hemorhoid interna grade 3

22
Benjolan Berdarah pada Anus William Tanujaya 102013438/D2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Abstrak Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna adalah vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul diatas linea dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng. Hemoroid interna dibagi atas derajat 1, derajat 2, derajat 3, dan derajat 4. Hemoroid muncul karena faktor mengedan yang kuat, kurang makan serat, kurang minum air, kurang mobilisasi, kebanyakan tidur, faktor keturunan, penyakit meningkatkan intra abdomen. Keluhan pasien adalah lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur. Darah di feses juga dibedakan menjadi hematemesis, melena, dan darah segar. Pada pemeriksaan hemoroid fisik derajat III ditemukan benjolan di anus yang bisa di masukan dengan jari. Penatalaksanaan dibagi atas nonfarmakologis, farmakologis dan penatalaksanaan minimal invasif. Komplikasinya bisa anemia, syok, dan juga infeksi Kata kunci : hemoroid , interna , eksterna , pengobatan , komplikasi Abstract 1

Upload: aldo-muhammad-hamka

Post on 10-Feb-2016

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

wd

TRANSCRIPT

Page 1: Hemorhoid Interna Grade 3

Benjolan Berdarah pada Anus

William Tanujaya

102013438/D2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Abstrak

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis. Hemoroid dapat

diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna adalah vena yang

berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul diatas linea dentata dan

ditutupi oleh epitel gepeng. Hemoroid interna dibagi atas derajat 1, derajat 2, derajat 3, dan

derajat 4. Hemoroid muncul karena faktor mengedan yang kuat, kurang makan serat, kurang

minum air, kurang mobilisasi, kebanyakan tidur, faktor keturunan, penyakit meningkatkan

intra abdomen. Keluhan pasien adalah lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa

panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur. Darah di feses juga

dibedakan menjadi hematemesis, melena, dan darah segar. Pada pemeriksaan hemoroid fisik

derajat III ditemukan benjolan di anus yang bisa di masukan dengan jari. Penatalaksanaan

dibagi atas nonfarmakologis, farmakologis dan penatalaksanaan minimal invasif.

Komplikasinya bisa anemia, syok, dan juga infeksi

Kata kunci : hemoroid , interna , eksterna , pengobatan , komplikasi

Abstract

Hemorrhoids are enlarged veins in the hemorrhoidal plexus. Hemorrhoids can be classified

on the external and internal hemorrhoids. Internal hemorrhoids are dilated veins in the

superior rectal plexus and media are raised above the dentate line and is covered by

squamous epithelium. Internal hemorrhoids are divided into grade 1, grade 2, grade 3, and

grade 4. Hemorrhoids appear as a strong straining factor, eat less fiber, lack of drinking

water, lack of mobilization, mostly sleeping, heredity, increase intra-abdominal disease.

Another patient complaints are: bowel pain and difficult, anus feels hot, as well as a lump in

the rectum, rectal bleeding. Blood in stool is also divided into hematemesis, melena, and

fresh blood. On physical examination grade III hemorrhoids found a lump in the anus which

can be input with a finger. Management is divided into nonpharmacologic, pharmacologic

and minimally invasive management. Complications can be anemia, shock, and also

infections

1

Page 2: Hemorhoid Interna Grade 3

Key words : hemorrhoid , internal , external , treatment , complication

Pendahuluan

Fisiologi saluran cerna terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah

pencernaan (sekresi), pencernaan (digesti), dan penyerapan (absorpsi) makanan. Getah

pencernaan membantu pencernaan (digesti) makanan, hasil pencernaan di absorpsi ke dalam

tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan

pada bagian traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum. Hemoroid merupakan

pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari plexus

hemoroidalis. Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan

pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau

southern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini diantara lain:

buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan

melalui dubur, dan lain lain. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain

kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air yang tidak benar, kurang

minum air, kurang makanan berserat (sayur dan bauh), faktor genetika/turunan, kehamilan,

penyakit yang meningkatkan intra abdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosi hati

A. Anamnesis

Sebelum melakukan berbagai pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fisik

ataupun pemeriksaan penunjang, perlu dilakukan anamnesis. Pada saat pasien

memasuki ruangan, perlu diperhatikan keadaan umum pasien melalui ekspresi

wajahnya, gaya berjalan, dan tanda-tanda lain yang tampak ketika kita melihat pasien.

Keadaan umum pasien dapat dibedakan menjadi sakit ringan, sakit sedang, atau sakit

berat. Bisa juga dalam keadaan darurat medis atau tidak.Setelah melihat keadaan

umum pasien, lakukan inform consent untuk mengisi data pribadi pasien yang secara

umum seperti nama lengkap, usia, tempat tanggal lahir, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, pendidikan terakhir, jenis kelamin, status perkawinan. Setelah

menanyakan identitas pribadi, pada anamnesis ditanyakan keluhan.Keluhan

ditanyakan agar bisa diketahui penyebab penyakit atau ciri-ciri penyakit. Lalu

ditanyakan riwayat penyakit sekarang seperti sejak kapan sakitnya, sudah berapa

lama, makin parah atau berkurang, apakah ada meminum obat, dan lain-lain yang

menunjang diagnosis. Setelah itu, ditanyakanlah riwayat penyakit dahulu.Riwayat

penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui apakah pernah mengalami sakit yang

sama atau pernah mengalami sakit yang lain. Setelah riwayat penyakit dahulu

dipertanyakan, disertai pula dengan riwayat penyakit keluarga.Riwayat penyakit

2

Page 3: Hemorhoid Interna Grade 3

keluarga bertujuan untuk mengetahui apakah termasuk penyakit keturunan atau Dari

beberapa anamnesis dasar diatas dapat diketahui kesadaran pasien. Kesadaran pasien

dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu compos mentis, apatis, delirium, somnolen,

sopor, semi koma, koma. Kesadaran pasien dapat dilihat ketika menjawab

pertanyaaan yang diberikan. Tingkat kesadaran pasien dibagi menjadi :

1. Compos mentis apabila pasien dalam konsisi sadar sepenuhnya, terhadap diri

sendiri maupun lingkungan dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

2. Apatis apabila pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap

lingkungannya.

3. Delirium apabila ada penurunan kesadaran disertai kekacauan motoric dan

siklus tidur bangun yang terganggu dan pasien tampak gaduh gelisah, kacau,

disorientasi dan meronta-ronta.

4. Somnolen apabila pasien dalam keadaan mengantuk dan masih dapat pulih

penuh bila dirangsang, tetapi akan tertidur lagi jika rangsang berhenti.

5. Sopor atau stupor apabila pasien dalam keadaan mengantuk yang dalam, bisa

bangun jika dirangsang oleh rasa nyeri yang kuat tetapi tidak bisa menjawab

dengan baik.

6. Semi koma (koma ringan) yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan

respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali,

tetapi reflex seperti kornea dan pupil masih baik, respon terhadap rangsang

nyeri tidak adekuat.

7. Koma yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan

spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

Pada skenario seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke poliklinik dengan

keluhan adanya benjolan yang keluar dari anusnya sejak 1 tahun yang lalu. Menurut

pasien tersebut, benjolan tersebut sering mengeluarkan darah, menyebabkan nyeri,

dan dapat dimasukkan kembali ke dalam anus dengan jarinya. Pasien pernah

menjalani operasi pengangkatan rahin 5 tahun yang lalu.

Klasifikasi warna darah pada saat defekasi:

a. Hematemesis

Darah segar (berasal dari varises/gaster dalam jumlah yang banyak)

Warna hitam (berasal dari gaster/varises yang jumlahnya sedikit, darah sudah

dicerna)

Riwayat sukar menelan (tumor esofagus)

3

Page 4: Hemorhoid Interna Grade 3

b. Melena

Warna hitam berarti sudah dicerna (berasal dari saluran cerna atas)

c. Warna segar

Berasal dari saluran cerna bagia bawah

Berasal dari atas tetapi pasase yang cepat karena jumlah yang banyak

Merupakan garis diluar feses, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anus

Bercampur dengan feses, berarti sempat stasis didaerah rektum

Menetes, berarti berasl dari fisura anus/hemoroid

Hematesis dan melena

Pada perdarahan saluran cerna harus ditentukan apakah perdarahan berasal dari

saluran cerna bagian atas, esofagus lambung dan duodenum atau berasal dari saluran

cerna bagian bawah, ileum kolon dan rektum. Adanya hematemesis menunjukkan

bahwa perdarahan berasal dari saluran cerna atas. Bila tidak ada hematemesis, pasien

hanya melena atau hematokes ia sering merupakan masalah dalam menentukan

perdarahan apakah dari atas atau dari bawah.

B. Pemeriksaan fisik

Umum

Keadaan umum: apakalh kulit pasien terasa dingin dan lembab yang menandakan

vasokonstriksi perifer yang signifikan

Denyut nadi dan tekanan darah, termasuk penurunan tekanan darah postural.

Pencatatan tingkat keparahan syok yang sangat penting

Tanda-tanda penyakit hati kronis

Tanda-tanda keganasan: limfadenopati, organomegali, penurunan berat badan

baru-baru ini

Pada pemeriksan abdomnen bila adanya nyeri tekan epigastrik merupakan tanda

ulkus peptikum, dan adanya hepatosplenomegali meningkatkan kemungkinan

varises

4

Page 5: Hemorhoid Interna Grade 3

Inspeksi

Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu kelainan di regio anal

yang dapat dideteksi dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat

benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup

kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakkan yang jelas di 3 posisi utama, terutama

sekali pada posisi anterior kanan. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera

dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian

luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan

atau merah.

Palpasi

Hemoroid interna pada stadium ke 3 akan teraba benjolan disekitar daerah anus

dan dapat dimasukan kembali kedalam anus dengan menggunakan bantuan jari.

Adanya Pemeriksaan Fisik pada Bagian Rektum yaitu diantaranya:

Inspeksi daerah sakrokoksigeal untuk melihat kista atau sinus

Inspeksi daerah perianal untuk melihat hemoroid, kutil atau massa yang lain

Inspeksi anus sementara pasien mengejan

Palpasi sfingter anus

Palpasi dinfing rectum untuk memeriksa adanya massa

Palpasi kelenjar prostate untuk memeriksa adanya massa pembesaran atau massa

C. Pemeriksaan penunjang

1. Tes darah: Hitung darah lengkap dan crossmatch jika diperlukan transfusi

2. Ureum dan kreatinin: Kenaikan ureum relatif terhadap kreatinin (kenaikan

ureum/kreatinin) ditemukan pada perdarahan saluran pencernaan atas yang

signifikan dan menunjukkan penurunan jumlah protein yang terkandung dalam

darah segar di lambung

3. K+: Bisa lebih tinggi dari normal akibat absorpsi dari darah di usus halus

4. Pembekuan harus diperiksa pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan dan

yang memiliki tanda-tanda penyakit hati kronis

5. Endoskopi bisa membantu mengakkan diagnosis dan memungkinkan

pengobatan endoskopik awal, juga memberikan informasi prognostik

6. Ba-Enema

5

Page 6: Hemorhoid Interna Grade 3

D. Working diagnosis

Diagnosis hemoroid dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari

hemoroid berdasarkan klasifikasinya. Hemoroid Derajat III apabila terjadi

pembesaran hemoroid dengan prolaps, dan tidak bisa dimasukan dengan spontan,

tetapi bisa di masukan menggunakan jari tangan. Hemoroid merupakan pelebaran dan

inflamsi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.

E. Different diagnosis

Prolaps recti

Keluarnya rektum di anus, dimana ditemukannya perdarahan. Keluarnya benjolan dari

anus mula-mula dapat masuk sendiri tapi lama kelamaan harus dimasukan manual,

kemudian sukar / tidak dapat dimasukan

a) Occult Prolaps Rekti. Prolap mukosa rekti melalui anus

b) Prolaps rekti parsial ( intusussepsi ). Bila lapisan mukosa dinding rectum

yang keluar melalui anus yang secara umum di proyeksikan 2-4 cm.

c) Prolaps rekti complit ( Prosidensia ). Bila seluruh lapisan dinding rectum

mengalami protrusi melalui anus sepanjang 12 cm.

Hemoroid eksterna

Biasanya asimtomatik, kecuali bila terjadi trombosis sekunde. trombosis mungkin

hasil dari mengejan defekasi atau aktivitas fisik yang ekstrim, atau mungkin karena

akibat lainnya. Pasien datang dengan nyeri dubur konstan onset akut dan sering

melaporkan merasakan sensasi duduk di atas marmer lembut. Pemeriksaan fisik

mengidentifikasi trombosis eksternal sebagai massa ungu di ambang anal

F. Etiologi

Hemoroid ( Yunani: haima = darah; rheo = mengalir) adalah pelebaran vena di

dalam pleksus hemoroidalis. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna

dan interna. Hemoroid interna adalah vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis

superior dan media yang timbul diatas linea dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng.

Sebenarnya etiologi tentang hemoroid ini tidak jelas, tapi masih bisa

dihubungkan dengan adanya faktor genetik/keturunan dan faktor resiko yang ada.

6

Page 7: Hemorhoid Interna Grade 3

Faktor resiko hemoroid antara lain, faktor dari mengendan pada buang air besar yang

sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu

lama duduk dijamban sambil membaca, merokok, dan bahkan menggunakan telepon

genggam, dan lain-lain), karena peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor

(tumor usus ataupun abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen

dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut

yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan-makanan

berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilasi, cara buang air besar yang tidak

benar. Sebuah penelitian mendapatkan bahwa beberapa faktor risiko berhubungan

secara bermakna dengan krisis hemoroid antara lain riwayat gejala penyakit hemoroid

sebelumnya, umur <50 tahun, riwayat fisura anal, aktivitas pekerjaan, dan kejadian

luar biasa : diet pedas, konstipasi, aktifitas fisik, asupan alkohol. Sedangkan stres

ternyata dapat melindungi hemoroid.1

Terjadinya trombosis hemoroid eksterna berhubungan dengan adanya faktor

lain, yaitu : umur di bawah 46 tahun, kegiatan fisik yang berlebihan, pengguna kertas

toilet kering digabungkan dengan metode pembersihan basah setelah defikasi. Risiko

terjadinya trombosis hemoroid eksterna berkurang dengan penggunaan bathtub,

penggunaan shower dan pembersihan genital sebelum tidur.1

G. Klasifikasi

Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid interna dan hemoroid eksterna.

Hemoroid dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:1

1. Derajat 1 : bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal

anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop

2. Derajat 2 : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk

sendiri ke dalam anus secara spontan

3. Derajat 3 : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam

anus tetapi perlu bantuan dorongan jari

4. Derajat 4 : prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk

mengalami trombosis dan infark

H. Epidermiologi

Prevalensi hemoroid di Amerika Serikat berkisar 1 diantara 26 orang atau 3,82%

atau 10,4 juta populasi. Sepertiga dari 10 juta penduduk Amerika Serikat dengan

7

Page 8: Hemorhoid Interna Grade 3

hemoroid memerlukan pengobatan, yang mengakibatkan 1,5 juta penduduk

berhubungan dengan penulisan resep per tahun. Dari data penyebab perdarahan

saluran cerna bagian bawah dan kelainan terbanyak yang ditemukan pada

pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid didapatkan

bahwa pecahnya hemoroid merupakan penyebab tertinggi. Prevalensi secara statistik

ekstrapolasi dari hemoroid di Indonesia yaitu 9.117.318 penduduk.1,2

I. Patogenesis

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi vena

hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus1

J. Gejala Klinis

Keluhan pada penyakit ini antara lain: buang air besar sulit dan sakit, dubur

terasa panas, serta adanya benjolan pada daerah dubur, juga terdapat perdarahan

melalui dubur, dan lain-lain. Tranda-tanda yang ditemukan pada saat pemeriksaan

fisik adalah ditemukannya benjolan di dubur secara inspeksi dan terabanya hemoroid

interna pada pemeriksaan colok dubur / rectal toucher.

Jadi, Manifestasi klinis dari hemoroid dapat berupa:3

1. Perdarahan pada waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khasnya adanya

darah segar pada kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes

keluar dari anus beberapa saat sesudah defekasi

2. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi merupakan gejala utama yang kedua.

Massa ini mula-mula dapat kembali lag secara spontan sesudah defekasi, tetapi

kemudian harus di masukkan secara manual dan akhirnya tidak dapat masuk lagi.

3. Pengeluaran lendir dialami oleh beberapa pasien yang menderita hemoroid

prolapsus

4. Iritasi pada kulit perianal yang disebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh

discharge hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar

5. Gejala gejala anemi sekunder penting untuk diingat sebagai akibat dari perdarahan

hemoroid interna. Gejal-gejala itu dapat berupa sesak napas bila bekerja, pusing

bila berdiri, lemah, pucat.

8

Page 9: Hemorhoid Interna Grade 3

K. Komplikasi

Perdarahan yang banyak dapat menimbulkan anemia dan presyok ataupun syok,

infeksi dapat juga terjadi sebagai komplikasi. Syok atau presyok pada penderita

hemoroid dapat terjadi apabila perdarahannya banyak sekali.

L. Penatalaksanaan1,4-6

Penataanlaksanaan hemoroid terdiri dari penatalakasanaan non farmakologis,

farmakologis, dan tindakan minimal invasif. Penataksanaan medis hanya dapat

ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III, atau juga pada semua

derajat hemoroid yang memiliki kontraindikasi operasi atau pasien yang menolak

operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat

IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon pada tindakan medis.

1. Penatalaksanaan medis nonfarmakologis

Biasanya penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola makan dan minum,

perbaiki pola/cara defekasi yang baik dan benar. Memperbaiki defekasi

merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat

hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP)

yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan

perilaku buang air. Untuk memperbaiki defikasi dianjurkan menggunakan

posisi jongkok (squatting) sewaktu defikasi. Pada posisi jongkok ternyata

sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah, sehingga hanya

diperlukan usaha lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar

rektum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid,

dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak bersamaan

dengan program BMP di atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan

lokal dengan cara perendaman anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali

sehari. Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang

lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal apabila dibiarkan.

Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak,

banyak jalan. Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik.

Pasien harus banyak minum air 30-40 ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja.

Pasien harus banyak makan makanan yang berserat antara lain buah-buahan,

sayur-sayuran, cereal dan suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam

makanannya

9

Page 10: Hemorhoid Interna Grade 3

2. Penatalaksanaan medis farmakologis

Obat-obat farmakologis hemoroid dibagi atas empat, yaitu pertama;

memperbaiki defekasi, kedua; meredakan keluhan subyektif, ketiga;

menghentikan perdarahan dan keempat; menekan atau mencegah timbulnya

keluhan dan gejala.

Obat memperbaiki defekasi. Ada dua obat yang termasuk dalam BMP,

yaitu suplemen serat(fiber supplement) dan pelincir atau pelicin tinja (stool

softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipaka antara lain psyllium

atau isphagula husk(misal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk, dan lainnya)

yang berasal dari kulit biji Plantago ovata yang dikeringkan, digiling menjadi

bubuk. Dalam saluran cerna bubuk ini agak menyerap air dan bersifat sebagai

bulk laxative yang bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan

peristaltis. Efek samping antara lain kentut, kembung, dan konstipasi, alergi,

sakit perut, dan lain-lain. Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran

cerna dianjurkan minum air yang banyak.

Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain natrium dioktil

sulfosuksinat (R/laxadine), dulcolax, microlax, dan lain-lain. Natrium dioctyl

sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi usus

halus dan meningkatkan peneterasi cairan ke dalam tinja. Dosis 300mg/hari.

Obat simtomatik. Pengobatan simtomatik bertujuan untuk

menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, neyri, karena kerusakan

kulit daerah anus. Obat pengurang keluhan biasanya dicampurkan dengan

pelumas (lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptik lemah. Untuk

menghilangkan nyeri, yang tersedia pada sediaan anastesi lokal. Tetapi bukti

yang meyakinkan mengenai anastesi lokal tersebut belum ada. Pemberian

anastesi lokal tersebut dilakukan secepat mungkin untuk menghindarkan

sesitisasi atau iritasi kulit anus. Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar

dalam bentuk ointment atau suppositoria antara lain anusol, boraginol N/S,

dan faktu. Bila perlu, digunakan sediaan mengandung kortikosteroid untuk

mengurangi radang pada daerah hemoroid atau anus, antara lain Ultrapoct,

Anusol HC, Scheriproct. Sediaan suppositoria digunakan untuk hemoroid

interna, sedangkan ointment/krem digunakan pada hemoroid eksterna.

10

Page 11: Hemorhoid Interna Grade 3

Obat menghentikan perdarahan. Perdarahan menandakan adanya luka

pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis.

Pemberian serat komersial misal psyllium pada penelitian Perez-Miranda dan

kawan-kawan (1996) setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat mengurangi

perdarahan hemoroid yang terjadi dibandingkan plasebo. Szent-Gyorgy

memberikan citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika

pada pasien hemoroid berdarah, ternyata dapat memperbaiki permeabilitas

dinding pembuluh darah. Bioflavonoids yang berasal dari jeruk lemon antara

lain diosmin, heperedin, rutin, naringin, tangeretin, diosmetin, neohesperidin,

quercetin dan lain-lain. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu

campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk micronizes

dengan nama dagang “Ardium” atau “Daflon”. Bukti-bukti yang menduikung

penggunaan bioflavonoid untuk menghentikan pendaran hemoroid antara lain

penelitian Ho dan kawan-kawan (1995) meneliti daflon 500mg 3 kali per hari

mencegah perdarahan sekunder setelah hemoroidektomi pada 228 pasien

hemoroid dengan prolaps menetap. Pada kelompok daflon perdarahan

sekunder lebih sedikit dibandingkan kelompok plasebo. Ho dan kawan-kawan

(2000) melakukan penelitian daflon pada hemoroid yang diobati dengan ligasi

rubber band selama 3 bulan. Pada kelompok daflon perdarahan lebih sedikit

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid. Capsite (1994)

melakukan uji klinik pada 100 pasien hemoroid akut yang membandingkan

ardium dan plasebo, dengan rancangan tersamar ganda dan teracak Ardium

500 mg dan plasebo diberikan tiga kali 2 tablet selama 4 hari, lalu 2 kali 2

tablet selama 3 hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi pada

kedua kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan lebih nyata pada kelompok

Ardium 500 (p<0,001). Ardium 500 memberi perbaikan yang nyata terhadap

gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps..

Disimpulkan pada penelitian ini bahwa pengobatan dengan ardium 500

menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada

hemoroid akut dibandingkan plasebo.

Tanaponsathron dan Vajrabukka (1992) melakukan uji klinik terkontrol,

acak, dan tersamar ganda yang membandingkan daflon dengan plasebo pada

penderita hemoroid interna, akut, derajat 1 dan 2, dan semua penderita

11

Page 12: Hemorhoid Interna Grade 3

mendapat suplemen serat. Jumlah setiap kelompok 50 orang. Daflon atau

plasebo diberikan 3 kali sehari 4 tablet selama 4 hari pertama, kemuan 2 kali 2

tablet selama 10 hari. Hasil penelitian pada hari ke 4 daflon memberikan

perbaikan obyektif yang bermakna dari statistik (p<0,01), tetapi tidak

bermakna dalam perbaikan keluhan subyektif. Pada hari 14 pengobatan tidak

ada perbedaan yang bermakna dalam perbaikan gejala obyektif dan keluhan

subyektif. Dua kasus hemoroid dikeluarkan dari penelitian hari ke-4, karena

kondisi kliniknya memburuk. Tidak ditemukan efek samping pada penelitian

daflon ini.

Godeberge (1994) melakukan uji klinik terkontrol, acak dan tersamar

ganda yang membandingkan ardium 500 dan plasebo pada penderita hemoroid

akut dan kronik. Masing-masing kelompok terdiri atas 60 orang, dan masing-

masing subyek menerima ardium atau plasebo 2 kali 2 tablet selama 2 bulan

kemudian. Hasil penelitian yairu terjadi penurunan serangan hemoroid yang

bermakna secara statistik pada kelompok daflon dibandingkan plasebo. Pada

kelompok daflon 40% penderita mendapat 1 kali serangan hemoroid dalam 2

bulan pengobatan, dengan lama serangan adalah 2,6 +1,1 hari. Sedangkan

pada kelompok plasebo angka serangan itu adalah 70%, dan lama serangan

adalah 4,6 + 1,6 hari. Skor keseluruhan gejala, pada masing-masing turun dari

4,9 dan 4,5 ke 0,9 dan 2,9 (<0,01) tidak ada efek samping nyata pada

pengguna ardium.

Rani AA dan kawan-kawan dalam penelitiannya melakukan studi pemberian

micronized flavonoid (diomsin + hesperidin) (R/Ardium) 2 tablet per hari

selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Dalam penelitian ini

didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan

dibandingkan sebelum pengobatan secara bermakna. Perdarahan juga makin

berkurang pada akhir pengobatan dibandingkan awal pengobatan

3. Penatalaksanaan minimal invasif

Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan

nonfarmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Penatalaksaan ini antara lain

tindakan skleroterapi hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid dengan

terapi laser, fotokoagulasi infra red, pembekuan(terapi krio), probe bipolar dan

elektrik.

12

Page 13: Hemorhoid Interna Grade 3

Marcellus Simadibrata dan kawan-kawan pada tahun 1993-1995 di

RSCM dalam penelitiannya melakukan skleroterapi pada 18 pasien hemoroid

menggunakan obat aethoxysclerol 1 ½% anoskop logam dan jarum spinal no

26 dan spuit 1cc aethoxysclerol didapatkan pengecilan derajat hemoroid pada

minggu 4 – 5 setelah skleroterapi 3-5 kali. Komplikasi yang didapatkan yaitu

sakit pada anus waktu buang air besar dan ulkus

M. Prognosis

Prognosisnya baik apabila ditangani dengan baik dan diberikan pengobatan

teratur, tetapi bila terjadi komplikasi bisa berakibat buruk bila tidak dilakukan

penanganan lebih lanjut.

Kesimpulan

Hemoroid merupakan penyakit pembuluh darah vena yang banyak ditemukan pada

manusia sehari-hari. Hemoroid terdiri dari dua jenis yaitu hemoroid interna yang terletak

diatas linea dentata dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah linea dentata. Manifestasi

klinisa hemoroid yaitu perdarahan lewat anus berwarna merah segar dan tidak tercampur

dengan feses. Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.

Daftar pustaka

1. Setiati Siti, Alwi Idrus, Sudoyo Aru W, Simadibrata Marcellus, Setiyohadi Bambang,

Syam Ari Fahrial, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6. Interna

Publishing; 2014 Juli.h.1868-71.

2. Fauci’s, Longo’s. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition. USA; 2008

p.1907.

3. Cintron Jose R, Herard Abcarian. Nenign Anorectal : Hemorrhoids, The ASCRS

Textbook Of Colon and Rectal Surgery. New York : Springer; 2007 p.156-172.

4. Nivatvongs Santhat. Principle and Practise of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus

3rd edition. New York: Informa Health Care; 2007 p.144-164.

5. Rivero Shauna Lorenzo. Hemorroids: Diagnosis and Current Management. The

American Surgeon. Proquest Medical Library; 2009 p.635-642.

6. Acheson GA, Scholefield JH. Mangement of Haemorrhoids. BMJ; 2008 p.380-383

13