Download - Gastroenteritis
GASTROENTERITIS
PENDAHULUAN
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan oleh
karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi
dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih
menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi.(1)
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan
menyerap sari makanan, sehingga apabila episodnya berkepanjangan akan berdampak terhadap
pertumbuhan dan keshatan anak. (1)
Diare atau juga sering disebut gastroenteritis adalah penyebab utama kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak di negara berkembang. Dengan perkiraan 1,3 miliyar kasus dan 3,2
juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3
kasus diare per tahun, tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode per tahun. Sekitar
80% kematian yang berhubungan dengan diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah : disenti,
kekurangan gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.(1)
Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6-2
kali setahun. Hasil dari SKRT (Survai Kesehatan Rumah Tangga) di indonesia angka kematian
diare anak balita dan bayi permil pertahun berturut-turut menunjukkan angka sebagai berikut:
6,6 (anak balita) dan 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (anak balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun
1985/1986;2,1 (anak balita) dan 7,3 (bayi) pada tahun 1992; 1 (anak balita) dan 8 (bayi) pada
tahun 1995. Sementara itu morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi
morbiditas oleh Departemen Kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989,1990 dan 1995 berturut-
turut morbiditas diare menunjukkan 78,5%,10,3% dan 100%.(7)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 1
Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini di sebabkan karena adanya anoreksia
pada penderita diare sehingga ia makan lebih sedikit dari pada biasanya dan kemampuan
menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanannya meningkat akibat
dari adanya infeksi. Setiap episodnya berkepanjangan, dampaknya terhadap pertumbuhan akan
meningkat. Penyakit diare juga berdampak pada status ekonomi negara-negara berkembang.(7)
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dinegara
berkembang. Terdapat banyak penyebab diare pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang
harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan
asidosis metabolic karena kehilangan basa.(1)
DEFINISI
Gastroenteritis atau diare adalah meningkatnya frekuensi defekasi lebih banyak dari
biasanya (lebih dari 3x/hari) dan berubahnya konsistensi tinja menjadi lebih lunak atau cair
dengan atau tanpa darah dan lendir.(1,6)
EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dinegara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena
diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17 %
kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007
diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42 %
dibanding pneumonia 24 %, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2%
disbanding pneumonia 15,5%.(1)
CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 2
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tanpa dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (melalui 4 F
= finger, flies, fluid, field).(1)
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
peyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan
lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higinis dan
cara perapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa factor pada penderitta dapat
meningkatkan kecendrungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4
minggu terakhir dan factor genetik.(1)
1. Penyebaran kuman dan virus yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui mulut (orofecal) antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Sedangkan penyebaran virus dapat melalui droplet (udara). (1)
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun
Kurang gizi
Campak
Imunodefisiensi/imunosupresi(1)
3. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
pada golongan umur 6 – 11 bulan yaitu pada masa di berikan makanan pendamping. Pola
ini menggambarkan efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terpapar bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai dapat merangkak. Kebanyakan kuman
usus merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang.(1)
4. Variasi musim
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 3
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografi. Pada daerah sub-tropik,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas. Di daerah tropik, diare
rotavirus terjadi sepanjang tahun.(1)
5. Infeksi Asimtomatik
Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat di
atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif. Pada saat infeksi asimtomatik,
yang mungkin berakhir dalam beberapa hari atau minggui, tinja mengandung virus,
bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan terinfeksi asimtomatik
mempunyai peranan penting dalam penyebaran beberapa kuman enterik terutama bila
mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan sering pindah dari
satu tempat ke tempat lain. (1)
6. Epidemi/wabah/Kejadian Luar Biasa
Dua kuman usus patogen V.cholerae 0,1 dan Shigella disentri tipe1 adalah penyebab
utama wabah/kejadian luar biasa yang angka kesakitan dan kematian pada semua
golongan umur cukup tinggi. Sejak tahun 1961 kolera yang di sebabkan oleh V.cholerae
0,1 biotype Eltor telah menyebar ke negara-negara Afrika, Amerika latin, Asia dan Timur
Tengah dan di beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam waktu yang sama
S.disentri tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di
Afrika Tengah dan Asia selatan.(1)
ETIOLOGI
Etiologi diare dapat di bagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Infeksi
a. Infeksi enteral :
Yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak,
yaitu:
Infeksi Virus: Rotavirus, Adenovirus, Kalsivirus, Koronavirus, Astrovirus,Virus
Norwalk virus, Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis).
Infeksi Bakteri: Escherichia coli enterotoksigenik, Escherichia coli
enteropatogenik,Vibrio cholerae, vibrio parahaemolyticus, Shigella, Salmonella
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 4
(non typhus), Campylobacter jejuni, Campylobacter perfringens, cloostridium
defficile, plesiomonas shigeloides, Aeromonas sp, Yersinia enterocolitica,
Bacillus cereus, Staphylococcus aureus.
Infeksi Parasit : Ascaris, Trichiuris trichiura, Oxyuris, Strongyloides stercoralis
Infeksi Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Blastocystis hominis
Infeksi Jamur : candida albicans.(1,2)
b. Infeksi parenteral
Yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut
(OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.(1,6)
2. Non Infeksi
a. Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi karbohidrat seperti Disakarida (intoleransi laktosa,maltosa dan
sukrosa), Monosakarida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang terpentinng dan tersering ialah toleransi laktosa.(2)
- Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi lemak seperti LCT (Long Chain Triglycerides), MCT (Medium
Chain Triglycerides). LCT menjadi asam lemak dan trigliserida terjadi di usus
halus bagian atas akibat pengaruh lipase pankreas dan conjugated bile salt yang
membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang yang siap diabsorbsi. MCT
diangkut langsung melalui vena porta dan selanjutnya dalam hati akan
dimetabolisme. Penyebab malabsorbsi lemak antara lain : lipase tidak ada atau
kurang, conjugated bile salt tidak ada atau kurang, mukosa usus halus atrofi atau
rusak, gangguan sistem limfoid usus. Hal ini menyebabkan diare dengan tinja
berlemak.(2)
- Malabsorbsi protein.(2)
b. Faktor makanan
Alergi makanan
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 5
Keracunan makanan
Makanan basi(1)
c. Faktor Psikologi : rasa takut dan cemas(1)
d. Kelainan anatomi
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel syndrome
Atrofi morovilli
Stricture(1)
MEKANISME DASAR TIMBULNYA DIARE
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Terdapat beberapa diare:
a) Pembagian diare menurut etiologi
b) Pembagian diare menurut mekanisme
Absorbsi
Gangguan sekresi
c) Pembagian diare menurut lamanya diare
Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
Diare persisiten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.(1)
Mekanisme diare secara umum:
1. Gangguan Sekretorik (secretory diarrhea)
Akibat rangsangan tertentu sehingga pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal
sedangkan sekesi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah
sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair.
Hal ini menyebabkan dehidrasi.
Penyebab dari diare Sekretorik ini adalah infeksi virus, hiperperistaltik usus halus yang dapat
di sebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 6
pedas, sudah basi) gangguan syaraf, hawa dingin, alergi. Defisiensi imun terutama SigA
(secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya bakteri/jamur tumbuh berlipat
ganda (overgrowth).(2)
2. Gangguan Osmotik (osmotic diarrhea)
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya dan
timbul diare. Sehingga menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh. Penyebab
dari diare Osmotik ini adalah malabsorbsi makanan (malabsorbsi glukosa) yang menyebabkan
kerusakan pada vili-vili dan mukosa usus, KKP (Kekurangan kalori protein), BBLR dan bayi
baru lahir.(2)
3. Hiperperistaltik
Hiperperistaltik akan mengakibatkan gangguan penyerapan makanan sehingga akan
menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri
tumbuh secara berlebihan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan diare. (2)
KLASIFIKASI
1. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari dengan pengeluaran
tinja yang lunak atau cair dan tanpa darah dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering
dari biasanya dalam 24 jam, mungkin di sertai muntah dan panas.
Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga
mengakibatkan kurang gizi. Kematian terjadi karena dehidrasi.
Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah Rotavirus,
Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporodium. Di
beberapa tempat Vibrio cholera 01, Salmonella dan E. Coli enteropatogenik juga merupakan
penyebab yang penting.(7)
2. Disentri
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 7
Disentri adalah diare akut yang di sertai darah dalam tinja, darah terlihat secara kasat
mata.Diare berdarah sering di sebut sebagai sindroma disentri yang terdiri dari kumpulan
gejala, diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Darah yang hanya
terlihat secara mikroskopis atau tinja bewarna hitam yang menandakan adanya darah pada
saluran pencernaan atas, bukan merupakan diare berdarah. Akibat penting disentri antara lain
ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan mukosa usus karena
bakteri invasif.
Penyebab utama disentri akut adalah shigella. Penyebab lain adalah Campylobacter
jejuni dan yang jarang ialah E coli enteroinvasif atau salmonella. Entamoeba histolytica dapat
menyebabkan disentri yang serius pada orang dewasa muda tetapi jarang menyebabkan
disentri pada anak.(7)
3. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari
14 hari atau lebih. Episod ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat
badan yang nyata sering terjadi. Volume tinja dapat dalam jumlah yang banyak sehingga ada
resiko mengalami dehidrasi. Tidak ada penyebab mikroba tunggal untuk diare persisten,
E coliu enteroaggeregratife, shigella dan cryptosporidium mungkin berperan lebih besar
dari pada penyebab lain. Penyebab dari diare persisten adalah adanya faktor resiko
berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten, yaitu:
Usia bayi kurang dari 4 bulan
Tidak mendapat ASI
Malnutrisi
Diare akut dengan etiologi bakteri invasif
Tatalaksana diare akut yang tidak tepat seperti pemakaian antibiotik yang tidak sesuai.(7)
PATOGENESIS
1. Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus
menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara
normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk
kripta yang belum matang.menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 8
dapat juga di hubungkan dengan hilangnya enzim disakarida terutama laktosa. Penyembuhan
terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.(7)
2. Bakteri
Penempelan di mucosa
Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus menempel mukosa
untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang
menyerupai rambut getar di sebut pili atau fimbria, yang melekat pada reseptor di
permukaan usus.
Hal ini terjadi misalnya pada E.coli enterotoksigenik dan V.cholerae 01. Pada beberapa
keadaan, penempelan di mukosa di hubungkan dengan perubahan epitel usus yang
menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan
(misalnya infeksi E coli enteropatogenik atau enteroaggregasi).(7)
Toxin yang menyebabkan sekresi
E.coli enterotoxigenik,V.cholerae 01 dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toxin yang
menghambat fungsi sel epitel. Toxin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit di ganti dengan sel yang sehat setelah
2-4 hari.(7)
Invasi mukosa
Shigella,C jejuni,E coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah
melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di kolon dan
bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus
superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat
adanya darah dalam tinja. Toksin yang di hasilkan oleh kuman ini menyebabkan
kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.(7)
3. Protozoa
Penempelan mukosa
G.lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan
pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.(7)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 9
Invasi mukosa
E.histolitica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di kolon atau
ileum yang menyebabkan mikro abses dan ulkus. Namun begitu keadaan ini baru
terjadi bila strainnya sangat ganas. Pada manusia 90% infeksi terjadi oleh strain yang
tidak ganas, dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala atau
tanda-tanda, meskipun kista amoeba dan trofozoit mungkin ada di dalam tinjanya.(7)
PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkuasi darah.(2)
GEJALA KLINIS
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.(2)
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
chlorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabakan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.(2)
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Pamas
badan umumnya terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat
dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan terkenanya usus
besar.(2)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 10
Mual dan muntah adalah simtomp yang non spesifik mungkin disebabkan oleh karena
organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti : enterik virus, bakteri yang
memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.(2)
Mula-mula bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin di sertai lendir dan atau
darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat di
absorbsi usus selama diare.(3)
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat di sebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak,
berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.(3)
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, kecil, tekanan darah
menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, samnolen dan kadang-kadang
sampai soporokomateus).(3)
Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis
metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan
kussmaul).(2)
Asidosis metabolik terjadi karena:
1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja
2. Ketosis kelaparan
3. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat di keluarkan (oleh karena
oliguria atau anuria)
4. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).(1)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 11
Gejala Klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera
Masa tunas12 – 17 jam 24- 48 jam 6 – 72 jam 6 – 72 jam 6 – 72 jam
48 – 72
jam
Panas ++ ++ ++ - ++ -
Mual & muntah sering Jarang Sering - - Sering
Nyeri perut tenesmus Tenesmus, Tenesmus, + Tenesmus, Kram
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 12
kram kolik kram
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya sakit 5 – 7 hari > 7 hari 3 – 7 hari 2- 3 hari variasi 3 hari
Sifat tinja :
- Volumesedang Sedikit Sedikit banyak sedikit
Sangat
banyak
- Frekuensi Sampai 10
kali/hari> 10 kali/hari Sering sering sering
terus
menerus
- Konsistensi cair Lembek Lembek cair lembek Cair
- Lendir/darah- Sering
kadang-
kadang- + -
- Bau- +/- Busuk + -
amis
(khas)
- Warnakuning –
hijaumerah – hijau Kehijauan
Tidak
berwarnamerah-hijau
seperti air
cucian
beras
Leukosit - + + - + -
Lain-lainanoreksia kejang +/- sepsis +/-
Meteoris-
mus
infeksi
sistemik+/-
Gejala khas diare oleh berbagai penyebab(1):
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
Diare : sudah berapa lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari,
volume diare, konsistensi tinja, warna tinja, bau tinja, ada atau tidak lendir dan
darah.
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 13
Muntah : frekuensi muntah, volume muntah dan isi dari muntah.
BAK : biasa, berkurang, jarang, atau tidak BAK dalam 6-8 jam terakhir
Apakah ada demam atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis
media dan campak.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare: anak minum ASI atau susu
formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa.
Jumlah cairan yang masuk selama diare.
Apakah ada yang menderita diare disekitarnya, dan darimana sumber air minum
Tindakan apa yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit,
membawa berobat ke puskesmas atau kerumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta imunisasinya.(3,5,6)
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, sushu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen. Tanda-tanda tambahan
lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya
adanya airmata, bibir: mukosa mulut dan lidah kering atau basa.
Pernafasan cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan extremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill time dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derjat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif
yaitu dengan membandingkan berta badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan
menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain-lain.(1,6)
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 (1):
Penilaian Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi Ringan-Sedang
(1 tanda * + 1 atau lebih
tanda lain)
Dehidrasi Berat
(1 tanda * + 1 atau
lebih tanda lain)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 14
Keadaan
umum
Mata
Air mata
Mulut dan
Lidah
Rasa haus
Baik,sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
tidak haus
*Gelisah,rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
*Haus,ingin minum banyak
*Lesu,lunglai atau
tidak sadar
Sangat cekung dan
kering
Tidak ada
Sangat kering
*Malas minum atau
tidak bisa minum
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali Lambat *Kembali sangat
lambat (>2 detik)
Nadi Normal Normal/Cepat Sangat cepat,lemah
sampai tak teraba
Pernafasan Normal Lebih cepat Sangat cepat dan
dalam
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
%
kehilangan
BB
< 5% 5-10 % > 10 %
Terapi Rencana
Terapi A
Rencana Terapi B Rencana Terapi C
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umunya tidak diperlukan, hanya
pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diktahui
atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 15
a. Pemeriksaan darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
b. Pemeriksaan urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
c. Pemeriksaan tinja
o Makroskopis : warna, bau, konsistensi, darah, lendir, cacing dan parasit.
o Mikroskopis : eritrosit, leukosit, parasit, telur, cacing, dan amuba.
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinites bila di
duga terdapat intoleransi glukosa
o Bila perlu di lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
e. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
kualitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.(1,3,6)
TATALAKSANA
Terdapat Lima Lintas Tatalaksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Suplemen Zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua.(1)
1. Rehidrasi
Salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari memberikan Cairan Rumah Tangga(CRT)
yang di anjurkan seperti air tajin,kuah sayur atau air sup. Bila terjadi dehidrasi,anak harus
segera di bawa ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 16
yaitu dengan oralit.Komposisi cairan rehidrasi oral sangat penting untuk memperoleh
penyerapan yang optimal.(1)
Cairan rehidrasi oral yang di anjurkan WHO selama 3 dekade terakhir ini menggunakan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa telah berhasilkan menurunkan angka
kematian akibat dehidrasi pada diare,karena kombinasi gula dan garam ini dapat
meningkatkan penyerapan cairan di usus. (1)
Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak dengan apapun penyebab diare atau
berapapun kadar natrium serum anak saat awitan. Larutan rehirasi oral yang optimal harus
dapat mengganti air, natrium, kalium, dan bikarbonat. Larutan tersebut juga harus isotonik
atau hipotonik. Terapi rehidrasi oral harus digunakan pada semua anak dengan dehidrasi
ringan sampai sedang.(4)
CRO selain di murah juga mudah di gunakan dan aman, sehingga sangat efektif dan
efisien di gunakan pada pusat pelayanan kesehatan dengan jumlah tenaga kesehatan yang
terbatas serta tidak mempunyai tenaga yang terlatih. Sesuai dengan anjuran WHO saat ini di
anjurkan penggunaan CRO dengan formula baru yaitu komposisi:
Natrium : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Glukosa : 75 mmol/L
Total osmolaritas : 245 mmol/L(1)
Rehidrasi di sesuaikan dengan kategori derajat dehidrasi yang sudah ditentukan.
Di masyarakat masih beredar oralit dengan formulasi lama, yaitu oralit yang mengandung:
Natrium : 90 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Klorida : 80 mmol/L
Glukosa : 111 mmol/L
Total osmolaritas : 311 mmol/L(1)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 17
Oralit ini kemudian larutkan dalam 200 ml air matang. Oralit dengan formulasi lama
sebenarnya di gunakan untuk pengobatan kolera, sehingga apabila diberikan untuk diare
bukan kolera, pasien menjadi beresiko terjadinya hipernatremia. (1)
Volume cairan disesuaikan dengan derajat dehidrasi
a. Tanpa dehidrasi: ciaran rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
b. Dehidrasi tidak berat (ringan – sedang): rehidrasi dengan oralit 75cc/kgBB dalam 3
jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai
umur sperti diatas setiap buang air besar.
c. Dehidrasi berat: Mulai berikan cairan IV segera, bila penderita bisa minum, berikan
oralit sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100mg/KgBB cairan RL atau garam normal<
dibagi sbb:
Umur Pemberian I 30ml/kgBB Selanjutnya 70ml/KgBB
Bayi < 12bulan 1 jam * 5 jam
Anak > 1 tahun ½ - 1 jam * 2 ½ - 3 jam
*Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan IV.
Berikan oralit bila penderita (5ml/KgBB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) dan 1-2 jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan
penilaian. Kemudian pilihlah rencana pengobatan yang sesuai (A,B atau C) untuk
melanjutkan pengobatan.(5)
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc/kgBB selama proses rehidrasi.
Bila tempat pengobatan bisa dicapai dalam waktu 30 menit (Dekat), maka:
Kirim penderita segera untuk mendapatkan pengobatan IV
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit selama diperjalanan
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 18
Apabila penderita bisa menggunakan NGT untuk rehidrasi,maka :
Mulai rehidrasi dengan NGT, berikan 20ml/KgBB/jam selama 6 jam (total
120ml/Kg)
Nilailah penderita tiap 1-2 jam. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan
pelan-pelan dan bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam kirim penderita untuk
terapi IV.
Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana pengobatan yang sesuai.(5)
Apabila penderita bisa minum, maka :
Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit, berikan 10ml/KgBB/jam selama
6jam (total 120ml/Kg)
Nilailah penderita tiap 1-2 jam. Bila muntah atau kembung berikan cairan pelan-
pelan,bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3jam kirim penderita untuk terapi IV.
Setelah 6 jam nlai kembali penderita dan pilih rencana pengobatan yang sesuai.(5)
2. Dukungan nutrisi
Makanan tetap di teruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak menjadi gizi buruk.
Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. ASI tetap di teruskan selama terjadinya diare pada diare cair
akut maupun pada diare akut erdarah dan di berikan dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas sebaiknya mendapat makan seperti biasanya.(1)
Anak yang secara eksklusif mendapat ASI dan mereka yang mendapat makanan padat
dengan atau tanpa ASI harus kembali ke diet normal mereka. Pilihan makanan awal
mungkin mencakup makanan yang mudah diserap, misalnya nasi, gandum, serta makanan
komplementer seperti pisang (yang banyak mengandung kalium). Makanan yang diberikan
dalam jumlah sedikit dan sering juga diserap lebih baik. Makanan yang mengandung gula
tinggi (misalnya jus buah) dapat menyebabkan diare osmotik dan seharusnya dihindari.(4)
Pada anak yang secara eksklusif atau secara primer mendapat susu formula harus
diamati secra cermat apabila mereka terus mengkonsumsi susu. Sebagian besar anak dapat
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 19
mentoleransi regimen ini, tetapi pada sebagian akan terjadi asidosis atau dehidrasi rekuren.
Sebaiknya dilakukan penundaan selama 24-48 jam pemberian makanan, dan penggunaan
susu formula bebas laktosa mungin bermanfaat.(4)
3. Suplementasi Zinc
Zinc di berikan selama 10 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan beratnya
diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan berikutnya. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. (1)
Dosis zinc:
< 6 bulan : 1/2 tablet (10 mg) / hari
> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) / hari
Cara pemberian tablet zinc:
Untuk bayi, tablet zinc dapat di larutkan dengan air matang, ASI atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat di kunyah atau di larutkan dalam air matang
atau oralit. Tunjukan cara penggunaan tablet zinc kepada orang tua atau wali anak dan
meyakinkan bahwa pemberian tablet zinc harus di berikan selama 10 hari berturut-turut
meskipun anak sudah sembuh.(5)
Efek Zinc terhadap Diare
Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Diare
dapat menurunkan kadar zinc dalam plasma pada bayi dan anak. Penurunan asupan makanan
dan penyerapan nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama
menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh. Defisiensi zinc
menyebabkan gangguan absorpsi air dan elektrolit. zinc mampu menurunkan durasi dan
frekuensi diare pada anak, terutama anak dengan penurunan kadar zinc yang berat.(1)
4. Antibiotik selektif
Antibiotik tidak di berikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada
diare berdarah dan kolera. Secara umum tatalaksana pada disentri dikelola sama dengan kasus
diare lain sesuai dengan acuan tatlaksana diare akut. Hal khusus mengenai tatalaksana disentri
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 20
adalah pemberian antibiotika oral selama 5 hari yang masih sensitif terhadap shigella menurut
pola kuman setempat. (1)
Dahulu semua kasus disentri pada tahap awal di beri antibiotika kotrimoksazole dengan
dosis 5-8 mg/kgBB/hari. Namun saat ini telah banyak strain shigell resisten terhadap
ampicillin, amoksisillin, metronidazol, tetrasiklin, golongan aminoglikosida, kloramfenikol,
sulfonamid dan kotromoksazol sehingga WHO tidak merekomendasikan penggunaan obat
tersebut. (1)
Obat pilihan untuk pengobatan disentri berdasarkan WHO 2005 adalah dengan golongan
Quinolon seperti siprofloksasin dengan dosis 30-50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis selama 5
hari. Pemantauan di lakukan setelah 2 hari pengobatan, lihat apakah ada perbaikan tanda-
tanda seperti tidak adanya demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang dan
peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada perbaikan maka amati adanya penyulit, hentikan
pemberian antibiotik sebelumnya dan berikan antibiotik yang sensitif terhadap shigella
berdasarkan area. (1)
Jika kedua jenis antibiotik tersebut tidak ada memberikan perbaikan maka amati kembsali
adanya penyulit atau penyebab selain disentri. Pada pasien rawat jalan dianjurkan pemberian
sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksik 5 mg/kgBB/hari/oral. Penderita di pesankan
kembali jika tidak membaik atau bertambah berat dan muncul tanda-tanda komplikasi yang
mencakup panas tinggi, kejang, penurunan kesadaran, tidak mau makan dan menjadi lemah. (1)
5. Edukasi Orang tua
Nasihat pada Ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum
membaik dalam 3 hari. (1)
Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari
1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang
sudah dengan komplikasi.(1)
PENCEGAHAN
Usaha untuk mencegah diare yang berarti menurunkan kematian yang tidak dapat di
cegah dengan tatalaksana kasus yang tepat. Harus di fokuskan pada beberapa cara intervensi
yang terbukti efektif.
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 21
Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.(1)
1. Pemberian ASI
Keuntungan-keuntungan pemberian ASI adalah:
Pemberian ASI penuh selama 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare yang fatal dan
resiko infeksi yang serius.
Pemberian ASI adalah bersih,tidak membutuhkan botol, dot, air dan formula yang mudah
terkontaminasi dengan bakteri yang mungkin menyebabkan diare.
ASI mempunyai sifat imunologik (terutama antibody) yang melindungi bayi terhadap
infeksi terutama diare,yang ini tidak ada pada susu sapi atau formula.
Komposisi ASI ideal untuk bayi, susu sapi atau formula mungkin di buat terlalu encer
(yang mengurangi nilai gizi) atau terlalu pekat (tidak cukup air) dan kemungkinan
mengandung gula dan garam terlalu banyak.
ASI adalah makanan yang lengkap, mengandung semua zat-zat gizi dan air yang di
butuhkan bayi sehat selama 4-6 bulan pertama kehidupan. Namun begitu bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) perlu di berikan tambahan preparat besi, bila tersedia.
ASI murah, tidak perlu mengeluarkan biaya seperti yang harus di keluarkan untuk
makanan pengganti ASI seperti ongkos bahan bakar, peralatan susu formula dan waktu Ibu
untuk menyiapkannya.
Pemberian ASI membantu menjarangkan kelahiran. Ibu-ibu yang menyusui biasanya
mempunyai masa tidak subur lebih panjang dari pada tidak menyusui.
Intoleransi susu jarang terjadi pada bayi yang hanya mendapat ASI
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 22
Pemberian ASI segera setelah melahirkan merangsang Ibu dan Bayi nya, mempunyai
keuntungan emosional untuk keduanya dan membantu mendapatkan tempat bagi anak di
dalam keluarga.(1)
2. Menyiapkan dan memberikan makanan tambahan
Ibu harus di ajari tentang cara menyiapkan, memberikan dan menyimpan makanan
penyapihan untuk memperbaiki resiko kontaminasi bakteri yaitu:
Mencuci tangan yang bersih sebelum menyiapkan makanan penyapihan dan sebelum
memberi makanan bayi.
Menyiapkan makanan pada tempat yang bersih
Memasak atau mendidihkan makanan dengan benar.
Bila mungkin menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan di masak.
Menutupi makanan yang di simpan.
Bila makanan di siapkan lebih dari 2 jam sebelum di gunakan, panaskan sampai benar-
benar panas (dan kemudian biarkan dingin) sebelum di berikan kepada bayi.
Memberikan makanan kepada bayi dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan
sendok makan khusus. Botol susu tidak boleh di gunakan.
Cucilah makanan yang tidak di masak dengan air bersih sebelum di berikan kepada bayi.(1)
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
Menggunakan air yang tersedia untuk kebersihan keluarga dan rumah tangga. Bila air
tercemar, simpan terpisah dari air yang di gunakan untuk minum atau penyiapan makanan.
Mengambil air minum dari sumber yang paling bersih yang tersedia.
Melindungi sumber air dengan menjauhkan dari binatang dengan menempatkan jamban
dengan jarak 10 m.
Menampung dan menyimpan air minum dalam wadah yang bersih.
Mendidihkan air yang akan digunakan untuk membuat makanan dan minuman keluarga.(1)
4. Cuci tangan
Menyediakan tempat cuci tangan di rumah
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 23
Semua anggota keluarga harus mencuci tangan dengan baik yaitu sesudah menceboi anak
sesudah buang air besar,s ebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum
memberi makan anak.
Orang dewasa harus mencuci tangan anak.(1)
5. Penggunaan jamban
Mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi yang di gunakan oleh setiap anggota
keluarga. Jaga agar jamban tetap bersih dengan mencuci secara rutin
Apabila tidak ada jamban, buang air besar jauh dari rumah, lebih kurang 10 m dari sumber
air, tutupi tinja dengan tanah,jangan biarkan anak pergi ke tempat buang air besar
sendirian.(1)
6. Pembuanagan tinja bayi yang aman
Cepat-cepat kumpulkan tinja anak atau bayi, bungkus dengan daun yang lebar atau kertas
koran dan masukan ke dalam jamban atau di timbun.
Bantulah anak-anak yang lebih besar buang air besar di jamban.
Ceboki anak dengan bersih, kemudian cucilah tangan anak serta tangan pencebok dengan
sabun dan air. (1)
7. Imunisasi campak
Anak-anak yang menderita campak atau yang menderita campak 4 minggu sebelumnya
mempunyai resiko lebih tinggi untuk mendapat dire atau disentri yang berat dan fatal
(terdapat bukti bahwa meningkatnya resiko berakhir 6 bulan sesudah episod campak).
Karena kuatnya hubungan antara campak dan diare yang berat dan keefektifan vaksinasi
campak, imunisasi terhadap campak merupakan cara yang efektif untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan diare. Imunisasi campak yang di berikan
pada umur yang di anjurkan dapat mencegah sampai 25 % kematian balita yang berhubungan.(1)
KOMPLIKASI
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya
membutuhkan pengobatan khusus, antara lain(1) :
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 24
1. Kelainan elektrolit dan asam basa
Keadaan ini termasuk:
a) Hipernatremi yaitu terdapat kekurangan air dan natrium tetapi proporsi kekurangan air
lebih banyak, konsentrasi natrium serum meningkat ( > 150mmol/l),Osmolaritas serum
meningkat ( >295 Osmol/l), sangat haus yang lebih berat derajatnya bila di bandingkan
dengan derajat dehidrasinya, anak sangat iritabel. Kejang mungkin bisa terjadi terutama
bila konsentrasi natrium lebih dari 165 mmol/l. (1)
b) Hiponatremi yaitu adanya kekurangan air dan natrium tetapi kekurangan natrium lebih
banyak, konsentrasi natrium serum rendah (<120mmol/l), Osmolaritas serum rendah
(275 mOsmol/l), anak letargi kadang-kadang kejang. (1)
c) Hipokalemia yaitu terjadinya kelemahan otot secara umum, aritmia jantung, ileus
paralitik terutama bila di berikan juga obat-obat yang mengurangi peristaltik usus
(seperti opium). (1)
d) Hiperkalemia disebut hiperkalemia jika K > 5 meq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung. (1)
e) Asidosis metabolik yaitu konsentrasi bikarbonat serum berkurang (<10 mmol/l),PH
arteri menurun(< 7,10), nafas cepat dan dalam, adanya muntah.
Manifestasi klinis :
Lapar udara (air hunger) merupakan manifestasi klinis utama pada penderita
asidosis metabolic yaitu berupa pernafasan cepat dan dalam (pernafasan kusmaul), yang
bertujuan untuk menurunkan pCO2 darah (hipokardia) sebagai kompensasi penurunan
bikarbonat darah. Hiporkardia menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah serebral
sehingga aliran darah keotak akan berkurang. Anoreksia, mual, dan muntah bisa
dijumpai. Bila asidosis metabolic makin berat terjadi depresi susunan saraf pusat yang
menjurus kea rah koma dan kejang. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan
kontraksi jantung disertai hipotensi, gagal jantung, edema pulmonum dan rendahnya
kadar ambang untuk terjadinya fidrilasi ventrikel menyebabkan penderita akan
meninggal. Afinitas hemoglobin terhadap O2 akan menurun sehingga akan terjadi
hipoksia jaringan. (1)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 25
Pada bayi atau anak diare yang mengalami anoreksia, terjadi peninggian kadar
asam organic pada darah karna pemecahan lemak dan protein tubuh untuk memenuhi
kebutuhan kalori. Keadaan ini diperberat lagi dengan memuasakan anak. Hal ini
menyebabkan asidosis metabolic dengan anion gap meninggi. Pada penderita diare dan
dehidrasi berat, terjadi penurunan sirkulasi ke ginjal dan jaringan yang menyebabkan
gangguan pembuangan asam asam organic oleh ginjal dan penumpukan asam laktat
akibat hipoksia jaringan. Adanya kelaparan, penurunan sirkulasi keginjal dan hipoksia
jaringan menyebabkan penumpukan asam organik didarah. Ketiga hal ini menyebabkan
timbulnya asidosis metabolic dengan anion gap meninggi pada penderita diare. (1)
2. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik terjadi akibat berkurangnya volume darah intravaskuler. Jenis syok ini
merupakan yang paling banyak dijumpai dan merupakan penyebab kematian utama anak.
Kehilangan cairan yang cepat dan banyak menurunkan preload ventrikel sehingga terjadi
penurunan isi sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi penurunan hantaran oksigen ke
jaringan tubuh. Diagnosis syok pada bayi dan anak kadang-kadang sulit, tanda-tanda syok
berat dengan gejala yang jelas seperti nadi yang lemah atau tidak teraba, akral dingin dan
sianosis mudah dikenal, tapi pada compensated shock dimana tekanan darah ventral masih
dapat dipertahankan, seringkali diagnosis syok sullit ditegakkan.(2)
Stadium syok :
a) Fase kompensasi
Pada fase ini fungsi organ – organ vital masih dapat dipertahankan melalui
mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan aktivitas simpatik yaitu
meningkatkan tahanan sistemik, terjadi distribusi selektif aliran darah dari organ
perifer yang tidak vital ke organ vital seperti jantung, paru, dan otak.
Klinis :
- Nadi cepat
- Anak tampak pucat, dingin, dan kulitnya lembab
- Suhu permukaan tubuh menurun
- Capillary refill time memanjang
- Anak menjadi gelisah atau apatis.(2)
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 26
b) Fase dekompensasi
Pada fase ini mekanisme kompensasi tubuh mulai gagal mempertahankan curah
jantung dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan tidak mendapat
oksigen yang cukup, metabolisme berlangsung secara anaerobic, sehingga terjadi
pembentukan asam laktat dan asam – asam lain sehingga terjadi asidosis metabolic.(2)
Klinis :
- Takikardia bertambah
- Tekanan darah anak menurun dibawah harga normal
- Perfusi perifer memburuk, kulit/akral dingin, CRT makin lama
- Oliguria sampai anuria
- Asidosis, pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)
- Kesadaran makin menurun(2)
c) Syok irreversible
Kegagalan mekanisme tubuh menyebabkan syok terus berlanjut sehingga terjadi
kerusakan atau kematian sel dan disfungsi organ-organ lain (disfungsi multiorgan),
cadangan fosfat energy tinggi (ATP) akan habis terutama di jantung dan hati, sedang
sintesa ATP baru hanya 2% per jam, sehingga tubuh akan kehabisan energi. Pada
keadaan ini kematian akan terjadi meskipun system sirkulasi dapat diperbaiki.
Diagnosis syok irreversible adalah retrospective, artinya diagnosis dibuat setelah
penderita meninggal akibat kerusakan yang ekstensive dari organ-organ tubuh yang
menyebabkan kerusakan multi organ dan kematian.
Klinis :
- Tekanan darah tidak terukur
- Nadi tidak teraba
- Koma dalam
- Anuria dan tanda-tanda kegagalan organ lain (2)
3. Kejang-kejang
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 27
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang sebelum atau
selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebakan oleh karena :
- Hipoglikemia : kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk
- Hiperpireksia : kejang terjadi bila panas tinggi misalnya melebihi 40oC
- Hipernatremia
- Hiponatremia.(1)
PROGNOSIS
Baik, jika tidak terjadi dehidrasi atau penatalaksanaan dehidrasi berhasil di terapi dengan
baik dan tidak terjadi komplikasi lainnya. (7)
DAFTAR RUJUKAN
1. Juffrie,M. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta : IDAI. Hal 87-118
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 28
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1985.Buku
Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Infomedika Jakarta.Hal 283 – 312
3. Mansjoer,Arif.2000.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.Jakarta:Media Aesculapius
FKUI.Hal470-475
4. Rudolph,Abraham M.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph.Jakarta:EGC.Hal 1142-1146
5. WHO.2009.Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.Jakarta:WHO.Hal 131 – 155
6. Pusponegoro,Hardiono D.2004.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Jakarta:IDAI.
Hal 49-52.
7. Departemen Kesehatan R.I.1999.Buku Ajar Diare.Pendidikan Medis Pemberantasan Diare
(PMPD).Hal 3 – 135
[Gastroenteritis + Dehidrasi berat] | 29