document

20
1 Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U Dan IMT/U) dan Faktor Lainnya dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V SDN Pancoranmas 02 Kecamatan Pancoranmas Kota Depok Tahun 2014 Santi Jaelani, Kusharisupeni Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16400, Indonesia Email :[email protected] Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pancoranmas 02 Kecamatan Pancoranmas Kota Depok tahun 2014 dengan menggunakan desain penelitian cross sectional . Sampel dalam penelitian ini sebanyak 112 siswa. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan menggunakan kuesioner, angket, timbangan injak dan mikrotoa, serta data sekunder dari nilai ulangan harian dan arsip sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing-masing variabel dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi IMT/U (p value 0,03) dan pendidikan ibu (p value 0,01) dengan prestasi belajar, sedangkan tidak terdapat hubungan antara status gizi TB/U, kebiasaan sarapan, asupan zat gizi, pendidikan ayah, pendapatan orang tua dan pekerjaan ibu dengan prestasi belajar. Kata kunci ; prestasi belajar, status gizi Relationship of nutritional status (HAZ and BAZ) and other factors to Student Achievement in 4th and 5th Grade, Pancoranmas 02 Elementary School, Pancoranmas District, Depok 2014 Abstarct The aim of this thesis is to determine factors that associated with student achievement in 4th and 5th grade, Pancoranmas 02 Elementary School, Pancoranmas District, Depok 2014 using cross-sectional research design. Sample in this study is 112 students. Research data obtained from primary data using questionnaires, scales and mikrotoa, as well as secondary data from report card and school archive. Data were analyzed using univariate to see an overview of each variable and bivariate analysis using chi square test. Thus, the result of bivariate analysis showed that there is relationship between the nutritional status (BAZ) (p value 0.03) and mother’s education (p value 0,01) with student achievement, whereas there is no relationship between the nutritional status (HAZ), breakfast habits, intake of nutrient , father's education, parent’s income and mother’s occupation with learning achievement. Keywords: student achievement, nutritional status Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Upload: rezy-arina-putri

Post on 06-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dokumen

TRANSCRIPT

Page 1: Document

 

1    

Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U Dan IMT/U) dan Faktor Lainnya dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V SDN Pancoranmas 02 Kecamatan

Pancoranmas Kota Depok Tahun 2014

Santi Jaelani, Kusharisupeni

Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16400, Indonesia

Email :[email protected]

Abstrak

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pancoranmas 02 Kecamatan Pancoranmas Kota Depok tahun 2014 dengan menggunakan desain penelitian cross sectional . Sampel dalam penelitian ini sebanyak 112 siswa. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan menggunakan kuesioner, angket, timbangan injak dan mikrotoa, serta data sekunder dari nilai ulangan harian dan arsip sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing-masing variabel dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi IMT/U (p value 0,03) dan pendidikan ibu (p value 0,01) dengan prestasi belajar, sedangkan tidak terdapat hubungan antara status gizi TB/U, kebiasaan sarapan, asupan zat gizi, pendidikan ayah, pendapatan orang tua dan pekerjaan ibu dengan prestasi belajar.

Kata kunci ; prestasi belajar, status gizi

Relationship of nutritional status (HAZ and BAZ) and other factors to Student Achievement in 4th and 5th Grade, Pancoranmas 02 Elementary School, Pancoranmas

District, Depok 2014

Abstarct

The aim of this thesis is to determine factors that associated with student achievement in 4th and 5th grade, Pancoranmas 02 Elementary School, Pancoranmas District, Depok 2014 using cross-sectional research design. Sample in this study is 112 students. Research data obtained from primary data using questionnaires, scales and mikrotoa, as well as secondary data from report card and school archive. Data were analyzed using univariate to see an overview of each variable and bivariate analysis using chi square test. Thus, the result of bivariate analysis showed that there is relationship between the nutritional status (BAZ) (p value 0.03) and mother’s education (p value 0,01) with student achievement, whereas there is no relationship between the nutritional status (HAZ), breakfast habits, intake of nutrient , father's education, parent’s income and mother’s occupation with learning achievement.

Keywords: student achievement, nutritional status

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 2: Document

 

2    

Pendahuluan

Saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Pada tahun 2012,

berdasarkan data Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2012: yang dikeluarkan

oleh UNESCO, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI)

Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 120 negara didunia. Indikator yang digunakan untuk

menilai hal tersebut meliputi 4 goals, yaitu pendidikan dasar, kesamaan gender, angka melek

huruf, dan kualitas pendidikan yang tercermin dari prestasi siswa. Data tersebut senada denga

PISA (Programme for International Student Assessment) yang dikeluarkan oleh Organization for

Economic Coorperation and Development tahun 2013 menunjukkan anak indonesia berada pada

peringkat ke-64 dari 65 negara di dunia dalam kemampuan matematika, sains dan membaca.

Perkembangan dalam dunia pendidikan yang rendah berdampak terhadap nilai Indek

Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNDP (2013)

Indonesia berada pada urutan ke 121 dari 187 negara didunia. IPM merupakan hasil penilaian

dari tiga aspek yaitu, pendidikan, kesehatan dan kesejahtraan ekonomi. Menurut Kemendikbud

(2013) penyebab rendahnya IPM Indonesia disebabkan oleh kualitas pendidikan di Indonesia

yang masih rendah.

Salah satu cara untuk menilai kualitas pendidikan adalah dari hasil prestasi belajar siswa.

Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi

yang dicapai oleh teman-teman sekelasnya (Syah, 2010). Prestasi belajar ditunjukkan dengan

jumlah nilai rapot atau nilai tes harian. (Haryanto, 2010). Agar prestasi belajar siswa dapat

tercapai dengan baik, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.

Menurut Syah (2010), ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Faktor pertama yaitu faktor internal yang meliputi aspek fisiologis seperti gizi dan kesehatan,

aspek psikologis yaitu , intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi. Kedua adalah faktor

eksternal yang meliputi lingkungan dan fasilitas sekolah. Ivanovic, et al. (2004), menambahkan

faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu pendidikan terakhir orang

tua, pendapatan orang tua, berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Cebu, Filipina terhadap 3289 anak yang diikuti

selama 12 tahun didapatkan hubungan yang positif antara status gizi dengan pencapaian prestasi

akademik disekolah (Glewwe, 2000). Penelitian yang dilakukan di Jamaika terhadap 809 anak

yang berusia 9-13 tahun menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara prestasi akademik

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 3: Document

 

3    

khusunya aritmatika dengan status gizi anak berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U)

(Hutchinson, et al, 1997). Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan terhadap anak-

anak sekolah di pedalaman Afrika Selatan yang menunjukkan terdapat hubungan yang kuat

anatara berat badan menurut umur (BB/U) dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

dengan kemampuan matematika dan bahasa inggris anak, sedangkan tinggi badan menurut umur

(TB/U) memiliki hubungan kuat dengan kemampuan matematika (Themane, et al ,2003)

Faktor lain yang berperan terhadap prestasi belajar siswa adalah kebiasaan sarapan.

Sarapan pagi dapat memenuhi kecukupan energi diawal hari sebelum memulai aktivitas, apabila

seseorang melewatkan sarapan maka tubuh tidak mempunyai cukup energi terutama dalam proses

belajar mengajar (Khomsan, 2003). Penelitian yang dilakukan di Iran melibatkan 100 siswa

sekolah dasar menunjukkan terdapat perbedaan nilai matematika yang signifikan antara

kelompok kasus yang terbiasa sarapan dan kelompok kontrol yang tidak biasa sarapan.

Faktor lainnya yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa adalah pendidikan orang

tua, pendapatan keluarga dan pekerjaan ibu (Enizarti, 2002; Syah, 2010; Minatun, 2011; Septiani,

2012). Orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung mempunyai

pengetahuan yang baik mengenai pendidikan anak. Pengetahuan yang baik dan kondisi ekonomi

yang baik menyebabkan orang tua akan dapat menyediakan fasilitas yang baik untuk belajar

anak(Kusumastuti, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 20 orang siswa SDN

Pancoranmas 02 didapatkan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran matematika dan bahasa

inggris kurang dari nilai rata-rata. Selain itu, di sekolah tersebut belum pernah dilakukan

penelitian sebelumnya serta belum terlalu terpapar dengan pengetahuan mengenai gizi.. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan status gizi (indeks

TB/U dan IMT/U), asupan zat gizi, kebiasaan sarapan dan karakteristik keluarga dengan prestasi

belajar siswa kelas IV dan V SDN Pancoranmas 02 Kecamatan Pancoranmas Kota Depok Tahun

2014.

Tinjauan Teoritis

Prestasi belajar mempunyai banyak pengertian. Menurut Depdikbud (1990) Prestasi

belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang didapatkan dari suatu mata ajaran yang telah

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 4: Document

 

4    

dipelajari oleh siswa yang biasanya ditujukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh

guru. Prestasi belajar merupakan tingkat keterampilan seseorang dalam tugas-tugas akademik

baik berupa pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap yang relatif menetap sebagai

akibat dari pengalaman yang terjadi melalui proses selama jangka waktu tertentu berdasarkan

suatu standar (Ningrum, 2000).

Menurut Sari (1995) prestasi belajar adalah gambaran atau kesimpulan mengenai

seberapa jauh siswa memiliki pengetahuan, pengertian dan pemahaman mengenai suatu materi

pelajaran serta seberapa jauh siswa mampu menerapkan pengetahuan , pengertian, pemahaman

tentang suatu materi pelajaran serta seberapa jauh siswa mampu menerapkan pengetahuan yang

dimilikinya. Selain itu, prestasi belajar dapat menggambarkan kepuasan siswa terhadap pelajaran

yang telah diterimanya (Rini, 1996).

Menurut Syah (2010), ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Faktor pertama yaitu faktor internal yang meliputi aspek fisiologis seperti gizi dan kesehatan,

aspek psikologis yaitu , intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi. Kedua adalah faktor

eksternal yang meliputi lingkungan dan fasilitas sekolah. Ivanovic, et al. (2004), menambahkan

faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu pendidikan terakhir orang

tua, pendapatan orang tua, berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur.

Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status

gizi merupakan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh

(Adriani dan Wirjatmadi, 2011). Makanan yang diperoleh oleh tubuh kemudian melalui proses

pencernaan, penyerapan, transportasi, peyimpanan, metabolisme, dan pembuangan untuk proses

pemeliharaan, perbaikan dan pertumbuhan organ tubuh dan memproduksi energi untuk aktivitas

sehari-hari (Puspitasari, 1999) Status gizi merupakan hal yang sangat penting karena menjadi

salah satu fakor risiko terjadinya kesakitan dan kematian ( Hartriyanti dan Triyanti, 2011).

Keadaan gizi kurang seperti stunting yaitu Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) kurang

dari -2 SD yang dialami oleh anak usia sekolah dapat mempengaruhi kemampuan daya tangkap

anak ketika mengikuti pelajaran disekolah sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajarnya

(Picauly dan Toy, 2013) Stunting atau pendek merupakan perwujudan dari retardasi pertumbuhan

yang bilamana ini terjadi maka akan berdampak pula terhadap pertumbuhan organ yang sangat

penting yaitu otak ( Picauly dan Toy, 2012) Anak yang mengalami masalah gizi seringkali

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 5: Document

 

5    

kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan situasi sekolahnya seperti sering tidak masuk

sekolah karena sakit, terlambat daftar kesekolah dan kurang mampu menangkap pelajaran , serta

tidak naik kelas (Agustini, et al , 2013).

Kebutuhan energi anak usia sekolah disesuaikan dengan aktivitasnya yang padat dan

kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Energi dimanfaatkan untuk berbagai fungsi

didalam tubuh yaitu metabolisme basal, aktivitas jasmani, berfikir, pertumbuhan, perkembangan,

serta pembuangan zat sisa. Otak membutuhkan energi yang berasal dari glukosa untuk berfikir.

Penggunaan energi untuk berfikirnya otak dapat mencapai 20-30% dari total energi didalam

tubuh, oleh sebab itu otak sering disebut sebagai organ yang boros energi (Devi, 2012 ).

Faktor lain yang berperan terhadap prestasi belajar siswa adalah kebiasaan sarapan.

Sarapan bagi merupakan kebiasaan yang sangat penting untuk menunjang aktivitas yang akan

dilakukan pada pagi hari. Khususnya pada siswa yang akan mengikuti pelajaran disekolah ,

dengan sarapan pagi maka kecukupan energi pada pagi hari dapat terpenuhi (Ariyanti, 2005)

Terdapat dua manfaat yang akan didapatkan apabila seseorang rutin melakukan sarapan pagi

yang pertama adalah sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

meningkatkan kadar gula darah sehingga dengan kadar gula darah yang normal, maka konsentrasi

belajar anak akan lebih baik sehingga berdampak positive untuk meningkatkan kemampuan

belajar dan prestasi. Kedua, sarapan pagi akan menyumbang sekitar 25% dari kebutuhan harian,

sehingga sarapan pagi memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan

tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk berfungsinya proses

fisiologis dalam tubuh (Khomsan, 2003).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan desain

penelitian cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi yaitu tinggi

badan menurut umur (TB/U) dan indeks massa tubuh menurut umur(IMT/U), asupan energi dan

protein, kebiasaan sarapan, serta karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan terakhir orang

tua, pendapatan keluarga, dan pekerjaan ibu dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN

Pancoranmas 02 tahun ajaran 2013/2014. Data yang terdiri dari variabel dependen dan

independen dikumpulkan dalam satu waktu yang bersamaan. Data primer didapatkan dari hasil

pengukuran antropometri yaitu tinggi badan dan berat badan, form recall 24 jam, kuesioner dan

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 6: Document

 

6    

angket. Data sekunder didapat dari rekapitulasi hasil ulangan harian siswa pada semester ganjil

tahun ajaran 2013/2014

Hasil Penelitian

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Univariat (n=112)

Variabel n % Prestasi Belajar Kurang Baik

49 63

43,8 56,2

TB/U Sangat pendek Pendek Normal Tinggi

1

13 94 4

0,9

11,6 83,9

3,57 IMT/U Kurus Normal Gemuk

5

104 3

4,5

92,85 2,67

Kebiasaan Sarapan Tidak rutin Rutin (Memenuhi 15-30% AKG dan dilakukan <09.00)

67 45

59,8 40,2

Asupan Energi Kurang Cukup

82,2 30

73,3 26,7

Asupan Protein Kurang Cukup

73 39

65,2 34,8

Asupan Zat besi Kurang Cukup

111

1

99,1 0,9

Asupan Seng Kurang Cukup

111

1

99,1 0,9

Pendidikan Ibu Rendah Menengah Tinggi

25 45 42

22.3 40,2 37,5

Pendidikan Ayah Rendah Menengah Tinggi

5

51 56

4.5

45,5 50

Pendapatan Keluarga Rendah Tinggi

22 90

19,6 80,4

Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak bekerja

38 74

33.9 66.1

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 7: Document

 

7    

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Bivariat ( n=112)

Variabel

Prestasi Kurang

Prestasi Baik

P Value OR (95% CI)

n % n % TB/U Pendek Normal

8

41

57.1 41.8

6

57

42.9 58.2

0.428

1,85 (0,59-5,7)

IMT/U Kurus Normal

5

44

100 41.1

0

63

0

58.9

0.033

Kebiasaan Sarapan Tidak rutin Rutin

28 21

41.8 46.7

39 24

58.2 53.3

0.752

Kecukupan Energi Kurang Cukup

35 14

42.7 46.7

47 16

57.3 53.3

0.872

Kecukupan Protein Kurang Cukup

33 16

45.2 41

40 23

54.8 59

0.822

1,186 (0,54-2,6)

Pendidikan Ayah Rendah Tinggi

3

46

60 43

2

61

40 57

0.773

1,98 (0,31-12,3)

Pendidikan Ibu Rendah Tinggi

17 32

68

36.8

8

55

32

63.2

0.01

3,65 (1,41-9,41)

Pendapatan Orangtua Rendah Tinggi

28 21

45.9 41.2

33 30

54.1 58.8

0.756

1,71 (0,67-4,39)

Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak bekerja

17 32

44.7 43.2

21 42

55.3 56.8

1.00

1,06 (0,48-2,31)

Pembahasan

1. Pembahasan Hasil Analisis Univariat

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan pengetahuan atau keterampilan dari suatu mata ajaran yang

telah dipelajari oleh siswa yang biasanya ditujukan dengan nilai test atau angka yang diberikan

oleh guru. Prestasi belajar merupakan tingkat keterampilan seseorang dalam tugas-tugas

akademik yang telah ditentukan berdasarkan suatu standar (Ningrum, 2000). Cara yang

digunakan untuk memperoleh atau mengukur prestasi belajar diperlukan adanya indikator untuk

mengetahui sejauh mana prestasi siswa.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 8: Document

 

8    

Dalam penelitian ini , indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa

adalah nilai ulangan harian selama 1 semester. Mata pelajaran yang dijadikan indikator adalah

mata pelajaran Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia. Ketiga

pelajaran ini dianggap mampu menggambarkan kemampuan kognitif siswa karena untuk

mempelajarinya dibutuhkan analisis dan kemampuan menghafal yang baik. (Sanjaya, 2008)

Penilaian terhadap prestasi belajar siswa menggunakan perbandingan berdasarkan rata-

rata nilai dari seluruh siswa yang dijadikan sampel. Siswa dikatakan memiliki prestasi kurang

apabila nilainya kurang dari rata-rata dan dikatakan memiliki prestasi baik apabila nilai siswa

lebih dari sama dengan rata-rata. Rata-rata nilai siswa adalah 71,84, dengan nilai terendah dan

tertinggi adalah 42 dan 92. Dari 112 siswa sebanyak 43,8% siswa memiliki prestasi belajar

kurang, sedangkan selebihnya sebanyak 56,2% siswa memiliki prestasi belajar yang baik.

b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Hasil analisis menunjukkan terdapat 12,5% dari 112 siswa yang tergolong pendek

(stunting) yang dikelompokkan menjadi pendek (11,6%) dan sangat pendek (0,9%). Hasil yang

diperoleh ini berbeda dengan data yang didapatkan pada saat survei awal, dimana dari 5 orang

siswa 3 orang diantaranya (60%) tergolong pendek. Data tersebut didapatkan dari data guru kelas

yang rutin melakukan pengukuran setiap beberapa bulan sekali, sehingga hasilnya bisa menjadi

kurang akurat atau terdapat prosedur pengukuran yang kurang tepat yang menyebabkan hasil

pengukuran berbeda dengan data primer yang dikumpulkan saat proses penelitian ini.

Apabila dibandingkan dengan data nasional berdasarkan Riskesdas 2010, prevalensi anak

yang memiliki status gizi pendek pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan angka

nasional (35,4%) atapun prevalensi pendek yang terdapat di Jawa Barat (34,2%) yang

dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu pendek (20,9%) dan sangat pendek (15,5%). Angka

tersebut didapatkan dari pengukuran tinggi badan secara nasional anak sekolah yang berusia 6-12

tahun.

c. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Hasil analisis menunjukkan terdapat 4,5% dari 112 orang siswa yang tergolong kurus

(wasted). Angka ini tergolong kecil dan jauh apabila dibandingkan dengan jumlah anak yang

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 9: Document

 

9    

memiliki status gizi pendek yaitu 12,5%. Hal ini sebagai indikator yang menunjukkan bahwa

anak yang memiliki indeks IMT/U normal belum tentu memiliki pertumbuhan fisik yang baik,

namun bisa jadi terdapat gangguan pertumbuhan yang sifatnya kronis seperti gangguan

pertumbuhan tinggi badan sehingga ketika status gizi di ukur dengan indeks lain yaitu IMT/U,

status gizi anak menjadi terlihat normal.

Nilai mean untuk indikator IMT/U adalah 0,396 standar deviasi (SD) yang menunjukkan

rata-rata siswa memiliki status gizi yang normal. Nilai minimum dan maksimum berturut-turut

adalah -2,93 SD dan 3,08 SD . Nilai maksimum siswa tergolong tinggi hal ini dsebabkan karena

terdapat 3 orang siswa dari 112 orang yang memiliki statuss gizi gemuk (IMT/U ≥2SD).

d. Kebiasaan Sarapan

Hasil analisis menunjukkan sebanyak 59% siswa tidak rutin melakukan sarapan pagi

sedangkan sisanya yaitu sebanyak 40,2% siswa rutin melakukan sarapan pagi. Siswa dikatakan

rutin melakukan sarapan pagi apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan berdasarakan

Deklarasi Pekan Sarapan Nasional (PESAN) yaitu sarapan sehat adalah kegiatan makan dan

minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi yang memenuhi sebagian

kebutuhan gizi harian yaitu 13-15% dari AKG (Hardinsyah, 2013).

Sebanyak 17,9% siswa menyatakan tidak rutin melakukan sarapan setiap hari, sedangkan

sisanya yaitu 82,1% siswa menyatakan rutin melakukan sarapan setiap hari dan 17,9%

diantaranya menyatakan biasa sarapan diatas jam 9 pagi yaitu dengan jajan makanan disekolah

sedangkan sebagian besar yaitu 82,1% siswa biasa sarapan dengan waktu mulai bangun tidur

sampai > jam 9 pagi. Rata-rata siswa melakukan sarapan dirumahnya sebelum berangkat sekolah

dan dilakukan antara jam 05.30 pagi sampai jam 07.00. Dari seluruh siswa yang melakukan

sarapan, 51,8% mengonsumsi energi saat sarapan kurang dari energi minimal yang dianjurkan

untuk sarapan yaitu 15%. Rata-rata hal ini didapatkan dari siswa yang hanya mengonsumsi susu

saja atau teh manis dan jajanan saat pagi hari sehingga energinya tidak mencukupi kebutuhan

minimal, sedangkan sisanya yaitu 48,2% siswa mengonsumsi energi sarapan sesuai dengan

kecukupan yang dianjurkan yaitu ≥15% dari AKG.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 10: Document

 

10    

d. Asupan Zat Gizi

Angka kecukupan energi dalam penelitian ini dilihat berdasarkan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) 2013 yang menunjukkan kecukupan energi siswa adalah antara 1850-2100 kkal sesuai

dengan rentang usia dan jenis kelasmin. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 73,3% siswa

memiliki asupan energi kurang dari 70% AKG yang merupakan angka kebutuhan minimal,

sedangkan sisanya sebanyak 26,88% siswa memiliki asupan energi cukup yaitu ≥70% AKG.

Rata-rata asupan energi siswa adalah 1254 kkal, dengan nilai minimum dan maksimum berturut-

turut adalam 637 kkal dan 3534 kkal.

Angka kecukupan protein dalam penelitian ini dilihat berdasarkan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) 2013 yang menunjukkan kebutuhan protein siswa adalah 49-56 gram yang disesuaikan

dengan umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 65,2% siswa memiliki

asupan protein kurang dari kebutuhan minimal yaitu kurang dari 80% AKG, sedangkan sisanya

sebanyak 34,8% siswa memiliki asupan cukup yaitu 34,4%. Rata-rata asupan protein siswa

adalah 43,6 gram angka ini mendekati angka kecukupan protein , sedangkan nilai minimum dan

maksimum berturut-turut adalah 23 gram dan 119 gram.

e. Pendidikan Orang Tua

Dalam analisis univariat pendidikan orang tua dikelompokkan kedalam tiga kategori

yaitu; pendidikan rendah (≤SMP), pendidikan menengah (SMA dan sederajat), dan pendidikan

tinggi (>SMA). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan distribusi antara pendidikan ayah

dan ibu. Sebanyak 4,5% ayah memiliki pendidikan rendah, 45,5% memiliki pendidikan

menengah dan sisanya 50% memiliki pendidikan tinggi. Dapat dikatakan, rata-rata ayah siswa

memiliki pendidikan tinggi . Sedangkan untuk pendidikan ibu, sebanyak 23,3% ibu memiliki

pendidikan rendah, 40,2% memiliki pendidikan menengah, dan sisanya 37,5% memiliki

pendidikan tinggi. Terdapat perbedaan antara tingkat pendidikan ayah dan ibu, dimana rata-rata

ayah siswa berpendidikan tinggi lebih banyak dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi.

f. Pendapatan Orangtua

Pendapatan orangtua dalam penelitian ini merupakan gabungan antara pendapatan ayah

dan ibu apabila bekerja. Pendapatan dikategorikan menjadi dua yaitu rendah apabila kurang dari

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 11: Document

 

11    

UMR Kota Depok tahun 2014 yaitu Rp. 2.397.000,00 dan tinggi apabila lebih dari UMR. UMR

merupakan upah minimum regional yang dianggap layak untuk memenuhi kebutuhan hidup yang

disesuaikan dengan tingkatan ekonomi dikota yang bersangkutan. Hasil analisis menunjukkan

sebanyak 19,6% keluarga siswa memiliki pendapatan yang rendah, sedangkan selebihnya

sebanyak 80,4% keluarga siswa memiliki pendapatan yang tinggi. Rata-rata pendapatan keluarga

siswa adalah Rp. 4.680.000,00. Nilai minimum dan maksimum berturut-turut adalah Rp.

500.000,00 dan Rp. 20.000.000,00.

g. Pekerjaan Ibu

Pada penelitian ini pekerjaan ibu dipersempit menjadi dua kategori, yaitu bekerja dan

tidak bekerja. Dari 112 responden, sebanyak 33,9% siswa memiliki ibu yang bekerja, sedangkan

selebihnya yaitu sebanyak 66,1% ibu siswa tidak bekerja. Dari 33,9% ibu yang bekerja, paling

banyak pekerjaan ibu adalah karyawan swasta, pedagang, PNS, guru dan freelance.

Pekerjaan ibu dianggap berhubungan dengan ketersediaan waktu ibu untuk anak dirumah.

Ibu merupakan orang yang paling berperan dalam pengasuhan anak sehingga anak dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Pengasuhan yang baik seperti menyediakan makanan yang sesuai

dengan kebutuhan gizi anak, memberikan stimulasi terhadap perkembangan kognitif dan

psiksosial anak agar anak dapat tumbuh sehat dan dapat memiliki prestasi yang baik disekolah

(Kusumastuti, 2010)

2. Pembahasan Hasil Analisis Bivariat

h. Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U) dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini status gizi diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu sangat pendek

(severely stunted), pendek (stunted) dan normal. Pengkategorian ini mengacu pada standar z-

score berdasarkan WHO growth reference 2007. Pada analisis bivariat kategori status gizi siswa

dipersempit menjadi dua kategori yaitu pendek dan normal. Hasil uji statistik menunjukkan tidak

ada hubungan antara status gizi TB/U dengan prestasi belajar siswa dengan p value 0,428.

Meskipun demikian terdapat kecenderungan siswa yang memiliki status gizi pendek lebih banyak

yang memiliki prestasi belajar yang kurang (57,1%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki

status gizi normal (41,%)

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 12: Document

 

12    

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2012) dan

Fauziah (2011) dimana tidak terdapat hubungan antara status gizi TB/U dengan prestasi belajar ,

namun terdapat kecenderungan siswa yang memiliki status gizi pendek lebih banyak yang

mempunyai prestasi belajar yang kurang.Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kaligis (2010)

menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi TB/U dengan prestasi belajar (P value 0,198)

i. Hubungan Status Gizi (Indeks IMT/U) dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini status gizi dikelompokkan kedalam tiga kategori yang mengacu pada

standar z-score WHO growth reference 2007 yaitu sangat kurus (severely wasted), kurus

(wasted) dan normal. Namun, disebabkan karena dalam penelitian ini hanya terdapat siswa yang

memiliki status gizi kurus dan normal sehingga pengkategorikan hanya dibagi menjadi dua. Dari

112 anak hanya 5 orang anak yang memiliki status gizi kurus sedangkan selebihnya memiliki

status gizi normal. Hasil uji statistik menyatakan terdapat hubungan antara status gizi IMT/U

dengan prestasi belajar dengan P value 0,03 dengan Odds ratio 2,43 yang menunjukkan bahwa

siswa yang mempunyai status gizi kurus berpeluang 2,43 kali untuk memiliki prestasi belajar

yang kurang dengan 95% CI(1,9-3).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak sekolah di Afrika Selatan menunjukkan terdapat

hubungan yang kuat antara status gizi IMT/U dengan prestasi belajar anak khususnya matematika

dan kemampuan bahasa ( Themane. et al, 2005) Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Isdaryanti (2007) terhadap anak-anak sekolah dasar di Pacitan menunjukkan terdapat hubungan

antara status gizi IMT/U dengan prestasi belajar, dimana anak-anak yang memiliki status gizi

kurus cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah.

j. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan

sarapan dengan prestasi belajar dengan p value 0,752. Kebiasaan sarapan dibagi menjadi dua

kategori yaitu yang rutin sarapan setiap hari yang dilakukan dari mulai bangun tidur sampai jam

09.00 pagi serta memenuhi 15-30% dan tidak rutin sarapan yang berarti tidak memenuhi kriteria

sarapan setiap hari, dilakukan tidak pada waktunya yaitu antara bangun tidur sampai jam 09.00

dan kurang dari 15% energi harian.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 13: Document

 

13    

Pada penelitian ini proporsi siswa yang rutin sarapan lebih banyak yang memiliki prestasi

belajar kurang (46,7%) dibandingkan siswa yang tidak rutin sarapan (41,8%). Padahal secara

teori seharusnya anak yang tidak rutin sarapan lebih cenderung untuk memiliki prestasi belajar

yang rendah dibandingkan anak yang terbiasa sarapan. Hal ini dapat disebabkan karena faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar tidak hanya terkait dengan sarapan, selain itu faktor minat,

bakat, IQ juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran sehingga dalam

penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2011), Syafnida

(2007), dan Ningsih (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan

dengan prestasi belajar siswa, namun dalam penelitian tersebut terdapat kecenderungan siswa

yang terbiasa sarapan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak

biasa sarapan. Adanya perbedaan distribusi kebiasaan sarapan antara siswa yang memiliki

prestasi kurang dengan kebiasaan sarapan yang rutin dan tidak rutin ini dapat disebabkan oleh

criteria yang berbeda dalam menentukan kebiasaan sarapan. Penelitian terdahulu hanya melihat

kebiasaan sarapan dari frekuensi sarapan anak dan tidak melihat waktu serta asupan energinya.

j. Hubungan Asupan Energi dengan Prestasi Belajar

Kecukupan energi dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kurang apabila <70% AKG

dan cukup apabila ≥70-110% AKG ayng mengacu pada AKG 2013. Hasil uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan antara kecukupan energi dengan prestasi belajar dengan P

value 0,87. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang sebaliknya dari teori, yaitu siswa yang

asupan energinya cukup lebih banyak yang memiliki prestasi belajjar kurang (46,7%)

dibandingkan dengan siswa yang memiliki asupan energi kurang (42,7%). Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahabol (2010), Isdaryanti (2010), dan Fauziah

(2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan energi dengan prestasi belajar siswa.

k. Hubungan Asupan Protein dengan Prestasi Belajar

Kecukupan protein dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kurang apabila < 80%

AKG dan cukup apabila ≥ 80-110% AKG yang mengacu pada angka AKG 2013. Hasil uji

statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kecukupan protein dengan prestasi belajar

dengan P value 0,822. Namun terdapat kecenderungan siswa yang memiliki asupan protein cukup

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 14: Document

 

14    

memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki supan protein

kurang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahabol (2010) dan

Cahyaningrum (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kecukupan protein dengan

prestasi belajar, namun terdapat kecenderungan dengan protein cukupi memiliki prestasi belajar

yang lebih baik dibandingkan siswa dengan asupan proteinkurang. Beberapa penelitian terdahulu

menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2012) dan Fauziah

(2011) menyatakan terdapat hubungan antara kecukupan protein dengan prestasi belajar.

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh penggunaan cut of point yang berbeda. Perbedaan cut of

point yang cukup jauh dapat menyebabkan hasil yang berbeda sehingga siswa yang memiliki

kecukupan protein kurang akan lebih banyak dan memberikan hasil analisis yang berbeda.

l. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar

Pada analisis bivariat, kategori pendidikan orang tua dipersempit menjadi dua kategori

yaitu pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Dikatakan memiliki pendidikan rendah apabila

orang tua siswa memiliki pendidikan ≤ SMP atau tamat SMP dan kurang dari itu sedangkan

dikatakan memiliki pendidikan tinggi apabila ≥ SMA yaitu tamat SMA atau melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47

tahun 2008 tentang wajib belajar 9 tahun dimana warga negara Indonesia harus mengikuti

program pendidikan minimal sampai SMP yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ayah dengan

prestasi belajar siswa dengan P value 0,77 , sedangkan pendidikan ibu, terdapat hubungan dengan

prestasi belajar siswa dengan P value 0,01. Odds ratio untuk pendidikan ibu adalah 3,65 yang

artinya ibu yang memiliki pendidikan rendah, anaknya berisiko 3,65 kali memiliki prestasi

belajar yang kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2012) dan

Nuryati (2002) yang menyatakan terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi

belajar anak . Meskipun tidak terdapat hubungan antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar

anak, akan tetapi, terdapat kecenderungan siswa dengan ayah berpendidikan rendah lebih banyak

yang memiliki prestasi belajar kurang dibandingkan anak dengan ayah berpendidikan tinggi.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 15: Document

 

15    

m. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Prestasi Belajar

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendapatan orang tua

dengan prestasi belajar siswa dengan P value 0,36, namun terdapat kecenderungan siswa dengan

orang tua berpendapatan rendah lebih banyak yang memiliki prestasi belajar kurang

dibandingkan siswa dengan orang tua berpendidikan tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Minatun (2011) dan

Isdaryanti (2010) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan

prestasi belajar , Namun terdapat kecenderungan siswa yang memiliki orang tua yang

berpenghasilan rendah lebih banyak yang memiliki prestasi kurang dibandingkan dengan anak

yang memiliki orang tua dengan penghasilan tinggi.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor

utama yang berpengaruh terhadap derajat gizi seseorang, semakin tinggi pendapatan maka dana

yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan akan semakin besar sehingga asupan makanan dapat

terpenuhi dan berdampak terhadap baiknya status gizi. Status gizi yang baik dapat berperan

terhadap performa siswa disekolah dan kemampuan berfikirnya sehingga berpengaruh terhadap

pencapaian prestasi belajarnya.

n. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu bekerja dan

tidak bekerja. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan

prestasi belajar anak dengan P value 1,00, namun terdapat kecenderungan anak yang mempunyai

ibu tidak bekerja memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan anak dengan ibu yang

bekerja. Bekerja dan tidak bekerjanya ibu dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak

karena hal ini berkaitan dengan ketersediaan waktu dan perhatian untuk anak dirumah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2012) dan Nuryati

(2002) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar anak,

namun terdapat kecenderungan anak yang ibunya tidak bekerja memiliki prestasi yang lebih baik

dibandingkan anak dengan ibu yang bekerja.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 16: Document

 

16    

Kesimpulan

1. Sebanyak 43,8% siswa di SDN Pancoranmas 02 memiliki prestasi belajar yang kurang

apabila dibandingkan dengan rata-rata seluruh sampel yaitu mean 71,84

2. Dari 112 anak terdapat 12,5% anak yang memiliki status gizi indeks TB/U pendek dan

4,5% anak yang memiliki status gizi indeks IMT/U kurus

3. Berdasarkan karakteristik siswa sebagian besar siswa tidak rutin sarapan setiap hari

(59,8%), memiliki asupan energy yang kurang dari kecukupan (73,3%) dan memiliki

asupan protein kurang dari kecukupan (65,2%). Selain itu, sebanyak 99,1% siswa memiliki

asupan zat besi dan seng kurang dari kecukupan, 100% siswa memiliki asupan iodium

kurang dari kecukupan serta 58% siswa memiliki asupan vitamin A kurang dari

kecukupan.

4. Berdasarkan karakteristik keluarga, 4,5% ayah siswa berpendidikan yang rendah (≤SMP)

dan 22,3% ibu siswa berpendidikan rendah. Sebanyak 19,6% orang tua siswa

berpendapatan rendah yaitu kurang dari UMR Kota Depok tahun 2014 Rp. 2.397.000,00

dan sebanyak 33,9% ibu siswa bekerja.

5. Terdapat hubungan antara status gizi IMT/U (P value 0,03 dan OR 2,4) dan pendidikan

ibu (P value 0,01 dan OR 3,65) dengan prestasi belajar siswa.

6. Tidak terdapat hubungan antara status gizi TB/U, kebiasaan sarapan, asupan energy dan

protein, pendidikan ayah, pendapatan orangtua, dan pekerjaan ibu dengan prestasi belajar

siswa.

Saran

Bagi Sekolah

1. Diharapkan agar sekolah memberikan edukasi kepada siswa mengenai hal yang berkaitan

dengan gizi seperti kampanye untuk rutin melakukan sarapan pagi dan jajanan sehat.

2. Sebaiknya pihak sekolah melaksanakan kegiatan dalam upaya peningkatan gizi siswa

untuk meningkatkan prestasi belajar anak disekolah , dengan mengadakan kantin sekolah

yang menyediakan makanan yang sehat dan bersih sesuai dengan persyaratan gizi.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 17: Document

 

17    

Bagi Peneliti Lain

1. Sebaiknya menggunakan desain penelitian lain seperti desain kohort untuk melihat efek

status gizi terhadap prestasi belajar dengan mengontrol berbagai kondisi

Daftar Referensi

Adriani, Merryana., Wirjatmadi, Bambang,. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Penerbit Kencana

Agustini, C.C., et al. (2013). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing Kecamatan Tuminting Kota Manado. [Paper]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Manado

Anggraini, Fira. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi siswa sekolah dasar di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan tahun 2003. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Arifin, Zainal. (1988). Evaluasi Instruksional. Bandung : Penerbit CV Rosdakarya

Clandinin, M.T. (1999). Brain development and assessing the supply of polyunsaturated fatty acid. Lipids. Vol 34 No 2 :131-137

Eriyanti, R.W. (2007). Model penerapan teori skemata untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan bagi siswa sekolah dasar.[Penelitian]. Universitas Muhamadiyah Malang

Faizah, N., Heryati, E. (2007). Studi Korelasional antara Status Gizi dengan Prestasi Akademik pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Cilampeni I Kabupaten Bandung [Penelitian].Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Glewwe, P., et al. (2001). Early Childhood Nutrition and Academic Achievement: a Longitudinal Analysis. Journal of Public Economics . Vol 81:345-368

Haryanto.(2010).“Pengertian prestasi belajar”. http://belajarpsikologi.com/pengertian- prestasi-belajar/ (3 Feb.2013)

Hapsari, A., Antari, P.Y., Ani, L.S. (2011). Gambaran Status Gizi Siswa SDN 3 Peliatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Hollingsworth, M. A. (2009, March). Wellness and academic performance of elementary students. Paper based on a program presented at the American Counseling Association Annual Conference and Exposition, Charlotte, NC.

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 18: Document

 

18    

Huwae, Frans Johannis. (2006). Hubungan Antara Kadar Seng (Zn) dengan Memori Jangka Pendek pada Anak Sekolah Dasar. [Tesis]. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Isdaryanti, Christien. (2007). Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun 1 Pacitan. [Skripsi]. Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Ivanovic, M. (2004). Scholastic achievement: a multivariate analysis of nutritional, intellectual, socioeconomic, sociocultural, familial, and demographic variables in Chilean school-age children. Nutrition Vol.20 :878-889

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik (2011) .Profil anak Indonesia 2011. Jakarta

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). IPM Indonesia naik peringkat. http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/index-berita-bulanan/2013/home2-2/47-ipm- indonesia-naik-peringkat ( 4 Feb., 2014)

Kemenag, (2013). HARDIKNAS, Kualitas pendidikan Indonesia rangking 67 dari 127 negara. http://sulut.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=127067 ( 4 Feb., 2014)  

Khomsan, Ali. (2003). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada

Lee, K. (2010). Do Early Academic Achievment and Behavior Problems Predict Long-Term Effects Among Head Start Children. Journal Children and Youth Service Review Vol 32 : 1690-1703

Listyorini, Dyah. (2011). Hubungan asupan energi dan status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi].Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Minatun, S. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011. [Skripsi]. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Moehji, Sjahmien. (1986). Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara

Murphy, J.M., et al. (1998). The Relationship of School Breakfast to Psychosocial and Academic Functioning. Journal of American Medical Association. Vol 152:899-907

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 19: Document

 

19    

Nasab, M. N., et al. (2013). Association Between The Educational Achievement and Consumption of Breakfast and Snack in Students. International Research Journal of Applied and Basic Sciences. Vol.7(10):699-703

Nurjannah, Fatimah. (2003). Hubungan Konsumsi Zat Besi (Fe) dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Ai Washliyah Kelurahan Tegal Sari UI Kecamatan Medan Area Tahun 2003. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Nuryati, Ety. (2002). Hubungan status gizi dan faktor-faktor penentu lainnya dengan prestasi belajar siswa SDN Tanjung Pagar 2 Kel. Tanjung Pagar Kec. Banjar SelatanKota Banjarmasin tanun 2002.[Skripsi].Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Ong, L.C., et al. (2010). Factors Associated with Poor Academic Achievment Among Urban

Picauly, I., Toy, S.M. (2013). Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur NTT. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol.1(8):55-62

Puspitasari, D,S. (1999). Hubungan antara status gizi dan faktor-faktor penentu lainnya dengan prestasi belajar anak SD/MI penerima PMT-AS di DKI Jakarta dan Jawa Tengah tahun 1997/1998. [Skripsi]. Fakiultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia.

Ristiana, S. (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SDN No 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2009. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Septiani, Saela. (2012). Hubungan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dan faktor lainnya dengan prestasi belajar siswa SDN Cinere , Cinere tahun 2012. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Soekirman,. (1999). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Suhardjo. (1996). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Syafnida, Maharizul. (2007). Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IV dan V di SDN Beji 7 Depok tahun 2007.[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Penerbit Rosdakarya

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013

Page 20: Document

 

20    

Tandirerung, U.E, Maluyu, L., Kawengian, S. (2013). Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Kejadian Anemia pada Murid SDN 3 Manado. Jurnal e- Biomedik (Ebm). Vol 1 No 1 :53-58

Tayebi, S., Pourabbasi, A., Shirvani, M.E. (2011). The Effect of Dietary Habits on Iranian Students-School Performance, a Pilot Cross-Sectional Study. Tehran University Medical Science, Iran

Themane, et al. (2003). The relationship between health (malnutrition) and educational achievements (Maths and English) in the rural hildren of South Afrika. International Journal of Educational Development 23 :637-643

Zuman, N., et al. (2012). Relationship Between Eating Behaviours, Self Esteem and Academic Achievement among Lower Secondary School Students in Meru Klang Malaysia. Asian Journal of Clinical Nutrition. 4(4):132-141

Hubungan Status..., Santi Jaelani, FKM UI, 2013