hipertensi

31
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. 2. Etiologi Hipertensi Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

Upload: imma-sang-pemimpie

Post on 09-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KESEHATAN

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat. Stress Lingkungan. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 1. Hipertensi Esensial (Primer) Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. 2. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.3. Manifestasi Klinik Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg Kelelahan , letih Nafas pendek Sakit kepala, pusing Mual, muntah Gemetar Nadi cepat setelah aktivitas Sulit bernafas saat aktivitas Gangguan penglihatan Sering marah Mimisan Kaku pada leher atau bahu.4. PatofisiologiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 )

.

Pathway

Stroke volume EtiologiFaktor resikoCurah jamtung meningkatHT. primer HT. SkuinderTahanan perifer meningkatVasokonstriksiHipertensiPembuluh darah arteri Heart rateTek. Vaskuler meningkatADO menurunTek. Pblh drh otak meningkatGangguan rasa nyaman (nyeri kepala)Darah ke retina menurunGg. penglihatanMenurunnya oksigenasiGg. perfusi jaringanIntoleransi aktifitasDefisit perawatan diriIntoleransi aktifitasIschemi jantungNyeri pada jantung

5. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :1. Pemeriksaan yang segera seperti :a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensif. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensik. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalismel. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.m. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)

2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.c. IUP:mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,perbaikan ginjal.d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.

6. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidupPengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah.Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi. Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah.2. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensiKeputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor resiko lain.Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat-obatan.(Smeltzer,2001)Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :a. DiuretikCara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit gout dan kadar gulapada DM sedikit meningkat.b. Beta BlokerBekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll.c. Antagonis KalsiumAntagonis kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin.d. Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme InhibitoratauACE Inhibitor)ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal,yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan.e. VasodilatorBekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid.f. Golongan penghambat simpatetikPenghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

http://hestimeiprett.blogspot.com/Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGChttp://heru556.blogspot.com/2012/04/askep-komunitas-hypertensi.html

B. KONSEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI

A . Pengkajian1. Data umuma. Identitas Nama: Jenis Kelamin: Suku : Umur: Agama: Pendidikan: Pekerjaan : Telp: Alamat:

b. Komposisi KeluargaNoNama Anggota keluargaHubungan KeluargaL/PUmur (thn)PendidikanPekerjaanAgamaKeadaan KesehatanKBKet

1234567891012

1.

2.

3.

c. Genogram

2. Data Khusus Keluargaa. Type Keluargab. Tahap Perkembangan Keluargac. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

3. BiologisKeluargaa. Riwayat keluarga intib. Reproduksi / Akseptor KB.

4. Psikologis Keluarga / stress Dan Koping Keluargaa. Keadaan Emosi / Mentalb. Stresjangkapendek dan jangkapanjangc. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor/situasid. Koping Keluargae. Peran Informalf. Pola Komunikasi keluargag. PengambilanKeputusanh. Rekreasi

5. Sosial Ekonomi Keluargaa. Hubungan Dengan Orang Lainb. Keadaan Ekonomic. Kegiatan Organisasi Sosialisasi6. Spiritual Keluargaa. KeadaanBeribadahb. Nilaidan Norma

7. Lingkungan Rumaha. Karakteristik rumah- Denah rumah b. Karakteristik tetangga dan komunitas c. Mobilitas geografis keluarga

8. Pemeriksaan FisikAspekKeluarga

Nama keluarga

Keadaan umum

TTV

Kepala

Mata

Hidung

Mulut

Leher

Dada

Abdomen

Ekstremitas

Genitalia / Anus

9. Harapan keluarga

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Analisa Dan Sintesa DataNo.DataMasalahPenyebab

1

Subyektif: klien mengeluh pusing dan tegang di leher dan lemas klien mengatakan bahwa ada sedikit konflik dengan salah satu anggota keluarga sehingga membuatnya stres.

Obyektif: TTV : TD : 140/100 mmHgN : 80x/menitRR : 22x/ menit

hipertensi

Riwayat hipertensi, gaya hidup, kolesterol dalam pembuluh darah.

2. Perumusan dan Diagnosa keperawatan keluarga Diagnosa Keperawatan Keluarga

Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

3. Prioritas masalah a. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.

NoKriteriaPerhitunganSkorPembenaran

1.Sifat masalah1. Actual (3)2. Resiko tinggi (2)3. Potensial (1)3/3 x 11Klien mengatakan bahwa dia merasa pusing ,lemas , & tegang di leher

2.Kemungkinan masalah dapat diubah1. Tinggi (2)2. Sedang (1)3. Rendah (0)1/2 x 21keluarga membawa Ny.S ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.

3.Potensi untuk mence-gah masalah1. Mudah (3)2. Cukup (2)3. Tidak dapat (1)2/3 x 12/3Pencegahan bias dilakukan dengan menjaga pola hidup dan pola makan.

4.Menonjolnya masalah1. Masalah dirasakan dan perlu penanganan segera (2)2. Masalah dirasakan, tidak perlu di tangani segera (2)3. Masalah tidak di rasakan (0)2/2 x 11Ny.S mengatakan bahwa pusingnya mengganggu aktivitas namun klien sudah bisa menerima keadaan nya saat ini meskipun belum stabil.

Total Skor3 2/3

b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigenNoKriteriaPerhitunganSkorPembenahan

1.Sifat masalah1.aktual (3)2. resiko tinggi (2)3. potensial (1)3/3 x 11Masalah adalah keadaan yang sudah terjadi dan perlu di lakukan tindakan segera.

2.Kemungkinan masalah dapat diubah1.tinggi (2)2. sedang (1)3. rendah (0)1/2x 21Sumber-sumber yang ada dan tindakan untuk me-mecahkan masalah dapat dijangkau keluarga.

3.Potensi untuk mence-gah masalah1. Mudah (3)2. Cukup (2)3. Tidak dapat (1)3/3 x 13/3Masalah dapat dicegah untuk tidak memper-buruk keadaan dapat dilakukan Ny.S dan keluarga dengan memperbaiki perilaku hidup sehat.

4.Menonjolnya masalah1. Masalah dirasakan dan perlu penanganan segera. (2)2. Masalah di rasakan, tidak perlu di tangani segera (1)3. Masalah tidak dirasakan (0)2/2 x 11 Keluarga dan klien menyadari adanya masalah tetapi tidak didukung dengan pemahaman yang ade-kuat tentangn penyakit .

Total Skor3 3/3

4. Intervensi

1. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otakTujuan : nyeri kepala hilang / berkurang dalam waktu 3 x 24 jam.Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan sakit kepalanya hilang / berkurang Tekanan darah dalam batas normal (120 / 80 mmHg) Ekspresi wajah rileks Partisipasi pasien dalam aktifitas meningkatRencana tindakan :1. Kaji intensitas nyeri (jenis, lokasi, waktu)R / dengan diketahuinya intensitas nyeri dapat menentukan tindakan selanjutnya

2. Anjurkan pasien untuk tirah baring dan mobilisasi di tempat tidurR / untuk mengurangi beban jantung3. Hindari perubahan posisi secara mendadak dan kurangi manipulasi kepalaR/ perubahan posisi secara mendadak bisa menyebabkan nyeri semakin meningkat.4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksiR/ teknik ini sebagai stimulus untuk mengurangi nyeri, vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan pembuluh darah.5. Observasi TTV tiap 4 jamR/ untuk mengetahui perkembangan dini pasien.6. Jelaskan penyebab dari nyeriR/ dengan menjelaskan penyebab nyeri pasien dapat mengerti.7. Kompres basaR/ memberi rasa nyaman8. Kolaborasi dengan tim medik pemberian analgesikR / untuk mengurangi beban jantung

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitas sendiri dalam waktu 4 x 24 jamKriteria Hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan Toleransi dalam beraktivitas meningkat Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai sesakRencana Tindakan1. Anjurkan untuk mobilisasi di atas tempat tidurR/ mengurangi beban kerja jantung2. Ciptakan lingkungan tenangR/ lingkungan tenang dapat menurunkan rangsangan simpatis3. Batasi jumlah dan waktu kunjunganR/ karena pasien dapat istirahat lebih lama4. Bantu setiap keperluan pasien (ADL)R/ kebutuhan ADL pasien tetap terpenuhi5. Pantau adanya tanda-tanda toleransi terhadap aktivitasR/ deteksi dini terhadap adanya perubahan sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya6. Laksanakan program medik pemberian obat anti hipertensiR/ melaksanakan fungsi interdependen perawat

5. Implementasi Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber data yang ada dikeluarga masyarakat dan pemerintah.

6. Evaluasi Pada tahap evaluasi perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakanEvaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah di tetapkan di lakukan dengan cara kesinambungan dengan melibatkan klien dan kesehatan lainya (Efendi, 1995).