pengaruh kepemimpinan adat terhadap …repository.uinjambi.ac.id/493/1/sip. 141707...negara adalah...

85
PENGARUH KEPEMIMPINAN ADAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA BERBASIS KEARIFAN LOKAL (STUDI DI DESA PENAPALAN KECAMATAN TENGAH ILIR KABUPATEN TEBO) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Syariah Oleh : ARDIANSAH P NIM : SIP. 141707 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440/2018 M

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    i

    PENGARUH KEPEMIMPINAN ADAT TERHADAP PELAKSANAAN

    PEMERINTAHAN DESA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

    (STUDI DI DESA PENAPALAN KECAMATAN TENGAH ILIR

    KABUPATEN TEBO)

    Skripsi

    Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Strata Satu (S1)

    Dalam Ilmu Pemerintahan

    Pada Fakultas Syariah

    Oleh :

    ARDIANSAH P

    NIM : SIP. 141707

    PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    1440/2018 M

  • ii

    ii

  • iii

    iii

  • iv

    iv

  • v

    v

  • vi

    vi

    MOTTO

    Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

    orang-orang yang mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-

    sungguh akan menjadikan mereka berkuasadimuka bumi, sebagaimana Dia telah

    menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan

    meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia

    benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan

    menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada

    mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)

    kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.S : An-

    nur : 55)

  • vii

    vii

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah, syukurku panjatkan kepada Allah tuhan semesta alam,

    Sholawat ku haturkan kepada baginda alam Nabi Muhammad S.A.W.

    “Maka nikmat tuhan manakah yang harus kamu dustakan”. Setiap derai keringat yang menyucur ditengah panas dan teriknya

    matahari, Engkau berjalan seakan itu di pagi hari.

    Ditengah rasa penat dan air mata memikul beban hidup, Engkau selalu

    tersenyum menutupi segala kegelisahan dan keresahanmu.

    Orang yang tak pernah mengenal begitu sulitnya beban hidup,Untuk

    mencapai kebahagiaanku..

    kupersembahkan karya sederhanaku ini untukmu...

    Ayahanda Tercinta Pirnadi, Ibunda Tercinta Betriati dan Adikku Febri

    Pirmansyah..

    Datuk Zainuddin, Datuk M.Zen, Nyai Ni Dan keluarga besarku..

    Rasa syukur atas anugerah keluarga ini, yang tak dapat digantikan oleh

    sesiapapun.Dalam liku kehidupan rintangaan dan cobaan tak dapat

    dihindarkan, begitupun ananda dalam menyelesaikan amanat dan tugas

    kuliah ini. Tangisan dan air matapernah menyucur, Pengorbanan dan

    cobaan datang silih berganti, namun dengan segenap keyakinan,

    Alhamdulillah ananda mampu menghadapinya.

    Sekarang tibalah saatnya kebahagiaan itu hadir menghampiri.

    “Sehabis kesulitan pasti akan datang kemudahan” Seperti orang yang berpuasa menyambut nikmatnya berbuka.

    Begitulah kiranya kebahagiaan ini yang tak dapat diukirkan oleh kata.

    Ku ucapkan terimakasih untukmu himpunanku yang telah banyak

    mengajarkanku tentang banyak hal. Karena aku menemukan dinamika

    yang luar biasa sehingga aku mendapatkan kemampuan untuk merubah

    pola pikir, tingkah laku kearah yang lebih baik.

    Untukmu Teman seperjuanganku, Aris Sadrawadi dan Novi Firmansyah,

    kakakku Nurul Khotimah, Kakak Lutfia Maharani dan Adikku Siska

    Partiwi terimaksih telah memotivasiku dan menemani perjuanganku

    selama ini, serta segenap teman seperjuanganku yang tak dapat

    disebutkan satu persatu, ribuan terimakasih saya haturkan, karena

    kalian semua adalah bagian dari sejarah dan kepingan terindah dalam

    hidupku..

    Semoga segala amal baik kalian dibalas oleh Allah SWT, Amiin..

  • viii

    viii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Penulisan Keterangan

    Q.S

    RT

    UU

    SDA

    SDM

    PAD

    BUMDES

    Qur’an Surat

    RukunTetangga

    Undang-Undang

    Sumber Daya Alam

    Sumber Daya Manusia

    PendapatanAsli Daerah

    Badan Usaha MilikDesa

  • ix

    ix

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum, Wr. Wb

    Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis

    mampumenyelesaikan skripsi ini. Sholawatberangkaikan salam semoga selalu

    tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAWbeserta keluarga ,

    sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.

    Skripsi ini yang ditulis dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Adat

    Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi

    di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo)”dalam upaya

    melengkapi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata Satu (S1), dan lebih dari

    itu sesungguhnyapenelitian ini merupakan tugas akhir dari proses pembelajaran

    yang telah ditempuh selama masa perkuliahan.

    Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hamabatan

    danrintangan. Akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, maka segala

    macamhambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan

    ucapanterimakasih yang tulus kepada :

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi

    2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi, MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang

    Akademik dan Pengembangan pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd

    sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan

    Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadlillah M.Pd. sebagai Wakil Rektor III

  • x

    x

    keluarga kita penuh berkah, rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Aamiin.

    10. Kepada sahabat-sahabat, teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan

    2014 jurusan Ilmu Pemerintahan dan semua pihak yang telah banyak

    memberikan bantuan, saran kepada penulisdan memberikan kenangan

    selama dibangku kuliah.

    Semoga amal baiknya akan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya.Disamping

    itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh darikesempurnaan. Oleh karenanya

    diharapkan kepada semua pihak untuk dapatmemberikan kontribusi pemikiran

    demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWTkita memohon ampunan-Nya, dan

    kepada manusia kita memohonkemanfaatannya. Semoga amal kebajikan kita

    dinilai seimbang oleh Allah SWT.

    Wassalamualaikum, Wr. Wb

    Jambi, Oktober 2018

    Penulis,

    Ardiansah P

    NIM SIP141707

  • xi

    xi

    ABSTRAK

    Negara Indonesia adalah Negara yang kaya akan adat istiadat, namun ditengah era

    globalisasi adat istiadat hampir menghilang ditelan oleh zaman dan waktu.

    Disebabkan pengaruh dan jiplakan sistem yang datang dari luar Indonesia. Ini

    disebabkan oleh tidak adanya komitmen dan kekonsistenan dalam sistem

    pemerintahan di Indonesia, belum lagi partai politik yang ada di Indonesia

    membludak sehingga banyak sekali ditemukan konflik kepentingan yang tak

    terbendung oleh penegak hukum. Secara konsep kita akui bahwa sistem di

    Indonesia sangat ideal namun sangat bertentangan dengan realitas kondisi yang

    terjadi di Indonesia. untuk itu pentinganya mengambil suatu langkah yang

    strategis dan mengadopsi suatu nilai kearifan lokal dari negeri sendiri, dalam

    memaknai demokrasi pada sistem pemerintahan di Indonesia, oleh karena itu

    skripsi ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pemerintahan adat yang ada di

    desa Penapalan untuk di adopsi nilai-nilai sistem adat tersebut kedalam sistem

    pemerintahanm desa. Metode yang di gunakan adalah kualitatif, dengan

    menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan

    pendekatannya menggunakan pendekatan deskristip dan Etnografi. Berdasarkan

    penelitian yang diperoleh hasil kesimpulan dari Pengaruh Kepemimpinan Adat

    Terhadap Pelaksanaan Pemeritahan Desa Berbasis Kearifan Lokal Kearifan Lokal

    Studi di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo adalah

    kepemimpinan adat yang disebut Depati memimpin berdasarkan kepada adat

    bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, adat mengato syarak memakai.

    Sebuah konsep yang berlandaskan kepada 3 hal yaitu : pancasila, adat-istiadat dan

    syariat. Pengaruhnya tercermin pada lembaga adat yang masih hidup dan pegawai

    syarak. Kearifan lokal yang masih ada di Desa Penapalan yaitu : ngecal (mencari

    ikan dalam lubuk larangan) dan berumo ( menanam padi secara beramai-ramai).

    Kata Kunci : Pemerintahan, Adat, Kearifan Lokal

  • xii

    xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

    PERNYATAAN KEASLIAN... ....................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING... ............................................................... iii

    PENGESAHAN SKRIPSI TUGAS AKHIR………………………………..iv

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………………………..v

    MOTTO ............................................................................................................ vi

    PERSEMBAHAN .............................................................................................vii

    PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................ix

    ABSTRAK .........................................................................................................xii

    DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.......................................................................1

    B. Rumusan Masalah .................................................................8

    C. Batasan Masalah ....................................................................8

    D. Tujuan Penelitian....................... ............................................8

    E. Kegunaan Penelitian...............................................................9

    F. Kerangka Teori ......................................................................10

    G. Tinjauan Pustaka ...................................................................16

    BAB II METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................20

    B. Pendekatan Penelitian. ..........................................................21

  • xiii

    xiii

    C. Jenis Penelitian.......................................................................22

    D. Jenis dan Sumber Data...........................................................25

    E. Sumber Data..........................................................................26

    F. Unit Analisi Data...................................................................27

    G. Metode Pengumpulan data....................................................27

    H. Tehnik Analisis Data.............................................................29

    I. Sistematika Penulisan............................................................30

    J. Jadwal Penelitian...................................................................31

    BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    A. Kondisi Geografis Desa Penapalan......................................32

    B. Sosial..Demografi Desa.......................................................34

    C. Struktur Pmerintahan Desa..................................................35

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Konsep dan Tujuan Kepemimpinan Adat di Desa

    Penapalan.............................................................................46

    B. Pengaruh Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan

    Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal......................51

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................64

    B. Saran ......................................................................................65

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................68

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Negara adalah persekutuan dari keluarga dan desa guna memperoleh hidup

    yang sebaik-baiknya (Arisstoteles).1 Desa adalah salah satu bagian terkecil dari

    negara, upaya pemerintahan pusat dalam memajukan desa terus dilakukan. Mulai

    dari kebijakan-kebiajakan yang mengarah kepada pedesaan. Desapun diberikan

    hak-hak otonom untuk mengatur dan mengurus urusannya sendiri dalam upaya

    penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kemajuan desa.

    Desa mempunyai kemandirian dalam mengurusi pemerintahan, desa

    memiliki sistem adat yang dapat mengatur masyarakatnya, masyarakat mematuhi

    sistem tersebut namun pada masa Pemerintah Orde Baru dengan di keluarkannya

    UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Melalui undang-undang ini

    pemerintah menyeragamkan bentuk pemerintahan terkecil di seluruh daerah di

    Indonesia dengan bentuk Desa. Dengan kata lain, bentuk-bentuk pemerintahan

    adat-tradisional yang hidup selama ini tidak diakui lagi.

    Di Desa Penapalan sebelum dikeluarkan Undang-Undang No. 5 Tahun

    1979 mempunyai bentuk kepemimpinan adat yang dipimpin oleh Depati,

    Kepemimpinan adat yang disebut dengan Depati tersebut adalah salah satu yang

    memberi pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa atau dusun,

    kepala dusun tersebut dipilih secara demokratis sesuai dengan adat istiadat, yang

    mana pemilihan kepala dusun harus di musyawarah dan dimufakatkan oleh Ninik

    1 Inu Kenca, Ilmu Pemerintahan,Cet ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 60.

    1

  • 2

    Mamak, Tuo Tengganai, dan Cerdik Pandai.Dinamakanlah dengan Tali nan tigo

    sepintal sepilin. Lalu diumumkan hasil mufakat tersebut kepada masyarakat dan

    masyarakat menyetujuinya.Sebagaimana dikatakan oleh A.Majid :

    Dulu kepala desa ini namanya Depati, Depati dipilih oleh Ninik Mamak,

    Tuo Tengganai dan Cerdik Pandai dikenal dengan istilah Tigo Tali Sapilin.

    Lalu barulah diumumkan kemasyarakat.2

    Dalam kepemimpinan adat itu sendiri ada marwah yang tertanam dihati

    masyarakat sehingga memiliki pengaruh dalam pelaksanaan urusan pemerintahan

    dusun karena dipilih oleh orang-orang yang berwibawa dan kharismatik.

    Sehingga masyarakatpun ikut membantu dan saling bahu-membahu membangun

    desa.

    Namun semenjak pemerintahan dusun tersebut diganti dengan

    pemerintahan desa, tentu memiliki pengaruh dan dampak terhadap sistem adat

    tersebut. Adat di pedesaanpun mulai melemah dirasakan karena pengaruh

    modernisasi, kearifan lokal dalam membangun kesejahteraanpun sedikit demi

    sedikit mulai hilang. untuk itu kepemimpinan adat tentu sangat penting karena

    dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan pemerintahan desa, karena ia memimpin

    dengan hati nurani untuk kemajuan desa dan tidak terikat dengan birokrasi.

    Pemimpin tatkala berada diluar sistem kekuasaan, ia dapat berpikir jernih,

    bebas memilih, dan memustuskan lewat nurani (volition). Tetapi tatkala ia sudah

    masuk kedalam sistem politik dan sistem birokrasi, perilakunya berubah; ia tidak

    lagi mandiri melainkan cenderung bersubordiansi, atau cenderung ia memilih

    kekepalaan dan bukan kepemimpinan, untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh

    2Wawancara dengan A.Madjid,Pemangku Adat, RT 01 Desa Penapalan 2017

  • 3

    karena itu alangkah pentingnya sistem kepemimpinan informal yang kuat di luar

    sistem politik dan birokrasi.3

    Kepemimpinan Informal salah satunya ialah kepemimpinan adat yang

    disebut dengan Depati dalam pemerintahan dusun di Desa Penapalan, yang penuh

    dengan kekayaan adat istiadat dan kebudayaan yang luhur.

    Dalam kepemimpinan adat masyarakat antusias untuk mematuhi

    pemimpin desa atau dusun, kepemimpinan adat berhasil membuat masyarakat

    bekerja sama dengan baik, masyarakat dusun bersatu padu dalam membangun

    dusun, gotong royong adalah salah satu unsur sosial dalam pemerintahan dusu,

    dan seluruh komponen masyarakat ikut bekerjasama dalam membangun desa,

    Depati memimpin dengan ketulusan dan kejernihan hati serta keikhlasan dalam

    memimpin, maka akan menghasilkan hal yang baik karena integritas yang terjaga.

    Adapun pengertian desa dan pemerintahan desa adalah satu kesatuan

    masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang

    bersifat istimewa. Landasan pemikiran mengenai pemerintahan desa adalah

    keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

    masyarakat.4Pemerintahan Desa Juga dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 6

    Tahun 2014 tentang pemerintahan desa pada Bab 1 Pasal 1-2:

    “Desa adalah desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

    disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

    wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

    pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

    masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan

    dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia. Sedangkan pemerintahan desa adalah “pemerintahan desa

    3Taliziduhu Ndraha, Kibernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Cet-01, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2003), Hlm. 220-221 4HAW Widjadja, otonomi desa, (Jakarta: Raja Prasindo Persada, 2010), Hlm. 3.

  • 4

    adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

    setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia”.5

    Keterangan diatas mengambarkan betapa pentingnya adat-istiadat dalam

    membangun sistem pemerintahn desa, agar pemimpin dapat bekerja sama dalam

    mencapai tujuan bersama.

    Jika kita kembali kepada sejarah bahwa sebelum adanya penjajahan

    Belanda dan penjajahan Jepang di Indonesia sudah ada pemerintahan di tingkat

    bawah yang asli dan mandiri, yaitu pemerintahan desa, pemerintah desa tetap

    eksis tidak hilang atau dihapuskan.6

    Dalam Undang- Undang Dasar (UUD) 1945 pemerintahan desa

    bahkandiabadikan dalamsalah satu pasal dan penjelasannya dalam

    Pasal18BUndang-Undang Dasar (UUD) 1945:

    (1)Negara mengakui dan menghormatisatuan-satuan pemerintahan

    daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan

    undang- undang.

    (2)Negaramengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

    hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

    sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur

    dalam undang-undang.

    Kemajuan desa adalah penentu dalam kemajuan Negara, hak otonomi dan

    kemandirian berdasarkan hak asal-usul adat istiadat harus dijunjung tinggi.

    Mengingat betapa pentingnya adat itu sendiri.

    5UU NO.6 TAHUN 2014 Tentang Pemerintahan Desa.

    6Utang Suwaryo, “Mengembalikan Otonomi untuk Desa”, Hasil penelitian Guru Besar

    Ilmu Pemerintahan Universitas Padjajaran Bandung dan Dosen Tidak Tetap Magister Ilmu

    Pemerintahan Universitas Islam “45” Bekasi, (2011), Hlm. 1.

  • 5

    Dalam kepemimpinan adat Depati mempunyai tiga landasan dasar

    dalam memimpin, tiga hal tersebut yaitu : Pancasila, Adat Istiadat dan

    syari’at.Sebagaimanan Agel pemangku adat di Desa Penapalan, mengatakan :

    Pemerintahan desa pada masa itu berdasarkan kepada 3 dasar yaitu :

    pancasila, syari’at dan ada- istiadat. Inilah adat yang dinamakan adat

    besendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, adat mengato, syarak

    memakai.

    Sistem pemerintahan ini megkombinasikan antara syari’at, pancasila dan

    adat-istiadat dalam sistem pemerintahan dusun, tak hanya dirumuskan melalui

    akal pikiran dan istiadat tapi juga memakai syariat.

    Jika kepemimpinanitu dirumuskan oleh cendikiawan dan para pemimpin

    kerajaan dan para pakarnya berdasarkan akal murni mereka, maka dikatakan

    sebagai hukum akal. Sedangkan apabila dirumuskan dari syari’at yang diturunkan

    Allah maka dikatakann sebagai hukum agama yang bermanfaat bagi kehidupan

    dunia dan akhirat sekaligus.7

    Pemerintahan Depatidalam hal ini tidaklah bertentangan dengan syari’at

    pancasila danadat istiadat, karena mempunyai titik temu dan mewarnai

    pemerintahan dusun. Adapun yang menjadi permasalahan saat ini adalah sebagian

    masyarakat telah mengabaikan dan meniggalkan adat-istiadat tersebut

    dikarenakan pengaruh globalisasi, modernisasi, dan westernisasi. Seharusnya

    boleh saja kita menggunakan modrenisasi tanpa sikap helenisasi (kebarat-baratan)

    jika kita terus-menerus tidak mempedulikan adat-istiadat akibatnya jati diri

    7Ibnu Khaldun, Mukaddimah, alih bahasa Masturi Ilham, (Jakarta ; Pustaka,

    2011), hlm.335.

  • 6

    kebudayaan dan adat dilupakan dan terkikis sedikit demi sedikit, bahkan lama

    kelamaan akan menghilang dan mati.

    Jika kita merujuk kepada sejarah terlihat bahwa komunitas lokal atau

    masyarakat adat yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia mempunyai

    pemerintahan sendiri (self governing community) yang bersifat tradisional

    lokalistik dan mengontrol tanah ulayat secara otonom. Hal tersebut secara alamiah

    terus berjalan dan dipertahankan sesuai dengan tradisinya.8

    Hampir dapat dipastikan bahwa se-andainya saja bangsa Indonesia tidak

    mempunyai kekuatan adat istiadat atau sosio budaya yang khas pada masyarakat

    adat, yang antara lain disimbolkan dalam semboyan gotong royong dalam ke-

    Bhinneka-an (Tunggal Ika), sangatlah mungkin kehadiran bangsa Indonesia dalam

    pergaulan masyarakat dunia hari ini hanya tersisa dalam catatan sejarah.

    Mengikuti pendapat Grootaert (1998) dapat dikatakan bahwa masyarakat (bangsa)

    yang tidak mampu membangun, mengembangkan dan memelihara modal sosial

    budayanya adalah masyarakat bangsa yang “sangat sial”. Dapat dikatakan bahwa

    timbul (rise) dan tenggelamnya (fall) suatu bangsa adalah sangat tergantung pada

    kemampuan bangsa tersebut dalam membangun atau merivatilasasi adat-istiadat

    dan kekuatan sosio-budayanya.9

    Tarik menarik antara pemerintah dengan masyarakat adat tidak bisa

    dihindari. Sampai sekarang perumusan dan pengaturan mengenai otonomi desa

    dalam masyarakat adat itu tetap mengalami kesulitan dan dilema. Di satu sisi

    8Ibid, Hlm. 1-2.

    9Tri Pranadji, “Penguatan Kelembagaan Gotong Royong Dalam Perspektif Sosio

    Budaya Bangsa : Suatu Upaya Revitalisasi Adat Istiadat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

    Gotong Royong” , Hasil Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian

    Bogor, (2009), Hlm.64.

  • 7

    pemerintah tidak bisa semena-mena menghilangkan adat dengan tujuan

    melakukan modernisasi pemerintahan supaya sesuai dengan tuntutan dan

    kebutuhan, tetapi di sisi lain jika masih ada adat yang tidak kondusif dengan

    kebutuhan dan kemudian dibiarkan, juga akan mempersulit transformasi menuju

    reinventing governmentdan goodgovernance.10

    Untuk itu menarik untuk dikaji lebih dalam lagi makna adat-istiadat yang

    ada di negeri dalam pemerintahan Indonesia ini, salah satu demokrasi yang

    ditinggalkan nenek moyang kita sendiri, maka dalam hal ini saya akan meneliti

    sebuah tulisan yang berjudul : Pengaruh Kepemimpinan Adat Terhadap

    Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi di Desa

    Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo).

    10Ibid, Hlm.2.

  • 8

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang jadi permasalahan

    dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana konsep dan tujuan kepemimpinan adat di Desa Penapalan

    Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo?

    2. Bagaimana pengaruh kepemimpinan adat terhadap pelaksanaan

    pemerintahan desa berbasis kearifan lokal?

    C. Batasan Masalah

    Untuk lebih terarahnya pembahasan penelitian ini maka penulis membatasi

    pembahasan di sekitar hal-hal yang berkaitan dengan Pengaruh Kepemimpinan

    Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi

    Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo) dari tahun 2015

    sampai tahun 2017 dan hal-hal yang berkaitan erat dengan kepemimpinan adat

    dimasa sebelum 1979 dan sebagainya.

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan diatas, adapun tujuan penelitian dalam skripsi

    ini adalah:

    1. Menjelaskan konsep dan tujuan kepemimpinan adat di Desa Penapalan

    Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.

    2. Mengetahui pengaruh kepemimpinan adat terhadap pelaksanaan

    pemerintahan Desa Penapalan Berbasis kearifan lokal.

  • 9

    E. Kegunaan Penelitian

    Apabila tujuan-tujuan penelitian tersebut tercapai, maka penelitian ini

    akan memberikan kegunaan sebagai berikut:

    1. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan

    berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun

    berbagai kajian literatur mengenai Pengaruh Kepemimpinan Adat

    Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi

    Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo).

    2. Agar dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak

    bagi kepustakaan ilmu pemerintahan dan bagi kalangan penulis lainnya

    yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang Pengaruh

    Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis

    Kearifan Lokal (Studi Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir

    Kabupaten Tebo), agar terwujudnya demokrasi berbasis kearifan lokal

    yang efektif, baik (Good Governance)dan bersih (Clean Governance)

    dalam sitempemerintahan desa.

    3. Sebagai kelengkapan persyaratan bagi penulis dalam memperoleh gelar

    Sarjana Strata Satu (SI) pada fakultas Syariah jurusan Ilmu Pemerintahan

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

  • 10

    F. Kerangka Teori

    A. Kepemimpinan

    Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi

    petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka

    meyakini ayat-ayat kami. (Q.S As-sajadah : 24).11

    Untuk memahami arti kepemimpinan maka berikut ini adalah beberapa

    pengertian kepemimpinan.

    1. Suatu seni kesanggupan atau teknik untuk membuat sekelompok orang

    mengikuti atau menta’ati segala apa yang dikehendakinya dan membuat

    mereka antusias mengikutinya.

    2. Sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan

    yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dingginkan

    untuk pencapaian sasaran (Rauch dan Behling,1984:46)12

    .

    3. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-

    orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka

    inginkan bersama (Siagian).13

    4. Kepemimpinana adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok

    dalam rangka pemuasan dan pencapaian tujuan (Stogdill).

    11

    Q.S As-Sajadah : 24 12

    Sedarmayanti, Good Governance (Pemerintahan yang baik) dan Good Corporate

    Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik), (Bandung : Mandar Maju, 2007) Cet Ke-3, Hlm

    . 111. 13

    Veithzal rivani Dan Silvia musni, Education Management, ( Jakarta : Kharisma 2010),

    Hlm. 284

  • 11

    5. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk

    bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George Terry)

    6. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang

    atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan didalam situasi

    tertentu(Blanchard).

    Dari definisi diatas ada beberapa aspek yang sama yaitu : kegiatan,

    mempengaruhi, perilaku orang lain, kehendak orang, dan tujuan.14

    Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa arti kepemimpinan adalah kemampuan untuk

    mempengaruhi perilaku orang lain dalam mencapai tujuan bersama.

    B. Kepemimpinan Adat.

    Berdasarkan Kaidah Fiqh bahwa :

    Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum.15

    Menurut Max Weber kepemimpinan tradisional adalah : kepemimpinan

    berlandaskan kepada kepatuhan terhadap adat atau kebiasaan yang diberikan

    kepada orang yang menduduki kekuasaan tradisional. Dalam hal kewajiban

    seseorang dalam menjalankan fungsi kepemimpinan ditetapkan sesuai dengan

    aturan yang bersumber pada tradisi.

    Proses dalam konsep ini diterima oleh masyarakat berdasarkan pada :

    1. Tradisi yang mensyaratkan isi dari proses pemimpinan, tujuan dan ruang

    lingkup dari kewenangan kewarga negaraannya, segala bentuk tindakan

    terikat oleh tradisi khusus.

    14

    Veithzal rivani dan Silvia musni, Education Management, (Jakarta : Kharisma, 2010).

    Hlm. 284. 15

    Suhar, Kaidah-Kaidah Ushuliyah & Fiqhiyah (Jakarta : Referensi Gaung Persada Press

    Group, 2014) Hlm.264

  • 12

    2. Keputusan dari pemimpin itu sendiri, karena tradisi telah memberikan

    kewenangan.

    Max Weber juga menjelaskan kepemimpinan karismatik yang mana juga

    terdapat dalam kepemimpinan adat yaitu : Didasarkan pada kualitas yang luar

    biasa yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. Pengertian ini sangat teologis,

    karena untuk mengidentifikasi daya tarik pribadi yang melekat pada diri

    seseorang, harus dengan mengggunakan asumsi bahwa kemantapan dalam

    kualitas kepribadian yang dimiliki adalah merupakan anugerah Tuhan.

    Istilah Kharismatik menunjuk pada kualitas kepribadian seseorang. Karena

    posisinya yang demikian inilah maka ia dapat dibedakan dari orang kebanyakan.

    Kekuatan dan keistimewaan tersebut adalah karunia tuhan yang diberikan kepada

    hambanya yang mewakili didunia16

    .

    C. Pemerintahan Desa

    Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Desa yang

    termasuk dalam ketentuan ini termasuk antara lain marga dan dusun di Sumatra

    selatan (Palembang), nagari disumatra barat, lembaga di Sulawesi selatan,

    kampong di Kalimantan selatan dan papua, negeri dimaluku.

    Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga Negara

    Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya di atur

    oleh Peraturan Daerah (PERDA) yang berpedoman kepada peraturan pemerintah.

    Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan

    kepala desa, ditetapkan sebagai kepala desa.Pemilihan kepala desa dalam kesatuan

    16

    Sukanto, kepemimpinan sang kiai dalam pesantren, (Jakarta : Pustaka, 1999), Hlm. 38-

    39.

  • 13

    masyarakatnya hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

    yang diakui keberadaannya- berlakuketentuan hukum adat setempat yang

    ditetapkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) dengan berpedoman pada peraturan

    pemerintah.17

    D. Ekologi Pemerintahan

    Ekologi berasal dari yunani kuno, secara etimologi kata tersebut berasal

    dari kata Oikos yang berarti rumah dan Logos yang berarti imu. Menurut Edward

    S.Rogers (1940) ekologi adalah pelajajaran tentang hubungan antara makhluk

    hidup dengan lingkungan sekitar mereka. Berikut ini adalah pengaruh gatra

    eksakta dan pengaruh panca gatra sosial terhadap pemerintahan.

    1. Tri Gatra

    Pengaruh ilmu eksakta ekologi terhadap pemerintahan disebut tri gatra,

    sebagai berikut :

    a) Pengaruh Geografis

    Faktor-faktor yang berdasarkan geografis, seperti perbatasan strategis

    (strategi frontier), desakan penduduk (population pressure), daerah kepulauan

    (sphere of influence) dan lain-lain sangat mempengaruhi pemerintahan.

    Semua aspek potensi wilayah harus dapat diintetifikasikan terutama faktor-

    faktor dominannya. Artinya wilayah memang sangat perlu bahkan mempunyai

    potensi yang andal untuk dikembangkan.

    b) Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM)

    17

    HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, ( Jakarta : Raja Grapindo,

    2005), Hlm.277.

  • 14

    Sumber daya manusia (SDM) yang dapat membuat suatu pemerintahan

    maju karena kepakaran, moralitas, dan budaya penduduk suatu negeri, tetapi bisa

    pula hancur karena pemerintahan yang memimpin tidak disukai oleh rakyatnya

    akibat kezaliman pemimpinnya.

    c) Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA)

    Sumber daya alam (SDA), mulai dari flora dan fauna sampai pada hasil

    tambang, keindahan alam pariwisata, serta sawah ladang yang mereka miliki.

    Negara akan sangat mati-matian karena persoalan SDA ini. Ingris dan Argentina

    berebut Pulau Malvinas, bahkan Indonesia dan Malaysia sempat menimbulkan

    ketegangan persoalan Pulau Sipandan dan Ligitan yang kemudian lepas ke Negara

    Jiran tersebut. Hal ini menunjukan bahwa begitu berharganya Sumber Daya Alam

    ini.

    2. Panca Gatra

    Pengaruh ilmu-ilmu sosial ekologi terhadap pemerintahan disebut panca

    gatra, sebagai berikut.

    a) Ideologi

    Ideologi itu sendiri diterjemhkan sebagai sistem pedoman hidup yang

    menjadi cita-cita untuk dicapai oleh sebagian besar individu dalam masyarakat

    yang bersifat khusus, disusun secra sadar oleh para tokoh pemikir negara,

    kemudian menyebarluaskannya secara resmi sebagai dasar negara.18

    b) Sosial Politik

    18

    Ibid Hlm.122

  • 15

    Situasi politik sangat mempengaruhi pemerintahan dalam ekologi

    pemerintahan. Setelah reformasi merebak dengan tumbangnya rezim Suharto pada

    penghujung 1998, keadaan berubah drastis namun tidak menjadi lebih baik.

    Anggota legislatif yang disebut dengan parlemen (parlemen berbicara)

    memperlihatkan kekuasaannya dengan banyak berceloteh menuntut ini dan itu

    tanpa jelas ujung pngkalnya. Persyaratan ijazah yang ditetapkan pemerintah tidak

    dipedulikan karena motivasinya hanya sekedar materi belaka, mulai dari uang

    geser dan lain-lain. Berapa banyak uang yang akan dikeluarkan kalau bangsa

    Indonesiadibertbagai wilayah harus diajak berkolusi dengan keberadaan seorang

    calon kepala daerah walaupun akan melibatkan sejumlah tim sukses. Inilah yang

    diinginkan oleh demokrasi yang memberi pemilihan umum dengan istilah

    pemilihan untuk rakyat, dari rakyat dan oleh rakyat. Beberapa hal yang patut

    diperhatikan Pertama menarik hati masyarakat adalah orang terpandang dalam

    pemilihan langsung ini.

    Kedua, banyaknya masyarakat yang tingkat pendidikannya relatif rendah

    sehingga tingkat ikut-ikutan akan tinggi.

    Ketiga, sebagai pihak yang berpikiran optimis kita mesti menyadari bahwa

    dalam agama apapun kita mempercayai hati nurani.19

    c) Sosial Ekonomi

    Sosial ekonomi sangat berpengaruh pada situasi pemerintahan karena

    perekonomian masyarakat yang yang timpang yang diikuti dengan dengan

    besarnya jurang pemisah antara pemerintah dengan masyarakat jelata, banyaknya

    19

    Ibid, Hlm. 123

  • 16

    pengangguran dan sulitnya lapangan kerja membuat suburnya gerakan sosial

    komunis, yang berangkat dengan pembicaraan kerakyatan, demontrasi buruh, dan

    berakhir dengan perwujudan partai tunggal yang melakukan pembantaian

    terhadap kaum borjuis, kapitalis, dan para konglomerat.

    d) Sosial Keagamaan

    Sosial keagamaan sangat berpengaruh terhadap keberadaan pemerintahan

    karena kelompok yang menduduki pemerintahan, jika dimulai oleh mereka yang

    terdidik secara keagamaan dengan iman yang kuat akan mengantisipasi

    keberadaan munculnya perjudian, pelacuran, perampokan hak rakyat.

    e) Sosial Budaya

    Sosial budaya sangat berpengaruh terhadap sepak terjang pemerintahan

    karena bila masyarakat memiliki budaya yang keras, egalitarian, vulgar maka

    akan menimbulkan demokrasi yang tidak menutup kemungkinan kebablasan.

    Sebaliknya, bila masyarakat adalah kelompok penurut yang mngikuti apa yang

    dikatakan pemerintahan sami‟na wa „ata‟na (saya dengar dan saya taat) maka

    pemerintah dengan mudah menginjak hak asasi manusia.20

    G. Tinjauan Pustaka

    Penelitian yang terkait dengan pengaruh kepemimpinan adat didesa masih

    terus menjadi kajian di kalangan cendikiawan dan akademisi ada beberapa

    penelitian yang sesuai seperti dengan penelitian ini sebagaimana keterangan

    berikut :

    20

    Ibid, Hlm. 123

  • 17

    Skripsi dari Sumini Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah

    Universitas Islam Sultan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2018 dengan judul

    Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Pegawai Di

    Kantor Desa Sekernan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Metode

    yang di gunakan adalah metode kuantitatif, dalam skipsi tersebut ia menjelaskan

    bahwa Variabel gaya kepemimpinan Kepala Desa, diketahui jumlah skor untuk

    variabel gaya kepemimpinan berjumlah 918 dan termasuk dalam kategori “Baik”

    dengan presentase sebesar 80,24%. Hal ini menunjukkan bahwa gaya

    kepemimpinan Kepala Desa yang diterapkan sudah hampir maksimal.21

    Dalam penelitian lain : Pemimpin Dalam Masyarakat Melayu Oleh

    Juswandi Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning

    Pekanbaru 2016 yang mana dalam penelitiannya ia menjelaskan Di dalam

    masyarakat Melayu apabila hendak menjadi seorang pemimpin maka

    perhatikanlah norma-norma atau adat-istiadat yang berlaku pada masyarakatnya,

    sebab bila ini tidak diperhatika bukan berarti seorang itu tidak berhasil namun

    berbalik arah pemimpin akan menjadi kualat.

    Pemimpin dalam masyarakat Melayu hendaknya pemimpin yang taat

    agama mengetahui dan memahami adat-istiadat Melayu. Pemimpin yang memiliki

    intelektual yang tinggi, pemimpin yang dapat di hormati dan ditaati oleh

    rakyatnya. dengan demikian, pemimpin mampu menjalankan kepemimpinanya

    21

    Sumini, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Pegawai Di

    Kantor Desa Sekernan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi, MahasiswaJurusan Ilmu

    Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2018.

  • 18

    dengan baik, sehingga terciptanya masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

    serta bermarwah22

    .

    Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat Melayu Islam Jambi:

    Studi Kasus Kabupaten Bungo, ditulis oleh Hermanto Harun dan Irma Sagala,

    Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Tahun 2013,

    menjelaskan Model pemerintahan adat yang disebut Dusun telah hidup lama di

    beberapa daerah Provinsi Jambi, bahkan sejak Indonesia belum merdeka. Salah

    satu daerah yang lama mengenal model pemerintahan Dusun adalah Kabupaten

    Bungo. Data pasti waktu mulai dikenalnya model pemerintahan Dusun belum

    diketahui, namun pemerintahan Dusun telah ada sejak masa Kesultanan Melayu

    Islam Jambi, sebagai unit kesatuan politik masyarakat di daerah.

    Pemerintahan Dusun dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan Rio.

    Jabatan Rio tidak hanya mengepalai pemerintahan tapi juga sekaligus menjadi

    pemangku adat. Dalam menjalankan pemerintahan Dusun, Rio juga dibantu oleh

    unsur lain yang disebut Tigo Tali Sepilin. Kehidupan masyarakat dalam sistem

    Dusun diatur dengan hukum adat yang berlandaaskan syarak, dengan slogannya

    Adat Basandi Syarak–Syarak Basandi Kitabullah.

    Model pemerintahan Dusun ini terus hidup sampai keluarnya UU RI No. 5

    Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang menyeragamkan seluruh bentuk

    pemerintahan adat yang selama ini diakui sebagai unit pemerintahan terkecil di

    Indonesia. Dengan berubahnya model pemerintahan tersebut, masyarakat Melayu

    22

    Juswandi, Pemimpin Dalam Masyarakat Melayu , Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya

    Universitas Lancang Kuning Pekanbaru 2016.

  • 19

    Jambi khususnya generasi muda mulai jauh bahkan kehilangan identitas adat-

    budayanya.23

    Dari tinjauan penelitian diatas tersebut sama dengan apa yang penulis teliti

    perbedaannya terletak pada objek kajiannya, penulis menfokuskan pada Pengaruh

    Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis

    Kearifan Lokal, Dalam hal ini kepemimpinan tersebut disebut dengan Depati yang

    mempunyai karisma tersendiri dalam memimpin pemerintahan dusun berdasarkan

    3 landasan yaitu: Pancasila, Syari’at dan Adat Istiadat.

    23

    Hermanto Harun dan Irma Sagala, Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat

    Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo, Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2013.

  • 20

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam

    mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar ukuran yang

    telah ditentukan.24

    Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa perangkat

    penelitian yang sesuai dalam metode penelitian ini guna memperoleh hasil yang

    maksimal, antara lain sebagai berikut :

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Penapalan, karena sesuai dengan

    judul permasalahan yang diajukan dalam latar belakang masalah dengan keadaan

    di lapangan. Yang mana adat kepemimpinan di Desa Penapalan dapat

    mempengaruhi sebuah pemerintahan desa, adat tersebut merupakan asal usul dari

    sebuah desa yang dahulu disebut dusun. Penelitian ini dilakukan agar bisa

    mentransformasikan adat dan kebudayaan dalam sistem hidup khususnya

    pemerintahan desa agar dapat berkembang dengan baik tanpa melupakan sejarah

    masa lalu.

    2. Waktu Penelitian

    Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti pengaruh Kepemimpinan adat

    terhadap pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal tersebut pada

    bulan Februari sampai bulan Oktober 2018.

    24

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2002), hlm 126

    20

  • 21

    B. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan mengenai

    kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan ini dilakukan dengan

    teknik pengumpulan datayang berdasarkan pada instrument pengumpulan data.

    Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan

    Taylor, mengatakan bahwa kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang

    menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang

    maupun perilaku yang dapat diamati. Demikian juga menurut Kirk dan Miller,

    bahwa pendekatan kualitatif merupakan suatu tradisi dalam ilmu pengetahuan

    yang bergantung pada pengamatan seseorang. Pengamatan tersebut berhubungan

    dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.25

    Penelitian kualitatif dapat dihubungkan dengan lima jenis pendekatan

    yaitu penelitian kualitatif dengan kategori penelitian biografi (naratif),

    fenomenologi, grounded theory, etnografi dan studi kasus.26

    Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan

    penafsiran yang mendalam menngenai makna dari fakta yang relevan, sebagai

    studi kasus, penelitian ini juga ingin mengurai serta menjelaskan secara

    komprehersif mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu

    organisasi, suatu program, atau situasi sosial.

    25

    L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),

    hlm. 4.

    26Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi), (Jambi: Syari’ah Press,

    2004).hlm.31-32

  • 22

    C. Jenis penelitian

    Jenis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dan etnografi.

    Dengan menggunakan jenis ini, nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah praktek

    pada masa lalu di Desa Penapalan dapat digambarkan dengan baik. Khususnya

    prinsip-prinsip yang terkandung dalam kepemimpinan adat dalam memberikan

    pengaruh terhadap pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal .

    Deksripsi yang lengkap tentang peristiwa tersebut diharapkan dapat menjadi

    sebuah tata nilai-prinsif untuk mengenal adat istiadat dalam tatanan kehidupan

    berbangsa dan bernegara saat ini.

    Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini untuk mencari informasi faktual

    yang mendekati gelaja yang ada. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk

    mendapatkan keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung serta

    mengetahui secara langsung yang dikerjakan orang dalam menangani masalah

    atau situasi yang sama.27

    Penelitian lapangan merupakan ciri khas antropologi budaya. baik di

    sebuah desa terpecil Papua Nugini ataupun di kota besar New York Amerika

    Serikat, ahli antropologi berada dilokasi penduduk bertempat tinggal dan

    “melakukan penelitian lapangan”. Ini berarti ia mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan, menikmati berbagai makanan yang asing baginya, mempelajari

    bahasa baru, menyaksikan berbagai upacara, membuat catatan lapangan, mencuci

    pakaian, menulis surat kerumah, melacak garis keturunan, mengamati

    27

    Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rajawali,1992), hlm19

  • 23

    pertunjukan, mewawancarai informan, dan berbagai hal lainnya, hal ini berarti

    peneliti membaur, bersatu dengan objek yang ditelitinya.28

    Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu budaya. Tujuan

    utama aktifitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang

    penduduk asli, sebagaimana dikemukakan Malinowsky dalam Spradley (2007: 3-

    4), bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang penduduk asli,

    hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai

    dunianya”.

    Oleh karena itu penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai

    dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan

    bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari

    masyarakat, tapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.

    Alur yang digunakan dalam penelitian etnografi adalah menggunakan alur

    penelitian maju terhadap (The Developmental Research Sequence). Pada tahap

    pertama dalam melakukan penelitian, Etnografer bekerjasama dengan informan

    untuk menghasilkan suatu deskripsi, hubungan ini bersifat kompleks, informan

    berbeda dengan kawan, subjek atau responden. Dalam melakukan penelitian,

    pertama-tama seorang peneliti menetapkan informan, setelah itu mewawancarai

    informan tersebut, wawancara etnografi merupakan jenis percakapan (speech

    event) yang khusus.29

    28

    Tjipto Suhadi, Metode Penelitian Kualitatif, ( Surakarta : Muhammadiyah University

    Press, 2006), Hlm.39 29

    Ibid, Hlm. 39-40

  • 24

    Untuk selanjutnya etnografer membuat catatan etnografis yang berasal dari

    wawancara terhadap informan. Pada langkah selanjutnya wawancara enografis

    yang aktual dilakukan dengan “mengajukan pertanyaan-pertanyaan deskirptif”.

    Dengan menggunakan sampel bahasa yang terkumpul dari wawancara ini,

    dilanjutkan kelangkah beriktunya yang memasukan berbagai strategi untuk

    “melakukan analisis terhadap wawancara etnogrfi”. Langkah ini kemudian diikuti

    dengan membuat analisis domain.

    Analisis ini menghasilkan pertanyaan-pertanyaan struktural yang akan

    digunakan dalam wawancara nanti. Pertanyaan struktural adalah untuk

    disesuaikan dengan informan, dihubungkandengan jenis-jenis pertanyaan yang

    lain, dan terus menerus diulang secara baik.

    Tahap selanjutnya adalah membuat analisis taksonomik. Dari sini

    dilanjutkan dengan membuat analisis komponen. Dari sini alur penelitian

    dilanjutkan dengan menemukan tema-tema budaya. Dan tahap terakhir adalah

    dengan menulis etnografi.

    Untuk lebih jelasnya, alur penelitian tersebut dapat sederhanakan seperti

    uraian di bawah ini; Pertama-tama menetapkan seorang informan – Melakukan

    wawancara terhadap informan – membuat catatan etnografis – mengajukan

    pertanyaan deskripsi – melakukan analisis wawancara etnografi – membuat

    analisis domain – mengajukan pertanyaan struktural – membuat analisis

    taksonomik – mengajukan pertanyaan kontras – membuat analisis komponen –

    menemukan tema-tema budaya – menulis etnografi. 30

    30

    Ibid, Hlm. 41

  • 25

    Setiap tahap-tahap dalam penelitian dengan metode etnografi harus

    dilaksanakan secermat dan setepat mungkin. Agar supaya hasil akhir penelitian-

    pun dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

    D. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis sumber data yaitu :

    a) Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil

    observasi lapangan dan melalui hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang

    tersangkut didalamnya. Data ini seperti langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

    sumber pertamanya.31

    Data primer atau data tangan pertama, merupakan data yang

    diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran

    atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

    dicari.32

    Pengumpulan data primer ini diperoleh dari Al-Qur’an dan dilakukan

    dengan wawancara langsung kepada narasumber yang bersangkutan tentang

    pengaruh kepemimpinana adat terhadap pelaksanaan pemerintahan desa berbasis

    kearifan lokal, adapun yang bersangkutan tersebut adalah : Kepala Desa,

    Sekretaris Desa, Ketua Adat, dan Tokoh Masyarakatdan sebagainya

    b) Data Sekunder

    Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara

    tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara

    31

    Sayuti Una,Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN STS

    2014), hlm 34 32

    Saifuddin Azwar, Metode penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 91

  • 26

    mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentik, karena sudah

    diperoleh dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya.33

    Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

    disajikan baik dari pihak pengumpul data primer atau pihak lain.Data sekunder ini

    diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya, data yang dimaksud adalah

    berupa dokumen berupa profil Desa Penapalan, peraturan, Undang-Undang, karya

    ilmiah dan dokumen lain yang bersangkutan dengan pengaruh kepemimpinan

    adat terhadap pelaksanaan pemerintahan desa.

    E. Sumber Data

    Sumber data merupakan subyek darimana data itu didapat dan

    diperoleh.Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan

    penelitian. Maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: Tokoh

    adat, Kepala Desa, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat.

    Tabel 2.1

    INFORMAN

    33

    Sayuti Una,Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN STS

    2014), hlm 34

    No Informan Jumlah

    1 Ketua Lembaga Adat Desa Penapalan 1

    2 Kepala Desa Penapalan 1

    3 Imam Masjid Penapalan (Pegawai Syara’) 1

    4 Tokoh Pemuda 1

    5 Tokoh Masyarakat 5

  • 27

    F. Unit Analisis Data

    Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

    penelitian.Dengan sampling kita memilih subjek (individu) atau (benda) yang

    diambil dari satu kesatuan atau keseluruhan untuk mendapatkan gambaran

    mengenai kesatuan atau keseluruhan tersebut.34

    Penelitian ini dilakukan terhadap pengaruh kepemimpinan adat terhadap

    pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal, maka unit analisis yang

    diterapkan adalahTokoh adat, Kepala Desa, tokoh agama, tokoh pemuda, dan

    tokoh masyarakat.

    Untuk menentukan unit analisis data peneliti menggunakan sistem

    purposive sampling yaitu subjek dari penelitiannya sudah ditentukan dan hanya

    diambil pada orang-orang tertentu atau orang-orang yang mendalami bidang

    penelitian ini.

    G. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data

    secara kualitatif dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan untuk penelitian

    ini menggunkan metode-metode :

    1. Observasi

    Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik

    secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus

    dikumpulkan dalam penelitian.35

    34

    Rianto Adi,Metode Penelitian Sosial dan Hukum,(Jakarta: Granit. 2004), hlm 101

    35

    Djam’an Satori dan Aan Komariah,Metodologi Penelitian Kualitatif. cet.ke-5,

    (Bandung:Alfabeta,2013), hlm 105

  • 28

    Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi

    sistematik yang merupakan salah satu dari jenis observasi. Observasi sistematik

    biasa disebut dengan observasi berkerangka. Sebelum mengadakan observasi

    terlebih dahulu dibuat kerangka mengenai berbagai faktor dan ciri-ciri yang akan

    di observasi.36

    Dengan demikian, data yang diperoleh oleh peneliti dari responden

    maupun informan yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

    responden.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan

    tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang

    melengkapi kata-kata secara verbal.Karena itu, wawancara tidak hanya

    menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan,

    pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.

    Wawancara yang penulis maksud disini adalah penulis akan menanyakan

    langsung kepada Tokoh adat, Kepala Desa, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh

    masyarakat seabagai narasumber mengenai pengaruh kepemimpinan adat terhadap

    pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal.

    3. Dokumentasi.

    Dokumentasi adalah sejumlah dokumen-dokumen tentang berbagai

    kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan,

    gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang.37

    Dokumen yang berbentuk

    36

    Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta:Premanada Media

    Group, 2013), hlm 131 37

    Djam’an Satori dan Aan Komariah,Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-

    15,(Bandung:Alfabeta,2013),hlm 148

  • 29

    tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), biografi,

    peraturan, Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

    gambar, patung, film, dan lain-lain. Study dokumen merupakan pelengkap dari

    penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi penulis digunakan

    sebagai instrument untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan

    yang diteliti.

    Dokumentasi dalam penelitian ini adalah sejumlah dokumen yang

    dikeluarkan oleh tokoh masysarakat dan para pengurus dan anggota

    kepemimpinan adat dan pemerintahan desa. Dapat pula berupa gambar dan

    rekaman video hasil wawancara yang didapat dari para nara sumber

    H. Teknik Analisis Data

    Dalam analisis data peneliti akan mengumpulkan data terlebih dahulu guna

    untuk terarahnya penelitian, setelah data terkumpul dilanjutnkan dengan analisa

    data, barulah setelah itu penyimpulan data.

    Analisis yang digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam

    data sehingga dapat dikembangkan dan dievaluasi. Berdasarkan hal di atas dapat

    dikemukakan bahwa analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematika data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sumber lain sehingga

    dapat dipahami dengan mudah serta membuat kesimpulan dengan tujuan agar

    dapat menginformasikan dan mudah dipahami oleh orang.38

    Data yang telah ditranskripkan kemudian disajikan dengan cara dipisahkan

    dan ditempatkan ke dalambagian-bagian tertentu yang telah diberi tanda. Langkah

    38

    Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis ”Pendekatan Kuantitatif dan Kualitati., R

    &D, (Bandung:Alfabeta,2013), hlm 427

  • 30

    terakhir yaitu membuat kesimpulan dari data-data yang terkumpul, sehingga dapat

    diambil langkah-langkah awal untuk penelitian lanjutan dan mengecek kembali

    data-data asli yang diperoleh.39

    I. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi ini adalah terdiri dari lima bab pembahasan

    dengan sub-sub bahasan yang sesuai dengan kebutuhan sebagai mana berikut ini:

    BAB I PENDAHULUAN

    BAB I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan

    pustaka.

    BAB II METODE PENELITIAN

    BAB ini berisitentang mengenai metode penelitian yang mencakup tempat

    dan subyek penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, unit

    analisis data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan

    sistematika penulisan.

    BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    BAB ini berisi gambaran umum mengenai lokasi (objek) penelitian,

    struktur organisasi pemerintahan dan sebagainya.

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    BAB ini berisikan tentang hasil penelitian yang dilakukan dan uraian data-

    data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

    BAB V PENUTUP

    39

    Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN

    STS 2014), hlm69

  • 31

    Sebagai BAB terakhir penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian

    yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian, saran-saran yang

    diberikan kepada objek penelitian untuk mengatasi permasalahan yang

    dihadapi tersebut, dan saran-saran penelitian yang akan datang.

    J. Jadwal Penelitian

    Table 2.2

    Jadwal Penelitian

    No

    Kegiatan

    Tahun 2017 Tahun 2018

    Jun

    i Juli Agustus Juni Juli Agustus

    Septemb

    er Oktober

    1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pengajuan

    judul

    X X

    2 Pembuatan

    proposal

    X X

    3

    Perbaikan

    proposal

    dan seminar

    X X X

    4 Surat izin

    riset

    X

    5 Pengumpula

    n data

    X X X X

    6

    Pengolahan

    dan analisis

    data

    X X X X

    7

    Bimbingan

    dan

    Perbaikan

    X X X X X

    8 Agenda dan

    Ujian

    X X

    9 Perbaikan

    dan penjilid

    X X

  • 32

    BAB III

    DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    A. Kondisi Geografis Desa Penapalan

    Desa Penapalan adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Tengah

    Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dengan kepemimpinan Kepala Desa

    Penapalan berubah sesuai dengan peraturan dan Undang Undangan yang berlaku.

    diantaranya kepemimpinan yang pernah menjabat dan memimpin sampai

    sekarang yaitu:

    Tabel 3.1 Kepala Desa

    Sumber : Data sekunder Desa Penapalan 201740

    40

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

    NO NAMA KEPALA DESA TAHUN KETERANGAN

    1 MA’USUH 1950-1954 ( 4 TAHUN ) MANGKU

    2 ARIPIN 1954-1958 ( 4 TAHUN ) DEPATI

    3 H.ABU BAKAR 1958-1963 ( 5 TAHUN ) DEPATI

    4 SYA’ARI 1963-1967 ( 4 TAHUN ) DEPATI

    5 YAHYA KAHFI 1967-1995 (28 TAHUN ) DEPATI

    6 H. RIDWAN 1995-2000 ( 4 TAHUN ) KADES

    7 SULAIMAN IS 2000-2001 ( 1 TAHUN ) PJS KADES

    8 TIBRANI 2001-2013 (12 TAHUN ) KADES

    9 BUJANG. P 2013-2019 (6 TAHUN ) KADES

    32

  • 33

    Desa Penapalan termasuk wilayah Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten

    Tebo dengan luas wilayah 5500 Ha. Dataran dengan ketinggian rata 600 - 100 m

    di atas permukaan laut.41

    Secara geografis batas-batas wilayah Desa Penapalan ini

    adalah:

    1. Sebelah Utara : Desa Mengupeh Kecamatan Tengah Ilir

    2. Sebelah Selatan : Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir

    3. Sebelah Barat : Desa Sungai keruh Kecamatan Tebo Tengah

    4. Sebelah Timur : Desa Mengupeh KecamatanTengah Ilir

    Luas wilayah Desa Penapalan adalah = 5,500 Ha, terbagi atas:

    Tabel 3.2. Jenis Wilayah

    No URAIAN LUAS

    1 Luas Wilayah 5 500 Ha

    2 Sawah Teknis - Ha

    3 Sawah ½ Teknis -Ha

    4 Sawah Tadah Hujan 250 Ha

    5 Tanah Kering 600 Ha

    6 Tanah Basah -Ha

    7 Hutan Rakyat -Ha

    8 Hutan Negara -Ha

    9 Perkebunan 800-Ha

    10 Fasilitas Umum 11 Ha

    41

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 34

    B. Sosial Demografi Desa

    1. Kependudukan.

    Jumlah penduduk Desa Penapalan pada akhir bulan Januari tahun 2017

    mencapai 2.219 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1,081 jiwa (52,41%)

    dan perempuan sebanyak 1,138 jiwa (47,59%) dengan tingkat kepadatan peduduk

    231 jiwa/km2, dimana jumlah kepala keluarga sebanyak 658 KK sehingga dalam

    setiap keluarga rata-rata terdiri dari 3-4 (empat) orang.

    Tabel 2.5 Jumlah Penduduk

    No Tahun

    Jumlah Penduduk (Jiwa)

    Laki-

    Laki Perempuan Jumlah

    1 2015 1046 1.064 2.110

    2 2016 1.073 1.078 2.151

    3 2017 1,081 1,138 2,219

    Jumlah Penduduk Desa Penapalan Tahun 2015 – 201742

    42

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo

  • 35

    Tabel 2.7 Jumlah Rumah Tangga di Desa Penapalan

    No RT

    Jumlah

    Rumah

    Tangga

    Jumlah KK Keterangan

    1 RT 01 53 66

    2 RT 02 30 57

    3 RT 03 44 55

    4 RT 04 29 41

    5 RT 05 26 36

    6 RT 06 65 75

    7 RT 07 85 108

    8 RT 08 68 79

    9 RT 09 127 141

    JUMLAH 527 658

    Sumber: Data Monografi Desa Penapalan Tahun 2017.

    43

    C. Struktur Pemerintahan Desa

    Secara administratif, pemerintahan Desa PenapalanKecamatan Tengah Ilir

    berada di bawah wilayah kerja Kecamatan Tengah Ilir, Tebo. Desa Penapalan

    merupakan bagian dari Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo yang dipimpin

    oleh seorang Kepala Desa dan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh staf yang

    terdiri dari Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Seksi (Kasi), Kepala Urusan

    (Kaur) dan staf lainnya.

    43

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.

  • 36

    1. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok pada Pemerintahan Desa

    Penapalan

    Pola struktur organisasi Pemerintahan Desa PenapalanKecamatan Tengah

    Ilir disusun mengikuti strategi dalam pencapaian visi dan misi organisasi yang

    telah ditetapkan. Berikut adalah struktur Organisasi Pemerintahan Desa

    Penapalan.44

    Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Penapalan

    44

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

    Kepala

    Desa

    Sekretaris

    Desa

    Kasi

    Pelayanan Kasi

    Kesejahteraan Kaur

    Perencanaan Kaur

    Keuangan

    Kaur TU &

    Umum

    Seksi Kaur

    Perencanaan Bendahara Staf Kaur

    TU/Umum

    Kasi

    Pemerintahan

    Staf Kasi

    Pemerintahan

    Kadus IV Kadus III Kadus II Kadus I

  • 37

    Struktur Pemerintahan Desa Penapalan

    Kepala Desa : Bujang P

    Sekretaris : Aldion

    Kasi Pemerintahan : Saprianto

    Kasi Kesejahteraan : Hamidi

    Kasi Pelayanan : Aljasmi

    Kaur Tu Dan Umum : Elvita Yadriani

    Kaur Keuangan : Parizal

    Kaur Perencanaan : Kiki Handiki

    Kadus I : Lukman S

    Kadus II : Mhd.Rexsi Irwan S.Pd. I

    Kadus III : Suryadi S.Pd.I

    Kadus IV : Meliyus

    Berdasarkan stuktur organisasi desa tersebut, maka dalam menjalankan

    tugas-tugas dan pekerjaannya setiap pegawai memiliki tugas pokok dan tata kerja.

    Tugas pokok dan tata kerja pegawai ini sangat penting dilakukan untuk mencapai

  • 38

    tujuan Desa dalam menjalankan tugas sebagai organisasi pelayanan publik.45

    Adapun uraian tugas pokok dan tata kerja di lingkungan Pemerintahan Desa

    Penapalan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

    Tabel 2.8 Uraian Tugas Pokok Organisasi Pemerintahan Desa Penapalan

    Tugas dan Fungsi Kepala Desa dan Perangkat Desa Penapalan

    Kepala Desa Sekretaris Desa

    Tugas:

    Menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

    melaksanakan pembangunan,

    pembinaan kemasyarakatan dan

    pemberdayaan masyarakat.

    Fungsi:

    Menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

    melaksanakan pembangunan,

    pembinaan kemasyarakatan dan

    menjaga hubungan kemitraan dengan

    lembaga masyarakat dan lembaga

    lainnya.

    Tugas:

    Membantu Kepala Desa dalam bidang

    administrasi pemerintahan.

    Fungsi:

    Melaksanakan urusan ketatausahaan

    dan umum, melaksanakan urusan

    keuangan dan melaksanakan urusan

    perencanaan.

    Kepala Seksi Pemerintahan Kepala Urusan TU dan Umum

    Tugas:

    Membantu Kepala Desa sebagai

    Tugas:

    Membantu Sekretaris Desa dalam

    45

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 39

    pelaksana tugas operasional.

    Fungsi:

    Melaksanakan manajemen tata praja

    pemerintahan, menyusun rancangan

    regulasi desa, pembinaan masalah

    pertahanan, pembinaan ketentraman

    dan ketertiban, pelaksanaan upaya

    perlindungan masyarakat

    kependudukan, penataan dan

    pengelolaan wilayah, serta pendataan

    dan pengelolaan profil desa.

    urusan pelayanan administrasi

    pendukung melaksanakan tugas - tugas

    pemerintahan.

    Fungsi:

    Melaksanakan urusan ketatausahaan

    dan umum seperti: tata naskah,

    administrasi surat menyurat, arsip dan

    ekspedisi, penataan administrasi

    perangkat desa, penyediaan prasarana

    perangkat desa dan kantor, penyiapan

    rapat, pengadministrasian aset,

    inventarisasi, perjalanan dinas, dan

    pelayanan umum.

    Kepala Seksi Kesejahteraan Kepala Urusan Keuangan

    Tugas:

    Membantu Kepala Desa sebagai

    pelaksana tugas operasional.

    Fungsi:

    Melaksanakan pembangunan sarana

    dan prasarana pedesaan, pembangunan

    bidang pendidikan, kesehatan,

    Tugas:

    Membantu Sekretaris Desa dalam

    urusan pelayanan administrasi

    pendukung melaksanakan tugas-tugas

    pemerintahan. 46

    Fungsi:

    Melaksanakan urusan keuangan seperti:

    46

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 40

    sosialisasi, serta motivasi masyarakat

    dibidang budaya, ekonomi, politik,

    lingkungan hidup, pemberdayaan

    keluarga, pemuda, olahraga dan karang

    taruna.

    pengurusan administrasi keuangan,

    administrasi sumber - sumber

    pendapatan dan pengeluaran, verifikasi

    administrasi keuangan, administrasi

    penghasilan kepala desa, perangkat

    desa, BPD, dan lembaga pemerintahan

    desa lainnya.

    Kepala Seksi Pelayanan Kepala Urusan Perencanaan

    Tugas:

    Membantu Kepala Desa sebagai

    pelaksana tugas operasional.

    Fungsi:

    Melaksanakan penyuluhan dan motivasi

    terhadap pelaksanaan hak dan

    kewajiban masyarakat, meningkatkan

    upaya partisipasi masyarakat,

    pelestarian nilai sosial, budaya,

    keagamaan dan ketenagakerjaan

    masyarakat.

    Tugas:

    Membantu Sekretaris Desa dalam

    urusan pelayanan administrasi

    pendukung melaksanakan tugas-tugas

    pemerintahan.

    Fungsi:

    Mengkoordinasi urusan perencanaan

    seperti: menyusun rencana anggaran

    pendapatan dan belanja desa,

    menginventarisir data-data dalam

    rangka pembangunan, melakukan

    monitoring dan evaluasi program

    penyusunan laporan.47

    47

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 41

    Kepala Dusun Bendahara

    Tugas:

    Membantu Kepala Desa dalam

    pelaksaan tugasnya di wilayahnya.

    Fungsi:

    Pembinaan ketentraman dan ketertiban,

    pelaksanaan upaya perlindungan

    masyarakat, mobilitas kependudukan,

    penataan dan pengelolaan wilayah,

    mengawasi pelaksanaan pembangunan

    di wilayahnya, melaksanakan

    pembinaan masyarakat dalam

    meningkatkan kemampuan dan

    kesadaran masyaakat dalam menjaga

    lingkungan, melakukan upaya-upaya

    pemberdayaan masyarakat dalam

    menunjang kelancaran penyelenggaraan

    pemerintahan dan pembangunan.

    Tugas:

    Membantu Sekretaris Desa dalam

    urusan pelayanan administrasi

    pendukung melaksanakan tugas-tugas

    pemerintahan.

    Fungsi:

    Menerima, menyimpan, membayar,

    menatausahakan dan mempertanggung

    jawabkan penerimaan pendapatan desa

    dan pengeluaran pendapatan desa

    dalam rangka pelaksanaan APBD.

    Sumber: Profil Desa PenapalanKecamatan Tengah Ilir.48

    2. Jumlah dan Kondisi Pegawai Desa Penapalan

    Desa Penapalan merupakan bagian dari Kecamatan Tengah Ilir yang

    dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala,

    48

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 42

    Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Seksi (Kasi), Kepala Urusan (Kaur),

    Kepala TU dan Urusan Umum serta Kadus semuanya berjumlah dua belas (12)

    orang. Dengan demikian sampai dengan September tahun 2018.

    Berdasarkan data kepegawaian di Kantor Desa Penapalan, jumlah pegawai

    berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah

    ini

    Jumlah Pegawai Kantor Desa Penapalan Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tahun 2017.

    Tabel 3.1 Pegawai Desa

    No Jenis Kelamin

    Jumlah Pegawai

    1. Laki-laki 10

    2. Perempuan 2

    Jumlah 12

    Sumber: Data Kepegawaian Kantor Desa Penapalan tahun 2017

    Dari data di atas diketahui bahwa jumlah pegawai di Kantor Desa

    PenapalanKecamatan Tengah Ilir adalah dua belas (12) orang dengan jumlah

    pegawai yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak sepuluh (10) orang dan dua (2)

    orang perempuan.49

    3. Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Penapalan

    Untuk melakukan pekerjaan serta penyelenggaraan tugas-tugas dalam

    usaha mencapai tujuan desa, ketersediaan sarana dan prasarana kerja merupakan

    faktor pendukung yang akan membantu para pegawai dalam melaksanakan

    49

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo

  • 43

    tugasnya sehingga tujuan desa dapat tercapai. Selain itu, untuk mendukung

    kelancaran penyelenggaraan tugas dan pekerjaannya, sarana dan prasaran kerja

    juga dapat memberikan dorongan serta semangat kerja para pegawai dalam

    melaksanakan pekerjaannya sehingga mereka akan lebih dapat meningkatkan

    kinerjanya dalam bekerja.50

    Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Penapalan

    Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Kondisi

    1. Gedung Kantor Ada

    2. Balai Desa / sejenisnya Ada

    3. Listrik Ada

    4. Air bersih Ada

    5. Telepon Tidak ada

    6. Rumah Dinas Kepala Desa Tidak ada

    7. Rumah Dinas Perangkat Desa Tidak ada

    Inventaris dan Alat Tulis Kantor Jumlah

    1. Mesin tik 0 buah

    2. Meja 9 buah

    3. Kursi 50 buah

    4. Almari arsip 3 unit

    5. Komputer 1 unit

    50

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 44

    6. Mesin Fax 0 unit

    7. Kendaraan Dinas 2 unit

    Administrasi Pemerintahan Desa Kondisi

    1. Buku data peraturan desa Ada dan terisi

    2. Buku keputusan kepala desa Ada dan terisi

    3. Buku administrasi kependudukan Ada dan terisi

    4. Buku data inventaris Ada dan terisi

    5. Buku data aparat Ada dan terisi

    6. Buku data tanah milik desa/tanah kas desa Ada dan terisi

    7. Buku administrasi pajak dan retribusi Ada dan terisi

    8. Buku data tanah Ada dan terisi

    9. Buku laporan pengaduan masyarakat Ada dan tidak terisi

    10. Buku agenda ekspedisi Ada dan tidak terisi

    11. Buku profil desa Ada dan terisi

    12. Buku data induk penduduk Ada dan terisi

    13. Buku data mutasi penduduk Ada dan terisi

    14. Buku rekapitulasi jumlah penduduk akhir bulan Ada dan terisi

    15. Buku registrasi pelayanan penduduk Ada dan tidak terisi

    16. Buku data penduduk sementara Ada dan tidak terisi

    17. Buku anggaran penerimaan Ada dan terisi

    18.

    Buku anggaran pengeluaran pegawai dan

    pembangunan

    Ada dan terisi

  • 45

    19. Buku kas umum Ada dan terisi

    20. Buku kas pembantu penerimaan Ada dan terisi

    21.

    Buku kas pembantu pengeluaran rutin dan

    pembangunan

    Ada dan terisi

    22. Buku data lembaga kemasyarakatan Ada dan terisi

    Sumber: Profil Desa Penapalan 2017.51

    51

    Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo

  • 46

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Konsep Dan Tujuan Kepemimpinan Adat Di Desa Penapalan

    Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara

    Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan

    Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum

    perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih

    kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti

    desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang,

    dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya

    dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

    Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah

    istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu

    akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu,

    keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan

    hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.52

    Berdasarkan penjelasan diatas bahwa Pemerintahan adat ini terus hidup

    dan diakui pada masa awal penjajahan Belanda di Jambi. Sebelum

    diberlakukannya IGOB (Inlandsche Gemente Ordonantie Buitengewesten), yaitu

    peraturan pemerintahan desa di luar Jawa dan Madura, di Jambi sudah dikenal

    pemerintahan setingkat desa dengan nama Marga atau Batin yang diatur menurut

    Ordonansi Desa 1906. Pada ordonansi itu ditetapkan marga dan batin di beri hak

    52

    UU No 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa

    46

  • 47

    otonomi yang meliputi bidang pemerintahan umum, pengadilan, kepolisian, dan

    sumber keuangan.Pemerintahan Marga atau Batin dipimpin oleh Pasirah atau

    Kepala Marga yang dibantu oleh dua orang juru tulis dan empat orang Kepala

    Pesuruh Marga.

    Kepala Pasirah Marga juga memimpin Pengadilan Marga yang dibantu

    oleh Hakim Agama dan sebagai penuntut umum adalah Mantri Marga. Di bawah

    pemerintahan Marga terdapat pemerintahan Dusun yang dikepalai oleh Penghulu

    atau Kepala Dusun atau Rio atau Depati. Model pemerintahan adat ini tidak sama

    persis antar daerah-daerah di Jambi, baik dari segi penamaan maupun perangkat

    pengelolaaan.53

    Model pemerintahan adat di Provinsi Jambi pada masa lalu ini memiliki

    kemiripan dengan model pemerintahan masyarakat Minangkabau tradisional.

    Pada masa lalu, pemerintahan pada masyarakat Minangkabau juga dipegang oleh

    beberapa unsur yang juga dikenal dengan istilah yang sama. Sedikit berbeda

    dengan Jambi, unsur Tigo Tali Sapilin di Minangkabau terdiri atas Manti

    (birokrat), Malin (ulama) dan Dubalang (militer).

    Hanya saja, model pemerintahan Dusun atau sejenis pemerintahan adat

    lainnya tidak mengenal unsur Bundo Kanduang dan juga tidak memakai system

    kekerabatan Matrilineal seperti Minangkabau. Belum ada data pasti kapan model

    pemerintahan Dusun -juga sebelumnya Pasirah- mulai dipraktekkan masyarakat

    adat Jambi. Namun demikian, sejak masa berkembangnya Kesultanan Melayu

    Islam Jambi, masyarakat di daerah sudah mulai mengorganisasikan diri dalam

    53

    Ibid.Hlm. 93-94

  • 48

    kesatuan pemerintahan adat sebagai kesatuan politik masyarakat di bawah

    kesultanan. Model pemerintahan ini terus berlangsung hingga keluarnya UU RI

    No. 5 Tahun 1979 tentang Desa.54

    Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki wewenang untuk

    mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan hak asal-usul

    adat setempat yang di akui dalam sistem pemerintahan nasional. Dengan

    demikian, desa harus dipahami sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

    memiliki kekuasaan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya

    untuk mencapai kesejahteraan. Hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan

    masyarakat inilah yang disebut otonomi desa.

    Di Desa Penapalan Sebaliknya bahwa dalam pemerintahan desa kepala

    desa tetap berdasarkan pada UU No 6 Tahun 2014, namun dalam pemerintahan

    informal terdapat pegawai syarak dan lembaga adat yang masih hidup tetap ada di

    Desa Penapalan sebagai salah satu penentu kebijakan desa, peraturan desa, dan

    memiliki suatu sistem sosial tersendiri didalam tatanan sosial masyarakat,

    sehingga memberi efek yang baik dalam kehidupan sehari-hari, dan

    meninggalkan suatu pengaruh terhadap pemerintahan dan masyarakat desa.

    Tradisi atau adat istiadat yang ada di Desa Penapalan ini, dahulu

    dinamakan dusun yang di pimpin oleh Depati. Seorang depati tidak dipilih

    langsung oleh rakyat namun ia dipilih melalui musyawarah Alim Ulama’, Ninik

    Mamak, Tuo tengganai, dan Cerdik Pandai dinamakan dengan tali tigo sepintal

    sepilin. Sebagaimana Dikatakan A.Madjid :

    54

    Ibid. Hlm 95

  • 49

    Depati dipilih oleh ninik mamak, tuo tengganai, cerdik pandai dan alim

    ulama’ dinamokan tali tigo sepintal sepilih, sudah itu di umumkan

    dimasjid, lalu masyarakat mengatokan iyo setuju dengan hasil

    musyawaroh tersebut.55

    Setelah dimusyawarahkan dan ketemu kata mufakat maka diumumkanlah

    dimasjid, dengan mengundang masyarakat dusun, lalu masyarakat dusun

    ditanyakan tentang hasil mufakat tersebut, apakah setuju atau tidaknya terhadap

    hasil musyawarah yang telah dilakukan, dengan serentak masyarakat dusun

    menyetujui hasil musyawarah yang telah dilakukan oleh Tali Tigo Sepintal

    Sepilin. Jarang sekali masyarakat tidak menyetujui hasil musyawarah tersebut

    Agel juga Mengatakan :

    Pemerintahan dusun pada masa itu berdasarkan kepada 3 dasar yaitu :

    pancasila, syari’at dan ada- istiadat. Inilah adat yang dinamakan adat

    besendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Depati sebagai kepala

    desa kalau sekarang, Pemangku adat dan pegawai syarak sebagai pegawai

    dalam pemerintah dusun.56

    Pemerintahan Dusun juga mempunyai struktur organisasi antara lain :

    Kepala Dusun disebut dengan Depati, Pegawai Syara’, dan Pemangku Adat.

    Depati dan pemerintahan dusun menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan 3

    landasan yaitu : Pancasila, Adat-istiadat, dan syari’at yang mana di sebut dengan

    adat bersendikan syarak, syara’ bersendikan kitabullah. Unsur demokrasi

    didalamnya Nampak jelas melibatkan orang-orang yang mempunyai integritas

    (karismatik) sehingga membuat masyarakat percaya dengan keputusan ali tigo

    sepintal sepilin tersebut.

    55

    Wawancara dengan A.Madjid, Pemangku Adat, RT 01, Desa Penapalan. 56

    Wawancara dengan Agel, Ketua Adat, RT 01, Desa Penapalan.

  • 50

    1. Tujuan Kepemimpinan Adat

    Tujuan kepemimpinan adata adalah untuk mempengaruhi masyarakat agar

    tetap membudayakan adat istiadat untuk kepentingan dan tujuan bersama. Setiap

    kepemimpinan umumnya bertujuan untuk mempengaruhi seseorang atau

    sekelompok orang untuk bekerja sama dalam mengapai tujuan bersama. Namun

    tata cara untuk mempengaruhi seseorang atau masyarakat itulah itulah yang

    berbeda, begitupun halnya dengan kepemimpinan adat.

    Namun dalam hal tata cara mempengaruhi bawahan dan masyarakatlah

    yang membedakan, kepemimpinan adat tentu untuk mempengaruhi masyarakat

    berdasarkan adat-istiadat yang dirumuskan oleh tuo tengganai, alim ulama’, cerdik

    pandai dan tokoh masyarakat yang berlaku di Desa Penapalan. Zainuddin

    mengatakan:

    Adat dusun dulu dalam gotong-royong sangatlah kuat menegakkan balai,

    penganten, sedekah. Kalau makanan tidaklah gaduh karena adat dahulu

    sering bagi sayur mayur ketetanggo apabilo tanaman sudah panen ini terus

    dijago, orang dahulu dak berani mojok(pacaran) berjumpa laki-laki dan

    perempuan lewat jam 21:00 WIB, bawak betino (perempuan) tengah

    malam, takut tekambing dan iko di tetapkan adat oleh pemerintah dusun

    dan orang dak berani melanggar adat tersebut.57

    Keterangan diatas mengambarkan bahwa tata cara mempengaruhi

    masayarakat dengan sistem adat, pemerintahan dusun sangat efektif dan efesiensi

    dalam mengatur warga dusun, karena dengan hal tersebut adat bisa menertibkan

    masyarakat.

    Dan apabila terjadi pelanggaran adat maka masyarakat akan mencoreng

    nama baik (mencoret kening dengan arang) dan akan dikenakan sanksi, sanksi

    57

    Wawancara dengan Zainuddin, Tokoh Masyarakat, RT 03 Desa Penapalan

  • 51

    tersebut berupa sanksi moral, sehingga dapat memberikan efek jera dan ketakutan

    bagi yang melanggar hal-hal yang telah ditetapkan didalam adat-istiadat, tujuan

    dari kepeminpinan adat ini tak lain hanya untuk kepentingan bersama agar

    masyarakat dapat tertib dan nyaman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

    B. Pengaruh Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan

    Desa Berbasis Kearifan Lokal.

    Pengaruh sosial dalam tatanan pemerintahan disebut dengan Ekologi

    Pemerintahan, dan dibagi menjadi dua yaitu Tri Gatra dan Panca Gatra, berikut

    ini Pengaruh Kepemimpinan adat terhadap pelaksanaan pemerintahan desa

    berdasarkan ekologi pemerintahan.

    1. Tri Gatra

    Pengaruh ilmu eksakta ekologi terhadap pemerintahan disebut tri gatra,

    sebagai berikut :

    d) Pengaruh Geografis

    Faktor-faktor yang berdasarkan geografis, di Desa Penapalan adalah sektor

    persawahan dan perkebunan.

    Masyarakat menanam padi beramai-ramai dalam satu tempat yang

    berjejer, disebut dengan istilah berumo yang mana masyarakat menanam padi

    untuk dimakan sendiri dengan seksama, dari mulai membuat kandang, menanam

    padi, Randa Saputra mengatakan:

    Orang berumo sama-sama diawali dengan doa selamat sesuai dengan adat,

    masyarakat saling bahu membahu membantu dalam buat kandang,

    menanam padi, da