efektivitas pemungutan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan...
TRANSCRIPT
-
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI DINAS PENDAPATAN
DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 - 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (s1)
Dalam Prodi Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
GUSNIZAR
SIP 141726
KONSENTRASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH
PROGRAM STUDY ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1440 H/2018 M
-
MOTTO
ِلاِطالَبكمِبيَنمَبُكَلَامَوٲوُلأُكَتَالنواآَميَناالِذَهاأُييََ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan cara yang batil....[An-Nisa : 29]
-
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan ingin mengetahui tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Jambi. Dimana dalam era otonomi daerah ini pemerintah daerah dituntut
untuk selalu meningkatkan penerimaan daerahnya, seperti peningkatan pajak
daerah melalui penerimaan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan segala macam bentuk dan cara dari kantor
Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi dalam melakukan pemungutan pajak bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil dan kesimpulan sebagai berikut:
pertama, kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah dalam melakukan
pemungutan Pajak BPHTB yaitu kurang sadar dan pahamnya wajib pajak dalam
membayar pajak BPHTB dan terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang ada
di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi. Kedua, tingkat efektivitas pemungutan
pajak BPHTB yang mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Ketiga target dan
realisasi pajak BPHTB di Dinas Pendapatan Daerah Kota jambi.
Kata Kunci : Pajak BPHTB, Efektivitas, Realisasi, Target.
-
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan buat orang-orang yang
terkasih dan tersayang yang selama ini banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan di Universitas Islam Negeri Shultan Thaha
Saifuddin jambi.
Ibunda yang terkasih Fatmawati yang telah mengandung, melahirkan dan
membesarkan penulis sehingga penulis dapat menjadi insan yang berilmu
pengetahuan.
Ayahanda tercinta Sukra yang selalu rela berkorban lahir dan bathin yang
tercurah dalam tetesan keringat tanpa mengenal lelah serta untaian doa-
doa yang selalu membimbing dan mengasuh dengan
segala ketabahan dan kelembutan.
Tak luput pula kepada para sahabat, dan rekan-rekanku semuanya yang
telah membantu memberi motivasi dalam meraih kesuksesan, Kepada dosen
pembimbing terimakasih atas bimbingannya dalam memberikan pemikiran-
pemikiran serta ide dalam rangka proses penyelesaian skrpisi ini.
Kepada bapak dan ibu dosen semuanya terimakasih atas jeri payahmu yang
telah membimbing dan mendidik selama saya melakukan perkuliahan
Semoga amal dan ibadah dibalas oleh yang Maha Kuasa, serta
dipermudahkan rezeki, disehatkan jasmani dan rohani untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhirat
Aamiin
-
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas
segala nikmat, karunia, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Efektivitas Pemungutan Pajak
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Jambi Tahun 2015-2017”. Saya selaku penulis
mampu menyelesaiakan dalam penyusunan Skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Selanjutnya sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada-nya
junjunganku Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua
menuju jalan yang di Ridhoi oleh ALLAH SWT.
Selanjutnya dalam rangka penyelesaian dan penyusunan Skripsi ini,
terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi;
2. Bapak Prof. Dr. A. A. Miftah, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI.,Ph.D, Selaku Wakil Dekan I
Bidang Akademik, Ibu Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI, Selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi, dan Ibu Dr. Yuliatin, M.HI, Sealaku
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBARAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Batasan Masalah .......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 8
F. Kerangka Teori ............................................................................ 8
G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 17
-
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 18
B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 18
C. Sumber Data ................................................................................ 19
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 20
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 22
F. Jadwal Penelitian ......................................................................... 24
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Dispenda ......................................................................... 25
B. Struktur Organisasi Dispenda ...................................................... 28
C. Visi Misi Dispenda ...................................................................... 29
D. Tujuan dan Sasaran Dispenda ..................................................... 30
E. Strategi, Kebijakan, Program Dispenda ...................................... 30
F. Tugas Pokok Dispenda ................................................................ 33
G. Sarana dan Prasarana Dispenda Kota Jambi ............................... 35
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kendala Pemungutan Pajak BPHTB di Dispenda Kota Jambi ... 36
B. Efektivitas pelaksanaan pemungutan Pajak BPHTB di Dispenda
Kota Jambi Tahun 2015-2017 ..................................................... 46
C. Target dan Realisasi Pajak BPHTB di Dispenda Kota Jambi
Tahun20152017 ........................................................................... 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 57
-
B. Saran-saran .................................................................................. 58
C. Kata Penutup ............................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
-
DAFTAR SINGKATAN
BPHTB : Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Dispenda : Dinas Pendapatan Daerah
NJOP : Nilai Jual Objek Pajak
NPOP : Nilai Perolehan Objek Pajak
NPOPTKP : Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Perda : Peraturan Daerah
Perwal : Peraturan Wali Kota
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
UIN : Universitas Islam Negeri
UU : Undang-undang
WP : Wajib Pajak
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Penambahan Jenis Pajak Daerah UU PDRD Nomor 28 Tahun
2009.
Tabel 2 : Pendapatan Pajak BPHTB Kota Jambi Tahun 2015-2017.
Tabel 3 : Jadwal Penelitian.
Tabel 4 : Contoh Penetapan Nilai Tanah pada Kelurahan Kasang.
Tabel 5 : Data Keseluruhan Pemungutan Pajak BPHTB
Tabel 6 : Pemungutan Pajak Daerah Kota Jambi Tahun 2015.
Tabel 7 : Pemungutan Pajak Daerah Kota Jambi Tahun 2016.
Tabel 8 : Pemungutan Pajak Daerah Kota Jambi Tahun 2017.
-
Daftar Gambar
Gambar 1 : Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah.
Gambar 2 : Proses Pebayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai
konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi
kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Dalam Undang-Undang tersebut tentang otonomi daerah menggunakan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus
dan mengatur semua urusan pemerintah diluar urusan pemerintahan pusat yang
ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut, sehingga penyelenggaraan Otonomi
Daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
masyarakat.1
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan di Indonesia maka dibutuhkan
biaya yang sangat besar. Sumber-sumber pendapatan seperti minyak bumi, bahan-
bahan tambang, hasil hutan, begitu juga bantuan luar negeri senantiasa terbatas.
Bahkan apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya
pengurasan sumber daya alam yang tidak terkendali dan pada gilirannya akan
menimbulkan ketidak seimbangan dalam pembangunan.
1 Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.
-
Begitu juga dengan bantuan luar negeri atau hibah, akan menyebabkan
ketergantungan yang justru akan menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang harus
dipikul oleh rakyat banyak. Dengan demikian salah satu sektor produktif dalam
upaya penerimaan negara tersebut berasal dari sektor pajak. Di Indonesia pajak
merupakan iuran wajib kepada negara berdasakan undang-undang, sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan balas jasa kembali secara langsung.2
Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma-
Cuma). Tetapi sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan dan
harus dilaksanakan oleh masyarakat. Namun dengan perkembangan dalam
masyarakat, maka dibuatlah suatu aturan yang lebih baik dan bersifat memaksa
berkaitan dengan sifat upeti (pemberian) tersebut dengan memperhatikan unsur
keadilan. Guna memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat diikut sertakan
dalam mambuat berbagai aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya akan
dikembangkan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.3
PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah, dan salah satu sumber PAD yang memiliki kontribusi
terbesar berasal dari Pajak Daerah. Pajak daerah merupakan salah satu bentuk
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Selama ini, pungutan
daerah yang berupa Pajak Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18
2 Andrian Sutedi, Hukum Pajak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 2.
3 Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak, (Jakarta: Selemba Empat, 2011), hlm.1
-
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah sebagamana disempurnakan dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000.
Terdapat perubahan ketiga yaitu Pemerintah Pusat telah menetapkan
Undang-Undang No 28 tahun 2009 pokok perubahan mendasar dari Undang-
Undang tersebut adalah mengalihkan dua jenis pajak pusat sebagai pajak daerah.
Kedua pajak tersebut adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
(PBBP2). Perubahan-perubahan tersebut tercantum dalam Tabel berikut ini :
Tabel 1
Penambahan Jenis Pajak Daerah Dalam UU PDRD Nomor 28 Tahun 20094
UU No 34 Tahun 2000 UU No 28 Tahun 2009
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan Logam
dan Bantuan (Perubahan
Nomenklatur)
8. Pajak Air Tanah (Pengalihan
dari Provinsi)
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. PBB Perdesaan dan
Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan
Penambahan Jenis Pajak Daerah Dalam UU PDRD Nomor 28 Tahun 2009
4 Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
-
Terdapat banyak pertimbangan yang melatarbelakangi dilakukannya
pengalihan kedua pajak tersebut antara lain adalah untuk menambah sumber
penerimaan daerah serta untuk menjaring Wajib Pajak lebih banyak lagi. Dari sisi
pertimbangan objek pajak dan pengurusan administrasi kedua pajak tersebut lebih
tepat dikelola oleh daerah karena objek pajak dari PBB dan BPHTB itu sendiri
berada di daerah yang pengurusan segala bentuk administrasinya juga di daerah.
Ditetapkannya BPHTB menjadi tanggung jawab daerah maka perlu diatur
dengan suatu peraturan yang dapat mendorong daerah untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB.
Pemungutan BPHTB diawali dengan Peraturan Daerah (PERDA). Oleh karena itu
salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah
memungut BPHTB adalah perkembangan penerbitan Peraturan Daerah (PERDA)
tentang BPHTB oleh Kabupaten/Kota.
Mardiasmo menyatakan bahwa intensif tidaknya pemungutan pajak (self
assessment) dapat diukur melalui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
menjalankan kewajiban pajaknya, dimana ada beberapa aspek yang menjadi tolak
ukur yakni aspek psikologis dan aspek yuridis. Aspek psikolgis lebih melihat
kepada sampai sejauh mana aparat pajak dalam melakukan tugasnya sebagai
penyuluh, pelayan dan pengawas. Aspek yuridis diukur dari sampai sejauh mana
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.5
Pemerintah Kota Jambi terus berupaya meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari sektor pajak dan retribusi daerah salah satunya dari sektor
5 Yafet Krismatius Bulolo, Jurnal Ilmu Administrasi, diakses pada tanggal 15 Desember
2017
-
pajak BPHTB. Terdapat beberapa masalah yang sering terjadi dalam pemungutan
pajak BPHTB, sebagai tahap awal pengamatan penulis melakukan wawancara
dengan salah satu pegawai Dispenda Kota Jambi, dimana masalah yang sering
terjadi yaitu kesalah pahaman antara masyarakat terhadap pihak Dispenda,
masyarakat beranggapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang terlalu tinggi
ditetapkan semena-mena oleh pihak Dispenda hal tersebut mengakibatkan sering
terjadi pembatalan transaksi jual beli tanah melalui Dinas Pendapatan Daerah,
dimana terdapat pajak didalam transaksi tersesbut. Hal tersebut dapat
mengakibatkan penerimaan BPHTB yang seharusnya bisa lebih efektif menjadi
tidak efektif.6 Berikut ini adalah tabel untuk anggaran dan realisasi Pendapatan
Pajak BPHTB pada tahun 2015-2017.
Tabel 2
Pendapatan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kota
Jambi Tahun 2015-20177
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, 2017
6 Hasil Observasi awal Wawancara dengan Ibu Isniah sebagai pegawai Dispenda Kota
jambi, pada tanggal 08 Februari 2018. 7 Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”.
No TAHUN TARGET REALISASI
1 2 3 4
1
2
3
2015
2016
2017
Rp 40.000.000.000,00
Rp 45.000.000.000,00
Rp 50.500.000.000,00
Rp 37.735.008.396,00
Rp 36.671.546.095,89
Rp 57.941.000.882,40
-
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, jumlah pendapatan pajak
BPHTB yang diperoleh Dinas Pendapatan Daerah Kota jambi pada tahun 2015
tidak dapat mencapai target, target awalnya 40.000.000.000,00 dan hanya
terealisasi 37.735.008.396,00. Realisasi pada tahun 2016 juga mengalami
penurunan penerimaan yaitu sebesar 36.671.546.095,82 dari target yang
ditetapkan sebesar 45.000.000.000,00. Pada tahun 2017 realisasi penerimaan
pajak BPHTB adalah sebesar 57.941.000.882,40 dari target yang telah ditentukan,
pada tahun ini adalah 50.500.000.000,00 mengalami peningkatan yang lebih
tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.8
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraian diatas maka penulis
merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah (skripsi)
yang berjudul : Efektivitas Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
Tahun 2015-2017”
8 Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”.
-
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalah yang
perlu mendapat gambaran yang jelas yaitu :
1. Apa saja kendala dalam pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi?
2. Bagaimana tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017?
3. Bagaimana realisasi dan target Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017?
C. Batasan Masalah
Batas penelitian merupakan suatu langka untuk memberikan arah yang
hendak diteliti menjadi jelas dan mudah dipahami, selain itu batasan penelitian
juga diperlukan untuk lebih memusatkan perhatian pada permasalahan yang
hendak diteliti. Agar pembahasan ini tepat sasaran dan tidak terlalu meluas maka
peneliti membuat fokus penelitian yaitu berpatokan pada pemungutan Pajak bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pendapatan Daerah Kota
Jambi pada tahun 2015-2017.
D. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan memperoleh
informasi yang akurat sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun
tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui kendala dalam pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi.
-
2. Ingin mengetahui tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-
2017.
3. Ingin mengetahui realisasi dan target Pajak Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan di Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017.
E. Kegunaan penelitian
Apabila dari tujuan-tujuan tersebut di atas berjalan dengan baik, maka
penelitian ini akan digunakan :
1. Dapat menambah dan memberikan wawasan dan pengetahuan serta
menganalisis kajian-kajian baru untuk wahana bidang keilmuan khususnya
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bagi pihak yang terkait, khususnya bagi praktisi pendidikan, masyarakat
umum maupun pemerintah. Penelitian ini juga dibuat sebagai sumbangsih
penulis untuk refrensi kepada Mawahasiswa dalam melaukuan penelitian
tentang Efektivitas Pemungutan Pajak BPHTB di Dianas Pendapatan
Daerah Kota Jambi Tahun 2015-2017, serta sebagai sumbang dan saran
dalam upaya Efektivitas pajak BPHTB di Kota Jambi.
3. Ingin dijadikan salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu
(S1) pada Fakultas Syari’ah Jurusan Ilmu Pemerintahan UIN STS Jambi.
F. Kerangka Teori
Sebagai pedoman dalam melakukan penulisan pada penelitian ini, dan untuk
menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis memberikan kerangka
-
konsepsional dan pengertian-pengertian dalam penulisan skripsi ini, agar dalam
penulisan dapat terarah dan menjadi baik. Maka landasan teorinya adalah sebagai
berikut:
1. Efektivitas Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak adalah wewenang pemerintah yang diatur melalui
perundang-undangan. Pemerintah kemudian akan mengeluarkan kembali untuk
kepentingan masyarakat melalui kas negara. Efektivitas pemungutan pajak
merupakan pencapaian penerimaan dari sektor pajak yang optimal dan pajak harus
mencapai daya guna atau memberikan hasil guna. Melaui efektivitas maka akan
diketahui tingkat efektivitas pemungutan pajak apakah target yang telah
ditetapkan pemerintah telah mencapai target atau belum. Adapun kriteria untuk
mengukur efektivitas pajak seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti, yakni :
Kriteria Efektivitas9
No Presentase Efektivitas Keterangan
1 ˃ 100 % Sangat Efektif
2 90% - 100% Efektif
3 80% - 90% Cukup Efektif
4 60% - 80% Kurang Efektif
5 ˂ 60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.372, tahun 1996
9 Sri Handoko, Journal Ilmiah, diakses pada 20 Agustus 2018.
-
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan
tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana
efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output, di dalam organisasi
efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi, efisiensi seringkali tidak selaras
dengan efektiv. Efisien lebih menekankan pada menggunakan sumber daya
dengan tepat. Efektiv lebih menekankan pada tepat sasaran bertujuan untuk
mengukur rasio keberhasilan.
Rasio dibawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak efektiv,
ukuran efektivitas biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan. 10
Dalam
penelitian ini, efektivitas berarti perbandingan antara realisasi penerimaan
BPHTB Pemerintah Kota Jambi dengan potensi/target penerimaan BPHTB yang
telah ditetapkan. Jika tingkat efektivitas penerimaan BPHTB tinggi, maka
kontribusinya terhadap Pendapatan Daerah Kota Jambi juga tinggi.
2. Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang dikenal dengan
singkatan BPHTB merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola Direktorat
Jenderal Pajak, Departemen Keuangan, namun hasilnya sebahagian diserahkan ke
Daerah. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan, yaitu perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah atau bangunan oleh orang pribadi atau badan
Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
BPHTB dikenakan kepada peristiwa hukum atau perbuatan hukum atas trasaksi
10
Halim dan Muhammad Syam, Akuntansi Sektor Publik, (Jakarta: Salemba Empat), hlm 164
-
atau peralihan haknya yang meliputi pemindahan hak dan pemberian hak baru.
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bungunan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pemindahan hak karena:
1. Jual beli;
2. Tukar menukar;
3. Hibah;
4. Hibah wasiat;
5. Waris;
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8. Penunjukan pembeli dalam lelang;
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
10. Penggabungan usaha;
11. Peleburan usaha;
12. Pemekaran usaha; atau
13. Hadiah. 11
b. Pemberian hak baru karena :
1. Kelanjutan pelepasan hak; atau
2. Di luar pelepasan hak.
Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada penjelasan di atas adalah:
a. Hak milik;
b. Hak guna usaha;
11
Agus Setiawan, Perpajakan Bendaharawan Pemerintah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006). hlm 137
-
c. Hak guna bangunan;
d. Hak pakai;
e. Hak milik atas satuan rumah susun; dan
f. Hak pengelolaan.
Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:
a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum;
c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Mentri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan
organisasi tersebut;
d. Orang pribadi atau badan karena konveksi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf;
f. Orang pribadi atau badan yang digunanakan untuk kepentingan ibadah.12
Subjek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah orang
pribadi atau badan yang memperoleh Hak Atas Tanah dan Bangunan. Wajib Pajak
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan
yang memperoleh Hak Atas Tanah dan atau Bangunan. Dasar objek dan subjek
12
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
-
Pajak BPHTB tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Tarif Pajak, Dasar Pengenaan, dan Perhitungan Pajak BPHTB
Untuk kesederhanaan dan kemudahan penghitungan pajak ditetapkan tarif
tunggal sebesar 5% (lima persen). Dasar Pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai
Perolehan Objek Pajak (NPOP), 13
nilai jual objek pajaknya yaitu:
a. Jual beli adalah harga transaksi;
b. Tukar menukar adalah nilai pasar;
c. Hibah adalah nilai pasar;
d. Hibah wasiat adalah nilai pasar;
e. Waris adalah nilai pasar;
f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai
pasar;
g. Pemisahan hak yang mengibatkan peralihan adalah nilai pasar;
h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
adalah nilai pasar;
j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar;
k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l. Peleburan usaha adalah nilai pasar;
m. Pemekaran usaha adalah nilai pasar;
13
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2016 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
-
n. Hadiah adalah nilai pasar.
Perhitungan BPHTB Besarnya pajak yang terutang dihitung Secara
matematis adalah:
Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dikurangi Nilai Perolehan Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dikalikan tarif 5% (lima persen).14
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakuakan, dengan maksud untuk menghindari duplikasi.
Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah
diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi
penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Berdasarkan dari studi pustaka
yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang cukup
relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Kotijah Fadilah Abdilah dengan
judul “Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Kediri”, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Tahun 2016. Persamaannya dengan penelitian saya adalah penelitian ini sama-
sama membahas menyangkut tentang bagaiman Efektivitas Pemungutan Pajak
BPHTB, selanjutnya yang membedakannya dengan penelitian saya adalah dimana
14
Liberty Pandiangan, Undang-Undang Perpajakan Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm.356
BPHTB = 5% × (NPOP – NPOPTKP)
5
-
penelitian saya selain membahas tentang efektivitas pemungutan pajak BPHTB
juga membahas tentang kendala dalam pemungutan pajak BPHTB pada tahun
2015-2017.15
Kedua, penelitian yang dilakuakan oleh Miftha Zen dengan judul
“Kebijakan Dinas Pendapatan Daerah Dalam Melakukan Pemungutan Pajak
Reklame Guna Untuk Menunjang Pendapatan Asli Derah Kota Jambi”. Yang
ditulis oleh, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Tahun 2016. Penulis Skripsi ini menyimpulkan bahwa upaya yang dilakukan dari
kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi dalam melakukan pungutan pajak
sudah sesuai dengan prosedur dan pengaruh dari pungutan pajak reklame terhadap
penunjangan pendapatan asli daerah Kota Jambi sudah terealisasi, meskipun
masih mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dalam penelitian ini terdapat
persamaan dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu, sama-sama meneliti
masalah pemungutan pajak daerah kota jambi dan perbedaannya objek pajak yang
diteliti dan tahun penelitian.16
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Rizki Novika Sari dengan judul
“Peran Pajak BPHTB dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Pekanbaru” yang ditulis oleh Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau Tahun 2012 penulis skripsi ini menyimpulkan bahwa peran pajak bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) cukup signifikan terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah. Dalam penelitian ini terdapat persamaan
15
Kotijah Fadilah Abdilah, “Efektivitas Pemungutan BPHTB Dalam Rangka Peningkatan
PAD Kabupaten Kediri”, skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (2016). 16
Miftha Zen, “Kebijakan Dispenda Dalam Melakukan Pemungutan Pajak Reklame Guna
Untuk Menunjang Pendapatan Asli Derah Kota Jambi”, skripsi, UIN STS Jambi, (2016).
-
dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu, sama-sama meneliti masalah
pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, selanjutnya
yang membedakan dengan penelitian saya adalah dimana penelitian ini berfokus
membahas peran pajak BPHTB dalam meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah kota Pekanbaru sedangkan penelitian saya membahas tingkat efektivitas
pajak BPHTB di Kota Jambi dan lainnya.17
17
Rizki Novika Sari, “Peran Pajak BPHTB dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Pekanbaru”, skripsi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, (2012).
-
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis menyusunnya kedalam
bab-bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan merupakan bab yang diawali dengan menjelaskan
latar belakang masalah, pembatasan, dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika
penelitian.
BAB II : Tinjauan teoritis menjelaskan kerangka teoritis yang melandasi
pemikiran teori-teori yang berkaitan dengan efektivitas serta
Pendapatan Asli Daerah pada Sektor Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
BAB III : Gambaran umum dinas pendapatan daerah. Bab ini menjelaskan
sejarah berdirinya dinas pendapatan daerah, visi dan misi dinas
pendapatan daerah, struktur dinas pendapatan daerah dan segala
yang berkaitan dengan dinas pendapatan daerah.
BAB IV : Temuan dan hasil penelitian merupakan gabungan dari hasil
pengumpulan data dengan beberapa konsep yang digunakan dalam
penelitian ini.
BAB V : Bagian penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
-
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah dikantor Dinas Penapatan Daerah
Kota Jambi. Terkait dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui kendala dalam
pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
tingkat efektivitas pemungutan pajak BPHTB yang ada di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Jambi. Mengingat dan menimbang segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada pada peneliti, baik secara waktu, tenaga, moril, dan materil,
maka penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu mulai dari bulan April 2018
sampai Juni 2018.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriftif
kualitatif yang membahas tentang bagaimana Efektivitas Pemungutan Pajak Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Jambi. Penelitian deskriftif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya atau
disebut penelitian non eksprimen, karna peneliti tidak melakukan kontrol dan
memanipulasi variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa
komponen dalam pengumpulan data yaitu melalui dokumentasi, observasi, dan
wawancara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan tema
penelitian.
-
C. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek
penelitian, atau keseluruhan data penelitian yang diperoleh di lapangan.
Adapun sumber data baru yang menjadi data primer dalam penelitian ini
adalah informan yaitu orang-orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, diantaranya:
1. Kasubid Pelaporan Dispenda Kota Jambi
2. Kasubid Pendataan dan Penelitian Dispenda Kota Jambi
3. Kasubid Umum Dispenda Kota Jambi
4. Pegawai Umum Dispenda Kota Jambi
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpulan data misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data ini
diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat
autentik karna memperoleh dari tangan ke dua, ketiga dan seterusnya.18
Data sekunder mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang
berwujud laporan. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian saya
adalah berupa dokumen atau arsip yang berkaitan dengan Efektivitas
Pemungutan Pajak BPHTB, yaitu sebagai berikut :
I. Sejarah kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
18
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi:Edisi Revisi, (Jambi: Syariah Press,2012),
hlm.48.
-
II. Struktur organisasi kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
III. Visi dan misi kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data
penelitian. Dalam metode observasi, yang sering menjadi persoalan secara
metodologis adalah adanya bagaimana karakter peneliti yang sangat
bervariasi sesuai dengan tingkatan di lingkungannya yang mempunyai
hubunngan di antara peneliti dan subyeknya. Oleh karena itu penelliti
memilih fokus penelitiannya yang terkait dengan kendala pemungutan
pajak BPHTB dan tingkat keefektivan pemungutan pajak BPHTB.19
b. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai
tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada
kesempatan lain. 20
Penentuan siapa yang harus menjadi informan kunci melalui beberapa
pertimbangan, diantaranya;orang yang bersangkutan memiliki pengalaman
pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti, usia orang yang
bersangkutan telah dewasa, orang yang bersangkutan sehat jasmani dan
rohani, orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai
19
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,
2002), hlm.75 20
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 117
-
kepentingan pribadi untuk menjelekkan orang lain, orang yang bersangkutan
memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti, dan
lain-lain.21
Teknik wawancara penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
pengambilan sampel acak berdasarkan area (Cluster Random Sampling).
Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok.
Pengambilan sempel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu.
Tujuan teknik Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang
suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi. Adapun
informan dalam penelitian ini yaitu :
1. Kepala Kasubid Pelaporan Dispenda Kota Jambi : Bapak Muhammad
Ali, SE
2. Kepala Kasubid Pendataan dan Penilaian Dispenda Kota Jambi :
Bapak Eko Haryanto, SE
3. Kepala Kasubag Umum Dispenda Kota Jambi : HJ. Lukita Candra
Sari, SE
4. Pegawai Umum Dispenda Kota Jambi : Isniah, Eka Puspasari, SE,
Jumirin.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah penelitian terhadap benda-benda tertulis
atau dokumen yang digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam penelitian. Penggunaan dokumentasi ini sebagai upaya untuk
21
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011) hlm.138
-
menunjang data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.22
Dokumentasi yang penulis gunakan untuk memperoleh semua data-data
berupa bahan-bahan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian. Dan
sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian sebagai bahan penunjang
dalam penganalisisan data yang ada di lapangan. Dokumentasi ini berasal
dari sumber-sumber baik dari media massa maupun staf yang berada di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah
data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka
serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Teknik
analisis data yang digunakan penulis adalah teknik analisis interaktif Miles dan
Huberman menurut teknik analisis interaktif Miles dan Hubermen ada empat
tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis penelitian kualitatif, yaitu:
a. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat
penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan
data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep. Menurut
Creswell menyarankan bahwa sebaiknya sudah berfikir dan melakukan
analisis ketika penelitian kualitatif baru mulai. Maksudnya adalah peneliti
telah melakukan analisis tema dan melakukan pemilihan tema (kategorisasi)
pada awal penelitian intinya adalah proses pengumpulan data pada
22
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R&D, cet.Ket-
19.(Bandung: Alfabet, 2014), hlm.203.
-
penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan
sepanjang penelitian yang dilakukan, proses pengumpulan data dapat
dilakukan. Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk proses
dan dianalisis, tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.
b. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penggabungan dan pennyeragaman segala
bentuk data yang diperoleh dari pengumpulan data menjadi satu bentuk
tulisan yang akan dianalisis. Mulai dari hasil wawancara, hasil observasi,
hasil studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan agar lebih mudah
untuk dianalisis.
c. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data
pada tahap penyajian data yang dilakukan adalah mengola data setengah
jadi yang seragam dalam bentuk tulisan yang dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Kegiatan analisis menarik kesimpulan dan verifikasi. Ketika kegiatan
pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari
arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan
yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci.23
23
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Metode dan Praktek. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hal.211.
-
E. Jadwal Penelitian
Tabel 3
Jadwal Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Tahun 2017-2018
Desember Januari Maret April Mei September-
Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
x
2 Pembuatan
proposal
x x
3 Perbaikan
Proposal
dan Seminar
x x x
4 Surat Izin
Riset
x
5 Pengumpula
n Data
x x
6 Pengolahan
Analisi Data
x x
7 Pembuatan
Laporan
8 Bimbingan
Dan
Perbaikan
x x x
9 Agenda dan
Ujian
Skripsi
10 Perbaikan
dan
penjilitan
-
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi (DISPENDA)
Dinas Penapatan Daerah Kota Jambi merupakan salah satu Organisasi
Perangkat Daerah dilingkup Pemerintah Kota Jambi yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
susunan perangkat daerah kota jambi dan peraturan walikota jambi nomor 60
tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas, dan fungsi serta tata
kerja pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Jambi. Sebelum
badan pengelola pajak dan retribusi derah kota jambi bernama Dinas Pendapatan
Kota Jambi, berdiri sejak tahun 1978, kala itu bernama Dinas Pendapatan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi yang keberadaannya ditetapkan berdasarkan
Peraturan Daerah Kotamadya Dati II jambi Nomor 16 Tahun 1978. Dinas
Pendapatan Kota Jambi pernah diubah menjadi Dinas Pelayanan Pajak dengan
diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2015 tentang perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 10 Tahun 2008 tentang
pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerha Kota Jambi, yang semula
nomenklatur Dinas Pendapatan Daerah menjadi Dinas Pelayanan Pajak Kota
Jambi yang disingkat DISYANJAK.24
Sejalan dengan tuntutan peningkatan volume serta ruanglingkup kerja, dan
seiring terbitnya PP Nomor 18 tahun 2016 tentang Peraturan Daerah
24
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”, hlm.2
-
mengharuskan semua satuan kerja perangkat daerah berubah menjadi organisasi
perangkat daerah, sehingga Dinas Pelayanan Pajak berubah Nomenklatur menjadi
Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi.
Dasar hukum keberadaan Dinas Pendapatan Kota Jambi sejak tahun 1978 :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844).
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049).
3. Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor ; KPUD.7 /17 / 41-101 Tahun 1978
tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/
Kptamadya Dati II Jambi.25
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741).
5. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi Dinas
Pendapatan Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi.
25
http://dipenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018
-
6. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi, (
Lembaran Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 1989 Seri D nomor 8 tanggal
3 November 1989).
7. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 03 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi (Lembaran Daerah Kota Jambi
No 06 Tahun 2001 Seri D nomor 03 Tanggal 21 Februari 2001).
8. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkatan Daerah.
9. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi, sebagai tindak lanjut Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara RI Nomor 4741).
10. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi.
11. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah.
12. Peraturan Walikota Jambi Nomor 60 tahun 2016 tentang kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja pada Badan Pengelola Pajak
dan Retribusi Daerah Kota Jambi.26
26
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”, hlm.3
-
B. Struktur Organisasi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi27
27
http://dipenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018
Kepala Dinas
Subhi, S.Sos. MM
Sekretaris
Irfany Wijaya, SE
Kelompok
Jabatan
Fungsional
KA.SUB.BAG.Umum
HJ.Lukita Candra Sari, SE
KA.SUB.BAG.Keuangan
Astri Lilian, SE,Ak
KA.SUB.BAG.Kepegawaian
Neni Maryanti, SE
Kabid.Penagihan
dan Keberatan
Budi Setiawan, SE
Kabid.Pembukuan dan
Pelaporan
Agung Hidayat, S.STP
Kabid.Pengembangan dan
Evaluasi
MHD Amin Qodri,AP,M.Si
Kabid.Pendaftaran.Pendataan
&Penetapan
Aling, SE, ME
KA.SUB.BID Penagihan
Oriza Defriatman, SE
KA.SUB.BID Pembukuan
Nyimas Vivi Savitri, SE
KA.SUB.BID Pengembangan
Muhammad Al Muhdor, SH
KA.SUB.BID Layanan
Pendaftaran
Suhasty Dian Ningsih, SE
KA.SUB.BID Pendataan dan
Penilaian
Eko Haryanto,SE
KA.SUB.BID
Penetapan
Ahmad Fikriaiman,S.STP,
M.Si
UPTB
KA.SUB.BID Keberatan
Haliluddin, S.IP
KA.SUB.BID Pemeriksaan
Teuku Kamarruzz Zaman,SE
KA.SUB.BID Pelaporan
Muhammad Ali, SE
KA.SUB.BID Pengolahan
Data dan Informasi
IndraDarmawan
KA.SUB.BID Pengkajian
Achmad Faisal,S.STP
KA.SUB.BID Evaluasi
Febridahimnilmi, SH,MH
-
C. Visi dan Misi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
Visi adalah perwujudan yang menantang tentang keadaan masa depan
yang diinginkan oleh instansi pemerintahan yang bersangkutan. Sedangkan misi
adalah tonggak perencanaan strategis yang sejalan dengan pembentukan tujuan
dan sasaran yang perumusannya harus dilakukan secara obyektif dan memberikan
peluang untuk dilakukan perubahan disesuaikan dengan tuntutan lingkungan, oleh
karena itu misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi
dapat dilaksanakan dan terlaksana dengan baik.
a. Visi
Sesuai dengan visi dispenda Kota Jambi adalah “Profesional dalam
pengelolaan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan utama
pembangunan Kota Jambi”
b. Misi
Misi Dispenda Kota Jambi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan yang transparan.
2. Meningkatkan sistem pengolah data dan pelayanan pajak dan retribusi
yang terintegrasi, akurat berbasis teknolagi informasi.
3. Meningkatkan sumber daya aparatur yang handal dan berintegritas,
berdedikasi, serta amanah.
4. Menumbuh kembangkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi daerah. 28
28
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”, hlm. 4
-
D. Tujuan dan Sasaran Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
a. Tujuan :
“Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Pajak dan
Retribusi Daerah.”
b. Sasaran:
“Tercapainya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pajak
dan Retribusi Daerah.”
E. Strategi, Kebijakan dan Program Kerja Kantor Dinas Pendapatan
Daerah Kota Jambi
a. Strategi :
Strategi menjelaskan pemikiran-pemikiran secara konseptual analitis
dan komprehensif tentang langkah-langkah untuk merealisasikan tujuan dan
sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Dalam rangka mewujudkan tujuan
dan sasaran tersebut maka disusun beberapa strategi sesuai dengan misi
Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah, yaitu :
1. Meningkatkan sistem pelayanan penerimaan pajak dan retribusi
daerah;
2. Meningkatkan sarana dan prasarana;
3. Meningkatkan sumber daya manusia aparatur;
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat.29
b. Kebijakan :
Kebijakan merupakan ketentuan yang telah disepakati oleh pihak
terkair dan ditetapkan oleh pihak berwenang untuk dijadikan pedoman,
29
http://dispenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018
-
pegangan dan petunjuk bagi setiap aparatur pemerintah dan masyarakat agar
tercapai kelancaran dan kepedulian dalam usaha mencapai visi dan misi,
tujuan dan sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Badan Pengelolaan
Pajak dan Retrinusi Daerah Kota Jambi dalam menjalankan tugas, pokok
dan fungsinya telah menetapkan arah kebijakannya yaitu “peningktan
Pendapatan Pajak Daerah”.
c. Program Kerja :
Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk
mendapatkan hasil yang dihasilkan oleh instansi Pemerintah maupun
kerjasama dengan masyarakat guna mencapai sasaran tertentu.Program
merupakan implemtasi yang strategis organisasi yaitu proses penentuan
jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
suatu rencana.30
Adapun program yang telah direncanakan Badan Pengelolaan Pajak
dan Retribusi Daerah Kota Jambi Tahun 2016 sebagai berikut :
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
a. Kegiatan penyediaan jasa surat menyurat.
b. Kegiatan penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
c. Kegiatan penyediaan jasa administrasi keuangan
d. Kegiatan penyediaan jasa kebersihan kantor
e. Kegiatan penyediaan alat tulis kantor.
f. Kegiatan penyediaan barang cetakan dan penggadaan.
30
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”, hlm. 5
-
g. Kegiatan penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
bangunan kantor.
h. Kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan.
i. Kegiatan penyediaan makanan dan minuman.
j. Kegiatan penyediaan pengaman kantor, pengemudi, pramubhakti,
dan penjaga malam.
k. Kegiatan perjalanan dinas.31
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
a. Kegiatan pengadaan kendaraan dinas / operasional.
b. Kegiatan pengadaan mebeleur.
c. Kegiatan pengadaan peralatan perkantoran.
d. Kegiatan pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional.
e. Kegiatan pemeliharaan rutin/berkala alat-alat kantor.
3. Program peningkatan disiplin aparatur
a. Kegiatan pengadaan mesin/kartu abseni.
b. Kegiatan pengadaan pakain dinas beserta perlengkapannya.
4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
a. Kegiatan bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-
undangan.
5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja
dan keuangan
31
http://dipenda.jambikota.go.id/ akses 21 Mei 2018
-
a. Kegiatan penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi
kinerja SKPD.
b. Kegiatan penyusunan pelaporan penerimaan pajak daerah.
c. Kegiatan monitoring dan evaluasi penerimaan pajak daerah.
6. Program perencanaan SKPD
a. Kegiatan perencanaan SKPD.
7. Perogram peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan
daerah
a. Kegiatan sosialisasi regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah.
b. Kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi PBB dan BPHTB.
c. Kegiatan penataan data pajak dan retribusi daerah.
d. Kegiatan peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah.
e. Kegiatan pengendaliaan pajak daerah.
f. Kegiatan pelaksanaan pemungutan PBB dan BPHTB.
g. Kegiatan penyusunan sistem informasi pajak daerah.32
F. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
Berdasarkan peraturan daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang
pembentukan dan susunan perangkata daerah, badan pengelola pajak dan retribusi
daerah Kota Jambi mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam
melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang pendapatan dan tugas
pembantuan dengan melakukan perencanaan, pembinaan dan pengendalian
sumber-sumber pedapatan pajask daerah yang meliputi; pendapatan, penagihan,
32
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”, hlm.7
-
perencanaan dan pelaporan, pengendalian dan penyuluhan ketatausahaan /
kesekretariatan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala daerah
sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melakukan tugas pokok tersebut diatas, badan pengelolaan pajak dan
retribusi daerah Kota Jambi mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan dibidang pengelolaan pendapatan perpajakan
daerah dan retribusi daerah;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
pengelolaan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah;
c. Pelaksanaan pendaftaran, pendataan, penilaian, penetapan pajak daerah;
d. Pelaksanaan penagihan pajak daerah dan penmyelesaian piutang,
keberatan, pemeriksaan pajak daerah, pengendalian dan penindakan;
e. Pelaksanaan pembukuan, pelaporan pengolahan, data dan informasi
pajak daerah dan retsibusi pajak daerah berbasis sistem;
f. Pelaksanaan pengembangan dan perencanaan program pajak daerah dan
pengkajian peraturan perpajakan daerah,pembinaan terhadap wajib pajak
daerah, evaluasi pajak daerah dan retribusi daerah;
g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait untuk peniungkatan
pajak daerah dan retribusi daerah;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang, tugas dan fungsinya.33
33
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”, hlm.10
-
G. Sarana dan Prasarana Dispenda Kota Jambi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan
Dinas Pendapatan Daerah didukung oleh sarana dan prasaran atau aset yang cukup
baik, aset atau sarana prasarana ini digunakan untuk mendukung operasional
pelaksanaan tugas-tugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi
No Nama Barang Jumlah Keadaan Banrang
1 Kendaraan Mobil 6 Bagus
2 Kendaraan Motor 10 Bagus
3 Meja 40 Bagus
4 Kursi 55 Bagus
5 lemari 6 Bagus
6 computer 24 Bagus
7 Camera 2 Bagus
8 Printer 15 Bagus
9 Sofa Kursi Tamu 10 Bagus
-
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kendala Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan di Dispenda Kota Jambi
Tugas negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya, itulah sebabnya maka negara harus tampil ke depan
dan turut campur tangan bergerak aktif dalam bidang kehidupan masyarakat,
terutama dibidang perekonomian guna tercapainya kesejahteraan umat manusia.
Untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan biaya-
biaya yang cukup besar, demi berhasilnya usaha ini negara mencari
pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak
adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi
esensial. Memang di beberapa negara yang sudah maju, pajak sudah merupakan
suatu conditiesne qua non bagi penambahan keuangan negara.34
Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara
akan lumpuh lebih-lebih lagi bagi negara yang sedang membangun seperti
Indonesia, atau negara yang baru bebas dari belenggu kolonialis pajak merupakan
daerah bagi tubuh negara. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
landasan pemungutan pajak didasarkan “Benefit approach” atau pendekatan
manfaat. Pendekatan ini merupakan dasar fudemental atas dasar yang
membenarkan negara melakukan pemungutan pajak sebagai pungutan yang dapat
dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan kekuatan pemaksa. Bentuk
34
Bohari, “Pengantar Hukum Pajak”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm 35
-
manfaat yang bisa dinikmati oleh warga negara adalah: kesejahteraan, pelayanan
umum, perlindungan hukum, kebebasan, penggunaan fasilitas umum, seperti:
pelabuhan, jalanan, jembatan, tempat-tempat hiburan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan manfaat tersebut.35
Dalam pelaksanaan pemungutan terhadap Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan tidak selamanya berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dalam pelaksanaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) tersebut juga terdapat beberapa kendala yang
dihadapi. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Jambi maka penulis mengelompokkan kendala yang ada dan penulis
temukan di lapangan, yaitu:
1. Kendala yang berhubungan dengan Wajib Pajak.
Kendala yang berhubungan wajib pajak lebih disebabkan kurang adanya
kesadaran dari beberapa sebagian Wajib Pajak dalam membayar pajak BPHTB.
Hal ini karena mereka kesulitan dengan cara dan syarat-syarat yang harus
dilengkapi untuk membayar paajak BPHTB yang semakin rumit menurut mereka.
Seperti yang dijelaskan oleh ibu Hj. Lukita Candra Sari, SE, Kasubag Umum
Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi:
“Permasalahan yang sering kami hadapi seperti ni dek misalnya, si A
melakukan transaksi jual beli tanah pada saat itu tahun 2000 dengan
tetangganya si B namun si A tidak langsung melakukan Balik Nama atas
Sartifikat Tanah tersebut karna belum memiliki dana dan hanya memiliki
kuitansi jual beli dan sudah ada saksi-saksi secara tertulis, tahun 2017 si A
ingin melakukan balik nama atas sartifikat tanah tersebut di Dispenda
namun tetangganya si B sudah meninggal jika langsung dari almarhum ke
nama si A tidak bisa karna harus turun waris dulu yang meninggal ke anak-
35
Ibid, hlm. 36
-
anaknya dan keistrinya nah jadi harus nyari dulu misalnya anaknya ada 5
jika yang satu nya dibandung maka nyari kebandung minta tekennya dan
KTP nya dan seterusnya jadi transaksi jual belinya dilakukan dengan
anaknya baru bisa ke Dispenda karna hal itu lah sering masyarakat marah
karna kerumitan syarat-syarat transaksi namun kami pihak dispenda
menentukan syarat-syaratnya sudah berdasarkan peraturan dari
pemerintah”.36
Dari penjelasan oleh ibu Hj. Lukita Candra Sari sudah jelas bahwa dalam
menentukan syarat-syarat taransaksi di Dispenda sudah berdasarka peraturan dari
pemerintah yaitu terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pasal 6 yaitu: Dalam hal perolehan
Hak karena waris atau hibah Wasiat yang diterima orang pribadi yang masih
dalam hubungan keluarga sedarah dalam segaris keturunan lurus satu derajat ke
atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberian hibah wasiat termasuk suami /
istri, nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak ditetapkan sebesar
Rp.300.000.000., (tiga ratus juta rupiah), sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.37
Selain hal tersebut permasalahan lain yang sering dialami oleh pihak
dispeda yaitu pertentang dari Wajib Pajak dengan permasalahan terlalu tingginya
Nilai Jual Objek pajak yang ditetapkan oleh pihak Dispenda. Seperti yang
dijelaskan oleh bapak Muhammad Ali SE, Kasubid Pelaporan Dinas Pendapatan
Kota Jambi dengan menyatakan:
“Masyarakat sering komplin masalah nilai padahal itu sudah ada Perwalnya,
yang menentukan nilai itu kan pimpinan dan pimpinan itu kan tidak
menentukan harga sewenag-wenangnya atau seenak-enaknya saja karna
36
Wawancara, dengan Ibu Hj. Lukita Candra Sari, SE, Kasubag Umum Dinas Pendapatan
Daerah Kota Jambi, pada tanggal 21 Mei 2018. 37
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 6 tahun 2016 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan.
-
sudah ada pedomannya yang berdasarkan peraturan walikota yaitu
berdasarkan Perwal Nomor 76 Tahun 2016 dan di perwal itu sudah
dijelaskan harga setiap daerah berbeda-beda karna ketidak pahaman
masyarakan akan hal tersebut maka masyarakat sering berpendapat bahwa
yang menentukan NJOP suatu daerah itu ditentukan semena-mena oleh
pihak Dispenda atau Kepala Dinas, tapi itu bukan kami, melainkan sudah
ditentukan Kami ini hanya ditugaskan untuk realisasikan yang telah
ditetapkan”.38
Dari hasil wawancara diatas jelas bahwa dispenda dalam menentukan
besaran NJOP pihak Dispenda sudah berdasarkan Peraturan Walikota Jambi yaitu
Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai Tanah dan Nilai
Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan. Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan bapak Eko Haryanto, SE,
Kasubid Pendataan dan Penilaian Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi dengan
menyatakan :
“Dalam pajak BPHTB ini nilai suatu pajak setiap daerah berbeda-beda dan
dalam setiap nilai tanah permeter persegi memiliki berbagai Zona dan itu
berarti setiap tanah atau bangunan masyarakat memiliki nilai masing-
masing, dari hal tersebut sering menyebabkan terjadi permasalahan antara
masyarkat dan pihak Dispenda dimana masih banyak masyarakat yang
masih tidak memahami tentang pajak BPHTB”.39
Dari uaraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kurang pahamnya masyarakat
atau wajib pajak dalam hal peraturan pajak BPHTB dapat merupakan salah satu
kendala dalam pemungutan pajak BPHTB agar mencapai target dari pemerintah.
Berikut salah satu dasar pengenaan nilai tanah berdasarkan pasal 2 Peraturan
38
Wawancara, dengan Bapak Muhammad Ali SE, Kasubid Pelaporan Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, pada tanggal 23 Mei 2018
39 Wawancara, dengan Bapak Eko Haryanto, SE, Kasubid Pendataan dan Penilaian Dinas
Pendapatan Daerah Kota Jambi, pada tanggal 24 Mei 2018
-
Wali Kota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai
Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan, yaitu :
(1) Penetapan nilai tanah untuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan untuk Bumi dan / atau Tanah diklafikasikan dalam 4 (empat)
zona sebagai berikut :
a. Zona I (satu) adalah rentang / jarak tanah yang terletak antara 0 - 50
meter dari jalan dihitung 100% dari nilai tanah;
b. Zona II (dua) adalah rentang / jarak tanah yang terletak antara 51 -
100 meter dari jalan dihitung 75% dari nilai zona I (satu);
c. Zona III (tiga) adalah rentang / jarak tanah yang terletak antara 101 -
200 meter dari jalan dihitung 60% dari zona I (satu); dan
d. Zona IV (empat) adalah rentang / jarak tanah yang terletak diatas
201 meter dari jalan dihitung 50% dari zona I (satu)
(2) Penetapan nilai tanah dan nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 2 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.40
Jika tidak terdapat nilai tanah dan nilai banguanan didalam Pasal 2 tersebut
maka terdapat penetapan didalam Pasal 3 yaitu :
(1) Untuk penetapan nilai-nilai tanah dan nilai bangunan yang belum
tercantum dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
40
Peraturan Walikota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai
Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan.
-
(1) dan ayat (2) serta hal yang dianggap perlu oleh Badan Pengelola
Pajak dan Retribusi Daerah, akan dilakukan verifikasi kelapangan oleh
Petugas Badan Pengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
bertugas sebagai penilai.
(2) Petugas penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah.
Berdasarkan dari Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 76 Tahun 2016
tentang Klasifikasi Penetapan Nilai Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar
Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, berikut contoh
penetapan nilai tanah pada kelurahan kasang :
Tabel 4
Contoh Penetapan Nilai Tanah Pada Kelurahan Kasang41
No Jalan
Nilai Tanah per Meter Persegi
Zona I
0-50 M
Zona II
51-100M
Zona III
101-200M
Zona IV
201M˃ Arteri Primer
1 Jalan Raden Pamuk Rp 1.500.000 75% 60% 50%
Arteri Sekunder
1 Jalan Setia Budi Rp 1.000.000 75% 60% 50%
Kolektor Primer
1 Jalan Raden Patah Rp 250.000 75% 60% 50%
Lokal Primer
1 Jalan Fatmawati Rp 750.000 75% 60% 50%
2 Jalan Guntur RP 450.000 75% 60% 50%
Lokal Sekunder
1 Jalan Sukasari Rp 250.000 75% 60% 50%
2 Lorong Garuda Rp 300.000 75% 60% 50%
3 Lorong Mesjid Rp 200.000 75% 60% 50%
4 Lorong Teratai Indah Rp 200.000 75% 60% 50%
41
Peraturan Walikota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan Nilai
Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan, Pasal 2
-
5 Lorong Bambu Hijau Rp 150.000 75% 60% 50%
6 Lorong Kartika Rp 200.000 75% 60% 50%
7 Lorong Gunung Rp 400.000 75% 60% 50%
8 Gang Bunga Rp 150.000 75% 60% 50%
9 Kompleks Perumahan
Blok Kasang
Rp 650.000 75% 60% 50%
Dari Peraturan Walikota tersebut terlihat, bahwa sebagai dasar pengenaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam penetepan Nilai Tanah dan
Bangunan setiap daerah itu berbeda-beda dan sesuai dengan ketentuan pasal 2
Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Penetapan
Nilai Tanah dan Nilai Bangunan Sebagai Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan.
2. Kendala yang berhubungan dengan terbatasnya SDM yang ada di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Jambi.
Selain itu kendala yang dihadapi adalah kurang adanya survei yang
dilakukan oleh pihak Dispenda yang mengerti pengukuran lapangan. Hal ini
dikarenakan kurangnya SDM yang berkualitas yang memahami masalah
perpajakan. Para wajib pajak banyak yang ingin membayar BPHTB kurang
mengerti sistem pembayaran dan juga jumlah pajak yang harus dibayar karena
kurang adanya sosialisasi yang dilakuakan oleh pihak Dispenda Kota Jambi.
Berikut wawancara dengan Ibu Eka Puspasari, SE pegawai Dispenda Kota Jambi:
“Untuk penilian lapangan kami memiliki tim perlap yang turun kelapangan
mereka memiliki alat ukur, alat ukurnya itu bukan memakai meteran lagi
sudah canggi jadi harus diteliti luasnya sesuai atau tidak disartifikat trus
lokasinya diphoto trus mereka itu harus buat laporan di laporan itu
dijelaskan lah oleh mereka hari apa mereka turun, tim-timnya trus lokasi itu
didalam lorong, masuk lorong nanti mereka jelaskan didalam laporan itu
-
lokasinya disini berapa meter kedalam dan keterbatasan SDM yang
mengerti tentang pengukuran dan sosialisasi kemasyarakat tentang tata cara
pembayaran dan pengitungan pajak BPHTB itu lah yang masih kurang”42
Dari hasil wawancara diatas kurangnya pelaksanaan sosialisasi dan
kurangnya SDM yang menjadi salah satu masalah dalam pemungutan pajak
BPHTB sehingga dibutuhkan SDM yang handal dalam hal Pajak BPHTB, berikut
proses pembayaran pajak BPHTB yang di Kota Jambi terdapat pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Jambi, Dalam pemungutan ini melibatkan beberapa
komponen yaitu Petugas Pajak dan Retribusi Daerah, Bidang Pendataan dan
Penetapan, Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data, Seksi Pendataan dan
Pendaftaran, Kepala Dispenda, dan Bank Jambi. Adapun tahap-tahap Proses
Pebayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan:
Proses Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) Kota Jambi
42
Wawancara, dengan Ibu Eka Puspasari, SE, sebagai pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, pada tanggal 11 Juni 2018
Wajib Pajak Petugas Pajak dan
Retribusi Daerah
Kepala Bidang
Pendataan
SPPT - Bank
- Tempat yang telah
ditunjuk Dispenda
-
Keterangan:
1. Wajib Pajak menyerahkan dokumen ke Petugas Pajak dan Retribusi
Daerah (photo kopy KTP, Akte Tanah atau Bangunan, sartifikat, tanda
lunas).
2. Selanjutnya Petugas Pajak dan Retribusi Daerah menerima dokumen
kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas
permohonan belum lengkap, maka berkas segera dikembalikan kepada WP
dan dihimbau untuk melengkapinya.
3. Selanjutnya penelitian ke lapangan oleh petugas verifikasi.
4. Hasil penelitian diserahkan kepenjabat berwenang (Kasubid Pendataan)
untuk dilakukan penelitian.
5. Hasil penelitian diserahkan kepada Wajib Pajak berbentuk Surat Setoran
Pajak Daerah BPHTB (SSPD BPHTB) dengan rincian sebagai berikut:
a. Lembar 1 untuk wajib pajak.
b. Lembar 2 untuk PPAT / Notaris sebagai arsip.
c. Lembar 3 untuk Kantor Bidang Pertanahan sebagai lampiran
permohonan pendaftaran.
d. Lembar 4 untuk Fungsi Pelayanan sebagai lampiran permohonan
penelitian SSPD BPHTB.
e. Lembar 5 untuk Bank yang ditunjuk sebagai arsip.
f. Lembar 6 untuk Bank 9 jambi sebagai laporan kepada fungsi
pembukuan / pelaporan.
-
g. Sebelum digunakan dalam proses pembayaran, Wajib Pajak dan
PPAT / Notaris penandatangani SSPD BPHTB tersebut.
6. Selanjutnya wajib pajak menyerahkan SSPD BPHTB kepada Bank dan
melakukan pembayaran diloket pembayaran Dispenda dan Bank yang
telah di tujuk Dispenda.
(Jika WP tidak berkenan, maka WP dapat mengajukan keberatan atas nilai
yang telah ditetapkan). 43
Demikianlah beberapa kendala yang penulis temukan dalam penelitian yang
penulis lakukan terhadap pelaksanaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan, dan berikut beberapa penyelesaian yang penulis dapatkan
untuk menghadapi kendala sebagaimana tersebut diatas.
1. Untuk kendala yang berhubungan dengan wajib pajak
Para pegawai pajak seharusnya lebih mensosialisasikan tentang berbagai
macam pajak yang ada, sehingga para wajib pajak mengetahuinya secara baik.
Dalam hal wajib pajak masih belum mengetahui tentang pemungutan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) untuk melaksanakan
sosialisasi dan penyuluhan tentang pajak BPHTB dapat melalui : sosialisasi /
penyuluhan langsung, media televisi / Elektronik, Media Cetak, Brosur / Fam plet,
Banner dan Media Informasi lainnya.
43
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi TA.2017”.
-
2. Untuk kendala yang berhubungan dengan terbatasnya SDM yang ada di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi.
Terhadap kendala yang berhubungan dengan terbatasnya SDM maka pihak
Dispenda dapat melakukan peningkatan seperti, meningkatkan kualitas sumber
daya aparatur yang handal dan berintegrasi, berdedikasi, serta amanah.
Meningkatkan sistem pengelolaan data dan pelayanan pajak dan retribusi yang
terintegrasi, akurat berbasis teknologi informasi. Peninjauan kembali / merevisi
Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Walikota (Perwal) tentang Pajak Daerah
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Demikianlah penyelesaian terhadap kendala-kendala yang terdapat dalam
pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Adanya
penyelesaian ini, maka semua pihak yang masih atau sedang mengalami kendala
sama seperti yang penulis kemukakan di atas, dapat memakai penyelesaian yang
penulis uraikan dalam sub bab ini. Selain itu dengan telah adanya penyelesaian ini
semoga pemungutan terhadap Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga penerimaan Negara juga
meningkat.
B. Efektivitas Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan Dispenda Kota Jambi Tahun 2015 – 2017
Tingkat penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di
Kota Jambi dihitung dengan membandingkan tingkat efektivitas antara realisasi
penerimaan pajak BPHTB dengan target pajak BPHTB. Apabila perhitungan
efektivitas pajak BPHTB menghasilkan angka atau persentase mencapai 100%,
-
maka pajak BPHTB semakin efektiv atau dengan kata lain kinerja pemungutan
pajak BPHTB di Kota Jambi bisa dikatakan sudah baik. Indikator efektivitas
pemungutan pajak tidak hanya dapat dilihat dari kinerja kantor pajak daerah
dalam merealisasikan target penerimaan pajak, namun juga dilihat dari kinerja
dalam menjaring wajib pajak baru melalui kegiatan ekstensifikasi dan
intensifikasi pajak serta menciptakan kepatuhan Wajib Pajak.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak tidak
hanya diukur dengan optimalisasi pajak saja, namun pengukuran penerimaan
pajak dapat diukur dengan melihat realisasi. Apakah penerimaan pajak sudah
mencapai target yang diharapkan atau tidak. Sehingga dengan target maka sasaran
dalam penerimaan pajak dapat tercapai.
Rasio kriteria efektivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang didapatkan
dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah.
Semakin tinggi rasio efektifitas, maka semakin baik kinerja pemerintahan daerah.
Untuk dapat menghitung kriteria rasio efektivitas pajak daerah dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Rasio efektivitas =
1. Tahun 2015
Berdasarkan target dan realisasi pajak BPHTB tahun 2015 dapat diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut:
Rasio efektivitas tahun 2015
94,34%
-
Dari perhitungan rasio efektivitas pada tahun 2015 terealisasi
37,735,008,396.00 dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar
40,000,000,000.00, dalam perhitangan efektivitasnya 94,34% dengan kategori
efektiv.
2. Tahun 2016
Berdasarkan target dan realisasi pajak BPHTB tahun 2016 dapat diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut:
Rasio efektivitas tahun 2016
Dari perhitungan rasio efektivitas pada tahun 2016 terealisasi
36,671,546,095.89 dari target sebesar 45,000,000,000.00, dalam perhitungan
efektifitasnya 81,27% dengan kategori cukup efektiv.
3. Tahun 2017
Berdasarkan target dan realisasi pajak BPHTB tahun 2016 dapat diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut:
Rasio efektivitas tahun 2017
Dari perhitungan rasio efektivitas pada tahun 2017 terealisasi
57,941,000,882.40 dari target sebesar 50,500,000,000.00, dalam perhitungan
efektivitanya 114,73% dengan kategori sangat efektiv karna melebihi 100%.
-
Tabel 5
Efektivitas Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan44
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi, 2017
Berdasarkan tabel diatas selama kurun waktu 2015 sampai dengan 2017
rata-rata tingkat efektivitas pajak daerah sebesar 96,78 hasil perhitungan ini
diperoleh dengan cara membagi jumlah rasio efektivitas pajak daerah tahun 2015
sampai dengan 2017 dengan 3 tahun. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas
efektivitas pajak BPHTB tergolong efektif , dimana tingkat efektivitas tertinggi
pajak daerah pada tahun 2017 sebesar 114,73% dan tingkat efektivitas terendah
terjadi pada tahun 2016 sebesar 81,27% , secara umum rasio efektivitasnya naik
turun setiap tahunnya dan ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya target seperti yang dijelaskan oleh bapak Jumirin selaku pegawai
Dispenda yaitu:
44
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi
TA.2017”
Tahun Target Realisasi (%) Kriteria
1 2 3 4
2015 Rp 40.000.000.000,00 Rp 37.735.008.396,00 94,34% Efektiv
2016 Rp 45.000.000.000,00 Rp 36.671.546.095,89 81,27% Cukup efektiv
2017 Rp 50.500.000.000,00 Rp 57.941.000.882,40 114,73% Sangat efektiv
∑ 290,34%
Rata-rata 96,78 Efektiv
-
“Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan dari realisasi pajak
terlebih pada tahun 2016 yang mengalami penurunan hal tersebut
dikarenakan beberapahal yaitu kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari
masyarakat untuk membayar pajak terlebih dimana pajak BPHTB tidak
melakukan upaya penagihan secara langsung kepada masyarakat karena
berbeda karakteristik dengan 10 jenis pajak yang ada di Kota Jambi dan
masih kurangnya sosialisasi tentang pajak BPHTB kepada masyarak, itulah
beberapa penyebab penurunan dari pendapatan pajak BPHTB di Kota Jambi yamg dapat menjadi penyebab tidak tercapainya target yang ditetapkan oleh
pemerintah”.45
Menurut keterangan bapak Jumirin selaku pegawai Dispenda ada
beberapahal yang menyebabkan tidak tercapainya target dari pajak BPHTB yaitu
kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari masyarakat untuk membayar pajak
terlebih dimana pajak BPHTB tidak melakukan upaya penagihan secara langsung
kepada masyarakat karena berbeda karakteristik dengan 10 jenis pajak yang ada di
Kota Jambi, Selain faktor yang dijelaskan oleh ibu Reni Husaini ada beberapa hal
lain yang secara umum menyebabkan tidak tercapainya target pemungutan pajak
antara lain:
a. Kondisi perekonomian daerah yang belum stabil dipengaruhi antara lain
fluaktuasi kurs tukar nilai rupiah terhadap kurs dollar.
b. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan tanggung jawab sebegai
warga Negara untuk mensukseskan program pembangunan daerah
melalui pajak daerah.
45
Wawancara, dengan Bapak Jumirin sebagai pegawai Pendapatan Daerah Kota Jambi,
pada tanggal 11 Juni 2018
-
c. Belum optimalnya motivasi dan kerja keras dari instansi pemungut untuk
mewujudkan beban tugas yang dilimpahkan Pemerintah Daerah
kepadanya.
d. Masih kurang sosialisasi Pajak Daerah kepada masyarakat.
e. Kurangnya Sumber Daya Manusia berkualitas yang memahami masalah
perpajakan.
f. Tingkat kesedaran masyarakat sebagai Wajib Pajak ( WP ) masih rendah.
g. Penerapan sanksi bagi Wajib Pajak ( WP ) yang tidak memenuhi
kewajibannya masih belum tegas.
h. Belum tersedianya landasan hukum yang mengatur pemberian sanksi
selain denda terhadap wajib pajak yang tidak menunaikan kewajiban
perpajakannya.46
C. Target dan Realisasi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan Dispenda Kota Jambi Tahun 2015-2017.
Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan memiliki potensi tinggi
dalam meningkatkan Pendapatan Pajak Daerah Kota Jambi, dibawah ini adalah
target penerimaan Pendapatan Daerah yang telah ditetapkan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kota Jambi dan realisasi penerimaan Pendapatan Daerah yang
diperoleh oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi selama Tahun 2015 sampai
2017.
46
Dokumentasi Kantor Dispenda Kota Jambi “Profil Pendapatan Daerah Kota Jambi TA.2017”
-
Tabel 6
PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA JAMBI
TAHUN ANGGARAN 201547
NO JENIS PAJAK
DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2015
TARGET REALISASI %
1 Hote