.
3. Hindari merokok dan alkohol
15
Merokok dan alkohol merupakan sesuatu yang mutlak harus dihindari jika
seseorang sudah didiagnosis hipertensi. Minum alkohol bisa meningkatkan
tekanan darah dan juga jumlah kalori yang masuk jika seseorang sedang berdiet.
Alkohol adalah minuman yang kaya akan kalori yang mudah menyebabkan
kegemukan.
4. Kendalikan stress
Stress adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Stress bisa dikurangi
dengan cara berdoa, meditas, berolahraga, membaca buku/majalah,
mendengarkan musik atau menonton.
5. Kurangi konsumsi garam
Sebaiknya antara penderita dan non penderita dalam keluarga mengatur diet
yang berbeda. Jika sedang diet rendah garam, berhati-hatilah jika
mengkonsumsi makanan yang bisa dibeli/peroleh di luar rumah.
6. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran
Buah-buahan dan sayuran sangat baik untuk dikonsumsi. Selain mempunyai
fungsi menurunkan kolesterol, buah dan sayuran juga bermanfaat agar bisa
buang air besar secara teratur (Tapan, 2004).
7. Olahraga/aktivitas fisik teratur, dan pilih olahraga yang tidak terlalu berat dan
dapat meningkatkan tekanan darah seperti joging, jalan kaki, berenang.
8. Minum obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, dengan
mempertimbangkan dosis, jangka waktu pengobatan, dan perhatikan efek
samping yang timbul selama pengobatan.
9. Lakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dengan mengevaluasi
kemajuan pengobatan, disamping menghindari risiko-risiko terjadinya
komplikasi penyakit lainnya.
10. Konsultasikan segera ke dokter bila timbul penyakit penyerta lain seperti
jantung koroner, diabetes mellitus, gangguan ginjal dan lainnya (Karyadi,
2002).
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
16
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta
lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Managemen Hipertensi JNC 8
1. Rekomendasi 1
Pada usia ≥ 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah (TD)
pada systolic blood pressure (SBP) ≥ 150 mmHg, atau diastolic blood pressure (DBP) ≥
90 mmHg dan diturunkan sampai SBP ≤ 150 mmHg dan DBP ≤ 90 mmHg.
(Rekomendasi Kuat-Grade A)
2. Corollary Recommendation
Pada populasi umum usia ≥ 60 tahun, jika terapi farmakologi ternyata menurunkan
tekanan darah SBP lebih rendah dari target (SBP ≤ 140 mmHg) dan terapi dapat
ditoleransi tanpa ada efek samping yang menganggu maka terapi tidak perlu penyusuaian
( Pendapat Ahli-Grade E)
3. Rekomendasi 2
Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk
menurunkan TD pada DBP ≥ 90 mmHg dan diturunkan sampai tekanan DBP ≤ 90
mmHg. (untuk usia 30-59 tahun, Rekomendasi Kuat- Grade A; untuk usia 18-29 tahun,
pendapat ahli-Grade E)
4. Rekomendasi 3
Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk
menurukan TD pada SBP ≥ 140 mmHg dan diturunkan sampai tekanan SBP < 140
mmHg. (Pendapat Ahli-Grade E)
5. Rekomendasi 4
Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan Chronic Kidney Disease (CKD), inisiasi
terapi farmakologi untuk menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg
dan target menurunkan sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg.(Pendapat Ahli-
Grade E)
17
6. Rekomendasi 5
Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan diabetes, inisiasi terapi farmakologi untuk
menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg dan target menurunkan
sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg.(Pendapat Ahli-Grade E)
7. Rekomendasi 6
Pada populasi bukan kulit hitam, termasuk dengan penyakit diabetes, inisiasi terapi
farmakologi harus mencakup, diuretik tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB),
angiostensin-converting enzym inhibitor (ACEI) atau angiostensin receptor blocker
(ARB). (Rekomendasi : Sedang-Grade B)
8. Rekomendasi 7
Pada populasi kulit hitam, termasuk orang-orang dengan diabetes, initiasi terapi
farmakologi antihipertensi harus mencakup diuretik tipe thiazide, calcium channel
blocker (CCB) (Untuk orang kulit hitam rekomendasi sedang-grade B; untuk orang kulit
hitam dengan diabetes rekomendasi lemah – grade C)
9. Rekomendasi 8
Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan CKD, inisiasi terapi farmakologi
antihipertensi harus mencakup obat ACEI atau ARB untuk meningkatkan fungsi ginjal
(Rekomendasi Sedang-Grade B)
10. Rekomendasi 9
Tujuan objektif dari terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan
tekanan darah sesuai target terapi. Jika tekanan darah tidak dapat mencapai target terapi
yang diinginkan dalam waktu 1 bulan terapi tekanan darah, dapat dilakukan peningkatan
dosis obat atau menambah golongan obat kedua dari salah satu golongan obat pada
rekomendasi 6 (diuretik tipe thiazide, CCB, ACEI atau ARB). Dokter harus terus menilai
perkembangan TD dan menyesuaikan regimen obat antihipertensi sampai TD yang
diinginkan dapat dicapai. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan pengunaan
2 jenis golongan obat antihipertensi, dapat dilakukan penambahan dan titrasi obat ke 3
dari daftar yang telah tersedia. Jangan pernah mengunakan obat ACEI dan ARB secara
bersamaan pada 1 orang pasien. Jika target tekanan darah tetap tidak dapat dicapai
mengunakan terapi obat pada rekomendasi 6 karena ada kontraindikasi obat atau
membutuhkan lebih dari 3 jenis obat, maka obat dari golongan antihipertensi lainnya
dapat digunakan. Rujukan ke spesialis perlu dilakukan jika pasien tidak dapat mencapai
18
target tekanan darah mengunakan strategi yang di atas atau perlu dilakukan managemen
komplikasi pada pasien.
Dosis Obat Hipertensi JNC 8
Obat AntihipertensiInisial
Dosis Harian, mgDosis Target
RCT, mgJumlah
Obat / Hari
ACE inhibitors1. Captopril 50 150-200 22. Enalapril 5 20 1-23. Lisinopril 10 40 1
Angiostensi receptor blockers (ARB)1. Eprosartan 400 600-800 1-22. Candesartan 4 12-32 13. Losartan 50 100 1-24. Valsartan 40-80 160-320 15. Irbesartan 75 300 1
Β-Blockers1. Atenolol 25-50 100 12. Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium Channel Blockers1. Amlodipine 2,5 10 12. Diltiazem extended
release120-180 360 1
3. Nitredipine 10 20 1-2Thiazide-type diuretics
1. Bendroflumethiazide 5 10 12. Chlorthalidone 12,5 12,5-25 13. Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-24. Indapamide 1,25 1,25-2,5 1
19
Dewasa ≥ 18 tahun + Hipertensi
Pengaturan Lifestyle(terus berlangsung sepanjang terapi)
Mengatur tekanan darah sesuai target dan memulai terapi obat sesuai dengan usia, diabtes, CKD
Umur ≥ 60 tahun Umur < 60 tahunSemua umur +
DM tanpaCKD
Semua umur + CKD
dengan/tanpa DM
Target TDSBP < 150 mmHgDBP < 90 mmHg
Target TDSBP < 140 mmHgDBP < 90 mmHg
Target TDSBP < 140 mmHgDBP < 90 mmHg
Target TDSBP < 140 mmHgDBP < 90 mmHg
Non Kulit Hitam Kulit Hitam
Inisiasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB, sendiri
atau kombinasi
Semua Kasus
Inisiasi thiazide-type diuretic atau CCB, sendiri atau
kombinasi
ACEI atau ARB, sendiri atau kombinasi dengan
obat golongan lain
Tidak
Pilih strategi terapi titrasi obat Dosis maksimum obat pertama sebelum tambahkan obat kedua atauTambahakan obat kedua sebelum mengunakan obat pertama pada dosis maksimum atauMulai dengan 2 kelas obat terpisah atau mengunakan kombinasi dosis tetap
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuaiUntuk strategi A dan B tambahakan dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara ACEI dan ARB).Untuk strategi C, dosis dititrasi dan inisiasi medikasi sampai maksimum
Apakah tujuan TD tercapai ?
Apakah tujuan TD tercapai ?
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Algorithma Penatalaksanaan Hipertensi JNC 8
20
Populasi Umum tanpa CKD & DM
Populasi CKD & DM
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuaiTambahkan obat dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara ACEI dan ARB).
Ya
YaApakah tujuan TD tercapai ?
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuaiTambahkan obat golongan lain ( β-blocker, aldosterone antagonist atau yang lainnya) dan rujuk pasien ke dokter spesialist atau ahli di bidang hipertensi
Apakah tujuan TD tercapai ?Lanjutkan terapi dan monitoringTidak
Tidak
KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak, sedangkan bagian lain dari
otak tidak mendapat aliran / supply darah yang cukup, sehingga bagian otak menjadi
rusak.
2. Kerusakan jantung
Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung, disebabkan jantung
bekerja lebih keras untuk mempompa darah.
3. Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan.
Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun.
Hingga bisa mengalami gagal ginjal.
4. Kerusakan mata
21
Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada
mata, sehingga penglihatan terganggu.
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Makrifah
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 53 tahun
Status Pernikahan: Menikah
Alamat : RT 02 / RW 01 Dusun Demesan, Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : tamat SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan wiraswasta
2. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. Subandi
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 51 tahun
Status Pernikahan: Menikah
Alamat : RT 02 / RW 01 Dusun Demesan, Desa Girirejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
22
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : tamat SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
B. PROFIL KELUARGA
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung
No Nama Kedudukan dalam
Keluarga
JK Umur
(th)
Pendi-
dikan
Pekerjaan Ket
1 Subandi KK L 64 Tamat
SLTP
Wiraswasta Sehat
2 Makrifah Istri KK P 61 Tamat
SLTP
IRT dan
Wiraswasta
Sakit
3 Yanto
Wibowo
Anak I L 23 SMK Wiraswasta Sehat
4 Rahmiyant
ini
Anak II P 20 SMK Tidak bekerja Sehat
3 Yogi Vikri Anak L 15 SMA Pelajar Sehat
Tabel 2. Daftar Anggota Yang Tinggal Serumah
No Nama Kedudukan
dalam Keluarga
JK Umur
(th)
Pendi-
dikan
Pekerjaan Ket
1 Subandi KK L 64 Tamat
SLTP
Wiraswasta Sehat
2 Makrifah Istri KK P 61 Tamat
SLTP
IRT dan
Wiraswasta
Sakit
23
3 Yogi
Vikri
Anak L 15 SMA Pelajar Sehat
Keterangan :
: riwayat hipertensi
: laki – laki
24
pasien suami
Anak 1 Anak 3Anak 2
: perempuan
C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH
DILAKUKAN
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Agustus 2014 pukul
10.00 WIB di rumah pasien, Dusun Demesan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
ulang serta pemberian edukasi pada pasien, tanggal 16 Agustus 2014 pukul 08.00 di
rumah pasien, Dusun Demesan, Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
a. Keluhan Utama
Pusing sejak 2 hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Tempuran dengan keluhan pusing sejak 2 hari
yang lalu. Selain itu os juga mengeluh penglihatan buram. Kejadian seperti ini
sering dialami pasien terutama bila os tidak meminum obat darah tinggi. Pasien
tidak merasakan nyeri dada, maupun sesak. BAK lancar, tidak ada keluhan. BAB
lancar dan tidak ada keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menjalankan operasi di RS pada 5 tahun yang lalu dengan
keluhan mioma, pada tahun 2009. Riwayat penyakit jantung, kencing manis, alergi
dan asma disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
25
Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat darah tinggi, yaitu ibu
kandung pasien. Selain itu, tidak ada yang menderita baik kencing manis, sakit
jantung, alergi, ataupun asma.
e. Riwayat Kesehatan Suami
Suami pasien berusia 64 tahun, bekerja sebagai Wiraswasta. Kondisi suami
pasien sehat, ia menyangkal adanya penyakit seperti batuk lama, tekanan darah
tinggi, kencing manis ataupun alergi terhadap obat atau makanan. Suami pasien
bekerja 6 hari dalam seminggu. Ia mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak
adanya waktu. Suami pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan merokok.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 15 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB di Rumah Pasien, Dusun Demesan,
Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Keadaan umum : Tampak Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 180/110 mmHg TB : 158 cm
Nadi : 76 x/menit BB : 64 kg
Suhu : 36,70 C
Pernapasan : 18 x/menit
Status Generalis
o Kepala : Normosephali
o Muka : Nyeri tekan sinus (-), nyeri ketuk sinus (-)
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Telinga : Normotia, benjolan (-), udem (-), nyeri tekan (-)
o Hidung : Normosepti, sekret (-), mukosa livid (+), concha hipertrofi (+)
o Bibir : pucat (-), sianosis (-)
o Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
o Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
o Thoraks
26
Paru – paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris,
sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi suprasternal -/-
- Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal,
vokal fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar setinggi ics V
garis midklavikularis kanan, peranjakan paru positif kira-kira satu sela iga
- Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 1 cm medial dari garis midklavikularis
kiri
- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kiri
setinggi ics II-IV, batas paru lambung setinggi ics VI garis aksilaris anterior,
batas jantung kiri setinggi ics V 1 cm lateral garis midklavikularis kiri, batas atas
jantung kiri setinggi ics III pada garis midsternalis kiri
- Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi jantung
tambahan (-), ictus cordis terdengar 1 cm lateral dari garis midklavikularis kiri
o Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, mendatar pada keadaan statis/dinamis, rata
- Palpasi : Teraba lemas, defense muscular (-), tidak teraba benjolan, tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar dan lien, ballotemem
ginjal kanan dan kiri (-)
- Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen
- Auskultasi : Bising usus 2x/menit
o Ekstremitas
- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)
Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis Kerja
27
Hipertensi Essensial
Rencana Penatalaksanaan
1. Tatalaksana medikamentosa
a. Tatalaksana medikamentosa (JNC VII) di Puskesmas Tempuran:
Terapi kombinasi : Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol 500 mg 1 kali 1 per oral
(jika pusing).
b. Tatalaksana nonmedikamentosa :
Disarankan untuk periksa EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal, kolesterol, gula
darah
Edukasi mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi yang dapat terjadi.
Istirahat yang cukup, pola makan yang sehat dan olahraga teratur
Pasien dianjurkan minum obat teratur
Edukasi mengenai mengatur waktu dalam bekerja
Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter
untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Hasil Penatalaksanaan Medis
Obat yang diberikan dari Puskesmas tidak diminum. Keluhan sakit kepala mulai
berkurang. Saat kunjungan rumah (Sabtu, 16 Agustus 2014), keadaan kesehatan pasien
baik, dan aktivitas harian berlangsung seperti biasa.
a. Faktor pendukung:
Os selalu menyisihkan penghasilan kerja untuk membeli obat
Pasien telah mengurangi faktor resiko yang ada, dengan tidak mengkonsumsi
MSG, mengurangi konsumsi garam, serta makan makanan yang dapat
menaikkan tekanan darah
b. Faktor penghambat:
Pasien tidak patuh meminum obat darah tinggi
Indikator keberhasilan: keluhan sakit kepala berkurang. Serta saat dilakukan
kunjungan rumah dan dilakukan pemeriksaan ulang tekanan darah menurun
dibanding saat pemeriksaan pada kunjungan pertama.
28
D. PERMASALAHAN PADA PASIEN
Tabel 3. Tabel Permasalahan Pada Pasien
No. Resiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran
1. Tekanan darah yang terlalu
tinggi
Permberian obat hipertensi dan
tata cara minum obat serta
edukasi mengenai faktor
pencetus, pencegahan
kekambuhan dan
penanggulangan keluhan klinis.
Pasien dan
keluarga
2. Gaya hidup tidak sehat ( tidak
cukup istirahat, tidak pernah
berolahraga)
Edukasi mengenai faktor resiko
pada hipertensi
Pasien dan
keluarga
3. Tidak patuh meminum obat
darah tinggi
Edukasi untuk rutin dan patuh
meminum obat darah tinggi
Pasien dan
keluarga
E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa pasien tidak pernah
mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat operasi mioma uteri telah dialami
pasien 5 tahun yang lalu (tahun 2009). Riwayat obstetrik pasien adalah G3P3A0, pasien
sudah melahirkan 3 orang anak, dengan perencanaan kelahiran dipikirkan oleh kedua
pihak suami istri. Anak pertama sampai ketiga dilahirkan spontan dengan bantuan
bidan desa. Terakhir kali pasien sudah tidak menggunakan kontrasepsi berupa pil,
sekitar 5 tahun yang lalu.
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami dan 1 anaknya, sedangkan anak pertama dan kedua
telah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri. Hubungan dan komunikasi antara
pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik. Proses
29
pengambilan keputusan dilakukan bersama-sama dengan suami. Kadang-kadang anak
pasien datang berkunjung ke rumah saat sedang libur bekerja.
c. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh kepala keluarga digabung dengan
penghasilan pasien. Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta. Pendapatan perbulan
kira-kira kurang dari Rp 450.000,-. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga seperti makan, pakaian, listrik serta belanja harian. Penggunaan dana cukup
efisien untuk memenuhi kebutuhan harian.
d. Fungsi Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tamat SLTP. Kedua anaknya bersekolah dengan pendidikan
tertinggi mencapai tamat SMK dan anak terakhirnya masih melanjutkan SMA.
e. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama secara rutin
(shalat dan mengaji). Penerapan nilai agama dalam keluarga baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di desa Demesan. Pasien dan keluarga dapat diterima
dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Kondisi
pasien saat ini cukup baik. Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dan bekerja dengan baik. Namun saat sakit kepala pasien muncul dapat menjadi
hambatan dalam mengerjakan pekerjaannya.
F. POLA KONSUMSI PASIEN
Frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah. Jenis
makanan dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,
tahu, tempe, sayur (kacang panjang dan bayam), kadang-kadang diselingi telur, ayam
goreng, air minum (air putih dan teh). Pasien tidak minum susu. Pasien jarang
mengkonsumsi daging sapi atau kambing. Air minum berasal dari air sumur yang
dimasak sendiri.
G. IDENTIFIKASI FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
1. Faktor Perilaku
30
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga juga bekerja sebagai Wiraswasta. Saat ada
anggota keluarga yang sakit, biasanya os berobat ke Puskesmas Tempuran.
Pendanaan kesehatan didapatkan dari asuransi kesehatan Jamkesmas. Pasien
mengaku tidak pernah berolahraga ataupun pergi berekreasi. Os juga tidak cukup
beristirahat karena os melakukan pekerjaan sampingan membuat Keripik Balado
Singkong yang selalu dilakukan setiap hari. Os rajin mengikuti aktifitas sosial
berupa pengajian.
2. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam rumah yang bersih dan terlihat terawat. Dapur tidak
mempunyai saluran pembuangan asap. Sumber air dari sumur pompa listrik dan
dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah ke tanah yang
terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di jamban keluarga, tidak ada
pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang di kebun belakang rumah dan dibakar
3 hari sekali.
3. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Puskesmas Tempuran yang berjarak kira-kira 800 m. Pasien tidak
memiliki kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat datang
berobat ke puskesmas, maka os akan berobat ke praktek bidan swasta atau dokter
swasta.
4. Faktor Keturunan
Ibu pasien menderita penyakit hipertensi.
H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
a. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Desa Demesan, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang, dengan ukuran luas rumah 9 x 6 m2, bentuk bangunan 1 lantai. Secara
umum gambaran rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 mushola, 1 ruang tamu yang
sekaligus berfungsi untuk ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur dan 1 kamar
mandi di bagian belakang rumah. Rumah mempunyai langit-langit, dinding
terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Penerangan dalam rumah dan
31
kamar cukup baik. Ventilasi dan jendela tidak memadai, cahaya matahari yang
masuk lewat jendela maupun pintu cukup. Sumber air bersih dari air sumur untuk
minum, cuci dan masak. Bangunan dapur tidak permanen dan kebersihan dapur
kurang. Pembuangan air limbah ke tanah dibelakang rumah. Tempat sampah
utama di halaman kebun, dan setiap 3 hari sekali sampah dibakar. Lingkungan di
sekitar rumah pasien bersih.
b. Denah Rumah
Gambar 2. Denah Rumah
I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Biologis
Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
32
Lingkungan
Genetik
YankesStatus
kesehatan
Perilaku
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terjalin baik.
Dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan bersama dengan suami.
c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan diperoleh dari suami dan istri. Kesan sosial ekonomi
cukup. Pengaturan dana terbilang cukup efektif dan efisien.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
Termasuk keluarga yang taat beragama.
Tidak terdapat keterbatasan hubungan beragama antara pasien dan
masyarakat.
Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja
sebagai wiraswasta. Namun saat sakit kepala pasien muncul, hal tersebut
dapat menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
e. Faktor Perilaku
Setiap ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa berobat ke Puskesmas
Tempuran menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas. Os tidak pernah
melakukan kegiatan olahraga ataupun rekreasi. Os sering melakukan hobi
membuat Keripik balado singkong sembari dijual untuk menambah modal usaha.
J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
Ibu memiliki riwayat hipertensi
- Tidak cukup istirahat
33
- Tidak patuh meminum obat
Gambar 3. Diagram Realita
K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga
yang
terlibat
Hasil Kegiatan
15 Agustus
2014
Melakukan anamnesis dan
pemeriksaan kepada pasien
Pasien dan
keluarga
Mendapatkan diagnosis kerja
pasien
15 Agustus
2014
Memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai penyakit
hipertensi dan faktor resiko
nya.
Memberikan edukasi tentang
penyakit yang mungkin
dialami pasien terkait dengan
pola hidup yang tidak sehat,
seperti terlalu sibuk bekerja
sehingga waktu istirahat tidak
cukup.
Memberitahukan agar minum
obat secara teratur.
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan suami pasien
dapat memahami
mengenai penyakit dan
faktor resiko nya.
Pasien dan suami pasien
dapat memahami
penjelasan yang diberikan
dan diharapkan dapat
merubah pola hidup yang
sehat.
Diharapkan pasien dapat
minum obat secara teratur
sehingga tekanan darah
dapat terkontrol dengan
34
Memberikan informasi
mengenai komplikasi yang
dapat timbul akibat hipertensi.
baik
Pasien dan suami pasien
memahami komplikasi
yang dapat terjadi,
sehingga dapat mencegah
komplikasi tersebut.
L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman: Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan, dapat
diterima dengan baik.
2. Faktor pendukung :
- Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan yang
diberikan tentang hipertensi dan pola hidup sehat.
- Sikap keluarga yang kooperatif dan keinginan untuk hidup sehat.
3. Faktor penyulit :
- Keadaan ekonomi yang kurang
- Jadwal bekerja yang terlalu padat
4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat (waktu istirahat
menjadi cukup dan dapat berolahraga) , dan dapat mengatur waktu bekerja.
35
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien penyakit Hipertensi, dengan pendekatan kedokteran keluarga
adalah dengan terapi medikamentosa berupa Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol
500 mg 1 kali 1 per oral (jika pusing).
Terapi edukasi yang diberikan adalah edukasi mengenai penyakit darah tinggi
(hipertensi), faktor resiko, serta penanganan penyakit tersebut, agar merubah pola hidup
sehari-hari menjadi lebih sehat, istirahat yang cukup dan olahraga teratur, minum obat
teratur. Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter
untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi melakukan
pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan
sekitar, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
hipertensi (darah tinggi) serta faktor-faktor resiko penyakitnya seperti gaya hidup tidak
sehat serta mengedukasi pasien dan keluarga untuk menghindari faktor resiko dan cara
penanggulangan apabila penyakitnya kambuh kembali. Pembinaan juga meliputi
penyakit – penyakit yang dapat terjadi berhubungan dengan usia dan pekerjaan pasien
dan suami.
B. SARAN
36
Untuk mencegah timbulnya gejala tekanan darah tinggi kembali, maka
diharapkan pasien dapat menghindari faktor resiko timbulnya gejala. Serta mengatur
ulang jadwal kerja harian guna menghindari gejala penyakit kambuh kembali, sehingga
pasien memiliki waktu lebih untuk memeriksakan diri ke praktek bidan/ dokter swasta
atau puskesmas, dan jika ada keluhan yang mengarah ke komplikasi bisa segera diatasi.
Selain itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal,
kolesterol, dan gula darah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 15 Agustus
2014. Tersedia dalam :
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/700/699
2. Hipertensi. 2013. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2014. Tersedia dalam :
http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html
3. Departemen Kesehatan RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. 2012. Diunduh pada
tanggal 15 Agustus 2014. Tersedia dalam:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-
indonesia.html
4. Klasifikasi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam :
http://www.scribd.com/doc/60065681/3/Tabel-2-1-Klasifikasi-Hipertensi-Menurut-
WHO
5. Meena S, Maron D, editor. Hypertension Treatment and Management. WebMD. 2013.
Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam:
http://emedicine.medscape.com/article/241381-treatment
6. American Heart Association. Prevention and Treatment of High Blood Pressure. 2014.
Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam:
37
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/PreventionTreatment
ofHighBloodPressure/Prevention-Treatment-of-High-Blood-
Pressure_UCM_002054_Article.jsp
LAMPIRAN
Keterangan foto 1 : Keadaan rumah bu Makhrifa
38