hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus...

57
1 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0 - 7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh Oleh : KHAIRUNNISAK NIM : 10010043 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

Upload: doque

Post on 04-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

1

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS

PADA BAYI BARU LAHIR 0 - 7 HARI DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma

III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Oleh :

KHAIRUNNISAK

NIM : 10010043

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI

DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH

TAHUN 2013

Page 2: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

2

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA

BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH TAHUN 2013

Khairunnisak1, Cut Rosmawar

2

ABSTRAK

xi + VI BAB + 44 Halaman : 4 Tabel, 2 Gambar, 15 Lampiran

Latar belakang : Ikterus adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata

pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin pada kulit dan selaput mata sebagai akibat

peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Berdasarkan survey pendahuluan di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin menunjukkan bahwa 70% ibu tidak mengetahui tentang

ikterus dan manfaat ASI untuk mencegah ikterus. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui

hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 dari di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Metode Penelitian : Bersifat analitik

dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel purposive sampling dengan

jumlah populasi 102 responden, sampel 51 responden. Penelitian dimulai tanggal 22 Juli - 22

Agustus 2013. Pengumpulan data yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner, selanjutnya

di uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test dengan memakai program SPSS for

windows dengan batas kemaknaan (α=0,05) Ho ditolak jika p value > 0,05 dan Ha diterima

jika p value < 0,05. Hasil Penelitian : dari 35 responden yang sering melakukan pemberian

ASI ternyata mayoritas Negatif mengalami ikterus (68,6%) dan dari 16 responden yang tidak

sering melakukan pemberian ASI mayoritas 87,5% positif mengalami ikterus. Kesimpulan :

Ada hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari di

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Diharapkan bagi

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin agar dapat terus meningkatkan konseling dan

penyuluhan-penyuluhan tentang manfaat ASI untuk mencegah ikterus.

Kata Kunci : ASI, ikterus, bayi.

Kepustakaan : 24 Buku + 5 situs internet (2002-2013)

1 : Mahasiswa D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

2 : Dosen pembimbing

Page 3: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

3

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji

Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, September 2013

Pembimbing

(CUT ROSMAWAR, SST)

MENGETAHUI :

KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH

(NUZULUL RAHMI, SST)

Page 4: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

4

PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji

Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, September 2013 Tanda Tangan

Pembimbing : CUT ROSMAWAR, SST ( )

Penguji I : RACHMADY, SKM ( )

Penguji II : ELVIRA WAHYUNI, SST ( )

MENYETUJUI MENGETAHUI

KETUA STIKES U’BUDIYAH KETUA PRODI DIPLOMA III

BANDA ACEH BANDA ACEH

(MARNIATI, M. Kes) (NUZULUL RAHMI, SST)

Page 5: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

5

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepangkuan

Nabi Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian Ikterus Pada Bayi

Baru Lahir 0-7 Hari Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh Tahun 2013”. Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat

untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan, dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima arahan, masukan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dedi Zefrizal. S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.

2. Ibu Marniati, M. Kes, Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh

3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST, Selaku Ketua Prodi Jurusan Kebidanan U’Budiyah

Banda Aceh.

4. Ibu Cut Rosmawar, SST, Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi arahan

dan saran serta bimbingan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga

dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Rachmady, SKM dan Ibu Elvira Wahyuni, SST, Selaku Dosen Penguji

yang telah membimbing dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Page 6: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

6

6. Seluruh Dosen pengajar Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah

yang telah membekali peneliti dari awal bangku kuliah sampai selesai pendidikan

ini.

7. Penghargaan teristimewa peneliti sampaikan kepada Ayahanda serta Ibunda

tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik materi

maupun moril sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

8. Teman-teman sejawat dan seangkatan di jurusan kebidanan STIKes U’Budiyah

Banda Aceh yang telah banyak membantu dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah

ini.

Peneliti manyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari seluruh pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dan

dapat dipertanggung jawabkan.

Peneliti juga menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan kejanggalan, untuk itu kritik dan saran bersifat membangun sangat

peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini, atas kritik dan saran peneliti

mengucapkan terima kasih.

Banda Aceh, September 2013

Peneliti

Page 7: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iii

PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Ikterus ....................................................................................... 7

B. ASI ............................................................................................ 15

C. Kerangka Teoritis ..................................................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................ 28

A. Kerangka Konsep ..................................................................... 28

B. Definisi Operasional ................................................................. 29

C. Hipotesa Penelitian ................................................................... 30

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ................................................... 31

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 31

B. Populasi dan Sampel................................................................. 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33

D. Pengumpulan Data.................................................................... 33

E. Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................... 34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 38

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 38

Page 8: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

8

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 39

C. Pembahasan .............................................................................. 42

BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 44

A. Kesimpulan ............................................................................... 44

B. Saran ......................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

9

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1 Definisi Operasional .................................................................... 29

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Pada Responden di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun

2013 ............................................................................................... 39

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Ikterus Pada Responden di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 ........ 40

Tabel 5. 3 Hubungan Pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus Pada Bayi

Baru Lahir 0-7 Hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh Tahun 2013 ................................................... 41

Page 10: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Kerangka Teoritis ....................................................................... 27

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 28

Page 11: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Mohon Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan

Lampiran 5 Surat Telah Selesai Mengambil Data Awal Di Dinas Kesehatan

Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data/ Studi Pendahuluan

Lampiran 7 Surat Balasan Izin Pengambilan Data/Studi Pendahuluan

Lampiran 8 Lembar Konfirmasi Izin Pengambilan Data/Studi Pendahuluan

Lampiran 9 Surat Selesai Pengambilan Data Awal

Lampiran 10 Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 11 Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 12 Lembar Konfirmasi Izin Penelitian

Lampiran 13 Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 14 Master Tabel

Lampiran 15 Hasil Olah Data SPSS

Lampiran 16 Data Pasien Yang Mengalami Ikterus

Lampiran 17 Lembaran Konsul Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 18 Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 19 Daftar Mengikuti Seminar

Lampiran 20 Biodata

Page 12: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500

gram atau usia gestasi < 37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama

kehidupannya. Data epidemiologi menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir

menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama

kehidupannya. Pada kebanyakan kasus ikterus neonatorum, kadar bilirubin tidak

berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Sebagian besar tidak memiliki

penyebab dasar atau disebut ikterus fisiologis yang akan menghilang pada akhir

minggu pertama kehidupan pada bayi cukup bulan (Boback, 2006).

Menurut WHO (World Health Organization) Ikterus adalah kondisi

munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena

adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat

peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia) (Suradi, 2009).

Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010”, maka salah satu

tolak ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbilitas neonatus, dengan

proyeksi pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) dapat turun menjadi 18

per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir

adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus) (HTA, 2004).

Page 13: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

13

Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar

65% mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun

2005 menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu

pertama. Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah

sakit pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2010,

menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar

bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12 mg/dL pada

minggu pertama kehidupan (HTA, 2004).

Angka Kematian Bayi (AKB), trennya semakin menurun, dari 142 per

1.000 kelahiran hidup tahun 1967, menjadi 42 per 1.000 tahun 2000, kemudian

SDKI 2007-2009 sebesar 35 per 1.000, namun dari metode perhitungan tidak

langsung, AKB tahun 2009 tetap 43 per 1.000 kelahiran hidup. Di antara 10 negara

ASEAN, AKB Indonesia menempati peringkat ke-7, sebelum Kamboja, Laos, dan

Myanmar. Tidak ada pola geografis untuk AKB di Indonesia. Kawasan Indonesia

barat maupun timur menyumbang kontribusi yang sama besar (Hasfirah, 2009).

Sementara itu, Angka Kematian Neonatal (AKN) pada bayi usia dibawah 1

bulan, dan Angka Kematian Post Neonatal (AKPN) pada bayi usia 1-11 bulan, tren

cenderung menurun. SDKI 1994 melaporkan AKN 30 per 1.000 kelahiran hidup,

dan AKPN 27 per 1.000, turun menjadi AKN 20 per 1.000 dan AKPN 15 per

1.000 menurut SDKI 2002-2003. Dengan kata lain, selama kurun 8 tahun, rata-rata

penurunan AKN per tahun 5%, sedangkan penurunan AKPN per tahun adalah 7%.

Page 14: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

14

Kontribusi Kematian Neonatal terhadap kematian bayi (AKB) lebih besar daripada

kontribusi Kematian Post Neonatal. AKN dominan disebabkan oleh gangguan

perinatal (34%), sedangkan AKPN dominan disebabkan lahir premature dan

BBLR (29%). AKB di pedesaan 1,6 kali lebih tinggi daripada AKB di perkotaan.

Makin miskin rumah tangga, makin tinggi AKB dan pola ini terus konsisten

hingga kini (Hasfirah, 2009).

Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian tentang ikterus neonatorum

sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya di RS Dr. Sardjito melaporkan

sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL

dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan

pada hari 0,3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan

ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 85% dan 18,6% bayi cukup bulan.

Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus hiperbilurubinemia

ditemukan pada 95% dan 56% bayi (HTA, 2004).

Berdasarkan penelitian Fitriani (2012) yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie didapatkan hasil bahwa dari 45 orang ibu yang

mempunyai bayi baru lahir, dimana diantaranya 12 orang ibu tidak pernah

mengetahui tentang ikterus neonatorum, 3 orang ibu mengatakan bahwa bayi baru

lahir mengalami ikterus merupakan hal biasa, dan 2 orang ibu mengatakan tahu

tentang ikterus tetapi tidak mengetahui bagaimana perawatannya dan 1 ibu tidak

ada tanggapan sama sekali tentang ikterus pada bayi baru lahir.

Page 15: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

15

Bila dilihat dari distribusi yang bersumber dari kesehatan kabupaten

diketahui jumlah bayi lahir mati di Aceh sebanyak 826 jiwa dan jumlah lahir hidup

sebanyak 103.206 jiwa, maka angka lahir mati di Aceh tahun 2011 adalah 7,7 per

1.000 LH, diasumsikan berasal dari fasilitas pelayanan dasar yaitu Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan jaringannya serta fasilitas rujukan seperti

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Berdasarkan dua indikator tersebut maka

AKB Aceh tahun 2011 sebesar 8/1000 LH dan AKABA sebesar 9,2/1000 LH.

Mungkin angka ini lebih rendah dari perkiraan nasional namun masih dapat

dilakukan penyusuian perhitungan yang aktual dengan sistem kohort, sehingga

adjusted Infant mortality rate dan under five mortality rate dapat mendekati

gambaran kondisi di populasi yang sebenarnya. Angka ini lebih rendah dari AKB

nasional yaitu 32 per 1000 LH (Dinkes, 2011).

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari rekam medik Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Januari sampai dengan

Desember 2012 yang mengalami ikterus, hipotermi dan asfiksia sebanyak 140

bayi, baik ikterus fisiologis maupun patologis. Sedangkan berdasarkan hasil

pengambilan data awal yang penulis lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh, pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember

2012 terdapat 102 bayi yang mengalami ikterus, dimana diantaranya yang

mengalami ikterus fisiologis sebanyak 81 bayi, yang mengalami ikterus patologis

sebanyak 17 bayi dan yang tidak dicatat umur sebanyak 4 bayi.

Page 16: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

16

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 10 orang ibu

pasien yang mengalami ikterus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013, 7 dari 10 orang ibu memberikan ASI kepada bayinya

namun tidak mengetahui tentang ikterus dan manfaat ASI, sedangkan 3 orang ibu

lainnya memberikan ASI kepada bayinya dan mengetahui tentang ikterus dan

manfaat ASI.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian Ikterus Pada

Bayi Baru Lahir 0-7 Hari Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diangkat

adalah “ Adakah Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian Ikterus Pada

Bayi Baru Lahir 0-7 Hari Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus

pada bayi baru lahir 0-7 dari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Page 17: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

17

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan ASI terhadap kejadian ikterus Di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah sakit

Sebagai masukan kepada pihak rumah sakit tentang pencegahan ikterus

pada bayi baru lahir serta penatalaksanaannya melalui konseling dan

penyuluhan-penyuluhan kepada ibu-ibu hamil tentang manfaat ASI.

2. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi

tentang ikterus pada bayi baru lahir dan sebagai bahan acuan untuk penelitian

lebih lanjut mengenai hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan

diperpustakaan atau referensi untuk mahasiswa.

Page 18: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikterus

1. Definisi

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat

penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih

dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional

dari hepar, sistem biliary, atau sistem hematologi (Jejeh, 2010). Menurut Nur

Muslihatum (2010) Ikterus adalah kuning pada kulit atau organ lain akibat

penumpukan bilirubin dimana pada bayi baru lahir terbagi menjadi ikterus

fisiologis dan patologis.

Warna kuning pada kulit bayi dan organ-organ lain akibat akumulasi

bilirubin diberi istilah jaundis atau ikterus. Jaundis pada bayi baru lahir, suatu

tanda umum masalah yang potensial, terutama disebabkan oleh bilirubin tidak

terkonyugasi, produk pemecahan hemoglobin (Hb) setelah lepas dari sel-sel

darah merah (SDM) yang telah dihemolisis. Tantangan pada neonatal adalah

membedakan jaundis fisiologis dari kondisi patologis klinis yang serius.

Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan keadaan yang relatif tidak

Page 19: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

19

berbahaya, tetapi pada usia inilah kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi

Toksin dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat bayi (Bobak, 2006).

2. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis adalah warna kuning yang terjadi pada kulit bayi yang

timbul pada hari ke 2-3 setelah bayi lahir, yang tidak mempunyai dasar

patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10 (Nursalam,

2005). Pada bayi baru lahir terbagi menjadi ikterus fisiologis dan ikterus

patologis. Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak

mempunyai dasar patologis atau tidak ada potensi menjadi kern-ikterus (Nur

Muslihatum, 2010).

Pada ikterus fisiologis, sebagian besar bilirubin merupakan bilirubin tak

terkonyugasi dan bayi dalam keadaan umum yang baik. Keadaan ini bervariasi

antara satu bayi dengan bayi lainnya (Hull, 2008).

Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi

bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya

dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi

baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai

puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian

menurun kembali dalam minggu pertama kelahiran setelah bayi lahir. Kadang

dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin

terkonjugasi < 2 mg/dL (HTA Indonesia, 2004).

Page 20: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

20

Terdapat beberapa perbedaan tanda dan gejala antara ikterus fisiologis

dan ikterus patologis. Tanda – tanda ikterus fisiologis, adalah timbul pada hari

kedua dan ketiga, kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg % pada neonatus

cukup bulan dan 2,5 mg % untuk neonatus kurang bulan, kecepatan

peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % serta ikterus menghilang

pada hari ke 10 dan tidak berhubungan dengan keadaan patologis ( Nur

Muslihatun, 2010).

Prinsip utama ikterus fisiologis adalah (Roy Meadow, 2005)

a. Kuning tidak terlihat pada 24 jam pertama

b. Bayi tetap sehat

c. Serum bilirubin tidak mencapai kadar yang harus mendapat perawatan

d. Kuning hilang dalam 14 hari.

3. Ikterus Patologis

Ikterus patologis yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau

kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia (Jejeh,

2010).

Ikterus dikatakan Patologis bila (Roy Meadow, 2005)

a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama

b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi

12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.

c. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.

d. Ikterus menetap susudah 2 minggu pertama.

Page 21: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

21

e. Kadar bilirubin direct melebihi 1 mg%.

f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

4. Penyebab Ikterus Pada Bayi Baru Lahir

Kuning pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati

masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah. Kuning

juga biasa terjadi karena beberapa kondisi klinis, diantaranya adalah (Gusliham,

2009):

a. Ikterus fisiologis merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi

baru lahir. Jenis bilirubin yang menyebabkan pewarnaan kuning pada ikterus

disebut bilirubin tidak terkunjugasi, merupakan jenis yang tidak mudah

dibuang dari tubuh bayi. Hati bayi akan mengubah bilirubin ini menjadi

bilirubin terkonjugasi yang lebih mudah dibuang oleh tubuh. Hati bayi baru

lahir masih belum matang sehingga masih belum mampu untuk melakukan

pengubahan ini dengan baik sehingga akan terjadi peningkatan kadar

bilirubin dalam darah yang ditandai sebagai pewarnaan kuning pada kulit

bayi. Bila kuning tersebut murni disebabkan oleh faktor ini maka disebut

sebagai ikterus fisiologis.

b. Breastfeeding jaundice, dapat terjadi pada bayi yang mendapat air susu ibu

(ASI) eksklusif. Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada

hari kedua atau ketiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak

memerlukan pengobatan.

Page 22: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

22

c. Ikterus ASI ( breastmilk jaundice), berhubungan dengan pemberian ASI dari

seorang ibu tentu dan biasanya akan timbul pada bayi yang disusukannya

bergantung pada kemampuan bayi tersebut mengubah bilirubin indirek.

Jarang mengancam jiwa dan timbul setelah 4-7 hari pertama dan

berlangsung lebih lama dari ikterus fisiologis yaitu 3-12 minggu.

d. Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus ketidak cocokan

golongan darah (inkompatibilitas ABO) dan rhesus (inkompatibilitas rhesus)

ibu dan janin. Tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang akan menyerang

sel darah merah janin sehingga akan menyebabkan pecahnya sel darah

merah sehingga akan meningkatkan pelepasan bilirubin dari sel darah merah.

e. Lebam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat

timbul dalam proses persalinan. Lebam terjadi karena penumpukan darah

beku di bawah kulit kepala. Secara alamiah tubuh akan menghancurkan

bekuan ini sehingga bilirubin juga akan keluar yang mungkin saja terlalu

banyak untuk dapat ditangani oleh hati sehingga timbul kuning.

f. Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi kuning.

5. Patofisiologi

Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksin dan harus dikeluarkan

oleh tubuh. Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari degredasi hemoglobin

darah dan sebagian lagi berasal dari hem bebas atau dari proses eritropoesis

yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi

yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang

Page 23: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

23

mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini

sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena mempunyai sifat lipofilik

yang sulit diekskresi dan mudah melalui membrane biologis seperti plasenta

dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan

albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan,

sehingga bilirubin terikat dengan oleh reseptor membrane sel hati dan masuk ke

dalam sel hati. Segara setelah ada dalam sel hati, terjadi persenyawaan dengan

ligandin (protein – Y, protein-Z, dan glutation hati lain yang membawanya ke

reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi (Jejeh, 2010).

6. Gejala

Gejala ikterus , antara lain : warna kulit tubuh tampak kuning, paling

baik pengamatan dengan cahaya matahari dan menekan sedikit kulit untuk

menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Derajat ikterus

ditentukan dengan melihat kadar bilirubin direk dan indirek, atau secara klinis

menurut Kremer di bawah sinar biasa (day-light). Gejala klinis kern-ikterus

pada permulaannya tidak jelas, antara lain: bayi tak mau menghisap, latergi,

mata berputar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang, tonus

otot meninggi, leher kaku dan epistotonus (Nur Muslihatum, 2010).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ikterus bergantung pada kondisi ikterus tersebut masih

berada dalam batas normal untuk ikterus fisiologis atau merupakan indikasi

proses patofisiologis. Ikterus fisiologis lebih umum terjadi pada beberapa

Page 24: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

24

situasi. Bayi keturunan Asia memiliki insiden ikterus yang tinggi dan bayi

Amerika - Afrika memiliki insiden yang rendah. Bayi yang disusui oleh ibu

memiliki inseden ikterus fisiologis yang lebih tinggi dari pada bayi yang

menggunakan susu botol (Varney, 2007).

Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi masalah ikterus fisiologis

adalah dengan mengajarkan ibu dan keluarga cara menyinari bayi dengan

cahaya matahari (Nur Muslihatun, 2010):

a. Sinari bayi dengan cahaya matahari pagi jam 07.00 - 08.00 sampai 2 - 4 hari

b. Atur posisi kepala bayi agar wajah tidak langsung menghadap ke cahaya

matahari.

c. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit bayi dalam posisi terlentang,

15 menit bayi dalam posisi terlungkup.

d. Lakukan penyinaran pada kulit seluas mungkin dan bayi tidak memakai

pakaian (terlanjang).

e. Lakukan asuhan perawatan dasar pada bayi muda.

f. Beri penjelasan ibu kapan sebaiknya bayi dibawa ke petugas kesehatan.

g. Beri penjelasan ibu kapan kunjungan ulang, setelah hari ke-7.

Tujuan utama penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk

mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat

menimbulkan kernikterus / ensofalopati biliaris, serta mengobati penyebab

langsung ikterus tersebut. Pengendalian bilirubin juga dapat dilakukan dengan

mengusahakan agar kunjugasi bilirubin dapat dilakukan dengan

Page 25: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

25

mengusahankan mempercepat proses konjugasi. Hal ini dapat dilakukan dengan

merangsang terbentuknya glukoronil trasferase dengan pemberian obat seperti

luminal atau fenobarbital (Jejeh, 2010).

Menurut Nur 2010, cara pengendalian ikterus yang dapat dilkukan

adalah mestikulasi konjugasi bilirubin, misalnya dengan glukosa atau

pemberian albumin, menambah zat-zat yang kurang dalam transportasi dan

metabolisme bilirubin, misalnya albumin dan glukose, melakukan

fatoisomerisasi dengan terapi sinar, membatasi siklus entrohepatik, misalnya

dengan memberikan minum oral secara dini, pemberian kolesteramin

(questran), mengeluarkan bilirubin secara mekanis dengan transfusi tukar, serta

mengatasi penyebab bila mungkin.

(Gusliham, 2009) menyebutkan penanganan ikterus pada bayi terdiri

dari:

a. Penanganan sendiri di rumah

1) Berikan ASI yang cukup 8 sampai 12 kali sehari.

2) Sinar matahari dapat membantu memecah Bilirubin sehingga lebih mudah

diproses oleh hati.

3) Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapatkan

matahari pagi antara jam 7 sampai jam 8 pagi agar bayi tidak kepanasan,

atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung.

4) Lakaukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit

terkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh

Page 26: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

26

karena itu bayi tidak memakai pakaian atau terlanjang tetapi hati-hati

jangan sampai kedinginan.

b. Terapi Medis

1) Dokter akan memutuskan untuk melakukan terapi sinar Photo therapi

sesuia dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan

usia bayi dan apakah bayi cukup bulan atau Prematur. Bayi akan

ditempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk

menembus kulit bayi akan mengubah bilirubun menjadi Lumirubin yang

lebih mudah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan

dibuat untuk melindungi mata.

2) Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan kadar

Bilirubin, maka bayi akan ditempatkan pada selimut Fiber Optic atau

terapi sinar ganda atau Triple.

3) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan Transfuse tukar yaitu

penggantian darah bayi dengan darah donor.

B. ASI

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena

mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan

pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah

Page 27: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

27

dalam pemberian ASI. Kendala yang utama adalah karena produksi ASI tidak

lancar (Saleha, 2009).

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena

mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta

ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat berguna bagi

kesehatan bayi dan kehidupan selanjutnya (Maryunani, 2010).

ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan

garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan

makan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi

baik gizi, imunologi, atau lainnya sampai pemberian ASI memberi kesempatan

bagi ibu mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya

(Bahiyatun, 2009).

Air Susu Ibu adalah makanan terbaik untuk bayi sebagai anugerah

Tuhan yang nilainya tidak dapat digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI

ikut memegang peranan dalam menghasilkan manusia yang berkualitas

(Muaris, 2006).

ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat

diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya

berubah sesuai dengan kebutuhan bayi yang sangat berguna bagi kesehatan bayi

dan kehidupan selanjutnya (Maryunani, 2010).

ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat

diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya

Page 28: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

28

berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada

hari pertama sampai 4-7 hari, dilanjutkan dengan ASI peralihan sampai 3-4

minggu, selanjutnya ASI matur. ASI yang keluar pada permulaan menyusu

(foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan

(bindmilk = susu akhir). ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan prematur

komposisinya juga berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan

cukup bulan. Selain itu, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi (Prawirohardjo, 2009).

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim.

Kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas (Maryunani, 2010).

2. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI bagi bayi menurut Sunar (2009)

1) Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama

bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna

memenuhi semua kebutuhan bayi, maka ASI perlu ditambah dengan

Makanan Pendampin ASI (MP-ASI). Setelah berumur 1 tahun,

meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi,

pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat bagi

bayi.

Page 29: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

29

2) ASI memang terbaik untuk bayi manusia, sebagaimana susu sapi yang

terbaik untuk bayi sapi.

3) ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi.

4) Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi risiko

infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi.

5) Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi

yang tidak memperoleh ASI. Ketika ibu tertular penyakit melalui

makanan, seperti gastroenteritis atau polio, maka antibodi ibu terhadap

penyakit akan diberikan kepada bayi melalui ASI.

6) Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning.

Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring

diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan bayi

tersebut disusui sesering mungkin dan tidak diberi pengganti ASI.

7) ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya. ASI pun selalu

dalam keadaan steril dan suhunya juga cocok.

8) Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI semakin

mendekatkan hubungan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,

nyaman, dan terlindungi. Hal ini mempengaruhi kemapanan emosinya

di masa depan.

9) Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan

kepadanya, karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan mengonsumsi

ASI, bayi semakin cepat sembuh.

Page 30: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

30

10) Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI. Komposisi

ASI akan teradaptasi sesuai kebutuhan bayi. ASI bermanfaat untuk

menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.

11) Beberapa penyakit yang jarang menyerang bayi yang diberi ASI antara

lain kolik, kematian bayi secara mendadak atau SIDS (Sudden Infant

Death Syndrome), eksem, dan ulcerative colitis.

12) IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang

bayi yang tidak diberi ASI. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun

1997, kepandaian anak yang diberi ASI pada usia 9,5 tahun mencapai

12,9 poin lebih tinggi dari pada anak yang minum susu formula.

13) Menyusui bukanlah sekedar memberi makan, tetapi juga mendidik anak.

Sambil menyusui, ibu perlu mengelus bayi dan mendekapnya dengan

hangat. Tindakan ini bisa memunculkan rasa aman pada bayi, sehingga

kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Hal itu

terjadi dasar bagi pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik,

yang menyayangi orang lain.

b. Manfaat ASI bagi ibu menurut Dwi sunar (2009)

1) Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu

untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi risiko

pendarahan.

2) Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan

berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.

Page 31: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

31

3) Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang

menyusui bayi lebih rendah ketimbang ibu yang tidak menyusui bayi.

4) Menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu

menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan lain sebagainya.

5) ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan ke luar rumah tanpa

harus membawa banyak perlengkapan, seperti botol, kaleng susu formula,

air panas, dan lain-lain.

6) ASI lebih murah, karena ibu tidak perlu membeli susu formula beserta

perlengkapannya.

7) ASI selalu bebas kuman, sedangkan campuran susu formula belum tentu

steril.

8) Ibu yang menyusui bayinya memperoleh manfaat fisik dan emosional.

9) ASI tidak akan basi, karena senantiasa diproduksi oleh pabriknya di

wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong, ASI yang tidak

dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam

payudara tidak pernah basi, sehingga ibu tidak perlu memerah dan

membuang ASI-nya sebelum menyusui.

c. Manfaat ASI bagi keluarga menurut Sunar (2009)

1) Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,

botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk merebus air, susu,

dan peralatanya.

Page 32: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

32

2) Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna

perawatan kesehatan.

3) Penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.

4) Jika bayi sehat, berarti menghemat waktu keluarga.

5) Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia.

6) Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula, air panas,

dan lain sebagainya ketika bepergian.

d. Manfaat ASI bagi masyarakat dan Negara menurut Dwi Sunar (2009)

1) Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu mengimpor susu formula

dan peralatannya.

2) Bayi sehat membuat Negara lebih sehat.

3) Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya

sedikit.

4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka

kematian.

5) Melindungi lingkungan lantaran tidak ada pohon yang digunakan sebagai

kayu bakar untuk merebus air, susu, dan peralatannya.

6) ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi.

3. Keuntungan ASI

Beberapa keuntungan yang diperoleh bayi dari mengkonsumsi ASI

(Bahiyatun, 2009) :

Page 33: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

33

a. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi.

b. Dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas

bakteri, dan dalam suhu yang sesuai, serta tidak memerlukan alat bantu.

c. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan.

d. Problem kesulitan pemberian makanan bayi jauh lebih sedikit dari pada bayi

yang mendapatkan susu formula.

e. Mengandung zat anti yang berguna untuk mencegah penyakit infeksi usus

dan alat pencernaan.

f. Mencegah terjadinya keadaan gizi yang salah (marasmus, kelebihan

makanan, dan obesitas).

Keuntungan pemberian ASI (Buku Acuan & Panduan, 2007)):

a. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi.

b. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum.

c. Merangsang kontraksi uterus.

4. Air Susu Menurut Stadium Laktasi

a. Kolostrum

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling

tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A

(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah

kuman memasuki bayi. IgA juga membantu dalam mencegah bayi

Page 34: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

34

mengalami alergi makanan. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali

disekresi oleh kelenjar payudara (Saleha, 2009).

Berikut ini adalah manfaat dari kolostrum (Bahiyatun, 2009):

1. Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara,

mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam

alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa

puerperium.

2. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3

3. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.

4. Merupakan cairan viskus kental dengan warna kekuning-kuningan dan

lebih kuning dari pada susu yang matur.

5. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari

usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

6. Lebih banyak mengandung protein dari pada ASI yang matur, tetapi

berbeda dari ASI yang matur. Dalam kolostrum, protein yang utama

adalah globulin (gamma globulin).

7. Lebih banyak mengandung antibodi dari pada ASI yang matur. Selain

itu, dapat memberikan perlindungan bayi sampai umur 6 bulan.

8. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dari pada ASI yang matur.

9. Mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida) lebih tinggi daripada

susu matur.

Page 35: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

35

10. Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur (hanya 58

kal/100 ml kolostrum).

11. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi dari pada ASI yang matur,

sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih

rendah.

12. Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak

13. pH lebih alkalis dari pada ASI yang matur.

14. Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dari pada ASI

yang matur.

15. Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidroloisis protein yang ada di dalam

usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak

menambah kadar antibodi pada bayi.

16. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.

b. Air Susu Masa Peralihan

Ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut (Saleha,

2009)

1. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang

matur.

2. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada

pula pendapat yang mangatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada

minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

Page 36: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

36

3. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak

makin tinggi.

4. Volumenya juga akan makin meningkat.

Table 2.1 Komposisi ASI menurut penyelidikan dari I.S. Kleiner dan

J.M. Osten.

Waktu Protein Karbohidrat Lemak

Hari ke-5 2,00 6,42 3,2

Hari ke-9 1,73 6,73 3,7

Minggu ke-34 1,30 7,11 4,0

c. Air Susu Matur

Adapun ciri susu matur adalah sebagai berikut (Soleha, 2009)

1. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi

relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif

konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).

2. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI

ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk

bayi sampai usia 6 bulan.

3. Merupakan suatu cairan bewarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten

yang terdapat di dalamnya.

4. Tidak mengumpulkan jika dipanaskan.

Page 37: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

37

5. Terdapat antimikrobial faktor, anatara lain sebagai berikut.

a) Antibodi terdapat bakteri dan virus.

b) Sel (fagosit, granulosit, makrofag, dan limfosit tipe T).

c) Enzim (lizisim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase,

fosfodieterase, dan alkalin fosfatase).

d) Protein (laktoferin, B12 binding protein.

e) Resistance faktor terhadap stafilokokus

f) Komplemen

g) Interferon producing cell (sel penghasil interferon)

h) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya

faktor bifidus.

i) Hormon-hormon.

Page 38: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

38

C. Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini dikemukakan oleh para ahli tentang Kejadian Ikterus

Fisiologis, Ikterus Fisiologis dipengaruhi oleh pemberian ASI, yaitu:

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Menurut Gusliham (2009)

- Pemberian ASI

Ikterus Fisiologis Menurut Nur Muslihatun

(2010)

- ASI

Menurut Dwi Sunar (2009)

- Bayi yang diberikan

ASI

Page 39: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

39

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut Gusliham (2009) salah satu penyebab ikterus adalah akibat

kekurangan ASI yang biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga pada waktu

ASI belum banyak dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Jarang

mengancam jiwa dan timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung lebih lama

dari ikterus fisiologis yaitu 3-12 minggu. Berdasarkan teori tersebut maka dapat

disusun sebuah kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar: 3.1. Kerangka Konsep

Ikterus Fisiologis Pemberian ASI

Page 40: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

40

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

N

o Variable

Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

1 Ikterus Warna

kuning yang

terjadi pada

kulit dan

selaput mata

bayi karena

penumpukan

kadar

bilirubin

dalam darah.

Menyebarkan

kuesioner

dengan kategori:

- Positif: bila

warna kuning

terlihat pada

24 jam

pertama

setelah bayi

lahir.

- Negatif: bila

terlihat warna

kuning tidak

dalam waktu

24 jam

pertama

setelah bayi

lahir.

Kuesioner - Positif

- Negatif

Ordinal

Variabel Independen

2. Pemberian

ASI

Air susu ibu

yang

diberikan ibu

kepada

bayinya dari

umur 0 hari

sampai 2

tahun.

Menyebarkan

kuesioner

dengan kategori:

- Sering : bila

- Tidak Sering :

bila

Kuesioner - Sering

- Tidak

Sering

Ordinal

Page 41: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

41

C. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian

ini adalah:

Ha : Ada hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada

bayi baru lahir 0 – 7 hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh tahun 2013.

Page 42: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

42

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk

mengetahui hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir

0-7 hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun

2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mengalami

ikterus dari umur 0-7 hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Tahun 2013 yang berjumlah 102 bayi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang mengalami ikterus 0-7

hari di ruang NICU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh Tahun 2013. Pengumpulan sampel menggunakan teknik purposive

sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri

berdasarkan ciri atau sifat - sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoadmodjo, 2005).

Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi, peneliti

menggunakan rumus Slovin (Natoatmodjo, 2005)

Page 43: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

43

n =

Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = derajat kepercayaan 10% (0,1)

Maka :

n =

n =

n =

n =

n = 50,49 = 51sampel

Maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 51 responden

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 Juli – 22 Agustus

2013.

Page 44: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

44

D. Pengumpulan Data

1. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh pada saat penulis melakukan penelitian,

sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berjumlah 5

pertanyaan tentang pemberian ASI dan 2 pertanyaan tentang ikterus, (Arikunto,

2006) yaitu:

1. Untuk mengetahui pemberian ASI pada bayi ikterus dikelompokkan menjadi

2 kategori:

- Positif : Bila warna kuning terlihat pada 24 jam pertama

setelah bayi lahir.

- Negatif : Bila tidak terlihat warna kuning dalam waktu 24

jam pertama setelah bayi lahir.

2. Untuk mengetahui kejadian ikterus pada bayi dikelompokkan menjadi 2

kategori:

a. Sering : Bila ̅

b. Tidak Sering : Bila ̅

Page 45: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

45

Instrumen penelitian ini digunakan skala Guttman dan pada umumnya

dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar

nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2011).

E. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Arikunto, (2006), metode pengolahan data dilakukan melalui

suatu proses dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing (memeriksa)

Yaitu pengecekan kembali kelengkapan jawaban langsung setelah kuesioner

diisi oleh responden yang bertujuan untuk memeriksa kelengkapan isian data

pada kuesioner.

b. Coding (memberi kode)

Yaitu memberi tanda kode terhadap kuesioner yang telah di isi dengan

tujuan untuk memudahkan proses pengolahan data selanjutnya.

c. Transfering (mentransfer data)

Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden

pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuia

dengan variable yang diteliti.

d. Tabulating (data bentuk tabel)

Yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel

yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

Page 46: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

46

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Menurut Budiarto, (2002) Data yang diperoleh dari kuesioner

dimasukkan dalam distribusi frekuensi, kemudian ditentukan persentase

untuk tiap-tiap kategori. Rumus yang dipakai untuk menghitung rata-rata

yaitu:

Keterangan:

nilai rata-rata semua responden

∑ = nilai semua responden

= jumlah sampel (populasi)

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari

masing-masing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan table

distribusi frekuensi. Untuk perhitungan persentase dari masing-masing

variabel digunakan rumus (Mochfoedz, 2009):

p =

%

Keterangan:

P = persentase

F1 = frekuensi

N = sampel

100% = bilangan tetap

Page 47: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

47

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis hasil dari variabel independen

yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Untuk

menguji hipotesis dilakukan analisis computer dengan uji chi-square dengan

menggunakan program system computer yaitu program SPSS (Sistem

Product and Service Solusion) pada tingkat kepercayaan α = 0,05.

1) Ha di tolak : jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan variabel

independen dengan variabel dependen.

2) Ha di terima : jika p value < 0,05 artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Untuk menentukan p-value Chi-Square Tes (X2) tabel, memiliki

ketentuan sebagai berikut (Hastono, 2006):

1. Bila Chi-Square Tes (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai

ekspantasi (E) < 5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang

terdapat pada nilai Fisher Exact Test.

2. Bila Chi-Square Tes (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 tidak dijumpai nilai

ekspantasi (E) < 5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang

terdapat pada nilai Continuity Correction.

3. Bila Chi-Square Tes (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2, contohnya tabel 3x2,

3x3 dan sebagainya, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang

terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.

Page 48: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

48

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin merupakan rumah sakit

pemerintah yang beralamat di Jln. Tgk. H.M. Daud Beureueh Nomor 108 Banda

Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan 25.760 m

2. Rumah

sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 dan merupakan rumah sakit kelas

“A” sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor:

1062/Menkes/Sk/2011, tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin pada tanggal 1 juni 2011.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin menawarkan pelayanan

kesehatan yang luas serta menyediakan pelayanan kesehatan baik rawat jalan,

rawat inap serta medical check up. Selain itu, Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin sudah terakreditasi 16 pelayanan dari departemen kesehatan

Republik Indonesia meliputi : administrasi manajemen, pelayanan medis,

pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K3,

radiologi, laboratorium, kamar operasi, pengendalian infeksi rumah sakit,

perinatal, resiko tinggi, pelayanan rehabilitsi medik, pelayanan gizi, pelayanan

intensif dan pelayanan darah.

Page 49: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

49

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mulai tanggal 22 Juli

s/d 22 Agustus 2013 terhadap bayi-bayi yang baru lahir yang mengalami ikterus di

Ruang Nicu dan Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh dengan jumlah 51 bayi hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0 – 7 hari, maka

penelitian tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut.

a. Analisis Univariat

1. Pemberian ASI

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Pada Responden Di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013

No. Pemberian ASI Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak Sering 16 31,4

2. Sering 35 68,6

Total 51 100

Sumber : Data Primer (22 Juli sampai dengan 22 Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 51 responden mayoritas

berada pada kategori sering melakukan pemberian ASI yaitu sebanyak 35

responden (68,6 %).

Page 50: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

50

2. Ikterus

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Ikterus Pada Responden Di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013

No. Ikterus Frekuensi Persentase (%)

1 Positif 31 60,8

2. Negatif 20 39,2

Total 51 100

Sumber : Data Primer (22 Juli sampai dengan 22 Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 51 responden mayoritas

berada pada kategori positif mengalami ikterus yaitu sebanyak 31 responden

(60,8 %).

b. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil tabel distribusi frekuensi, dilakukan analisa data

bivariat dengan menggunakan program komputer SPSS For Windows untuk

melihat hubungan pemberian ASI dengan kejadian Ikterus Pada Bayi Baru

Lahir 0-7 hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

tahun 2013.

Page 51: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

51

a. Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian Ikterus

Tabel 5.3

Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru

Lahir 0-7 Hari Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh

Tahun 2013

No. Pemberian

ASI

Ikterus Total p-

Value

Positif Negatif

f % f % F %

0,020 1 Tidak

Sering 14 87,5 2 12,5 16 100

2 Sering 17 48,6 18 51,4 35 100

Total 31 20 51 100

Sumber : Data Primer (22 Juli sampai dengan 22 Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 16 responden yang

tidak sering melakukan pemberian ASI ternyata sebanyak 87,5% positif

mengalami ikterus. Sedangkan dari 35 responden yang sering melakukan

pemberian ASI ternyata mayoritas 51,4% negatif mengalami ikterus.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai

p value = 0,020. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha

diterima atau terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian

ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari.

Page 52: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

52

C. Pembahasan

a. Hubungan Pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 16 responden yang tidak

sering melakukan pemberian ASI ternyata sebanyak 87,5% positif mengalami

ikterus. Sedangkan dari 35 responden yang sering melakukan pemberian ASI

ternyata mayoritas 51,4% negatif mengalami ikterus.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai p

value = 0,020. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima

atau terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada

bayi baru lahir 0-7 hari.

ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam

organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makan

terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi,

imunologi, atau lainnya sampai pemberian ASI memberi kesempatan bagi ibu

mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya (Bahiyatun, 2009).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Sunar

(2009) yaitu salah satu manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah menjadikan

bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning (ikterus).

Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring diberikannya

Page 53: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

53

kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui

sesering mungkin dan tidak diberi pengganti ASI.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Fitriani (2012) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

ibu tentang ikterus neonatorum di wilayah kerja puskesmas Pidie Kabupaten

Pidie tahun 2012 yang menunjukkan bahwa responden yang berumur dewasa

akhir ternyata memiliki pengetahuan yang kurang tentang ikterus neonatorum

yaitu sebanyak 75%. Berdasarkan analisa statistik menggunakan uji chi-square

didapatkan p value 0,003 yang artinya p = 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha

diterima atau ada pengaruh antara umur terhadap pengetahuan ibu tentang

ikterus neonatorum.

Menurut peneliti, ASI adalah sumber makanan terbaik bagi bayi selain

mengandung komposisi yang cukup sebagai nutrisi bagi bayi, Pemberian ASI

juga dapat meningkatkan dan mengeratkan jalinan kasih sayang antara ibu

dengan bayi serta meningkatkan kekebalan tubuh bagi bayi itu sendiri. Ikterus

merupakan penyakit yang sangat rentang terjadi pada bayi baru lahir, terutama

dalam 24 jam setelah kelahiran, dengan pemberian ASI yang sering, bilirubin

yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus akan dihancurkan dan dikeluarkan

melalui urine. Oleh sebab itu, pemberian ASI sangat baik dan dianjurkan guna

mencegah terjadinya ikterus pada bayi baru lahir.

Page 54: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

54

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang Hubungan pemberian

ASI dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Dari 51 responden mayoritas berada pada kategori sering melakukan pemberian

ASI yaitu sebanyak 35 responden (68,6 %).

2. Dari 51 responden mayoritas berada pada kategori positif mengalami ikterus

yaitu sebanyak 31 responden (60,8 %).

3. Ada hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7

hari di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun

2013.

B. Saran

4. Bagi Rumah sakit

Diharapkan bagi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin agar

terus meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir yang mengalami ikterus

serta mengadakan konseling dan penyuluhan-penyuluhan kepada ibu-ibu hamil

tentang manfaat ASI untuk mencegah ikterus.

Page 55: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

55

5. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan untuk menambah informasi tentang ikterus pada bayi baru lahir

dan sebagai bahan acuan untuk penelitiaan lebih lanjut mengenai hubungan

pemberian ASI dengan kejadian ikterus.

6. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan diperpustakaan

atau referensi untuk mahasiswa.

Page 56: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Renika

Cipta

Artikel kesehatan & informasi kedokteran, (2010). Hubungan Keluarga Berencana

Dengan Pencegahan Kematian Maternal dan Neonatal.

http://www.ilmukesehatan.com (Dikutip tanggal 7 Januari 2013).

Bahiyatun, (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Bobak, Lowdermilk, Jensen,(2006). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:

EGC.

Budiarto, (2002). Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC.

Buku Acuan, (2007). Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Jakarta

Dinkes, (2012). Profil Kesehatan Aceh 2011.

Fitriani, (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang

Ikterus Neonatorum Di Wilayah Kerja Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie.

Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah Indonesia. Banda Aceh.

Guslihan, (2009). Dasa Tjipta, Kuning Pada Bayi Baru Lahir. Kapan Harus Ke

Dokter?. Medan, Devisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK

USU.

Hasfirah, (2009), Mengenal Ikterus Neonatorum, http://www.smallcrab.com/anak-

anak/535-mengenal-ikterus-neonatorum (Dikutip tanggal 1 Januari 2013).

Hastono, (2010). Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas

Indonesia.

HTA Indonesia, (2004). Tatalaksana Ikterus Neonaturum.

Hull, David dan Johnston, (2008). Dasar-dasar Pediatrik. Jakarta: EGC.

Hidayat, A, (2011). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta:

Selemba Medika.

Page 57: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS …simtakp.uui.ac.id/dockti/KHAIRUNNISAK-kti_pdf.pdf · 2 hubungan pemberian asi dengan kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari

57

Jejeh, Ai, Rukiyah dan Julianti, Lia, (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta: TIM.

Machfoedz, (2009). Metodelogi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,

Kebidanan, Kedokteran, edisi Kelima, Yogyakarta: Fitramaya.

Maryunani, Anik, (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM

Meadow, Roy dan Newell, Simon, (2005). Lecture Notes Pediatrika. Jakarta:

Erlangga.

Muaris, Hindah, (2006). Bubur Susu Makanan Pendamping ASI Untuk Bayi Mulai

Bayi Mulia Usia 6 Bulan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nazir, M, (2005). Metodelogi Penelitian. Bogor Selatan: Chalia Indonesia.

Notoatmodjo, (2002). Metodelogi Penulisan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, dkk, (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan

bidan). Jakarta: Selemba Medika.

Nur, Muslihatun, Wafi, (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:

Fitramaya.

Prawirohardjo, Sarwono, (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Saleha, Sitti , (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Selemba Medika.

Sunar, Dwi, Prasetyono, (2009). Buku Pintar ASI Ekslkusif. Jogjakarta: DIVA Press.

Suradi, Rulina, (2009). Ikterus Pada Bayi Baru Lahir,

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20109693639 (Dikutip tanggal 8 Mei

2013).

Varney, dkk, (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Yuliarti, Nurheti, (2010). Keajaiban ASI-Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,

Kecerdasan, dan kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: Andi Offset