eritroderma

20
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFARAT Januari 2011 ERITRODERMA OLEH : Nadira Wulandari Lasimpala 110206042 Mukhisal Aqni 110206059 Asnita 110206127 PEMBIMBING dr. Shinta Novianti Barnas SUPERVISOR dr. Sri Rimayani, Sp.KK DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011 1

Upload: agustina-tina-hartuti

Post on 20-Oct-2015

191 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Eritroderma

TRANSCRIPT

Page 1: Eritroderma

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

REFARATJanuari 2011

ERITRODERMA

OLEH :

Nadira Wulandari Lasimpala 110206042

Mukhisal Aqni 110206059

Asnita 110206127

PEMBIMBINGdr. Shinta Novianti Barnas

SUPERVISORdr. Sri Rimayani, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011

1

Page 2: Eritroderma

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : 1. Nadira Wulandari Lasimpala 110206042

2. Mukhlisal Aqni 110206059

3. Asnita 110206127

Judul Refarat : Eritroderma

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Januari 2011

Pembimbing Supervisor

(dr. Shinta Novianti Barnas) (dr. Sri Rimayani, Sp.KK )

2

Page 3: Eritroderma

ERITRODERMA

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan fungsi kulit adalah

eritroderma.(1)

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema

yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung dalam

beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan

eritroderma.(2,3) Bagaimanapun, itu tidak dapat mendefinisikan, karena pada gambaran klinik

dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma umumnya kelainan

kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell

lymphoma(CTCL) atau reaksi obat. Meskipun peningkatan 50% pasien mempunyai riwayat lesi

pada kulit sebelumnya untuk onset eritroderma, identifikasi penyakit yang menyertai

menggambarkan satu dari sekian banyak kelainan kulit.(4)

Pada eritroderma yang kronik eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan

hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya

eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, skuama kemudian

timbul pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya antara 50-90% dinamakan pre-

eritroderma..(5)

ETIOLOGI

Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan penyakit

kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.(6) Penyakit kulit yang dapat menimbulkan

eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%,

CTCL atau sindrom sezary 5%.(7)

3

Page 4: Eritroderma

a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan

eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat. Pada beberapa

masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara

tradisional.(2) Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat

segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang

masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang

paling sering menyebabkan alergi.(5)

*Dikutip dari pustaka 7

4

Page 5: Eritroderma

b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit

Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak

ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan

psoriasis yang terlalu kuat.(5)

Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga

dikenal penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20

minggu.(6)Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula

menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus

foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.(7)

c. Eritroderma akibat penyakit sistemik

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi

kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat

alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu

pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk

melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat

leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang

tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati. (5)

Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti ;

Hipotermia, edema perifer, dan kehilangan cairan, dan albumin dengan takikardia and kelainan

jantung harus mendapatkan perawatan yang serius. Pada eritroderma kronik dapat

mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.(4)

EPIDEMIOLOGI

5

Page 6: Eritroderma

Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari 100.000

populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering pada pria dengan

rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat

terjadi pada semua usia.(7) Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah

psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis. (5)

Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari setengah kasus

dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat kasus.

Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.(7)

Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi terhadap

obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat secara tradisional.(2)

PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Patogenesis eritroderma

berkaitan dengan patogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada

sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma idiopatik de novo

tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis infeksi yang dimediasi

toxin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas stapilococcus mengkodekan superantigen. Lokus-

lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan toxin dari toxic shock syndrome dan

staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi staphylococcus aureus atau antigen lain

merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome toxin-1, mungkin memainkan

peranan pada patogenesis eritroderma. Pasien-pasien pada dengan eritroderma biasanya

mempunyai kolonisasi S.aureus sekitar 83%, dan pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun juga

hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toxin S.aureus yang positif.(7)

Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan

penyakit kulit dan penyakit sistemik maka tubuh beraksi berupa pelebaran pembuluh darah

kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya

pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga

dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin

6

Page 7: Eritroderma

meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga

meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme

kompensator dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi

meningkat sebanding laju metabolisme basal. (5)

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari

sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin

dengan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan yang khas.

Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler. (5)

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa

kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada

eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum

yang progresif. (5)

GAMBARAN KLINIS

Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-

48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga

mengenai membran mukosa, terutama yag disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena,

dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan

hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan. Skuamanya besar

pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai

kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan. (8)

Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap

kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas

metabolik.(9) Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat sekarang semua

eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder. Eritroderma akibat alergi obat

secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya

alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah

penyembuhan barulah timbul skuama.(6)

7

Page 8: Eritroderma

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis

seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu : karena penyakitnya

sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.(6) Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda

khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang

disebabkan oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid topikal,

komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya infeksi.(10)

Gambar 1. Eritroderma psoriasis (Dikutip dari pustaka 11)

Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit leiner). Usia penderita berkisar 4-20 minggu.

Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema dapat pada seluruh tubuh

disertai skuama yang kasar.(6)

8

Page 9: Eritroderma

Gambar 2. Dermatitis Seboroik (dikutip dari pustaka 12)

Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi

eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan ke dahi

dan telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian timbul

hyperkeratosis, palmo plantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis

disekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.(6)

Gambar 3. Ptryasis rubra pilaris (dikutip dari pustaka 13)

9

Page 10: Eritroderma

Pemfigus foliaseus bermula dengan vesikel/ bula berukuran kecil, berdinding kendur

yang kemudian pecah menjadi erosi dan eksudatif. Yang khas adalah eritema menyeluruh

yang disertai banyak skuama kasar, sedangkan bula kendur hanya sedikit. Penderita

mengeluh gatal dan badan menjadi bau busuk.(6)

Gambar 4. Pemfifus Foliasius (dikutip dari pustaka 13)

Dermatitis atopi dimulai dengan eritema, papul-papula, vesikel sampai erosi dan

likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.

Gambar 4. Dermatitis atopik (diambil dari pustaka 12)

10

Page 11: Eritroderma

Permulaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau perlahan-lahan; dapat

berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan mungkin kambuh lagi. Kadang-

kadang menjadi kronik. Papul dengan diameter 2-4 mm, keunguan, puncak mengkilat,

poligonal. Papula mungkin terjadi pada bekas garukan (fenomena Koebner). Bila dilihat

dengan kaca pembesar, papul mempunyai pola garis garis berwarna putih ("Wickham's

striae") Lesi simetrik, biasanya pada permukaan fleksor pergelangan tangan, menyebar ke

punggungn dan tungkai. Mukosa mulut terkena pada 50% penderita. Mungkin pula

mengenai glans penis dan mukosa vagina. Kuku kadang-kadang terkena, kuku inenipis

dan berlubang-lubang. Anak-anak jarang terkena tetapi bila terdapat bercak kemerahan

mungkin tidak khas dan dapat keliru dengan psoriasis. Sering sangat gatal. Cenderung

menyembuh dengan sendirinya. (6)

Gambar 5. Liken Planus (dikutip dari pustaka 12)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan

gammaglobulins, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis,

maupun anemia ringan.(7)

11

Page 12: Eritroderma

Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu

mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit dapat

menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada

tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis

dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.(2)

Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan

mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrat di

dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan Pautrier's microabscesses.

Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan

eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada

limfoma. (2)

Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan

permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang pada

eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan

papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga ditemukan. Pada

eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang

dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya. (2)

DIAGNOSIS

Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah ada

sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-kemerahan di pilaris

rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis

atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai

bercak kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pityriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala,

biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pityriasis

rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.(2,4)

+

12

mencari tanda dari etiologi dari riwayat dan pemeriksaan fisik

Page 13: Eritroderma

+

--

+

+

Bagan 1. langkah untuk pasien yang dicurigai ED, CBC = pemeriksaan sel darah,

CXR = x-ray thoraks, PCP = pemeriksaan primer

DIAGNOSA BANDING

Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :

1. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan epidermis

dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma bronchial,

rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi, berkembang dari

satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih

banyak karena alergi inhalasi.(11,14) Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin

13

terlihat multiple pada biopsy punch; diulangi biopsy 3-6 bulan untuk menentukan diagnosis pasti

dilakukan pemeriksaan tambahan : biopsy untuk immunofluorescence, CBC, CD4: ratio CD8, CXR, biopsy kelenjar limfa

pikirkan DD lain

diagnosis pasti dan pengobatan yang tepat

Page 14: Eritroderma

terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada

tiga tahap : balita, anak-anak dan dewasa.(15)

Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa

dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang parah,

likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi terdapat akantosis

ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan parakeratosis.(6)

Gambar 7. Dikutip dari pustaka 11

Gambar 8. Dikutip dari pustaka 11

2. Psoriasis

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang

terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi

eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat

14

Page 15: Eritroderma

menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal.(2)

Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak

dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik berperan. Bila orang tuanya tidak

menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seseorang

orang tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34 – 39%.(5)

Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas dengan

skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz,

dan Kobner.(5)

Gambar 8. Dikutip dari pustaka 11

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan plak

eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung kelenjar

sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung,

ketiak, dada, antara skapula. (16)Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan

meningkat pada usia 40 tahun.(17) Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki

daripada wanita dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan

minum alkohol.(5)

Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman pityrosporum ovale

yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala tampak eritema dan

skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan

skuama putih yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.(5)DS

dapat diakibatkan oleh ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Hal

15

Page 16: Eritroderma

ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Pada

orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh

faktor kelelahan sterss emosional infeksi, atau defisiensi imun. (2)

Dikutip dari pustaka 17

Dikutip dari pustaka 17

TERAPI

Prinsip prinsip :

1. Karena banyak kehilangan cairan, kita harus memperhatikan keseimbangan cairannya.

Diberikan cairan fisiologis.(8)

2. Anti histamin dapat menghilangkan rasa gatal. (8)

3. Emolien.(18)

16

Page 17: Eritroderma

4. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabakan terjadinya penyakit ini.(9)

5. Rawat pasien diruangan yang cukup sinar matahari. (9)

6. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misalnya : dehidrasi, gagal

jantung, dan infeksi). (9)

7. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti. (9)

8. Berikan steroid sistemik jangka pendek ( bila pada permulaan sudah dapat didiagnosis

adanya psoriasis maka mulailah mengganti dengan obat-obat anti psoriasis. (9)

9. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang melatar belakanginya. (9)

KOMPLIKASI

1. Gagal jantung

2. Gagal ginjal.

3. Kematian mendadak akibat hipotermia sentral. (9)

PROGNOSIS

• Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.

• Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah obat penggunaan obat dihentikan

dan diberikan terapi yang sesuai.

• Prognosis kasus akibat gangguan sistemik yang mendasarinya seperti limfoma akan

tergantung pada kondisi keberhasilan pengobatan .

• Eritroderma disebabkan oleh dermatosa akhirnya dapat diatasi dengan pengobatan, tetapi

mungkin timbul kekambuhan.

17

Page 18: Eritroderma

• Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga,dapat bertahan dalam waktu yang lama,

sering kali disertai dengan kondisi yang lemah.

• Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik,

prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan dengan

golongan lain.

• Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dngan kortikosteroid

hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid. (18)

KESIMPULAN

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh/ hampir

seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak didapatkan pada pria,

terutama pada usia rata rata 40-60 tahun. Penyebab sering eritroderma adalah akibat perluasan

penyakit kulit sebelumnya, reaksi obat, alergi obat dan akibat penyakit sistemik termasuk

keganasan.

Gambaran klinik eritrodermi berupa pruritus, eritema dan skuama yang bersifat

generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu pemberian kortikosteroid dan pengobatan topical

dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan perawatan diruangan yang hangat.

Prognosis eritroderma yang disebabkan obat obatan relatif lebih baik, sedangkan

eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idipatik, dermatitis dapat berlangsung berbulan bulan

bahkan bertahun tahun dan cenderung untuk kambuh.

18

Page 19: Eritroderma

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja Syarif M. Anatomi Kulit. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

4th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 3.

2. Champion RH. Eczema, Lichenification, Prurigo, and Erythroderma. In : Champion RH

eds. Rook’s, Textbook of dermatology, 5th ed. Washington ; Blackwell Scientific

Publications. 1992.p; 17.48-17.49.

3. Umar H sanusi. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis),( online )2010.

Available From www.emedicine.com

4. Sterry W, Assaf Chalid. Papulosquamous and Eczematous Dermatoses. Erythroderma.

In : Bolognia JL, Jonzzo JL. Rapini RP, Horn TD, Mascaro JM, Saurat JH, Mancini AJ,

Salasche SJ, Stingl G, editor. Dermatology. 1th ed London. Mosby. 2003. Chapter-11.p;1.

5. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 4th ed.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 189-190,197-200.

6. Siregar RS. Saripati penyakit kulit. Jakarta : EGC. 2004.p; 104,236.

7. Kels-Grant JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Chapter-23Exfoliative Dermatitis. Wollf K et

all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th eds. Newyork : Megraw-Hill. 2001.

Chapter-23.p; 225-8.

19

Page 20: Eritroderma

8. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates; 2000.p; 28.

9. Graham robin brown, Burn tony. Lecture notes Dermatologi. Jakarta. 2002.p; 64.

10.Habif TP. Clinical Dermatology A Colour Guide To Diagnosis and Therapy. Toronto.

2004.p; 213

11.Gawkrodger JD. Dermatology an Illustrated colour text. 3rd ed. 2002.p; 40

12.Ekm. Itraconazole oral untuk terapi dermatitis seboroik. (online)2010. Available from

www.kalbe.co.id.com.

13.Hierarchical. Pityriasis Rubra Pilaris. (online)2010. Available from

www.lookfordiagnosis.com.

14.Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 4th

ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 138.

15.Kefei K et all. Atopic Dermatitis. Papulosquamous and Eczematous Dermatoses.

Erythroderma. In : Bolognia JL, Jonzzo JL. Rapini RP, Horn TD, Mascaro JM, Saurat

JH, Mancini AJ, Salasche SJ, Stingl G, editor. Dermatology. 1th ed London. Mosby. 2003.

Chapter-13.p; 1.

16.Cameli Norma, Picardo Mauro. Seborrheic Dermatitis. Evidence-based dermatology. 2th

eds. Nottingham : Blackwell publishing. BMJ books; 2008. Chapter 20.p; 164.

17.Selden Samuel. Seboroik Dermatitis,(online)2010. Available From www.emedicine.com

18.Bandyopadhyay debabrata, Associate Professor and Head Departement of Dermatology,

(serial online) 2010 (cited 2010 december 20) : available from :

http://www.tripodIndonesia.com

20