eritroderma

31
ERITRODERMA I. KONSEP PENYAKIT 1.1 Definisi Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit adalah endoderma. Endoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red= merah) dan derma, dermatos (skin=kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliatativa generalisata, meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata ‘eksfoliasi’ berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-kadang tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi eksematus. 1

Upload: ayu-rahmatullah

Post on 13-Dec-2014

401 views

Category:

Documents


65 download

TRANSCRIPT

Page 1: ERITRODERMA

ERITRODERMA

I. KONSEP PENYAKIT

1.1 Definisi

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup

manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan

dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit adalah endoderma.

Endoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red= merah) dan derma,

dermatos (skin=kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih pada

permukaan kulit yang biasanya disertai skuama.

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema

yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung dalam

beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu

jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum

korneum yang terlepas dari kulit.

Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliatativa generalisata, meskipun

sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata ‘eksfoliasi’ berdasarkan

pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-kadang tidak begitu terlihat, dan kata

‘dermatitis’ digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi eksematus.

Adapun definisi lainnya terkait endoderma atau dermatitis eksfoliatifa generalisata

anatara lain:

Eritriderma adalah istilah untuk segala keadaan klinis dimana terjadi keradangan kulit

yang sangat luas, yang mencapai lebih dari 90% luas permukaan kulit tubuh. (Agusni,

Indropo dkk ;2005)

Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai

dengan eritema dan skuama yang hampir mengenai seluruh tubuh. Prosesnya dapat

primer ataupun idiopatik, tanpa didahului penyakit kulit atau sistemik sebelumnya.

(Mahadi, Irma D Roesyanto; 2000)

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema yang universalis

(90%-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritamanya antara 50%-90% disebut

1

Page 2: ERITRODERMA

sebagai pre-eritroderma. Pada definisi ini yang mutlak harus ada adalah eritema,

sedangkan skuama tidak selalu terdapat.(Djuanda, Adhi; 2007)

Endoderma juga dikenal sebagai exfoliative dermatitis atau pitriasis rubra. Endoderma

adalah suatu penyakit kulit dengan gambaran dermatologis berupa eritema difusa dan

skuama yang meliputi lebih dari 90% area kulit.

1.2 Etiologi

Penyakit kulit sebelumnya

Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada

sebelumnya, diantaranya yang paling sering menimbulkan eritroderma anatar lain;

Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, yang

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang

kasar, berlapis-lapis dan transparan.

Dermatitis atopic

Dermatitis atopic adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat

atropi, ditandai dengan adanya reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan dari

lingkungan sekitarnya, seperti bahan iritan, allergen, dan kecenderungan untuk

memproduksi IgE. Karakteristiknya adalah adanya rasa gatal, eritema dan adanya

perubahan histologik dengan sel radang yang bulat, dan ada epidermal spongiotik.

Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan yang sering terdapat pada daerah tubuh

berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superficial.

Reaksi hipersensitivitas Obat

Beberapa obat seperti golongan calcium channel blocker, antiepilepsi, antibiotic

(seperti penicili, sulfonamis, dan vancomicin), allopurinol, gold, lithium quinidine,

simetidin dan dapsone yang paling sering mencetuskan terjadinya eritrodermaderma.

2

Page 3: ERITRODERMA

Penyakit Keganasan

Penyakit keganasan yang dapat menimbulkan eritroderma adalah limfoma dan leukemia.

CTCL (Cutaneus T cell Lymphoma) atau sindrom Sezary,

Penyakit ini termasuk limfoma, ada yang berpendapat merupakan stadium dini

mikosis fungoides yang penyebabanya belum diketahui, dan diduga akibat infeksi virus.

Penyebab lainnya:

penyebabnya bersifat idiopatik. Sementara penyebab eritroderm yang kurang umum

anatara lain penyakit imunobulosa, penyakit jaringan ikat, infeksi yang meliputi scabies

dan dermatofit, pitriasis rubra piliasri (PRP) dan penyakit keganasan.

3

Page 4: ERITRODERMA

1.3 Patofisiologi

4

Factor genetik

Adanya reaksi autoimun

Infeksi streptococcus b haemolyticus, stres, perubahan iklim

Psoriasis vulgaris

Adanya penyakit kulit sebelumnya

Dermatitis atopik

Dermatitis soboroik

Adanya kondisi px kulit yg parah akibat reaksi autoimun dengan kolonisasi

Obat: antiepilepsi, antibiotic, simetidine, dapson dll.

Adanya reaksi hipersensitivitas

Peningkatan IgE

Reaksi alergi

Pengeluaran histamine oleh reseptor H1

Gatal2 seluruh tubuh

Mk: Kerusakan integritas kulit

MK: resiko infeksi

Eritroderma

Reaksi tubuh terhadap agen dalam tubuh (IgE meningkat)

Pelebaran pembuluh darah kapiler di seluruh tubuh

eritema

Aliran darah ke kulit meningkat

Kehilangan panas /evaporasi

menggigil

Jika terus menerus

Tubuh kehilangan panas

Mk: hipotermia

Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

Kecepatan mitosis kulit (2-3 hari)

Transit sel melalui epidermis menjadi lebih pendek

epidermal turn over

CTCL: Cutaneus T Cell Lymphoma/ Sezary Syndrome

Adanya infeksi virus

Kehilangan /rontoknya skuama yg tebal dan tipis

Kehilangan protein, As Amino, As nukleat & as.amino bebas.

Mengganggu metabolisme tubuh

Kekurangan nutrisi

BB

MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Pada rambut Alopesi a

Terjadinya penipisan jar. kulit

Pengaturan suhu terganggu

hipertermi

Kehilangan panas

Peningkatan laju metabolisme

Kehilangan

cairan

MK: kekurangan vol. cairan

MK: Gangguan citra tubuh

Adanya lesi

MK: Nyeri akut

Page 5: ERITRODERMA

1.4 Manifestasi Klinis

Mula-mula timbul bercak eritema yang meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48

jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga

mengenai membrane mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah

terkena dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi

limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah

lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya

bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal.

Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga

sebagai kompenasasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk

menimbulkan panas metabolic.

Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat sekarang semua

eritroderma ada penyebabanya, jadi eritroderma selalu sekunder. Eritroderma akibat alergi

obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya.

Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritema saja,

setelah penyembuhan barulah timbul skuama.

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis

seboroik bayi. Psoriosis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu; karena penyakitnya

sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda

khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et causa psoriasi, merupakan aritroderma yang

disebabakan oleh penyakit psoriasis atau pengobatannya yaitu kortikosteroid sistemik, steroid

topical, komplikasi fototerapi, stres emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya

infeksi.

Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit leiner) terjadi pada usis penderita berkisar 4-

20 minggu. Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema pada

seluruh tubuh disertai skuama yang kasar.

Ptiriasis rubra piliaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi

eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan ke dahi

dan telinga, pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian timbul

5

Page 6: ERITRODERMA

hyperkeratosis palmoplantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis di

sekeliling tangan dan menyambar ke kulit berambut.

Pemfigus foliaseus bermula dengan vesikel atau bula berukuran kecil, berdinding

kendur yang kemudian pecah menjadi erosi dan eksudatif. Yang khas adalah eritema

menyeluruh yang disertai banyak skuama kasar, sedangkan bula kendur hanya sedikit.

Penderita mengeluh gatal dan badan menjadi bau busuk.

Dermatitis atopi dimulai dengan eritema, papul-papul, vesikel sampai erosi dan

likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.

Permulaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau berlahan-lahan, dapat

langsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan mungkin kambuh lagi. Kadang-kadang

menjadi kronik. Papul dengan diameter 2-4 mm, keunguan, puncak mengkilat, polygonal,

papula mungkin terjadi pada bekas garukan (fenomena koebner). Bila dilihat dari kaca

pembesar , papul mempunya pola garis-garis putih (whickham’s striae). Lesi simetrik,

biasanya pada permukaan fleksor pergelangan tangan, menyebar ke punggung dan tungkai.

Mukosa mulut terkena pada 50% penderita. Mungkin pula mengenai glans penis dan mukosa

vagina. Kuku kadang-kadang terkena, kuku menipis dan berlubang-lubang. Anak-anak jarang

terkena tetapi terdapat bercak kemerahan mungkin tidak khas dan dapat keliru dengan

psoriasis. Sering sangat gatal dan cenderung menyembuh dengan sendirinya.

Eritrodermaakibat penyakit sistemik termasuk keganasan, yang tidak termasuk

golongan akibat alergi dan akibat perluasan penyakit kulit, harus dicari penyababnya dan

diperiksa secara menyeluruh, termasuk dengan pemeriksaan laboratorium dan foto torakz.

Termasuk dalam golongan ini adalah sindrom sezary.

Sindrome Sezary:

Penyakit ini termasuk limfoma. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan

dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lympoma).

Sindrome ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang universal diserati

skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrate pada kulit dan edema. Pada

6

Page 7: ERITRODERMA

sepertiga hingga setengah pada pasien didapati splenomegali, lifadenopati superficial,

alopesia, hyperpigmentasi, hyperkeratosis et plantaris, serta kuku yang distrofik.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Klinis

-Keadaan umum penderita (terutama bila penderita tua atau balita) perlu diperhatikan

apakah ada tanda-tanda dehidrasi, mengigil dan sebgainya.

-pemeriksaan tanda-tanda vital pasien

-Luasanya eritema (%permukaan tubuh), bentuk skuama tebal dan transparan,

adakah daerah yang basah atau erosi.

-pemeriksaan keadaan kulit kepala rabut dan kuku.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan

gama globulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat,

leukositosis, maupun anemia ringan. Selain itu pemeriksaan laboratorium yang juga

dapat dilakukan anatara lain pemeriksaan BJ plasma (bila ada kecurigaan deficit

cairan tubuh), pemeriksaan elektrolit (bila ada kelainan dalam pernapasan),

pemeriksaan hapusan darah untuk meningkirkan kemungkinan adanya leukemia,

pemeriksaan KOH jika ada scabies.

3. Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu

mengidentifikasi penyebab eritroderma pada samapai dengan 50% kasus, biopsy kulit

dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses

inflamasi. Pada tahap akut , spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema.

Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.

Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrsi bisa menjadi semakin plemorfik, dan

mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostic specific, seperti bandlike limfod

infiltrate di dermis-dermis, dengan sel cerebriform mononuclear atipikal dan

pautrier’s microabscesses.

Pada pasien dengan sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut

dengan sel sezary. Biopsi pada kulit juga member kelainan yang agak khas, yakni

terdapat infiltrate pada dermis bagian atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sezary

7

Page 8: ERITRODERMA

syndrome bila jumlah sel yang beredar 1000/mm3 atau melebihi 10 % sel yang

beredar.

1.6 Penatalaksanaan Umum

1. Perbaiki cairan tubuh

2. Eliminasi factor-faktor pencetus anatara lain;

o Diet pantang ikan laut

o Hindari sinar matahari

o Mandi tanpa sabun/ dengan sabun PH netral.

3. Terapi medis

Pada eritroderma golongan I (akibat alergi obat), obat tersangka sebagai kausanya

segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada

golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednisolon 4 x10

mg. Penyebuhan terjadi cepat umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

Pada golongan II akibat penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula

prednisone 4x 10 mg sampai 15 mg per hari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak

perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan , dosis diurunkan perlahan-

lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan terkena psoriasis, maka obat

tersebuy harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati denga

asetretin. Lama penyebuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa

bulan, jadi tidak seperti golong I.

Pada pengobatan dengen kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika

melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisoslon daripada perdnison dengan

dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit.

Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid member hasil yang baik. Dosis

prednisone 3x 1,2 mg sehari. Pada syndrome Sezary pengobatan terdiri ata kortikosteroid

(prednisosn 30 mg) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitotatik, biasanya digunakan

klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.

Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya

skuama mengakibatka kehinlangan proten. Kelainan kulit juga perl diolesi emolien untuk

8

Page 9: ERITRODERMA

mengurangi radiasi akibat vasidilatasi oleh eritema misalnya salep lanolin 10% atau krim

urea 10%.

Antibiotik sistemik diperlukan bagi pasien yang terbukti mendapat infeksi

sekunder baik yang bersifat local maupun sistemik. Pemberian antibiotic sistemik pada

pasien yang tidak terbukti mengalami infeksi sekunder juga memberikan keuntungan

karena kolonisasi bakteri dapat menyebabakan eksaserbasi eritroderma.

4. Perawatan Topical

o Bila masih menggigil penderita tidak boleh mandi dulu

o Setiap pagi seluruh tubuh diolesi oleum cocos

o Untuk kulit yang terlalu kering dapat digunakan krim hidrokortison 1 %

.

1.7 Komplikasi

Komplikasi sistemik eritroderma meliputi gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit, gangguan termoregulator, infeksi, syok kardiogenik, sindrom gawat napas,

dekompensasi pada penyakit hati kronis, dan ginekomastia.

Cairan dan elektrolit hilang melalui kapiler-kapiler yang bocor akibat terjadi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hilangnya protein pada pasien eritroderma

terjadi melalui pembentukan skuama yang lebih dari normal dimana pada pembentukan

skuama meningkat hingga 20-30%. Hilangnya protein yang significan menyebabkan

negative nitrogen balance (keseimbangan nitrogen negative) yang dapat menimbulkan

edema dan hipoalbuminemia.

Pada lesi akan mudah terbentuk kolonialisasi bakteri yang akan menimbulkan

reaksi inflamasi, pecah-pecah, dan ekskoriasi pada kulit. Pasien eritroderma akibat CTCL

atau HIV-AIDS sebagai penyakit yang mendasari akan lebih rentan terjadi sepsis oleh

bakteri stafilokokus.

1.8 Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus

karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan obat dihentikan dan diberi

terapi yang sesuai. Penyembuhan golongan ini tercepat dari golongan lain.

9

Page 10: ERITRODERMA

Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid

hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid

Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan pengobatan, tetapi

mungkin akan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga.

Dapat bertahan dalam waktu yang lama, seringkali disertai dengan kondisi yang lemah.

Sindrom sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal

setelah 5 tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. kemTIn disebabkan oleh

infeksi atau penyakit yang berkembang menjadi mikosis fungoides.

II ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Fokus

Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit

yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat

menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi

antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan

sensitivitas.

I. Biodata

Jenis Kelamin: Biasanya laki – laki 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.

II. Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit dahulu ( RPM )

Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis

rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik ,

limfoblastoma.

Riwayat Penyakit Sekarang

Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.

III.Pola Fungsi Gordon

Pola Nutrisi dan metabolisme

10

Page 11: ERITRODERMA

Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang

negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ).

Pola persepsi dan konsep diri

Konsep diri

Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat

tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga

mengganggu harga diri.

IV. Pemeriksaan fisik

a. KU : lemah

b. TTV : suhu naik atau turun.

c. Kepala

Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.

d. Mulut

Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.

e. Abdomen

Adanya limfadenopati dan hepatomegali.

f. Ekstremitas

Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.

g. Kulit

Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion

pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema ,

pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

( Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner &

Suddarth , 2002 : 1878 ).

11

Page 12: ERITRODERMA

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan metabolism tubuh

2. Gangguan integritas kulit b.d Gangguan sensasi: pruritus

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient.

4. Hipotermia b.d kehilangan panas berlebih.

5. Resiko infeksi dengan factor resiko Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat:

lesi pada kulit.

6. Nyeri akut b.d agen cedera biologis: munculnya lesi.

7. Gangguan Citra Tubuh b.d Penyakit : munculnya alopesia.

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan.

No Dx. Kep. Tujuan dan

Kriteria hasil

(NOC)

Intervensi

(NIC)

Rasional

1 Kekuran

gan

volume

cairan

b.d

peningka

tan

metaolis

me

tubuh.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

1x24 jam diharapkan

klien dapat

menunukkan status

hidarasi yang

adekuat dengan

indikator:

indikator score

Turgor kulit

(<2 detik)

4

Kelembapan

membrane

mucus

3

Intake cairan 4

Hypovolemia

management:

1. Observasi tanda-

tanda vital,

membrane mukosa,

turgor kulit

2. Observasi input dan

output dan IWL

3. Berikan cairan per

oral dan IV sesuai

indikasi

4. Monitor hasil

laboratorium.

5. Memonitor adanya

tanda-tanda

dehidrasi:

1. Indikator keadequatan

status hidrasi.

2. Klien tidak

mengkonsumsi cairan

sama sekali

mengakibatkan

dehidrasi atau

mengganti cairan

untuk masukan kalori

yang berdampak pada

keseimbangan

elektrolit atau balance

cairan

3. Menggantikan

kehilangan cairan dan

memperbaiki

12

Page 13: ERITRODERMA

adekuat

Output cairan

seimbang

4

Batasan

karakteristik:

-suhu normal=36,5-

37,5 0C

keseimbangan cairan

dan elektrolit

4. Memberikan

informasi status

hidrasi klien

5. Adanya kehilangan

cairan berlebih dapat

menimbulkan

dehidrasi yang

berbahaya dan

mengakibatkan syok

2 Kerusak

an

integritas

kulit b.d

ganggua

n

sensasi:

pruritus

Setelah dilakukan

tindakan 1x24 jam

kerusakan integritas

kulit dapat

berkurang.

Klien menunjukkan

infeksi berat

(infection

severity)berkurang

dengan indikator:

indikator score

Suhu tubuh

normal

(36,5-37,5 0C)

4

Nyeri

berkurang

(ringan)

3

Pus atau 3

Skin care: topical

treatment

1. Observasi keadaan

kulit setiap hari

2. Lakukan mobilisasi

pada pasien minimal 2

jam sekali.

3. Lakukan perawatan

luka dan Oleskan obat

topical sesuai dengan

indikasi :antibiotic,

oil, dan anti inflamasi.

4. Jagalah kebersihan

tempat tidur, dan

linen.

Infection protection:

5. Cuci tangan sebelum

dan sesudah tindakan.

6. Batasi pengunjung

1. Mengetahui

perkembangan

integritas kulit

pasien.

2. Menghindari

tekanan yang

terlalu lama yang

dapat menimbulkan

luka lecet/dekubitus

terutama pada

tonjolan tulang.

3. Memberikan

perawatan yang

kulit dengan

memberikan

antibiotic untuk

membunuh kuman,

antiinflamasi untuk

meringankan nyeri,

13

Page 14: ERITRODERMA

cairan pada

luka (-)

Luka (-) 3

Ruam/

erosi(-)

3

Bau (-) 4

Batasan

karakteristik:

-skuama/sisik

berkurang

-luka dekubitus

(-)

dan obat oil untuk

menjaga

kelembaban kulit

yang kering dan

berskuama.

4. Menghindari

adanya infeksi

nosokomial yang

dapat memperparah

keadaan.

5. Menjaga diri dan

pasien dari infeksi

lebih lanjut.

6. Untuk mengurangi

paparan kepada

pasien yang dapat

memperberat

infeksi.

3 Ketidaks

eimbang

an

nutrisi:

kurang

dari

kebutuha

n tubuh

b.d

Ketidak

mampua

n

mengabs

-Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 3x24

jam

ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan dapat

teratasi.

-Klien

menunjukkan;

Status nutris dg

indikator:

indikator score

Nutrition Management

1. Kaji adanya alergi

makanan

2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan

pasien.

3. Anjurkan pasien

untuk meningkatkan

intake Fe, protein,

vitamin C, asam

1. Untuk memastikan

pemeberian makanan

yang sesuai untuk

pasien.

2. Perhitungan

kebutuhan kalori

sesuai keadaan dan

kondisi pasien sangat

penting untuk

menentukan intake

yang harus diberikan.

3. Untuk memenuhi

kebutuhan unsure-

14

Page 15: ERITRODERMA

orpsi

nutrisi

Intake

nutrient

(vitamin,

protein,

Mineral,ka

rbohidrat)

adekuat

4

Intake

makanan

4

Intake

minuman

4

BB sesuai

TB normal

(36-40 Kg)

Hb dan

hematokrit

normal

(Hb=14,3-

17,7)&

(Hct=40-

47%)

Batasan

karakteristik:

-Keadaan umum

baik

-laboratorium:

Albumin=(3,5-

5,5)

MCV= (80-

93)fl

MCH=(27-

folat,zink,dan lainnya

sesuai indikasi.

4. Berikan makanan

yang terpilih (sudah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

5. Berikan informasi

tentang kebutuhan

nutrisi

6. Kaji kemampuan

pasien untuk

mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

7. Ukur BB pasien jika

memungkinkan

8. Monitor kulit kering

dan perubahan

pigmentasi

9. Monitor kekeringan,

rambut kusam, dan

mudah patah

10. Monitor kadar

albumin, total protein,

Hb, dan kadar Hct

unsur penting dalam

tubuh sehingga

metabolisme/ reaksi

dalam tubuh baik.

4. Makanan yang sesuai

dengan perhitungan

yang tepat membantu

penyembuhan pasien.

5. Pengetahuan tentang

nutrisis sangat penting

untuk memandirikan

pasien.

6. Agar nutrisi dapat

masuk ke tubuh

pasien.

7. Mengetahui

perkembangan gizi

pasien.

8. Adanya kulit kering

dan pigmentasi yang

abnormal

menunjukkan adanya

gangguan dalam

nutrisi tubuh.

9. Adanya kekeringan,

rambut kusam, dan

mudah patah

yang abnormal

menunjukkan adanya

gangguan dalam

nutrisi tubuh.

15

Page 16: ERITRODERMA

31)pg

penyebaran

rambut merata.

kulit kering

dan kasar

berkurang

mukosa bibir

tidak kering

Status gizi

membaik

10. Memastikan nutrisi

dalam kondisi

seimbang.

16

Page 17: ERITRODERMA

PSORISIS VULGARIS

Definisi:

Merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis dan residitif yang ditandai dengan

macula yang eritematus, bentuknya dapat bulat atau lonjong yang tertutup skuama

tebal, transparan atau putih keabu-abuan.

Etiologi

Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, namun terdapat 3 aspek

yang sangat berperan, antara lain;

1. Predisposisi genetic

Adanya kecenderungan timbulnya psoriasis vulgaris dipengaruhi oleh factor

genetic. Dikatakan bahwa penurunannya secara autosomal dominan dengan

“incomplete pnetrance”

2. Faktor presispitasi

-Trauma

-Infeksi: terutama dengan streptococcus b haemolyticus

-Stres emosisonal : menimbulkan eksaserbasi

-Perubahan iklim menyebabkan penyakit lebih aktif.

3. Perubahan struktur biokimia

Terjadi pemendekan turn over epidermis yang normalnya berlangsung antara 28-

30 hari pada psoriasis vulgaris hanya berlangsung antara 3-4 hari.

Manifestasi Klinis

1. Keluhan penderita biasanya sedikit gatal dan panas disamping keluhan kosmetik.

2. Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat-tempat yang mudah

terkena trauma antara lain; siku, lutut, sacrum,kepala dan genitalia, berupa macula

eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama tebal dan transparan yang lepas

pada bagian tepid an lekat di bagian tengah.

Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan

perlekatannya yang kendor . Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk

macula yng erupa bercak Yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu sampai

17

Page 18: ERITRODERMA

beberapa sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangka waktu lama yang apabila

terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk klinik yang bermacam-

macam anatar lain; bentuk anular, gyrate, folicularis, gutata, dan punktata.

3. Selain itu psoriasis dapat menyerang kuku dimana permukaan kuku menjadi

keruh, kekuningan dan terdapat cekungan/pitting atau titik-titik punctuate,

menebal dan terdapat subungual hyperkeratosis sehingga kuku terangkat dari

dasarnya. Dalam hal ini kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku kaki.

4. Psoriasis dapat menyerang mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil.

Pemeriksaan Diagnostik

-Pemeriksaan klinis;

1. Karsvlek phenomena (phenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoriasis

dikerok akan terlihat warna keruli seperti kerokan lilin.

2. Austpitz sign: bila cara mengerok tadi diteruskan akan terlihat titik-titik

perdarahan oleh karena terkena papilla dermis pada ujung-ujung yang

memanjang.

3. Koebner Phenomena: Bila pada kulit yang masih normal terkena trauma/garukan

maka akan timbul lesi baru yang bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Sifat

seperti ini juga ditemukan pada likhen planus, lichen nitidus, veruka plana dan

eksematoid dermatitis.

-Histopatologi dalam hal ini pemeriksaan PA adalah spesifik dan menentukan

kepastian diagnosis psoriasis:

1. Akantosis dengan disertai pemanjangan dari rete ridges

2. Pemanjangan dan pembesaran papilla dermis.

3. Hiperkeratosis dan parakeratosis

4. Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum

5. Peningkatan mitosis pada stratum basalis.

6. Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit

7. Mikro abses dari munro yang merupakan kumpulan kecil dari sel-sel neutrofil

pada stratum korneum.

18

Page 19: ERITRODERMA

Penatalaksanaan Umum

1. Dalam penatalaksanaan psoriasis perlu diperhatikan mengenai;

-luasnya lesi kulit

-lokalisasi lesi kulit.

-Umur penderita

-Ada tidaknya kontraindikasi terhadap obat yang akan diberikan

2. Pengobatan konsul belum dapat diberikan sehingga pengobatan ditunjuk untuk:

-Menghilangkan factor-faktor yang dianggap sebagai pencetus timbulnya

psoriasis antara lain: stres diberikan sedative, fokal infeksi dapat berupa tonsillitis,

carries, investasi parasit harus dibrantas.

-Menekan/menghilangkan lesi psoriasis yang telah ada meliputi:

a. Pengobatan topical

Biasanya digunakan salep/cream yang mengandung steroid atau tar (salep LCD

5%)

b. Pengobatan sistemik:

1) Lesi yang terbatas digunakan untuk folic acid tablet dengan dosis sehari 3

kali tablet.

2) Untuk lesi yang luas digunakan methotrexate (MTX) dengan dosis sebagai

berikut;

Cara 1: Sehari 2 kali tablet selama 7 hari, kemudian istirahat 1 minggu

untuk observasi LFT, RFT dan darah rutin. Bila hasil laboratorium tetap

baik MTX dapat diberikan lagi dengan dosis dan aturan yang sama sampai

terjadi perbaikan klinis (lesi tidak aktif lagi), yang kemudian dosis MTX

dapat diturunkan secara tapering off sampai tercapai dosis maintenance.

Cara 2: Methoraxate 2 tablet dierikan 2-3 kali selang 12 jam, istirahat 1

minggu. Setelah itu diberikan dengan dosis yang dikurangi 1 tablet setiap

minggu sampai tidak minum lagi. Sewaktu tidak minum MTX, maka

penderita minum tablet asam folic acid sehari 3 kali 1 tablet. Sewaktu

minum MTX, tidak dibolehkan minum folic acid.

19

Page 20: ERITRODERMA

3) Pengobatan Kombinasi:

a. Psoralen sistemik dengan penyinaran ltraviolet (PUVA) pada lesi kulit

dalam beberapa hal bisa dipakai sebagai pengobatan alternative.

b. Kombinasi obat topical dan sistemik.

20

Page 21: ERITRODERMA

DAFTAR PUSTAKA

Agusni, Indropo et all.(2005). Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu penyakit Kulit

dan Kelamin: Eritroderma.Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.

Djuanda,Adhi. (2007).Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Dermatosis Eritroskuamosa. Edisi

Kelima.Jakarata: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Harahap, Marwali.(2000).Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Hipokrates

Mansjoer , Arief .(2000). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC

Mahbob, Nordadia bt Mohammad. (2013). Eritroderma. Dpartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang.

Http//:81036435-referat-eritroderma.pdf.html.com (diakses tanggal 29 april 2013).

Mccloskey, Joanne et all. (2008).Nursing Intervention Classification (NIC). USA: Mosby

Moorhead, Sue. (2008). Nursing Outcome Classification (NOC).USA.Mosby

.

21