evaluasi pelayanan informasi obat tanpa resep oleh...

of 36 /36
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA RESEP OLEH APOTEKER DI APOTEK DI KELURAHAN MAGUWOHARJO KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : I Putu Purwa Yoga NIM : 148114127 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Author: others

Post on 19-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • i

    EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA RESEP OLEH

    APOTEKER DI APOTEK DI KELURAHAN MAGUWOHARJO

    KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    I Putu Purwa Yoga

    NIM : 148114127

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA RESEP OLEH

    APOTEKER DI APOTEK DI KELURAHAN MAGUWOHARJO

    KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    I Putu Purwa Yoga

    NIM : 148114127

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini saya persembahkan kepada,

    Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai

    Keluarga untuk segala doa, bimbingan, dan kasih sayang yang selalu ada

    Teman-teman terkasih yang telah berproses bersama, dan

    Untuk almamater Universitas Sanata Dharma

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep Oleh Apoteker di Apotek di

    Kelurahan Maguwoharjo Kabupaten Sleman Yogyakarta” dengan baik dan sesuai

    waktu yang telah ditetapkan.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

    gelar Sarjana Farmasi (S.Fram.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari

    berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

    pada kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

    yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta sabar dalam

    memberikan bimbingan dan dukungan terhadap penulis dalam proses

    penyusunan Skripsi ini.

    3. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Si., Apt. dan Ibu Maria Wisnu Donowati,

    M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan

    arahan dalam penyelesaian penelitian ini.

    4. Bapak, ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa,

    semangat dan dorongan dalam berproses selama ini.

    5. Keluarga Ridwan Auther yang telah memberikan dorongan dan semangat

    kepada penulis selama ini.

    6. Yang terkasih, Bella R. Amellia telah memberikan dukungan, semangat

    serta doa selama proses penyusunan skripsi.

    7. Teman-teman FSM C 2014 dan Farmasi angkatan 2014 atas kebersamaan

    dan telah berjuang bersama mulai dari masa orientasi TITRASI hingga

    masa perkuliahan berakhir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    8. Teman-teman Semeton Puri Nangka “Pande, Alit, Wisnu, Miasa, Bio,

    Dewa, Gelok, Agung, Krisna, Dicky, Bontalan, Agus, Padu, Kacrit,

    Wahyu, Praja, Pedrik, Mangku dan Ivan” atas kebersamaan dan hiburan

    selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

    9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan

    doa bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

    baik.

    Penulis menyadari bahwa naskah penelitian ini masih jauh dari sempurna

    sehingga masih memiliki kekurangan.Penulis sangat mengharapkan kritik dan

    saran yang dapat membangun naskah penelitian agar dapat bermanfaat dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, 21 Oktober 2018.

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN COVER ....................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

    PRAKATA ...................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

    ABSTRAK ...................................................................................................... xiv

    ABSTRACT ....................................................................................................... xv

    PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    METODE PENELITIAN ................................................................................ 3

    Desain dan Subjek Penelitian ..................................................................... 3

    Pengambilan Data ....................................................................................... 4

    Analisis Data ............................................................................................... 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 5

    KESIMPULAN ............................................................................................... 13

    SARAN ........................................................................................................... 14

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 17

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep ............................. 6

    Tabel II.Kategori Apotek Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 ... 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Bagan Data Penelitian .................................................................. 3

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Definisi Operasional Penelitian ........................................... 17

    Lampiran 2. Checklist Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep .............. 18

    Lampiran 3. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Informasi Obat ... 20

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    ABSTRAK

    Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan apoteker kepada pasien

    yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Tujuan

    dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Pelayanan Informasi Obat Tanpa

    Resep oleh Apoteker dan mengetahui seberapa efektif Pelayanan Informasi Obat

    Tanpa Resep oleh Apoteker kepada pasien di Apotek di Kelurahan Maguwoharjo

    Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif

    dengan teknik pengambilan sampel secara non random sampling. Pengambilan

    data pada penelitian ini dengan cara observasi tersamar, analisis data dengan cara

    dilakukan yaitu data yang dikumpulkan dengan jumlah pengamatan ditotalkan

    dengan nilai checklist sejumlah 14 kemudian dibagi 3 kategori A, B, dan C untuk

    penilaian di setiap apotek. Hasil penelitian menunjukkan 9 apotek dikategorikan B

    dan 3 apotek dikategorikan C. Sedangkan hasil penilaian checklist sesuai dengan

    kategori pada pelayanan informasi obat berdasarkan tiap item penilaian, yaitu

    sangat Baik yaitu item 4 dengan intonasi yang tepat (97,2%); item 5 kecepatan

    komunikasi yang diterima pasien (100%); item 9 aturan pakai obat (88,9%); item

    14 mengucapkan terimakasih (94,4%). Baik yaitu item 1 ramah melakukan

    senyum (66,7%); item 2 ramah melakukan salam dan sapa (75,0%); item 10 cara

    pakai obat (58,3%). Cukup yaitu item 3 menanyakan kebutuhan pasien (44,4%).

    Kurang yaitu item 6 menanyakan keluhan pasien (16,7%); item 7 nama obat

    (22,2%); item 8 indikasi obat (13,9%); item 11 cara penyimpanan obat (8,3%);

    item 12 efek samping obat (25,0%); item 13 cara pembuangan obat (0%).

    Kata Kunci : Obat Non Resep, Pelayanan Informasi Obat, Apotek

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    ABSTRACT

    Non-Prescription Drug Services are pharmacist services to patients who

    want to do self-medication, known as self-medication. The purpose of this study

    was to evaluate the Drug Prescription Information Service by Pharmacists and

    find out how effective the Prescription Drug Information Service was by

    Pharmacists for patients at the Pharmacy in Maguwoharjo Village, Sleman

    Regency, Yogyakarta. This study included a descriptive study with a non-random

    sampling technique. Retrieval of data in this study by disguised observation, data

    analysis by means of data that is collected by the number of observations totaled

    with a checklist value of 14 then divided into 3 categories A, B, and C for

    assessment at each pharmacy. The results showed that 9 pharmacies were

    categorized as B and 3 pharmacies were categorized as C. While the results of the

    checklist assessment were in accordance with the categories of drug information

    services based on each assessment item, which was very good, item 4 with the

    right intonation (97.2%); item 5 communication speed received by the patient

    (100%); item 9 rules for using drugs (88.9%); item 14 thanks (94.4%). Good,

    namely item 1 friendly to smile (66.7%); item 2 is friendly to do greetings and

    greetings (75.0%); item 10 how to use drugs (58.3%). Enough, namely item 3 asks

    the needs of patients (44.4%). Less is item 6 asking for patient complaints

    (16.7%); item 7 drug name (22.2%); item 8 drug indication (13.9%); item 11 how

    to store drugs (8.3%); item 12 drug side effects (25.0%); item 13 how to dispose

    of drugs (0%).

    Keywords: Non Prescription Drugs, Drug Information Service, Pharmacy

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    PENDAHULUAN

    Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik

    kefarmasian oleh apoteker, sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek

    harus dikelola oleh seorang apoteker yang professional (Permenkes, 2016). Jadi

    semestinya masyarakat yang datang ke apotek ditemui oleh apoteker, dapat

    konsultasi tentang masalah obat yang mereka konsumsi, diberi alternatif solusi

    dan diakhiri dengan membayar jasa pelayanan. Akan tetapi pada kenyataannya,

    masih banyak apotek yang tidak melaksanakan fungsinya dengan baik. Misalnya

    saja apotek yang seharusnya berfungsi sebagai sarana pelayanan kefarmasian,

    telah berubah fungsi menjadi tempat untuk sekedar jual beli obat. Obat dijadikan

    sebagai komoditi dagang dengan adanya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak

    Penghasilan, dan margin keuntungan atas kegiatan jual beli obat (Pratomo, 2013).

    Pelayanan kefarmasian adalah syarat dari pengobatan untuk tujuan

    keberhasilan terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan terapi

    yaitu (1) mengobati penyakit, (2) menguragi gejala yang dialami oleh pasien, (3)

    mencegah atau memperlambat penyebaran penyakit, atau (4) mencegah penyakit

    ataupun gejalanya. Pelayanan kefarmasian melibatkan proses co-operatif seorang

    farmasis dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam merancang,

    menerapkan, dan monitoring rencana pengobatan yang akan menghasilkan

    outcome terapi spesifik untuk pasien (EDQM, 2012).

    Belum semua pasien tahu dan sadar akan apa yang harus dilakukan

    tentang obat-obatnya, oleh sebab itu untuk mencegah kesalahgunaan,

    penyalahgunaan, dan adanya interaksi obat yang tidak dikehendaki, pelayanan

    informasi obat dirasa sangat diperlukan. Farmasis dapat berkontribusi untuk

    meningkatkan hasil dari farmakoterapi dengan cara memberikan edukasi dan

    konseling pada pasien untuk menyiapkan dan memotivasi pasien agar menaati

    aturan farmakoterapi dan kegiatan monitoring. Edukasi dan konseling merupakan

    hal yang paling efektif ketika diselenggarakan di dalam ruangan atau tempat yang

    menjamin privasi dan memiliki kesempatan untuk menjaga rahasia komunikasi

    (Yamada and Nabeshima, 2015).

    Penelitian ini dilakukan di kelurahan maguwoharjo. Peneliti

    mengharapkan dapat mengevaluasi apotek di kelurahan maguwoharjo yang

    bertujuan memberikan informasi terkait obat yang digunakan oleh masyarakat

    yang datang di apotek tersebut. Dalam penelitian ini pentingnya dibahas

    pelayanan informasi obat tanpa resep oleh apoteker agar pasien dapat

    menggunakan obat secara benar dan mengetahui informasi tentang obat yang

    sedang dikonsumsi oleh pasien.

    Tujuan umum untuk menilai sejauh mana pelayanan informasi obat tanpa

    resep yang diberikan oleh apoteker di apotek di kelurahan maguwoharjo

    kabupaten sleman Yogyakarta. Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    seberapa efektif pelayanan informasi obat tanpa resep yang diberikan oleh

    apoteker di apotek di kelurahan maguwoharjo kabupaten sleman yogyakarta.

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan

    kepada tenaga farmasi dan masyarakat tentang pentingnya pelayanan informasi

    obat untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional dan

    melindungi profesi dalam menjalankan praktek kefarmasian dan menambah

    pengetahuan bagi peneliti maupun mahasiswa lainnya tentang pelayanan

    informasi obat tanpa resep yang diberikan oleh apoteker kepada pasien.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    METODE PENELITIAN

    Desain dan Subjek Penelitian

    Penelitian yang dilakukan adalah Evaluation study, dengan metode analisis

    data yang digunakan adalah metode deskriptif evaluatif. Penelitian deskriptif

    merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis mengenai

    fenomena yang diselidiki (Sugiyono, 2017). Dengan pendekatan evaluatif akan

    didapatkan suatu kesimpulan mengenai apakah suatu kebijakan sudah diterapkan

    dengan baik atau belum. Pengambilan data dilakukan secara observasi tersamar

    yaitu observasi untuk menghindari suatu data yang dicari merupakan data yang

    dirahasiakan (Sugiyono, 2012).

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 di Apotek di Kelurahan

    Maguwoharjo Kabupaten Sleman Yogyakarta, di 12 apotek di kelurahan

    maguwoharjo sebagai subyek penelitian ini adalah Apoteker.

    Gambar 1.Bagan Data Penelitian Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep Oleh

    Apoteker di Apotek di Kelurahan Maguwoharjo Kabupaten Sleman

    Yogyakarta.

    Responden 12

    apoteker dengan 3

    replikasi sejumlah 36

    hasil

    Pembahasan dilakukan

    terhadap 36 hasil

    penelitian berdasarkan

    Standar Pelayanan

    Kefarmasian di Apotek

    Nomor 73 tahun 2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Pengambilan Data

    Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara berupa

    observasi tersamar. Pengisian data dilakukan pada lembar checklist dalam bentuk

    tabel. Data yang diambil merupakan informasi terkait obat tanpa resep meliputi

    nama pasien, jenis kelamin pasien, beserta jenis pelayanan informasi obat tanpa

    resep. Pada penelitian ini, data yang dianalisis berdasarkan data checklist yang

    diperoleh dan tidak diberikan suatu intervensi, data checklist subjek penelitian

    akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan tanpa persetujuan yang bersangkutan,

    serta data subjek sepenuhnya hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

    Interpretasi dan Analisis Data

    Data yang dikumpulkan memperoleh hasil dengan perhitungan presentase seusai

    dengan rumus yaitu ( 𝑥 =jumlah checklist ada/𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎

    jumlah keseluruhan data (36)𝑋 100%) dengan contoh

    pertanyaan no 1 di checklist jumlah ada sebesar 24 dan tidak ada sebesar 12 maka

    dengan perhitungan rumus

    ( 𝑥 =24

    36𝑋 100%) = 66,7%, sedangkan tidak ada ( 𝑥 =

    12

    36𝑋 100%) = 33,3%

    dimana ada 4 kategori untuk penilaian 76,0%-100% dikategorikan (sangat baik),

    51,0%-75,0% dikategorikan (baik), 26,0%-50,0% dikategorikan (cukup), dan

    0,0%-25,0% dikategorikan (kurang) (Novitasari, 2016).

    Data yang dikumpulkan dengan jumlah pengamatan ditotalkan dengan

    nilai cheklist sejumlah 14 kemudian dibagi 3 kategori untuk penilaian di setiap

    apotek 11-14 dikategorikan A, 6-10 dikategorikan B, dan 1-5 dikategorikan C.

    hasil analisis data kemudian disajikan dalam bentuk presentase dalam table

    (Novitasari, 2016)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada penelitian ini checklist dinilai sendiri dengan melakukan observasi

    tersamar dan penilaian sesuai checklist terhadap pelayanan informasi obat tanpa

    resep oleh apoteker di Apotek yang terletak di Kelurahan Maguwoharjo

    Kabupaten Sleman Yogyakarta.

    Karakteristik apotek dan apoteker yaitu jumlah apotek sebanyak 12

    dengan 9 apotek jejaring di miliki 3 unit usaha dan 3 apotek milik pribadi.

    Apoteker yang ditemui pada semua apotek berjenis kelamin perempuan.

    Dari hasil penelitian ini maka peneliti dapat memaparkan hasil berupa tabel

    dimana pembahan ini terdapat 2 table yang pertama terkait dengan hasil penilaian

    checklist dapat dipaparkan sebagai persentase disetiap pertanyaan dengan jumlah

    pertanyaan adalah 14 item, table kedua terkait dengan kategori disetiap apotek

    dengan jumlah 12 apotek sesuai dengan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Hasil penilaian checklist tentang Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep

    Oleh Apoteker Di Apotek Di Kelurahan Maguwoharjo Kabupaten Sleman

    Yogyakarta dapat disajikan dalam table I berikut.

    Tabel I. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep

    Berdasarkan persentase hasil checklist evaluasi pelayanan informasi obat

    tanpa resep oleh apoteker di apotek di kelurahan maguwoharjo kabupaten sleman

    yogyakarta yang berisi 14 pertanyaan dengan jumlah apotek sebanyak 12 apotek

    yang dilakukan 3 replikasi maka hasil yang di dapatkan pada tabel 1 dengan

    No Ceklist Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Tanpa

    Resep

    Ada

    %

    Tidak

    Ada

    %

    1 Keramah tamahan dalam melakukan senyum 66,7 % 33,3%

    2 Keramah tamahan dalam melakukan salam dan sapa

    kepada pasien

    75,0 % 25,0%

    3 Adakah saat melayani pasien tenaga kesehatan yang

    melayani sudah menanyakan kebutuhan pasien apa

    44,4 % 55,6 %

    4 Adakah tenaga kesehatan yang melayani pasien saat

    berkomunikasi dengan intonasi yang tepat

    97,2 % 2,8 %

    5 Adakah tenaga kesehatan yang melayani pasien saat

    berkomunikasi dengan kecepatan yang mampu

    diterima pasien

    100 % 0 %

    6 Adakah tenaga kesehatan yang melayani pasien saat

    berkomunikasi menanyakan keluhan/obat yang pernah

    dikonsumsi pasien

    16,7 % 83,3 %

    7 Penyampaian Nama Obat

    (Nama Generik/ paten)

    22,2 % 77,8 %

    8 Informasi Indikasi Obat

    (Jelas memberikan informasi tentang fungsi obat)

    13,9 % 86,1 %

    9 Informasi Aturan Pakai Obat

    ( diminum setelah makan atau sebelum makan)

    88,9 % 11,1 %

    10 Informasi Cara Pakai Obat 58,3 % 41,7 %

    11 Informasi Cara Penyimpanan Obat

    (Contoh : suhu ruangan)

    8,3 % 91,7 %

    12 Informasi Tentang Efek Samping Obat

    (contoh : mual, muntah)

    25,0 % 75,0 %

    13 Informasi Cara Pembuangan Obat

    (melalui saluran air atau ditimbun)

    0 % 100 %

    14 Adakah saat akhir melakukan konseling kepada pasien

    mengucapkan terimakasih atas kedatangan/pembelian

    obat kepada pasien

    94,4 % 5,6 %

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    demikian peneliti dapat menulis dan memaparkan hasil yang didapatkan pada

    pembahasan.

    Hasil pengumpulan data dari penilaian ceklist didapatkan hasil untuk jenis

    informasi pelayanan obat yang seharusnya diperoleh pasien sesuai Standar

    Pelayanan Kefarmasian di Apotek Nomor 73 Tahun 2016. Hasil yang diperoleh

    dari ceklist yaitu :

    1. Keramahan tamahan dalam melakukan senyum menunjukkan

    persentase yang baik yaitu sebesar 66,7% disebabkan apoteker sudah

    ramah dalam berkomunikasi seperti menyapa pasien saat datang

    dengan senyum.

    2. Keramah tamahan dalam melakukan salam dan sapa kepada pasien

    menunjukkan hasil persentase yang baik yaitu sebesar 75,0%

    disebabkan apoteker berkomunikasi dengan baik dalam melakukan

    salam dan sapa kepada pasien.

    3. Kebutuhan pasien menunjukkan persentase yang cukup yaitu sebesar

    44,4% disebabkan apoteker yang bertugas sebagian besar tidak

    menanyakan kebutuhan pasien saat datang ke apotek.

    4. berkomunikasi dengan intonasi yang tepat menunjukkan hasil yang

    sangat baik yaitu sebesar 97,2% disebabkan apoteker yang bertugas

    saat melakukan pelayanan berkomunikasi dengan pasien dengan

    intonasi yang sudah baik.

    5. Berkomunikasi dengan kecepatan yang mampu diterima pasien

    menunjukkan hasil yang sangat baik yaitu sebesar 100% disebabkan

    apoteker yang melakukan pelayanan informasi obat berkomunikasi

    dengan pasien dengan kecepatan yang mampu diterima pasien dengan

    baik.

    6. Berkomunikasi menyakan keluhan/obat yang pernah dikonsumsi oleh

    pasien menunjukkan hasil persentase yang kurang yaitu sebesar 16,7%.

    Hasil persentase rendah disebabkan apoteker yang kurangnya

    perhatian terhadap pasien saat melakukan pelayanan menanyakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    keluhan pasien dan obat yang pernah dikonsumsi dikarenakan perlunya

    apoteker menanyakan keluhan pasien yang membantu apoteker saat

    menentukan obat yang tepat bagi pasien.

    7. Penyampaian nama obat menunjukan hasil persentase yang kurang

    yaitu sebesar 22,2%. Hasil persentase rendah disebabkan apoteker

    yang kurangnya memberikan informasi yang terutama informasi

    terkait nama obat itu termasuk generik atau paten dikarenakan pasien

    juga ingin tahu apa perbedaan dari obat paten dan generik.

    8. Informasi indikasi obat menunjukkan hasil yang kurang yaitu sebesar

    13,9%. Hasil persentase rendah disebabkan minimnya pengetahuan

    apoteker tentang indikasi obat yang akan disampaikan kepada pasien

    dan waktu yang tidak memungkinkan menyampaikan indikasi obat

    karena pasien ingin langsung pulang setelah membeli obat.

    9. Informasi aturan pakai obat menunjukkan hasil persentase yang sangat

    baik yaitu sebesar 88,9%. Disebabkan apoteker sudah menyampaikan

    informasi aturan pakai obat saat melakukan pelayanan.

    10. Informasi cara pakai obat menunjukkan hasil persentase yang baik

    yaitu sebesar 58,3%. Disebabkan di beberapa apotek apoteker yang

    bertugas sudah menyampaian informasi cara pakai obat.

    11. Informasi cara penyimpanan obat menunjukkan hasil persentase yang

    kurang yaitu sebesar 8,3% hasil presentase yang rendah disebabkan

    apoteker yang bertugas di apotek menganggap pasien sudah mengerti

    dengan cara penyimpanan obat yang dibeli contohnya sedian sirup dan

    obat tetes mata sehingga apoteker tidak perlu lagi untuk

    menyampaikan cara penyimpanan obat tersebut.

    12. Informasi efek samping obat menunjukkan hasil presentase yang

    kurang yaitu sebesar 25,0%. Hasil persentase yang rendah disebabkan

    apoteker mengganggap itu hanya sebagai obat tanpa resep jadi pasien

    pasti bisa membaca tentang efek samping obat yang dibelinya

    dikemasan obatnya sehingga apoteker tidak menyampaikan informasi

    tentang efek samping obat tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    13. Cara pembuangan obat menujukkan hasil persentase yang kurang yaitu

    sebesar 0%. Hasil persentase sangat rendah disebabkan apoteker

    mengganggap itu hanya sebagai obat tanpa resep jadi pasien tahu cara

    membuang obat yang dibelinya sehingga apoteker tidak

    menyampaikan informasi cara pembuangan obat tersebut padahal

    sangat penting dalam melakukan pelayanan cara pembuangan obat

    perlu diberikan agar obat yang dibuang tidak disembarang tempat yang

    dapat menyebabkan orang lain bisa memalsukan obat tersebut.

    14. Mengucapkan terimakasih atas kedatangan/pembelian obat kepada

    pasien menunjukkan hasil persentase yang sangat baik yaitu sebesar

    94,4%. Disebabkan apoteker sudah melakukannya.

    Pelayanan informasi obat tanpa resep yang diberikan oleh apoteker di apotek

    di kelurahan maguwoharjo kabupaten sleman Yogyakarta sebagian besar yang

    disampaikan oleh apoteker hanya sebatas keramah tamahan dalam berkomunikasi

    dan penyampaian nama obat. Padahal, pelayanan informasi obat tanpa resep tidak

    kalah penting dengn obat resep karena dengan adanya pelayann informasi obat

    tanpa resep yang lengkap dan jelas sesuai Permenkes yang berlaku dapat

    meningkatkan kepatuhan pasien terhadap obat yang digunakannya. Apoteker

    dituntut kemampuan dalam menguasai ilmu-ilmu farmasi terutama mengenai obat

    dan untuk pasien dapat mengetahui informasi yang lengkap mengenai penggunaan

    obat yang benar dalam hal ini perlunya apoteker selalu memberikan pelayanan

    dengan menggunakan metode “DAGUSIBU” agar pasien lebih luas mengetahui

    obat yang sedang dikonsumsinya sehingga melindungi apoteker dalam

    menjalankan profesi dengan peraturan yang ada.

    Dampak yang terjadi saat pelayanan informasi obat tidak sesuai standar

    pelayanan yaitu merugikan bagi profesi apoteker yang bertugas tidak melayani

    secara profesional dan pasien yang dapat menimbulkan efek samping diluar

    kendali sehingga pasien tidak sembuh dari sakitnya melainkan penyakit yang

    dideritanya semakin parah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Tingkat pemahaman pasien dalam memahami informasi yang diberikan oleh

    apoteker adalah salah satu factor yang menentukan lamanya waktu yang

    dibutuhkan apoteker dalam menyampaikan informasi obat, untuk mengetahui

    tingkat pemahaman dari pasien perlunya apoteker meminta pasien untuk

    mengulangi informasi yang diberikan oleh apoteker, maka waktu yang dibutuhkan

    apoteker untuk memberikan pelayanan informasi obat juga semakin cepat.Oleh

    karena itu, apoteker dituntut dapat menyampaikan informasi yang mudah diterima

    dan dipahami oleh pasien.

    Hasil penilaian checklist di 12 apotek dengan 3 replikasi dengan jumlah

    keseluruhan 36 data memperoleh kategori di setiap apotek yang disajikan dalam

    table II sebagai berikut.

    Tabel II. Kategori Apotek Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016

    Berdasarkan hasil presentase checklist di table 1 maka peneliti dapat

    memberikan hasil dan menentukan kategori sesuai dengan Standar Pelayanan

    Kefarmasian di Apotek Nomor 73 Tahun 2016 yang dipaparkan pada table 2.

    Hasil pengumpulan data dari penilaian checklist didapatkan hasil untuk

    jenis informasi yang seharusnya diperoleh pasien sesuai dengan Standar

    Pelayanan Kefarmasian dari pedoman Kementrian Kesehatan. Hasil yang

    diperoleh dari 12 Apotek dengan 3 replikasi yaitu 9 Apotek dikategorikan B

    (dimana sebagian besar hasil checklist sudah sesuai dengan Standar Pelayanan

    Apotek Replikasi 1

    (Ada)

    Replikasi 2

    (Ada)

    Replikasi 3

    (Ada)

    Jumlah

    Hasil

    (Jumlah : 3)

    Kategori

    1 9 9 9 27 9 B

    2 8 10 11 29 9,6 B

    3 7 8 8 23 7,6 B

    4 7 7 9 23 7,6 B

    5 10 8 9 27 9 B

    6 7 9 11 27 9 B

    7 3 5 6 14 4,6 C

    8 7 8 7 22 7,3 B

    9 4 4 6 14 4,6 C

    10 6 6 4 16 5,3 C

    11 7 5 5 17 5,6 B

    12 6 6 5 17 5,6 B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Kefarmasian di Apotek Nomor 73 Tahun 2016, sedangkan 3 Apotek

    dikategorikan C (dimana sebagian besar hasil checklist belum memenuhi

    persyaratan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Nomor 73 Tahun 2016).

    Dalam pembahasan ini apoteker harus memahami dan menyadari

    kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses

    pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat,

    masalah farmakoekonomi, dan farmasi social. Untuk menghindari hal tersebut,

    apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker mampu

    berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk

    mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut,

    apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan

    evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melakukan

    semua kegiatan itu, diperlukan standar pelayanan kefarmasian (Permenkes, 2016).

    Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh farmasi sebagai bahan acuan atau

    sumber informasi dan bahan evaluasi kepada tenaga kefarmasian atau apoteker di

    apotek dalam meningkatkan upaya sebagai pelayanan informasi obat tanpa resep.

    Khususnya bagi apoteker, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk lebih

    berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan informasi obat tanpa resep

    kepada pasien. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat

    melakukan wawancara dengan apoteker terkait alasan informasi obat yang

    diberikan kepada pasien.

    Pembahasan yang menarik pada penelitian ini yaitu ada beberapa

    kesamaan dalam semua apotek yang paling sering dilakukan dalam memberikan

    informasi dengan pasien

    1. Keramah tamahan dalam melakukan salam dan sapa kepada pasien

    hampir semua apotek melakukan hal tersebut.

    2. Apoteker yang melayani pasien saat berkomunikasi dengan intonasi

    yang tepat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    3. Apoteker yang melayani pasien saat berkomunikasi dengan kecepatan

    yang mampu diterima pasien.

    4. Apoteker saat melakukan konseling kepada pasien mengucapkan

    terimakasih atas kedatangan/pembelian obat kepada pasien.

    Dalam penelitian ini juga terdapat hal yang sama sekali tidak dilakukan

    apoteker memberikan informasi kepada pasien yaitu informasi tentang cara

    pembuangan obat (melalui saluran air atau di timbun).

    Dalam pembahasan ini peneliti memberikan saran kepada semua apotek

    dimana 9 apotek dikategorikan B dan 3 apotek dikategorikan C. untuk apotek

    yang dikategorikan B sudah cukup baik tetapi agar memperoleh kategori A dan C

    memperoleh kategori B perlu adanya peningkatan kinerja dari seorang apoteker

    sebagai berikut :

    1. Lebih sering melihat pedoman konseling di situs resmi seperi

    PERMENKES dan lebih update juga terkait pemberian informasi obat

    tanpa resep.

    2. Diperlukan sarana penunjang seperti buku, jurnal maupun pedoman

    yang lain terkait informasi obat di apotek.

    3. Diperlukan aplikasi yang mendukung terkait informasi obat seperti

    Medscape, Drugs.com medication Guide dan web yang paling umum

    digunakan seperti Gudang Ilmu Farmasi – Farmasetika.com.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    KESIMPULAN

    Setelah melakukan penelitian mengenai evaluasi pelayanan informasi obat

    tanpa resep oleh apoteker di Apotek di Kelurahan Maguwoharjo Kabupaten

    Sleman Yogyakarta, maka dapat disimpulakan sebagai berikut :

    1. Berdasarkan hasil penelitian dari 12 apotek di Kelurahan Maguwoharjo

    Kabupaten Sleman Yogyakarta sebagian besar pelayanan yang diberikan

    hanya terfokus kepada komunikasi dan ramah terhadap pasien.

    2. Hasil penilaian checklist sesuai dengan kategori pada pelayanan informasi

    obat berdasarkan tiap item penilaian, yaitu :

    1. Sangat Baik yaitu item ke 4 berkomunikasi dengan intonasi yang tepat

    (97,2%); item 5 berkomunikasi dengan kecepatan yang mampu

    diterima pasien (100%); item 9 aturan pakai obat (88,9%); item 14

    mengucapkan terimakasih (94,4%).

    2. Baik yaitu item ke 1 ramah dalam senyum (66,7%); item 2 ramah

    melakukan salam dan sapa (75,0%); dan item 10 cara pakai obat

    (58,3%).

    3. Cukup yaitu item ke 3 menanyakan kebutuhan pasien apa (44,4%),

    4. Kurang item ke 6 menanyakan keluhan pasien (16,7%); item 7 nama

    obat (22,2%); item 8 indikasi obat (13,9%); item 11 cara penyimpanan

    obat (8,3%); item 12 efek samping obat (25,0%); dan item 13 cara

    pembuangan obat (0%).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    SARAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan

    saran yang bisa menjadi masukan bagi Apotek di Kelurahan Maguwoharjo

    Kabupaten Sleman Yogyakarta, yaitu:

    1. Dengan diketahuinya pelayanan informasi obat tanpa resep oleh apoteker

    di Apotek di Kelurahan Maguwoharjo Kabupaten Sleman Yogyakarta

    maka disarankan agar Apoteker di Apotek di Kelurahan Maguwoharjo

    Kabupaten Sleman Yogyakarta melakukan pelayanan informasi obat

    prinsip DAGUSIBU.

    2. Kepada Apoteker diharapkan lebih memperhatikan kemampuan pemberian

    Pelayanan Informasi Obat kepada pasien untuk memberi obat tanpa resep,

    agar pasien tidak merasa khawatir dengan obat yang digunakan dan

    meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diharapkan saat

    mengkonsumsi obat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA

    EDQM, 2012, Pharmaceutical Care – Policies and Practice for a Safer,

    More Responsible and Cost – effective Health System,

    Directorate for the Quality of Medicines & HealthCare of the

    Council of Europe (EDQM), France, p. 7.

    Depkes RI., 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

    2009 Tentang Kesehatan, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

    Depkes RI., 2016, Peraturan Pemerintah No.PP 51 Tahun 2009 Tentang

    Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, Departemen

    Kesehatan RI.

    Depkes RI., 2009, Peraturan Pemerintah No.PP 73 Tahun 2016Tentang

    Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

    Depkes RI., 2014, Peraturan Pemerintah No. PP 35 Tentang Standar

    Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, Departemen

    Kesehatan RI.

    Manan, El., 2014, Buku Pintar swamedikasi, Saufa, Jogjakarta.

    Novitasari, 2016, Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien di

    Instalasi Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul

    Yogyakarta.

    Ario Pratomo, dan Amanda WBBA., 2013, Analisis Fundamental dan

    Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perbankan yang

    Terdapat pada Indeks LQ45, Medan : Jurnal Ekonomi dan

    Keuangan Vol.1, No.3, Februari.

    Purwanti, A., Harianto., dan Supardi, S., 2004, Gambaran Pelaksanaan

    Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun

    2003, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 2.

    Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Bandung :

    Alfabeta.

    Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Bandung :

    Alfabeta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Yamada, K., Nabeshima, T., 2015, Pharmacist-managed clinic for patient

    education and counselilng in japan: current status and future

    perspective, Journal of Pharmaceutical Health Care and

    Sciences (JPHCS).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Definisi Operasional Penelitian

    1. Pada penelitian ini informasi yang ingin diperoleh apakah

    Apoteker sudah menjelaskan informasi obat dengan jelas dan

    sesuai dengan standar pelayanan di apotek menurut Menkes, RI.,

    2016.

    2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai

    apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

    Dalam penelitian ini Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus

    berinteraksi dengan pasien, dan apoteker harus mampu

    berkomunikasi dengan pasien sehubungan dengan informasi obat

    yang akan digunakan pasien dan Apoteker diharapkan dapat

    memberikan informasi yang jelas dan baik kepada pasien.

    3. Dalam penelitian ini yaitu pembelian obat tanpa resep peran

    Apoteker yaitu wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai

    data pasien, apoteker wajib memberikan informasi obat secara

    benar, yang mencangkup indikasi, kontraindikasi, cara pemakaian,

    cara penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul, serta

    tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut

    timbul.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Lampiran 2. CekList Pelayanan Informasi Obat Tanpa Resep.

    CEKLIST EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA RESEP

    OLEH APOTEKER DI APOTEK DI KELURAHAN MAGUWOHARJO

    KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

    Tanggal :

    Ceklist ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan Proposal yang

    berjudul “EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA

    RESEP OLEH APOTEKER DI APOTEK DI KELURAHAN

    MAGUWOHARJO KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA” yang

    dilakukan oleh :

    I Putu Purwa Yoga (148114127)

    S1 Farmasi, Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    A. Identitas Pasien

    Nama :

    Jenis Kelamin :

    No Ceklist Evaluasi Pelayanan Informasi Obat

    Tanpa Resep

    Ada Tidak

    Ada

    1 Keramah tamahan dalam melakukan

    senyum

    2 Keramah tamahan dalam melakukan salam

    dan sapa kepada pasien

    3 Adakah saat melayani pasien tenaga

    kesehatan yang melayani sudah

    menanyakan kebutuhan pasien apa

    4 Adakah tenaga kesehatan yang melayani

    pasien saat berkomunikasi dengan intonasi

    yang tepat

    5 Adakah tenaga kesehatan yang melayani

    pasien saat berkomunikasi dengan

    kecepatan yang mampu diterima pasien

    6 Adakah tenaga kesehatan yang melayani

    pasien saat berkomunikasi menanyakan

    keluhan/obat yang pernah dikonsumsi

    pasien

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    7 Penyampaian Nama Obat

    (Nama Generik/ paten)

    8 Informasi Indikasi Obat

    (Jelas memberikan informasi tentang

    fungsi obat)

    9 Informasi Aturan Pakai Obat

    ( diminum setelah makan atau sebelum

    makan)

    10 Informasi Cara Pakai Obat

    11 Informasi Cara Penyimpanan Obat

    (Contoh : suhu ruangan)

    12 Informasi Tentang Efek Samping Obat

    (contoh : mual, muntah)

    13 Informasi Cara Pembuangan Obat

    (di washtaple atau di tanah)

    14 Adakah saat akhir melakukan konseling

    kepada pasien mengucapkan terimakasih

    atas kedatangan/pembelian obat kepada

    pasien

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Lampiran 3.Standar prosedur Operasional Pelayanan Informasi Obat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    BIOGRAFI PENULIS

    Penulis bernama lengkap I Putu Purwa Yoga, lahir di

    Berangbang pada tanggal 16 Mei 1996 dan merupakan

    anak pertama dari pasangan I Made Dirga Diana dan Ni

    Ketut Warningsih. Pendidikan formal yang telah ditempuh

    penulis yaitu TK Kumuda Sari (2000 - 2001), tingkat

    Sekolah Dasar di SD N 3 Brangbang (2002 - 2008),

    tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1 Kuta

    Utara (2008 – 2011), dan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA N 2 Mengwi

    (2011 – 2014).Pada tahun 2014, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

    Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Selama perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti KPU tahun

    2015 sebagaianggota devisi perlengkapan, KPU tahun 2016 sebagai anggota divisi

    perlengkapan, dan FACTION tahun 2016 sebagai anggota divisi perlengkapan.

    Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi dalam kampus seperti UKF

    Squadra Viola sebagai Anggota periode 2016/2017 dan UKF Volli sebagai

    anggota periode 2016/2017.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI