hernia femoralis

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis). Sepanjang sekitar 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penonjolan kantong peritoneum terletak dibawah ligamentum inguinale di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di lateral Hernia femoralis ini sering dijumpai pada perempuan tua, dengan perbandingan perempuan dan laki – laki yaitu 4:1 . Hernia jenis ini dipicu karena obesitas, kehamilan lebih dari 1 anak (kehamilan multi para). Hernia femoralis adalah hernia yang relatif jarang, terhitung hanya 3% dari semua hernia. Hernia femoralis dapat terjadi pada pria dan wanita, hampir semua dari mereka mengalami penyakit ini disebabkan karena struktur tulang panggul wanita yang lebih luas. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak. Pada anak mungkin dihubungkan dengan gangguan 1

Upload: rahima-putri

Post on 30-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan perioperatif hernia femoralis

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia Femoralis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus

femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang

berbentuk corong sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis).

Sepanjang sekitar 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penonjolan

kantong peritoneum terletak dibawah ligamentum inguinale di antara

ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di lateral

Hernia femoralis ini sering dijumpai pada perempuan tua, dengan

perbandingan perempuan dan laki – laki yaitu 4:1 . Hernia jenis ini dipicu

karena obesitas, kehamilan lebih dari 1 anak (kehamilan multi

para). Hernia femoralis adalah hernia yang relatif jarang, terhitung hanya 3%

dari semua hernia.

Hernia femoralis dapat terjadi pada pria dan wanita, hampir semua dari

mereka mengalami penyakit ini disebabkan  karena struktur tulang  panggul

wanita yang lebih luas. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada orang

dewasa dibandingkan pada anak. Pada anak mungkin dihubungkan dengan

gangguan jaringan ikat atau dengan kondisi yang meningkatkan tekanan

intraabdomen. 70 % kasus pediatrik hernia femoralis terjadi pada bayi di

bawah usia 1 tahun (Article wikipedia).

Pada pasien dengan hernia hiatal dilakukan adalah dengan operasi yang

terdiri atas herniotomi dan  hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus

femoralis (Herrysyu, 2011).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada klien dengan hernia

yang akan dilakukan tindakan hernioraphi dengan anestesi umum di IBS RS

Dr. Slamet Garut?

1

Page 2: Hernia Femoralis

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan perioperatif secara komperhensif dengan menggunakan

proses keperawatan pada hernioraphi.

2. Tujuan Khusus

a Mampu melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan pre-

operasi pada Ny.T, dengan hernia yang akan dilakukan tindakan

hernioraphi.

b Mampu melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan intra-

operasi pada Ny.T, dengan hernia yang akan dilakukan tindakan

hernioraphi.

c Mampu melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan post-

operasi pada Ny.T, dengan hernia yang akan dilakukan tindakan

hernioraphi.

d Mampu melaksanakan penatalaksanaan tindakan anestesi pada Ny.T,

dengan hernia yang akan dilakukan tindakan hernioraphi.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan laporan kasus ini metode yang digunakan dengan

teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan penatalaksanaan anestesi

pada pasien hernia yang akan melakukan tindakan hernioraphi dengan

anestesi umum berdasarkan buku-buku referensi juga bahan-bahan

kepustakaan serta melalui pengalaman praktik lapangan.

2

Page 3: Hernia Femoralis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan

(Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).

Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui

lubang yang abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)

Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia

scrotal adalah burut lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam

kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).

Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai

scrotum. ( Sjamsuhidajat, 1997, hal 717 )

Post adalah awalan yang menyatakan setelah atau di belakang.

(Dorlan, 1994,hal 1477)

Operasi merupakan pembedahan, setiap tindakan yang dikerjakan oleh

ahli bedah, khususnya tindakan yang memakai alat-alat. (Ramali dan

Pamoentjak, 2000, hal  244)

Dextra merupakan istilah yang menyatakan sesuatu yang berada

disebelah kanan dari dua struktur yang serupa atau yang berada disebelah

kanan tubuh. (Dorlan, 1994,hal 517)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia

scrotalis dextra adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat

atau ruas organ atau jaringan yang melalui defek atau bagian lemah dari

dinding rongga yang bersangkutan mencapai scrotum bagian kanan dan

telah dilakukan tindakan pembedahan oleh ahli bedah.

3

Page 4: Hernia Femoralis

2. Anatomi Fisiologi

Epigastric adalah nama yang diberikan ke bagian atas tengah perut,

dan terletak di antara dua wilayah yang disebut kiri dan kanan hipokondri.

Umbilikal adalah titik pada perut di mana tali pusat bergabung

dengan perut janin.

Inguinal terletak di daerah pangkal paha atau di salah satu daerah

lateral yang terendah dari perut.

Femoral adalah arteri besar di paha.

3. Etiologi

Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia,

prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab

berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang

cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping

itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati

pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.

Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya

peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding

perut karena usia, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai

scrotum disebut hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal 706)

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

a. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa

dan prosesus vaginalis.

b. Kerja otot yang terlalu kuat.

c. Mengangkat beban yang berat.

d. Batuk kronik.

e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

f. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra

abdomen (TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.

4

Page 5: Hernia Femoralis

Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini

dikarenakan penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia

umbilikalis pada anak sebelum usia dua tahun dan pada hernia ventralis.

Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah mengalami stadium

lanjut yaitu;

a. Mengisi kantong scrotum

b. Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.

c. Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.

Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah

karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi

strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum

terjadinya nekrosis usus.

                                   (Sachdeva, 1996, hal 235 – 236 ; Mansjoer, 2000, hal 315)

4. Klasifikasi

a. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia

femoralis dan sebagainya.

b. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.

c. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis,

hernia serofalis dan sebagainya).

d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika,

hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).

e. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional

dan sebagainya.

f. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia

inkarserata, hernia strangulata.

g. Nama penemunya :

H. Petit (di daerah lumbosakral)

5

Page 6: Hernia Femoralis

H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas

penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus

abdominis bagian lateral.

H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding

usus yang terjepit.

h. Beberapa hernia lainnya :

H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis

yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika

inferior.

H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke

skrotum secara lengkap.

H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum

Meckeli.

5. Manifestasikan Klinik

Menurut Oswari, (2000) manifestasi hernia femoralis sinistra

melipurti :

a. Tampak benjolan di lipat paha.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu

disertai perasaan mual.

c. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan

bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

d. Hernia femoralis kecil kemungkinan berisi kandung hingga

menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria

(kencing darah) di samping benjolan di bawah sela paha.

e. Hernia diafragma menimbulkan perasaan sakit di daerah perut

dissertai sesak nafas.

f. Bila pasien mengejan atau batuk, maka benjolan hernia akan

bertambah besar.

6

Page 7: Hernia Femoralis

6. Patofisiologi

Menurut Oswari, (2000). Pada umumnya hernia terjadi akibat dari

kekuatan integritas otot dinding abdomen dan terjadi peningkatan tekanan

intra abdomen. Kerusakan atau kelemahan otot-otot dinding abdomen,

karena kelemahan college atau pelebaran tempat dari lubang ligament

inguinal, klemahan ini biasa terjadi karena proses penuaan.

Peningkatan intra abdomen dapat menyebabkan dinding abdomen

menjadi lemah. Oleh karena itu dapat mengakibatkan penurunan isi

abdomen ke dalam rongga tubuh seperti halnya pada skrotum. Penurunan

isi abdomen tersebut disebabkan oleh banyak hal diantaranya yaitu

pekerjaan berat, batuk yang menaun. Hal tersebut akan mempermudah

masuknya masa abdomen kedalam rongga tubuh, sehingga menjadi hernia

atau penonjolan suatu organ tubuh sehingga tidak terjepit akan

menimbulkan rasa sakit di daerah terdapatnya benjolan tersebut yang juga

menimbulkan rasa mual dan apabila batuk, mengejan hernia akan

bertambah besar.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Hernia Femoralis menurut Oswari, (2000) sebagai

berikut:

a. Dilakukan tindakan operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.

b. Pemberian antibiotic sesuai dengan dosis. Bilangan operasi disertai

dengan pemotongan (sekresi usus), pasien dipuaskan selama 48-72

jam.

c. Pasien diberi infus yang mengandung protein (asam amino), vitamin

dan mineral yang cukup.

d. Setelah pasien sadar dan tidak muntah, ditidurkan dengan posisi

setengah duduk (semi fowler)

7

Page 8: Hernia Femoralis

8. Komplikasi

Komplikasi mungkin timbul pasca-operasi, termasuk penolakan

dari mesh yang digunakan untuk memperbaiki hernia. Dalam hal terjadi

penolakan mesh, mesh akan sangat mungkin perlu dihapus. Mesh

penolakan dapat dideteksi dengan jelas, kadang-kadang diterjemahkan

pembengkakan dan rasa sakit di sekitar wilayah mesh. Debit terus menerus

dari bekas luka kemungkinan untuk sementara setelah mesh telah dihapus.

Sebuah hernia diperlakukan pembedahan dapat menyebabkan

komplikasi , sedangkan hernia tidak diobati dapat menjadi rumit oleh :

a. Peradangan

b. Irreducibility

c. Obstruksi lumen apapun, seperti obstruksi usus pada hernia usus

d. Pencekikan

e. Hidrokel dari kantung hernia

f. Pendarahan

g. Autoimun masalah

h. Penahanan, yang mana hal itu tidak dapat dikurangi, atau didorong

kembali ke tempatnya, setidaknya tidak tanpa usaha eksternal sangat

banyak. Dalam hernia usus, ini juga secara substansial meningkatkan

risiko obstruksi usus dan cekikan.

B. Konsep Dasar Anestesiologi

1. Pembagian Anestesi

a. Anestesi Lokal

Adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa

disertai hilangmya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat

dengan tekhnik:

1) Anestesi Permukaan

2) Anestesi Infiltrasi

8

Page 9: Hernia Femoralis

b. Anestesi Regional

1) Anestesi Blok Perifer

2) Anestesi Blok Epidural

Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja

mirip anestesi spinal. Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan

di ruang epidural dan kurang menyakitkan daripada anestesi

spinal. Epidural paling cocok digunakan untuk prosedur

pembedahan pada panggul, dada, perut, dan kaki.

3) Anestesi Blok Subdural

Anestesi blok subdural atau spinal adalah salah satu metode

anestesi yang diinduksi dengan menyuntikkan sejumlah kecil

obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebro-spinal (CSF).

Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok

spinal intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan

bila kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang sub

arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-

L5.

c. Anestesi Umum/General Anestesi

Adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai

hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen

trias anastesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.

Cara pemberian anastesi umum :

- Parenteral (intramuscular/intravena)

- Perektal

- Anastesi Inhalasi

2. Obat Premedikasi

Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan

anestesi adalah sebagai berikut:

- Analgetik narkotik

9

Page 10: Hernia Femoralis

- Petidine

Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kg BB) intravena

diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernafasan serta

merangsang otol polos. Dosis induksi 1-2 mg/kg BB intravena.

- Fentanyl

Obat analgesik yang sangat kuat yang berupa cairan isotonik

steril untuk penggunaan secara iv, daya kuat 100x dari morfin ini

memiliki durasi/kerja obat selama 45 menit sampai 2 jam dengan

onset 2 menit.

- Antikolinergik

Atropin : diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan

dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular

bekerja setelah 10-15 menit.

- Obat penenang (tranquillizer)

- Diazepam

Diazepam (valium) merupakan golongan benzodiazepin. Dosis

premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral

(0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi

pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena.

Dosis induksi 0,2-1 mg/kg BB intravena.

- Midazolam

Mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek

dibandingkan dengan diazepam. Dosis sedasi 0,025-0,1

mg/kgBB sedangkan dosis induksi nya 0,2-0,4 mg/kgBB.

3. Obat-Obat Anestesi Umum

a. Sedasi-Hipnotik

- Tiopenthal

10

Page 11: Hernia Femoralis

Bubuk berbau belerang, berwarna kuning, dalam ampul

500/1000 mg. Dilarutkan dengan aquades sampai konsentrasi

2,5%. Dosis 3-7 mg/kgBB.

- Propofol

Dalam emulsi lemak berwarna putih susu, isotonic, dengan

kepekatan 1%. Dosis induksi 2-2,5 mg/kgBB, rumatan

4-12mg/kgBB/jam, sedasi perawatan intensif 0,2mg/kgBB.

Pengenceran hanya dengan Dextrosa 5%. Dosis dikurangi pada

manula, dan tidak dianjurkan pada anak dibawah 3 thn dan ibu

hamil.

- Ketamin

Dosis bolus iv 1-2mg/kgBB, im 3-10mg/kgBB. Dikemas dalam

cairan bening kepekatan 5%, 10%, 1%.

b. Sedasi-Analgetik

- Fentanyl

Dosis induksi 1-5 mcg/kgBB dengan durasi 45 menit sampai 2

jam. Dapat menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang dapat

dicegah dengan pemberian obat antikolinergik. Fentanyl

dimetabolisme melalui hati.

- Pethidine

Dosis induksi 1-2 mg/kgBB dengan durasi kerja 2-3 jam. Dapat

menyebabkan hipotensi, vertigo, dan lengan terasa kesemutan.

c. Pelumpuh Otot

1) Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi

- Pavulon (pankuronium bromida).

Dosis awal untuk relaksasi otot 0,008 mg/kgBB intravena

pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis

intubasi trakhea 0,15 mg/kgBB intravena.

- Trakrium (atrakurium besilat).

11

Page 12: Hernia Femoralis

Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah,

tidak tergantung pada fungsi hati dan ginjal. Dosis intubasi

0,5-0,6 mg/kgBB intravena. Dosis relaksasi otot 0,5-0,6

mg/kgBB intravena. Dosis rumatan 0,1-0,2 mg/kgBB

intravena.

- Vekuronium (norkuron).

Dosis yang dianjurkan 0,08-0,12 mg/kgBB. Dengan daya

kerja 45 menit sampai 1 jam memiliki onset 2,5 menit. Di

berikan melalui intravena.

- Rokuronium.

Dosis intubasi 0,3-0,6 mg/kgBB. Dosis rumalan 0,1-2

mg/kgBB.

2) Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi

- Suksametonium (suksinil kolin).

Mula kerja 1-2 menit dan lama kerja 3-5 menit. Dosis intubasi

1-1,5 mg/kgBB intravena.

3) Antagonis Pelumpuh Otot Nondepolarisasi

- Prostigmin (neostigmin metilsulfat).

Prostigmin mempunyai efek nikotik, muskarinik, dan

merupakan stimulan otot langsung. Dosis 0,5 mg bertahap

sampai 5 mg, biasa diberikan bersama atropin dosis 1- 1,5mg.

4. Obat Inhalasi

Zat Untung Rugi

N2O Analgesik kuat, baunya

manis, tidak iritasi, tidak

terbakar.

Jarang digunakan tunggal, harus

disertai O2 minimal 25%, anestetik

lemah, memudahkan hipoksia

difusi.

Halotan Baunya enak. Tidak Vasodilator serebral, meningkatkan

12

Page 13: Hernia Femoralis

merangsang jalan nafas,

anestesi kuat

aliran darah otak yang sulit

dikendalikan, analgesik lemah.

Kelebihan dosis akan

menyebabkan depresi nafas,

menurunnya tonus simpatis,

hipotensi, bradikardi, vasodilator

perifer, depresi vasomotor, depresi

miokard.

Kontraindikasi gangguan hepar.

Paska pemberian menyebabkan

menggigil.

Enfluran Induksi dan pemulihan

lebih cepat dari halotan.

Efek relaksasi terhadap

otot lebih baik

Pada EEG, menunjukkan kondisi

epileptik. Depresi nafas, iritatif,

depresi sirkulasi.

Isofluran Menurunkan laju meta-

bolisme otak terhadap O2

Meninggikan aliran darak otak dan

TIK.

Desfluran Sangat mudah menguap, potensi

rendah. Simpatomimetik, depresi

nafas, me-rangsang jalan nafas

atas.

Sevofluran Bau tidak menyengat,

tidak merangsang jalan

nafas, kardiovaskular

stabil

5. Persiapan Praanestesi

13

Page 14: Hernia Femoralis

a. Persiapan Diri Anestesi

Perawat anestesi harus sehat fisik dan psikis, memiliki

pengetahuan dan keterampilan anestesi yang memadai serta memiliki

kemauan yang kuat untuk meningkatkan kemampuannya.

Perawat anestesi yang bekerja tanpa supervisi dokter spesialis

anestesi, misal perawat anestesi yang bertugas di daerah, harus

memiliki sikap mental yang kuat. Dia tidak boleh gampang gugup

dan cepat panik. Sebab tindakan anestesi merupakan tindakan yang

berbahaya dan mengancam jiwa pasien. Apabila perawat anestesi

tidak memiliki sikap mental yang kuat maka dia akan panik dan

gugup sehingga prosedur tindakan penyelamatan pasien tidak dapat

dijalankan, akibatnya jiwa pasien melayang.

Memiliki pengetahuan teoritis semata belumlah cukup untuk

menjadi perawat anestesi yang baik. Pengetahuan tersebut harus

didukung oleh sikap mental dan keterampilan yang baik pula.

b. Persiapan Pasien

Persiapan pasien dapat dilakukan mulai di ruang perawatan

(bangsal), dari rumah pasien ataupun dari ruang penerimaan pasien di

kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya tindakan

pembedahan yang akan dijalankan serta kondisi pasien.

1) Kunjungan (visite)

Kunjungan (visite) pra anestesi bertujuan :

- Mengetahui riwayat penyakit bedah dan penyakit penyerta,

riwayat penyakit sekarang dan penyakit dahulu.

- Mengenal dan menjalin hubungan dengan pasien.

- Menyiapkan fisik dan mental pasien secara umum

(optimalisasi keadaan umum).

- Merencanakan obat dan teknik anestesi yang sesuai.

- Merancang perawatan pasca anestesi.

- Memprediksi komplikasi yang mungkin terjadi.

14

Page 15: Hernia Femoralis

- Memperhitungkan bahaya dan komplikasi.

- Menentukan status ASA pasien.

Secara umum, tujuan kunjungan pra anestesi adalah

menekan mobiditas dan mortalitas.

2) Anamnesa

Dalam anamnesa, dilakukan :

a) Identifikasi pasien

b) Riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi.

c) Riwayat anestesi dan pembedahan yang lalu.

Ketika pasien menyatakan alergi terhadap suatu obat/zat,

maka petugas anestesi perlu mengkonfirmasi apakah kejadian

tersebut betul-betul alergi ataukah hanya rasa tidak enak setelah

penggunaan obat tersebut.

Alergi perlu diwaspadai karena alergi dapat

menimbulkan bahaya besar seperti syok anafilaktik dan edema

angioneurotik.

Narkotika dan psikotropika (terutama sedatif) saat ini

sudah sering disalahgunakan oleh masyarakat awam. Hal ini

perlu diwaspadai oleh petugas anestesi. Oleh karena itu, dalam

anamnesis, petugas harus mampu memperoleh keterangan yang

jujur dari pasien.

Pada pasien dengan operasi darurat, mungkin di Instalasi

Gawat Darurat dia telah mendapatkan narkotika dan sedatif,

namun petugas di IGD terlupa menuliskan di buku rekam medis

pasien. Agar tidak terjadi pemberian yang tumpang tindih,

sebaiknya petugas anestesi juga menanyakan hal tersebut kepada

petugas IGD.

15

Page 16: Hernia Femoralis

3) Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

a) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik pada prinsipnya dilakukan terhadap organ

dan bagian tubuh seperti :

- Keadaan umum : berat badan, tinggi badan, tanda-tanda

vital.

- Status gizi : obesitas, kaheksia

- Status psikis

- Sistemik :

Kepala

Mulut : bentuk lidah, derajat Mallampati

Gigi geligi : gigi palsu, gigi goyah

Mandibula : bentuk mandibula.

Hidung : tes patensi lubang hidung, obstruksi.

Leher : bentuk leher (kesan : pendek / kaku),

penyakit di leher (sikatrik, struma, tumor) yang

akan menyulitkan intubasi.

Asesori : lensa kontak.

Toraks (Jantung dan paru) : tanda-tanda penyakit

pernapasan dan sirkulasi.

Abdomen : sirosis, kembung

Ekstremitas : melihat bentuk vena, tanda-tanda

edema.

Tulang belakang /vertebra : jika akan dilakukan

anestesi subarakhonoid ataupun epidural. Apakah

ada skoliosis, athrosis, infeksi kulit di punggung.

Sistem persarafan.

- Pemeriksaan penunjang terdiri dari periksaan

laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium

terbagi menjadi pemeriksaan rutin dan khusus.

Data laboratorium yang harus diketahui diantaranya :

16

Page 17: Hernia Femoralis

Hemoglobin (minimal 8% untuk bedah elektif)

Leukosit

Hitung jenis

Golongan darah

Clotting time dan bleeding time

Atas indikasi dilakukan skrining : HBSAg

Jika usia > 40 tahun, perlu diperiksa elektrolit

(terutama natrium dan kalium), ureum, kreatinin

Urinalisis : tes reduksi, tes sedimen

- Sedangkan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan

lainnya yang diperlukan diantaranya foto toraks, EKG

pada pasien berusia > 40 tahun atau bila ada sangkaan

penyakit jantung, Echokardiografi (wajib pada penderita

jantung), dan tes faal paru (spirometri).

- Jika diperlukan, pasien dikonsulkan ke bagian lain

(penyakit dalam, jantung, dll) untuk memperoleh

gambaran kondisi pasien secara lebih spesifik.

Konsultasi bukan untuk meminta kesimpulan /

keputusan apakah pasien ini boleh dianestesi atau tidak.

Keputusan akhir tetap beradaa di tangan anestetis.

Setelah kondisi pasien diketahui, anestetis kemudian

dapat meramalkan prognosa pasien serta merencakan teknik

dan obat anestesi yang akan digunakan.

Prognosa dibuat berdasarkan kriteria yang

dikeluarkan ASA (American Society of Anesthesiologist).

Golongan Status Fisik

I Tidak ada gangguan organic, biokimia dan psikiatri, misalnya

penderita dengan hernia inguinalis tanpa kelainan lain, orang

17

Page 18: Hernia Femoralis

tua sehat dan bayi muda yang sehat.

II Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan

disebabkan oleh penyakit yang akan dibedah, misalnya

penderita dengan obesitas, penderita bronchitis dan penderita

DM ringan yang akan menjalani apendektomi

III Penyakit sistemik berat, misalnya penderita DM dengan

komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendicitis

akut

IV Penyakit gangguan sistemik berat yang membahayakan jiwa

yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, missal

insufisiensi koroner atau MCI

V Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil,

pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir, missal

penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di

luar uterus yang pecah.

c. Persiapan Sarana (Alat dan Obat)

1) Persiapan alat yang dilakukan adalah :

a) Mesin anestesi

b) Set intubasi termasuk bag and mask (ambubag)

c) Alat pemantau tanda vital

d) Alat/bahan untuk antisepsis (kalau menggunakan anestesi

regional)

e) Alat-alat penunjang :

- Alat pengisap (suction)

- Sandaran infus

- Sandaran tangan

- Bantal

- Tali pengikat tangan

- Anesthesia pin screen / boug, dll.

18

Page 19: Hernia Femoralis

2) Persiapan obat meliputi :

Obat anestesi :

a) Obat premedikasi : antikolinergik (SA), opioid (pethidine,

fentanyl, morfin), hipnotik (midazolam), antihistamin

(kalmetasone)

b) Obat induksi : profopol, opioid, relaxan

c) Obat anestesi volatil / abar : N2O, sevoflurane, desflurane,

halothane, isoflurane

d) Obat resusitasi : adrenalin, NatBic, aminophyllin

e) Obat penunjang anestesi :

- Pelumpuh otot : depolarisasi dan non depolarisasi

- Anti dot : nalokson, asam folinat

- Hemostatika : vitamin K

- Obat lain sesuai dengan jenis operasi.

d. Pemulihan Pasca-Anestesi

Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan

(recovery room) atau keruang perawatan intensif (bila ada indikasi).

Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat pasien dalam

anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan dilakukan

pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi,

pemapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dan lain-lain.

Alat pemantau tersedia untuk memberikan penilaian

yang akurat dan cepat tentang kondisi pasien.

a) Alat bantu pernapasan

b) Oksigen

c) Laringoskop

d) Set trakeostomi

19

Page 20: Hernia Femoralis

e) Peralatan bronchial

f) Kateter

g) Ventilator mekanis

h) Peralatan suction

Tanda vital dipantau dan status fisik umum pasien dikaji

pada setidaknya setiap 5 menit. Kepatenan jalan nafas dan fungsi

pernafasan selalu dievaluasi pertama kali, diikuti dengan

pengkajian fungsi kardiovaskuler, kondisi letak yang dioperasi

dan fungsi system saraf pusat.

Sasaran utama intervensi adalah mempertahankan ventilasi

pulmonal dan dengan demikian mencegah hipoksemia

(penurunan oksigen dalam darah) dan hiperkapnea (kelebihan

kadar dioksida dalam darah) hal ini terjadi jika jalan nafas

tersumbat dan ventilasi berkurang.

Kesulitan pernafasan berkaitan dengan tipe spesifik

anestesi.

Tanda-tanda kesulitan ini termasuk :

- Tersedak

- Pernapasan yang bising dan tidak teratur

- Dalam beberapa menit kulit menjadi berwarna biru agak

kehitaman

6. Proses Keperawatan Merawat Pasien Pasca Anestesi

Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik terdiri

atas yang berikut :

a. Repirasi kepatenan jalan napas ; kedalaman, frekuensi, dan karakter

pernapasan ; sulit dan bunyi napas

b. Sirkulasi ; tanda-tanda vital termasuk tekanan darah kondisi kulit

c. Neurologi ; tingkat respon

20

Page 21: Hernia Femoralis

d. Drainase ; adanya drainase keharusan untuk menghubungkan selang

kesistem drainase yang spesifik adanya dan kodisi balutan

e. Kenyamanan ; tipe nyeri dan likasi mual atau muntah perubahan

posisi yang dibutuhkan.

f. Psikologi ; sifat dari pertanyaan pasien kebutuhan akan istirahat dan

tidur ; gangguan oleh kebisingan pengunjung, ketersedian bel

pemanggil.

g. Keselamatan ; kebutuhan akan pagar tempat tidur ; drainase selang

tidak tersumbat; cairan IV terinfus dengan tepat dan letak IV terbebat

dengan baik

h. Peralatan ; diperiksa untiuk fungsi yang baik

Skor Pemulihan Pasca-Anestesi

Penilaian Nilai

Warna

Merah muda

Pucat

Sianotik

2

1

0

Pernapasan

Dapat bernafas dalam dan batuk

Dangkal namun pertukaran udara adekuat

Apnea atau obstruksi

2

1

0

Sirkulasi

Tekanan darah menyimpang <20%>

Tekanan darah menyimpang 20-50% dari normal

Tekanan darah menyimpang >50% dari normal

2

1

0

Kesadaran Sadar, siaga, dan orientasi

Bangun namun cepat kembali tertidur

2

1

21

Page 22: Hernia Femoralis

Tidak berespon 0

Aktivitas

Seluruh ekstremitas dapat digerakkan

Dua ekstremitas dapat digerakkan

Tidak bergerak

2

1

0

BAB III

22

Page 23: Hernia Femoralis

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Keterangan Umum

a. Identitas pasien

Nama : Ny. T

No. RM : 01635428

Umur : 44 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Banjarwangi

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Tanggal Masuk RS : 16 Oktober 2013

Ruang Perawatan : Marjan Bawah

Diagnosa Pra Bedah : Hernia Femoralis

Jenis Pembedahan : Hernioraphy

Tanggal Pembedahan : 17 Oktober 2013

Ahli Bedah : dr. A

Asisten Bedah : Br. D dan Br. F

Ahli Anestesi : dr. H

Perawat Anestesi : Br. E

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. I

Umur : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

2. Keterangan Medis

23

Page 24: Hernia Femoralis

a. Riwayat Penyakit

1) Keluhan Utama

Terdapat benjolan di lipatan paha sebelah kiri.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri dan merasa tidak nyaman pada lipatan

paha sebelah kiri.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : Disangkal namun diduga memiliki

riwayat hipertensi grade II

Riwayat Jantung : Disangkal

Riwayat Alergi : Disangkal

Riwayat Penyakit Hati : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Ginjal : Disangkal namun dari hasil lab

ditemukan adanya kelaian pada fungsi ginjal

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada penyakit serupa yang dialami oleh keluarga pasien.

b. Keterangan Pre Operatif

1) Keadaan Umum

Kesadaran : CM (GCS 15)

Tekanan Darah : 188/88 mmHg

Nadi : 77 x/menit

Suhu : afebris

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Mata : konjungtiva anemis (-), ikterik (-)

Malampati score : 2

Buka mulut : > 4 cm (3 jari)

Tiromental distance : > 6

24

Page 25: Hernia Femoralis

b) Leher

JVP : tidak meningkat

KGB : tidak teraba

Tyroid : tidak membesar

Pergerakan jalan anestesi : tidak terbatas

c) Paru

Inspeksi : bentuk dan gerak paru simetris

Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : terdengan sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler paru kanan dan kiri, ronkhi (-),

wheezing (-)

d) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Point of maximum impulse teraba di ICS

IV

Auskultasi : S1 dan S2 terdengar murni reguler

e) Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : supel

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+)

f) Ekstremitas

Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

c. Data-data lain

1) Data Psikologis

Pasien tampak tegang dengan mengatakan cemas dengan

tindakan pembedahan yang akan dilakukan.

2) Data Sosial

25

Page 26: Hernia Femoralis

Hubungan pasien dengan perawat, dokter dan petugas kesehatan

lain dan pasien lain sangat baik, pasien dapat bekerja sama dalam

setiap tindakan keperawatan/ medis. Lingkungan tempat tinggal

baik dan bersih.

3) Data Spiritual

Pasien beragama Islam dan taat melakukan ibadah kepada Allah

SWT.

4) Konsep Diri

a) Gambaran Diri : Pasien merasa sudah mulai tua.

b) Identitas Diri : Pasien menyadari bahwa dirinya seorang

wanita.

c) Ideal Diri : Pasien berharap dan ingin operasinya berjalan

lancar.

d) Harga Diri : Pasien merasa cukup percaya diri.

e) Peran Diri : Pasien merasa sangat berperan dalam keluarga

sebagai seorang istri dan ibu serta dapat melakukan tugasnya

dalam keluarga dengan baik.

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Hasil Laboratorium :

NoNama Test Hasil Satuan Nilai Normal

1.Darah Rutin

Hemoglobin

Hematocrit

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

Laju Endap Darah

13,9

43

13.800

270.000

5,78

5/20

g/dL

%

/mm3

/mm3

juta/mm3

mm/jam

12,0 – 16,0

40 – 52

3.800 –10.600

150.000 –

440.000

0,5 – 5,5

0 – 20

26

Page 27: Hernia Femoralis

2. Kimia Klinik

AST

ALT

Ureum

Kreatinin

Glukosa Darah Puasa

32

20

37

1,52

145

U/L

U/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

s/d 37

s/d 40

15 – 50

0,7 – 1,2

< 140

2) EKG

Tidak dilakukan pemeriksaan EKG.

3) Photo Trorax

Tidak tampak kardiomegali dan TB paru aktif.

e. Informed Concent

Izin tindakan anestesi dan operasi telah dimengerti dan ditanda

tangani oleh pasien dan keluarga.

f. Kesimpulan

Seorang wanita berusia 44 tahun datang dengan keluhan terdapat

benjolan di lipatan paha sebelah kanan sejak setahun yang lalu. Pada

pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan

keadaan umum pasien dapat dikategorikan memiliki riwayat

hipertensi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kelainan pada

ginjal. Pada roentgen tidak ditemukan kelainan. Pasien ini di

diagnosis dengan Hernia Femoralis Sinistra dan dikatagorikan ASA

III.

B. Penatalaksanaan Anestesi

1. Preoperatif

a. Persiapan pasien

a) Pasien masuk ke ruang persiapan pada pukul 08.15 WIB

b) Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK

27

Page 28: Hernia Femoralis

c) Serah terima pasien antara perawat ruangan dengan mahasiswa

anestesi.

d) Anamnesa pasien (identitas, alergi obat, puasa, memakai gigi

palsu atau tidak, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

sekarang, kebiasaan sehari-hari, dan pekerjaan.

e) Periksa hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium,

dll

f) Memastikan inform consent, SIO dan SIA (+) yang telah

disepakati.

b. Persiapan dan pengecekan alat

- Mesin anestesi dengan sumber gas O2, N2O dan volatile sudah

siap pakai.

- S : Scope (Stetoscope + Laringoscope dengan blade no.3)

- T : Tube (ETT ukuran 6,0 ; 6,5 ; 7,0 dan LMA no. 2,5; 3

kemudian mengecek balon apakah bocor atau tidak serta diberi

jelly)

- A : Airway (Oroparingeal Airway)

- T : Tape (Plester)

- I : Introducer (Mandrin)

- C : Conector

- S : Suction

- Spuit 10 cc kosong

- Forcep magiil

- Facemask (ukuran 4)

- Bantal kecil tebal ± 10cm, tutup kepala

- Gunting, jelly, kassa, salep mata

- Alat monitor tekanan darah

- Pulse oximetri

c. Persiapan obat

Hipnotik : Propofol (2-2,5 mg/kgBB)

28

Page 29: Hernia Femoralis

Analgetik : Fentanyl (1-5 µg/kgBB)

Relaxan : Atracurium (0,4-0,6 mg/kgBB)

Ondancentron 2 amp @4 mg

Ranitidine 2 amp @ 25 mg

SA 2 amp @0,25 mg

Dexamethasone 2 amp @5 mg

Asam Tranexamat 2 amp @250 mg

Tramadol 2 amp @200 mg

Ketorolac 2 amp @30 mg

Neostigmine 1 amp @0,5 mg

Vascon

2. Intraoperatif

a. Pukul 11.00 WIB pasien masuk ke ruangan operasi, diposisikan di

atas meja operasi dengan posisi supine. Kemudian memastikan infus

yang terpasang pada pasien lancar.

b. Kemudian diukur tekanan darah, nadi, respirasi, dan saturasi, yaitu:

Tekanan Darah : 188/88 mmHg

Nadi : 77 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Saturasi (SPO2) : 99 %

c. Pasien diberikan premedikasi pada pukul 11.05 WIB

1) Ondancentron : 4 mg

2) Popofol : 20 mg

d. Sebelum induksi pasien dibimbing untuk berdo’a sesuai dengan

agama dan kepercayaannya.

e. Induksi :

1) Analgetik : Fentanyl 50 mcg pada pukul 11.15 WIB

2) Hipnotik : Propofol 80 mg pada pukul 11.17 WIB

Setelah pasien tertidur, dibuktikan dengan hilangnya refleks

bulu mata, dipasang sungkup yang telah tersambung dengan

29

Page 30: Hernia Femoralis

mesin anestesi yang menghantarkan gas sevoflurance 2 V%, N2O

2,4 lpm dan O2 2,4 lpm dari mesin ke jalan nafas pasien sambil

melakukan bagging. Perhatikan fungsi jalan nafas, pergerakan

dada dan saturasi O2 di monitor.

3) Relaxan : Atracurium 20 mg pada pukul 11.19 WIB

Lakukan bagging selama 3-5 menit untuk menunggu onset dari

Recuronium.

f. Setelah diberi nafas bantu, dilakukan tindakan pemasangan LMA

dengan cara :

1) Memposisikan pasien dalam keadaan “air sniffing” dengan cara

menekan kepala dari belakang dengan menggunakan tangan kiri.

Buka mulut dengan cara menekan mandibula kebawah atau

dengan jari ketiga tangan kanan.

2) LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk pada perbatasan

antara pipa dan cuff.

3) Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas, menyusur

palatum dan dengan bantuan jari telunjuk LMA dimasukkan lebih

dalam dengan menyusuri palatum.

4) LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga hipofaring.

Tahanan akan terasa bila sudah sampai hipofaring.

5) Pipa LMA dipegang dengan tangan kiri untuk mempertahankan

posisi, dan jari telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita.

6) Cuff dikembangkan sesuai posisinya.

7) LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan dilakukan

pernafasan bantu.

8) Pasang bite – block untuk melindungi pipa LMA dari gigitan,

setelah itu lakukan fiksasi.

9) Ventilasi. Pemberian ventilasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan

pasien bersangkutan.

30

Page 31: Hernia Femoralis

g. Setelah pemasangan LMA tercapai baik tutup mata pasien dengan

menggunakan plester dan mempersilahkan operator untuk memulai

tindakan pembedahan pada pukul 11.30 WIB.

h. Monitoring TTV

No Tanggal WaktuTD

(mmHg)

Nadi

(x/menit)

SaO2

(%)

Cairan

(cc)

117/10/201

311.15 106/71 68 99 RL 500

2 11.30 130/73 68 99 -

3 11.45 138/86 51 99 -

4 12.00 130/78 60 99 RL 500

5 12.15 140/87 80 99 -

6 12.30 117/69 69 99 -

7 12.45 121/68 72 99 -

i. Jumlah perdarahan setelah dilakukan tindakan hernioraphy ± 20 cc.

j. Setelah tindakan pembedahan selesai pada pukul 12.45 WIB

dilakukan tindakan ekstubasi dengan syarat :

1) Mampu bernafas spontan dan adekuat

2) Hipoksia dan Hiperkarbia (-)

3) Gangguan sirkulasi (TD turun, perdarahan) (-)

4) Kekuatan otot sudah pulih ditandai dengan adanya reflek menelan

5) Tidak ada distensi lambung

k. Pada pukul 12.50 WIB dilakukan suctioning untuk menghisap sekret

yang terdapat di rongga mulut pasien. Setelah dipastikan bersih dan

tidak ada sisa sekret, cuff LMA dikempeskan dan LMA dicabut

perlahan. Kemudian berikan oksigenasi dengan sungkup muka hingga

pasien sadar.

3. Postoperative

31

Page 32: Hernia Femoralis

Setelah pasien diekstubasi pada pukul 12.50 WIB, pasien

dipindahkan ke Recovery Room (RR) dengan kondisi sudah membuka

mata saat dipanggil (aldrete score 8). Lalu diberikan O2 melalui binasal

kanul 2 lpm. Pada saat masuk Recovery Room TD : 120/70 mmHg HR :

72 x/menit. Selanjutnya pasien dipindahkan ke ruang perawatan dengan

dijemput oleh perawat ruangan pukul : 13.15 WIB dengan aldrete score

9.

32

Page 33: Hernia Femoralis

Rencana Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Anestesi Umum pada Ny.T Umur 44 Tahun dengan Tindakan Hernioraphy atas

Indikasi Hernia Femoralis di Kamar Bedah RS Dr.Slamet Garut

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1. Gangguan rasa

nyaman cemas

berhubungan dengan

prosedur tindakan

pembedahan yang

akan dilakukan.

DO :

- Pasien tampak

tegang dan takut

DS :

- Pasien

mengatakan takut

- Tujuan jangka

pendek :

Setelah dilakukan

perawatan 15

menit diharapkan

pasien tidak

mengeluh cemas

dengan kriteria

hasil :

Wajah pasien

tampak tenang

Pasien tidak

- Kaji tingkat kecemasan

pasien

- Cari penyebab dan

cara mengatasi

kecemasan

- Monitor TTV

- Latih pasien denan

teknik distraksi

- Beri kesempatan

pasien bertanya

- Beri penjelasan

mengenai tindakan

- Mengetahui tingkat

kecemasan pasien

- Mengetahui faktor

penyebab dan solusi

untuk mengatasinya

- Melihat KU pasien

- Berikan solusi dalam

mengatasi stress

- Memberikan

kesempatan pasien

untuk mengutarakan

perasaannya

- Mengkaji tingkat

kecemasan pasien

- Mencari penyebab

dan cara mengatasi

kecemasan

- Memonitor TTV

- Melatih pasien

denan teknik

distraksi

- Memberi

kesempatan pasien

bertanya

Tanggal 17/10/2013

pukul 10.50 WIB

S :

Pasien mengatakan

pasrah dan siap

menghadapi rencana

tindakan yang akan

dilakukakan

O :

- Pasien tampak

lebih tenang

- TTV pasien dalam

33

Page 34: Hernia Femoralis

akan tindakan

operasi yang akan

dilakukan karena

belum pernah

menjalani

tindakan

pembedahan.

sering bertanya

lagi mengenai

tindakan

pembedahan

yang akan

dilakukan

- Tujuan jangka

panjang :

Setelah dilakukan

perawatan ±1 jam

diharapkan

kecemasan pasien

berkurang dengan

kriteria hasil :

Pasien

mengetahui

pembedahan yang akan

dilakukan

- Jalin hubungan

terapeutik yang baik

dengan pasien dan

keluarganya

- Beri kesempatan

pasien untuk ditemani

oleh orang terdekatnya

- Anjurkan pasien untuk

berdo’a selama

menunggu di ruang

persiapan

- Agar pasien lebih

percaya terhadap

perawat

- Memberikan perasaan

tenang kepada pasien

- Agar pasien lebih

tenang dalam

menerima

keadaannya

- Memberi penjelasan

mengenai tindakan

pembedahan yang

akan dilakukan

- Menjalin hubungan

terapeutik yang baik

dengan pasien dan

keluarganya

- Memberi

kesempatan pasien

untuk ditemani oleh

orang terdekatnya

- Menganjurkan

pasien untuk

berdo’a selama

menunggu di ruang

batas normal

- Pasien lebih

kooperatif dalam

persiapan tindakan

yang akan

dilakukan

A :

Masalah teratasi

P :

Tindakan dihentikan

34

Page 35: Hernia Femoralis

tindakan yang

akan dilakukan.

Pasien tampak

tenang

Pasien dapat

bekerja sama

dengan tim

kesehatan

persiapan

2. Gangguan jalan

nafas tidak efektif

berhubungan dengan

prosedur tindakan

anestesia

DO :

- Pasien apnea

setelah dilakukan

- Tujuan jangka

pendek :

Setelah tindakan

GA berakhir pasien

dapat bernafas

dengan adekuat

- Tujuan jangka

panjang :

- Jaga posisi ETT saat

tindakan pembedahan

- Ambil alih kerja sistem

kardiopulmonal pasien

dengan benar

- Cukupi kebutuhan O2

pasien sesuai dengan

tidal volume

- Agar jalan nafas

bebas

- Agar sistem

kardiopulmonal

pasien tetap berfungsi

dengan baik

- Menghindari pasien

kekurangan O2

- Menjaga posisi ETT

saat tindakan

pembedahan

- Mengambil alih

kerja sistem

kardiopulmonal

pasien dengan benar

- Mencukupi

Tanggal 08/04/2013

pukul 11.25 WIB

S :

Pasien mengatakan

nafas tidak sesak

O :

Pasien dapat

bernafas dengan

35

Page 36: Hernia Femoralis

induksi

DS : -

Setelah dilakukan

perawatan 1x24

jam diharapkan

fungsi

kardopulmonal

adekuat dengan

kriteria hasil :

Pasien tidak

mengeluh sesak

Pernafasan

pasien adekuat

Pasien tidak

mengalami

trauma/ sakit

menelan, suara

serak

- Cek tanda-tanda yang

berhubungan dengan

sistem kardiopulmonal

seperti TD, N, SpO2,

CRT, warna darah

yang keluar saat

tindakan pembedahan

berlangsung.

- Lakukan suctioning

bila ada peningkatan

sekresi saliva

- Gunakan/pasang ofa

mayo saat ETT

terpasang

- Mengetahui cepat bila

ada kelainan yang

terjadi saat tindakan

berlangsung sehingga

cepat mengambil

tindakan yang sesuai

- Membebaskan jalan

nafas

- Mencegah ETT

tergigit sehingga

menyebabkan

sumbatan jalan nafas

kebutuhan O2 pasien

sesuai dengan tidal

volume

- Mengecek tanda-

tanda yang

berhubungan

dengan sistem

kardiopulmonal

seperti TD, N,

SpO2, CRT, warna

darah yang keluar

saat tindakan

pembedahan

berlangsung.

- Melakukan

suctioning bila ada

baik

- Pernafasan pasien

20 x/menit

- Tampak adanya

gerakan retraksi

dada

- Pasien dapat

menarik nafas

dalam

- Tidak terdengan

suara nafas

tambahan

A :

Masalah teratasi

sebagian

P :

36

Page 37: Hernia Femoralis

peningkatan sekresi

saliva

- Menggunakan/

pasang ofa mayo

saat ETT terpasang

Meneruskan rencana

observasi seperti :

- Mengobservasi

TTV pasien dalam

24 jam post-op

- Mengobservasi

tanda-tanda

komplikasi dini

dan lanjut dati

tindakan

pemasangan ETT

seperti : sakit

menelan, suara

serak, dan oedema

laring

3. Gangguan rasa - Tujuan jangka - Pantau tanda-tanda - Mengenal dan - Memantau tanda- Tanggal 08/04/2013

37

Page 38: Hernia Femoralis

nyaman nyeri

berhubungan dengan

terputusnya

kontinuitas jaringan

yang ditandai

dengan pasien

meringis kesakitan

DO :

- Pasien menangis

setelah sadar dari

tindakan anestesi

- Terdapat sayatan

operasi ±8 cm

yang tetutup

kassa

DS :

pendek :

Setelah tindakan

operasi selesai

pasien merasakan

nyeri minimal pada

daerah luka operasi

- Tujuan jangka

panjang :

Setelah dilakukan

perawatan 2x24

jam pasien tidak

merasakan sakit di

daerah luka operasi

dengan kriteria

hasil :

Pasien tidak

vital, intensitas atau

skala nyeri.

- Anjurkan klien istirahat

ditempat tidur.

- Atur posisi pasien

senyaman mungkin.

- Ajarkan teknik

relaksasi dan nafas

dalam

- Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian obat

analgetik

memudahkan dalam

melakukan tindakan

keperawatan.

- Istirahat untuk

mengurangi intensitas

nyeri.

- Posisi yang tepat

mengurangi

penekanan dan

mencegah ketegangan

otot serta mengurangi

nyeri.

- Relaksasi mengurangi

ketegangan dan

membuat perasaan

lebih nyaman.

tanda vital,intensitas

atau skala nyeri.

- Menganjurkan klien

istirahat ditempat

tidur.

- Mengatur posisi

pasien senyaman

mungkin.

- Mengajarkan teknik

relaksasi dan nafas

dalam

- Berkolaborasi

dengan dokter dalam

pemberian obat

analgetik

pukul 12.55 WIB

S :

Pasien mengeluh

nyeri pada luka

operasi

O :

- Pasien tampak

meringis

kesakitan

- Pasien tampak

gelisah

A :

Masalah teratasi

sebagian

P :

Meneruskan rencana

38

Page 39: Hernia Femoralis

- Pasien

mengatakan sakit

di daerah sayatan

mengeluh sakit

pada daerah

luka operasi

Tidak tampak

tanda-tanda

infeksi ataupun

perdarahan pada

daerah luka

operasi

- Analgetik berguna

untuk mengurangi

nyeri sehingga pasien

menjadi lebih

nyaman.

tindakan selanjutnya

di ruang perawatan

39

Page 40: Hernia Femoralis

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan asuhan keperawatan pada Ny.T dapat penulis tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemilihan teknik anestesi pada kasus hernia hendaknya mempertimbangkan

beberapa hal seperti : kondisi pasien, kesediaan alat dan obat anestesi yang

paling dikuasai.

2. Persiapan pasien sebelum operasi sangatlah penting guna untuk menunjang

kelancaran operasi. Dalam preoperasi yang harus dilakukan merupakan

pengkajian riwayat kesehatan, pemeriksaan penunjang seperti lab, radiologi,

EKG, dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kasus yang dihadapi.

Penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan sangatlah

penting agar pasien benar-benar siap untuk menjalani tindakan operasi dan

anestesi.

3. Dalam intraoperasi hal-hal harus dipersiapkan adalah persiapan alat dan

persiapan obat dipersiapkan secara baik, termasuk alat dan obat-obat

emergency. Pada pasien hernia yang akan di anestesi umum harus

diperhatiakn sebelum dilakukan operasi dianjurkan untuk puasa terlebih

dahulu minimal selama 6 jam supaya tidak terjadi aspirasi. Peningkatan

hemodinamik akibat intubasi yang tidak smooth dapat membahayakan pasien.

Monitoring pasien selama operasi sangatlah penting untuk mengetahui adanya

perubahan hemodinamik (TD, N, SPO2) dan kondisi umum pasien. Selain itu

sebagai seorang perawat anestesi sangat penting untuk melakukan

pendokumentasian.

40

Page 41: Hernia Femoralis

B. Saran

1. Saran Praktis

Asuhan keperawatan pada pasien yang akan menjalani bedah hernia

dengan tindakan bedah hernioraphi dengan anestesi umum, tidak berbeda

dengan asuhan keperawatan pada kasus bedah lainnya namun demikian,

jangan pernah menganggap sepele, karena tanpa kita sadari, hal-hal yang tidak

kita inginkan dapat terjadi secara darurat pada saat intra-op ataupun post-op.

Dengan mempelajari banyak hal, baik itu teori farmakologi tentang

obat-obat Anestesi, serta menguasai anatomi dan fisiologi tubuh manusia

dapat memudahkan kita pada saat melaksanakannya di lahan praktek maupun

di tempat kerja dimana kita bertugas nanti.

2. Saran Akademik

Dengan rendah hati penulis ingin menyumbangkan beberapa saran

yang menyangkut kasus asuhan keperawatan pada pasien yang menjalani

bedah hernia dengan nefrolitomy yang dilakukan dengan anestesi umum.

Dengan demikian saran penulis antara lain :

a. Setiap pengiriman mahasiswa praktikum, tentukan jenis penyakit serta

jumlah kasus yang harus diperoleh dari jenis penyakit yang telah

ditentukan.

b. Setiap mahasiswa dapat mempresentasikan hasil penelitian serta jumlah

laporan kasus yang didapat.

41

Page 42: Hernia Femoralis

DAFTAR PUSTAKA

1. Marc Wrobel, Marco Werth. Pokok-Pokok Anestesi. Penerbit buku

kedoktean EGC.Homburg 2008.

2. Soerasdi H Erassmus, dr. SpAn., KIC. “ Buku Saku Obat – Obat Anesthesia

Sehari – hari “. Bandung. 2011.

3. Sota Omoigui. Obat-obatan Anestesi edisi 2. Penerbit buku kedokteran

EGC.2008.

4. Yuswana.2005.Farmakologi Obat-Obat Anestesi dan Obat-Obat Bantuan

Dalam Anestesi.Bandung.

5. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgry. Bagian 2, cetakan I : Jakarta,

penerbit buku kedokteran EGC. 1994.

6. Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah.edisi revisi.Jakarta :

penerbit buku kedokteran EGC, 1997.

7. Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

42