kualitas pemberian informasi obat pada pelayanan resep

of 12 /12
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.16 No. 02 Desember 2019:244-255 244 Kualitas Pemberian Informasi Obat pada Pelayanan Resep Berdasarkan Kepuasan Pasien BPJS Puskesmas Kecamatan Cilandak Quality of Providing Drug Information Services Based on Satisfaction of BPJS Patient in Prescription Services Puskesmas Kecamatan Cilandak Ekadipta * , Muhammad Sadikin, Muhammad Rizqi Yusuf Department of Pharmacy, Faculty of Science and Tecnology, Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal, Jl. Raya Kedoya Al-Kamal No. 2 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11520, Indonesia *Corresponding author email: [email protected] Received 25-7-2019 Accepted 25-11-2019 Available online 30-12-2019 ABSTRAK Pelayanan kefarmasian di puskesmas berperan penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan bagi masyarakat, yaitu dengan pelaksanaan pemberian informasi obat untuk mendukung penggunaan obat. Pemberian informasi obat harus jelas agar pasien puas. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik apabila dilakukan dengan standar dan menimbulkan kepuasan bagi pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pemberian informasi obat pada pelayanan resep berdasarkan kepuasan pasien BPJS rawat jalan di Unit Pelayanan Obat, Puskesmas Kecamatan Cilandak periode Agustus 2018. Desain penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menerapkan Permenkes nomor 74 tahun 2016 dan Permenpan nomor 14 tahun 2017. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa kualitas pemberian informasi obat secara keseluruhan mendapatkan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 77,21 dengan mutu B dan kualitas baik. Berdasarkan karakteristik responden yang menyatakan kualitas baik yaitu jenis kelamin perempuan, usia 19-49 tahun dan 50-59 tahun, pendidikan terakhir SMP ke atas. Kualitas kurang baik dinyatakan oleh jenis kelamin laki- laki dan pendidikan terakhir SD ke bawah. Berdasarkan perunsur dengan kualitas sangat baik diperoleh pada sediaan, dosis, cara pakai, dan indikasi. Kualitas baik diperoleh pada nama obat. Kualitas kurang baik diperoleh pada cara penyimpanan dan efek samping. Kualitas tidak baik diperoleh pada kontraindikasi, stabilitas, dan interaksi obat. Kata kunci: BPJS, IKM, kepuasan pasien, pelayanan informasi obat, puskesmas.

Author: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN SENDOK (Plantago major L) PADA TIKUS MODEL HEPATOTOKSIK : TINJAUAN ANATOMI DAN HISTOPATOLOGI244
Kualitas Pemberian Informasi Obat pada Pelayanan Resep Berdasarkan Kepuasan Pasien BPJS Puskesmas Kecamatan Cilandak
Quality of Providing Drug Information Services Based on Satisfaction of BPJS Patient in Prescription Services Puskesmas Kecamatan Cilandak
Ekadipta*, Muhammad Sadikin, Muhammad Rizqi Yusuf
Department of Pharmacy, Faculty of Science and Tecnology, Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal,
Jl. Raya Kedoya Al-Kamal No. 2 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11520, Indonesia
*Corresponding author email: [email protected]
ABSTRAK
Pelayanan kefarmasian di puskesmas berperan penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan bagi masyarakat, yaitu dengan pelaksanaan pemberian informasi obat untuk mendukung penggunaan obat. Pemberian informasi obat harus jelas agar pasien puas. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik apabila dilakukan dengan standar dan menimbulkan kepuasan bagi pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pemberian informasi obat pada pelayanan resep berdasarkan kepuasan pasien BPJS rawat jalan di Unit Pelayanan Obat, Puskesmas Kecamatan Cilandak periode Agustus 2018. Desain penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menerapkan Permenkes nomor 74 tahun 2016 dan Permenpan nomor 14 tahun 2017. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa kualitas pemberian informasi obat secara keseluruhan mendapatkan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 77,21 dengan mutu B dan kualitas baik. Berdasarkan karakteristik responden yang menyatakan kualitas baik yaitu jenis kelamin perempuan, usia 19-49 tahun dan 50-59 tahun, pendidikan terakhir SMP ke atas. Kualitas kurang baik dinyatakan oleh jenis kelamin laki- laki dan pendidikan terakhir SD ke bawah. Berdasarkan perunsur dengan kualitas sangat baik diperoleh pada sediaan, dosis, cara pakai, dan indikasi. Kualitas baik diperoleh pada nama obat. Kualitas kurang baik diperoleh pada cara penyimpanan dan efek samping. Kualitas tidak baik diperoleh pada kontraindikasi, stabilitas, dan interaksi obat. Kata kunci: BPJS, IKM, kepuasan pasien, pelayanan informasi obat, puskesmas.
245
ABSTRACT
Pharmacy services at the Community Health Centers, particularly drug information service, play an important role in the implementation of health efforts for the community. The provided drug information service must be clear for patient satisfaction. A good quality health service can be achieved by following the standards and hence resulted in satisfaction for patients. The purpose of this study was to determine the quality of drug information provided by the drug service unit of Cilandak Community Health Center based on the satisfaction of BPJS outpatients in August 2018. This study used a quantitative descriptive method by applying Permenkes number 74 of 2016 and Permenpan number 14 of 2017. The results of the study showed that the overall quality of drug information service received the Community Satisfaction Index value of 77.21, which represented B for good quality. The characteristics of respondents who stated good quality were female, age 19-49 and 50-59 years old, junior high and higher education, while those stated not good one were male with elementary school and below education. The elements with very good quality were drug preparations, dosage, method of use, and indication; while that with good quality was the name of the drug. In addition, poor quality element was the storage method and side effects, with contraindications, stability, and drug interactions were named as the bad quality elements. Key words: BPJS, drug information services, IKM, patient satisfaction, Puskesmas. Pendahuluan
Peraturan Badan Penyelenggara
2017 menjelaskan bahwa BPJS
dibentuk untuk menyelenggarakan
memelihara dan meningkatkan
kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Pelayanan kefarmasian di
Kefarmasian di Puskesmas merupakan
dari pelaksanaan upaya kesehatan.
kefarmasian, telah terjadi pergeseran
orientasi pelayanan kefarmasian, tidak
lebih luasnya mencakup pelaksanaan
pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan obat (Kemenkes, 2010).
penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi
(Kemenkes, 2011). Tidak
(Oscar dan Jauhar, 2016).
terdokumentasi. Berdasarkan laporan
246
sebesar 45,39% dengan target 45%.
Diharapkan pada tahun 2018 puskesmas
yang melaksanakan pelayanan
dalam Permenkes nomor 74 tahun 2016.
Namun tidak semua unsur informasi
obat tersebut diberikan kepada pasien.
Berdasarkan penelitian oleh Adityawati
tidak disampaikan di puskesmas adalah
penyimpanan dan stabilitas obat. Serta
dalam pemberian informasi obat harus
jelas agar pasien puas. Kualitas
pelayanan dinilai berdasarkan nilai
persepsi dari kepuasan masyarakat
Indonesia nomor 14 tahun 2017. Kualitas
pelayanan kesehatan yang baik apabila
dilakukan dengan standar dan
menimbulkan kepuasan bagi pasien
kesehatan tingkat pertama yang
Puskesmas Kecamatan Cilandak
pemberian informasi obat yang
tahun 2016. Selain itu, masih ada pasien
yang meminta penjelasan ulang
terhadap pemberian informasi obat
perlu dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas
pemberian informasi obat pada
pelayanan resep berdasarkan kepuasan
Pelayanan Obat, Puskesmas Kecamatan
Cilandak periode Agustus 2018.
dari sampel populasi penelitian,
yang digunakan untuk diintrepretasikan
Agustus 2018. Tempat pengambilan data
adalah di Unit Pelayanan Obat,
Puskesmas Kecamatan Cilandak,
Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak,
kunjungan pasien BPJS rawat jalan pada
bulan April 2018 yang berjumlah 7.984.
Maka jumlah unit sampel pasien dapat
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.16 No. 02 Desember 2019:244-255
247
n = 367
Keterangan: n = jumlah sampel, N = Jumlah populasi Zα=Nilai baku distribusi normal pada
derajat kepercayaan 95% adalah 1,96.
P = Estimastor proporsi populasi sebesar 50%.
d = Toleransi kesalahan sebesar 5%.
Hasil perhitungan tersebut
populasi sebesar 8.000 menurut
sebanyak 367. Dengan kriteria inklusi:
1. Pasien BPJS rawat jalan.
2. Pasien dewasa (19 sampai 49
tahun) dan pasien pralansia (50
sampai 59 tahun) yang menebus
obatnya sendiri.
ke bawah), pasien lansia (60 tahun
ke atas), dan pasien jiwa yang
menebus obatnya diwakilkan orang
menggunakan metode perhitungan yang
tahun 2017.
Nilai Persepsi Nilai Konversi Kualitas Kinerja
1 25,00 – 64,99 Tidak baik 2 65,00 – 76,60 Kurang baik 3 76,61 – 88,30 Baik 4 88,31 – 100,00 Sangat baik
Hasil dan Pembahasan
Kategori laki-laki menghasilkan
sebesar 74,90 di antara nilai 64,99 dan
76,60 dengan kualitas kurang baik.
Sedangkan pada kategori perempuan
kualitas baik. Jenis kelamin merupakan
salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi individu dalam
pendapat atau penilaian seseorang
mengenai penilaian kualitas pemberian
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.16 No. 02 Desember 2019:244-255
248
peduli dibandingkan perempuan
(Gunarsa dan Gunarsa, 2008).
Kategori usia yaitu dewasa 19-49
tahun dan pralanjut usia (pralansia) 50-
59 tahun. Pengelompokkan usia
berdasarkan poli di Puskesmas
sama yaitu di antara 76,60 dan 88,30
dengan kualitas baik. Bertambahnya
umur seseorang dapat berpengaruh
pada kesehatannya, dimana terjadi
tua cenderung lebih banyak
menentukan penilaian seseorang.
mempengaruhi penilaian atau persepsi
Kualitas pemberian informasi
SMP, SMA, D1-D3-D4, S1, dan S2 ke atas.
Pendidikan terakhir dengan kategori SD
ke bawah memperoleh IKM terkecil
dengan nilai 74,86 di antara nilai 64,99
dan 76,60 dengan kualitas kurang baik.
Sedangkan pada kategori SMP, SMA, D1-
D3-D4, S1, dan S2 ke atas memperoleh
IKM di antara 76,60 dan 88,30 dengan
kualitas baik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan yang
semakin tinggi akan berpengaruh
terhadap pengetahuan, daya tangkap,
249
memberikan penilaian yang obyektif
(Arimbawa, 2014). Dengan demikian
seseorang berpendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima informasi
sehingga merespon kualitas pemberian
dengan baik.
terakhir.
Unsur-unsur pemberian
kategori ini mendapatkan nilai IKM 88,15
dengan kualitas baik. Pemberian
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.16 No. 02 Desember 2019:244-255
250
generik.
IKM yang diperoleh sebesar 93,26
dengan kualitas sangat baik. Semua
bentuk obat mempunyai karakteristik
obat.
Dosis obat memperoleh nilai IKM
93,87 dengan kualitas sangat baik.
Pemberian informasi obat di Puskesmas
Kecamatan Cilandak tentang dosis obat
meliputi aturan pakai dan jumlah gram
zat aktif yang dikandung obat. Obat pada
dasarnya merupakan bahan yang hanya
dengan dosis tertentu dan dengan
penggunaan yang tepat dapat
cara pakai. Jadwal waktu dan rute
penggunaan obat merupakan bagian
Pemberian informasi obat tentang cara
pakai terkait jadwal waktu penggunaan
obat yang dinyatakan dalam berapa kali
sehari atau setiap beberapa jam seperti
3 kali sehari setiap 8 jam (Widodo,
2004). Pada rute penggunaan obat
dibedakan menjadi pemakaian dalam
obat tentang cara pakai perlu diberikan
agar tepat penggunaannya, seperti obat
wasir jangan ditelan (Kemenkes, 2008).
Cara penyimpanan
dengan kualitas kurang baik.
251
informasi cara pemakaian obat,
sehingga mendapatkan kualitas kurang
disimpan di tempat sejuk karena dalam
suhu kamar akan mencair. Obat
disimpan sesuai aturan dengan tujuan
obat terhindar dari kerusakan. Bila cara
penyimpanan obat tidak memenuhi
tentang cara penyimpanan perlu
Kategori pemberian informasi
Nilai IKM yang diperoleh pada kategori
ini sebesar 93,19 dengan kualitas sangat
baik. Indikasi obat merupakan informasi
mengenai khasiat obat untuk suatu
penyakit dan obat yang diberikan harus
sesuai penyakit (Kemenkes, 2008).
Sehingga pemberian informasi obat
suatu penyakit.
yaitu 49,59 dengan kualitas tidak baik.
Menurut pengamatan, pemberian
menyusui. Sehingga pemberian
Kejelasan tentang pemberian informasi
obat terkait kontraindikasi bertujuan
jika memiliki kontraindikasi yang
Untuk kategori ini mendapat nilai 58,72
dengan kualitas tidak baik. Pemberian
informasi obat tentang stabilitas terkait
dengan tanggal kadaluarsa yang
menunjukkan bahwa sampai dengan
memenuhi syarat, yang biasanya
(Kemenkes, 2006). Berdasarkan
mendekati tanggal kadaluarsa atau
mendapatkan obat tersebut, maka tidak
diberikan informasi obat tentang
stabilitas, sehingga kualitasnya tidak
dengan mutu yang terjamin.
Efek samping obat merupakan
dengan nilai 68,60 dan kualitas kurang
baik. Efek samping obat adalah efek
yang tidak diinginkan untuk tujuan
terapi (Siregar, 2004). Karena efeknya
tidak diinginkan sehingga perlu berhati-
hati ketika memberikan informasi
tidak takut untuk menggunakan obat.
Pemberian informasi obat terkait efek
samping di Puskesmas Kecamatan
252
klorfeniramin maleat (Granthina, 2016).
tersebut ketika akan berkendara.
samping.
(Noviana dan Nurilawati, 2017).
Pemberian informasi obat terkait
kalsium laktat yang absorbsinya
berkurang dengan pemberian kalsium.
Adapun amlodipin berinteraksi dengan
Puskesmas Kecamatan Cilandak
sedangkan ferro sulfat pada malam hari.
Penggunaan amlodipin dan simvastatin
tidak mendapatkan obat itu, maka tidak
diberikan informasi interaksi obat,
secara berbarengan.
No Unsur Pemberian Informasi Obat Indeks Kepuasan Masyarakat
1 Nama 88,15 2 Sediaan 93,26 3 Dosis 93,87
4 Cara pakai 95,03 5 Cara penyimpanan 76,23 6 Indikasi 93,19 7 Kontraindikasi 49,59
8 Stabilitas 58,72 9 Efek samping 68,60
10 Interaksi obat 55,45 Jumlah 772,07 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat 77,21 Mutu pelayanan B
Kualitas kinerja Baik
Kualitas pemberian informasi
Kecamatan Cilandak secara keseleruhan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.16 No. 02 Desember 2019:244-255
253
dimengerti, singkat tetapi jelas
sangat penting dalam menunjang
keberhasilan terapi (Kemenkes, 2011).
Pemberian informasi obat bermaksud
mematuhi aturan pengobatan (Oscar
pelayanan kefarmasian di puskesmas
Kecamatan Cilandak terkait pemberian
nilai IKM 77,21 dan kualitas baik.
Kualitas baik dinyatakan oleh jenis
kelamin perempuan, usia 19-49, 50-59
tahun, pendidikan terakhir SMP, SMA,
D1-D3-D4, S1, dan S2 ke atas, sedangkan
kualitas kurang baik dinyatakan oleh
jenis kelamin laki-laki dan pendidikan
terakhir SD ke bawah. Kualitas sangat
baik diperoleh pada sediaan, dosis, cara
pakai, dan indikasi. Kualitas baik
diperoleh pada nama obat. Kualitas
kurang baik diperoleh pada
kontraindikasi, stabilitas, dan interaksi
dipertahankan, sedangkan kualitas yang
ditingkatkan. Untuk selanjutnya,
WhatsApp untuk memberikan informasi
dimanfaatkan. Penelitian ini perlu
dikembangkan menjadi hubungan antara
kepuasan pasien.
Daftar Pustaka
Adityawati, R., Latifah, E., Hapsari, W.S. 2016. Evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Grabag. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 1(2):6-10.
Aprinansyah, A. 2017. Kajian pelayanan
informasi obat di apotek wilayah Kota Tanggerang. Skripsi. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arimbawa, E., Suarjana, Wijaya, G. 2014.
Hubungan pelayanan kefarmasian dengan kepuasan konsumen menggunakan jasa apotik di Kota Denpasar. Public Health and Preventive Medicine Archive, 2(2):198-203.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
254
Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, Y.S.D. 2008.
Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Granthina. 2016. Praktikum Spesialit
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik
Kementerian Kesehatan Republik
Kementerian Kesehatan Republik
Kementerian Kesehatan Republik
Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Medscape.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Noviana, N. dan Nurilawati, V. 2017.
Bahan Ajar Keperawatan Gigi Farmakologi. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Oscar, L. dan Jauhar, M. 2016. Dasar-
Dasar Manajemen Farmasi. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Permatasari, D.W. 2015. Hubungan
antara pemberian informasi obat dan lama pelayanan farmasi resep jadi dengan kepuasan pasien umum rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD Jendral Ahmad Yani. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Lampung.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik
Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
255
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Cetakan 1. Jakarta: Sagung Seto.
Widodo, R. 2004. Panduan Keluarga
Memilih dan Menggunakan
Penggunaan Obat Wajib Apotek. Yogyakarta: D- Mediko.