gambaran faktor-faktor yang berhubungan …simtakp.uui.ac.id/dockti/armayanti-kti_betol.pdf ·...

Download GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN …simtakp.uui.ac.id/dockti/ARMAYANTI-kti_betol.pdf · memberikan masukan dan saran terhadap kesempurnaan isi KTI penulis ini. 6. ... pneumonia,

If you can't read please download the document

Upload: phungphuc

Post on 06-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISPEPSIA

    DI GAMPONG BAROH KECAMATAN PIDIE KABUPATEN PIDIE

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U`budiyah

    Banda Aceh

    Oleh

    ARMAYANTI NIM: 10010121

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH

    TAHUN 2013

  • ABSTRAK

    GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISPEPSIA

    DI GAMPONG BAROH KECAMATAN PIDIE KABUPATEN PIDIE

    Armayanti1, Syahbuddin, SST.M. Kes2

    vi + 36 halaman : 5 tabel + 1 gambar + 9 lampiran

    Latar Belakang: Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuhatau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dyspepsia dalam beberapa waktu (Calcaneus, 2011). Berbagai kondisi bisa menyebabkan dispepsia. Gejala utamanya biasanya adalah rasa sakit di perut bagian atas. Gejala lain yang mungkin tampak adalah rasa panas atau terbakar di bagian dada bawah, kembung, sendawa, merasa cepat kenyang, pusing atau muntah-muntah. Gejala-gejala dyspepsia berkaitan kebiasaan makan. Oleh karena itu sangat dituntut bagi remaja putri agar mempunyai pengetahuan tentang penyakit dispepsia supaya bisa melakukan pencegahan sebelum menderita penyakit tersebut. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie tentang dyspepsia berdasarkan umur dan sumber informasi. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti hanya ingin melihat gambaran pengetahuan remaja putri tentang dispepsia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang ada di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie yang berjumlah 46 orang, dan yang menjadi sampel sebanyak 46 orang (total sampling). Cara pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang dispepsia mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 24 responden (52,2%), responden remaja akhir mayoritas mempunyai pengetahuan yang tinggi (16,7%) dan responden remaja awal mayoritas mempunyai pengetahuan yang rendah (100%), responden yang berada pada kategori pernah mendapatkan informasi tentang dispepsia mayoritas mempunyai pengetahuan yang tinggi (14,3%), dan responden yang tidak pernah mayoritas mempunyai pengetahuan yang rendah (62,5%). Kesimpulan: Dari 46 responden diperoleh hasil bahwa semakin tua umur maka akan semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh. Responden yang mendapatkan informasi cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi, dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan sumber informasi. Kata kunci : Pengetahuan, umur dan sumber informasi. Sumber buku : 13 buku (2000 2010) + 11 situs internet (2012-2013)

    1. Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah 2. Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Karya Tulis ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh

    Banda Aceh, September 2013

    Pembimbing

    (SYAHBUDDIN, S.ST. M. Kes)

    MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

    STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH

    (NUZULUL RAHMI, SST)

  • PENGESAHAN PENGUJI

    Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh

    Banda Aceh, September 2013 Tanda Tangan

    Pembimbing : SYAHBUDDIN, S,ST. M. Kes (_________________)

    Penguji I : AGUSSALIM, SKM. M. Kes (_________________)

    Penguji II : NUZULUL RAHMI, SST (_________________)

    MENYETUJUI KETUA STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH

    (MARNIATI, M. Kes)

    MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

    (NUZULUL RAHMI, SST)

  • KATA PENGANTAR

    Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

    Tulis Ilmiah dengan judul GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG

    BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

    DISPEPSIA DI GAMPONG BAROH KECAMATAN PIDIE KABUPATEN

    PIDIE TAHUN 2013.

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak menerima

    bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis menyampaikan terimakasih kepada:

    1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia.

    2. Ibu Marniati, M. Kes selaku ketua STIKes U`Budiyah Banda Aceh.

    3. Cut Efriana, S.ST selaku ketua prodi Diploma III kebidanan STIKes U`Budiyah

    Banda Aceh.

    4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`Budiyah

    Sigli.

    5. Kepada Bapak Syahbuddin, S.ST. M. Kes selaku pembimbing yang telah banyak

    memberikan masukan dan saran terhadap kesempurnaan isi KTI penulis ini.

    6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh yang

    mendidik dan mengajari penulis menjadi orang yang berguna bagi Agama dan

    Bangsa.

  • 7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak

    menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

    dapat diselesaikan.

    Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis menerima saran

    dan kritikan yang bersifat membangun sehingga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana

    ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

    Amien Ya Rabbal `Alamin

    Sigli, Agustus 2013

    Penulis

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang

    Dispepsia di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 ...................................................................... 30

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Remaja Putri tentang Dispepsia di

    Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 ........................................................................................... 30

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Remaja Putri tentang

    Dispepsia di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 ...................................................................... 31

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri

    Berdasarkan Umur di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 .................................................... 31

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri

    Berdasarkan Sumber Informasi di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 ............................................ 32

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 24

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembaran Kuesioner Lampiran 2 Lembaran Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D-III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda

    Aceh Lampiran 6 Surat Izin Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembaran Jadwal Kegiatan Lampiran 8 Lembaran Konsultasi Lampiran 9 Biodata Penulis

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK ........................................................................................................ i PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... ii PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6 E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Pengetahuan ............................................................. 8 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .................. 10 C. Konsep Dispepsia .................................................................. 13 D. Kerangka Teoritis .................................................................. 22

    BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    A. Kerangka Konsep .................................................................. 23 B. Cara Pengukuran Variabel .................................................... 24 C. Definisi Operasional ............................................................. 25

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ..................................................................... 26 B. Populasi dan Sampel ............................................................ 26 D. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 27 E. Instrumen Penelitian ............................................................. 27 F. Pengumpulan Data ............................................................... 27 G. Pengolahan Data ................................................................... 28 H. Analisa dan Penyajian Data .................................................. 28

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Lokasi Umum Penelitian ...................................................... 29 B. Hasil Penelitian ..................................................................... 29 C. Tabulasi Silang ..................................................................... 31 D. Pembahasan .......................................................................... 32

  • BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... 35 B. Saran-saran ........................................................................... 35

    DAFTAR PUSTAKA KUESIONER

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    WHO (2007) mengungkapkan bahwa dari data di negara barat

    didapatkan angka prevalensinya berkisar 7-14% tapi hanya 10-20% yang

    mencari pertolongan medis. Angka insiden diperkirakan antara 1-8%. Di

    Inggris dan Skandinavia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7 41 %

    tetapi hanya 10 20% yang mencari pertolongan medis. Insiden dyspepsia

    pertahun diperkirakan antara 1 8 %. Di negara barat prevalensi yang

    dilaporkan antara 23% dan 41%. Sekitar 4 % penderita berkunjung kedokter

    umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Didaerah Asia Pasifik, dyspepsia juga

    merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 20 %

    (Oreontz. 2011).

    Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab

    terjadinya gangguan saluran pencernaan. Dispepsia merupakan salah satu

    gangguan pencernaan yang paling banyak diderita. Dispepsia merupakan istilah

    yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut

    (Setyono, 2006).

    Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas

    atau dada yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuhatau rasa

    sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena

  • dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena

    dyspepsia dalam beberapa waktu (Calcaneus, 2011).

    Dispepsia bisa mengenai orang dari berbagai usia, laki-laki atau

    perempuan. Sebanyak 1 dari 4 orang pernah mendapatkan dispepsia. Ada

    definisi lain mengenai dispepsia, sebuah istilah yang menggambarkan rasa sakit

    dan kadang gejala yang muncul dari bagian atas perut. Penyebabnya beragam

    dan cara pengobatannya tergantung darigejala yang tampak (Ikhsanuddin,

    2012).

    Berbagai kondisi bisa menyebabkan dispepsia. Gejala utamanya

    biasanya adalah rasa sakit di perut bagian atas. Gejala lain yang mungkin

    tampak adalah rasa panas atau terbakar di bagian dada bawah, kembung,

    sendawa, merasa cepat kenyang, pusing atau muntah-muntah. Gejala-gejala

    dyspepsia berkaitan dengan makan (Ikhsanuddin, 2012).

    Dispepsia merupakan sekumpulan gejala seperti rasa panas di ulu hati,

    perih, mual dan kembung. Penyebab dyspepsia bermacam-macam, diantaranya

    tukak lambung dan peradangan pada lapisan lambung yang disebabkan oleh

    infeksi, alcohol, merokok, penurunan tekanan spingter esophagus bawah, stress

    emosional, makanan yang dapat memicu sekresi lambung berlebihan, seperti

    kopi, alergi atau sensitive terhadap makanan seperti merica, cabe, jahe dan

    rempah lainnya. Faktor yang lain adalah kebiasaan makan sambil bicara atau

    gigi tanggal sehingga udara tertelah ketika makan menyebabkan perut kembung

    dan rasa penuh di perut (Setyono, 2006).

  • Melihat gejala-gejala yang disebutkan tadi, orang pasti sudah tahu

    mengenai definisi dispepsia. Namun kali ini, mereka baru bisa paham secara

    keseluruhan bahwa kondisi yang seperti itulah yang disebut dengan dispepsia.

    Kebanyakan orang pernah merasakan dyspepsia atau sering juga disebut dengan

    salah cerna atau salah makan (Ikhsanuddin, 2012).

    Dispepsia umumnya tidak termasuk dalamkondisi yang

    mengkhawatirkan tetapi dyspepsia memunculkan banyak kondisi yang tidak

    nyaman dan mempengaruhi perasaan atau mood seseorang (Ikhsanuddin,

    2012).

    Rasa sakit atau tidak nyaman bernama dyspepsia ini biasanya bertahan

    selama 4 minggu atau lebih. Tetapi kondisi dyspepsia ini selalu datang dan

    pergi. Tidak menetap terlalu lama untuk kemudian datang kembali dan

    menganggu. Itulah sebabnya banyak orang tidak menemui dokter ketika

    mengalami dyspepsia dan mereka lebih memilih mendapatkan obat bebas yang

    bisa dibeli di apotik atau toko obat untuk menyembuhkan dispepsia yang

    dialaminya (Ikhsanuddin, 2012).

    Dispepsia merupakan penyakit yang banyak diderita manusia,

    berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang

    dewasa pernah mengalami dyspepsia dalam beberapa hari.

    Menurut Depkes (2011), dyspepsia berada pada peringkat ke 10 dengan

    proporsi 1,5% untuk kategori 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan

    diseluruh rumah sakit di Indonesia. Tahun 2004 dispepsia menempati urutan ke

    15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia

  • dengan proporsi 1,3 % dan menempati urutan ke 35 dari 50 penyakit penyebab

    kematian. Survei yang dilakukan dr Ari F. Syamdari FKUI pada tahun 2001

    dari 93 pasien yang diteliti, hampir 50% mengalami dispepsia (Oreontz. 2011).

    Berdasarkan data dari Kepala Bagian Hukum dan Humas RSU Zainal

    Abidin, menyebutkan bahwa 10 besar penyakit yang tercatat di Rekam Medik,

    penyakit dyspepsia merupakan penyakit yang paling banyak di derita pasien.

    Ke-10 penyakit terbesar itu diantaranya, dispepsia, hipertensi, tubercolusis,

    diabetes, pneumonia, diare, stroke, kronik, septicaemia dan congestive. 10 besar

    penyakit itu, penderita dyspepsialah yang mendominasi yakni mencapai 924

    orang.

    Mengenai jumlah penderita dyspepsia di Kabupaten Pidie, tercatat

    sebanyak 165 kasus dispepsia yang di rawat di rumah sakit (Dinkes Pidie,

    2013). Berdasarkan pengambilan data awal di Gampong Baroh Kecamatan

    Pidie Kabupaten Pidie, jumlah penduduk di gampong ini sebanyak 1.826

    orang, yang terdiri dari 713 laki-laki dan 1113 perempuan. Jumlah remaja putri

    yang ada Gampong ini sebanyak 46 orang (Register Penduduk Gampong

    Baroh, 2013).

    Penulis juga melakukan wawancara dengan 10 remaja putri yang

    berumur 12 14 tahun untuk mengetahui sejauh mana gambaran pengetahuan

    remaja putri tentang dispepsia, dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa

    remaja putri di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie tidak begitu

    tahu penyakit dispepsia, mereka mengatakan tidak pernah mendapatkan

  • informasi mengenai dispepsia sehingga turut mempengaruhi pengetahuan

    mereka tentang penyakit tersebut.

    Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk

    meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia di

    Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan

    dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran pengetahuan remaja

    putri tentang dispepsia di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten

    Pidie ditinjau berdasarkan pola makan dan sumber informasi?.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dispepsia di

    Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie..

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui gambaran faktor yang berhubungan dengan

    pengetahuan remaja putri di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten

    Pidie tentang dyspepsia berdasarkan umur.

    b. Untuk mengetahui gambaran faktor yang berhubungan dengan

    pengetahuan remaja putri di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten

    Pidie tentang dyspepsia berdasarkan sumber informasi.

  • D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Peneliti dapat mengetahui lebih banyak tentang dyspepsia pada remaja putri,

    dan juga dapat mengetahui seberapa baik pengetahuan siswa tentang dispepsia.

    2. Bagi siswa

    Dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri khususnya tentang dispepsia.

    3. Bagi Institusi Pendidikan

    Dapat bermanfaat bagimahasiswa Stikes U`budiyah dan sebagai masukan bagi

    mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang dispepsia.

    4. Bagi Peneliti Lainnya

    Bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan referensi

    dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam melakukan

    penelitian lebih lanjut.

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

    Tingkat pengetahuan domain kognitif menurut Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: a. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau di baca sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau di baca, termasuk rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat yang paling rendah.

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

    benar suatu objek yang telah di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi

    tersebut secara benar. Orang-orang yang telah paham objek atau materi harus

    dapat menjelaskan atau menyebutkan contoh, menyempurnakan, meramalkan

    dan sebagainya terhadap suatu objek yang telah dipelajari.

    c. Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi yang dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan suatu hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi lain.

    d. Analisa (Analysis)

    Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    e. Sintesis (Syntesis )

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi yang ada.

  • f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

    Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran pengetahuan di bagi atas

    tiga kategori, yaitu:

    a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%

    b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%

    c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%.

    B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu

    pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan

    sumber informasi Informasi (Ramadhan, 2013).

    1. Umur

    Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Biasanya semakin dewasa maka cenderung semakin menyadari dan mengetahui tentang permasalahan yang sebenarnya. Semakin bertambah umur maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam bertindak (Hurlock, 2005).

    Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2003).

    Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau mkhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misal, umur

  • manusia dikatakan lima belas tahun di ukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Hardiwinoto, 2011).

    Menurut Widyastuti (2011), katagori umur dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Masa Remaja awal (usia 10 12 tahun).

    b. Pada masa remaja tengah (13-15 tahun).

    c. Masa remaja Akhir (16-19 tahun)

    2. Sumber Informasi

    Menurut Gordon (dalam Rochaety dkk, 2008) sumber informasi

    adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti

    bagi penerima dan memiliki nilai nyata yang dibutuhkan untuk proses

    pengambilan keputusan saat ini maupun saat mendatang.

    Budi Sutedjo (dalam Rochaety dkk, 2008) sumber informasi

    merupakan hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem

    tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan

    pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan dalam pemahaman fakta-fakta

    yang ada.

    Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi

    tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh

    informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas

    (Notoadmodjo, 2003).

    Notoatmodjo (2005) menyebutkan sumber informasi

    mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam

  • kaitannya dengan kelompok manusia memberi kemungkinan untuk

    mempengaruhi anggota- anggota. Seseorang di dalam proses pendidikan

    untuk memudahkan mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan

    berbagai macam alat bantu belajar dengan menggunakan brebagai sumber

    media akan membantu dalam melakukan penyuluhan kesehatan. Dengan

    demikian pesan yang disampaikan akan dapat lebih mengerti terhadap data

    dan fakta kesehatan yang dianggap sulit atau rumit sehinggga mereka

    dapat mengerti betapa bernilainya kesehatan, (alat bantu media menurut

    Notoadmodjo (2005), dapat dibagi dalam 3 tiga macam :

    a. Media Cetak

    Yaitu sarana komunikasi untuk penyampaian pesan kesehatan dengan variasi seperti: (1) Booklet. Suatu media untuk penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan maupun gambar. (2) Leafer. Bentuk penyampaian informasi melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun dalam bentuk gambar. (3) Selembaran. (4) Lembar Balik (Flip Chart). Bentuk penyampaian pesan atau informasi- informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik di mana tiap lembar berisi gambaran peragaan dan dibaliknya berisi kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan dengan kesehatan. (6) Foster. Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.

    b. Media Elektronika

    Media sarana komunikasi merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan elektronik terdiri dari televisi, radio, video dan lain-lain. Untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi.

    c. Media Papan

    Papan yang dipasang di tempat-tempat umum yang diisi dengan pesan-pesan atau iformasi kesehatan. Pengukuran sumber informasi dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :

    (Ramadhan, 2013)

  • a. Pernah bila 4 sumber informasi

    b. Tidak Pernah bila < 4 sumber informasi

    C. Konsep Pengetahuan Dispepsia

    1. Pengertian Dispepsia

    Dispepsia adalah gangguan perut sebelah atas, tengah (bukan sisi kiri atau kanan), ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa dengan mual-mual, perut keras, bahkan sampai muntah (Puspitasari, 2010).

    Dispepsia adalah rasa nyeri atau perasaan tidak nyaman pada perut bagian atas. Keluhan yang timbul adalah rasa nyeri pada ulu hati, mual, kembung, muntah, dan cepat kenyang. Dispepsia dibedakan menjadi dispepsia organik dan dispepsia fungional. Dispepsia organik, jika keluhan yang timbul disebabkan karena kelainan organ tubuh seperti tukak lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan sebagainya. Selain itu, obat-obatan rematik, beberapa antibiotik, penyakit diabetes melitus, dan penyakit jantung juga dapat menimbulkan dispepsia organik. Dispepsia fungsional berupa keluhan dispepsia yang telah berlangsung beberapa minggu tanpa didapat kelainan atau gangguan struktural organ tubuh berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (Muslimah, 2009).

    Dispepsia adalah kumpulan gejala yang paling sering timbul pada kelainan dalam saluran pencernaan makanan pada umumnya, sering dokter umum memberikan diagnosis gastritis pada penderitanya, meskipun sudah diketahui bahwa gastritis kronika belum terbukti berkaitan sebagai penyebab langsung. Dispepsia sebenarnya berarti pencernaan yang salah, dan pada waktu sekarang dipakai untuk menyatakan sekumpulan gejala dari saluran pencernaan makanan bagian atas, termasuk gejala-gejala nyeri tak enak, rasa penuh habis makan, kembung, bersendawa, anoreksia, mual, muntah, panas daerah jantung, dan regurgitasi (Pangalila, 2004).

    Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/ gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/ sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heatburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk pengertian dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu dispepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya, dan dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispepsia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya (Mansjoer, 2001).

    Dispepsia adalah gangguan pencernaan, merupakan kasus yang cukup banyak, sampai 40% dari seluruh kasus penyakit yang datang ke poliklinik umum dan penyakit dalam RSU, puskesmas atau bahkan praktek-praktek dokter. Dari semua kasus dispepsia, 30% karena gangguan fisik/ organic tanpa problem psikis, sedangkan yang 70% terjadi karena gangguan fisik/ organic

  • yang dilatarbelakangi oleh timbulnya stress psikis (kecemasan) (Wicaksana, 2008).

    2. Penyebab Dispepsia

    Dispepsia terjadi karena fungsi otot lambung dalam menyerap makanan lemah. Dispepsia merupakan bentuk gangguan pada pencernaan yang agak sulit disembuhkan. Penyebab dispepsia antara lain adalah diet yang terlalu ketat, pola makanan yang tidak teratur, dan ketakunan atau tekanan jiwa (stress). Gejala awalnya berupa perut kembung dan gampang masuk angin (Ali, 2006).

    Dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan (Calcaneus, 2012).

    Penyebab dispepsia secara rinci adalah (Calcaneus, 2012):

    a. Menelan udara (aerofagi)

    b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

    c. Iritasi lambung (gastritis)

    d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

    e. Kanker lambung

    f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

    g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

    h. Kelainan gerakan usus

    i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

    j. Infeksi Helicobacter pylory

    3. Manifestasi Klinik Dispepsia

    Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe (Mansjoer, 2001):

    a. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan

    gejala:

  • 1) Nyeri epigastrium terlokalisasi

    2) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid

    3) Nyeri saat lapar

    4) Nyeri episodik

    5) Mudah kenyang

    6) Perut cepat terasa penuh saat makan

    7) Mual

    8) Muntah

    9) Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

    10) Rasa tak nyaman bertambah saat makan

    b. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like

    dyspesia), dengan gejala:

    1) Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) .

    Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat,

    serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya.

    Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga

    bulan.

    Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada

    mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras

    (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk

    nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.

    Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit,

    diare dan flatulensi (perut kembung).

    Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu,

    atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai

  • penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka

    penderita harus menjalani pemeriksaan.

    Dispepsia merupakan kumpulan gejala-gejala di mana pada

    suatu keadaan satu gejala lebih dominan dari yang lain, sehingga

    seringkali dibagi gejala-gejala ini dalam beberapa sub-group

    (Akhwat, 2009):

    a. Dispepsia tipe refluks yaitu adanya rasa terbakar pada epigastrium,

    dada atau regurgitasi dengan gejala perasaan asam di mulut.

    b. Dispepsia tipe dismotilitas yaitu nyeri epigastrium yang bertambah

    sakit setelah makan, disertai kembung, cepat kenyang , rasa penuh

    setelah makan, mual atau muntah, bersendawa dan banyak flatus.

    c. Dispepsia tipe ulkus yaitu nyeri epigastrium yang mereda bila makan

    atau minum antasid dan nyeri biasanya terjadi sebelum makan dan

    tengah malam.

    d. Dispepsia non-spesifik yaitu dispepsia yang tidak bisa digolongkan

    dalam satu kategori di atas.

    e. Dispepsia tipe refluks biasanya terbukti secara endoskopi atau monitor

    PH ambulatoar sehingga sebaiknya tipe ini langsung kita obati sebagai

    penyakit refluks gastroesophageal.

    f. Beberapa pasien dengan dispepsia tipe dismotilitas ternyata menderita

    ulkus peptikum sebaliknya penderita dengan dispepsia tipe ulkus

    menderita DNU (Dispepsia non ulkus).

    4. Macam-macam dispepsia

  • Ada dua macam dispepsia, yaitu (Puspitasari, 2010): a. ulkus like dyspepsia (nyeri timbul bila terlambat makan/ tak ada makanan)

    b. dismotility like dyspepsia (rasa cepat penuh/ kenyang, nyeri setelah makan

    walaupun tidak makan banyak)

    Walaupun mempunyai tanda yang berbeda, kedua dispepsia ini penyebabnya sama, yakni adanya ketidakseimbangan antara faktor defendit (faktor pertahanan) dengan faktor agresif (faktor penyerang). Dalam keadaan fisiologi normal, di dalam lambung kita terdapat asam lambung (HCL) yang diperlukan oleh tubuh, salah satunyaa sebagai disinfektan terhadap kuman yang masuk bersama makanan dan minuman. Kadar HCL lambung di jaga penetralannya yang sifanya basa/ alkali, yakni adanya mucus (cairan kental yang disekresi/ dikeluarkan oleh sel dalam lambung), bikarbonat. Bikarbonat bersifat basa. Selain itu, adanya senyawa pelindung sel mukosa dan epidel lambung disebut prostaglandin (PG) yang diproduksi oleh salah satu reseptor dalam lambung (sel parietal). Masih ditambah adanya gastrin (mucus juga) yang sama dengan PG bersifat citoprotektif (pelindung sel), dengan demikian yang disebut dengan faktor agresif adalah HCL lambung yang bila kadarnya tinggi mampu merusak sel-sel dalam lambung, dan faktor defensive mucus bikarbonat, PG dan gastrin (Puspitasari, 2010). c. Pencegahan Dispepsia

    5. Pencegahan Dispepsia

    Pencegahan dispepsia dapat dilakukan dengan cara (Farmamedia, 2012): a. Kurangi makan, dan makan pada frekuensi yang lebih sering. Kunyah

    makanan secara perlahan dan sempurna. Hindari segala sesuatu yang

    memicu dispepsia, seperti makanan berlemak dan pedas, minuman

    berkarbonasi, kafein dan alkohol.

    b. Hindari merokok

    c. Menjaga berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada

    abdomen, mendorong perut dan menyebabkan asam kembali ke

    esophagus.

  • d. Olahraga secara teratur dan ringan. Aktivitas fisik selama 30-60 menit

    setiap hari dalam seminggu. Dapat juga dilakukan dengan sederhana

    seperti berjalan-jalan pada malam hari setelah makan. Jangan berbaring

    secara tiba-tiba setelah makan.

    e. Kelola stres. Ciptakan suasana tenang pada waktu makan. Melatih teknik

    relaksasi seperti mengambil napas dalam, meditasi atau yoga. Habiskan

    waktu mengerjakan sesuatu yang menyenangkan.

    Orang yang mengalami dispepsia mungkin karena mengkombinasi makanan yang salah, berikut ini beberapa makanan yang jangan dikombinasikan secara bersamaan ( Farmamedia, 2012). a. Protein dan sayuran berdaun hijau tua merupakan kombinasi yang baik dan

    membantu satu sama lain dari kerusakan dan asimilasi nutrien.

    b. Tepung dan sayuran hijau baik dikombinasi.

    c. Buah-buahan harus selalu dimakan pada keadaan lambung yang sama

    sekali kosong.

    d. Jangan mengkombinasi makanan dengan gula atau soda yang mengandung

    gula, dan lain-lain.

    e. Jangan mengkombinasi lebih dari satu protein makanan setiap kali makan.

    6. Pengobatan Dispepsia

    Prinsip sederhana yang dipakai untuk pengobatan dispepsia adalah menyeimbangkan faktor agresif dengan faktor defensive, utamanya dengan menghindari pencetus dispepsia, yakni menghindari makanan, obat, stress, hawa dingin (Puspitasari, 2010).

    Penggunaan obat pada dispepsia dapat berupa obat-obatan sebagai berikut (Farmamedia, 2012): a. Antasida adalah komponen kimia lemah diberikan untuk menetralkan

    kelebihan asam. Antasida meringankan gangguan keasaman lambung,

  • gangguan lambung, lambung asam dan heartburn. Antasida terutama

    membantu pada radang dinding lambung oleh karena terlalu banyak asam.

    Komponen utama antasida adalah magnesium hidroksida dan aluminium

    hidroksida. Sering keduanya dikombinasi untuk mengatasi efek samping

    seperti diare yang disebabkan oleh magnesium dan konstipasi yang

    disebabkan oleh aluminium. Komponen tambahan dalam formula seperti

    dimethicone, untuk mengurangi nyeri karena gas (flatulen) dan asam

    alginat, yang membentuk floating dan membantu barier lambung dan

    mencegah refluks asam. Penggunaan antasida yang berlebihan dapat

    menyebabkan atau meningkatkan keparahan atau gangguan ginjal.

    Antasida yang berbasis kalsium menyebabkan pembentukan batu ginjal.

    Obat-obat: aluminum hidroksida, kalsium karbonat, magnesium

    hidroksida.

    b. Prokinetik (seperti domperidon). Bekerja mendorong otot di sekitar

    lambung dan usus halus berkontraksi kemudian memindahkan komponen

    ke usus besar dan meninggalkan lambung. Prokinetik dianjurkan untuk

    digunakan pada dispepsia yang berhubungan dengan bloating. Efek

    samping utama obat ini adalah meningkatkan produksi susu, mungkin

    dengan meningkatkan produksi prolaktin oleh kelenjar pituitary.

    c. Antagonis H2 adalah antagonis histamin tipe 2 (contoh: simetidin,

    ranitidin, nizatidin, dan famotidin). Secara kompetitif dan reversibel

    mengikat reseptor H2 pada sel parietal menyebabkan inhibisi yang

    tergantung dari sekresi asam lambung. Perhatian pada penggunaan

  • simetidin bersama pengobatan lain, karena antagonis H2 merupakan

    inhibitor enzim yang poten yang mencegah metabolisme obat.

    D. Kerangka Teoritis

    Berdasarkan intisari teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kerangka teori penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    Menurut Hurlock, (2005): - Umur

    Menurut Notoatmodjo,(2005): - Sumber informasi

    Pengetahuan remaja putri tentang dispepsia

  • BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    A. Kerangka Konsep Penelitian

    Rancangan penelitian ini dikembangkan berdasarkan konsep pengetahuan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) yang menyatakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

    Adapun kerangka konsep kerja penelitian ini adalah meliputi input, proses dan output, yaitu sebagai berikut: Independent Dependent

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    - Umur Pengetahuan remaja putri tentang dispepsia - Sumber

    Informasi

  • B. Cara Pengukuran Variabel Penelitian

    Penelitian yang dilakukan yaitu dengan cara memberikan skor 1 pada jawaban yang benar dan skor 0 diberikan pada jawaban yang salah.

    1. Pengetahuan siswa tentang dispepsia dikategorikan sebagai berikut

    (Notoatmodjo, 2003).

    d. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%, (benar 13 - 16

    soal).

    e. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%.(benar 9 - 12

    soal).

    f. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56% (benar 0-8 soal)

    2. Katagori umur dibagi dalam 3 kategori, yaitu (Widyastuti, 2011):

    d. Masa Remaja awal (usia 10 12 tahun).

    e. Pada masa remaja tengah (13-15 tahun).

    f. Masa remaja Akhir (16-19 tahun)

    3. Sumber informasi Pengukuran sumber informasi dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :

    (Ramadhan, 2013) c. Pernah bila 4 sumber informasi

    d. Tidak Pernah bila < 4 sumber informasi

  • C. Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional Cara ukur Alat ukur Skala Hasil ukur

    Variabel dependent 1 Pengetahuan

    siswa tentangdispepsia

    Segala sesuatu yang diketahui remaja putri tentang dispepsia

    Mengedarkan kuesioner dan wawancara, dengan kriteria hasil:

    - Tinggi: Jika responden menjawab benar 76 % - 100%, (benar 13 - 16 soal).

    - Sedang: Jika responden menjawab benar 56% - 75%.(benar 9 - 12 soal).

    - Rendah : Jika responden menjawab benar < 56% (benar 0-8 soal)

    - Kuesioner

    Ordinal - Tinggi - Sedang - Rendah

    Variabel independent

    2 Umur Lamanya hidup responden sampai dengan tahun yang teakhir

    Mengedarkan kuesioner dan wawancara, dengan kriteria hasil: - Masa

    Remaja awal (usia 10 12 tahun).

    - Pada masa

    - Kuesioner

    Ordinal - Dewasa awal - Dewasa

    menengah - Dewasa akhir

  • No Variabel Definisi

    Operasional Cara ukur Alat ukur Skala Hasil ukur

    remaja tengah (13-15 tahun).

    - Masa remaja Akhir (16-19 tahun)

    3 Sumber informasi

    Media yang diterima remaja putri tentang dispepsia

    Mengedarkan kuesioner dan wawancara, dengan kriteria hasil: e. Pernah bila 4 sumber informasi

    f. Tidak Pernah bila < 4 sumber informasi

    - Kuesioner

    Ordinal - Pernah - Tidak pernah

  • BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross

    sectional, yaitu peneliti hanya ingin melihat gambaran pengetahuan remaja putri

    tentang dispepsia.

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik

    tertentu (Sastroasmoro, 2008).

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di teliti, populasi

    dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang ada di Gampong Baroh

    Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie pada bulan Juli tahun 2013 yang berjumlah

    46 orang.

    2. Sampel

    Mengingat jumlah sampel yang tidak terlalu banyak, maka penulis

    menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi

    dijadikan sampel, yaitu sebanyak 46 orang (total sampling)

  • C. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat

    Penelitian ini dilakukan di Gampong Baroh Kecamatan Pidie

    Kabupaten Pidie.

    2. Waktu

    Waktu penelitian dilaksanakan pada Agustus 2013.

    D. Instrumen Penelitian

    Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

    kuesioner yang menyediakan jawaban alternatif dan responden hanya memilih

    jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Dengan membagikan kuesioner yang

    berisi 16 pertanyaan mengenai pengetahuan remaja putri tentang dispepsia, 1

    pertanyaan tentang pola makan dan 2 pertanyaan tentang sumber informasi,

    responden cukup memberikan checklist pada kolom jawaban yang telah

    disediakan.

    E. Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Pengumpulan data primer dilakukan dengan peninjauan langsung ke

    lapangan dengan menggunakan kuesioner yang telah peneliti persiapkan

    sebelumnya.

    2. Data Sekunder

    Data yang diperoleh dari Keuchik Gampong Baroh Kecamatan Pidie

    Kabupaten Pidie serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan

    dengan penelitian serta pendukung lainnya.

  • F. Pengolahan Data

    1. Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan memakai tekhnik manual,

    pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut (Budiarto, 2002):

    Editing : Langkah ini bertujuan agar data yang di peroleh dapat

    diolah dengan baik untuk mendapatkan informasi

    yang tepat.

    Coding : Yaitu memberikat kode atau angka tertentu

    terhadap kuesioner yang diajukan.

    Transfering : Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara

    berurutan mulai dari responden pertama sampai

    responden terakhir untuk dimasukkan dalam tabel.

    Tabulating : Yaitu data yang dikumpulkan ditabulasi dalam

    bentuk tabel distribusi frekwensi.

    G. Analisa dan Penyajian Data

    1. Analisa Univariat

    Analisa dilakukan untuk masing-masing veriabel yaitu dengan melihat

    persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus

    (Budiarto, 2002) sebagai berikut:

    =

    100%

    Keterangan :

    P = presentase

    f = frekuensi teramati

  • n = jumlah responden yang menjadi sampel

    2. Analisa Bivariat

    Data diolah dengan tabulasi silang dan dibahas dalam bentuk narasi.

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Umum Lokasi Penelitian

    1. Keadaan Geografis

    Gampong Baroh adalah salah satu Gampong yang ada di Kemukiman

    Gampong Lhang Kecamatan Pidie dan terletak di Km 115. Batas-batas

    wilayah Gampong Baroh adalah sebagai berikut:

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Persawahan

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Mesjid Runtoh

    c. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Puuk

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Lampeudue Tunong

    2. Keadaan Demografis

    Jumlah penduduk yang mendiami Gampong Baroh sebanyak 1.826

    orang, yang terdiri dari 713 laki-laki dan 1113 perempuan, dengan jumlah

    Kepala Keluarga (KK) sebanyak 432. Mata pencarian utama penduduk adalah

    sebagai petani, PNS dan petambak.

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan kuesioner yang telah penulis sebarkan dan penulis lakukan

    pengolahan data serta penulis analisa, maka memperoleh hasil sebagai berikut :

    1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia

  • Tabel 5.1

    Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia di Gampong Baroh Kecamatan Pidie

    Kabupaten Pidie Tahun 2013

    No Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)

    1 Tinggi 6 13.0

    2 Sedang 16 34.8

    3 Rendah 24 52.2

    46 100JumlahSumber:Data Primer (diolah)2013

    Berdasarkan tabel 5.1 diatas terlihat bahwa pengetahuan remaja

    putri tentang dispepsia mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu

    sebanyak 24 responden (52,2%).

    2. Umur

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Remaja Putri tentang Dispepsia di

    Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013

    No Umur Frekuensi (F) Persentase (%)

    1 Remaja awal 5 10.92 Remaja Tengah 11 23.9

    3 Remaja Akhir 30 65.2

    46 100Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013

    Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa mayoritas

    responden berada pada kategori umur remaja akhir, yaitu sebanyak 30

    responden (65,2%).

  • 3. Sumber Informasi

    Tabel 5.3

    Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Remaja Putri tentang Dispepsia di Gampong Baroh Kecamatan Pidie

    Kabupaten Pidie Tahun 2013

    No Sumber Informasi Frekuensi (F) Persentase (%)

    1 Pernah 14 30.4

    2 Tidak Pernah 32 69.6

    46 100JumlahSumber:Data Primer (diolah)2013

    Berdasarkan tabel 5.3 diatas terlihat bahwa mayoritas

    responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang dispepsia,

    yaitu sebanyak 32 responden (69,6%)

    C. Tabulasi silang

    1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia berdasarkan Umur

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri

    Dispepsia Berdasarkan Umur di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie

    Tahun 2013

    Tinggi % Sedang % Rendah %

    1 Remaja awal 0 0.0 0 0 5 100 5 100

    2 Remaja tengah 1 9.1 3 27.3 7 63.6 11 100

    3 Remaja akhir 5 16.7 13 43.3 12 40.0 30 1006 16 24 46Jumlah

    F %Pengetahuan

    No Umur

    Sumber:Data Primer (diolah) 2013

    Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden remaja

    akhir mayoritas mempunyai pengetahuan yang tinggi (16,7%) dan

  • responden remaja awal mayoritas mempunyai pengetahuan yang rendah

    (100%).

    2. Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia berdasarkan Sumber Informasi

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri

    Dispepsia Berdasarkan Sumber Informasi di Gampong Baroh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie

    Tahun 2013

    Tinggi % Sedang % Rendah %

    1 Pernah 2 14.3 8 57.1 4 28.6 14 1002 Tidak

    Pernah4 12.5 8 25.0 20 62.5 32 100

    6 16 24 46Jumlah

    F %Pengetahuan

    NoSumber

    Informasi

    Sumber:Data Primer (diolah) 2013

    Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berada pada

    kategori pernah mayoritas mempunyai pengetahuan yang tinggi (14,3%),

    dan responden yang tidak pernah mayoritas mempunyai pengetahuan

    yang rendah (62,5%).

    D. Pembahasan

    1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia berdasarkan Umur

    Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden remaja

    akhir mayoritas mempunyai pengetahuan yang tinggi (16,7%) dan responden

    remaja awal semuanya mempunyai pengetahuan yang rendah.

  • Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan.

    Umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering

    menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga

    dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Biasanya semakin dewasa maka

    cenderung semakin menyadari dan mengetahui tentang permasalahan yang

    sebenarnya. Semakin bertambah umur maka semakin banyak pengalaman yang

    diperoleh, sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan

    intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam

    bertindak (Hurlock, 2005).

    Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa responden yang

    berumur lebih tua akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi, hal ini

    disebabkan oleh semakin tua umur seseorang dalam batas normal maka akan

    semakin mudah memilah informasi yang diterima, sehingga turut

    mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (2005) yang menyatakan

    bahwa semakin dewasa maka cenderung semakin menyadari dan mengetahui

    tentang masalah yang sebenarnya. Semakin bertambah usia maka semakin

    banyak pengalaman yang diperoleh, sehingga dapat meningkatkan kematangan

    mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana

    dalam bertindak.

  • 2. Pengetahuan Remaja Putri tentang Dispepsia berdasarkan Sumber

    Informasi

    Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berada pada

    kategori pernah mayoritas mempunyai pengetahuan yang tinggi (14,3%), dan

    responden yang tidak pernah mayoritas mempunyai pengetahuan yang rendah

    (62,5%).

    Menurut Gordon (dalam Rochaety dkk, 2008) sumber informasi

    adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti

    bagi penerima dan memiliki nilai nyata yang dibutuhkan untuk proses

    pengambilan keputusan saat ini maupun saat mendatang.

    Menurut hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa semakin banyak

    sumber informasi yang diperoleh oleh responden, maka akan semakin tinggi

    pengetahuan yang diperolehnya. Ini disebabkan adanya hubungan timbal balik

    yang sangat berarti antara sumber informasi yang diperoleh dengan

    pengetahuan yang didapatkan.

    Asumsi peneliti sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

    Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa Informasi yang diperoleh dari

    berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila

    seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai

    pengetahuan yang lebih luas.

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang

    sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

    A. Kesimpulan

    1. Semakin tua umur maka akan semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh.

    2. Responden yang mendapatkan informasi cenderung mempunyai pengetahuan

    yang tinggi, dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan sumber

    informasi.

    B. Saran-saran

    1.Bagi Peneliti

    Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui lebih banyak

    tentang dyspepsia pada remaja putri, dan juga dapat mengetahui seberapa baik

    pengetahuan siswa tentang dispepsia.

    2.Bagi Remaja Putri

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja

    putri khususnya tentang dispepsia.

    3.Bagi Institusi Pendidikan

  • Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagimahasiswa Stikes

    U`Budiyah dan sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan

    penelitian selanjutnya tentang dispepsia.

    4.Bagi Peneliti Lainnya

    Melalui penelitian ini diharapkan bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan dan

    dijadikan sebagai bahan referensi dan hasil penelitian ini dapat dijadikan

    sebagai bahan dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Iskandar. (2006). Sehat dengan Ramuan Tradisional, Mengatasi Gangguan pada Pencernaan dengan Ramuan Tradisional. Erlangga: Jakarta

    Akhwat, (2009). Penyakit Dispepsia jangan Dianggap Remeh. [Online] dari:

    akhwat.net/penyakit-dispepsia-jangan-dianggap-remeh.html (Diakses 27 Januari 2013)

    Budiarto, (2002), Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC:

    Jakarta Calceneus, (2011). Dispepsia. [Online] dari: http:www.tbmcancaleus.org/

    dispepsia.html (Diakses 11 Februari 2013) Dachlia, (2000), Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Beresiko

    Terinfeksi HIV pada Pelaut/ Pekerja Pelabuhan di Jakarta, Manado dan Surabaya (Tesis) Universitas Jakarta: Indonesia

    Farmamedia, (2012). Dispepsia. [Online] http:www.farmamedia.net/2012/

    07/dispepsia.html (Diakses 28 Januari 2013). Hurlock. 2005. Psikologi Perkembangan. Arca Medica: Jakarta Ikhsanuddin. (2012). Defisi Dispepsia. [Online] dari: http: artikel kesehatan

    wanita.com/ definisi-dispepsia.html (Diakses 27 Januari 2013) Mansjoer, (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta Muslimah, (2009). Penyakit Dispepsia jangan Dianggap Remeh. [Online] dari:

    akhwat.net/penyakit-dispepsia-jangan-dianggap-remeh.html (Diakses 27 Januari 2013)

    Notoatmodjo, Soekidjo, (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta ___________, (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Rineka Cipta,

    Jakarta ___________, (2012), Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta:

    Jakarta Oreontz Blog, (2011), KTI Dispepsia. [Online] dari: http:www.oreontz.blogspot.

    com/2011 (Diakses 27 Januari 2013)

  • Ramadhan, Danzel. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. [Online] dari: http://danzelramadhan.blogspot.com/2013/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html (Diakses 23 Juli 2013).

    Pangalila, (2004). Dispepsia Fungsional. Juornal (Universitas Tarumanegara) Panuluh, Damar. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. [Online]

    dari: http:www.satriodamarpanuluh.blogspot.com (Diakses 27 Januari 2013)

    Puspitasari, Ika. (2010). Jadi Dokter untuk Diri Sendiri. Bintang Pustaka: Jakarta Ramadhan, Danzel. (2013). Cara Pengukuran Sumber Informasi. [Online] dari

    http://danzelramadhan.blogspot.com/2013/07/cara-pengukuran-sumber-informasi.html (Diakses 21 Juli 2013)

    Sastroasmoro, (2008), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto:

    Jakarta Setyono, Joko. (2006). Karakteristik Penderita Dispepsia di RSUD Prof. dr.

    Margono Soekarjo Purwokerto. (Journal) Soedirman Universiti Wicaksana, Inu, (2008). Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa. Media Aeculapius: Jakarta Widiyastuti. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi umur.Online;http.faktor-faktor

    yang mempengaruhi pengetahuan (Diakses 22 Mei 2013) Wikipedia, (2012). Jenis Kelamin. [online] dari:

    http:id.wikipedia.org/wiki/jeniskelamin (Diakses 27 Januari 2013)

  • KUESIONER PENELITIAN

    GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISPEPSIA DI GAMPONG

    BAROH KECAMATAN PIDIE KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013

    Petunjuk Pengisian:

    Berikan tanda Ceklist () pada salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat

    dan benar

    I. Karakteristik Responden

    Isilah sesuai dengan kriteria Anda

    a. Nomor responden :

    b. Inisial Responden :

    II. Umur

    Berapa umur anda saat ini ?

    10 12 tahun

    13 15 tahun

    16 19 tahun

    III. Sumber Informasi

    1. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang dispepsia (nyeri perut)?

    Pernah

    Tidak pernah

    2. Kalau pernah darimana saudara dapatkan? (Boleh mencontreng lebih dari satu di kolom berapa kali

    a. Radio

    b. Tv

    c. Surat kabar

    d. Majalah

  • e. Koran

    f. Poster

    g. Internet

    h. Teman

    i. Guru

    j. Penyuluh kesehatan

    k. Lainnya, sebutkan .

    IV. Pengetahuan Responden

    1. Pengertian dispepsia adalah

    a. Rasa sakit di kepala

    b. Rasa sakit di perut

    c. Rasa sakit di ulu hati.

    2. Tanda dan gejala dispepsia adalah

    a. Kembung, dan mual-mual

    b. Demam dan muntah-muntah

    c. Sakit kepala dan nyeri di kepala

    3. Dimanakah rasa nyeri dispepsia (nyeri perut) terjadi?

    a. Perut sebelah atas

    b. Perut bagian tengah

    c. Perut bagian bawah

    4. Dispepsia (nyeri perut) dapat timbul karena

    a. Terlalu banyak makan

    b. Stress dan kecemasan

    c. Tidur terlalu larut malam

    5. Penyakit dispepsia mudah disembuhkan

    a. Benar

    b. Salah

    c. Tidak tahu

    6. Penyakit dispepsia (nyeri perut) terjadi karena masuk angin

    a. Benar

    b. Salah

  • c. Tidak tahu

    7. Dispepsia dapat juga terjadi karena diet terlalu ketat

    a. Benar

    b. Salah

    c. Tidak tahu

    8. Dispepsia (nyeri perut) dapat pula disebabkan oleh .

    a. Makan yang teratur

    b. Makan yang tidak teratur

    c. Makan yang dingin dan asam

    9. Dispepsia (nyeri perut) dapat disebabkan oleh ulkus lambung

    a. Benar

    b. Salah

    c. Tidak tahu

    10. Yang bukan termasuk Gejala dispepsia adalah sebagai berikut.

    a. Mual-mual

    b. Nyeri ulu hati

    c. Kesemutan

    11. Penyebab mual-mual pada dispesia adalah

    a. Produksi asam lambung yang meningkat

    b. Produksi asam lambung yang menurun

    c. Produksi asam lambung yang stabil

    12. Berat badan yang berlebihan tidak mempunyai pengaruh terhadap penyakit

    dispepsia (nyeri perut)

    a. Benar

    b. Salah

    c. Tidak tahu

    13. Berbaring secara tiba-tiba setelah makan dapat menyebabkan dispepsia

    a. Benar

    b. Salah

    c. Tidak tahu

  • 14. Obat antasida yang umum dikenal adalah

    a. Diabetasol

    b. Antasida

    c. Bodrex

    15. Kelebihan asam lambung berhubungan dengan dispepsia (nyeri perut)

    a. Benar

    b. Salah

    c. Tidak tahu

  • KUNCI JAWABAN Pengetahuan Responden

    1. C

    2. A

    3. A

    4. B

    5. A

    6. B

    7. A

    8. A

    9. A

    10. C

    11. A

    12. B

    13. A

    14. B

    15. A