pengaruh kepemimpinan adat terhadap …repository.uinjambi.ac.id/493/1/sip. 141707...negara adalah...
TRANSCRIPT
-
i
i
PENGARUH KEPEMIMPINAN ADAT TERHADAP PELAKSANAAN
PEMERINTAHAN DESA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
(STUDI DI DESA PENAPALAN KECAMATAN TENGAH ILIR
KABUPATEN TEBO)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
ARDIANSAH P
NIM : SIP. 141707
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440/2018 M
-
ii
ii
-
iii
iii
-
iv
iv
-
v
v
-
vi
vi
MOTTO
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasadimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.S : An-
nur : 55)
-
vii
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, syukurku panjatkan kepada Allah tuhan semesta alam,
Sholawat ku haturkan kepada baginda alam Nabi Muhammad S.A.W.
“Maka nikmat tuhan manakah yang harus kamu dustakan”. Setiap derai keringat yang menyucur ditengah panas dan teriknya
matahari, Engkau berjalan seakan itu di pagi hari.
Ditengah rasa penat dan air mata memikul beban hidup, Engkau selalu
tersenyum menutupi segala kegelisahan dan keresahanmu.
Orang yang tak pernah mengenal begitu sulitnya beban hidup,Untuk
mencapai kebahagiaanku..
kupersembahkan karya sederhanaku ini untukmu...
Ayahanda Tercinta Pirnadi, Ibunda Tercinta Betriati dan Adikku Febri
Pirmansyah..
Datuk Zainuddin, Datuk M.Zen, Nyai Ni Dan keluarga besarku..
Rasa syukur atas anugerah keluarga ini, yang tak dapat digantikan oleh
sesiapapun.Dalam liku kehidupan rintangaan dan cobaan tak dapat
dihindarkan, begitupun ananda dalam menyelesaikan amanat dan tugas
kuliah ini. Tangisan dan air matapernah menyucur, Pengorbanan dan
cobaan datang silih berganti, namun dengan segenap keyakinan,
Alhamdulillah ananda mampu menghadapinya.
Sekarang tibalah saatnya kebahagiaan itu hadir menghampiri.
“Sehabis kesulitan pasti akan datang kemudahan” Seperti orang yang berpuasa menyambut nikmatnya berbuka.
Begitulah kiranya kebahagiaan ini yang tak dapat diukirkan oleh kata.
Ku ucapkan terimakasih untukmu himpunanku yang telah banyak
mengajarkanku tentang banyak hal. Karena aku menemukan dinamika
yang luar biasa sehingga aku mendapatkan kemampuan untuk merubah
pola pikir, tingkah laku kearah yang lebih baik.
Untukmu Teman seperjuanganku, Aris Sadrawadi dan Novi Firmansyah,
kakakku Nurul Khotimah, Kakak Lutfia Maharani dan Adikku Siska
Partiwi terimaksih telah memotivasiku dan menemani perjuanganku
selama ini, serta segenap teman seperjuanganku yang tak dapat
disebutkan satu persatu, ribuan terimakasih saya haturkan, karena
kalian semua adalah bagian dari sejarah dan kepingan terindah dalam
hidupku..
Semoga segala amal baik kalian dibalas oleh Allah SWT, Amiin..
-
viii
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan Keterangan
Q.S
RT
UU
SDA
SDM
PAD
BUMDES
Qur’an Surat
RukunTetangga
Undang-Undang
Sumber Daya Alam
Sumber Daya Manusia
PendapatanAsli Daerah
Badan Usaha MilikDesa
-
ix
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis
mampumenyelesaikan skripsi ini. Sholawatberangkaikan salam semoga selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAWbeserta keluarga ,
sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Skripsi ini yang ditulis dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Adat
Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi
di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo)”dalam upaya
melengkapi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata Satu (S1), dan lebih dari
itu sesungguhnyapenelitian ini merupakan tugas akhir dari proses pembelajaran
yang telah ditempuh selama masa perkuliahan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hamabatan
danrintangan. Akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, maka segala
macamhambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
ucapanterimakasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi, MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd
sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan
Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadlillah M.Pd. sebagai Wakil Rektor III
-
x
x
keluarga kita penuh berkah, rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Aamiin.
10. Kepada sahabat-sahabat, teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan
2014 jurusan Ilmu Pemerintahan dan semua pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, saran kepada penulisdan memberikan kenangan
selama dibangku kuliah.
Semoga amal baiknya akan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya.Disamping
itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh darikesempurnaan. Oleh karenanya
diharapkan kepada semua pihak untuk dapatmemberikan kontribusi pemikiran
demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWTkita memohon ampunan-Nya, dan
kepada manusia kita memohonkemanfaatannya. Semoga amal kebajikan kita
dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Jambi, Oktober 2018
Penulis,
Ardiansah P
NIM SIP141707
-
xi
xi
ABSTRAK
Negara Indonesia adalah Negara yang kaya akan adat istiadat, namun ditengah era
globalisasi adat istiadat hampir menghilang ditelan oleh zaman dan waktu.
Disebabkan pengaruh dan jiplakan sistem yang datang dari luar Indonesia. Ini
disebabkan oleh tidak adanya komitmen dan kekonsistenan dalam sistem
pemerintahan di Indonesia, belum lagi partai politik yang ada di Indonesia
membludak sehingga banyak sekali ditemukan konflik kepentingan yang tak
terbendung oleh penegak hukum. Secara konsep kita akui bahwa sistem di
Indonesia sangat ideal namun sangat bertentangan dengan realitas kondisi yang
terjadi di Indonesia. untuk itu pentinganya mengambil suatu langkah yang
strategis dan mengadopsi suatu nilai kearifan lokal dari negeri sendiri, dalam
memaknai demokrasi pada sistem pemerintahan di Indonesia, oleh karena itu
skripsi ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pemerintahan adat yang ada di
desa Penapalan untuk di adopsi nilai-nilai sistem adat tersebut kedalam sistem
pemerintahanm desa. Metode yang di gunakan adalah kualitatif, dengan
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan
pendekatannya menggunakan pendekatan deskristip dan Etnografi. Berdasarkan
penelitian yang diperoleh hasil kesimpulan dari Pengaruh Kepemimpinan Adat
Terhadap Pelaksanaan Pemeritahan Desa Berbasis Kearifan Lokal Kearifan Lokal
Studi di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo adalah
kepemimpinan adat yang disebut Depati memimpin berdasarkan kepada adat
bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, adat mengato syarak memakai.
Sebuah konsep yang berlandaskan kepada 3 hal yaitu : pancasila, adat-istiadat dan
syariat. Pengaruhnya tercermin pada lembaga adat yang masih hidup dan pegawai
syarak. Kearifan lokal yang masih ada di Desa Penapalan yaitu : ngecal (mencari
ikan dalam lubuk larangan) dan berumo ( menanam padi secara beramai-ramai).
Kata Kunci : Pemerintahan, Adat, Kearifan Lokal
-
xii
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN... ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ............................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI TUGAS AKHIR………………………………..iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………………………..v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................vii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
ABSTRAK .........................................................................................................xii
DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................8
C. Batasan Masalah ....................................................................8
D. Tujuan Penelitian....................... ............................................8
E. Kegunaan Penelitian...............................................................9
F. Kerangka Teori ......................................................................10
G. Tinjauan Pustaka ...................................................................16
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................20
B. Pendekatan Penelitian. ..........................................................21
-
xiii
xiii
C. Jenis Penelitian.......................................................................22
D. Jenis dan Sumber Data...........................................................25
E. Sumber Data..........................................................................26
F. Unit Analisi Data...................................................................27
G. Metode Pengumpulan data....................................................27
H. Tehnik Analisis Data.............................................................29
I. Sistematika Penulisan............................................................30
J. Jadwal Penelitian...................................................................31
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Geografis Desa Penapalan......................................32
B. Sosial..Demografi Desa.......................................................34
C. Struktur Pmerintahan Desa..................................................35
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Konsep dan Tujuan Kepemimpinan Adat di Desa
Penapalan.............................................................................46
B. Pengaruh Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan
Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal......................51
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................64
B. Saran ......................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara adalah persekutuan dari keluarga dan desa guna memperoleh hidup
yang sebaik-baiknya (Arisstoteles).1 Desa adalah salah satu bagian terkecil dari
negara, upaya pemerintahan pusat dalam memajukan desa terus dilakukan. Mulai
dari kebijakan-kebiajakan yang mengarah kepada pedesaan. Desapun diberikan
hak-hak otonom untuk mengatur dan mengurus urusannya sendiri dalam upaya
penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kemajuan desa.
Desa mempunyai kemandirian dalam mengurusi pemerintahan, desa
memiliki sistem adat yang dapat mengatur masyarakatnya, masyarakat mematuhi
sistem tersebut namun pada masa Pemerintah Orde Baru dengan di keluarkannya
UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Melalui undang-undang ini
pemerintah menyeragamkan bentuk pemerintahan terkecil di seluruh daerah di
Indonesia dengan bentuk Desa. Dengan kata lain, bentuk-bentuk pemerintahan
adat-tradisional yang hidup selama ini tidak diakui lagi.
Di Desa Penapalan sebelum dikeluarkan Undang-Undang No. 5 Tahun
1979 mempunyai bentuk kepemimpinan adat yang dipimpin oleh Depati,
Kepemimpinan adat yang disebut dengan Depati tersebut adalah salah satu yang
memberi pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa atau dusun,
kepala dusun tersebut dipilih secara demokratis sesuai dengan adat istiadat, yang
mana pemilihan kepala dusun harus di musyawarah dan dimufakatkan oleh Ninik
1 Inu Kenca, Ilmu Pemerintahan,Cet ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 60.
1
-
2
Mamak, Tuo Tengganai, dan Cerdik Pandai.Dinamakanlah dengan Tali nan tigo
sepintal sepilin. Lalu diumumkan hasil mufakat tersebut kepada masyarakat dan
masyarakat menyetujuinya.Sebagaimana dikatakan oleh A.Majid :
Dulu kepala desa ini namanya Depati, Depati dipilih oleh Ninik Mamak,
Tuo Tengganai dan Cerdik Pandai dikenal dengan istilah Tigo Tali Sapilin.
Lalu barulah diumumkan kemasyarakat.2
Dalam kepemimpinan adat itu sendiri ada marwah yang tertanam dihati
masyarakat sehingga memiliki pengaruh dalam pelaksanaan urusan pemerintahan
dusun karena dipilih oleh orang-orang yang berwibawa dan kharismatik.
Sehingga masyarakatpun ikut membantu dan saling bahu-membahu membangun
desa.
Namun semenjak pemerintahan dusun tersebut diganti dengan
pemerintahan desa, tentu memiliki pengaruh dan dampak terhadap sistem adat
tersebut. Adat di pedesaanpun mulai melemah dirasakan karena pengaruh
modernisasi, kearifan lokal dalam membangun kesejahteraanpun sedikit demi
sedikit mulai hilang. untuk itu kepemimpinan adat tentu sangat penting karena
dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan pemerintahan desa, karena ia memimpin
dengan hati nurani untuk kemajuan desa dan tidak terikat dengan birokrasi.
Pemimpin tatkala berada diluar sistem kekuasaan, ia dapat berpikir jernih,
bebas memilih, dan memustuskan lewat nurani (volition). Tetapi tatkala ia sudah
masuk kedalam sistem politik dan sistem birokrasi, perilakunya berubah; ia tidak
lagi mandiri melainkan cenderung bersubordiansi, atau cenderung ia memilih
kekepalaan dan bukan kepemimpinan, untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh
2Wawancara dengan A.Madjid,Pemangku Adat, RT 01 Desa Penapalan 2017
-
3
karena itu alangkah pentingnya sistem kepemimpinan informal yang kuat di luar
sistem politik dan birokrasi.3
Kepemimpinan Informal salah satunya ialah kepemimpinan adat yang
disebut dengan Depati dalam pemerintahan dusun di Desa Penapalan, yang penuh
dengan kekayaan adat istiadat dan kebudayaan yang luhur.
Dalam kepemimpinan adat masyarakat antusias untuk mematuhi
pemimpin desa atau dusun, kepemimpinan adat berhasil membuat masyarakat
bekerja sama dengan baik, masyarakat dusun bersatu padu dalam membangun
dusun, gotong royong adalah salah satu unsur sosial dalam pemerintahan dusu,
dan seluruh komponen masyarakat ikut bekerjasama dalam membangun desa,
Depati memimpin dengan ketulusan dan kejernihan hati serta keikhlasan dalam
memimpin, maka akan menghasilkan hal yang baik karena integritas yang terjaga.
Adapun pengertian desa dan pemerintahan desa adalah satu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang
bersifat istimewa. Landasan pemikiran mengenai pemerintahan desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat.4Pemerintahan Desa Juga dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang pemerintahan desa pada Bab 1 Pasal 1-2:
“Desa adalah desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sedangkan pemerintahan desa adalah “pemerintahan desa
3Taliziduhu Ndraha, Kibernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Cet-01, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), Hlm. 220-221 4HAW Widjadja, otonomi desa, (Jakarta: Raja Prasindo Persada, 2010), Hlm. 3.
-
4
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.5
Keterangan diatas mengambarkan betapa pentingnya adat-istiadat dalam
membangun sistem pemerintahn desa, agar pemimpin dapat bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama.
Jika kita kembali kepada sejarah bahwa sebelum adanya penjajahan
Belanda dan penjajahan Jepang di Indonesia sudah ada pemerintahan di tingkat
bawah yang asli dan mandiri, yaitu pemerintahan desa, pemerintah desa tetap
eksis tidak hilang atau dihapuskan.6
Dalam Undang- Undang Dasar (UUD) 1945 pemerintahan desa
bahkandiabadikan dalamsalah satu pasal dan penjelasannya dalam
Pasal18BUndang-Undang Dasar (UUD) 1945:
(1)Negara mengakui dan menghormatisatuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
undang- undang.
(2)Negaramengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur
dalam undang-undang.
Kemajuan desa adalah penentu dalam kemajuan Negara, hak otonomi dan
kemandirian berdasarkan hak asal-usul adat istiadat harus dijunjung tinggi.
Mengingat betapa pentingnya adat itu sendiri.
5UU NO.6 TAHUN 2014 Tentang Pemerintahan Desa.
6Utang Suwaryo, “Mengembalikan Otonomi untuk Desa”, Hasil penelitian Guru Besar
Ilmu Pemerintahan Universitas Padjajaran Bandung dan Dosen Tidak Tetap Magister Ilmu
Pemerintahan Universitas Islam “45” Bekasi, (2011), Hlm. 1.
-
5
Dalam kepemimpinan adat Depati mempunyai tiga landasan dasar
dalam memimpin, tiga hal tersebut yaitu : Pancasila, Adat Istiadat dan
syari’at.Sebagaimanan Agel pemangku adat di Desa Penapalan, mengatakan :
Pemerintahan desa pada masa itu berdasarkan kepada 3 dasar yaitu :
pancasila, syari’at dan ada- istiadat. Inilah adat yang dinamakan adat
besendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, adat mengato, syarak
memakai.
Sistem pemerintahan ini megkombinasikan antara syari’at, pancasila dan
adat-istiadat dalam sistem pemerintahan dusun, tak hanya dirumuskan melalui
akal pikiran dan istiadat tapi juga memakai syariat.
Jika kepemimpinanitu dirumuskan oleh cendikiawan dan para pemimpin
kerajaan dan para pakarnya berdasarkan akal murni mereka, maka dikatakan
sebagai hukum akal. Sedangkan apabila dirumuskan dari syari’at yang diturunkan
Allah maka dikatakann sebagai hukum agama yang bermanfaat bagi kehidupan
dunia dan akhirat sekaligus.7
Pemerintahan Depatidalam hal ini tidaklah bertentangan dengan syari’at
pancasila danadat istiadat, karena mempunyai titik temu dan mewarnai
pemerintahan dusun. Adapun yang menjadi permasalahan saat ini adalah sebagian
masyarakat telah mengabaikan dan meniggalkan adat-istiadat tersebut
dikarenakan pengaruh globalisasi, modernisasi, dan westernisasi. Seharusnya
boleh saja kita menggunakan modrenisasi tanpa sikap helenisasi (kebarat-baratan)
jika kita terus-menerus tidak mempedulikan adat-istiadat akibatnya jati diri
7Ibnu Khaldun, Mukaddimah, alih bahasa Masturi Ilham, (Jakarta ; Pustaka,
2011), hlm.335.
-
6
kebudayaan dan adat dilupakan dan terkikis sedikit demi sedikit, bahkan lama
kelamaan akan menghilang dan mati.
Jika kita merujuk kepada sejarah terlihat bahwa komunitas lokal atau
masyarakat adat yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia mempunyai
pemerintahan sendiri (self governing community) yang bersifat tradisional
lokalistik dan mengontrol tanah ulayat secara otonom. Hal tersebut secara alamiah
terus berjalan dan dipertahankan sesuai dengan tradisinya.8
Hampir dapat dipastikan bahwa se-andainya saja bangsa Indonesia tidak
mempunyai kekuatan adat istiadat atau sosio budaya yang khas pada masyarakat
adat, yang antara lain disimbolkan dalam semboyan gotong royong dalam ke-
Bhinneka-an (Tunggal Ika), sangatlah mungkin kehadiran bangsa Indonesia dalam
pergaulan masyarakat dunia hari ini hanya tersisa dalam catatan sejarah.
Mengikuti pendapat Grootaert (1998) dapat dikatakan bahwa masyarakat (bangsa)
yang tidak mampu membangun, mengembangkan dan memelihara modal sosial
budayanya adalah masyarakat bangsa yang “sangat sial”. Dapat dikatakan bahwa
timbul (rise) dan tenggelamnya (fall) suatu bangsa adalah sangat tergantung pada
kemampuan bangsa tersebut dalam membangun atau merivatilasasi adat-istiadat
dan kekuatan sosio-budayanya.9
Tarik menarik antara pemerintah dengan masyarakat adat tidak bisa
dihindari. Sampai sekarang perumusan dan pengaturan mengenai otonomi desa
dalam masyarakat adat itu tetap mengalami kesulitan dan dilema. Di satu sisi
8Ibid, Hlm. 1-2.
9Tri Pranadji, “Penguatan Kelembagaan Gotong Royong Dalam Perspektif Sosio
Budaya Bangsa : Suatu Upaya Revitalisasi Adat Istiadat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Gotong Royong” , Hasil Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian
Bogor, (2009), Hlm.64.
-
7
pemerintah tidak bisa semena-mena menghilangkan adat dengan tujuan
melakukan modernisasi pemerintahan supaya sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan, tetapi di sisi lain jika masih ada adat yang tidak kondusif dengan
kebutuhan dan kemudian dibiarkan, juga akan mempersulit transformasi menuju
reinventing governmentdan goodgovernance.10
Untuk itu menarik untuk dikaji lebih dalam lagi makna adat-istiadat yang
ada di negeri dalam pemerintahan Indonesia ini, salah satu demokrasi yang
ditinggalkan nenek moyang kita sendiri, maka dalam hal ini saya akan meneliti
sebuah tulisan yang berjudul : Pengaruh Kepemimpinan Adat Terhadap
Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi di Desa
Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo).
10Ibid, Hlm.2.
-
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang jadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep dan tujuan kepemimpinan adat di Desa Penapalan
Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo?
2. Bagaimana pengaruh kepemimpinan adat terhadap pelaksanaan
pemerintahan desa berbasis kearifan lokal?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya pembahasan penelitian ini maka penulis membatasi
pembahasan di sekitar hal-hal yang berkaitan dengan Pengaruh Kepemimpinan
Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi
Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo) dari tahun 2015
sampai tahun 2017 dan hal-hal yang berkaitan erat dengan kepemimpinan adat
dimasa sebelum 1979 dan sebagainya.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, adapun tujuan penelitian dalam skripsi
ini adalah:
1. Menjelaskan konsep dan tujuan kepemimpinan adat di Desa Penapalan
Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.
2. Mengetahui pengaruh kepemimpinan adat terhadap pelaksanaan
pemerintahan Desa Penapalan Berbasis kearifan lokal.
-
9
E. Kegunaan Penelitian
Apabila tujuan-tujuan penelitian tersebut tercapai, maka penelitian ini
akan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun
berbagai kajian literatur mengenai Pengaruh Kepemimpinan Adat
Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (Studi
Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo).
2. Agar dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak
bagi kepustakaan ilmu pemerintahan dan bagi kalangan penulis lainnya
yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang Pengaruh
Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis
Kearifan Lokal (Studi Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo), agar terwujudnya demokrasi berbasis kearifan lokal
yang efektif, baik (Good Governance)dan bersih (Clean Governance)
dalam sitempemerintahan desa.
3. Sebagai kelengkapan persyaratan bagi penulis dalam memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (SI) pada fakultas Syariah jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
-
10
F. Kerangka Teori
A. Kepemimpinan
Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka
meyakini ayat-ayat kami. (Q.S As-sajadah : 24).11
Untuk memahami arti kepemimpinan maka berikut ini adalah beberapa
pengertian kepemimpinan.
1. Suatu seni kesanggupan atau teknik untuk membuat sekelompok orang
mengikuti atau menta’ati segala apa yang dikehendakinya dan membuat
mereka antusias mengikutinya.
2. Sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan
yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dingginkan
untuk pencapaian sasaran (Rauch dan Behling,1984:46)12
.
3. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-
orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka
inginkan bersama (Siagian).13
4. Kepemimpinana adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok
dalam rangka pemuasan dan pencapaian tujuan (Stogdill).
11
Q.S As-Sajadah : 24 12
Sedarmayanti, Good Governance (Pemerintahan yang baik) dan Good Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik), (Bandung : Mandar Maju, 2007) Cet Ke-3, Hlm
. 111. 13
Veithzal rivani Dan Silvia musni, Education Management, ( Jakarta : Kharisma 2010),
Hlm. 284
-
11
5. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk
bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George Terry)
6. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang
atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan didalam situasi
tertentu(Blanchard).
Dari definisi diatas ada beberapa aspek yang sama yaitu : kegiatan,
mempengaruhi, perilaku orang lain, kehendak orang, dan tujuan.14
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa arti kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain dalam mencapai tujuan bersama.
B. Kepemimpinan Adat.
Berdasarkan Kaidah Fiqh bahwa :
Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum.15
Menurut Max Weber kepemimpinan tradisional adalah : kepemimpinan
berlandaskan kepada kepatuhan terhadap adat atau kebiasaan yang diberikan
kepada orang yang menduduki kekuasaan tradisional. Dalam hal kewajiban
seseorang dalam menjalankan fungsi kepemimpinan ditetapkan sesuai dengan
aturan yang bersumber pada tradisi.
Proses dalam konsep ini diterima oleh masyarakat berdasarkan pada :
1. Tradisi yang mensyaratkan isi dari proses pemimpinan, tujuan dan ruang
lingkup dari kewenangan kewarga negaraannya, segala bentuk tindakan
terikat oleh tradisi khusus.
14
Veithzal rivani dan Silvia musni, Education Management, (Jakarta : Kharisma, 2010).
Hlm. 284. 15
Suhar, Kaidah-Kaidah Ushuliyah & Fiqhiyah (Jakarta : Referensi Gaung Persada Press
Group, 2014) Hlm.264
-
12
2. Keputusan dari pemimpin itu sendiri, karena tradisi telah memberikan
kewenangan.
Max Weber juga menjelaskan kepemimpinan karismatik yang mana juga
terdapat dalam kepemimpinan adat yaitu : Didasarkan pada kualitas yang luar
biasa yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. Pengertian ini sangat teologis,
karena untuk mengidentifikasi daya tarik pribadi yang melekat pada diri
seseorang, harus dengan mengggunakan asumsi bahwa kemantapan dalam
kualitas kepribadian yang dimiliki adalah merupakan anugerah Tuhan.
Istilah Kharismatik menunjuk pada kualitas kepribadian seseorang. Karena
posisinya yang demikian inilah maka ia dapat dibedakan dari orang kebanyakan.
Kekuatan dan keistimewaan tersebut adalah karunia tuhan yang diberikan kepada
hambanya yang mewakili didunia16
.
C. Pemerintahan Desa
Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Desa yang
termasuk dalam ketentuan ini termasuk antara lain marga dan dusun di Sumatra
selatan (Palembang), nagari disumatra barat, lembaga di Sulawesi selatan,
kampong di Kalimantan selatan dan papua, negeri dimaluku.
Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga Negara
Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya di atur
oleh Peraturan Daerah (PERDA) yang berpedoman kepada peraturan pemerintah.
Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan
kepala desa, ditetapkan sebagai kepala desa.Pemilihan kepala desa dalam kesatuan
16
Sukanto, kepemimpinan sang kiai dalam pesantren, (Jakarta : Pustaka, 1999), Hlm. 38-
39.
-
13
masyarakatnya hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
yang diakui keberadaannya- berlakuketentuan hukum adat setempat yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) dengan berpedoman pada peraturan
pemerintah.17
D. Ekologi Pemerintahan
Ekologi berasal dari yunani kuno, secara etimologi kata tersebut berasal
dari kata Oikos yang berarti rumah dan Logos yang berarti imu. Menurut Edward
S.Rogers (1940) ekologi adalah pelajajaran tentang hubungan antara makhluk
hidup dengan lingkungan sekitar mereka. Berikut ini adalah pengaruh gatra
eksakta dan pengaruh panca gatra sosial terhadap pemerintahan.
1. Tri Gatra
Pengaruh ilmu eksakta ekologi terhadap pemerintahan disebut tri gatra,
sebagai berikut :
a) Pengaruh Geografis
Faktor-faktor yang berdasarkan geografis, seperti perbatasan strategis
(strategi frontier), desakan penduduk (population pressure), daerah kepulauan
(sphere of influence) dan lain-lain sangat mempengaruhi pemerintahan.
Semua aspek potensi wilayah harus dapat diintetifikasikan terutama faktor-
faktor dominannya. Artinya wilayah memang sangat perlu bahkan mempunyai
potensi yang andal untuk dikembangkan.
b) Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM)
17
HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, ( Jakarta : Raja Grapindo,
2005), Hlm.277.
-
14
Sumber daya manusia (SDM) yang dapat membuat suatu pemerintahan
maju karena kepakaran, moralitas, dan budaya penduduk suatu negeri, tetapi bisa
pula hancur karena pemerintahan yang memimpin tidak disukai oleh rakyatnya
akibat kezaliman pemimpinnya.
c) Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber daya alam (SDA), mulai dari flora dan fauna sampai pada hasil
tambang, keindahan alam pariwisata, serta sawah ladang yang mereka miliki.
Negara akan sangat mati-matian karena persoalan SDA ini. Ingris dan Argentina
berebut Pulau Malvinas, bahkan Indonesia dan Malaysia sempat menimbulkan
ketegangan persoalan Pulau Sipandan dan Ligitan yang kemudian lepas ke Negara
Jiran tersebut. Hal ini menunjukan bahwa begitu berharganya Sumber Daya Alam
ini.
2. Panca Gatra
Pengaruh ilmu-ilmu sosial ekologi terhadap pemerintahan disebut panca
gatra, sebagai berikut.
a) Ideologi
Ideologi itu sendiri diterjemhkan sebagai sistem pedoman hidup yang
menjadi cita-cita untuk dicapai oleh sebagian besar individu dalam masyarakat
yang bersifat khusus, disusun secra sadar oleh para tokoh pemikir negara,
kemudian menyebarluaskannya secara resmi sebagai dasar negara.18
b) Sosial Politik
18
Ibid Hlm.122
-
15
Situasi politik sangat mempengaruhi pemerintahan dalam ekologi
pemerintahan. Setelah reformasi merebak dengan tumbangnya rezim Suharto pada
penghujung 1998, keadaan berubah drastis namun tidak menjadi lebih baik.
Anggota legislatif yang disebut dengan parlemen (parlemen berbicara)
memperlihatkan kekuasaannya dengan banyak berceloteh menuntut ini dan itu
tanpa jelas ujung pngkalnya. Persyaratan ijazah yang ditetapkan pemerintah tidak
dipedulikan karena motivasinya hanya sekedar materi belaka, mulai dari uang
geser dan lain-lain. Berapa banyak uang yang akan dikeluarkan kalau bangsa
Indonesiadibertbagai wilayah harus diajak berkolusi dengan keberadaan seorang
calon kepala daerah walaupun akan melibatkan sejumlah tim sukses. Inilah yang
diinginkan oleh demokrasi yang memberi pemilihan umum dengan istilah
pemilihan untuk rakyat, dari rakyat dan oleh rakyat. Beberapa hal yang patut
diperhatikan Pertama menarik hati masyarakat adalah orang terpandang dalam
pemilihan langsung ini.
Kedua, banyaknya masyarakat yang tingkat pendidikannya relatif rendah
sehingga tingkat ikut-ikutan akan tinggi.
Ketiga, sebagai pihak yang berpikiran optimis kita mesti menyadari bahwa
dalam agama apapun kita mempercayai hati nurani.19
c) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi sangat berpengaruh pada situasi pemerintahan karena
perekonomian masyarakat yang yang timpang yang diikuti dengan dengan
besarnya jurang pemisah antara pemerintah dengan masyarakat jelata, banyaknya
19
Ibid, Hlm. 123
-
16
pengangguran dan sulitnya lapangan kerja membuat suburnya gerakan sosial
komunis, yang berangkat dengan pembicaraan kerakyatan, demontrasi buruh, dan
berakhir dengan perwujudan partai tunggal yang melakukan pembantaian
terhadap kaum borjuis, kapitalis, dan para konglomerat.
d) Sosial Keagamaan
Sosial keagamaan sangat berpengaruh terhadap keberadaan pemerintahan
karena kelompok yang menduduki pemerintahan, jika dimulai oleh mereka yang
terdidik secara keagamaan dengan iman yang kuat akan mengantisipasi
keberadaan munculnya perjudian, pelacuran, perampokan hak rakyat.
e) Sosial Budaya
Sosial budaya sangat berpengaruh terhadap sepak terjang pemerintahan
karena bila masyarakat memiliki budaya yang keras, egalitarian, vulgar maka
akan menimbulkan demokrasi yang tidak menutup kemungkinan kebablasan.
Sebaliknya, bila masyarakat adalah kelompok penurut yang mngikuti apa yang
dikatakan pemerintahan sami‟na wa „ata‟na (saya dengar dan saya taat) maka
pemerintah dengan mudah menginjak hak asasi manusia.20
G. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang terkait dengan pengaruh kepemimpinan adat didesa masih
terus menjadi kajian di kalangan cendikiawan dan akademisi ada beberapa
penelitian yang sesuai seperti dengan penelitian ini sebagaimana keterangan
berikut :
20
Ibid, Hlm. 123
-
17
Skripsi dari Sumini Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Sultan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2018 dengan judul
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Pegawai Di
Kantor Desa Sekernan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Metode
yang di gunakan adalah metode kuantitatif, dalam skipsi tersebut ia menjelaskan
bahwa Variabel gaya kepemimpinan Kepala Desa, diketahui jumlah skor untuk
variabel gaya kepemimpinan berjumlah 918 dan termasuk dalam kategori “Baik”
dengan presentase sebesar 80,24%. Hal ini menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan Kepala Desa yang diterapkan sudah hampir maksimal.21
Dalam penelitian lain : Pemimpin Dalam Masyarakat Melayu Oleh
Juswandi Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru 2016 yang mana dalam penelitiannya ia menjelaskan Di dalam
masyarakat Melayu apabila hendak menjadi seorang pemimpin maka
perhatikanlah norma-norma atau adat-istiadat yang berlaku pada masyarakatnya,
sebab bila ini tidak diperhatika bukan berarti seorang itu tidak berhasil namun
berbalik arah pemimpin akan menjadi kualat.
Pemimpin dalam masyarakat Melayu hendaknya pemimpin yang taat
agama mengetahui dan memahami adat-istiadat Melayu. Pemimpin yang memiliki
intelektual yang tinggi, pemimpin yang dapat di hormati dan ditaati oleh
rakyatnya. dengan demikian, pemimpin mampu menjalankan kepemimpinanya
21
Sumini, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Pegawai Di
Kantor Desa Sekernan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi, MahasiswaJurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2018.
-
18
dengan baik, sehingga terciptanya masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
serta bermarwah22
.
Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat Melayu Islam Jambi:
Studi Kasus Kabupaten Bungo, ditulis oleh Hermanto Harun dan Irma Sagala,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Tahun 2013,
menjelaskan Model pemerintahan adat yang disebut Dusun telah hidup lama di
beberapa daerah Provinsi Jambi, bahkan sejak Indonesia belum merdeka. Salah
satu daerah yang lama mengenal model pemerintahan Dusun adalah Kabupaten
Bungo. Data pasti waktu mulai dikenalnya model pemerintahan Dusun belum
diketahui, namun pemerintahan Dusun telah ada sejak masa Kesultanan Melayu
Islam Jambi, sebagai unit kesatuan politik masyarakat di daerah.
Pemerintahan Dusun dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan Rio.
Jabatan Rio tidak hanya mengepalai pemerintahan tapi juga sekaligus menjadi
pemangku adat. Dalam menjalankan pemerintahan Dusun, Rio juga dibantu oleh
unsur lain yang disebut Tigo Tali Sepilin. Kehidupan masyarakat dalam sistem
Dusun diatur dengan hukum adat yang berlandaaskan syarak, dengan slogannya
Adat Basandi Syarak–Syarak Basandi Kitabullah.
Model pemerintahan Dusun ini terus hidup sampai keluarnya UU RI No. 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang menyeragamkan seluruh bentuk
pemerintahan adat yang selama ini diakui sebagai unit pemerintahan terkecil di
Indonesia. Dengan berubahnya model pemerintahan tersebut, masyarakat Melayu
22
Juswandi, Pemimpin Dalam Masyarakat Melayu , Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru 2016.
-
19
Jambi khususnya generasi muda mulai jauh bahkan kehilangan identitas adat-
budayanya.23
Dari tinjauan penelitian diatas tersebut sama dengan apa yang penulis teliti
perbedaannya terletak pada objek kajiannya, penulis menfokuskan pada Pengaruh
Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berbasis
Kearifan Lokal, Dalam hal ini kepemimpinan tersebut disebut dengan Depati yang
mempunyai karisma tersendiri dalam memimpin pemerintahan dusun berdasarkan
3 landasan yaitu: Pancasila, Syari’at dan Adat Istiadat.
23
Hermanto Harun dan Irma Sagala, Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo, Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2013.
-
20
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam
mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar ukuran yang
telah ditentukan.24
Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa perangkat
penelitian yang sesuai dalam metode penelitian ini guna memperoleh hasil yang
maksimal, antara lain sebagai berikut :
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Penapalan, karena sesuai dengan
judul permasalahan yang diajukan dalam latar belakang masalah dengan keadaan
di lapangan. Yang mana adat kepemimpinan di Desa Penapalan dapat
mempengaruhi sebuah pemerintahan desa, adat tersebut merupakan asal usul dari
sebuah desa yang dahulu disebut dusun. Penelitian ini dilakukan agar bisa
mentransformasikan adat dan kebudayaan dalam sistem hidup khususnya
pemerintahan desa agar dapat berkembang dengan baik tanpa melupakan sejarah
masa lalu.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti pengaruh Kepemimpinan adat
terhadap pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal tersebut pada
bulan Februari sampai bulan Oktober 2018.
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm 126
20
-
21
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan mengenai
kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan datayang berdasarkan pada instrument pengumpulan data.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan
Taylor, mengatakan bahwa kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang
maupun perilaku yang dapat diamati. Demikian juga menurut Kirk dan Miller,
bahwa pendekatan kualitatif merupakan suatu tradisi dalam ilmu pengetahuan
yang bergantung pada pengamatan seseorang. Pengamatan tersebut berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.25
Penelitian kualitatif dapat dihubungkan dengan lima jenis pendekatan
yaitu penelitian kualitatif dengan kategori penelitian biografi (naratif),
fenomenologi, grounded theory, etnografi dan studi kasus.26
Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan
penafsiran yang mendalam menngenai makna dari fakta yang relevan, sebagai
studi kasus, penelitian ini juga ingin mengurai serta menjelaskan secara
komprehersif mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu
organisasi, suatu program, atau situasi sosial.
25
L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 4.
26Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi), (Jambi: Syari’ah Press,
2004).hlm.31-32
-
22
C. Jenis penelitian
Jenis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dan etnografi.
Dengan menggunakan jenis ini, nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah praktek
pada masa lalu di Desa Penapalan dapat digambarkan dengan baik. Khususnya
prinsip-prinsip yang terkandung dalam kepemimpinan adat dalam memberikan
pengaruh terhadap pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal .
Deksripsi yang lengkap tentang peristiwa tersebut diharapkan dapat menjadi
sebuah tata nilai-prinsif untuk mengenal adat istiadat dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara saat ini.
Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini untuk mencari informasi faktual
yang mendekati gelaja yang ada. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk
mendapatkan keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung serta
mengetahui secara langsung yang dikerjakan orang dalam menangani masalah
atau situasi yang sama.27
Penelitian lapangan merupakan ciri khas antropologi budaya. baik di
sebuah desa terpecil Papua Nugini ataupun di kota besar New York Amerika
Serikat, ahli antropologi berada dilokasi penduduk bertempat tinggal dan
“melakukan penelitian lapangan”. Ini berarti ia mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, menikmati berbagai makanan yang asing baginya, mempelajari
bahasa baru, menyaksikan berbagai upacara, membuat catatan lapangan, mencuci
pakaian, menulis surat kerumah, melacak garis keturunan, mengamati
27
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rajawali,1992), hlm19
-
23
pertunjukan, mewawancarai informan, dan berbagai hal lainnya, hal ini berarti
peneliti membaur, bersatu dengan objek yang ditelitinya.28
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu budaya. Tujuan
utama aktifitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli, sebagaimana dikemukakan Malinowsky dalam Spradley (2007: 3-
4), bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang penduduk asli,
hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai
dunianya”.
Oleh karena itu penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai
dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan
bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari
masyarakat, tapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.
Alur yang digunakan dalam penelitian etnografi adalah menggunakan alur
penelitian maju terhadap (The Developmental Research Sequence). Pada tahap
pertama dalam melakukan penelitian, Etnografer bekerjasama dengan informan
untuk menghasilkan suatu deskripsi, hubungan ini bersifat kompleks, informan
berbeda dengan kawan, subjek atau responden. Dalam melakukan penelitian,
pertama-tama seorang peneliti menetapkan informan, setelah itu mewawancarai
informan tersebut, wawancara etnografi merupakan jenis percakapan (speech
event) yang khusus.29
28
Tjipto Suhadi, Metode Penelitian Kualitatif, ( Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2006), Hlm.39 29
Ibid, Hlm. 39-40
-
24
Untuk selanjutnya etnografer membuat catatan etnografis yang berasal dari
wawancara terhadap informan. Pada langkah selanjutnya wawancara enografis
yang aktual dilakukan dengan “mengajukan pertanyaan-pertanyaan deskirptif”.
Dengan menggunakan sampel bahasa yang terkumpul dari wawancara ini,
dilanjutkan kelangkah beriktunya yang memasukan berbagai strategi untuk
“melakukan analisis terhadap wawancara etnogrfi”. Langkah ini kemudian diikuti
dengan membuat analisis domain.
Analisis ini menghasilkan pertanyaan-pertanyaan struktural yang akan
digunakan dalam wawancara nanti. Pertanyaan struktural adalah untuk
disesuaikan dengan informan, dihubungkandengan jenis-jenis pertanyaan yang
lain, dan terus menerus diulang secara baik.
Tahap selanjutnya adalah membuat analisis taksonomik. Dari sini
dilanjutkan dengan membuat analisis komponen. Dari sini alur penelitian
dilanjutkan dengan menemukan tema-tema budaya. Dan tahap terakhir adalah
dengan menulis etnografi.
Untuk lebih jelasnya, alur penelitian tersebut dapat sederhanakan seperti
uraian di bawah ini; Pertama-tama menetapkan seorang informan – Melakukan
wawancara terhadap informan – membuat catatan etnografis – mengajukan
pertanyaan deskripsi – melakukan analisis wawancara etnografi – membuat
analisis domain – mengajukan pertanyaan struktural – membuat analisis
taksonomik – mengajukan pertanyaan kontras – membuat analisis komponen –
menemukan tema-tema budaya – menulis etnografi. 30
30
Ibid, Hlm. 41
-
25
Setiap tahap-tahap dalam penelitian dengan metode etnografi harus
dilaksanakan secermat dan setepat mungkin. Agar supaya hasil akhir penelitian-
pun dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis sumber data yaitu :
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil
observasi lapangan dan melalui hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang
tersangkut didalamnya. Data ini seperti langsung dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber pertamanya.31
Data primer atau data tangan pertama, merupakan data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran
atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari.32
Pengumpulan data primer ini diperoleh dari Al-Qur’an dan dilakukan
dengan wawancara langsung kepada narasumber yang bersangkutan tentang
pengaruh kepemimpinana adat terhadap pelaksanaan pemerintahan desa berbasis
kearifan lokal, adapun yang bersangkutan tersebut adalah : Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Ketua Adat, dan Tokoh Masyarakatdan sebagainya
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara
31
Sayuti Una,Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN STS
2014), hlm 34 32
Saifuddin Azwar, Metode penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 91
-
26
mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentik, karena sudah
diperoleh dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya.33
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik dari pihak pengumpul data primer atau pihak lain.Data sekunder ini
diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya, data yang dimaksud adalah
berupa dokumen berupa profil Desa Penapalan, peraturan, Undang-Undang, karya
ilmiah dan dokumen lain yang bersangkutan dengan pengaruh kepemimpinan
adat terhadap pelaksanaan pemerintahan desa.
E. Sumber Data
Sumber data merupakan subyek darimana data itu didapat dan
diperoleh.Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan
penelitian. Maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: Tokoh
adat, Kepala Desa, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat.
Tabel 2.1
INFORMAN
33
Sayuti Una,Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN STS
2014), hlm 34
No Informan Jumlah
1 Ketua Lembaga Adat Desa Penapalan 1
2 Kepala Desa Penapalan 1
3 Imam Masjid Penapalan (Pegawai Syara’) 1
4 Tokoh Pemuda 1
5 Tokoh Masyarakat 5
-
27
F. Unit Analisis Data
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian.Dengan sampling kita memilih subjek (individu) atau (benda) yang
diambil dari satu kesatuan atau keseluruhan untuk mendapatkan gambaran
mengenai kesatuan atau keseluruhan tersebut.34
Penelitian ini dilakukan terhadap pengaruh kepemimpinan adat terhadap
pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal, maka unit analisis yang
diterapkan adalahTokoh adat, Kepala Desa, tokoh agama, tokoh pemuda, dan
tokoh masyarakat.
Untuk menentukan unit analisis data peneliti menggunakan sistem
purposive sampling yaitu subjek dari penelitiannya sudah ditentukan dan hanya
diambil pada orang-orang tertentu atau orang-orang yang mendalami bidang
penelitian ini.
G. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data
secara kualitatif dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan untuk penelitian
ini menggunkan metode-metode :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian.35
34
Rianto Adi,Metode Penelitian Sosial dan Hukum,(Jakarta: Granit. 2004), hlm 101
35
Djam’an Satori dan Aan Komariah,Metodologi Penelitian Kualitatif. cet.ke-5,
(Bandung:Alfabeta,2013), hlm 105
-
28
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi
sistematik yang merupakan salah satu dari jenis observasi. Observasi sistematik
biasa disebut dengan observasi berkerangka. Sebelum mengadakan observasi
terlebih dahulu dibuat kerangka mengenai berbagai faktor dan ciri-ciri yang akan
di observasi.36
Dengan demikian, data yang diperoleh oleh peneliti dari responden
maupun informan yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal.Karena itu, wawancara tidak hanya
menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan,
pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.
Wawancara yang penulis maksud disini adalah penulis akan menanyakan
langsung kepada Tokoh adat, Kepala Desa, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh
masyarakat seabagai narasumber mengenai pengaruh kepemimpinan adat terhadap
pelaksanaan pemerintahan desa berbasis kearifan lokal.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah sejumlah dokumen-dokumen tentang berbagai
kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang.37
Dokumen yang berbentuk
36
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta:Premanada Media
Group, 2013), hlm 131 37
Djam’an Satori dan Aan Komariah,Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-
15,(Bandung:Alfabeta,2013),hlm 148
-
29
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), biografi,
peraturan, Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film, dan lain-lain. Study dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi penulis digunakan
sebagai instrument untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan
yang diteliti.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah sejumlah dokumen yang
dikeluarkan oleh tokoh masysarakat dan para pengurus dan anggota
kepemimpinan adat dan pemerintahan desa. Dapat pula berupa gambar dan
rekaman video hasil wawancara yang didapat dari para nara sumber
H. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data peneliti akan mengumpulkan data terlebih dahulu guna
untuk terarahnya penelitian, setelah data terkumpul dilanjutnkan dengan analisa
data, barulah setelah itu penyimpulan data.
Analisis yang digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam
data sehingga dapat dikembangkan dan dievaluasi. Berdasarkan hal di atas dapat
dikemukakan bahwa analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematika data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sumber lain sehingga
dapat dipahami dengan mudah serta membuat kesimpulan dengan tujuan agar
dapat menginformasikan dan mudah dipahami oleh orang.38
Data yang telah ditranskripkan kemudian disajikan dengan cara dipisahkan
dan ditempatkan ke dalambagian-bagian tertentu yang telah diberi tanda. Langkah
38
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis ”Pendekatan Kuantitatif dan Kualitati., R
&D, (Bandung:Alfabeta,2013), hlm 427
-
30
terakhir yaitu membuat kesimpulan dari data-data yang terkumpul, sehingga dapat
diambil langkah-langkah awal untuk penelitian lanjutan dan mengecek kembali
data-data asli yang diperoleh.39
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah terdiri dari lima bab pembahasan
dengan sub-sub bahasan yang sesuai dengan kebutuhan sebagai mana berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
BAB I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan
pustaka.
BAB II METODE PENELITIAN
BAB ini berisitentang mengenai metode penelitian yang mencakup tempat
dan subyek penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, unit
analisis data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan
sistematika penulisan.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
BAB ini berisi gambaran umum mengenai lokasi (objek) penelitian,
struktur organisasi pemerintahan dan sebagainya.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB ini berisikan tentang hasil penelitian yang dilakukan dan uraian data-
data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.
BAB V PENUTUP
39
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN
STS 2014), hlm69
-
31
Sebagai BAB terakhir penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian
yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian, saran-saran yang
diberikan kepada objek penelitian untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi tersebut, dan saran-saran penelitian yang akan datang.
J. Jadwal Penelitian
Table 2.2
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Tahun 2017 Tahun 2018
Jun
i Juli Agustus Juni Juli Agustus
Septemb
er Oktober
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
judul
X X
2 Pembuatan
proposal
X X
3
Perbaikan
proposal
dan seminar
X X X
4 Surat izin
riset
X
5 Pengumpula
n data
X X X X
6
Pengolahan
dan analisis
data
X X X X
7
Bimbingan
dan
Perbaikan
X X X X X
8 Agenda dan
Ujian
X X
9 Perbaikan
dan penjilid
X X
-
32
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Geografis Desa Penapalan
Desa Penapalan adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Tengah
Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dengan kepemimpinan Kepala Desa
Penapalan berubah sesuai dengan peraturan dan Undang Undangan yang berlaku.
diantaranya kepemimpinan yang pernah menjabat dan memimpin sampai
sekarang yaitu:
Tabel 3.1 Kepala Desa
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan 201740
40
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
NO NAMA KEPALA DESA TAHUN KETERANGAN
1 MA’USUH 1950-1954 ( 4 TAHUN ) MANGKU
2 ARIPIN 1954-1958 ( 4 TAHUN ) DEPATI
3 H.ABU BAKAR 1958-1963 ( 5 TAHUN ) DEPATI
4 SYA’ARI 1963-1967 ( 4 TAHUN ) DEPATI
5 YAHYA KAHFI 1967-1995 (28 TAHUN ) DEPATI
6 H. RIDWAN 1995-2000 ( 4 TAHUN ) KADES
7 SULAIMAN IS 2000-2001 ( 1 TAHUN ) PJS KADES
8 TIBRANI 2001-2013 (12 TAHUN ) KADES
9 BUJANG. P 2013-2019 (6 TAHUN ) KADES
32
-
33
Desa Penapalan termasuk wilayah Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten
Tebo dengan luas wilayah 5500 Ha. Dataran dengan ketinggian rata 600 - 100 m
di atas permukaan laut.41
Secara geografis batas-batas wilayah Desa Penapalan ini
adalah:
1. Sebelah Utara : Desa Mengupeh Kecamatan Tengah Ilir
2. Sebelah Selatan : Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir
3. Sebelah Barat : Desa Sungai keruh Kecamatan Tebo Tengah
4. Sebelah Timur : Desa Mengupeh KecamatanTengah Ilir
Luas wilayah Desa Penapalan adalah = 5,500 Ha, terbagi atas:
Tabel 3.2. Jenis Wilayah
No URAIAN LUAS
1 Luas Wilayah 5 500 Ha
2 Sawah Teknis - Ha
3 Sawah ½ Teknis -Ha
4 Sawah Tadah Hujan 250 Ha
5 Tanah Kering 600 Ha
6 Tanah Basah -Ha
7 Hutan Rakyat -Ha
8 Hutan Negara -Ha
9 Perkebunan 800-Ha
10 Fasilitas Umum 11 Ha
41
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
34
B. Sosial Demografi Desa
1. Kependudukan.
Jumlah penduduk Desa Penapalan pada akhir bulan Januari tahun 2017
mencapai 2.219 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1,081 jiwa (52,41%)
dan perempuan sebanyak 1,138 jiwa (47,59%) dengan tingkat kepadatan peduduk
231 jiwa/km2, dimana jumlah kepala keluarga sebanyak 658 KK sehingga dalam
setiap keluarga rata-rata terdiri dari 3-4 (empat) orang.
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk
No Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laki-
Laki Perempuan Jumlah
1 2015 1046 1.064 2.110
2 2016 1.073 1.078 2.151
3 2017 1,081 1,138 2,219
Jumlah Penduduk Desa Penapalan Tahun 2015 – 201742
42
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo
-
35
Tabel 2.7 Jumlah Rumah Tangga di Desa Penapalan
No RT
Jumlah
Rumah
Tangga
Jumlah KK Keterangan
1 RT 01 53 66
2 RT 02 30 57
3 RT 03 44 55
4 RT 04 29 41
5 RT 05 26 36
6 RT 06 65 75
7 RT 07 85 108
8 RT 08 68 79
9 RT 09 127 141
JUMLAH 527 658
Sumber: Data Monografi Desa Penapalan Tahun 2017.
43
C. Struktur Pemerintahan Desa
Secara administratif, pemerintahan Desa PenapalanKecamatan Tengah Ilir
berada di bawah wilayah kerja Kecamatan Tengah Ilir, Tebo. Desa Penapalan
merupakan bagian dari Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo yang dipimpin
oleh seorang Kepala Desa dan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh staf yang
terdiri dari Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Seksi (Kasi), Kepala Urusan
(Kaur) dan staf lainnya.
43
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.
-
36
1. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok pada Pemerintahan Desa
Penapalan
Pola struktur organisasi Pemerintahan Desa PenapalanKecamatan Tengah
Ilir disusun mengikuti strategi dalam pencapaian visi dan misi organisasi yang
telah ditetapkan. Berikut adalah struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Penapalan.44
Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Penapalan
44
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
Kepala
Desa
Sekretaris
Desa
Kasi
Pelayanan Kasi
Kesejahteraan Kaur
Perencanaan Kaur
Keuangan
Kaur TU &
Umum
Seksi Kaur
Perencanaan Bendahara Staf Kaur
TU/Umum
Kasi
Pemerintahan
Staf Kasi
Pemerintahan
Kadus IV Kadus III Kadus II Kadus I
-
37
Struktur Pemerintahan Desa Penapalan
Kepala Desa : Bujang P
Sekretaris : Aldion
Kasi Pemerintahan : Saprianto
Kasi Kesejahteraan : Hamidi
Kasi Pelayanan : Aljasmi
Kaur Tu Dan Umum : Elvita Yadriani
Kaur Keuangan : Parizal
Kaur Perencanaan : Kiki Handiki
Kadus I : Lukman S
Kadus II : Mhd.Rexsi Irwan S.Pd. I
Kadus III : Suryadi S.Pd.I
Kadus IV : Meliyus
Berdasarkan stuktur organisasi desa tersebut, maka dalam menjalankan
tugas-tugas dan pekerjaannya setiap pegawai memiliki tugas pokok dan tata kerja.
Tugas pokok dan tata kerja pegawai ini sangat penting dilakukan untuk mencapai
-
38
tujuan Desa dalam menjalankan tugas sebagai organisasi pelayanan publik.45
Adapun uraian tugas pokok dan tata kerja di lingkungan Pemerintahan Desa
Penapalan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.8 Uraian Tugas Pokok Organisasi Pemerintahan Desa Penapalan
Tugas dan Fungsi Kepala Desa dan Perangkat Desa Penapalan
Kepala Desa Sekretaris Desa
Tugas:
Menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat.
Fungsi:
Menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan
menjaga hubungan kemitraan dengan
lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya.
Tugas:
Membantu Kepala Desa dalam bidang
administrasi pemerintahan.
Fungsi:
Melaksanakan urusan ketatausahaan
dan umum, melaksanakan urusan
keuangan dan melaksanakan urusan
perencanaan.
Kepala Seksi Pemerintahan Kepala Urusan TU dan Umum
Tugas:
Membantu Kepala Desa sebagai
Tugas:
Membantu Sekretaris Desa dalam
45
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
39
pelaksana tugas operasional.
Fungsi:
Melaksanakan manajemen tata praja
pemerintahan, menyusun rancangan
regulasi desa, pembinaan masalah
pertahanan, pembinaan ketentraman
dan ketertiban, pelaksanaan upaya
perlindungan masyarakat
kependudukan, penataan dan
pengelolaan wilayah, serta pendataan
dan pengelolaan profil desa.
urusan pelayanan administrasi
pendukung melaksanakan tugas - tugas
pemerintahan.
Fungsi:
Melaksanakan urusan ketatausahaan
dan umum seperti: tata naskah,
administrasi surat menyurat, arsip dan
ekspedisi, penataan administrasi
perangkat desa, penyediaan prasarana
perangkat desa dan kantor, penyiapan
rapat, pengadministrasian aset,
inventarisasi, perjalanan dinas, dan
pelayanan umum.
Kepala Seksi Kesejahteraan Kepala Urusan Keuangan
Tugas:
Membantu Kepala Desa sebagai
pelaksana tugas operasional.
Fungsi:
Melaksanakan pembangunan sarana
dan prasarana pedesaan, pembangunan
bidang pendidikan, kesehatan,
Tugas:
Membantu Sekretaris Desa dalam
urusan pelayanan administrasi
pendukung melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan. 46
Fungsi:
Melaksanakan urusan keuangan seperti:
46
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
40
sosialisasi, serta motivasi masyarakat
dibidang budaya, ekonomi, politik,
lingkungan hidup, pemberdayaan
keluarga, pemuda, olahraga dan karang
taruna.
pengurusan administrasi keuangan,
administrasi sumber - sumber
pendapatan dan pengeluaran, verifikasi
administrasi keuangan, administrasi
penghasilan kepala desa, perangkat
desa, BPD, dan lembaga pemerintahan
desa lainnya.
Kepala Seksi Pelayanan Kepala Urusan Perencanaan
Tugas:
Membantu Kepala Desa sebagai
pelaksana tugas operasional.
Fungsi:
Melaksanakan penyuluhan dan motivasi
terhadap pelaksanaan hak dan
kewajiban masyarakat, meningkatkan
upaya partisipasi masyarakat,
pelestarian nilai sosial, budaya,
keagamaan dan ketenagakerjaan
masyarakat.
Tugas:
Membantu Sekretaris Desa dalam
urusan pelayanan administrasi
pendukung melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan.
Fungsi:
Mengkoordinasi urusan perencanaan
seperti: menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa,
menginventarisir data-data dalam
rangka pembangunan, melakukan
monitoring dan evaluasi program
penyusunan laporan.47
47
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
41
Kepala Dusun Bendahara
Tugas:
Membantu Kepala Desa dalam
pelaksaan tugasnya di wilayahnya.
Fungsi:
Pembinaan ketentraman dan ketertiban,
pelaksanaan upaya perlindungan
masyarakat, mobilitas kependudukan,
penataan dan pengelolaan wilayah,
mengawasi pelaksanaan pembangunan
di wilayahnya, melaksanakan
pembinaan masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan dan
kesadaran masyaakat dalam menjaga
lingkungan, melakukan upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Tugas:
Membantu Sekretaris Desa dalam
urusan pelayanan administrasi
pendukung melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan.
Fungsi:
Menerima, menyimpan, membayar,
menatausahakan dan mempertanggung
jawabkan penerimaan pendapatan desa
dan pengeluaran pendapatan desa
dalam rangka pelaksanaan APBD.
Sumber: Profil Desa PenapalanKecamatan Tengah Ilir.48
2. Jumlah dan Kondisi Pegawai Desa Penapalan
Desa Penapalan merupakan bagian dari Kecamatan Tengah Ilir yang
dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala,
48
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
42
Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Seksi (Kasi), Kepala Urusan (Kaur),
Kepala TU dan Urusan Umum serta Kadus semuanya berjumlah dua belas (12)
orang. Dengan demikian sampai dengan September tahun 2018.
Berdasarkan data kepegawaian di Kantor Desa Penapalan, jumlah pegawai
berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah
ini
Jumlah Pegawai Kantor Desa Penapalan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2017.
Tabel 3.1 Pegawai Desa
No Jenis Kelamin
Jumlah Pegawai
1. Laki-laki 10
2. Perempuan 2
Jumlah 12
Sumber: Data Kepegawaian Kantor Desa Penapalan tahun 2017
Dari data di atas diketahui bahwa jumlah pegawai di Kantor Desa
PenapalanKecamatan Tengah Ilir adalah dua belas (12) orang dengan jumlah
pegawai yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak sepuluh (10) orang dan dua (2)
orang perempuan.49
3. Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Penapalan
Untuk melakukan pekerjaan serta penyelenggaraan tugas-tugas dalam
usaha mencapai tujuan desa, ketersediaan sarana dan prasarana kerja merupakan
faktor pendukung yang akan membantu para pegawai dalam melaksanakan
49
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo
-
43
tugasnya sehingga tujuan desa dapat tercapai. Selain itu, untuk mendukung
kelancaran penyelenggaraan tugas dan pekerjaannya, sarana dan prasaran kerja
juga dapat memberikan dorongan serta semangat kerja para pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga mereka akan lebih dapat meningkatkan
kinerjanya dalam bekerja.50
Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Penapalan
Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Kondisi
1. Gedung Kantor Ada
2. Balai Desa / sejenisnya Ada
3. Listrik Ada
4. Air bersih Ada
5. Telepon Tidak ada
6. Rumah Dinas Kepala Desa Tidak ada
7. Rumah Dinas Perangkat Desa Tidak ada
Inventaris dan Alat Tulis Kantor Jumlah
1. Mesin tik 0 buah
2. Meja 9 buah
3. Kursi 50 buah
4. Almari arsip 3 unit
5. Komputer 1 unit
50
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
44
6. Mesin Fax 0 unit
7. Kendaraan Dinas 2 unit
Administrasi Pemerintahan Desa Kondisi
1. Buku data peraturan desa Ada dan terisi
2. Buku keputusan kepala desa Ada dan terisi
3. Buku administrasi kependudukan Ada dan terisi
4. Buku data inventaris Ada dan terisi
5. Buku data aparat Ada dan terisi
6. Buku data tanah milik desa/tanah kas desa Ada dan terisi
7. Buku administrasi pajak dan retribusi Ada dan terisi
8. Buku data tanah Ada dan terisi
9. Buku laporan pengaduan masyarakat Ada dan tidak terisi
10. Buku agenda ekspedisi Ada dan tidak terisi
11. Buku profil desa Ada dan terisi
12. Buku data induk penduduk Ada dan terisi
13. Buku data mutasi penduduk Ada dan terisi
14. Buku rekapitulasi jumlah penduduk akhir bulan Ada dan terisi
15. Buku registrasi pelayanan penduduk Ada dan tidak terisi
16. Buku data penduduk sementara Ada dan tidak terisi
17. Buku anggaran penerimaan Ada dan terisi
18.
Buku anggaran pengeluaran pegawai dan
pembangunan
Ada dan terisi
-
45
19. Buku kas umum Ada dan terisi
20. Buku kas pembantu penerimaan Ada dan terisi
21.
Buku kas pembantu pengeluaran rutin dan
pembangunan
Ada dan terisi
22. Buku data lembaga kemasyarakatan Ada dan terisi
Sumber: Profil Desa Penapalan 2017.51
51
Profil Desa Penapalan 2017 Kecamatan Tengah Ilir kabupaten Tebo
-
46
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Konsep Dan Tujuan Kepemimpinan Adat Di Desa Penapalan
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan
Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih
kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti
desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang,
dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya
dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah
istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu
akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu,
keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan
hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.52
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa Pemerintahan adat ini terus hidup
dan diakui pada masa awal penjajahan Belanda di Jambi. Sebelum
diberlakukannya IGOB (Inlandsche Gemente Ordonantie Buitengewesten), yaitu
peraturan pemerintahan desa di luar Jawa dan Madura, di Jambi sudah dikenal
pemerintahan setingkat desa dengan nama Marga atau Batin yang diatur menurut
Ordonansi Desa 1906. Pada ordonansi itu ditetapkan marga dan batin di beri hak
52
UU No 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa
46
-
47
otonomi yang meliputi bidang pemerintahan umum, pengadilan, kepolisian, dan
sumber keuangan.Pemerintahan Marga atau Batin dipimpin oleh Pasirah atau
Kepala Marga yang dibantu oleh dua orang juru tulis dan empat orang Kepala
Pesuruh Marga.
Kepala Pasirah Marga juga memimpin Pengadilan Marga yang dibantu
oleh Hakim Agama dan sebagai penuntut umum adalah Mantri Marga. Di bawah
pemerintahan Marga terdapat pemerintahan Dusun yang dikepalai oleh Penghulu
atau Kepala Dusun atau Rio atau Depati. Model pemerintahan adat ini tidak sama
persis antar daerah-daerah di Jambi, baik dari segi penamaan maupun perangkat
pengelolaaan.53
Model pemerintahan adat di Provinsi Jambi pada masa lalu ini memiliki
kemiripan dengan model pemerintahan masyarakat Minangkabau tradisional.
Pada masa lalu, pemerintahan pada masyarakat Minangkabau juga dipegang oleh
beberapa unsur yang juga dikenal dengan istilah yang sama. Sedikit berbeda
dengan Jambi, unsur Tigo Tali Sapilin di Minangkabau terdiri atas Manti
(birokrat), Malin (ulama) dan Dubalang (militer).
Hanya saja, model pemerintahan Dusun atau sejenis pemerintahan adat
lainnya tidak mengenal unsur Bundo Kanduang dan juga tidak memakai system
kekerabatan Matrilineal seperti Minangkabau. Belum ada data pasti kapan model
pemerintahan Dusun -juga sebelumnya Pasirah- mulai dipraktekkan masyarakat
adat Jambi. Namun demikian, sejak masa berkembangnya Kesultanan Melayu
Islam Jambi, masyarakat di daerah sudah mulai mengorganisasikan diri dalam
53
Ibid.Hlm. 93-94
-
48
kesatuan pemerintahan adat sebagai kesatuan politik masyarakat di bawah
kesultanan. Model pemerintahan ini terus berlangsung hingga keluarnya UU RI
No. 5 Tahun 1979 tentang Desa.54
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan hak asal-usul
adat setempat yang di akui dalam sistem pemerintahan nasional. Dengan
demikian, desa harus dipahami sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kekuasaan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya
untuk mencapai kesejahteraan. Hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat inilah yang disebut otonomi desa.
Di Desa Penapalan Sebaliknya bahwa dalam pemerintahan desa kepala
desa tetap berdasarkan pada UU No 6 Tahun 2014, namun dalam pemerintahan
informal terdapat pegawai syarak dan lembaga adat yang masih hidup tetap ada di
Desa Penapalan sebagai salah satu penentu kebijakan desa, peraturan desa, dan
memiliki suatu sistem sosial tersendiri didalam tatanan sosial masyarakat,
sehingga memberi efek yang baik dalam kehidupan sehari-hari, dan
meninggalkan suatu pengaruh terhadap pemerintahan dan masyarakat desa.
Tradisi atau adat istiadat yang ada di Desa Penapalan ini, dahulu
dinamakan dusun yang di pimpin oleh Depati. Seorang depati tidak dipilih
langsung oleh rakyat namun ia dipilih melalui musyawarah Alim Ulama’, Ninik
Mamak, Tuo tengganai, dan Cerdik Pandai dinamakan dengan tali tigo sepintal
sepilin. Sebagaimana Dikatakan A.Madjid :
54
Ibid. Hlm 95
-
49
Depati dipilih oleh ninik mamak, tuo tengganai, cerdik pandai dan alim
ulama’ dinamokan tali tigo sepintal sepilih, sudah itu di umumkan
dimasjid, lalu masyarakat mengatokan iyo setuju dengan hasil
musyawaroh tersebut.55
Setelah dimusyawarahkan dan ketemu kata mufakat maka diumumkanlah
dimasjid, dengan mengundang masyarakat dusun, lalu masyarakat dusun
ditanyakan tentang hasil mufakat tersebut, apakah setuju atau tidaknya terhadap
hasil musyawarah yang telah dilakukan, dengan serentak masyarakat dusun
menyetujui hasil musyawarah yang telah dilakukan oleh Tali Tigo Sepintal
Sepilin. Jarang sekali masyarakat tidak menyetujui hasil musyawarah tersebut
Agel juga Mengatakan :
Pemerintahan dusun pada masa itu berdasarkan kepada 3 dasar yaitu :
pancasila, syari’at dan ada- istiadat. Inilah adat yang dinamakan adat
besendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Depati sebagai kepala
desa kalau sekarang, Pemangku adat dan pegawai syarak sebagai pegawai
dalam pemerintah dusun.56
Pemerintahan Dusun juga mempunyai struktur organisasi antara lain :
Kepala Dusun disebut dengan Depati, Pegawai Syara’, dan Pemangku Adat.
Depati dan pemerintahan dusun menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan 3
landasan yaitu : Pancasila, Adat-istiadat, dan syari’at yang mana di sebut dengan
adat bersendikan syarak, syara’ bersendikan kitabullah. Unsur demokrasi
didalamnya Nampak jelas melibatkan orang-orang yang mempunyai integritas
(karismatik) sehingga membuat masyarakat percaya dengan keputusan ali tigo
sepintal sepilin tersebut.
55
Wawancara dengan A.Madjid, Pemangku Adat, RT 01, Desa Penapalan. 56
Wawancara dengan Agel, Ketua Adat, RT 01, Desa Penapalan.
-
50
1. Tujuan Kepemimpinan Adat
Tujuan kepemimpinan adata adalah untuk mempengaruhi masyarakat agar
tetap membudayakan adat istiadat untuk kepentingan dan tujuan bersama. Setiap
kepemimpinan umumnya bertujuan untuk mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang untuk bekerja sama dalam mengapai tujuan bersama. Namun
tata cara untuk mempengaruhi seseorang atau masyarakat itulah itulah yang
berbeda, begitupun halnya dengan kepemimpinan adat.
Namun dalam hal tata cara mempengaruhi bawahan dan masyarakatlah
yang membedakan, kepemimpinan adat tentu untuk mempengaruhi masyarakat
berdasarkan adat-istiadat yang dirumuskan oleh tuo tengganai, alim ulama’, cerdik
pandai dan tokoh masyarakat yang berlaku di Desa Penapalan. Zainuddin
mengatakan:
Adat dusun dulu dalam gotong-royong sangatlah kuat menegakkan balai,
penganten, sedekah. Kalau makanan tidaklah gaduh karena adat dahulu
sering bagi sayur mayur ketetanggo apabilo tanaman sudah panen ini terus
dijago, orang dahulu dak berani mojok(pacaran) berjumpa laki-laki dan
perempuan lewat jam 21:00 WIB, bawak betino (perempuan) tengah
malam, takut tekambing dan iko di tetapkan adat oleh pemerintah dusun
dan orang dak berani melanggar adat tersebut.57
Keterangan diatas mengambarkan bahwa tata cara mempengaruhi
masayarakat dengan sistem adat, pemerintahan dusun sangat efektif dan efesiensi
dalam mengatur warga dusun, karena dengan hal tersebut adat bisa menertibkan
masyarakat.
Dan apabila terjadi pelanggaran adat maka masyarakat akan mencoreng
nama baik (mencoret kening dengan arang) dan akan dikenakan sanksi, sanksi
57
Wawancara dengan Zainuddin, Tokoh Masyarakat, RT 03 Desa Penapalan
-
51
tersebut berupa sanksi moral, sehingga dapat memberikan efek jera dan ketakutan
bagi yang melanggar hal-hal yang telah ditetapkan didalam adat-istiadat, tujuan
dari kepeminpinan adat ini tak lain hanya untuk kepentingan bersama agar
masyarakat dapat tertib dan nyaman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
B. Pengaruh Kepemimpinan Adat Terhadap Pelaksanaan Pemerintahan
Desa Berbasis Kearifan Lokal.
Pengaruh sosial dalam tatanan pemerintahan disebut dengan Ekologi
Pemerintahan, dan dibagi menjadi dua yaitu Tri Gatra dan Panca Gatra, berikut
ini Pengaruh Kepemimpinan adat terhadap pelaksanaan pemerintahan desa
berdasarkan ekologi pemerintahan.
1. Tri Gatra
Pengaruh ilmu eksakta ekologi terhadap pemerintahan disebut tri gatra,
sebagai berikut :
d) Pengaruh Geografis
Faktor-faktor yang berdasarkan geografis, di Desa Penapalan adalah sektor
persawahan dan perkebunan.
Masyarakat menanam padi beramai-ramai dalam satu tempat yang
berjejer, disebut dengan istilah berumo yang mana masyarakat menanam padi
untuk dimakan sendiri dengan seksama, dari mulai membuat kandang, menanam
padi, Randa Saputra mengatakan:
Orang berumo sama-sama diawali dengan doa selamat sesuai dengan adat,
masyarakat saling bahu membahu membantu dalam buat kandang,
menanam padi, da