hipertensi

54
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi telah menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum terjadi. Data dari National Health and Nutrition Examination (NHANES) menunjukkan bahwa 50 juta atau bahkan lebih penduduk Amerika mengalami tekanan darah tinggi. Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia mungkin mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta kematian akibat hipertensi terjadi setiap tahunnya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%. 1 Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer. 1

Upload: alvian2109

Post on 25-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas kedoktereran keluarga tentang hipertensi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi telah menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum terjadi. Data

dari National Health and Nutrition Examination (NHANES) menunjukkan bahwa 50 juta

atau bahkan lebih penduduk Amerika mengalami tekanan darah tinggi. Angka kejadian

hipertensi di seluruh dunia mungkin mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta

kematian akibat hipertensi terjadi setiap tahunnya.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan

masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;

terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,

Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia,

prevalensi hipertensi berkisar 6-15%.1

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya

hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau

dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini

sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi

akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi

disebut sebagai silent killer.

Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The

Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation

and Treatment of Hight Blood Pressure) dan yang terbaru terdapat pedoman untuk

manajemen pengelolaan hipertensi yaitu JNC VIII. Ketetapan ini juga telah disepakati

Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun

organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi

“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis

hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab

1

sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi

menjadi kurang dari 1 %.

 

B. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan

Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.

C. MANFAAT

Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi

dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung

kepada pasien dengan Hipertensi

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan

spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset

menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau

terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau

minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai

hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk

membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang

diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,

hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).

B. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, faktor resiko

terbagi menjadi dua kelompok :

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan genetik.

Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.

a. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di

kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas

65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan

3

tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai

bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi.

Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan

struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan

dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya

tekanan darah sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta,

Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85

tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar52,5% (Kamso, 2000).

b. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih

banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar

2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang

cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun,

setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan

setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan

dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi

yang lebih tinggi terdapat pada wanita.

c. Keturunan ( genetik )

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).

Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang

kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan

dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson

bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-

anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%

akan turun ke anak-anaknya.

2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari

penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak,

berat badan berlebih / kegemukan, konsumsi alkohol, Hiperlipidemia /

4

hiperkolesterolemia, stress dan konsumsi garam berlebih, sangat erat berhubungan

dengan hipertensi.

a. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan

dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan

dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat

antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh

beberapa studi. Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab

hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko

relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).

b. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa

takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga

tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.

Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan,

prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih

tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas

orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan

oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong

seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan

sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang

(Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang

mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi (Pinzon, 1999). Dalam

penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa bagi wanita berusia 45-64

tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan

perkawinan, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dan

kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan pening-

5

katan tekanan darah dan manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun. Studi

eksperimental pada laboratorium animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis

stress merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan

darah tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara

kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankankarena pengelolaan stress

dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah kontroversial (Henry dan Stephens

tahun 1997 dalam Kamso, 2000).

c. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah

tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan

adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokokjuga meningkatkan

denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-ototjantung. Merokok

pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada

pernbuluh darah arteri.

d. Olah Raga

Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan

bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan

olah raga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai

berat badan turun.

e. Konsumsi Alkohol Berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,

diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi

menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.

Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang

berlebihanberpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di

Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh

6

baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder

di kelompok usia ini.

f. Konsumsi Garam Berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan

di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan

darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan

tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang

mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata rendah,

sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata

lebih tinggi.

g. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia

Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar

kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL dan/atau penurunan kadar kolesterol HOL

dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis

yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan

C. EPIDEMIOLOGI

Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap hipertensi.

Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh

dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart Association

memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa di

Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi juga diperkirakan

mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi jelas

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.3

Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan

penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi

hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan

darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita

indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita.

Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan

insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas

fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.

7

Sedangkan berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensitermasuk

ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun2010

dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat

jalan.Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, provinsi Kalimantan Selatan

(39,6%), JawaTimur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi

Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%),

Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi

yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).6

Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational Monitoring

of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988 angka hipertensi

mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat hingga 16,9% pada survei

5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat hipertensi menjadi masalah besar.

Di Indonesia saja prevalensi hipertensi cukup tinggi 7% sampai 22%. Bahkan

berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke

15%, dan gagal ginjal 10%.

Pasien hipertensi yang tercatat pada poli ginjal dan hipertensi RSHS Bandung

tahun 2007 sebanyak 4.000 orang dan tahun 2008 naik menjadi 4.100 orang. Dari 4.000

penderita hipertensi, sekitar 17 persen diantaranya juga menyumbang penyakit gagal

ginjal. Kejadian hipertensi tertinggi ada pada usia di atas 60 tahun dan terendah pada usia

di bawah 40 tahun.

D. PATOFISIOLOGI

Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari pembuluh darah

yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol. Arteriol membagi darah

ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut kapiler. Tugas kapiler-kapiler ini

adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen. Darah akan kembali ke jantung

melalui pembuluh darah vena.

Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan mengecil

(meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun peristiwa ini

sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau kelainan) yang bisa

membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis lagi akibatnya akan terjadi

8

Hipertrofi

penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media

Bila sudah berjalan cukup lama

hiperplasi

maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi

Anoksia relatif

Besarnya curah jantung Tahanan perifer

Naiknya tonus otot polos pembuluh darah

Vasokontriksi arteriol

Diperkuat dengan adanya sclerosis koroner

kekurangan darah pada organ tertentu. Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari

makanan, maka suatu proses umpan balik akan terjadi.

Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan darah lebih

banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya peningkatan tekanan

darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak mengirim tanda tersebut. Dan

yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal

dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.4

Gambar 1. Patofisiologi Hipertensi

9

Faktor keturunan

Faktor predisposisi

10% kasus90% kasus

Disebabkan oleh penyakit Tidak diketahui penyebabnya

Ciri Kebiasaan hidup

Merokok, karena rangsangan sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan

darah, minum alkohol, obat-obatan misal : epinefrin, prednison

Gambar 2. Patofisiologi Hipertensi

10

Hipertensi esensial Hipertensi sekunder

1. Konsumsi garam yang tinggi

2. Kegemukan atau makanan yang berlebihan

3. Stres dan ketegangan jiwa

4. Pengaruh lain

E. KLASIFIKASI

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Tekanan darah optimal < 120 < 80

Tekanan darah normal 120-129 80-84

Tekanan darah normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi ringan 140-159 90-99

Hipertensi sedang 160-179 100-109

Hipertensi berat >180 > 110

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Dan / atau Diastolik (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Tabel 3. Perbedaan JNC VII dan JNC VIII

Topik JNC 7 JNC 8

Metodologi Literatur review yang tidak

sistematis dari para ahli (expert

committee) termasuk batasan dari

desain penelitiannya.

Critical questions dan review criteria

didefinisikan oleh para ahli dari

berbagai instansi penelitian (expert

panel) dan digabungkan oleh team

metodologi.

Tinjauan sistematis awal dilakukan oleh

ahli metodologi terbatas pada RCT

evidance.

Peninjauan kembali dari RCT evidance

dan rekomendasi dari setiap panel akan

disesuaikan dengan protokol standart

11

yang berlaku.

Definisi Menetapkan hipertensi ke dalam

kriteria pre-hipertensi dan

hipertensi

Tidak menetapkan prehipertensi dan

hipertensi namun lebih menetapkan

thresholds pemberian terapi farmakologi

Tujuan

terapi

Menetapkan tujuan terapi secara

terpisah yaitu untuk terapi

hipertensi tanpa komplikasi dan

hipertensi disertai dengan penyakit

komorbid

Menetapkan tujuan terapi yang sama

untuk semua populasi kecuali jika

terdapat bukti yang kuat untuk

menerapkan terapi yang berbeda pada

subpopulasi tertentu

Rekomendasi

Gaya Hidup

Rekomendasi yang diberikan

berdasarkan literature review dan

pendapat ahli

Rekomendasi yang diberikan

berdasarkan pada rekomendasi yang

telah didukung sejumlah bukti penelitian

dari Lifestyle Work Group

Terapi

farmakologi

Merekomendasikan 5 kelas obat

yang dapat dipertimbangkan dalam

terapi awal tetapi terapi yang

paling direkomendasikan untuk

hipertensi tanpa komplikasi adalah

thiazide-obat type diuretik

dibandingkan kelas obat yang lain.

Beberapa terapi hipertensi yang

spesifik di indikasikan khusus

pada hipertensi dengan komplikasi

seperti DM, CKD, gagal jantung,

myocardial infraction, stroke, dan

resiko tinggi CVD(termasuk tabel

komprehensif yang terdiri dari

nama obat dan ukuran dosis obat

yang biasa digunakan)

Rekomendasi berupa pilihan obat yang

terdiri dari 4 kelas obat antihipertensi

spesifik (ACEI atau ARB, CCB atau

diuretik), dan dosis obat berdasarkan

penelitian RCT.

Rekomendasi obat untuk kondisi ras

tertentu, CKD dan DM berdasarkan

bukti penelitian RCT

Panel terapi obat yang dibuat dalam

tabel merupakan hasil dari clinical trial

pada penderita hipertensi dan sudah

terbuti memiliki efikasi dan

efektivitasnya

Ruang

lingkup topic

yang dibahas

Menunjukan kepada berbagai

masalah yaitu metode pengukuran

tekanan darah, komponen evaluasi

pasien, hipertensi sekunder,

Ulasan bukti RCT ditujukan untuk

menjawab beberapa pertanyaan yang

menjadi perioritas utama panel

12

kepatuhan terhadap regimen,

resistent hipertensi, dan hipertensi

pada populasi khusus, berdasarkan

literature review dan pendapat

ahli.

Proses ulasan

sampai

terpublikasi

Di ulas oleh National High Blood

Pressure Education Program

Coordinating Committee, sebuah

koalisi dari 39 orang profesional,

masyarakat, dan organisasi

sukarela dan 7 lembaga federal

Diulas oleh para ahli yang terdiri

profesional, masyarakat, dan lembaga

federal dan tidak memiliki sponsor.

F. GEJALAHampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini

tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan

darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka mengukur tekanan

darahnya. Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu

faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Penyebab

hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya berhubungan dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu, hipertensi seperti ini disebut hipertensi

esensial.3

Akan tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hipertensi, yakni: faktor

usia, merokok, kegemukan atau obesitas, kurang aktivitas fisik, terlalu banyak

mengonsumsi garam, minum alkohol secara berlebihan, stres, kelainan pembuluh darah,

adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya,

masalah tiroid, preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.

Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit

kepala, jantung berdebar-debar, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, sering buang air

kecil terutama di malam hari, telinga berdenging, gelisah, pandangan menjadi kabur yang

terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita

hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

13

pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan

penanganan segera.

Penyebab Hipertensi dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar :

a. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, yang menempati bagian terbesar kasus yang ada (95%).

Sedangkan faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

gangguan pengeluaran/eksresi garam natrium, serta faktor-faktor yang

meningkatkan risiko seperti kegemukan (obesitas), alkohol, merokok dan lain-

lain.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal/ginjal penyebab spesifiknya

diketahui seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi pembuluh darah ginjal,

pengaruh hormon (aldosteron, estrogen).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi faktor

keturunan pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam

keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan

hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi dugaan ini menyokong

bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi

G. PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,

mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung

kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk

mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.

Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun

payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti

penyakit jantung koroner.

H. PENATALAKSANAAN

14

Secara umum, pengobatan hipertensi dapat dibedakan atas pendekatan

farmakologis yaitu dengan obat dan pendekatan non-farmakologis yaitu dengan

mengubah gaya hidup. Seseorang yang tidak menderita hipertensi, mempertahankan

gaya hidup sehat berpotensi dalam pencegahan hipertensi yang berkaitan dengan

bertambahnya usia. Sedangkan bagi seseorang yang menderita hipertensi, pendekatan

non-farmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obat

hipertensi.

Hipertensi sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus selalu dikontrol atau

dikendalikan, karena hipertensi merupakan keadaan dimana pengaturan tekanan darah

tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh banyak faktor. Mengobati

hipertensi memang harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang sehat, dan apabila

hal ini tidak berhasil maka mulai diberikan obat.5

Pengobatan hipertensi hampir selalu termasuk perubahan gaya hidup untuk

mengendalikan faktor-faktor risiko.

1. Kurangi berat badan jika kegemukan

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi adalah mereka yang

gemuk. Jaringan yang berlemak memerlukan banyak darah untuk pemberian

zat-zat makanan. Kurangi asupan garam, baik dari garam dapur atau makanan

yang banyak mengandung garam seperti makanan yang diasinkan (ikan asin,

telur asin), makanan yang diawetkan (dendeng, abon), acar, makanan kaleng,

bumbu-bumbu (terasi, tauco, vetsin), dan makanan camilan yang banyak

mengandung garam (biskuit, roti, kue).

2. Ubah gaya hidup “malas”

Kehidupan saat ini mengharuskan kita untuk serba malas. Kurangnya

aktivitas olahraga cenderung mengakibatkan kegemukan dan juga bisa

meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Kegiatan olahraga dikatakan

bermakna jika bisa melakukan 20-40 menit perhari sekurang-kurangnya 3 kali

seminggu. Jalan kaki merupakan olahraga yang murah meriah namun jika bosan

bisa mengkombinasi dengan renang, fitness ataupun aktivitas permainan lainnya

seperti bulu tangkis, tenis meja atau bahkan berdansa.

3. Hindari merokok dan alkohol

15

Merokok dan alkohol merupakan sesuatu yang mutlak harus dihindari jika

seseorang sudah didiagnosis hipertensi. Minum alkohol bisa meningkatkan

tekanan darah dan juga jumlah kalori yang masuk jika seseorang sedang berdiet.

Alkohol adalah minuman yang kaya akan kalori yang mudah menyebabkan

kegemukan.

4. Kendalikan stress

Stress adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Stress bisa dikurangi

dengan cara berdoa, meditas, berolahraga, membaca buku/majalah,

mendengarkan musik atau menonton.

5. Kurangi konsumsi garam

Sebaiknya antara penderita dan non penderita dalam keluarga mengatur diet

yang berbeda. Jika sedang diet rendah garam, berhati-hatilah jika

mengkonsumsi makanan yang bisa dibeli/peroleh di luar rumah.

6. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran

Buah-buahan dan sayuran sangat baik untuk dikonsumsi. Selain mempunyai

fungsi menurunkan kolesterol, buah dan sayuran juga bermanfaat agar bisa

buang air besar secara teratur (Tapan, 2004).

7. Olahraga/aktivitas fisik teratur, dan pilih olahraga yang tidak terlalu berat dan

dapat meningkatkan tekanan darah seperti joging, jalan kaki, berenang.

8. Minum obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, dengan

mempertimbangkan dosis, jangka waktu pengobatan, dan perhatikan efek

samping yang timbul selama pengobatan.

9. Lakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dengan mengevaluasi

kemajuan pengobatan, disamping menghindari risiko-risiko terjadinya

komplikasi penyakit lainnya.

10. Konsultasikan segera ke dokter bila timbul penyakit penyerta lain seperti

jantung koroner, diabetes mellitus, gangguan ginjal dan lainnya (Karyadi,

2002).

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,

gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg

Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

16

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta

lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga

mencapai target terapi masing-masing kondisi.

Managemen Hipertensi JNC 8

1. Rekomendasi 1

Pada usia ≥ 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah (TD)

pada systolic blood pressure (SBP) ≥ 150 mmHg, atau diastolic blood pressure (DBP) ≥

90 mmHg dan diturunkan sampai SBP ≤ 150 mmHg dan DBP ≤ 90 mmHg.

(Rekomendasi Kuat-Grade A)

2. Corollary Recommendation

Pada populasi umum usia ≥ 60 tahun, jika terapi farmakologi ternyata menurunkan

tekanan darah SBP lebih rendah dari target (SBP ≤ 140 mmHg) dan terapi dapat

ditoleransi tanpa ada efek samping yang menganggu maka terapi tidak perlu penyusuaian

( Pendapat Ahli-Grade E)

3. Rekomendasi 2

Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk

menurunkan TD pada DBP ≥ 90 mmHg dan diturunkan sampai tekanan DBP ≤ 90

mmHg. (untuk usia 30-59 tahun, Rekomendasi Kuat- Grade A; untuk usia 18-29 tahun,

pendapat ahli-Grade E)

4. Rekomendasi 3

Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk

menurukan TD pada SBP ≥ 140 mmHg dan diturunkan sampai tekanan SBP < 140

mmHg. (Pendapat Ahli-Grade E)

5. Rekomendasi 4

Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan Chronic Kidney Disease (CKD), inisiasi

terapi farmakologi untuk menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg

dan target menurunkan sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg.(Pendapat Ahli-

Grade E)

17

6. Rekomendasi 5

Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan diabetes, inisiasi terapi farmakologi untuk

menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg dan target menurunkan

sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg.(Pendapat Ahli-Grade E)

7. Rekomendasi 6

Pada populasi bukan kulit hitam, termasuk dengan penyakit diabetes, inisiasi terapi

farmakologi harus mencakup, diuretik tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB),

angiostensin-converting enzym inhibitor (ACEI) atau angiostensin receptor blocker

(ARB). (Rekomendasi : Sedang-Grade B)

8. Rekomendasi 7

Pada populasi kulit hitam, termasuk orang-orang dengan diabetes, initiasi terapi

farmakologi antihipertensi harus mencakup diuretik tipe thiazide, calcium channel

blocker (CCB) (Untuk orang kulit hitam rekomendasi sedang-grade B; untuk orang kulit

hitam dengan diabetes rekomendasi lemah – grade C)

9. Rekomendasi 8

Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan CKD, inisiasi terapi farmakologi

antihipertensi harus mencakup obat ACEI atau ARB untuk meningkatkan fungsi ginjal

(Rekomendasi Sedang-Grade B)

10. Rekomendasi 9

Tujuan objektif dari terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan

tekanan darah sesuai target terapi. Jika tekanan darah tidak dapat mencapai target terapi

yang diinginkan dalam waktu 1 bulan terapi tekanan darah, dapat dilakukan peningkatan

dosis obat atau menambah golongan obat kedua dari salah satu golongan obat pada

rekomendasi 6 (diuretik tipe thiazide, CCB, ACEI atau ARB). Dokter harus terus menilai

perkembangan TD dan menyesuaikan regimen obat antihipertensi sampai TD yang

diinginkan dapat dicapai. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan pengunaan

2 jenis golongan obat antihipertensi, dapat dilakukan penambahan dan titrasi obat ke 3

dari daftar yang telah tersedia. Jangan pernah mengunakan obat ACEI dan ARB secara

bersamaan pada 1 orang pasien. Jika target tekanan darah tetap tidak dapat dicapai

mengunakan terapi obat pada rekomendasi 6 karena ada kontraindikasi obat atau

membutuhkan lebih dari 3 jenis obat, maka obat dari golongan antihipertensi lainnya

dapat digunakan. Rujukan ke spesialis perlu dilakukan jika pasien tidak dapat mencapai

18

target tekanan darah mengunakan strategi yang di atas atau perlu dilakukan managemen

komplikasi pada pasien.

Dosis Obat Hipertensi JNC 8

Obat AntihipertensiInisial

Dosis Harian, mgDosis Target

RCT, mgJumlah

Obat / Hari

ACE inhibitors1. Captopril 50 150-200 22. Enalapril 5 20 1-23. Lisinopril 10 40 1

Angiostensi receptor blockers (ARB)1. Eprosartan 400 600-800 1-22. Candesartan 4 12-32 13. Losartan 50 100 1-24. Valsartan 40-80 160-320 15. Irbesartan 75 300 1

Β-Blockers1. Atenolol 25-50 100 12. Metoprolol 50 100-200 1-2

Calcium Channel Blockers1. Amlodipine 2,5 10 12. Diltiazem extended

release120-180 360 1

3. Nitredipine 10 20 1-2Thiazide-type diuretics

1. Bendroflumethiazide 5 10 12. Chlorthalidone 12,5 12,5-25 13. Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-24. Indapamide 1,25 1,25-2,5 1

19

Dewasa ≥ 18 tahun + Hipertensi

Pengaturan Lifestyle(terus berlangsung sepanjang terapi)

Mengatur tekanan darah sesuai target dan memulai terapi obat sesuai dengan usia, diabtes, CKD

Umur ≥ 60 tahun Umur < 60 tahunSemua umur +

DM tanpaCKD

Semua umur + CKD

dengan/tanpa DM

Target TDSBP < 150 mmHgDBP < 90 mmHg

Target TDSBP < 140 mmHgDBP < 90 mmHg

Target TDSBP < 140 mmHgDBP < 90 mmHg

Target TDSBP < 140 mmHgDBP < 90 mmHg

Non Kulit Hitam Kulit Hitam

Inisiasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB, sendiri

atau kombinasi

Semua Kasus

Inisiasi thiazide-type diuretic atau CCB, sendiri atau

kombinasi

ACEI atau ARB, sendiri atau kombinasi dengan

obat golongan lain

Tidak

Pilih strategi terapi titrasi obat Dosis maksimum obat pertama sebelum tambahkan obat kedua atauTambahakan obat kedua sebelum mengunakan obat pertama pada dosis maksimum atauMulai dengan 2 kelas obat terpisah atau mengunakan kombinasi dosis tetap

Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuaiUntuk strategi A dan B tambahakan dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara ACEI dan ARB).Untuk strategi C, dosis dititrasi dan inisiasi medikasi sampai maksimum

Apakah tujuan TD tercapai ?

Apakah tujuan TD tercapai ?

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Algorithma Penatalaksanaan Hipertensi JNC 8

20

Populasi Umum tanpa CKD & DM

Populasi CKD & DM

Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuaiTambahkan obat dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara ACEI dan ARB).

Ya

YaApakah tujuan TD tercapai ?

Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuaiTambahkan obat golongan lain ( β-blocker, aldosterone antagonist atau yang lainnya) dan rujuk pasien ke dokter spesialist atau ahli di bidang hipertensi

Apakah tujuan TD tercapai ?Lanjutkan terapi dan monitoringTidak

Tidak

KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :

1. Kerusakan otak

Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,

akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak, sedangkan bagian lain dari

otak tidak mendapat aliran / supply darah yang cukup, sehingga bagian otak menjadi

rusak.

2. Kerusakan jantung

Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung, disebabkan jantung

bekerja lebih keras untuk mempompa darah.

3. Kerusakan ginjal

Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan.

Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun.

Hingga bisa mengalami gagal ginjal.

4. Kerusakan mata

21

Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada

mata, sehingga penglihatan terganggu.

BAB III

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Makrifah

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 53 tahun

Status Pernikahan: Menikah

Alamat : RT 02 / RW 01 Dusun Demesan, Desa Girirejo,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : tamat SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan wiraswasta

2. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. Subandi

Jenis Kelamin : Laki – laki

Umur : 51 tahun

Status Pernikahan: Menikah

Alamat : RT 02 / RW 01 Dusun Demesan, Desa Girirejo,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

22

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : tamat SLTP

Pekerjaan : Wiraswasta

B. PROFIL KELUARGA

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung

No Nama Kedudukan dalam

Keluarga

JK Umur

(th)

Pendi-

dikan

Pekerjaan Ket

1 Subandi KK L 64 Tamat

SLTP

Wiraswasta Sehat

2 Makrifah Istri KK P 61 Tamat

SLTP

IRT dan

Wiraswasta

Sakit

3 Yanto

Wibowo

Anak I L 23 SMK Wiraswasta Sehat

4 Rahmiyant

ini

Anak II P 20 SMK Tidak bekerja Sehat

3 Yogi Vikri Anak L 15 SMA Pelajar Sehat

Tabel 2. Daftar Anggota Yang Tinggal Serumah

No Nama Kedudukan

dalam Keluarga

JK Umur

(th)

Pendi-

dikan

Pekerjaan Ket

1 Subandi KK L 64 Tamat

SLTP

Wiraswasta Sehat

2 Makrifah Istri KK P 61 Tamat

SLTP

IRT dan

Wiraswasta

Sakit

23

3 Yogi

Vikri

Anak L 15 SMA Pelajar Sehat

Keterangan :

: riwayat hipertensi

: laki – laki

24

pasien suami

Anak 1 Anak 3Anak 2

: perempuan

C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH

DILAKUKAN

Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Agustus 2014 pukul

10.00 WIB di rumah pasien, Dusun Demesan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan

ulang serta pemberian edukasi pada pasien, tanggal 16 Agustus 2014 pukul 08.00 di

rumah pasien, Dusun Demesan, Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang.

a. Keluhan Utama

Pusing sejak 2 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Tempuran dengan keluhan pusing sejak 2 hari

yang lalu. Selain itu os juga mengeluh penglihatan buram. Kejadian seperti ini

sering dialami pasien terutama bila os tidak meminum obat darah tinggi. Pasien

tidak merasakan nyeri dada, maupun sesak. BAK lancar, tidak ada keluhan. BAB

lancar dan tidak ada keluhan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah menjalankan operasi di RS pada 5 tahun yang lalu dengan

keluhan mioma, pada tahun 2009. Riwayat penyakit jantung, kencing manis, alergi

dan asma disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

25

Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat darah tinggi, yaitu ibu

kandung pasien. Selain itu, tidak ada yang menderita baik kencing manis, sakit

jantung, alergi, ataupun asma.

e. Riwayat Kesehatan Suami

Suami pasien berusia 64 tahun, bekerja sebagai Wiraswasta. Kondisi suami

pasien sehat, ia menyangkal adanya penyakit seperti batuk lama, tekanan darah

tinggi, kencing manis ataupun alergi terhadap obat atau makanan. Suami pasien

bekerja 6 hari dalam seminggu. Ia mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak

adanya waktu. Suami pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan merokok.

Pemeriksaan Fisik

Tanggal 15 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB di Rumah Pasien, Dusun Demesan,

Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Keadaan umum : Tampak Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 180/110 mmHg TB : 158 cm

Nadi : 76 x/menit BB : 64 kg

Suhu : 36,70 C

Pernapasan : 18 x/menit

Status Generalis

o Kepala : Normosephali

o Muka : Nyeri tekan sinus (-), nyeri ketuk sinus (-)

o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

o Telinga : Normotia, benjolan (-), udem (-), nyeri tekan (-)

o Hidung : Normosepti, sekret (-), mukosa livid (+), concha hipertrofi (+)

o Bibir : pucat (-), sianosis (-)

o Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)

o Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)

o Thoraks

26

Paru – paru

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris,

sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi suprasternal -/-

- Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal,

vokal fremitus simetris kanan dan kiri

- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar setinggi ics V

garis midklavikularis kanan, peranjakan paru positif kira-kira satu sela iga

- Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 1 cm medial dari garis midklavikularis

kiri

- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kiri

setinggi ics II-IV, batas paru lambung setinggi ics VI garis aksilaris anterior,

batas jantung kiri setinggi ics V 1 cm lateral garis midklavikularis kiri, batas atas

jantung kiri setinggi ics III pada garis midsternalis kiri

- Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi jantung

tambahan (-), ictus cordis terdengar 1 cm lateral dari garis midklavikularis kiri

o Abdomen

- Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, mendatar pada keadaan statis/dinamis, rata

- Palpasi : Teraba lemas, defense muscular (-), tidak teraba benjolan, tidak ada

nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar dan lien, ballotemem

ginjal kanan dan kiri (-)

- Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen

- Auskultasi : Bising usus 2x/menit

o Ekstremitas

- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)

- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)

Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

Diagnosis Kerja

27

Hipertensi Essensial

Rencana Penatalaksanaan

1. Tatalaksana medikamentosa

a. Tatalaksana medikamentosa (JNC VII) di Puskesmas Tempuran:

Terapi kombinasi : Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol 500 mg 1 kali 1 per oral

(jika pusing).

b. Tatalaksana nonmedikamentosa :

Disarankan untuk periksa EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal, kolesterol, gula

darah

Edukasi mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi yang dapat terjadi.

Istirahat yang cukup, pola makan yang sehat dan olahraga teratur

Pasien dianjurkan minum obat teratur

Edukasi mengenai mengatur waktu dalam bekerja

Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter

untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Hasil Penatalaksanaan Medis

Obat yang diberikan dari Puskesmas tidak diminum. Keluhan sakit kepala mulai

berkurang. Saat kunjungan rumah (Sabtu, 16 Agustus 2014), keadaan kesehatan pasien

baik, dan aktivitas harian berlangsung seperti biasa.

a. Faktor pendukung:

Os selalu menyisihkan penghasilan kerja untuk membeli obat

Pasien telah mengurangi faktor resiko yang ada, dengan tidak mengkonsumsi

MSG, mengurangi konsumsi garam, serta makan makanan yang dapat

menaikkan tekanan darah

b. Faktor penghambat:

Pasien tidak patuh meminum obat darah tinggi

Indikator keberhasilan: keluhan sakit kepala berkurang. Serta saat dilakukan

kunjungan rumah dan dilakukan pemeriksaan ulang tekanan darah menurun

dibanding saat pemeriksaan pada kunjungan pertama.

28

D. PERMASALAHAN PADA PASIEN

Tabel 3. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No. Resiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran

1. Tekanan darah yang terlalu

tinggi

Permberian obat hipertensi dan

tata cara minum obat serta

edukasi mengenai faktor

pencetus, pencegahan

kekambuhan dan

penanggulangan keluhan klinis.

Pasien dan

keluarga

2. Gaya hidup tidak sehat ( tidak

cukup istirahat, tidak pernah

berolahraga)

Edukasi mengenai faktor resiko

pada hipertensi

Pasien dan

keluarga

3. Tidak patuh meminum obat

darah tinggi

Edukasi untuk rutin dan patuh

meminum obat darah tinggi

Pasien dan

keluarga

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa pasien tidak pernah

mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat operasi mioma uteri telah dialami

pasien 5 tahun yang lalu (tahun 2009). Riwayat obstetrik pasien adalah G3P3A0, pasien

sudah melahirkan 3 orang anak, dengan perencanaan kelahiran dipikirkan oleh kedua

pihak suami istri. Anak pertama sampai ketiga dilahirkan spontan dengan bantuan

bidan desa. Terakhir kali pasien sudah tidak menggunakan kontrasepsi berupa pil,

sekitar 5 tahun yang lalu.

b. Fungsi Psikologis

Pasien tinggal bersama suami dan 1 anaknya, sedangkan anak pertama dan kedua

telah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri. Hubungan dan komunikasi antara

pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik. Proses

29

pengambilan keputusan dilakukan bersama-sama dengan suami. Kadang-kadang anak

pasien datang berkunjung ke rumah saat sedang libur bekerja.

c. Fungsi Ekonomi

Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh kepala keluarga digabung dengan

penghasilan pasien. Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta. Pendapatan perbulan

kira-kira kurang dari Rp 450.000,-. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah

tangga seperti makan, pakaian, listrik serta belanja harian. Penggunaan dana cukup

efisien untuk memenuhi kebutuhan harian.

d. Fungsi Pendidikan

Pasien bersekolah sampai tamat SLTP. Kedua anaknya bersekolah dengan pendidikan

tertinggi mencapai tamat SMK dan anak terakhirnya masih melanjutkan SMA.

e. Fungsi Religius

Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama secara rutin

(shalat dan mengaji). Penerapan nilai agama dalam keluarga baik.

f. Fungsi Sosial dan Budaya

Pasien dan keluarga tinggal di desa Demesan. Pasien dan keluarga dapat diterima

dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Kondisi

pasien saat ini cukup baik. Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga

dan bekerja dengan baik. Namun saat sakit kepala pasien muncul dapat menjadi

hambatan dalam mengerjakan pekerjaannya.

F. POLA KONSUMSI PASIEN

Frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah. Jenis

makanan dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,

tahu, tempe, sayur (kacang panjang dan bayam), kadang-kadang diselingi telur, ayam

goreng, air minum (air putih dan teh). Pasien tidak minum susu. Pasien jarang

mengkonsumsi daging sapi atau kambing. Air minum berasal dari air sumur yang

dimasak sendiri.

G. IDENTIFIKASI FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

1. Faktor Perilaku

30

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga juga bekerja sebagai Wiraswasta. Saat ada

anggota keluarga yang sakit, biasanya os berobat ke Puskesmas Tempuran.

Pendanaan kesehatan didapatkan dari asuransi kesehatan Jamkesmas. Pasien

mengaku tidak pernah berolahraga ataupun pergi berekreasi. Os juga tidak cukup

beristirahat karena os melakukan pekerjaan sampingan membuat Keripik Balado

Singkong yang selalu dilakukan setiap hari. Os rajin mengikuti aktifitas sosial

berupa pengajian.

2. Faktor Lingkungan

Pasien tinggal dalam rumah yang bersih dan terlihat terawat. Dapur tidak

mempunyai saluran pembuangan asap. Sumber air dari sumur pompa listrik dan

dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah ke tanah yang

terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di jamban keluarga, tidak ada

pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang di kebun belakang rumah dan dibakar

3 hari sekali.

3. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan

Terdapat Puskesmas Tempuran yang berjarak kira-kira 800 m. Pasien tidak

memiliki kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat datang

berobat ke puskesmas, maka os akan berobat ke praktek bidan swasta atau dokter

swasta.

4. Faktor Keturunan

Ibu pasien menderita penyakit hipertensi.

H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

a. Gambaran Lingkungan Rumah

Rumah pasien terletak di Desa Demesan, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang, dengan ukuran luas rumah 9 x 6 m2, bentuk bangunan 1 lantai. Secara

umum gambaran rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 mushola, 1 ruang tamu yang

sekaligus berfungsi untuk ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur dan 1 kamar

mandi di bagian belakang rumah. Rumah mempunyai langit-langit, dinding

terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Penerangan dalam rumah dan

31

kamar cukup baik. Ventilasi dan jendela tidak memadai, cahaya matahari yang

masuk lewat jendela maupun pintu cukup. Sumber air bersih dari air sumur untuk

minum, cuci dan masak. Bangunan dapur tidak permanen dan kebersihan dapur

kurang. Pembuangan air limbah ke tanah dibelakang rumah. Tempat sampah

utama di halaman kebun, dan setiap 3 hari sekali sampah dibakar. Lingkungan di

sekitar rumah pasien bersih.

b. Denah Rumah

Gambar 2. Denah Rumah

I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi.

32

Lingkungan

Genetik

YankesStatus

kesehatan

Perilaku

b. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terjalin baik.

Dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan bersama dengan suami.

c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Sumber penghasilan diperoleh dari suami dan istri. Kesan sosial ekonomi

cukup. Pengaturan dana terbilang cukup efektif dan efisien.

d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya

Termasuk keluarga yang taat beragama.

Tidak terdapat keterbatasan hubungan beragama antara pasien dan

masyarakat.

Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja

sebagai wiraswasta. Namun saat sakit kepala pasien muncul, hal tersebut

dapat menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

e. Faktor Perilaku

Setiap ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa berobat ke Puskesmas

Tempuran menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas. Os tidak pernah

melakukan kegiatan olahraga ataupun rekreasi. Os sering melakukan hobi

membuat Keripik balado singkong sembari dijual untuk menambah modal usaha.

J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Ibu memiliki riwayat hipertensi

- Tidak cukup istirahat

33

- Tidak patuh meminum obat

Gambar 3. Diagram Realita

K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga

yang

terlibat

Hasil Kegiatan

15 Agustus

2014

Melakukan anamnesis dan

pemeriksaan kepada pasien

Pasien dan

keluarga

Mendapatkan diagnosis kerja

pasien

15 Agustus

2014

Memberikan penjelasan

kepada pasien dan keluarga

pasien mengenai penyakit

hipertensi dan faktor resiko

nya.

Memberikan edukasi tentang

penyakit yang mungkin

dialami pasien terkait dengan

pola hidup yang tidak sehat,

seperti terlalu sibuk bekerja

sehingga waktu istirahat tidak

cukup.

Memberitahukan agar minum

obat secara teratur.

Pasien dan

keluarga

Pasien dan

keluarga

Pasien dan

keluarga

Pasien dan

keluarga

Pasien dan suami pasien

dapat memahami

mengenai penyakit dan

faktor resiko nya.

Pasien dan suami pasien

dapat memahami

penjelasan yang diberikan

dan diharapkan dapat

merubah pola hidup yang

sehat.

Diharapkan pasien dapat

minum obat secara teratur

sehingga tekanan darah

dapat terkontrol dengan

34

Memberikan informasi

mengenai komplikasi yang

dapat timbul akibat hipertensi.

baik

Pasien dan suami pasien

memahami komplikasi

yang dapat terjadi,

sehingga dapat mencegah

komplikasi tersebut.

L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1. Tingkat pemahaman: Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan, dapat

diterima dengan baik.

2. Faktor pendukung :

- Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan yang

diberikan tentang hipertensi dan pola hidup sehat.

- Sikap keluarga yang kooperatif dan keinginan untuk hidup sehat.

3. Faktor penyulit :

- Keadaan ekonomi yang kurang

- Jadwal bekerja yang terlalu padat

4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat (waktu istirahat

menjadi cukup dan dapat berolahraga) , dan dapat mengatur waktu bekerja.

35

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penatalaksanaan pasien penyakit Hipertensi, dengan pendekatan kedokteran keluarga

adalah dengan terapi medikamentosa berupa Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol

500 mg 1 kali 1 per oral (jika pusing).

Terapi edukasi yang diberikan adalah edukasi mengenai penyakit darah tinggi

(hipertensi), faktor resiko, serta penanganan penyakit tersebut, agar merubah pola hidup

sehari-hari menjadi lebih sehat, istirahat yang cukup dan olahraga teratur, minum obat

teratur. Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter

untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi melakukan

pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan

sekitar, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit

hipertensi (darah tinggi) serta faktor-faktor resiko penyakitnya seperti gaya hidup tidak

sehat serta mengedukasi pasien dan keluarga untuk menghindari faktor resiko dan cara

penanggulangan apabila penyakitnya kambuh kembali. Pembinaan juga meliputi

penyakit – penyakit yang dapat terjadi berhubungan dengan usia dan pekerjaan pasien

dan suami.

B. SARAN

36

Untuk mencegah timbulnya gejala tekanan darah tinggi kembali, maka

diharapkan pasien dapat menghindari faktor resiko timbulnya gejala. Serta mengatur

ulang jadwal kerja harian guna menghindari gejala penyakit kambuh kembali, sehingga

pasien memiliki waktu lebih untuk memeriksakan diri ke praktek bidan/ dokter swasta

atau puskesmas, dan jika ada keluhan yang mengarah ke komplikasi bisa segera diatasi.

Selain itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal,

kolesterol, dan gula darah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 15 Agustus

2014. Tersedia dalam :

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/700/699

2. Hipertensi. 2013. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2014. Tersedia dalam :

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html

3. Departemen Kesehatan RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. 2012. Diunduh pada

tanggal 15 Agustus 2014. Tersedia dalam:

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-

indonesia.html

4. Klasifikasi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam :

http://www.scribd.com/doc/60065681/3/Tabel-2-1-Klasifikasi-Hipertensi-Menurut-

WHO

5. Meena S, Maron D, editor. Hypertension Treatment and Management. WebMD. 2013.

Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam:

http://emedicine.medscape.com/article/241381-treatment

6. American Heart Association. Prevention and Treatment of High Blood Pressure. 2014.

Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam:

37

Keterangan foto 2: Foto bersama bu Makhrifa

39