gastroenteritis

44
GASTROENTERITIS PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi. (1) Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodnya berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan keshatan anak. (1) Diare atau juga sering disebut gastroenteritis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak di negara berkembang. Dengan perkiraan 1,3 miliyar kasus dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak- anak ini mengalami rata-rata 3,3 kasus diare per tahun, tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode per tahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. [Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 1

Upload: fatmi-aulia-asra

Post on 08-Aug-2015

117 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gastroenteritis

GASTROENTERITIS

PENDAHULUAN

Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan oleh

karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi

dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih

menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi.(1)

Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode dapat

menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan

menyerap sari makanan, sehingga apabila episodnya berkepanjangan akan berdampak terhadap

pertumbuhan dan keshatan anak. (1)

Diare atau juga sering disebut gastroenteritis adalah penyebab utama kesakitan dan

kematian pada bayi dan anak di negara berkembang. Dengan perkiraan 1,3 miliyar kasus dan 3,2

juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3

kasus diare per tahun, tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode per tahun. Sekitar

80% kematian yang berhubungan dengan diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan

cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah : disenti,

kekurangan gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.(1)

Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6-2

kali setahun. Hasil dari SKRT (Survai Kesehatan Rumah Tangga) di indonesia angka kematian

diare anak balita dan bayi permil pertahun berturut-turut menunjukkan angka sebagai berikut:

6,6 (anak balita) dan 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (anak balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun

1985/1986;2,1 (anak balita) dan 7,3 (bayi) pada tahun 1992; 1 (anak balita) dan 8 (bayi) pada

tahun 1995. Sementara itu morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi

morbiditas oleh Departemen Kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989,1990 dan 1995 berturut-

turut morbiditas diare menunjukkan 78,5%,10,3% dan 100%.(7)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 1

Page 2: Gastroenteritis

Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini di sebabkan karena adanya anoreksia

pada penderita diare sehingga ia makan lebih sedikit dari pada biasanya dan kemampuan

menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanannya meningkat akibat

dari adanya infeksi. Setiap episodnya berkepanjangan, dampaknya terhadap pertumbuhan akan

meningkat. Penyakit diare juga berdampak pada status ekonomi negara-negara berkembang.(7)

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dinegara

berkembang. Terdapat banyak penyebab diare pada anak. Pada sebagian besar kasus

penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,

akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma

malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang

harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama

kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan

asidosis metabolic karena kehilangan basa.(1)

DEFINISI

Gastroenteritis atau diare adalah meningkatnya frekuensi defekasi lebih banyak dari

biasanya (lebih dari 3x/hari) dan berubahnya konsistensi tinja menjadi lebih lunak atau cair

dengan atau tanpa darah dan lendir.(1,6)

EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dinegara berkembang termasuk di

Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,

terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena

diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17 %

kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007

diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42 %

dibanding pneumonia 24 %, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2%

disbanding pneumonia 15,5%.(1)

CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 2

Page 3: Gastroenteritis

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tanpa dengan penderita atau

barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (melalui 4 F

= finger, flies, fluid, field).(1)

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak

memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya

peyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan

lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higinis dan

cara perapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa factor pada penderitta dapat

meningkatkan kecendrungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,

berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4

minggu terakhir dan factor genetik.(1)

1. Penyebaran kuman dan virus yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui mulut (orofecal) antara lain melalui

makanan atau minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Sedangkan penyebaran virus dapat melalui droplet (udara). (1)

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun

Kurang gizi

Campak

Imunodefisiensi/imunosupresi(1)

3. Umur

Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi

pada golongan umur 6 – 11 bulan yaitu pada masa di berikan makanan pendamping. Pola

ini menggambarkan efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,

pengenalan makanan yang mungkin terpapar bakteri tinja dan kontak langsung dengan

tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai dapat merangkak. Kebanyakan kuman

usus merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang

berulang.(1)

4. Variasi musim

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 3

Page 4: Gastroenteritis

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografi. Pada daerah sub-tropik,

diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas. Di daerah tropik, diare

rotavirus terjadi sepanjang tahun.(1)

5. Infeksi Asimtomatik

Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat di

atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif. Pada saat infeksi asimtomatik,

yang mungkin berakhir dalam beberapa hari atau minggui, tinja mengandung virus,

bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan terinfeksi asimtomatik

mempunyai peranan penting dalam penyebaran beberapa kuman enterik terutama bila

mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan sering pindah dari

satu tempat ke tempat lain. (1)

6. Epidemi/wabah/Kejadian Luar Biasa

Dua kuman usus patogen V.cholerae 0,1 dan Shigella disentri tipe1 adalah penyebab

utama wabah/kejadian luar biasa yang angka kesakitan dan kematian pada semua

golongan umur cukup tinggi. Sejak tahun 1961 kolera yang di sebabkan oleh V.cholerae

0,1 biotype Eltor telah menyebar ke negara-negara Afrika, Amerika latin, Asia dan Timur

Tengah dan di beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam waktu yang sama

S.disentri tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di

Afrika Tengah dan Asia selatan.(1)

ETIOLOGI

Etiologi diare dapat di bagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1. Infeksi

a. Infeksi enteral :

Yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak,

yaitu:

Infeksi Virus: Rotavirus, Adenovirus, Kalsivirus, Koronavirus, Astrovirus,Virus

Norwalk virus, Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis).

Infeksi Bakteri: Escherichia coli enterotoksigenik, Escherichia coli

enteropatogenik,Vibrio cholerae, vibrio parahaemolyticus, Shigella, Salmonella

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 4

Page 5: Gastroenteritis

(non typhus), Campylobacter jejuni, Campylobacter perfringens, cloostridium

defficile, plesiomonas shigeloides, Aeromonas sp, Yersinia enterocolitica,

Bacillus cereus, Staphylococcus aureus.

Infeksi Parasit : Ascaris, Trichiuris trichiura, Oxyuris, Strongyloides stercoralis

Infeksi Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Blastocystis hominis

Infeksi Jamur : candida albicans.(1,2)

b. Infeksi parenteral

Yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut

(OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.(1,6)

2. Non Infeksi

a. Malabsorbsi

- Malabsorbsi karbohidrat

Malabsorbsi karbohidrat seperti Disakarida (intoleransi laktosa,maltosa dan

sukrosa), Monosakarida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa). Pada bayi

dan anak yang terpentinng dan tersering ialah toleransi laktosa.(2)

- Malabsorbsi lemak

Malabsorbsi lemak seperti LCT (Long Chain Triglycerides), MCT (Medium

Chain Triglycerides). LCT menjadi asam lemak dan trigliserida terjadi di usus

halus bagian atas akibat pengaruh lipase pankreas dan conjugated bile salt yang

membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang yang siap diabsorbsi. MCT

diangkut langsung melalui vena porta dan selanjutnya dalam hati akan

dimetabolisme. Penyebab malabsorbsi lemak antara lain : lipase tidak ada atau

kurang, conjugated bile salt tidak ada atau kurang, mukosa usus halus atrofi atau

rusak, gangguan sistem limfoid usus. Hal ini menyebabkan diare dengan tinja

berlemak.(2)

- Malabsorbsi protein.(2)

b. Faktor makanan

Alergi makanan

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 5

Page 6: Gastroenteritis

Keracunan makanan

Makanan basi(1)

c. Faktor Psikologi : rasa takut dan cemas(1)

d. Kelainan anatomi

Malrotasi

Penyakit Hirchsprung

Short Bowel syndrome

Atrofi morovilli

Stricture(1)

MEKANISME DASAR TIMBULNYA DIARE

Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.

Terdapat beberapa diare:

a) Pembagian diare menurut etiologi

b) Pembagian diare menurut mekanisme

Absorbsi

Gangguan sekresi

c) Pembagian diare menurut lamanya diare

Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari

Diare kronis yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi

Diare persisiten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.(1)

Mekanisme diare secara umum:

1. Gangguan Sekretorik (secretory diarrhea)

Akibat rangsangan tertentu sehingga pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air

dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal

sedangkan sekesi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah

sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair.

Hal ini menyebabkan dehidrasi.

Penyebab dari diare Sekretorik ini adalah infeksi virus, hiperperistaltik usus halus yang dapat

di sebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 6

Page 7: Gastroenteritis

pedas, sudah basi) gangguan syaraf, hawa dingin, alergi. Defisiensi imun terutama SigA

(secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya bakteri/jamur tumbuh berlipat

ganda (overgrowth).(2)

2. Gangguan Osmotik (osmotic diarrhea)

Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya dan

timbul diare. Sehingga menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh. Penyebab

dari diare Osmotik ini adalah malabsorbsi makanan (malabsorbsi glukosa) yang menyebabkan

kerusakan pada vili-vili dan mukosa usus, KKP (Kekurangan kalori protein), BBLR dan bayi

baru lahir.(2)

3. Hiperperistaltik

Hiperperistaltik akan mengakibatkan gangguan penyerapan makanan sehingga akan

menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri

tumbuh secara berlebihan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan diare. (2)

KLASIFIKASI

1. Diare cair akut

Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari dengan pengeluaran

tinja yang lunak atau cair dan tanpa darah dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering

dari biasanya dalam 24 jam, mungkin di sertai muntah dan panas.

Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga

mengakibatkan kurang gizi. Kematian terjadi karena dehidrasi.

Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah Rotavirus,

Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporodium. Di

beberapa tempat Vibrio cholera 01, Salmonella dan E. Coli enteropatogenik juga merupakan

penyebab yang penting.(7)

2. Disentri

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 7

Page 8: Gastroenteritis

Disentri adalah diare akut yang di sertai darah dalam tinja, darah terlihat secara kasat

mata.Diare berdarah sering di sebut sebagai sindroma disentri yang terdiri dari kumpulan

gejala, diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Darah yang hanya

terlihat secara mikroskopis atau tinja bewarna hitam yang menandakan adanya darah pada

saluran pencernaan atas, bukan merupakan diare berdarah. Akibat penting disentri antara lain

ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan mukosa usus karena

bakteri invasif.

Penyebab utama disentri akut adalah shigella. Penyebab lain adalah Campylobacter

jejuni dan yang jarang ialah E coli enteroinvasif atau salmonella. Entamoeba histolytica dapat

menyebabkan disentri yang serius pada orang dewasa muda tetapi jarang menyebabkan

disentri pada anak.(7)

3. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari

14 hari atau lebih. Episod ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat

badan yang nyata sering terjadi. Volume tinja dapat dalam jumlah yang banyak sehingga ada

resiko mengalami dehidrasi. Tidak ada penyebab mikroba tunggal untuk diare persisten,

E coliu enteroaggeregratife, shigella dan cryptosporidium mungkin berperan lebih besar

dari pada penyebab lain. Penyebab dari diare persisten adalah adanya faktor resiko

berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten, yaitu:

Usia bayi kurang dari 4 bulan

Tidak mendapat ASI

Malnutrisi

Diare akut dengan etiologi bakteri invasif

Tatalaksana diare akut yang tidak tepat seperti pemakaian antibiotik yang tidak sesuai.(7)

PATOGENESIS

1. Virus

Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus

menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara

normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk

kripta yang belum matang.menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 8

Page 9: Gastroenteritis

dapat juga di hubungkan dengan hilangnya enzim disakarida terutama laktosa. Penyembuhan

terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.(7)

2. Bakteri

Penempelan di mucosa

Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus menempel mukosa

untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang

menyerupai rambut getar di sebut pili atau fimbria, yang melekat pada reseptor di

permukaan usus.

Hal ini terjadi misalnya pada E.coli enterotoksigenik dan V.cholerae 01. Pada beberapa

keadaan, penempelan di mukosa di hubungkan dengan perubahan epitel usus yang

menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan

(misalnya infeksi E coli enteropatogenik atau enteroaggregasi).(7)

Toxin yang menyebabkan sekresi

E.coli enterotoxigenik,V.cholerae 01 dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toxin yang

menghambat fungsi sel epitel. Toxin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan

mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan

elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit di ganti dengan sel yang sehat setelah

2-4 hari.(7)

Invasi mukosa

Shigella,C jejuni,E coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah

melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di kolon dan

bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus

superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat

adanya darah dalam tinja. Toksin yang di hasilkan oleh kuman ini menyebabkan

kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.(7)

3. Protozoa

Penempelan mukosa

G.lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan

pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.(7)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 9

Page 10: Gastroenteritis

Invasi mukosa

E.histolitica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di kolon atau

ileum yang menyebabkan mikro abses dan ulkus. Namun begitu keadaan ini baru

terjadi bila strainnya sangat ganas. Pada manusia 90% infeksi terjadi oleh strain yang

tidak ganas, dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala atau

tanda-tanda, meskipun kista amoeba dan trofozoit mungkin ada di dalam tinjanya.(7)

PATOFISIOLOGI

Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).

2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah)

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkuasi darah.(2)

GEJALA KLINIS

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila

terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa

berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada

penyebabnya.(2)

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,

chlorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan

kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat

menyebabakan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.(2)

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Pamas

badan umumnya terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat

dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan terkenanya usus

besar.(2)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 10

Page 11: Gastroenteritis

Mual dan muntah adalah simtomp yang non spesifik mungkin disebabkan oleh karena

organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti : enterik virus, bakteri yang

memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.(2)

Mula-mula bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin di sertai lendir dan atau

darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan

empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat di

absorbsi usus selama diare.(3)

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat di sebabkan oleh

lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila

penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak,

berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.(3)

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan

hipovolemik dengan gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, kecil, tekanan darah

menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, samnolen dan kadang-kadang

sampai soporokomateus).(3)

Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis

metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan

kussmaul).(2)

Asidosis metabolik terjadi karena:

1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja

2. Ketosis kelaparan

3. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat di keluarkan (oleh karena

oliguria atau anuria)

4. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel

5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).(1)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 11

Page 12: Gastroenteritis

Gejala Klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera

Masa tunas12 – 17 jam 24- 48 jam 6 – 72 jam 6 – 72 jam 6 – 72 jam

48 – 72

jam

Panas ++ ++ ++ - ++ -

Mual & muntah sering Jarang Sering - - Sering

Nyeri perut tenesmus Tenesmus, Tenesmus, + Tenesmus, Kram

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 12

Page 13: Gastroenteritis

kram kolik kram

Nyeri kepala - + + - - -

Lamanya sakit 5 – 7 hari > 7 hari 3 – 7 hari 2- 3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja :

- Volumesedang Sedikit Sedikit banyak sedikit

Sangat

banyak

- Frekuensi Sampai 10

kali/hari> 10 kali/hari Sering sering sering

terus

menerus

- Konsistensi cair Lembek Lembek cair lembek Cair

- Lendir/darah- Sering

kadang-

kadang- + -

- Bau- +/- Busuk + -

amis

(khas)

- Warnakuning –

hijaumerah – hijau Kehijauan

Tidak

berwarnamerah-hijau

seperti air

cucian

beras

Leukosit - + + - + -

Lain-lainanoreksia kejang +/- sepsis +/-

Meteoris-

mus

infeksi

sistemik+/-

Gejala khas diare oleh berbagai penyebab(1):

DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:

Diare : sudah berapa lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari,

volume diare, konsistensi tinja, warna tinja, bau tinja, ada atau tidak lendir dan

darah.

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 13

Page 14: Gastroenteritis

Muntah : frekuensi muntah, volume muntah dan isi dari muntah.

BAK : biasa, berkurang, jarang, atau tidak BAK dalam 6-8 jam terakhir

Apakah ada demam atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis

media dan campak.

Makanan dan minuman yang diberikan selama diare: anak minum ASI atau susu

formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa.

Jumlah cairan yang masuk selama diare.

Apakah ada yang menderita diare disekitarnya, dan darimana sumber air minum

Tindakan apa yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit,

membawa berobat ke puskesmas atau kerumah sakit dan obat-obatan yang

diberikan serta imunisasinya.(3,5,6)

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, sushu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda

utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen. Tanda-tanda tambahan

lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya

adanya airmata, bibir: mukosa mulut dan lidah kering atau basa.

Pernafasan cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang

lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan extremitas perlu karena

perfusi dan capillary refill time dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Penilaian beratnya atau derjat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif

yaitu dengan membandingkan berta badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan

menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain-lain.(1,6)

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 (1):

Penilaian Tanpa Dehidrasi

Dehidrasi Ringan-Sedang

(1 tanda * + 1 atau lebih

tanda lain)

Dehidrasi Berat

(1 tanda * + 1 atau

lebih tanda lain)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 14

Page 15: Gastroenteritis

Keadaan

umum

Mata

Air mata

Mulut dan

Lidah

Rasa haus

Baik,sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa

tidak haus

*Gelisah,rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*Haus,ingin minum banyak

*Lesu,lunglai atau

tidak sadar

Sangat cekung dan

kering

Tidak ada

Sangat kering

*Malas minum atau

tidak bisa minum

Turgor kulit Kembali cepat *Kembali Lambat *Kembali sangat

lambat (>2 detik)

Nadi Normal Normal/Cepat Sangat cepat,lemah

sampai tak teraba

Pernafasan Normal Lebih cepat Sangat cepat dan

dalam

Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung

%

kehilangan

BB

< 5% 5-10 % > 10 %

Terapi Rencana

Terapi A

Rencana Terapi B Rencana Terapi C

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umunya tidak diperlukan, hanya

pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diktahui

atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 15

Page 16: Gastroenteritis

a. Pemeriksaan darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,

kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam

basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi

dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum

(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

b. Pemeriksaan urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotik.

c. Pemeriksaan tinja

o Makroskopis : warna, bau, konsistensi, darah, lendir, cacing dan parasit.

o Mikroskopis : eritrosit, leukosit, parasit, telur, cacing, dan amuba.

o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinites bila di

duga terdapat intoleransi glukosa

o Bila perlu di lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

e. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara

kualitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.(1,3,6)

TATALAKSANA

Terdapat Lima Lintas Tatalaksana diare, yaitu:

1. Rehidrasi

2. Dukungan nutrisi

3. Suplemen Zinc

4. Antibiotik selektif

5. Edukasi orang tua.(1)

1. Rehidrasi

Salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah

terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari memberikan Cairan Rumah Tangga(CRT)

yang di anjurkan seperti air tajin,kuah sayur atau air sup. Bila terjadi dehidrasi,anak harus

segera di bawa ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 16

Page 17: Gastroenteritis

yaitu dengan oralit.Komposisi cairan rehidrasi oral sangat penting untuk memperoleh

penyerapan yang optimal.(1)

Cairan rehidrasi oral yang di anjurkan WHO selama 3 dekade terakhir ini menggunakan

cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa telah berhasilkan menurunkan angka

kematian akibat dehidrasi pada diare,karena kombinasi gula dan garam ini dapat

meningkatkan penyerapan cairan di usus. (1)

Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak dengan apapun penyebab diare atau

berapapun kadar natrium serum anak saat awitan. Larutan rehirasi oral yang optimal harus

dapat mengganti air, natrium, kalium, dan bikarbonat. Larutan tersebut juga harus isotonik

atau hipotonik. Terapi rehidrasi oral harus digunakan pada semua anak dengan dehidrasi

ringan sampai sedang.(4)

CRO selain di murah juga mudah di gunakan dan aman, sehingga sangat efektif dan

efisien di gunakan pada pusat pelayanan kesehatan dengan jumlah tenaga kesehatan yang

terbatas serta tidak mempunyai tenaga yang terlatih. Sesuai dengan anjuran WHO saat ini di

anjurkan penggunaan CRO dengan formula baru yaitu komposisi:

Natrium : 75 mmol/L

Kalium : 20 mmol/L

Klorida : 65 mmol/L

Sitrat : 10 mmol/L

Glukosa : 75 mmol/L

Total osmolaritas : 245 mmol/L(1)

Rehidrasi di sesuaikan dengan kategori derajat dehidrasi yang sudah ditentukan.

Di masyarakat masih beredar oralit dengan formulasi lama, yaitu oralit yang mengandung:

Natrium : 90 mmol/L

Kalium : 20 mmol/L

Sitrat : 10 mmol/L

Klorida : 80 mmol/L

Glukosa : 111 mmol/L

Total osmolaritas : 311 mmol/L(1)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 17

Page 18: Gastroenteritis

Oralit ini kemudian larutkan dalam 200 ml air matang. Oralit dengan formulasi lama

sebenarnya di gunakan untuk pengobatan kolera, sehingga apabila diberikan untuk diare

bukan kolera, pasien menjadi beresiko terjadinya hipernatremia. (1)

Volume cairan disesuaikan dengan derajat dehidrasi

a. Tanpa dehidrasi: ciaran rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan

sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

b. Dehidrasi tidak berat (ringan – sedang): rehidrasi dengan oralit 75cc/kgBB dalam 3

jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai

umur sperti diatas setiap buang air besar.

c. Dehidrasi berat: Mulai berikan cairan IV segera, bila penderita bisa minum, berikan

oralit sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100mg/KgBB cairan RL atau garam normal<

dibagi sbb:

Umur Pemberian I 30ml/kgBB Selanjutnya 70ml/KgBB

Bayi < 12bulan 1 jam * 5 jam

Anak > 1 tahun ½ - 1 jam * 2 ½ - 3 jam

*Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba

Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat

tetesan IV.

Berikan oralit bila penderita (5ml/KgBB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya

setelah 3-4 jam (bayi) dan 1-2 jam (anak).

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan

penilaian. Kemudian pilihlah rencana pengobatan yang sesuai (A,B atau C) untuk

melanjutkan pengobatan.(5)

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc/kgBB selama proses rehidrasi.

Bila tempat pengobatan bisa dicapai dalam waktu 30 menit (Dekat), maka:

Kirim penderita segera untuk mendapatkan pengobatan IV

Bila penderita bisa minum, sediakan oralit selama diperjalanan

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 18

Page 19: Gastroenteritis

Apabila penderita bisa menggunakan NGT untuk rehidrasi,maka :

Mulai rehidrasi dengan NGT, berikan 20ml/KgBB/jam selama 6 jam (total

120ml/Kg)

Nilailah penderita tiap 1-2 jam. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan

pelan-pelan dan bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam kirim penderita untuk

terapi IV.

Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana pengobatan yang sesuai.(5)

Apabila penderita bisa minum, maka :

Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit, berikan 10ml/KgBB/jam selama

6jam (total 120ml/Kg)

Nilailah penderita tiap 1-2 jam. Bila muntah atau kembung berikan cairan pelan-

pelan,bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3jam kirim penderita untuk terapi IV.

Setelah 6 jam nlai kembali penderita dan pilih rencana pengobatan yang sesuai.(5)

2. Dukungan nutrisi

Makanan tetap di teruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak

sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak menjadi gizi buruk.

Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan

menandakan fase kesembuhan. ASI tetap di teruskan selama terjadinya diare pada diare cair

akut maupun pada diare akut erdarah dan di berikan dengan frekuensi lebih sering dari

biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas sebaiknya mendapat makan seperti biasanya.(1)

Anak yang secara eksklusif mendapat ASI dan mereka yang mendapat makanan padat

dengan atau tanpa ASI harus kembali ke diet normal mereka. Pilihan makanan awal

mungkin mencakup makanan yang mudah diserap, misalnya nasi, gandum, serta makanan

komplementer seperti pisang (yang banyak mengandung kalium). Makanan yang diberikan

dalam jumlah sedikit dan sering juga diserap lebih baik. Makanan yang mengandung gula

tinggi (misalnya jus buah) dapat menyebabkan diare osmotik dan seharusnya dihindari.(4)

Pada anak yang secara eksklusif atau secara primer mendapat susu formula harus

diamati secra cermat apabila mereka terus mengkonsumsi susu. Sebagian besar anak dapat

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 19

Page 20: Gastroenteritis

mentoleransi regimen ini, tetapi pada sebagian akan terjadi asidosis atau dehidrasi rekuren.

Sebaiknya dilakukan penundaan selama 24-48 jam pemberian makanan, dan penggunaan

susu formula bebas laktosa mungin bermanfaat.(4)

3. Suplementasi Zinc

Zinc di berikan selama 10 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan beratnya

diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan berikutnya. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak. (1)

Dosis zinc:

< 6 bulan : 1/2 tablet (10 mg) / hari

> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) / hari

Cara pemberian tablet zinc:

Untuk bayi, tablet zinc dapat di larutkan dengan air matang, ASI atau oralit.

Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat di kunyah atau di larutkan dalam air matang

atau oralit. Tunjukan cara penggunaan tablet zinc kepada orang tua atau wali anak dan

meyakinkan bahwa pemberian tablet zinc harus di berikan selama 10 hari berturut-turut

meskipun anak sudah sembuh.(5)

Efek Zinc terhadap Diare

Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Diare

dapat menurunkan kadar zinc dalam plasma pada bayi dan anak. Penurunan asupan makanan

dan penyerapan nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama

menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh. Defisiensi zinc

menyebabkan gangguan absorpsi air dan elektrolit. zinc mampu menurunkan durasi dan

frekuensi diare pada anak, terutama anak dengan penurunan kadar zinc yang berat.(1)

4. Antibiotik selektif

Antibiotik tidak di berikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada

diare berdarah dan kolera. Secara umum tatalaksana pada disentri dikelola sama dengan kasus

diare lain sesuai dengan acuan tatlaksana diare akut. Hal khusus mengenai tatalaksana disentri

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 20

Page 21: Gastroenteritis

adalah pemberian antibiotika oral selama 5 hari yang masih sensitif terhadap shigella menurut

pola kuman setempat. (1)

Dahulu semua kasus disentri pada tahap awal di beri antibiotika kotrimoksazole dengan

dosis 5-8 mg/kgBB/hari. Namun saat ini telah banyak strain shigell resisten terhadap

ampicillin, amoksisillin, metronidazol, tetrasiklin, golongan aminoglikosida, kloramfenikol,

sulfonamid dan kotromoksazol sehingga WHO tidak merekomendasikan penggunaan obat

tersebut. (1)

Obat pilihan untuk pengobatan disentri berdasarkan WHO 2005 adalah dengan golongan

Quinolon seperti siprofloksasin dengan dosis 30-50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis selama 5

hari. Pemantauan di lakukan setelah 2 hari pengobatan, lihat apakah ada perbaikan tanda-

tanda seperti tidak adanya demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang dan

peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada perbaikan maka amati adanya penyulit, hentikan

pemberian antibiotik sebelumnya dan berikan antibiotik yang sensitif terhadap shigella

berdasarkan area. (1)

Jika kedua jenis antibiotik tersebut tidak ada memberikan perbaikan maka amati kembsali

adanya penyulit atau penyebab selain disentri. Pada pasien rawat jalan dianjurkan pemberian

sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksik 5 mg/kgBB/hari/oral. Penderita di pesankan

kembali jika tidak membaik atau bertambah berat dan muncul tanda-tanda komplikasi yang

mencakup panas tinggi, kejang, penurunan kesadaran, tidak mau makan dan menjadi lemah. (1)

5. Edukasi Orang tua

Nasihat pada Ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,

muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum

membaik dalam 3 hari. (1)

Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari

1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang

sudah dengan komplikasi.(1)

PENCEGAHAN

Usaha untuk mencegah diare yang berarti menurunkan kematian yang tidak dapat di

cegah dengan tatalaksana kasus yang tepat. Harus di fokuskan pada beberapa cara intervensi

yang terbukti efektif.

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 21

Page 22: Gastroenteritis

Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:

1. Pemberian ASI

2. Perbaikan makanan pendamping ASI

3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

4. Cuci tangan

5. Penggunaan jamban

6. Pembuangan tinja bayi yang aman

7. Imunisasi campak.(1)

1. Pemberian ASI

Keuntungan-keuntungan pemberian ASI adalah:

Pemberian ASI penuh selama 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare yang fatal dan

resiko infeksi yang serius.

Pemberian ASI adalah bersih,tidak membutuhkan botol, dot, air dan formula yang mudah

terkontaminasi dengan bakteri yang mungkin menyebabkan diare.

ASI mempunyai sifat imunologik (terutama antibody) yang melindungi bayi terhadap

infeksi terutama diare,yang ini tidak ada pada susu sapi atau formula.

Komposisi ASI ideal untuk bayi, susu sapi atau formula mungkin di buat terlalu encer

(yang mengurangi nilai gizi) atau terlalu pekat (tidak cukup air) dan kemungkinan

mengandung gula dan garam terlalu banyak.

ASI adalah makanan yang lengkap, mengandung semua zat-zat gizi dan air yang di

butuhkan bayi sehat selama 4-6 bulan pertama kehidupan. Namun begitu bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) perlu di berikan tambahan preparat besi, bila tersedia.

ASI murah, tidak perlu mengeluarkan biaya seperti yang harus di keluarkan untuk

makanan pengganti ASI seperti ongkos bahan bakar, peralatan susu formula dan waktu Ibu

untuk menyiapkannya.

Pemberian ASI membantu menjarangkan kelahiran. Ibu-ibu yang menyusui biasanya

mempunyai masa tidak subur lebih panjang dari pada tidak menyusui.

Intoleransi susu jarang terjadi pada bayi yang hanya mendapat ASI

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 22

Page 23: Gastroenteritis

Pemberian ASI segera setelah melahirkan merangsang Ibu dan Bayi nya, mempunyai

keuntungan emosional untuk keduanya dan membantu mendapatkan tempat bagi anak di

dalam keluarga.(1)

2. Menyiapkan dan memberikan makanan tambahan

Ibu harus di ajari tentang cara menyiapkan, memberikan dan menyimpan makanan

penyapihan untuk memperbaiki resiko kontaminasi bakteri yaitu:

Mencuci tangan yang bersih sebelum menyiapkan makanan penyapihan dan sebelum

memberi makanan bayi.

Menyiapkan makanan pada tempat yang bersih

Memasak atau mendidihkan makanan dengan benar.

Bila mungkin menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan di masak.

Menutupi makanan yang di simpan.

Bila makanan di siapkan lebih dari 2 jam sebelum di gunakan, panaskan sampai benar-

benar panas (dan kemudian biarkan dingin) sebelum di berikan kepada bayi.

Memberikan makanan kepada bayi dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan

sendok makan khusus. Botol susu tidak boleh di gunakan.

Cucilah makanan yang tidak di masak dengan air bersih sebelum di berikan kepada bayi.(1)

3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

Menggunakan air yang tersedia untuk kebersihan keluarga dan rumah tangga. Bila air

tercemar, simpan terpisah dari air yang di gunakan untuk minum atau penyiapan makanan.

Mengambil air minum dari sumber yang paling bersih yang tersedia.

Melindungi sumber air dengan menjauhkan dari binatang dengan menempatkan jamban

dengan jarak 10 m.

Menampung dan menyimpan air minum dalam wadah yang bersih.

Mendidihkan air yang akan digunakan untuk membuat makanan dan minuman keluarga.(1)

4. Cuci tangan

Menyediakan tempat cuci tangan di rumah

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 23

Page 24: Gastroenteritis

Semua anggota keluarga harus mencuci tangan dengan baik yaitu sesudah menceboi anak

sesudah buang air besar,s ebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum

memberi makan anak.

Orang dewasa harus mencuci tangan anak.(1)

5. Penggunaan jamban

Mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi yang di gunakan oleh setiap anggota

keluarga. Jaga agar jamban tetap bersih dengan mencuci secara rutin

Apabila tidak ada jamban, buang air besar jauh dari rumah, lebih kurang 10 m dari sumber

air, tutupi tinja dengan tanah,jangan biarkan anak pergi ke tempat buang air besar

sendirian.(1)

6. Pembuanagan tinja bayi yang aman

Cepat-cepat kumpulkan tinja anak atau bayi, bungkus dengan daun yang lebar atau kertas

koran dan masukan ke dalam jamban atau di timbun.

Bantulah anak-anak yang lebih besar buang air besar di jamban.

Ceboki anak dengan bersih, kemudian cucilah tangan anak serta tangan pencebok dengan

sabun dan air. (1)

7. Imunisasi campak

Anak-anak yang menderita campak atau yang menderita campak 4 minggu sebelumnya

mempunyai resiko lebih tinggi untuk mendapat dire atau disentri yang berat dan fatal

(terdapat bukti bahwa meningkatnya resiko berakhir 6 bulan sesudah episod campak).

Karena kuatnya hubungan antara campak dan diare yang berat dan keefektifan vaksinasi

campak, imunisasi terhadap campak merupakan cara yang efektif untuk menurunkan

morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan diare. Imunisasi campak yang di berikan

pada umur yang di anjurkan dapat mencegah sampai 25 % kematian balita yang berhubungan.(1)

KOMPLIKASI

Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya

membutuhkan pengobatan khusus, antara lain(1) :

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 24

Page 25: Gastroenteritis

1. Kelainan elektrolit dan asam basa

Keadaan ini termasuk:

a) Hipernatremi yaitu terdapat kekurangan air dan natrium tetapi proporsi kekurangan air

lebih banyak, konsentrasi natrium serum meningkat ( > 150mmol/l),Osmolaritas serum

meningkat ( >295 Osmol/l), sangat haus yang lebih berat derajatnya bila di bandingkan

dengan derajat dehidrasinya, anak sangat iritabel. Kejang mungkin bisa terjadi terutama

bila konsentrasi natrium lebih dari 165 mmol/l. (1)

b) Hiponatremi yaitu adanya kekurangan air dan natrium tetapi kekurangan natrium lebih

banyak, konsentrasi natrium serum rendah (<120mmol/l), Osmolaritas serum rendah

(275 mOsmol/l), anak letargi kadang-kadang kejang. (1)

c) Hipokalemia yaitu terjadinya kelemahan otot secara umum, aritmia jantung, ileus

paralitik terutama bila di berikan juga obat-obat yang mengurangi peristaltik usus

(seperti opium). (1)

d) Hiperkalemia disebut hiperkalemia jika K > 5 meq/L, koreksi dilakukan dengan

pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit

dengan monitor detak jantung. (1)

e) Asidosis metabolik yaitu konsentrasi bikarbonat serum berkurang (<10 mmol/l),PH

arteri menurun(< 7,10), nafas cepat dan dalam, adanya muntah.

Manifestasi klinis :

Lapar udara (air hunger) merupakan manifestasi klinis utama pada penderita

asidosis metabolic yaitu berupa pernafasan cepat dan dalam (pernafasan kusmaul), yang

bertujuan untuk menurunkan pCO2 darah (hipokardia) sebagai kompensasi penurunan

bikarbonat darah. Hiporkardia menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah serebral

sehingga aliran darah keotak akan berkurang. Anoreksia, mual, dan muntah bisa

dijumpai. Bila asidosis metabolic makin berat terjadi depresi susunan saraf pusat yang

menjurus kea rah koma dan kejang. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan

kontraksi jantung disertai hipotensi, gagal jantung, edema pulmonum dan rendahnya

kadar ambang untuk terjadinya fidrilasi ventrikel menyebabkan penderita akan

meninggal. Afinitas hemoglobin terhadap O2 akan menurun sehingga akan terjadi

hipoksia jaringan. (1)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 25

Page 26: Gastroenteritis

Pada bayi atau anak diare yang mengalami anoreksia, terjadi peninggian kadar

asam organic pada darah karna pemecahan lemak dan protein tubuh untuk memenuhi

kebutuhan kalori. Keadaan ini diperberat lagi dengan memuasakan anak. Hal ini

menyebabkan asidosis metabolic dengan anion gap meninggi. Pada penderita diare dan

dehidrasi berat, terjadi penurunan sirkulasi ke ginjal dan jaringan yang menyebabkan

gangguan pembuangan asam asam organic oleh ginjal dan penumpukan asam laktat

akibat hipoksia jaringan. Adanya kelaparan, penurunan sirkulasi keginjal dan hipoksia

jaringan menyebabkan penumpukan asam organik didarah. Ketiga hal ini menyebabkan

timbulnya asidosis metabolic dengan anion gap meninggi pada penderita diare. (1)

2. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik terjadi akibat berkurangnya volume darah intravaskuler. Jenis syok ini

merupakan yang paling banyak dijumpai dan merupakan penyebab kematian utama anak.

Kehilangan cairan yang cepat dan banyak menurunkan preload ventrikel sehingga terjadi

penurunan isi sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi penurunan hantaran oksigen ke

jaringan tubuh. Diagnosis syok pada bayi dan anak kadang-kadang sulit, tanda-tanda syok

berat dengan gejala yang jelas seperti nadi yang lemah atau tidak teraba, akral dingin dan

sianosis mudah dikenal, tapi pada compensated shock dimana tekanan darah ventral masih

dapat dipertahankan, seringkali diagnosis syok sullit ditegakkan.(2)

Stadium syok :

a) Fase kompensasi

Pada fase ini fungsi organ – organ vital masih dapat dipertahankan melalui

mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan aktivitas simpatik yaitu

meningkatkan tahanan sistemik, terjadi distribusi selektif aliran darah dari organ

perifer yang tidak vital ke organ vital seperti jantung, paru, dan otak.

Klinis :

- Nadi cepat

- Anak tampak pucat, dingin, dan kulitnya lembab

- Suhu permukaan tubuh menurun

- Capillary refill time memanjang

- Anak menjadi gelisah atau apatis.(2)

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 26

Page 27: Gastroenteritis

b) Fase dekompensasi

Pada fase ini mekanisme kompensasi tubuh mulai gagal mempertahankan curah

jantung dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan tidak mendapat

oksigen yang cukup, metabolisme berlangsung secara anaerobic, sehingga terjadi

pembentukan asam laktat dan asam – asam lain sehingga terjadi asidosis metabolic.(2)

Klinis :

- Takikardia bertambah

- Tekanan darah anak menurun dibawah harga normal

- Perfusi perifer memburuk, kulit/akral dingin, CRT makin lama

- Oliguria sampai anuria

- Asidosis, pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)

- Kesadaran makin menurun(2)

c) Syok irreversible

Kegagalan mekanisme tubuh menyebabkan syok terus berlanjut sehingga terjadi

kerusakan atau kematian sel dan disfungsi organ-organ lain (disfungsi multiorgan),

cadangan fosfat energy tinggi (ATP) akan habis terutama di jantung dan hati, sedang

sintesa ATP baru hanya 2% per jam, sehingga tubuh akan kehabisan energi. Pada

keadaan ini kematian akan terjadi meskipun system sirkulasi dapat diperbaiki.

Diagnosis syok irreversible adalah retrospective, artinya diagnosis dibuat setelah

penderita meninggal akibat kerusakan yang ekstensive dari organ-organ tubuh yang

menyebabkan kerusakan multi organ dan kematian.

Klinis :

- Tekanan darah tidak terukur

- Nadi tidak teraba

- Koma dalam

- Anuria dan tanda-tanda kegagalan organ lain (2)

3. Kejang-kejang

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 27

Page 28: Gastroenteritis

Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang sebelum atau

selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebakan oleh karena :

- Hipoglikemia : kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk

- Hiperpireksia : kejang terjadi bila panas tinggi misalnya melebihi 40oC

- Hipernatremia

- Hiponatremia.(1)

PROGNOSIS

Baik, jika tidak terjadi dehidrasi atau penatalaksanaan dehidrasi berhasil di terapi dengan

baik dan tidak terjadi komplikasi lainnya. (7)

DAFTAR RUJUKAN

1. Juffrie,M. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta : IDAI. Hal 87-118

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 28

Page 29: Gastroenteritis

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1985.Buku

Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Infomedika Jakarta.Hal 283 – 312

3. Mansjoer,Arif.2000.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.Jakarta:Media Aesculapius

FKUI.Hal470-475

4. Rudolph,Abraham M.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph.Jakarta:EGC.Hal 1142-1146

5. WHO.2009.Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.Jakarta:WHO.Hal 131 – 155

6. Pusponegoro,Hardiono D.2004.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Jakarta:IDAI.

Hal 49-52.

7. Departemen Kesehatan R.I.1999.Buku Ajar Diare.Pendidikan Medis Pemberantasan Diare

(PMPD).Hal 3 – 135

[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 29