efektivitas pemungutan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan...

75
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 - 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (s1) Dalam Prodi Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Syariah Oleh : GUSNIZAR SIP 141726 KONSENTRASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH PROGRAM STUDY ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H/2018 M

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS

    TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI DINAS PENDAPATAN

    DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 - 2017

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (s1)

    Dalam Prodi Ilmu Pemerintahan

    Pada Fakultas Syariah

    Oleh :

    GUSNIZAR

    SIP 141726

    KONSENTRASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH

    PROGRAM STUDY ILMU PEMERINTAHAN

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    1440 H/2018 M

  • MOTTO

    ِلاِطالَبكمِبيَنمَبُكَلَامَوٲوُلأُكَتَالنواآَميَناالِذَهاأُييََ

    Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

    harta sesamamu dengan cara yang batil....[An-Nisa : 29]

  • ABSTRAK

    Skripsi ini bertujuan ingin mengetahui tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Bea

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas Pendapatan Daerah

    Kota Jambi. Dimana dalam era otonomi daerah ini pemerintah daerah dituntut

    untuk selalu meningkatkan penerimaan daerahnya, seperti peningkatan pajak

    daerah melalui penerimaan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

    (BPHTB). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk

    mendeskripsikan dan menggambarkan segala macam bentuk dan cara dari kantor

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi dalam melakukan pemungutan pajak bea

    perolehan hak atas tanah dan bangunan. Teknik pengumpulan data dalam

    penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil dan kesimpulan sebagai berikut:

    pertama, kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah dalam melakukan

    pemungutan Pajak BPHTB yaitu kurang sadar dan pahamnya wajib pajak dalam

    membayar pajak BPHTB dan terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang ada

    di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi. Kedua, tingkat efektivitas pemungutan

    pajak BPHTB yang mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Ketiga target dan

    realisasi pajak BPHTB di Dinas Pendapatan Daerah Kota jambi.

    Kata Kunci : Pajak BPHTB, Efektivitas, Realisasi, Target.

  • PERSEMBAHAN

    Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan buat orang-orang yang

    terkasih dan tersayang yang selama ini banyak membantu penulis dalam

    menyelesaikan perkuliahan di Universitas Islam Negeri Shultan Thaha

    Saifuddin jambi.

    Ibunda yang terkasih Fatmawati yang telah mengandung, melahirkan dan

    membesarkan penulis sehingga penulis dapat menjadi insan yang berilmu

    pengetahuan.

    Ayahanda tercinta Sukra yang selalu rela berkorban lahir dan bathin yang

    tercurah dalam tetesan keringat tanpa mengenal lelah serta untaian doa-

    doa yang selalu membimbing dan mengasuh dengan

    segala ketabahan dan kelembutan.

    Tak luput pula kepada para sahabat, dan rekan-rekanku semuanya yang

    telah membantu memberi motivasi dalam meraih kesuksesan, Kepada dosen

    pembimbing terimakasih atas bimbingannya dalam memberikan pemikiran-

    pemikiran serta ide dalam rangka proses penyelesaian skrpisi ini.

    Kepada bapak dan ibu dosen semuanya terimakasih atas jeri payahmu yang

    telah membimbing dan mendidik selama saya melakukan perkuliahan

    Semoga amal dan ibadah dibalas oleh yang Maha Kuasa, serta

    dipermudahkan rezeki, disehatkan jasmani dan rohani untuk mencapai

    kebahagiaan dunia maupun akhirat

    Aamiin

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas

    segala nikmat, karunia, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu

    menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Efektivitas Pemungutan Pajak

    Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas

    Pendapatan Daerah Kota Jambi Tahun 2015-2017”. Saya selaku penulis

    mampu menyelesaiakan dalam penyusunan Skripsi ini dengan sebaik-

    baiknya. Selanjutnya sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada-nya

    junjunganku Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua

    menuju jalan yang di Ridhoi oleh ALLAH SWT.

    Selanjutnya dalam rangka penyelesaian dan penyusunan Skripsi ini,

    terutama sekali kepada yang terhormat:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi;

    2. Bapak Prof. Dr. A. A. Miftah, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;

    3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI.,Ph.D, Selaku Wakil Dekan I

    Bidang Akademik, Ibu Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI, Selaku Wakil

    Dekan II Bidang Administrasi, dan Ibu Dr. Yuliatin, M.HI, Sealaku

    Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Syariah UIN

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    LEMBARAN PERNYATAAN ....................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

    PENGESAHAN ................................................................................................. iv

    MOTTO ............................................................................................................. v

    ABSTRAK ......................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

    C. Batasan Masalah .......................................................................... 7

    D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

    E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 8

    F. Kerangka Teori ............................................................................ 8

    G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14

    H. Sistematika Penulisan .................................................................. 17

  • BAB II METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 18

    B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 18

    C. Sumber Data ................................................................................ 19

    D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 20

    E. Teknik Analisis Data ................................................................... 22

    F. Jadwal Penelitian ......................................................................... 24

    BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

    A. Sejarah Dispenda ......................................................................... 25

    B. Struktur Organisasi Dispenda ...................................................... 28

    C. Visi Misi Dispenda ...................................................................... 29

    D. Tujuan dan Sasaran Dispenda ..................................................... 30

    E. Strategi, Kebijakan, Program Dispenda ...................................... 30

    F. Tugas Pokok Dispenda ................................................................ 33

    G. Sarana dan Prasarana Dispenda Kota Jambi ............................... 35

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Kendala Pemungutan Pajak BPHTB di Dispenda Kota Jambi ... 36

    B. Efektivitas pelaksanaan pemungutan Pajak BPHTB di Dispenda

    Kota Jambi Tahun 2015-2017 ..................................................... 46

    C. Target dan Realisasi Pajak BPHTB di Dispenda Kota Jambi

    Tahun20152017 ........................................................................... 51

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................. 57

  • B. Saran-saran .................................................................................. 58

    C. Kata Penutup ............................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURICULUM VITAE

  • DAFTAR SINGKATAN

    BPHTB : Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

    Dispenda : Dinas Pendapatan Daerah

    NJOP : Nilai Jual Objek Pajak

    NPOP : Nilai Perolehan Objek Pajak

    NPOPTKP : Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

    Perda : Peraturan Daerah

    Perwal : Peraturan Wali Kota

    PBB : Pajak Bumi dan Bangunan

    UIN : Universitas Islam Negeri

    UU : Undang-undang

    WP : Wajib Pajak

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Penambahan Jenis Pajak Daerah UU PDRD Nomor 28 Tahun

    2009.

    Tabel 2 : Pendapatan Pajak BPHTB Kota Jambi Tahun 2015-2017.

    Tabel 3 : Jadwal Penelitian.

    Tabel 4 : Contoh Penetapan Nilai Tanah pada Kelurahan Kasang.

    Tabel 5 : Data Keseluruhan Pemungutan Pajak BPHTB

    Tabel 6 : Pemungutan Pajak Daerah Kota Jambi Tahun 2015.

    Tabel 7 : Pemungutan Pajak Daerah Kota Jambi Tahun 2016.

    Tabel 8 : Pemungutan Pajak Daerah Kota Jambi Tahun 2017.

  • Daftar Gambar

    Gambar 1 : Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah.

    Gambar 2 : Proses Pebayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam

    sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai

    konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi

    kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

    Dalam Undang-Undang tersebut tentang otonomi daerah menggunakan

    prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus

    dan mengatur semua urusan pemerintah diluar urusan pemerintahan pusat yang

    ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut, sehingga penyelenggaraan Otonomi

    Daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

    dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam

    masyarakat.1

    Dalam mewujudkan tujuan pembangunan di Indonesia maka dibutuhkan

    biaya yang sangat besar. Sumber-sumber pendapatan seperti minyak bumi, bahan-

    bahan tambang, hasil hutan, begitu juga bantuan luar negeri senantiasa terbatas.

    Bahkan apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya

    pengurasan sumber daya alam yang tidak terkendali dan pada gilirannya akan

    menimbulkan ketidak seimbangan dalam pembangunan.

    1 Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.

  • Begitu juga dengan bantuan luar negeri atau hibah, akan menyebabkan

    ketergantungan yang justru akan menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang harus

    dipikul oleh rakyat banyak. Dengan demikian salah satu sektor produktif dalam

    upaya penerimaan negara tersebut berasal dari sektor pajak. Di Indonesia pajak

    merupakan iuran wajib kepada negara berdasakan undang-undang, sehingga dapat

    dipaksakan dengan tidak mendapatkan balas jasa kembali secara langsung.2

    Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma-

    Cuma). Tetapi sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan dan

    harus dilaksanakan oleh masyarakat. Namun dengan perkembangan dalam

    masyarakat, maka dibuatlah suatu aturan yang lebih baik dan bersifat memaksa

    berkaitan dengan sifat upeti (pemberian) tersebut dengan memperhatikan unsur

    keadilan. Guna memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat diikut sertakan

    dalam mambuat berbagai aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya akan

    dikembangkan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.3

    PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber

    ekonomi asli daerah, dan salah satu sumber PAD yang memiliki kontribusi

    terbesar berasal dari Pajak Daerah. Pajak daerah merupakan salah satu bentuk

    peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah

    merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai

    penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Selama ini, pungutan

    daerah yang berupa Pajak Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18

    2 Andrian Sutedi, Hukum Pajak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 2.

    3 Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak, (Jakarta: Selemba Empat, 2011), hlm.1

  • Tahun 1997 tentang Pajak Daerah sebagamana disempurnakan dengan Undang-

    Undang Nomor 34 Tahun 2000.

    Terdapat perubahan ketiga yaitu Pemerintah Pusat telah menetapkan

    Undang-Undang No 28 tahun 2009 pokok perubahan mendasar dari Undang-

    Undang tersebut adalah mengalihkan dua jenis pajak pusat sebagai pajak daerah.

    Kedua pajak tersebut adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan

    (PBBP2). Perubahan-perubahan tersebut tercantum dalam Tabel berikut ini :

    Tabel 1

    Penambahan Jenis Pajak Daerah Dalam UU PDRD Nomor 28 Tahun 20094

    UU No 34 Tahun 2000 UU No 28 Tahun 2009

    1. Pajak Hotel

    2. Pajak Restoran

    3. Pajak Hiburan

    4. Pajak Reklame

    5. Pajak Penerangan Jalan

    6. Pajak Parkir

    7. Pajak Pengambilan Bahan

    Galian Golongan C

    1. Pajak Hotel

    2. Pajak Restoran

    3. Pajak Hiburan

    4. Pajak reklame

    5. Pajak Penerangan Jalan

    6. Pajak Parkir

    7. Pajak Mineral Bukan Logam

    dan Bantuan (Perubahan

    Nomenklatur)

    8. Pajak Air Tanah (Pengalihan

    dari Provinsi)

    9. Pajak Sarang Burung Walet

    10. PBB Perdesaan dan

    Perkotaan

    11. Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan

    Penambahan Jenis Pajak Daerah Dalam UU PDRD Nomor 28 Tahun 2009

    4 Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

  • Terdapat banyak pertimbangan yang melatarbelakangi dilakukannya

    pengalihan kedua pajak tersebut antara lain adalah untuk menambah sumber

    penerimaan daerah serta untuk menjaring Wajib Pajak lebih banyak lagi. Dari sisi

    pertimbangan objek pajak dan pengurusan administrasi kedua pajak tersebut lebih

    tepat dikelola oleh daerah karena objek pajak dari PBB dan BPHTB itu sendiri

    berada di daerah yang pengurusan segala bentuk administrasinya juga di daerah.

    Ditetapkannya BPHTB menjadi tanggung jawab daerah maka perlu diatur

    dengan suatu peraturan yang dapat mendorong daerah untuk mempersiapkan

    segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB.

    Pemungutan BPHTB diawali dengan Peraturan Daerah (PERDA). Oleh karena itu

    salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah

    memungut BPHTB adalah perkembangan penerbitan Peraturan Daerah (PERDA)

    tentang BPHTB oleh Kabupaten/Kota.

    Mardiasmo menyatakan bahwa intensif tidaknya pemungutan pajak (self

    assessment) dapat diukur melalui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

    menjalankan kewajiban pajaknya, dimana ada beberapa aspek yang menjadi tolak

    ukur yakni aspek psikologis dan aspek yuridis. Aspek psikolgis lebih melihat

    kepada sampai sejauh mana aparat pajak dalam melakukan tugasnya sebagai

    penyuluh, pelayan dan pengawas. Aspek yuridis diukur dari sampai sejauh mana

    kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.5

    Pemerintah Kota Jambi terus berupaya meningkatkan Pendapatan Asli

    Daerah (PAD) dari sektor pajak dan retribusi daerah salah satunya dari sektor

    5 Yafet Krismatius Bulolo, Jurnal Ilmu Administrasi, diakses pada tanggal 15 Desember

    2017

  • pajak BPHTB. Terdapat beberapa masalah yang sering terjadi dalam pemungutan

    pajak BPHTB, sebagai tahap awal pengamatan penulis melakukan wawancara

    dengan salah satu pegawai Dispenda Kota Jambi, dimana masalah yang sering

    terjadi yaitu kesalah pahaman antara masyarakat terhadap pihak Dispenda,

    masyarakat beranggapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang terlalu tinggi

    ditetapkan semena-mena oleh pihak Dispenda hal tersebut mengakibatkan sering

    terjadi pembatalan transaksi jual beli tanah melalui Dinas Pendapatan Daerah,

    dimana terdapat pajak didalam transaksi tersesbut. Hal tersebut dapat

    mengakibatkan penerimaan BPHTB yang seharusnya bisa lebih efektif menjadi

    tidak efektif.6 Berikut ini adalah tabel untuk anggaran dan realisasi Pendapatan

    Pajak BPHTB pada tahun 2015-2017.

    Tabel 2

    Pendapatan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kota

    Jambi Tahun 2015-20177

    Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, 2017

    6 Hasil Observasi awal Wawancara dengan Ibu Isniah sebagai pegawai Dispenda Kota

    jambi, pada tanggal 08 Februari 2018. 7 Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”.

    No TAHUN TARGET REALISASI

    1 2 3 4

    1

    2

    3

    2015

    2016

    2017

    Rp 40.000.000.000,00

    Rp 45.000.000.000,00

    Rp 50.500.000.000,00

    Rp 37.735.008.396,00

    Rp 36.671.546.095,89

    Rp 57.941.000.882,40

  • Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, jumlah pendapatan pajak

    BPHTB yang diperoleh Dinas Pendapatan Daerah Kota jambi pada tahun 2015

    tidak dapat mencapai target, target awalnya 40.000.000.000,00 dan hanya

    terealisasi 37.735.008.396,00. Realisasi pada tahun 2016 juga mengalami

    penurunan penerimaan yaitu sebesar 36.671.546.095,82 dari target yang

    ditetapkan sebesar 45.000.000.000,00. Pada tahun 2017 realisasi penerimaan

    pajak BPHTB adalah sebesar 57.941.000.882,40 dari target yang telah ditentukan,

    pada tahun ini adalah 50.500.000.000,00 mengalami peningkatan yang lebih

    tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.8

    Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraian diatas maka penulis

    merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah (skripsi)

    yang berjudul : Efektivitas Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    Tahun 2015-2017”

    8 Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”.

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalah yang

    perlu mendapat gambaran yang jelas yaitu :

    1. Apa saja kendala dalam pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi?

    2. Bagaimana tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak

    Atas Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017?

    3. Bagaimana realisasi dan target Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017?

    C. Batasan Masalah

    Batas penelitian merupakan suatu langka untuk memberikan arah yang

    hendak diteliti menjadi jelas dan mudah dipahami, selain itu batasan penelitian

    juga diperlukan untuk lebih memusatkan perhatian pada permasalahan yang

    hendak diteliti. Agar pembahasan ini tepat sasaran dan tidak terlalu meluas maka

    peneliti membuat fokus penelitian yaitu berpatokan pada pemungutan Pajak bea

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pendapatan Daerah Kota

    Jambi pada tahun 2015-2017.

    D. Tujuan Penelitian

    Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan memperoleh

    informasi yang akurat sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun

    tujuan penelitian sebagai berikut :

    1. Ingin mengetahui kendala dalam pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak

    Atas Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi.

  • 2. Ingin mengetahui tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bea Perolehan

    Hak Atas Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-

    2017.

    3. Ingin mengetahui realisasi dan target Pajak Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017.

    E. Kegunaan penelitian

    Apabila dari tujuan-tujuan tersebut di atas berjalan dengan baik, maka

    penelitian ini akan digunakan :

    1. Dapat menambah dan memberikan wawasan dan pengetahuan serta

    menganalisis kajian-kajian baru untuk wahana bidang keilmuan khususnya

    Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

    Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    2. Bagi pihak yang terkait, khususnya bagi praktisi pendidikan, masyarakat

    umum maupun pemerintah. Penelitian ini juga dibuat sebagai sumbangsih

    penulis untuk refrensi kepada Mawahasiswa dalam melaukuan penelitian

    tentang Efektivitas Pemungutan Pajak BPHTB di Dianas Pendapatan

    Daerah Kota Jambi Tahun 2015-2017, serta sebagai sumbang dan saran

    dalam upaya Efektivitas pajak BPHTB di Kota Jambi.

    3. Ingin dijadikan salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu

    (S1) pada Fakultas Syari’ah Jurusan Ilmu Pemerintahan UIN STS Jambi.

    F. Kerangka Teori

    Sebagai pedoman dalam melakukan penulisan pada penelitian ini, dan untuk

    menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis memberikan kerangka

  • konsepsional dan pengertian-pengertian dalam penulisan skripsi ini, agar dalam

    penulisan dapat terarah dan menjadi baik. Maka landasan teorinya adalah sebagai

    berikut:

    1. Efektivitas Pemungutan Pajak

    Pemungutan pajak adalah wewenang pemerintah yang diatur melalui

    perundang-undangan. Pemerintah kemudian akan mengeluarkan kembali untuk

    kepentingan masyarakat melalui kas negara. Efektivitas pemungutan pajak

    merupakan pencapaian penerimaan dari sektor pajak yang optimal dan pajak harus

    mencapai daya guna atau memberikan hasil guna. Melaui efektivitas maka akan

    diketahui tingkat efektivitas pemungutan pajak apakah target yang telah

    ditetapkan pemerintah telah mencapai target atau belum. Adapun kriteria untuk

    mengukur efektivitas pajak seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti, yakni :

    Kriteria Efektivitas9

    No Presentase Efektivitas Keterangan

    1 ˃ 100 % Sangat Efektif

    2 90% - 100% Efektif

    3 80% - 90% Cukup Efektif

    4 60% - 80% Kurang Efektif

    5 ˂ 60% Tidak Efektif

    Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.372, tahun 1996

    9 Sri Handoko, Journal Ilmiah, diakses pada 20 Agustus 2018.

  • Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan

    tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana

    efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output, di dalam organisasi

    efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi, efisiensi seringkali tidak selaras

    dengan efektiv. Efisien lebih menekankan pada menggunakan sumber daya

    dengan tepat. Efektiv lebih menekankan pada tepat sasaran bertujuan untuk

    mengukur rasio keberhasilan.

    Rasio dibawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak efektiv,

    ukuran efektivitas biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan. 10

    Dalam

    penelitian ini, efektivitas berarti perbandingan antara realisasi penerimaan

    BPHTB Pemerintah Kota Jambi dengan potensi/target penerimaan BPHTB yang

    telah ditetapkan. Jika tingkat efektivitas penerimaan BPHTB tinggi, maka

    kontribusinya terhadap Pendapatan Daerah Kota Jambi juga tinggi.

    2. Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

    Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang dikenal dengan

    singkatan BPHTB merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola Direktorat

    Jenderal Pajak, Departemen Keuangan, namun hasilnya sebahagian diserahkan ke

    Daerah. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan

    bangunan, yaitu perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

    diperolehnya hak atas tanah atau bangunan oleh orang pribadi atau badan

    Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,

    BPHTB dikenakan kepada peristiwa hukum atau perbuatan hukum atas trasaksi

    10

    Halim dan Muhammad Syam, Akuntansi Sektor Publik, (Jakarta: Salemba Empat), hlm 164

  • atau peralihan haknya yang meliputi pemindahan hak dan pemberian hak baru.

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bungunan sebagaimana dimaksud meliputi:

    a. Pemindahan hak karena:

    1. Jual beli;

    2. Tukar menukar;

    3. Hibah;

    4. Hibah wasiat;

    5. Waris;

    6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;

    7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;

    8. Penunjukan pembeli dalam lelang;

    9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

    10. Penggabungan usaha;

    11. Peleburan usaha;

    12. Pemekaran usaha; atau

    13. Hadiah. 11

    b. Pemberian hak baru karena :

    1. Kelanjutan pelepasan hak; atau

    2. Di luar pelepasan hak.

    Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada penjelasan di atas adalah:

    a. Hak milik;

    b. Hak guna usaha;

    11

    Agus Setiawan, Perpajakan Bendaharawan Pemerintah, (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2006). hlm 137

  • c. Hak guna bangunan;

    d. Hak pakai;

    e. Hak milik atas satuan rumah susun; dan

    f. Hak pengelolaan.

    Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:

    a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

    b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan

    pembangunan guna kepentingan umum;

    c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan

    Keputusan Mentri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau

    melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan

    organisasi tersebut;

    d. Orang pribadi atau badan karena konveksi hak atau karena perbuatan

    hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

    e. Orang pribadi atau badan karena wakaf;

    f. Orang pribadi atau badan yang digunanakan untuk kepentingan ibadah.12

    Subjek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah orang

    pribadi atau badan yang memperoleh Hak Atas Tanah dan Bangunan. Wajib Pajak

    Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan

    yang memperoleh Hak Atas Tanah dan atau Bangunan. Dasar objek dan subjek

    12

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

  • Pajak BPHTB tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

    tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    3. Tarif Pajak, Dasar Pengenaan, dan Perhitungan Pajak BPHTB

    Untuk kesederhanaan dan kemudahan penghitungan pajak ditetapkan tarif

    tunggal sebesar 5% (lima persen). Dasar Pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai

    Perolehan Objek Pajak (NPOP), 13

    nilai jual objek pajaknya yaitu:

    a. Jual beli adalah harga transaksi;

    b. Tukar menukar adalah nilai pasar;

    c. Hibah adalah nilai pasar;

    d. Hibah wasiat adalah nilai pasar;

    e. Waris adalah nilai pasar;

    f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai

    pasar;

    g. Pemisahan hak yang mengibatkan peralihan adalah nilai pasar;

    h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai

    kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;

    i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak

    adalah nilai pasar;

    j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar;

    k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar;

    l. Peleburan usaha adalah nilai pasar;

    m. Pemekaran usaha adalah nilai pasar;

    13

    Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2016 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

  • n. Hadiah adalah nilai pasar.

    Perhitungan BPHTB Besarnya pajak yang terutang dihitung Secara

    matematis adalah:

    Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dikurangi Nilai Perolehan Objek

    Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dikalikan tarif 5% (lima persen).14

    G. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan

    dengan penelitian yang dilakuakan, dengan maksud untuk menghindari duplikasi.

    Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah

    diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi

    penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Berdasarkan dari studi pustaka

    yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang cukup

    relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu:

    Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Kotijah Fadilah Abdilah dengan

    judul “Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

    (BPHTB) Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

    Kediri”, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

    Tahun 2016. Persamaannya dengan penelitian saya adalah penelitian ini sama-

    sama membahas menyangkut tentang bagaiman Efektivitas Pemungutan Pajak

    BPHTB, selanjutnya yang membedakannya dengan penelitian saya adalah dimana

    14

    Liberty Pandiangan, Undang-Undang Perpajakan Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm.356

    BPHTB = 5% × (NPOP – NPOPTKP)

    5

  • penelitian saya selain membahas tentang efektivitas pemungutan pajak BPHTB

    juga membahas tentang kendala dalam pemungutan pajak BPHTB pada tahun

    2015-2017.15

    Kedua, penelitian yang dilakuakan oleh Miftha Zen dengan judul

    “Kebijakan Dinas Pendapatan Daerah Dalam Melakukan Pemungutan Pajak

    Reklame Guna Untuk Menunjang Pendapatan Asli Derah Kota Jambi”. Yang

    ditulis oleh, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    Tahun 2016. Penulis Skripsi ini menyimpulkan bahwa upaya yang dilakukan dari

    kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi dalam melakukan pungutan pajak

    sudah sesuai dengan prosedur dan pengaruh dari pungutan pajak reklame terhadap

    penunjangan pendapatan asli daerah Kota Jambi sudah terealisasi, meskipun

    masih mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dalam penelitian ini terdapat

    persamaan dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu, sama-sama meneliti

    masalah pemungutan pajak daerah kota jambi dan perbedaannya objek pajak yang

    diteliti dan tahun penelitian.16

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Rizki Novika Sari dengan judul

    “Peran Pajak BPHTB dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota

    Pekanbaru” yang ditulis oleh Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

    Kasim Riau Tahun 2012 penulis skripsi ini menyimpulkan bahwa peran pajak bea

    perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) cukup signifikan terhadap

    peningkatan pendapatan asli daerah. Dalam penelitian ini terdapat persamaan

    15

    Kotijah Fadilah Abdilah, “Efektivitas Pemungutan BPHTB Dalam Rangka Peningkatan

    PAD Kabupaten Kediri”, skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (2016). 16

    Miftha Zen, “Kebijakan Dispenda Dalam Melakukan Pemungutan Pajak Reklame Guna

    Untuk Menunjang Pendapatan Asli Derah Kota Jambi”, skripsi, UIN STS Jambi, (2016).

  • dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu, sama-sama meneliti masalah

    pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, selanjutnya

    yang membedakan dengan penelitian saya adalah dimana penelitian ini berfokus

    membahas peran pajak BPHTB dalam meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli

    Daerah kota Pekanbaru sedangkan penelitian saya membahas tingkat efektivitas

    pajak BPHTB di Kota Jambi dan lainnya.17

    17

    Rizki Novika Sari, “Peran Pajak BPHTB dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

    (PAD) Kota Pekanbaru”, skripsi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, (2012).

  • H. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis menyusunnya kedalam

    bab-bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai

    berikut:

    BAB I : Pendahuluan merupakan bab yang diawali dengan menjelaskan

    latar belakang masalah, pembatasan, dan perumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika

    penelitian.

    BAB II : Tinjauan teoritis menjelaskan kerangka teoritis yang melandasi

    pemikiran teori-teori yang berkaitan dengan efektivitas serta

    Pendapatan Asli Daerah pada Sektor Pajak Bea Perolehan Hak atas

    Tanah dan Bangunan (BPHTB).

    BAB III : Gambaran umum dinas pendapatan daerah. Bab ini menjelaskan

    sejarah berdirinya dinas pendapatan daerah, visi dan misi dinas

    pendapatan daerah, struktur dinas pendapatan daerah dan segala

    yang berkaitan dengan dinas pendapatan daerah.

    BAB IV : Temuan dan hasil penelitian merupakan gabungan dari hasil

    pengumpulan data dengan beberapa konsep yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    BAB V : Bagian penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

  • BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah dikantor Dinas Penapatan Daerah

    Kota Jambi. Terkait dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui kendala dalam

    pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan

    tingkat efektivitas pemungutan pajak BPHTB yang ada di Dinas Pendapatan

    Daerah Kota Jambi. Mengingat dan menimbang segala kekurangan dan

    keterbatasan yang ada pada peneliti, baik secara waktu, tenaga, moril, dan materil,

    maka penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu mulai dari bulan April 2018

    sampai Juni 2018.

    B. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriftif

    kualitatif yang membahas tentang bagaimana Efektivitas Pemungutan Pajak Bea

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas Pendapatan Daerah

    Kota Jambi. Penelitian deskriftif merupakan metode penelitian yang berusaha

    menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya atau

    disebut penelitian non eksprimen, karna peneliti tidak melakukan kontrol dan

    memanipulasi variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa

    komponen dalam pengumpulan data yaitu melalui dokumentasi, observasi, dan

    wawancara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan tema

    penelitian.

  • C. Sumber Data

    a. Data Primer

    Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang

    diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek

    penelitian, atau keseluruhan data penelitian yang diperoleh di lapangan.

    Adapun sumber data baru yang menjadi data primer dalam penelitian ini

    adalah informan yaitu orang-orang yang merespon atau menjawab

    pertanyaan-pertanyaan peneliti, diantaranya:

    1. Kasubid Pelaporan Dispenda Kota Jambi

    2. Kasubid Pendataan dan Penelitian Dispenda Kota Jambi

    3. Kasubid Umum Dispenda Kota Jambi

    4. Pegawai Umum Dispenda Kota Jambi

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah sumber data yang langsung memberikan data

    kepada pengumpulan data misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data ini

    diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat

    autentik karna memperoleh dari tangan ke dua, ketiga dan seterusnya.18

    Data sekunder mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang

    berwujud laporan. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian saya

    adalah berupa dokumen atau arsip yang berkaitan dengan Efektivitas

    Pemungutan Pajak BPHTB, yaitu sebagai berikut :

    I. Sejarah kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    18

    Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi:Edisi Revisi, (Jambi: Syariah Press,2012),

    hlm.48.

  • II. Struktur organisasi kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    III. Visi dan misi kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    D. Teknik Pengumpulan Data

    a. Teknik Observasi

    Teknik observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data

    penelitian. Dalam metode observasi, yang sering menjadi persoalan secara

    metodologis adalah adanya bagaimana karakter peneliti yang sangat

    bervariasi sesuai dengan tingkatan di lingkungannya yang mempunyai

    hubunngan di antara peneliti dan subyeknya. Oleh karena itu penelliti

    memilih fokus penelitiannya yang terkait dengan kendala pemungutan

    pajak BPHTB dan tingkat keefektivan pemungutan pajak BPHTB.19

    b. Teknik Wawancara

    Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

    dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai

    tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada

    kesempatan lain. 20

    Penentuan siapa yang harus menjadi informan kunci melalui beberapa

    pertimbangan, diantaranya;orang yang bersangkutan memiliki pengalaman

    pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti, usia orang yang

    bersangkutan telah dewasa, orang yang bersangkutan sehat jasmani dan

    rohani, orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai

    19

    Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,

    2002), hlm.75 20

    Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 117

  • kepentingan pribadi untuk menjelekkan orang lain, orang yang bersangkutan

    memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti, dan

    lain-lain.21

    Teknik wawancara penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

    pengambilan sampel acak berdasarkan area (Cluster Random Sampling).

    Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok.

    Pengambilan sempel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu.

    Tujuan teknik Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang

    suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi. Adapun

    informan dalam penelitian ini yaitu :

    1. Kepala Kasubid Pelaporan Dispenda Kota Jambi : Bapak Muhammad

    Ali, SE

    2. Kepala Kasubid Pendataan dan Penilaian Dispenda Kota Jambi :

    Bapak Eko Haryanto, SE

    3. Kepala Kasubag Umum Dispenda Kota Jambi : HJ. Lukita Candra

    Sari, SE

    4. Pegawai Umum Dispenda Kota Jambi : Isniah, Eka Puspasari, SE,

    Jumirin.

    c. Teknik Dokumentasi

    Teknik dokumentasi adalah penelitian terhadap benda-benda tertulis

    atau dokumen yang digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan

    dalam penelitian. Penggunaan dokumentasi ini sebagai upaya untuk

    21

    Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011) hlm.138

  • menunjang data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.22

    Dokumentasi yang penulis gunakan untuk memperoleh semua data-data

    berupa bahan-bahan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian. Dan

    sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian sebagai bahan penunjang

    dalam penganalisisan data yang ada di lapangan. Dokumentasi ini berasal

    dari sumber-sumber baik dari media massa maupun staf yang berada di

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi.

    D. Teknik Analisis Data

    Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah

    data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka

    serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Teknik

    analisis data yang digunakan penulis adalah teknik analisis interaktif Miles dan

    Huberman menurut teknik analisis interaktif Miles dan Hubermen ada empat

    tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis penelitian kualitatif, yaitu:

    a. Pengumpulan Data

    Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat

    penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan

    data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep. Menurut

    Creswell menyarankan bahwa sebaiknya sudah berfikir dan melakukan

    analisis ketika penelitian kualitatif baru mulai. Maksudnya adalah peneliti

    telah melakukan analisis tema dan melakukan pemilihan tema (kategorisasi)

    pada awal penelitian intinya adalah proses pengumpulan data pada

    22

    Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R&D, cet.Ket-

    19.(Bandung: Alfabet, 2014), hlm.203.

  • penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan

    sepanjang penelitian yang dilakukan, proses pengumpulan data dapat

    dilakukan. Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk proses

    dan dianalisis, tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.

    b. Reduksi Data

    Reduksi data adalah proses penggabungan dan pennyeragaman segala

    bentuk data yang diperoleh dari pengumpulan data menjadi satu bentuk

    tulisan yang akan dianalisis. Mulai dari hasil wawancara, hasil observasi,

    hasil studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan agar lebih mudah

    untuk dianalisis.

    c. Penyajian Data

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data

    pada tahap penyajian data yang dilakukan adalah mengola data setengah

    jadi yang seragam dalam bentuk tulisan yang dapat dilakukan dalam bentuk

    uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

    d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

    Kegiatan analisis menarik kesimpulan dan verifikasi. Ketika kegiatan

    pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari

    arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-

    konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan

    yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci.23

    23

    Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Metode dan Praktek. (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2003), hal.211.

  • E. Jadwal Penelitian

    Tabel 3

    Jadwal Penelitian

    No Jenis

    Kegiatan

    Tahun 2017-2018

    Desember Januari Maret April Mei September-

    Oktober

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pengajuan

    Judul

    x

    2 Pembuatan

    proposal

    x x

    3 Perbaikan

    Proposal

    dan Seminar

    x x x

    4 Surat Izin

    Riset

    x

    5 Pengumpula

    n Data

    x x

    6 Pengolahan

    Analisi Data

    x x

    7 Pembuatan

    Laporan

    8 Bimbingan

    Dan

    Perbaikan

    x x x

    9 Agenda dan

    Ujian

    Skripsi

    10 Perbaikan

    dan

    penjilitan

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

    A. Sejarah Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi (DISPENDA)

    Dinas Penapatan Daerah Kota Jambi merupakan salah satu Organisasi

    Perangkat Daerah dilingkup Pemerintah Kota Jambi yang dibentuk berdasarkan

    Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

    susunan perangkat daerah kota jambi dan peraturan walikota jambi nomor 60

    tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas, dan fungsi serta tata

    kerja pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Jambi. Sebelum

    badan pengelola pajak dan retribusi derah kota jambi bernama Dinas Pendapatan

    Kota Jambi, berdiri sejak tahun 1978, kala itu bernama Dinas Pendapatan Daerah

    Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi yang keberadaannya ditetapkan berdasarkan

    Peraturan Daerah Kotamadya Dati II jambi Nomor 16 Tahun 1978. Dinas

    Pendapatan Kota Jambi pernah diubah menjadi Dinas Pelayanan Pajak dengan

    diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2015 tentang perubahan

    Kedua atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 10 Tahun 2008 tentang

    pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerha Kota Jambi, yang semula

    nomenklatur Dinas Pendapatan Daerah menjadi Dinas Pelayanan Pajak Kota

    Jambi yang disingkat DISYANJAK.24

    Sejalan dengan tuntutan peningkatan volume serta ruanglingkup kerja, dan

    seiring terbitnya PP Nomor 18 tahun 2016 tentang Peraturan Daerah

    24

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”, hlm.2

  • mengharuskan semua satuan kerja perangkat daerah berubah menjadi organisasi

    perangkat daerah, sehingga Dinas Pelayanan Pajak berubah Nomenklatur menjadi

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi.

    Dasar hukum keberadaan Dinas Pendapatan Kota Jambi sejak tahun 1978 :

    1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

    diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

    perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

    Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844).

    2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049).

    3. Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor ; KPUD.7 /17 / 41-101 Tahun 1978

    tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/

    Kptamadya Dati II Jambi.25

    4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

    Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 89,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741).

    5. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi Dinas

    Pendapatan Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi.

    25

    http://dipenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018

  • 6. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan

    Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi, (

    Lembaran Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 1989 Seri D nomor 8 tanggal

    3 November 1989).

    7. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 03 Tahun 2001 tentang Pembentukan

    Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi (Lembaran Daerah Kota Jambi

    No 06 Tahun 2001 Seri D nomor 03 Tanggal 21 Februari 2001).

    8. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang

    Perangkatan Daerah.

    9. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan

    Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi, sebagai tindak lanjut Peraturan

    Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

    (Lembaran Negara RI Nomor 4741).

    10. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

    atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 10 Tahun 2008 tentang

    Pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi.

    11. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

    Perangkat Daerah.

    12. Peraturan Walikota Jambi Nomor 60 tahun 2016 tentang kedudukan, Susunan

    Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja pada Badan Pengelola Pajak

    dan Retribusi Daerah Kota Jambi.26

    26

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”, hlm.3

  • B. Struktur Organisasi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi27

    27

    http://dipenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018

    Kepala Dinas

    Subhi, S.Sos. MM

    Sekretaris

    Irfany Wijaya, SE

    Kelompok

    Jabatan

    Fungsional

    KA.SUB.BAG.Umum

    HJ.Lukita Candra Sari, SE

    KA.SUB.BAG.Keuangan

    Astri Lilian, SE,Ak

    KA.SUB.BAG.Kepegawaian

    Neni Maryanti, SE

    Kabid.Penagihan

    dan Keberatan

    Budi Setiawan, SE

    Kabid.Pembukuan dan

    Pelaporan

    Agung Hidayat, S.STP

    Kabid.Pengembangan dan

    Evaluasi

    MHD Amin Qodri,AP,M.Si

    Kabid.Pendaftaran.Pendataan

    &Penetapan

    Aling, SE, ME

    KA.SUB.BID Penagihan

    Oriza Defriatman, SE

    KA.SUB.BID Pembukuan

    Nyimas Vivi Savitri, SE

    KA.SUB.BID Pengembangan

    Muhammad Al Muhdor, SH

    KA.SUB.BID Layanan

    Pendaftaran

    Suhasty Dian Ningsih, SE

    KA.SUB.BID Pendataan dan

    Penilaian

    Eko Haryanto,SE

    KA.SUB.BID

    Penetapan

    Ahmad Fikriaiman,S.STP,

    M.Si

    UPTB

    KA.SUB.BID Keberatan

    Haliluddin, S.IP

    KA.SUB.BID Pemeriksaan

    Teuku Kamarruzz Zaman,SE

    KA.SUB.BID Pelaporan

    Muhammad Ali, SE

    KA.SUB.BID Pengolahan

    Data dan Informasi

    IndraDarmawan

    KA.SUB.BID Pengkajian

    Achmad Faisal,S.STP

    KA.SUB.BID Evaluasi

    Febridahimnilmi, SH,MH

  • C. Visi dan Misi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    Visi adalah perwujudan yang menantang tentang keadaan masa depan

    yang diinginkan oleh instansi pemerintahan yang bersangkutan. Sedangkan misi

    adalah tonggak perencanaan strategis yang sejalan dengan pembentukan tujuan

    dan sasaran yang perumusannya harus dilakukan secara obyektif dan memberikan

    peluang untuk dilakukan perubahan disesuaikan dengan tuntutan lingkungan, oleh

    karena itu misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi

    dapat dilaksanakan dan terlaksana dengan baik.

    a. Visi

    Sesuai dengan visi dispenda Kota Jambi adalah “Profesional dalam

    pengelolaan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan utama

    pembangunan Kota Jambi”

    b. Misi

    Misi Dispenda Kota Jambi adalah sebagai berikut:

    1. Meningkatkan pelayanan yang transparan.

    2. Meningkatkan sistem pengolah data dan pelayanan pajak dan retribusi

    yang terintegrasi, akurat berbasis teknolagi informasi.

    3. Meningkatkan sumber daya aparatur yang handal dan berintegritas,

    berdedikasi, serta amanah.

    4. Menumbuh kembangkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam

    membayar pajak dan retribusi daerah. 28

    28

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”, hlm. 4

  • D. Tujuan dan Sasaran Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    a. Tujuan :

    “Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Pajak dan

    Retribusi Daerah.”

    b. Sasaran:

    “Tercapainya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pajak

    dan Retribusi Daerah.”

    E. Strategi, Kebijakan dan Program Kerja Kantor Dinas Pendapatan

    Daerah Kota Jambi

    a. Strategi :

    Strategi menjelaskan pemikiran-pemikiran secara konseptual analitis

    dan komprehensif tentang langkah-langkah untuk merealisasikan tujuan dan

    sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Dalam rangka mewujudkan tujuan

    dan sasaran tersebut maka disusun beberapa strategi sesuai dengan misi

    Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah, yaitu :

    1. Meningkatkan sistem pelayanan penerimaan pajak dan retribusi

    daerah;

    2. Meningkatkan sarana dan prasarana;

    3. Meningkatkan sumber daya manusia aparatur;

    4. Meningkatkan kesadaran masyarakat.29

    b. Kebijakan :

    Kebijakan merupakan ketentuan yang telah disepakati oleh pihak

    terkair dan ditetapkan oleh pihak berwenang untuk dijadikan pedoman,

    29

    http://dispenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018

  • pegangan dan petunjuk bagi setiap aparatur pemerintah dan masyarakat agar

    tercapai kelancaran dan kepedulian dalam usaha mencapai visi dan misi,

    tujuan dan sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Badan Pengelolaan

    Pajak dan Retrinusi Daerah Kota Jambi dalam menjalankan tugas, pokok

    dan fungsinya telah menetapkan arah kebijakannya yaitu “peningktan

    Pendapatan Pajak Daerah”.

    c. Program Kerja :

    Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk

    mendapatkan hasil yang dihasilkan oleh instansi Pemerintah maupun

    kerjasama dengan masyarakat guna mencapai sasaran tertentu.Program

    merupakan implemtasi yang strategis organisasi yaitu proses penentuan

    jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan

    suatu rencana.30

    Adapun program yang telah direncanakan Badan Pengelolaan Pajak

    dan Retribusi Daerah Kota Jambi Tahun 2016 sebagai berikut :

    1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

    a. Kegiatan penyediaan jasa surat menyurat.

    b. Kegiatan penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

    c. Kegiatan penyediaan jasa administrasi keuangan

    d. Kegiatan penyediaan jasa kebersihan kantor

    e. Kegiatan penyediaan alat tulis kantor.

    f. Kegiatan penyediaan barang cetakan dan penggadaan.

    30

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”, hlm. 5

  • g. Kegiatan penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan

    bangunan kantor.

    h. Kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-

    undangan.

    i. Kegiatan penyediaan makanan dan minuman.

    j. Kegiatan penyediaan pengaman kantor, pengemudi, pramubhakti,

    dan penjaga malam.

    k. Kegiatan perjalanan dinas.31

    2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

    a. Kegiatan pengadaan kendaraan dinas / operasional.

    b. Kegiatan pengadaan mebeleur.

    c. Kegiatan pengadaan peralatan perkantoran.

    d. Kegiatan pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional.

    e. Kegiatan pemeliharaan rutin/berkala alat-alat kantor.

    3. Program peningkatan disiplin aparatur

    a. Kegiatan pengadaan mesin/kartu abseni.

    b. Kegiatan pengadaan pakain dinas beserta perlengkapannya.

    4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

    a. Kegiatan bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-

    undangan.

    5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja

    dan keuangan

    31

    http://dipenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018

  • a. Kegiatan penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi

    kinerja SKPD.

    b. Kegiatan penyusunan pelaporan penerimaan pajak daerah.

    c. Kegiatan monitoring dan evaluasi penerimaan pajak daerah.

    6. Program perencanaan SKPD

    a. Kegiatan perencanaan SKPD.

    7. Perogram peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan

    daerah

    a. Kegiatan sosialisasi regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah.

    b. Kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi PBB dan BPHTB.

    c. Kegiatan penataan data pajak dan retribusi daerah.

    d. Kegiatan peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah.

    e. Kegiatan pengendaliaan pajak daerah.

    f. Kegiatan pelaksanaan pemungutan PBB dan BPHTB.

    g. Kegiatan penyusunan sistem informasi pajak daerah.32

    F. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    Berdasarkan peraturan daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang

    pembentukan dan susunan perangkata daerah, badan pengelola pajak dan retribusi

    daerah Kota Jambi mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam

    melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang pendapatan dan tugas

    pembantuan dengan melakukan perencanaan, pembinaan dan pengendalian

    sumber-sumber pedapatan pajask daerah yang meliputi; pendapatan, penagihan,

    32

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”, hlm.7

  • perencanaan dan pelaporan, pengendalian dan penyuluhan ketatausahaan /

    kesekretariatan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala daerah

    sesuai dengan bidang tugasnya.

    Untuk melakukan tugas pokok tersebut diatas, badan pengelolaan pajak dan

    retribusi daerah Kota Jambi mempunyai fungsi sebagai berikut :

    a. Perumusan kebijakan dibidang pengelolaan pendapatan perpajakan

    daerah dan retribusi daerah;

    b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

    pengelolaan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah;

    c. Pelaksanaan pendaftaran, pendataan, penilaian, penetapan pajak daerah;

    d. Pelaksanaan penagihan pajak daerah dan penmyelesaian piutang,

    keberatan, pemeriksaan pajak daerah, pengendalian dan penindakan;

    e. Pelaksanaan pembukuan, pelaporan pengolahan, data dan informasi

    pajak daerah dan retsibusi pajak daerah berbasis sistem;

    f. Pelaksanaan pengembangan dan perencanaan program pajak daerah dan

    pengkajian peraturan perpajakan daerah,pembinaan terhadap wajib pajak

    daerah, evaluasi pajak daerah dan retribusi daerah;

    g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait untuk peniungkatan

    pajak daerah dan retribusi daerah;

    h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

    bidang, tugas dan fungsinya.33

    33

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”, hlm.10

  • G. Sarana dan Prasarana Dispenda Kota Jambi

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan

    Dinas Pendapatan Daerah didukung oleh sarana dan prasaran atau aset yang cukup

    baik, aset atau sarana prasarana ini digunakan untuk mendukung operasional

    pelaksanaan tugas-tugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi

    No Nama Barang Jumlah Keadaan Banrang

    1 Kendaraan Mobil 6 Bagus

    2 Kendaraan Motor 10 Bagus

    3 Meja 40 Bagus

    4 Kursi 55 Bagus

    5 lemari 6 Bagus

    6 computer 24 Bagus

    7 Camera 2 Bagus

    8 Printer 15 Bagus

    9 Sofa Kursi Tamu 10 Bagus

  • BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Kendala Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan di Dispenda Kota Jambi

    Tugas negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan

    kesejahteraan bagi rakyatnya, itulah sebabnya maka negara harus tampil ke depan

    dan turut campur tangan bergerak aktif dalam bidang kehidupan masyarakat,

    terutama dibidang perekonomian guna tercapainya kesejahteraan umat manusia.

    Untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan biaya-

    biaya yang cukup besar, demi berhasilnya usaha ini negara mencari

    pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak

    adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi

    esensial. Memang di beberapa negara yang sudah maju, pajak sudah merupakan

    suatu conditiesne qua non bagi penambahan keuangan negara.34

    Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara

    akan lumpuh lebih-lebih lagi bagi negara yang sedang membangun seperti

    Indonesia, atau negara yang baru bebas dari belenggu kolonialis pajak merupakan

    daerah bagi tubuh negara. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

    landasan pemungutan pajak didasarkan “Benefit approach” atau pendekatan

    manfaat. Pendekatan ini merupakan dasar fudemental atas dasar yang

    membenarkan negara melakukan pemungutan pajak sebagai pungutan yang dapat

    dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan kekuatan pemaksa. Bentuk

    34

    Bohari, “Pengantar Hukum Pajak”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm 35

  • manfaat yang bisa dinikmati oleh warga negara adalah: kesejahteraan, pelayanan

    umum, perlindungan hukum, kebebasan, penggunaan fasilitas umum, seperti:

    pelabuhan, jalanan, jembatan, tempat-tempat hiburan dan segala sesuatu yang

    berkaitan dengan manfaat tersebut.35

    Dalam pelaksanaan pemungutan terhadap Bea Perolehan Hak Atas Tanah

    dan Bangunan tidak selamanya berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku. Dalam pelaksanaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan (BPHTB) tersebut juga terdapat beberapa kendala yang

    dihadapi. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Dinas Pendapatan

    Daerah Kota Jambi maka penulis mengelompokkan kendala yang ada dan penulis

    temukan di lapangan, yaitu:

    1. Kendala yang berhubungan dengan Wajib Pajak.

    Kendala yang berhubungan wajib pajak lebih disebabkan kurang adanya

    kesadaran dari beberapa sebagian Wajib Pajak dalam membayar pajak BPHTB.

    Hal ini karena mereka kesulitan dengan cara dan syarat-syarat yang harus

    dilengkapi untuk membayar paajak BPHTB yang semakin rumit menurut mereka.

    Seperti yang dijelaskan oleh ibu Hj. Lukita Candra Sari, SE, Kasubag Umum

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi:

    “Permasalahan yang sering kami hadapi seperti ni dek misalnya, si A

    melakukan transaksi jual beli tanah pada saat itu tahun 2000 dengan

    tetangganya si B namun si A tidak langsung melakukan Balik Nama atas

    Sartifikat Tanah tersebut karna belum memiliki dana dan hanya memiliki

    kuitansi jual beli dan sudah ada saksi-saksi secara tertulis, tahun 2017 si A

    ingin melakukan balik nama atas sartifikat tanah tersebut di Dispenda

    namun tetangganya si B sudah meninggal jika langsung dari almarhum ke

    nama si A tidak bisa karna harus turun waris dulu yang meninggal ke anak-

    35

    Ibid, hlm. 36

  • anaknya dan keistrinya nah jadi harus nyari dulu misalnya anaknya ada 5

    jika yang satu nya dibandung maka nyari kebandung minta tekennya dan

    KTP nya dan seterusnya jadi transaksi jual belinya dilakukan dengan

    anaknya baru bisa ke Dispenda karna hal itu lah sering masyarakat marah

    karna kerumitan syarat-syarat transaksi namun kami pihak dispenda

    menentukan syarat-syaratnya sudah berdasarkan peraturan dari

    pemerintah”.36

    Dari penjelasan oleh ibu Hj. Lukita Candra Sari sudah jelas bahwa dalam

    menentukan syarat-syarat taransaksi di Dispenda sudah berdasarka peraturan dari

    pemerintah yaitu terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang

    Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pasal 6 yaitu: Dalam hal perolehan

    Hak karena waris atau hibah Wasiat yang diterima orang pribadi yang masih

    dalam hubungan keluarga sedarah dalam segaris keturunan lurus satu derajat ke

    atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberian hibah wasiat termasuk suami /

    istri, nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak ditetapkan sebesar

    Rp.300.000.000., (tiga ratus juta rupiah), sesuai ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.37

    Selain hal tersebut permasalahan lain yang sering dialami oleh pihak

    dispeda yaitu pertentang dari Wajib Pajak dengan permasalahan terlalu tingginya

    Nilai Jual Objek pajak yang ditetapkan oleh pihak Dispenda. Seperti yang

    dijelaskan oleh bapak Muhammad Ali SE, Kasubid Pelaporan Dinas Pendapatan

    Kota Jambi dengan menyatakan:

    “Masyarakat sering komplin masalah nilai padahal itu sudah ada Perwalnya,

    yang menentukan nilai itu kan pimpinan dan pimpinan itu kan tidak

    menentukan harga sewenag-wenangnya atau seenak-enaknya saja karna

    36

    Wawancara, dengan Ibu Hj. Lukita Candra Sari, SE, Kasubag Umum Dinas Pendapatan

    Daerah Kota Jambi, pada tanggal 21 Mei 2018. 37

    Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2016 tentang Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan.

  • sudah ada pedomannya yang berdasarkan peraturan walikota yaitu

    berdasarkan Perwal Nomor 76 Tahun 2016 dan di perwal itu sudah

    dijelaskan harga setiap daerah berbeda-beda karna ketidak pahaman

    masyarakan akan hal tersebut maka masyarakat sering berpendapat bahwa

    yang menentukan NJOP suatu daerah itu ditentukan semena-mena oleh

    pihak Dispenda atau Kepala Dinas, tapi itu bukan kami, melainkan sudah

    ditentukan Kami ini hanya ditugaskan untuk realisasikan yang telah

    ditetapkan”.38

    Dari hasil wawancara diatas jelas bahwa dispenda dalam menentukan

    besaran NJOP pihak Dispenda sudah berdasarkan Peraturan Walikota Jambi yaitu

    Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai Tanah dan Nilai

    Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan. Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan bapak Eko Haryanto, SE,

    Kasubid Pendataan dan Penilaian Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi dengan

    menyatakan :

    “Dalam pajak BPHTB ini nilai suatu pajak setiap daerah berbeda-beda dan

    dalam setiap nilai tanah permeter persegi memiliki berbagai Zona dan itu

    berarti setiap tanah atau bangunan masyarakat memiliki nilai masing-

    masing, dari hal tersebut sering menyebabkan terjadi permasalahan antara

    masyarkat dan pihak Dispenda dimana masih banyak masyarakat yang

    masih tidak memahami tentang pajak BPHTB”.39

    Dari uaraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kurang pahamnya masyarakat

    atau wajib pajak dalam hal peraturan pajak BPHTB dapat merupakan salah satu

    kendala dalam pemungutan pajak BPHTB agar mencapai target dari pemerintah.

    Berikut salah satu dasar pengenaan nilai tanah berdasarkan pasal 2 Peraturan

    38

    Wawancara, dengan Bapak Muhammad Ali SE, Kasubid Pelaporan Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, pada tanggal 23 Mei 2018

    39 Wawancara, dengan Bapak Eko Haryanto, SE, Kasubid Pendataan dan Penilaian Dinas

    Pendapatan Daerah Kota Jambi, pada tanggal 24 Mei 2018

  • Wali Kota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai

    Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan, yaitu :

    (1) Penetapan nilai tanah untuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan untuk Bumi dan / atau Tanah diklafikasikan dalam 4 (empat)

    zona sebagai berikut :

    a. Zona I (satu) adalah rentang / jarak tanah yang terletak antara 0 - 50

    meter dari jalan dihitung 100% dari nilai tanah;

    b. Zona II (dua) adalah rentang / jarak tanah yang terletak antara 51 -

    100 meter dari jalan dihitung 75% dari nilai zona I (satu);

    c. Zona III (tiga) adalah rentang / jarak tanah yang terletak antara 101 -

    200 meter dari jalan dihitung 60% dari zona I (satu); dan

    d. Zona IV (empat) adalah rentang / jarak tanah yang terletak diatas

    201 meter dari jalan dihitung 50% dari zona I (satu)

    (2) Penetapan nilai tanah dan nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada

    Pasal 2 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d tercantum dalam

    lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

    Walikota ini.40

    Jika tidak terdapat nilai tanah dan nilai banguanan didalam Pasal 2 tersebut

    maka terdapat penetapan didalam Pasal 3 yaitu :

    (1) Untuk penetapan nilai-nilai tanah dan nilai bangunan yang belum

    tercantum dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

    40

    Peraturan Walikota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai

    Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan.

  • (1) dan ayat (2) serta hal yang dianggap perlu oleh Badan Pengelola

    Pajak dan Retribusi Daerah, akan dilakukan verifikasi kelapangan oleh

    Petugas Badan Pengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang

    bertugas sebagai penilai.

    (2) Petugas penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

    keputusan Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah.

    Berdasarkan dari Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 76 Tahun 2016

    tentang Klasifikasi Penetapan Nilai Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar

    Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, berikut contoh

    penetapan nilai tanah pada kelurahan kasang :

    Tabel 4

    Contoh Penetapan Nilai Tanah Pada Kelurahan Kasang41

    No Jalan

    Nilai Tanah per Meter Persegi

    Zona I

    0-50 M

    Zona II

    51-100M

    Zona III

    101-200M

    Zona IV

    201M˃ Arteri Primer

    1 Jalan Raden Pamuk Rp 1.500.000 75% 60% 50%

    Arteri Sekunder

    1 Jalan Setia Budi Rp 1.000.000 75% 60% 50%

    Kolektor Primer

    1 Jalan Raden Patah Rp 250.000 75% 60% 50%

    Lokal Primer

    1 Jalan Fatmawati Rp 750.000 75% 60% 50%

    2 Jalan Guntur RP 450.000 75% 60% 50%

    Lokal Sekunder

    1 Jalan Sukasari Rp 250.000 75% 60% 50%

    2 Lorong Garuda Rp 300.000 75% 60% 50%

    3 Lorong Mesjid Rp 200.000 75% 60% 50%

    4 Lorong Teratai Indah Rp 200.000 75% 60% 50%

    41

    Peraturan Walikota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai

    Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan, Pasal 2

  • 5 Lorong Bambu Hijau Rp 150.000 75% 60% 50%

    6 Lorong Kartika Rp 200.000 75% 60% 50%

    7 Lorong Gunung Rp 400.000 75% 60% 50%

    8 Gang Bunga Rp 150.000 75% 60% 50%

    9 Kompleks Perumahan

    Blok Kasang

    Rp 650.000 75% 60% 50%

    Dari Peraturan Walikota tersebut terlihat, bahwa sebagai dasar pengenaan

    Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam penetepan Nilai Tanah dan

    Bangunan setiap daerah itu berbeda-beda dan sesuai dengan ketentuan pasal 2

    Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan

    Nilai Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak

    Atas Tanah dan Bangunan.

    2. Kendala yang berhubungan dengan terbatasnya SDM yang ada di Dinas

    Pendapatan Daerah Kota Jambi.

    Selain itu kendala yang dihadapi adalah kurang adanya survei yang

    dilakukan oleh pihak Dispenda yang mengerti pengukuran lapangan. Hal ini

    dikarenakan kurangnya SDM yang berkualitas yang memahami masalah

    perpajakan. Para wajib pajak banyak yang ingin membayar BPHTB kurang

    mengerti sistem pembayaran dan juga jumlah pajak yang harus dibayar karena

    kurang adanya sosialisasi yang dilakuakan oleh pihak Dispenda Kota Jambi.

    Berikut wawancara dengan Ibu Eka Puspasari, SE pegawai Dispenda Kota Jambi:

    “Untuk penilian lapangan kami memiliki tim perlap yang turun kelapangan

    mereka memiliki alat ukur, alat ukurnya itu bukan memakai meteran lagi

    sudah canggi jadi harus diteliti luasnya sesuai atau tidak disartifikat trus

    lokasinya diphoto trus mereka itu harus buat laporan di laporan itu

    dijelaskan lah oleh mereka hari apa mereka turun, tim-timnya trus lokasi itu

    didalam lorong, masuk lorong nanti mereka jelaskan didalam laporan itu

  • lokasinya disini berapa meter kedalam dan keterbatasan SDM yang

    mengerti tentang pengukuran dan sosialisasi kemasyarakat tentang tata cara

    pembayaran dan pengitungan pajak BPHTB itu lah yang masih kurang”42

    Dari hasil wawancara diatas kurangnya pelaksanaan sosialisasi dan

    kurangnya SDM yang menjadi salah satu masalah dalam pemungutan pajak

    BPHTB sehingga dibutuhkan SDM yang handal dalam hal Pajak BPHTB, berikut

    proses pembayaran pajak BPHTB yang di Kota Jambi terdapat pada Dinas

    Pendapatan Daerah Kota Jambi, Dalam pemungutan ini melibatkan beberapa

    komponen yaitu Petugas Pajak dan Retribusi Daerah, Bidang Pendataan dan

    Penetapan, Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data, Seksi Pendataan dan

    Pendaftaran, Kepala Dispenda, dan Bank Jambi. Adapun tahap-tahap Proses

    Pebayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan:

    Proses Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan (BPHTB) Kota Jambi

    42

    Wawancara, dengan Ibu Eka Puspasari, SE, sebagai pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, pada tanggal 11 Juni 2018

    Wajib Pajak Petugas Pajak dan

    Retribusi Daerah

    Kepala Bidang

    Pendataan

    SPPT - Bank

    - Tempat yang telah

    ditunjuk Dispenda

  • Keterangan:

    1. Wajib Pajak menyerahkan dokumen ke Petugas Pajak dan Retribusi

    Daerah (photo kopy KTP, Akte Tanah atau Bangunan, sartifikat, tanda

    lunas).

    2. Selanjutnya Petugas Pajak dan Retribusi Daerah menerima dokumen

    kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas

    permohonan belum lengkap, maka berkas segera dikembalikan kepada WP

    dan dihimbau untuk melengkapinya.

    3. Selanjutnya penelitian ke lapangan oleh petugas verifikasi.

    4. Hasil penelitian diserahkan kepenjabat berwenang (Kasubid Pendataan)

    untuk dilakukan penelitian.

    5. Hasil penelitian diserahkan kepada Wajib Pajak berbentuk Surat Setoran

    Pajak Daerah BPHTB (SSPD BPHTB) dengan rincian sebagai berikut:

    a. Lembar 1 untuk wajib pajak.

    b. Lembar 2 untuk PPAT / Notaris sebagai arsip.

    c. Lembar 3 untuk Kantor Bidang Pertanahan sebagai lampiran

    permohonan pendaftaran.

    d. Lembar 4 untuk Fungsi Pelayanan sebagai lampiran permohonan

    penelitian SSPD BPHTB.

    e. Lembar 5 untuk Bank yang ditunjuk sebagai arsip.

    f. Lembar 6 untuk Bank 9 jambi sebagai laporan kepada fungsi

    pembukuan / pelaporan.

  • g. Sebelum digunakan dalam proses pembayaran, Wajib Pajak dan

    PPAT / Notaris penandatangani SSPD BPHTB tersebut.

    6. Selanjutnya wajib pajak menyerahkan SSPD BPHTB kepada Bank dan

    melakukan pembayaran diloket pembayaran Dispenda dan Bank yang

    telah di tujuk Dispenda.

    (Jika WP tidak berkenan, maka WP dapat mengajukan keberatan atas nilai

    yang telah ditetapkan). 43

    Demikianlah beberapa kendala yang penulis temukan dalam penelitian yang

    penulis lakukan terhadap pelaksanaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

    Tanah dan Bangunan, dan berikut beberapa penyelesaian yang penulis dapatkan

    untuk menghadapi kendala sebagaimana tersebut diatas.

    1. Untuk kendala yang berhubungan dengan wajib pajak

    Para pegawai pajak seharusnya lebih mensosialisasikan tentang berbagai

    macam pajak yang ada, sehingga para wajib pajak mengetahuinya secara baik.

    Dalam hal wajib pajak masih belum mengetahui tentang pemungutan Bea

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) untuk melaksanakan

    sosialisasi dan penyuluhan tentang pajak BPHTB dapat melalui : sosialisasi /

    penyuluhan langsung, media televisi / Elektronik, Media Cetak, Brosur / Fam plet,

    Banner dan Media Informasi lainnya.

    43

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi TA.2017”.

  • 2. Untuk kendala yang berhubungan dengan terbatasnya SDM yang ada di

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi.

    Terhadap kendala yang berhubungan dengan terbatasnya SDM maka pihak

    Dispenda dapat melakukan peningkatan seperti, meningkatkan kualitas sumber

    daya aparatur yang handal dan berintegrasi, berdedikasi, serta amanah.

    Meningkatkan sistem pengelolaan data dan pelayanan pajak dan retribusi yang

    terintegrasi, akurat berbasis teknologi informasi. Peninjauan kembali / merevisi

    Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Walikota (Perwal) tentang Pajak Daerah

    yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.

    Demikianlah penyelesaian terhadap kendala-kendala yang terdapat dalam

    pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Adanya

    penyelesaian ini, maka semua pihak yang masih atau sedang mengalami kendala

    sama seperti yang penulis kemukakan di atas, dapat memakai penyelesaian yang

    penulis uraikan dalam sub bab ini. Selain itu dengan telah adanya penyelesaian ini

    semoga pemungutan terhadap Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

    dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga penerimaan Negara juga

    meningkat.

    B. Efektivitas Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan Dispenda Kota Jambi Tahun 2015 – 2017

    Tingkat penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di

    Kota Jambi dihitung dengan membandingkan tingkat efektivitas antara realisasi

    penerimaan pajak BPHTB dengan target pajak BPHTB. Apabila perhitungan

    efektivitas pajak BPHTB menghasilkan angka atau persentase mencapai 100%,

  • maka pajak BPHTB semakin efektiv atau dengan kata lain kinerja pemungutan

    pajak BPHTB di Kota Jambi bisa dikatakan sudah baik. Indikator efektivitas

    pemungutan pajak tidak hanya dapat dilihat dari kinerja kantor pajak daerah

    dalam merealisasikan target penerimaan pajak, namun juga dilihat dari kinerja

    dalam menjaring wajib pajak baru melalui kegiatan ekstensifikasi dan

    intensifikasi pajak serta menciptakan kepatuhan Wajib Pajak.

    Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak tidak

    hanya diukur dengan optimalisasi pajak saja, namun pengukuran penerimaan

    pajak dapat diukur dengan melihat realisasi. Apakah penerimaan pajak sudah

    mencapai target yang diharapkan atau tidak. Sehingga dengan target maka sasaran

    dalam penerimaan pajak dapat tercapai.

    Rasio kriteria efektivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

    pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang didapatkan

    dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah.

    Semakin tinggi rasio efektifitas, maka semakin baik kinerja pemerintahan daerah.

    Untuk dapat menghitung kriteria rasio efektivitas pajak daerah dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut:

    Rasio efektivitas =

    1. Tahun 2015

    Berdasarkan target dan realisasi pajak BPHTB tahun 2015 dapat diketahui

    dengan perhitungan sebagai berikut:

    Rasio efektivitas tahun 2015

    94,34%

  • Dari perhitungan rasio efektivitas pada tahun 2015 terealisasi

    37,735,008,396.00 dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar

    40,000,000,000.00, dalam perhitangan efektivitasnya 94,34% dengan kategori

    efektiv.

    2. Tahun 2016

    Berdasarkan target dan realisasi pajak BPHTB tahun 2016 dapat diketahui

    dengan perhitungan sebagai berikut:

    Rasio efektivitas tahun 2016

    Dari perhitungan rasio efektivitas pada tahun 2016 terealisasi

    36,671,546,095.89 dari target sebesar 45,000,000,000.00, dalam perhitungan

    efektifitasnya 81,27% dengan kategori cukup efektiv.

    3. Tahun 2017

    Berdasarkan target dan realisasi pajak BPHTB tahun 2016 dapat diketahui

    dengan perhitungan sebagai berikut:

    Rasio efektivitas tahun 2017

    Dari perhitungan rasio efektivitas pada tahun 2017 terealisasi

    57,941,000,882.40 dari target sebesar 50,500,000,000.00, dalam perhitungan

    efektivitanya 114,73% dengan kategori sangat efektiv karna melebihi 100%.

  • Tabel 5

    Efektivitas Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan44

    Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, 2017

    Berdasarkan tabel diatas selama kurun waktu 2015 sampai dengan 2017

    rata-rata tingkat efektivitas pajak daerah sebesar 96,78 hasil perhitungan ini

    diperoleh dengan cara membagi jumlah rasio efektivitas pajak daerah tahun 2015

    sampai dengan 2017 dengan 3 tahun. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas

    efektivitas pajak BPHTB tergolong efektif , dimana tingkat efektivitas tertinggi

    pajak daerah pada tahun 2017 sebesar 114,73% dan tingkat efektivitas terendah

    terjadi pada tahun 2016 sebesar 81,27% , secara umum rasio efektivitasnya naik

    turun setiap tahunnya dan ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak

    tercapainya target seperti yang dijelaskan oleh bapak Jumirin selaku pegawai

    Dispenda yaitu:

    44

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi

    TA.2017”

    Tahun Target Realisasi (%) Kriteria

    1 2 3 4

    2015 Rp 40.000.000.000,00 Rp 37.735.008.396,00 94,34% Efektiv

    2016 Rp 45.000.000.000,00 Rp 36.671.546.095,89 81,27% Cukup efektiv

    2017 Rp 50.500.000.000,00 Rp 57.941.000.882,40 114,73% Sangat efektiv

    ∑ 290,34%

    Rata-rata 96,78 Efektiv

  • “Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan dari realisasi pajak

    terlebih pada tahun 2016 yang mengalami penurunan hal tersebut

    dikarenakan beberapahal yaitu kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari

    masyarakat untuk membayar pajak terlebih dimana pajak BPHTB tidak

    melakukan upaya penagihan secara langsung kepada masyarakat karena

    berbeda karakteristik dengan 10 jenis pajak yang ada di Kota Jambi dan

    masih kurangnya sosialisasi tentang pajak BPHTB kepada masyarak, itulah

    beberapa penyebab penurunan dari pendapatan pajak BPHTB di Kota Jambi yamg dapat menjadi penyebab tidak tercapainya target yang ditetapkan oleh

    pemerintah”.45

    Menurut keterangan bapak Jumirin selaku pegawai Dispenda ada

    beberapahal yang menyebabkan tidak tercapainya target dari pajak BPHTB yaitu

    kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari masyarakat untuk membayar pajak

    terlebih dimana pajak BPHTB tidak melakukan upaya penagihan secara langsung

    kepada masyarakat karena berbeda karakteristik dengan 10 jenis pajak yang ada di

    Kota Jambi, Selain faktor yang dijelaskan oleh ibu Reni Husaini ada beberapa hal

    lain yang secara umum menyebabkan tidak tercapainya target pemungutan pajak

    antara lain:

    a. Kondisi perekonomian daerah yang belum stabil dipengaruhi antara lain

    fluaktuasi kurs tukar nilai rupiah terhadap kurs dollar.

    b. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan tanggung jawab sebegai

    warga Negara untuk mensukseskan program pembangunan daerah

    melalui pajak daerah.

    45

    Wawancara, dengan Bapak Jumirin sebagai pegawai Pendapatan Daerah Kota Jambi,

    pada tanggal 11 Juni 2018

  • c. Belum optimalnya motivasi dan kerja keras dari instansi pemungut untuk

    mewujudkan beban tugas yang dilimpahkan Pemerintah Daerah

    kepadanya.

    d. Masih kurang sosialisasi Pajak Daerah kepada masyarakat.

    e. Kurangnya Sumber Daya Manusia berkualitas yang memahami masalah

    perpajakan.

    f. Tingkat kesedaran masyarakat sebagai Wajib Pajak ( WP ) masih rendah.

    g. Penerapan sanksi bagi Wajib Pajak ( WP ) yang tidak memenuhi

    kewajibannya masih belum tegas.

    h. Belum tersedianya landasan hukum yang mengatur pemberian sanksi

    selain denda terhadap wajib pajak yang tidak menunaikan kewajiban

    perpajakannya.46

    C. Target dan Realisasi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017.

    Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan memiliki potensi tinggi

    dalam meningkatkan Pendapatan Pajak Daerah Kota Jambi, dibawah ini adalah

    target penerimaan Pendapatan Daerah yang telah ditetapkan oleh Dinas

    Pendapatan Daerah Kota Jambi dan realisasi penerimaan Pendapatan Daerah yang

    diperoleh oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi selama Tahun 2015 sampai

    2017.

    46

    Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi TA.2017”

  • Tabel 6

    PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA JAMBI

    TAHUN ANGGARAN 201547

    NO JENIS PAJAK

    DAERAH

    TAHUN ANGGARAN 2015

    TARGET REALISASI %

    1 Hote