document
DESCRIPTION
obstipasiTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Dewasa ini, banyak sekali timbul keluhan dan gangguan penyakit di lingkungan
masyarakat terutama yang disebabkan oleh adanya pola makan yang tidak sehat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan gangguan pada saluran pencernaaan. Salah satunya adalah
obstipasi yang umumnya disebut juga dengan sembelit. Obstipasi merupakan kelainan pada
sistem pencernaan dimana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami
pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan
dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Sebagian besar orang pasti
pernah mengalami obstipasi.
Obstipasi ada yang ringan dan ada yang berat. Konstipasi yang berat atau cukup hebat
disebut juga dengan obstipasi. Apabila seseorang menganggap remeh obstipasi ini dapat
menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya. Jika tidak segera
ditanggulangi, akan menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pencernaan. Dan jika sudah
akut, kemungkinan besar sulit diobati.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang segala sesuatu tentang
obstipasi dan cara penanganannya, akan timbul petanyaan- pertanyaan yang terkait, seperti
apa sebenarnya definisi dari obstipasi? Apa saja penyebab obstipasi? Bagaimana gejala-gejala
obstipasi? Bagaimana cara penanganan obstipasi? Jenis tanaman apa saja yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional dalam pengobatan obstipasi? Dari tanaman obat
tersebut, bagian mana saja yang berkhasiat? Bagaimana cara pengolahannya sehingga siap
digunakan sebagai obat tradisional untuk obstipasi? Dan selanjutnya bagaimana cara
penggunaan yang tepat sehingga efektif untuk menyembuhkan obstipasi? Berbagai
permasalahan di atas akan dibahas dalam makalah berikut, sehingga dapat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan masyarakat terutama tentang konstipasi dan jenis tanaman yang
dapat digunakan sebagai obat obstipasi sehingga diharapkan selanjutnya masyarakat dapat
melakukan pengobatan sendiri secara tradisional yang efektif, efisien, dan aman.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari obstipasi ?2. Bagaimana etiologi dari obstipasi ?3. Bagaimana tanda dan gejala dari obstipasi ?4. Bagaimana patofisiologi dari obstipasi ?
5. Apa saja jenis dari obstipasi ?6. Bagaimana komplikasi dari obstipasi ?7. Bagaimana menajemen terapi dari obstipasi ?8. Bagaimana penatalaksanaan dari obstipasi ?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian dari obstipasi.2. Untuk mengetahui etiologi dari obstipasi.3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari obstipasi.4. Bagaimana patofisiologi dari obstipasi.5. Untuk mengetahui jenis dari obstipasi.6. Untuk mengetahui komplikasi dari obstipasi.7. Untuk mengetahui menajemen terapi dari obstipasi.8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari obstipasi.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 DefinisiObstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja
selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan
sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak
terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan
defekasi bukanlah suatu obstipasi ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan
tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang
kemudian akan mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan
normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi
menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.
2.2 Etiologi
1. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan
ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang mengandung selulosa.
2. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem. Dimana tidak
terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua proses metabolisme berkurang.
3. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi terutama depresi
berat sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi
pada anak 1-2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri,
mereka cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu
ssampai beberapa bulan karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses
dalam beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih
terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan
keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon dan
divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada
fistula ani dan wasir yang mengalami trombosis.
5. Kelaina konjenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit
hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan mekonium.
Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama.
6. Penyebab lain
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong terjadinya
peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan
cairan.
2.3 Tanda dan Gejala1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak
mengeluarkan 3 hari atau lebih
2. Sakit dan kejang pada perut.
3. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot.
4. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
5. Bising usus yang janggal.
6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
7. Terdapat luka pada anus.
2.4 PatofisiologiPada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya
refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang terjadi sekali atau
duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi.
Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga
terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1. Asupan cairan yang adekuat.
2. Kegiatan fisik dan mental.
3. Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki kolon, air
dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat
pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk.
Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan
lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik
menuju rectum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin
kering, padat dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini
menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan
kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas,
menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme
berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan
normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar.
Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan obstipasi.
2.5 Jenis Obstipasi1. Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara
mudah dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
2. Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya memulai peregangan berlebihan
secar kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tanpa meregang
rectum lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberika respon, dinding rectum faksid dan
tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif.
2.6 Komplikasi 1. Perdarahan
2. Ulcerasi
3. Obstruksi parsial
4. Diare intermitten
5. Distensi kolon menghilang sensasi regangan rectum yang mengawali proses defekasi.
2.7 Majemen Terapi
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan :
1. Penilaian asupan makanan dan cairan
2. Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan
3. Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi
bayi.
2.8 Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan
cairan dan kondisi psikis
3. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi
digital, enema minyak zaitun, laksativa.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja
selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam
pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan makan, hypothyroidisme, keadaan
mental, penyakit organis, kelainan congenital, dan sebagainya. Tanda dan gejala dari
obstipasi yaitu Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,
pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih sakit dan kejang pada perut, pada
pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot, Feses
besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum, bising usus yang janggal, merasa tidak enak
badan, anoreksia dan sakit kepala, terdapat luka pada anus.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor yaitu asupan cairan yang adekuat,
kegiatan fisik dan mental, jumlah asupan makanan berserat. Jenis obstipasi ada dua yaitu
obstipasi akut dan obstipasi kronis.
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan, Penilaian asupan makanan dan
cairan, Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan), Penilaian penampakan stress
emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi. Penatalaksanaannya
yaitu mencari penyebab, menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis, pengosongan rectum dilakukan jika
tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.
Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa.
3.2 Saran
a. Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih mengetahui tanda dan gejala serta penanganan untuk obstipasi,
dan menjaga pola makan agar tidak terjadi obstipasi.
b. Untuk pelayanan kesehatan
Diharapkan petugas keesehatan lebih waspada terhadap kasus obstipasi dan lebih cepat dalam
penanganan terhadap pasien yang mengalami obstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Fauziah, Afroh. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya