demam pada anak
DESCRIPTION
makalah demam anakTRANSCRIPT
![Page 1: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak yang menderita demam merupakan sebagian dari pasien yang berobat
ke dokter anak (19-30%)1 dan pada umumnya tidak ada seorang dokter anak
manapun yang merasa nyaman menghadapi anak dengan demam. Demam dapat
merupakan tanda permulaan adanya infeksi, namun demam juga bisa disebabkan
oleh adanya kelainan metabolik dan sebab-sebab lain2.
Secara umum, demam merupakan bagian dari proses tumbuh kembang
anak. Balita khususnya, kerap mengalami demam karena pada dasamya, balita
memang rentan terhadap infeksi virus seperti infeksi saluran pernapasan atas/ISPA
(common cold/flu). Demam juga merupakan alasan terbanyak dari orangtua untuk
membawa anak ke dokter. Demam kerap identik dengan peresepan polifarmasi dan
peresepan antibiotik yang berlebihan. Memang, demam sering menimbulkan
"kepanikan"baik di pihak orang tua, maupun di pihak tenaga medis itu sendiri3.
Overmedication yang dialami anak ketika demam disebabkan oleh beberapa
hal. Pertama, kepanikan dan "tuntutan" pasien, yang sebenarnya disebabkan oleh
ketidaktahuan mereka akan demam. Kedua, keinginan dokter untuk sesegera
mungkin melenyapkan demam sehingga seringkali.tata laksana demam tidak
berdasarkan proses pengaturan suhu tubuh di otak dan patogenesis demam itu
sendiri. Ketiga, iklan obat demam yang tidak sepenuhnya edukatif. Penelitian
membuktikan bahwa edukasi kepada orangtua meningkatkan rasionalitas tata
laksana demam pada anak3.
Masalah demam pada anak sifatnya terbuka, banyak sekali kemungkinan
yang tak terduga4. Bisa saja demam bersifat self limited dan berlangsung tidak lebih
dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan di rumah
sakit,atau bahkan demam tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan
mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik dan sepsis5.Tidak
ada prosedur tetap yang pasti berhasil, petunjuk yang ada hanyalah semacam garis
besar yang harus diterjemahkan dengan kedalaman pengetahuan, kreasi dan art dari
dokter yang menanganinya sesuai dengan keadaan pasien. Setiap dokter harus
![Page 2: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/2.jpg)
2
mencoba menemukan kegawatan yang diderita anak dengan demam, apakah
demam tersebut merupakan tanda penyakit yang gawat yang harus segera ditangani
secara serius atau tidak4.
Tenaga kesehatan merupakan sumber informasi primer mengenai demam
bagi orangtua, meskipun ada perbedaan anggapan antara dokter dan orangtua
mengenai pemberian obat pada anak dengan demam6. Indikasi paling umum untuk
pemberian terapi antipiretik adalah suhu tubuh lebih dari 38,30C dan memperbaiki
rasa nyaman pada anak. Sebagian besar dokter berpendapat anak yang sedang
tertidur tidak perlu dibangunkan hanya untuk diberi obat anti demam7.
Orang tua cenderung lebih mengutamakan mencapai suhu yang normal pada
anka yang sakit, sehingga pemberian obat anti demam terkadang tidak sesuai.
Banyak orangtua yang memberikan obat anti demam meskipun demam bersifat
minimal atau tidak ada demam8. Sebagian menganggap suhu tubuh <380C sudah
termasuk demam, dan 25% tenaga kesehatan memberikan obat antipiretik pada
suhu tubuh <37,80C.6 Perlu edukasi yang tepat tentang demam dan penggunaan
obat anti demam kepada orang tua.
![Page 3: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/3.jpg)
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Demam
2.1.1. Definisi Demam
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu
tubuh di atas 38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat
diukur lewat oral, rektal, dan aksila. Cara pengukuran suhu menentukan tinggi
rendahnya suhu tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan
mengambil suhu pada mulut (mengulum termometer dilakukan pada anak yang
sudah kooperatif ), hasilnya hampir sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih
rendah bila frekuensi napas cepat. Pengukuran suhu melalui dubur (rektal)
dilakukan pada anak di bawah 2 tahun. Termometer masuk ke dalam dubur sedalam
2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan, pengukuran dilakukan selama 3 menit. Suhu
yang terukur adalah suhu tubuh yang mendekati suhu yang sesungguhnya (core
temperature). Dikatakan demam bila suhu di atas 380C.4
Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada anak
besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit
sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer tepat pada
tengah aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran aksila
akan lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran melalui dubur.
Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba adalah daerah yang
pembuluh darahnya banyak seperti di daerah pipi, dahi, tengkuk. Meskipun cara ini
kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu), namun perabaan ibu cukup bisa
dipercaya dan digunakan sebagai tanda demam pada program MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit)4.
Menurut kamus kedokteran Stedman’s edisi ke-25, demam adalah
peningkatan suhu tubuh diatas normal (98,60 F/ 370 C). Sedangkan menurut edisi
ke-26 dalam kamus yang sama, demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap
penyakit yang di perantarai oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu
pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun. Dalam protokol Kaiser Permanente
![Page 4: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Appointment and Advice Call Center definisi demam untuk semua umur, demam
didefinisikan temperatur rektal diatas 380 C, aksilar diatas 37,50 C dan diatas 38,20
C dengan pengukuran membran timpani, sedangkan demam tinggi bila suhu tubuh
diatas 39,50 C dan hiperpireksia bila suhu > 41,10 C.5
2.1.2. Patofisiologi Demam
Peningkatan suhu dalam tubuh (demam) dapat terjadi akibat beberapa hal
yaitu:
1. ketika suhu set poin meningkat misalnya saat infeksi yang merupakan
penyebab utama demam
2. ketika terjadi produksi panas metabolik misalnya pada hipertiroid
3. ketika asupan panas lingkungan melebihi kemampuan pelepasan panas
misalnya pada hiperpireksia maligna akibat anestesia, ruang kerja
industri yang sangat panas, dan sauna
4. ketika ada gangguan pelepasan panas misalnya displasia ektodermal
5. kombinasi dari beberapa faktor.
Pada kondisi tertentu, peningkatan suhu tubuh di atas rerata fisiologis justru
membaw a manfaat adaptif. Misalnya, saat terjadi infeksi, demam merupakan
respons yang dibutuhkan untuk memfasilitasi penyembuhan melalui peningkatan
kerja sistem imun dan menghambat replikasi mikro-organisme. Oleh karena itu,
secara ilmiah, demam dapat disebut sebagai respons homeostatik.4
Demam adalahkondisi ketika otak mematok suhu di atas setting normalyaitu
di atas 380C. Beberapa buku menyatakan bahwa demam adalah suhu tubuh >
38.50C untuk waktu minimal 24 jam. Akibat tuntutan peningkatan setting tersebut
maka tubuh akan memproduksi panas.Proses pembentukan panas terdiri atas tiga
fase yaitu4:
1. Fase pertama, menggigil (fase pelepasan sitokin proinflamasi) yang
berlangsung sampai suhu tubuh mencapai puncaknya;
2. Fase kedua,.suhu menetap tinggi untuk beberapa saat (sitokin berhasil
meningkatkan set point)
3. Fase ketiga, akhirnya suhu turun, dengan atau tanpa obat demam
(sitokin melakukan antipyretic response.).
![Page 5: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa anak dengan demam memiliki
resiko lebih tinggi mengalami efek yang membahayakan seperti kerusakan otak,
kecuali pada kondisi hipertermia dimana terjadi peningkatan suhu tubuh tanpa
diiringi kemampuan menurunkan demam, ditandai kulit yang kering dan panas
serta disfungsi syaraf pusat (bisa dijumpai delirium, kejang, atau koma).7
2.1.3. Diagnosis Banding
Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi.
Panas dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau
adanya gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan
berdasar pada tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi
berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis,
dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.
Di samping klasifikasi tersebut di atas, masih ada klasifikasi lain yaitu
klasifikasi kombinasi yang menggunakan tanda kegawatan dan umur sebagai entry,
dilanjutkan dengan tanda klinis, lama demam dan daerah paparan sebagai kriteria
penyebab, seperti terlihat pada algoritme di bawah ini.4
![Page 6: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Beberapa gambaran klinis bisa mengarahkan diagnosis banding, seperti
yang disampaikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP)3:
1. Tarik-tarik telinga, rewel, habis/sedang flu,berat, Radang/infeksi telinga
2. Bila tanpa flu, pikirkan tumbuh gigi
3. Demam, mual, muntah, diare akut - cair, Gastroenteritis, virus
4. Sakit berat, sakit kepala hebat, muntah, kaku kuduk, Meningitis
![Page 7: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/7.jpg)
7
5. Sakit waktu pipis, demam >72 jam tanpa batuk pilek - pikirkan Infeksi
saluran kemih (lSK)
6. Suhu > 38.5C, batuk bbrdahak, sesak napas, napas cuping hidung, chest
indrawing, Pneumonia
7. Umur lebih dari 3 th, sakit menelan, tanpa batuk, kelenjar getah bening
submandibula membesar dan nyeri adang tenggorokan kemungkinan kuman
Streptococcus
8. Demam, meler, diare, lesu, rewel FLU atau common colds (selesma),
Penyebab: infeksi virus
2.2. Tanda Kegawatan pada Anak dengan Demam
Pemeriksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan
apakah pasien tergolong toksis atau tidak toksis. Penampakan yang toksis
mengindikasikan infeksi serius. McCarthy membuat Yale Observation Scale untuk
penilaian anak toksis. Skala penilaian ini terdiri dari enam kriteria berupa: evaluasi
cara menangis, reaksi terhadap orang tua, variasi keadaan, respon sosial, warna
kulit dan status hidrasi. Masing-masing item diberi nilai 1 (normal), 3 (moderat), 5
(berat).5
Tabel1. Yale Observation Scale
Pengamatan Normal (1) Gangguan ringan (3) Gangguan berat (5)
Kualitas tangisan Kuat atau senang Merengek atau terisak Lemah atau
melengking
Stimulasi orang tua Tangisan segeraberhenti/tidak
menangis
Tangisan hilang timbul Terus menangis atautangisan bertambah
keras
Variasi keadaanBila bangun tetap
terbangun atau bila tidur
dan distimulasi anaksegera bangun
Mata segera menutuplalu terbangun atauterbangun dengan
stimulasi yang lama
Terus tertidur atauTidak terstimulasi
Warna kulit Merah muda Ekstremitas pucat Pucat
Hidrasi Kulit, mata normal,membran mukosa
basah
Membran mukusakering
Turgor kulit buruk
Respons terhadapkontak sosial
Senyum atau alert(< 2 bln)
Segera tersenyumatau segera alert
(< 2 bln)
Tidak tersenyum,tampak cemas, bodoh,
kurang berekspresi
![Page 8: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Rekomendasi penanganan demam3: beberapa kondisi yang mengharuskan
orangtua menghubungi dokter:
Bila bayi berusia <3 bulan dengan suhu tubuh 380C .
Bila bayi berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh 38.50C
Bayi dan anak berusia >6 bulan, dengan suhu tubuh 400C
Beberapa kondisi lainnya yang perlu dikomunikasikan dengan dokter
- Tidak mau minum atau sudah mengalami dehidrasi
- Iritabel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan
- Tidur terus menerus, lemas, dan sulit dibangunkan (lethargic)
- Kejang
- Kakukuduk,
- Sesak napas
- Gelisah,
- Muntah, diare
- Sakit kepala hebat
2.3. Penatalaksanaan Demam pada Anak
Sesuai dengan EBM, kebanyakan demam pada anak disebabkan oleh infeksi
virus, oleh karena itu, tujuan terapinya BUKAN menyembuhkan infeksinya
melainkan membuat anak lebih nyaman serta mengamati dan mencegah
komplikasi. Di sisi lain, kita sering mengartikan terapi adalah selalu obat, padahal,
definisi terapi menurut WHO sebagai berikut:
1. Advis dan informasi
Orangtua ditenangkan dan diberi informasi, keterlibatan orangtua
bisa membantu penanganan demam pada anak. Beri tahu tanda gawat
darurat agar tahu kapan harus menghubungi dokter.3
2. Terapi nonobat (nonfarmakologi)
Amati perilaku anak, beri cairan lebih sering. Bila sering muntah
berikan cairan rehidrasi oral.Biarkan anak makan yang dia inginkan
(angan cemas bila nafsu makan berkurang). Hindari makanan
![Page 9: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/9.jpg)
9
berlemak dan sulit dicerna.Ruangan dijaga agar tidak terlalu panas,
ventilasi baik.Baju jangan tebal, jika perlu kompres air hangat. 3
3. Terapi dalam bentuk obat (farmakologi)
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Demam < 390 C pada anak yang sebelumnya
sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik >
390 C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan
penurun panas sering membuat anak merasa lebih baik.
Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang bekerja
menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam
maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Pada
umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka
lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.
Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.
Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan
pembentukan prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung
dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek
samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan
![Page 10: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/10.jpg)
10
antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis,
anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10
mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang
dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau
intravena.5
4. Merujuk
5. Kombinasi di atas
Pada anak dengan demam, dapat dijumpai kondisi hiperpireksia.
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat
berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak
menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar.
Keadaan koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa jam
bila suhu 430 C sampai 450 C.5
Penatalaksanaan pasien hiperpireksia berupa:
1. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran.
2. Pakaian anak di lepas
3. Berikan oksigen
4. Berikan anti konvulsan bila ada kejang
5. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal.
Tidak boleh memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin.
6. Berikan kompres es pada punggung anak
7. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5-1
mgr/kgBB (I.V).
8. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9%
dingin melalui nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema.
9. Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen
(1mgr/kgBB I.V.), maksimal 10 mgr/kgBB.
![Page 11: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/11.jpg)
11
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam pada umumnya merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi.
Umur anak dan tanda serta gejala yang muncul sangat penting dalam menentukan
kemungkinan adanya penyakit yang serius. Penilaian awal akan membantu
menentukan beratnya penyakit anak dan urgensi pengobatannya. Pengobatan
demam pada anak meliputi nonfarmakologi dan farmakologi, serta tidak lepas dari
peran orang tua. Pemberian antipiretik merupakan terapi alternatif dalam
penatalaksanaan demam pada anak.
![Page 12: Demam Pada Anak](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/55cf8e45550346703b9062cf/html5/thumbnails/12.jpg)
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behrman RE. Fever. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Nelson WE, Vaughn VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi
14, Philadelphia: WB Saunders, 1992;h.647-56.
2. Sinclair JC. The control of body temperature and the pathogenesis of fever:
developmental aspects. Dalam: Annales Nestle: Fever in children. Vevey,
Switzerland: Nestle Nutrition SA, 1984;h.1-10.
3. Pujiarto PS. Demam pada Anak. Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 9,
September 2008, 346-352.
4. Ismoedijanto. Demam pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus
2000: 103 – 108.
5. Kania N. Penatalaksanaan Demam pada Anak. FK UNPAD: 2010.
6. Crocetti M, Moghbeli N, Serwint J. Fever phobia revisited: have parental
misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatrics.
2001;107(6):1241–1246
7. Sullivan JE, Farrar HC. Fever and Antipyretic Use in Children. Pediatrics
2011;127;580
8. Bilenko N, Tessler H, Okbe R, Press J, Gorodischer R. Determinants of
antipyretic misuse in children up to 5 years of age: a crosssectional study.
Clin Ther. 2006;28(5): 783–793